Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

kehidupan desa

semprit99

Guru Semprot
Daftar
23 Apr 2015
Post
536
Like diterima
115
Lokasi
solo raya
Bimabet
Hidup disebuah desa pelosok, membuat kehidupan rumah tangga kami sederhana dan apa adanya. Dimusim kekeringan seperti ini, membuat kami bekerja lebih keras, karena hasil dari persawahan kurang bisa diandalkan. Saya pria berusia 29 tahun dan istri 27 tahun. Anak kami berusia 7 tahun, ya, kami menikah muda dan memang hal yang wajar disini. Begitu istri lulus sekolah menengah atas, kami langsung menikah. Panggil saja saya Mat dan istri saya Ratih, anak saya bernama Deni. Penampilan keluarga kami biasa – biasa saja. Saya pria biasa dengan penampilan dan tampang biasa, tetapi berbeda dengan istri saya Ratih. Pakaiannya yang biasa tidak bisa menyembunyikan kecantikan dan keseksian tubuhnya. Kulitnya putih dan bersih, dengan postur tubuh yang tinggi proporsional, rambut hitam lurus panjang sepinggang, wajah manis, dan yang paling menonjol adalah payudaranya yang sejak memiliki anak tambah membesar. Membuat mata para lelaki tak bisa berpaling dari pemandangan indah itu.
Malam itu seperti biasa setelah Deni tertidur, kami melakukan hubungan suami istri. Berawal dari ciuman dan cumbuan singkat, lalu kami bercinta seperti biasa…terlalu biasa. Gaya bercinta yang sama selama 8 tahun pernikahan kami. Tetapi Ratih selalu mendapatkan kepuasannya, seperti gadis desa pada umumnya, mereka tidak berharap banyak dan macam – macam. Sedangkan aku ada sesuatu yang membuatku merasa aneh dan hambar. Seperti meminum air putih sewaktu kita haus, kita menginginkannya, sangat menginginkan untuk minum, menghilangkan dahaga kita, tetapi tidak merasakan apa – apa seperti rasa manis, asam, asin bahkan pahit. Aku menginginkan rasa itu, berbagai macam rasa yang membuat bercinta serasa berbeda setiap melakukannya.
Seminggu kemudian kami membicarakannya ditengah malam seusai kami bercinta. Kami sepakat untuk mencoba hal – hal baru dalam gaya bercinta kami, menggunakan tema, dan merubah penampilan kami jika akan bercinta. Tetapi kondisi ekonomi mengharuskanku meninggalkan desa menuju ibukota. Ratih terlihat sangat sedih ketika mengantarkanku ke terminal. “jangan bersedih Ratih, kita masih bisa bercinta lewat sms ya…” bisikku lirih. Tak terasa sebulan sudah aku di ibukota, belum sempat menikmati gaya – gaya baru bercinta yang aku dan Ratih pernah bicarakan. Kusempatkan hari ini untuk mencoba menghubungi Ratih melalui sms.
Aku:”lagi ngapain sayang?”
Ratih:”baru selesai mandi.”
Aku:”kemaren belum sempet nyoba yah…hee”
Ratih:”iya mas…jadi penasaran…xixii”
Aku:”gimana…aku lagi pengen nih…”
Ratih:”lha gimana ya…eh mas tak ceritain mau…”
“pasti bikin kamu ‘tegang’….”
Seketika aku langsung penasaran dan bertanya – tanya ada apa ini..apa yang terjadi
Aku:”cerita apa dek???” tak sabar aku menunggu balasannya
Ratih:”mas muji gak jadi kejakarta lho mas…mas budi, mas tono, pak darto dan pak yono…” mereka semua adalah tetangga di sekitar rumahku.
Aku:”pantesan aku tidak bertemu mereka disini??? Lha kenapa?” aku mencium gelagat yang kurang enak, mengapa mereka tidak jadi berangkat, kenapa seketika hatiku was – was memikirkan para lelaki itu disekitar istriku sedangkan aku sendiri berada disini jauh dari jangkauan istriku tercinta. Ah…ada yang tidak beres ini..batinku.
Ratih:”aku ndak tau mas kenapa mereka ndak berangkat..”
“cuman mas muji sekarang sering liatin aku kalau aku di sumur sedang mencuci atau mau mandi mas….”
“kan aku risih diliatin terus…aku kadang kan cuman pake handuk…”
Seketika cerita Ratih melalui sms ini membuatku konak…adik kecil didalam celana mulai berontak.
Aku:”lha terus gimana???”
“ceritain waktu itu kamu gimana dek?”
Ratih:”ya aku kan mau nyuci pagi itu di sumur, sekalian mau mandi dan keramas..”
“aku lepas baju didalam rumah, baju nya mau aku cuci sekalian. Dari rumah ke sumur cuman pake handuk mas. Ya paslah buat nutupin susu sama bawahku, handuknya lumayan besar kok. Rambutku aku gerai. Sambil bawa cucian satu ember aku kesumur mas..ee mas muji sudah dideket sumur..bawa cangkul katanya mau bersih – bersih halaman belakang..yaa gimana ya..jadinya dia kan deket sumur pas aku nyuci sama mandi…”
Aku:”lha terus??”
Ratih:”ya mas muji liatin tubuhku mas..cuman pas mencuci kok..kan mandi nya di dalam kamar mandi..ya liatin terus belahan dadaku, pahaku sama rambut panjangku mas..”
“gimana? Boleh gak mas aku diliatin…” tanya Ratih mulai genit
Aku:”yaa….gimana ya…aku kan ga ada di situ…dek Ratih jaga diri aja jangan kebablasan…”
“kalo liat aja sih masak gak boleh..hehehe..” balasku garing…
Ratih:”mas…Ratih pengen nih…memek Ratih gatel mas….”
Aku:”pake aja timun dek..”
“dek, selama aku disini, kamu disana yang nakal yaa, terus ceritain ke mas gimana nakal nya…yaa…?’
Ratih:”iya mas…Ratih mau bobok dulu sama timun…boleh ya?”
Aku:”iya…” teeeeng…otakku bingung tidak bisa beristirahat membayangkan apa yang akan terjadi, betapa nakal nya Ratih nanti, rudal juga sudah membesar dan terlanjur tegang…salah ini…salah….
Dua hari kemudian Ratih bercerita bagaimana dia mencoba bertingkah nakal ketika berbelanja di pasar. Pertama hanya bagian atas yang terbuka, memakai kaos yang berbelahan dada rendah sehingga menonjolkan belahan payudaranya tetapi bawah memakai jins 3/4. Rambut panjang nya diikat kebelakang.
Ratih:”wah mas…pada ngeliatin belahan susu ku yang putih ini mas…”
“jadi pengen dikenyot2…”
Aku:”ya suruh ngenyot2 to dek…sapa gitu…?” pancingku…
Ratih:”boleh mas? Bener ya gak papa?”
Aku:”asal nanti tetep cerita sama mas ya…gak boleh disembunyiin…”
Ratih:”memek ku gatel mas…rambut2nya mau aku cukur…”
Aku:”gimana? Bisa nggak?” biasanya aku yang mencukurnya
Ratih:”tak coba dulu ya mas…kalo kurang bersih nunggu mas aja..”
Aku:”lha nanti keburu panjang…minta tolong sama mas muji…”
Ratih:”ah mas jangan gitu…ntar aku diapa2in gimana?”
Aku:”yang penting bilang….YAAA…”
Ratih:”iya mas….”
Dua hari kemudian Ratih bercerita ketika dia membeli cukuran diwarung dan bertemu mas muji. Muji bertanya buat apa cukuran itu
Ratih:”beli cukurannya mas…” kebetulan muji ada disekitar warung juga
Pedagang:”ini mbak…”sedikit tersenyum membayangkan buat nyukur apa…hee…
Muji:”buat nyukur apa mbak Ratih…?” tersenyum nakal
Ratih:”nyukur yang bisa dicukur mas…hehehe…” tersipu malu
Kemudian Ratih bergegas pulang tetapi tak lama kemudian muji menyusulnya
Muji:”beneran mbak aku tanya…buat nyukur apa….?”
Ratih:”itu mas…eee…rambut bawah…biasa tak cukur…eeh yang nyukur mas mat, biar bisa bersih..”
Muji:”lhah kan mