Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kehidupanku Yang Baru

(Part 2)

Ke esokan harinya pada pagi hari tepat pada pukul 8 pagi Hana dan abah Sarto telah bersiap-siap melakukan perjalanan, mereka ke kota terakhir sebelum nantinya mereka akan beralih mode transprotasi dari mobil ke motor. Abah sarto sudah menghubungi teman lamanya untuk nanti menjadi tempat penitipan mobil mereka sementara dan juga di kota itu telah menunggu sekitar tujuh orang tukang ojek yang yang mengantar mereka sampai ke desa tempat abah Dilahirkan.

Hana begitu antusias dengan perjalanan kali ini karena suasana Baru akan dia rasakan. Belum pernah sekalipun dia merasakan menaiki motor melalui jalan-jalan desa dan itu juga membuat dia tambah semangat dalam pejalanan ini. Abah Sarto memperhatikan Hana yang begitu ceria selama perjalan mereka tetapi masih terbesit dalam hatinya sedikit kekhawatiran apakah Hana akan betah nantinya jika sudah melihat situasi Desanya apalagi keadaan rumahnya yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan.

Setelah satu jam perjalanan sampai jugalah mereka dia kota terakhir tersebut dan kemuadian abah dan Hana memberhentikan mobil mereka dia sebuah tempat penitipan mobil di kota itu karena pemilik dari penitipan itu ternyata adalah teman kecil abah sendiri bernama pak Warsito. Sesampainya di tempat itu abah Dan Hana mengemasi Kembali semua barang yang akan mereka bawah nantinya sambil menunggu kedatangan ojek yang akan mengantar mereka nantinya dan sementara menunggu mereka beristirahan di tempat pak Warsito karena tempat itu juga memiliki rumah makan jadi sekalian Hana dan abah makan sebelum berangkat karena perjalanan nantinya bisa memekan waktu sekitar 2 jam lebih bahkan bisa 3 sampai 4 jam apabila jalanan becek tapi untungnya kata pak warsito kalau daerah itu sudah 3 hari tidak kehujanan.



Setelah menyelesaikan makan dan memeriksa Kembali barang bawaan, akhirnya rombongan tukang ojek pun tiba dan abah pun menghampiri mereka untuk melakukan sedikit pembicaraan dan negosiasi. Setelah menyelesaikan kesepakan akhirnya para tukang ojek itu mulai mengemasi setiap bawaan yang akan di bawah oleh abah dan Hana. Lima orang hanya akan mengangkut barang dan 2 orang sisanya akan membawa penumpang yaitu abah dan Hana. Beberapah menit kemudian tepat pukul 10 pagi Abah pun pamit kepada pak Warsito dan menuju motor yang akan membawah mereka. Oh iya salah satu dari tukang ojek itu juga merupakan teman lama abah Sarto bernama Adi dan dia juga yang yang menjadi langganan tetap abah selama pulang kampung selama ini karena abah sudah sangat percaya pada dia dan juga skill mengendarai motornyanya juga cukup baik untuk medan yang akan mereka tempu, itu juga merupakan alasan abah menyuruh Hana dibonceng oleh Adi dan abah akan menumpang di salah satu motor lainnya yang bernama Jefri tapi orang-orang sering memanggilnya Messi karena dia merupakan penggemar pemain sepak bola tersebut dan dia juga memang masih mudah masih usia 31 tahun walaupun bukan dia yang temuda di rombongan tersebut karena yang temuda adalah Ganjar anak muda yang baru setahun menjalani profesi tesebut dan dia baru berumur 27 tahun , alasan dia mau mengambil pekerjaan tersebut karena dia sudah memiliki istri karena dia menikah saat umur 24 tahun dan juga sudah memiliki 2 orang anak.

Sisa 4 orang lainnya bernama Yosef yang merupakan perantau dari Sulawesi dan ada Mulyono, Abdi, dan yang terakhir Surya. Sebagian besar dari mereka tidak ada yang kenal dengan abah Sarto karena memang mereka berasal dari kecamatan yang lain kecuali Adi dan Jefri yang satu kecamatan dengan Abah tapi Jefri juga gak mengenal abah karena desanya juga agak jauh dari desa abah dan kalua Adi bisa berteman dengan abah karena merupakan langganan tetapnya sealama ini jika pulang kampung dan Adi jugalah yang memanggil teman-temanya ini Ketika abah menghubunginya.

Persiapan telah selesai di kemas dan semua barang telah berada di atas motor masing-masing. Hana pun bersiap-siap juga kemudian mengenakan Kembali jaket tebalnya karena daerah tersebut memang sedikit sejuk dan juga himbauan dari abah karena daerah nantinya yang akan mereka datangi akan semakin dingin jadi abah tidak mau nantinya Hana masuk angin. Sebelum berangkat Hana masi menyempatkan diri yuntuk menelpon suaminya terlebih dahulu dan tidak begitu lama mereka mengobrol karena hari semakin siang. Setelah menutup telponnya Hana kemudian menghampiri abah dan sedikit melakukan perbincangan.

“bah… jadi aku akan ikut pak Adi ya?”

“iya dek… kamu ikut Adi aja karena dia bagus cara bawahnya. Dia juga teman abah yang selalu antar abah dulu pas pulang kampung”

“okdeh bah… kalau gitu aku ke pak Adi dulu ya”

“jangan lupa penutup kepala kamu pakai karena nanti di jalan dingin dek:”

“iyah abah bawel…hihihihihi”

Sambal tertawa Hana pun meninggalkan abah yang sudah beradah di atas motor Jefri kemudian Hana pun menaiki motor pak Adi. Sedikit gambaran mengenai Adi, dia merupakan pria paruh baya yang bedah sepuluh tahun dari abah dan seorang duda karena sudah ditinggal mati oleh istrinya beberapah tahun yang lalu dan dia meliki 1 anak laki-laki yang juga sudah menikah tetapi ankanya tersebut tinggal di jawa tengah sekarang mengikuti istrinya yang merupakan orang jawa tengah. Jadi dia juga hidup sedirian sekarang di desa yang sama degan abah tapi rumah mereka cukup berjauhan.

Akhirnya rombongan itupun melakukan perjalanan yang dipimpin oleh Jefri dan abah di depan sebagai penunjuk arah dan paling belakang ada Hana dan pak Adi agar nantinya yang lainnya tidak ketinggalan karena tidak terlalu tau jalan masuk nantinya kalau sudah mendekati desa.

Di sepanjang perjalanan pak Adi dan Hana terlibat obrolan santai karena pak Adi yang membuka obrolan supaya suasana tidak kaku dan membosankan. Tapi entah kenapa meskipun dia yang memulai obrolan ternyata Adi sedikit gugup juga karena jujur dalam hati pria itu mengagumi Hana ini sebagai wanita cantik yang masih muda dan sebagai pria normal dia juga tertarik dengan kecantikan Hana tapi Hana tidak menyadarinya karena Adi berusaha menyembunyikan gelagatnya tersebut dan berusaha bersikap normal.

Walaupun berusaha menyembunyikan kegugupannya namun tetap dia tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang berdetak kecang dikarenakan wanita yang dia kagumi sekarang ada di belakangnya. Sepanjang perjalanan itu mereka intens melakukan obrolan ringan walaupun yang aktiv bertanya sebenarnya pak Adi dan Hana hanya berusaha menimpali setiap pertanyaan dari pak Adi tersebut.

Tidak terasa sudah satu jam mereka melakukan perjalanan dan sekitar satu setengah jam kurang lebih lagi mereka akan sampai di tujuan. Dan jalanan juga sudah mulai tidak bersahabat karena mereka sudah memasuki Kawasan pedesaan dan sepanjang jalan pun rumah-rumah sudah tidak sebanyak seperti saat perjalan dekat kota tadi dan ditambah suasana rimbun jalanan karena pohon-pohon besar di sepanjang jalan, jalan pun yang mereka lalaui bukan aspal atau betol lagi melainkan jalan yang hanya di lapisi batu-batu kapur.

Kondisi jalan yang semakin lama semakin parah membuat pak Adi menawarkan pada Hana supaya berpegangan padanya supaya tidak jatuh nantinya. Dan anehnya Hana pun tidak keberatan dengan hal itu dikarenakan memang jalanan yang makin extrim dan sangat bergoyang. Segera tangannya melingkar dengan erat di pinggang pak Adi, dia tidak mau berpikiran yang lain dan juga tida mau sok jual mahal karena keselamatannya juga menjadi taruhan kalau mau gengsi. Dan ya tidak ada salahnya karena pikir Hana kalau pak Adi ini orangnya baik dan dia rasa tidak akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan dan alasan kedua karena pak Adi ini merupan teman dari abah sendiri dan abah sudah menjelaskan hubungan mereka tadi di kota sebelum berangkat karena sempat pak Adi menanyakan Hana ini siapa.

Namun berbedah dengan Hana justru pak Adi merakan sensasi yang berbeda saat Hana mulai memeluk dia dari belakang. Entah kenapa dalam hatinya muncul berbagai macam perasaan campur aduk yang kadang kurang dia pahami tapi yang dia tahu saat ini ada seorang wanita cantik yang sedang memeluknya dari belakang entah kenapa situasi tersebut membuatnya makin gugup dan jantungnya makin berdetak kencang dan untunglah situasi motor yang bergoyang, tapi sialnya karena Hana terlalu mepet dari belakan entah kenapa Adi merasakan sesuatu mejanggal punggungnya dan beda tersebut juga bergoyang secara perlahan di punggunya. Apakah Adi harus takut akan tetapi dia malah senang mendapatkan situasi seperti itu. Siapa lelaki yang tidak akan senang medapakan siatuasi begini apalagi wanita yang sedang dia bonceng cantiknya minta ampun. Yang anenya perasaan Hana mengenakan sweter tebal tadinya tapi mungkin karena telalu menepel jadi otomatis payudara empuknya juga secara otomatis diraskan oleh pak Adi.

Dan yang menjadi celakanya adalah respon tubuh pak Adi makin tidak karuan dan sebagai pria normal mau tidak mau dia pun membayangkan seperti apa benda yang sedang bergoyang-goyang di punggungnya tersebut dan secara otomatis penisnya memeberikan reaksi dengan ereksi. Adi begitu kalut dengan situasi yang ada dan tidak dipungkiri dia juga menggunakan kesempatan itu untuk berfantasi membanyangkan tubuh Hana.

“andaikan aku bisa merakan semua itu..” batin pak Adi yang sedang membayangkan seperti apa betuk payudara hana. Walaupun sedang berpikiran kotor tapi Adi tetap berusaha bersikap normal dan tak ingin Hana menyadari keadaanya saan ini. Seluruh rombongan di depan mereka masih berjejer dimulai dengan abah dan Jefri diikuti beberapah kawan mereka yang mengangkut barang-barang.

Sebenarnya kebanyakan barang yang mereka bawah adalah material yang nantinya digunakan untuk memperbaiki sedikit dari rumah abah, jadi saat pulang nanti mereka hanya akan memabawa pulang tas yang berisi pakaian saja.

Kembali lagi pada kondisi Hana dan pak Adi, tidak dapat dipungkiri memang sedari awal pak Adi memang sudah tertarik dengan sosok Hana saat pertama kali melihatnya akan tetapi sebisa mungkin dia tidak mau memeperlihatkan reaksi itu secara berlebihan atau bisa-bisa dia akan malu jika ketahuan. Entah keberuntungan dari mana sehingga abah sarto malah merekomendasikan Hana pada dirinya sehingga secara tidak langsung itu membuat dia sangat senang walaupun hanya bisa diekspresikan dalam hati saja.

Tidak terasa moment keberuntungan pak Adi masih berlanjut dengan bertambah eratnya pelukan Hana di belakangnya disebabkan jalan menuju desa makin sulit dan jalan yang tadinya luas kini makin sempit otomatis setiap pengendara harus hati-hati dalam mengemudikan motor mereka.

Bagi Hana sendiri tidaklah menjadi sebuah kekhawatiran merangkul pak Adi seperti itu karena pikirnya itu juga untuk keselematanntya sendiri. Boro-boro kalau mau gengsi mala nanti jatuh yang rugi dia sendiri dan dia juga berpikir bahwa sweter yg dia gunakan cukup menjadi penghalang antara dadanya dan punggung pak Adi jadi tidak perlu ada kekhawatiran.

Akan tetapi yang Hana tidak ketahui bahwa reaksi bagi pria di depannya justru berbeda yang dia tidak tahu bahwa dia berhasil membangkitkan Hasrat seksual pria tersebut tapi syukurnya pak Adi ini memang orang baik dan tak pernah pun dalam hidupnya pernah melaukan hal yang hasusnya bertentantangan dengan hukum seperti melecehkan wanita namun dalam pikirannya dia juga hanya manuasia biasa yang memiliki Hasrat birahi. Tetapi dia mempunyai prinsip kalau mau melakukan hubungan seksual setidaknya ada rasa saling suka dan tidak ada paksaan bagi salah satu pihak karena dia juga menghargai orang lain sekalipun dia itu wanita, selama wanita itu mau maka dia juga akan mau.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 2 setengan jam, sampai jugalah mereka di perbatasan desa kelahiran abah Sarto dan tinggal beberapah kilo lagi supaya sampai di tujuan mereka di sebuah lereng gunung. Rumah abah memang tersendiri dari rumah lain dikarenakan desa itu masih sagatlah terisolasi dari dunia luar. Untuk pusat desa sendiri berjarak 2 KM dari rumah abah sehingga tempat abah bisa dibilang adalah pinggiran desa tersebut. Tak lama kemudian mereka melewati perkampungan desa dan tempat itu lumayan rame untuk ukuran desa terpencil dan di situ pulah lah perangkat-perangkat desa berada seperti kantor desa, posyandu dan pasar. Sebelum melanjutkan perjalanan abah dan rombogan terlebih dahulu melakukan laporan di kantor desa dan kepala desa menyambut mereka dengan baik apalagi dengan abah sarto yang memang sudah kenal dengan kepala desa tersebut.

setelah melakukan laporan di kantor desa mereka melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang kira-kira masih berjarak 2 kiloan itu dan tak lama kemudian mereka akhirnya sampai akan tetapi motor mereka tidak bisa terus sampai di depan rumah abah dan hanya ditinggalkan berjarak 200 meter dari rumah abah dan dititipkan di rumah warga sekitar situ, hal itu dikarenakan jalan ke rumah abah agak menanjak dan Cuma ada jalan setapak yang bisa dilalui dengan jalan kaki, setelah menepikan motor mereka menurunkan setiap barang bawaan yang ada dibantu oleh semua pengendara tadi dan karena barang yang dibawah tidak bisa satu kali angkut jadi mereka melakukan dua kali angkutan secara bolak balik dan Hana juga ikut membantu akan tetapi hanya barang yang ringan-ringan saja itu juga karena abah yang suruh.

Setelah melakukan perjalan yang melehlahkan akhirnya perjalanan mereka selesai dan semua barang juga sudah diangkut dan beradah di rumah. Yang menarik adalah Hana saat pertama kali melihat rumah abah sempat kaget akan tetapi dia tidak mau berlebihan karena kondisi rumah itu memang agak memprihatinkan. Pas pertama kali masuk saja keadaan rumah memang dalam keadaan kosong dan perabotan cuma seadanya seperti kursi kayu tua dan 1 ruang tidur dengan ranjang kayu kecil di dalamnya dan kamar itulah yang menjadi kamar orang tua abah semasa orang tuanya masih hidup dulu dan saat mereka meninggal abah sempat menggunakan kamar itu ketika datang ke desa.

Mereka semua terlebih dahulu beristirahat dan abah sarto mengajak mereka jangan pulang terlebih dahulu karena abah mengajak mereka makan siang terlebih dahulu. Maka dengan sigap abah memanggil Hana untuk memabantunya memasak seadanya untuk mereka bersembilan dan untungnya bahan-bahan untuk memasak sudah ada dan alat masak sendiri ada panci yang dibawah oleh mereka dari Jakarta karena memang rumah itu telah lama kosong dan Sebagian perabotannya di berikan untuk tetangga karena abah takut perabotannya malah akan rusak kalau lama tidak dipakai. Untuk air sangat mudah mendapatkannya karena dekat dari rumah itu ada aliran sungai kecil yang airnya sangat jernih yang bisa menjadi air untuk semua kebutuhan.

30 menit kemudian akhirnya masakan telah selesai dan berkat keterampilan abah waktu masih muda sehingga masakan bisa selesai dengan cepat seperti memasak nasi tanpa ricecooker dan hanya menggunakan kayu bakar. Hana pun menyajikan masakan itu untuk mereka semua dan setelah itu mereka semua makan kenyang. Setidaknya tenaga mereka telah terisi akibat terkuras dalam perjalanan.

Selama di rumah alitu secara tidak sadar ada sorang lelaki yang dari tadi terus memperhatikan Hana sengan diam-diam dan selalu mencuri-curi pandang memperhatikan setiap lekuk tubuhnya apalagi saat itu Hana sudah mengenakan baju kaos saja ditambah rok yang Panjang agak dibawah lutut dan memang sebenarnya Hana memang lebih menyukai menggunakan rok dibanding menggunakan celana namun sesekali juga dia masih menggunakan celana kain longgar dan jarang menggunakan celana jeans kecuali untuk keluar rumah seperti saat pergi ke mall saat masih di Jakarta akan tetapi suasana di desa ini membuatnya nyaman menggunakan rok karena lebih santai.

Pak Adi sedari tadi terus memperhatikan gerak gerik Hana dan entah kenapa secara tidak sengaja Hana menoleh melihatnya sekilas sehingga mata mereka bertemu sehingga membuat pak Adi secara spontan salah tingkah dan segera mengambil gelas platik didepannya untuk pura-pura minum. Oleh karena merasa kedapantan akhirnya dia tidak berani lagi memeperhatikan Hana seperti tadi dan hanya melakukkanya jika Hana memebelakanginnya agar bisa melihat lagi bentuk pantat serta pinggang dari yang empunya tubuh.

Setelah selesai istirahat akhirnya semua tukang ojek tersebut mulai berpamitan mulai sari jefri, Ganjar, Mulyono, Abdi berbarengan pamit dan dua orang lainnya menyusul setelah beberapah menit, tersisa pak Adi saja menemani abah dan Hana itupun karena memang rumahnya satu desa dengan abah jadi dia memang tidak teralu khawatir untuk perjalanan pulang. Selama itupula pa Adi dan abah mengisi waktu mereka dengan mengobrol dan setelah itu abah meminta bantuan pak Adi untuk membantu memperbaiki sedikit kerusakan di rumah itu seperti atap yang memiliki sedikit kebocran dan dinding-dinding yang ditata ulang.

Setelah menyelesaikan semuanya akhirnya hari pun menjelang sore dan sepertinya langit sedang mendung. Mereka bersyukur untuk beberapah hari belakangan tidak hujan jadi mereka bisa sampai di desa dan masih sempat memeperbaiki rumah itu sedikit agar bisa untuk ditempati beberapah hari kedepan. Pukul 6 sore akhirnya pak Adi berpamitan dan tak lupa dia juga pamit sama Hana dan menjabat tangannya. Dan untuk pertama kalinya dia pun meraksakan kulit Hana secara langsung.

Sungguh lembut kulit tersebut saat besinggungan dengan kulitnya yang hitam, kasar dan keriput. Sehigga pak Adi Kembali teringat moment Ketika dia membonceng Hana selama perjalan tadi. Tapi segera dia menghentikan salamannya takut Hana sadar dengan pikirannya dan setelah itu menatap sekisal Hana kemudian memberikan senyum padanya dan Hana juga membalas senyumannya.

Sungguh berbunga-bunga hati pria tua itu tak disangka kalau hari ini begitu special baginya. Entah bagaimana ada sebuah perasaan aneh menyelimuti hatinya sehingga dia bingung kenapa dia bisa mengalami hal seeprti itu atau lebih tepatnya perasaan itu pernah dia alami dulu saat masih muda. Atau jangan-jangan dia jatuh cinta dengan Hana. Tetapi dia mencoba membuang perasaan itu meskipun agak sulit dan seperti penjelasan abah di kota bahwah Hana ini adalah istri dari majikannya. Entah kenapa ada rasa kecewa saat mengetahui hal itu di dalam hatinya. Namun rasa gembira lebih mendominasi hatinya dan itu berlanjut sampai dia tibah di kediamannya di sebuah rumah kayu sederhana.

Sepeninggalan pak Adi abah dan Hana pun melanjutkan aktivitas seperti memeprsiapkan tempat tidur mereka nantinya dan mereka telah memebawah 2 kasur portable yang bisa dilipat secara kecil sehingga tidak akan banyak mengambil tempat dalam perjalanan. Sebelumnya mereka telah membersikan rumah itu, menyapu dan membersikan sarang laba-laba yang banyak hinggap di rumah kecil itu. Dikarenakan rumah itu hanya ada 3 ruangan yaitu ruang tamu, ruangan tidur dan satunya lagi dapur yang merangkap tempat makan akan tetapi karena ruagan itu kecil biasanya juga Ketika makan bisa dilakukan d ruang tamu.

Hari pun berganti menjadi malam dan abah dan Hana pun telah menyelesaikan setiap perkerjaan yang ada dan juga selesai mandi namun Hana karena tidak terlalu tahan dengan air di situ jadi dia hanya mebilas Sebagian tubuhnya dengan air karena dia lupa memasak air untuk menghangatkan air dan mungkin besok saja jika memungkinkan lagi dikarenakan hari ini cukup padat dan mereka juga agak Lelah jadi mereka berdua butuh istirahat. Setelah memebersikan tubuh mereka pun makan malam berdua dalam suasana cahaya lilin temaram dan bagi Hana ini merupakan momen yang sangat istimewah baginya karena belum pernah merasakan hidup sebagai orang desa apalagi tempat itu belum semuanya tersentu listrik dan baru di pusat desa saja yang bisa dijangkau listrik dan untuk jaringan telepon agak susah jadi untuk nelpon rasanya sulit dari sini. Entah kenapa suasana seperti ini buat Hana merupakan moment yang sangat bagus karena tidak akan mendapat gangguan dari dunia luar.

Untuk pembagian tempat tidur abah memeberikan ranjang ke Hana dan dia menggunakan karpet di lantai ditambah Kasur potable mereka dan buatnya itu sudah cukup tapi Hana sedikit kasihan dengan abah dikarenakan ujung lantai di dinding masih tidak tertutup otomatis angin sangat terasa di bagian bawah apalagi lantai rumah itu Cuma berupa tebok karas. Untungnya sudah tembok karena abah sudah memeprbaikinya waktu dulu. Namun Hana mencoba menerima keputusan abah karena abah memberikan alasan kalau tidak mungkinlah mereka tidur berdua di ranjang yang sama terlebih ranjang itu terbilang kecil walaupun sebenarnya bisa muat untuk 2 orang tetapi akan saling berdempetan jika hal itu terjadi. Meskipun Hana menerima tapi hatinya seakan tak rela melihat abah yang sudah tua harus tidur di bagian bawah dengan keadaan seperti itu dan selimut yang dipakai Cuma berupa sarung tipis saja dan bedah dengannya yang memang memebawah selimut yang lumayan tebal.

Namun Hana mencoba menerima keadaan tersebut walaupun sempat berdebat kecil dengan abah tadi. Dan malam pun semakin larut sehingga mereka berdua pun melanjutkan tidur mereka dan setelah dirasa tidak ada obrolan lagi antara Hana dan abah maka abah mematikan lilin supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak dingikan nantinya. Tepat pukul 12 malam hujan pun turun menambah dinginnya malam dan dikarenakan Hana sudah terlelap sehingga dia pun tidak menyadari hujan tersebut karena hujannya pun tidaklah terlalu deras.

Sungguh hari yang melelahkan buat mereka berdua dan setidaknya malam ini haruslah digunakan oleh mereka untuk istirahat agar memulihkan tenaga sehingga aktivitas esok harinya tidak terganggu. Menyusul Hana yang telah terlelap akhirnya abah pun ikut terlelap dalam sunyinya malam di hiasi tetesan hujan dan dinginnya angin malam yang menembus celah-celah dinding.

Bersambung…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd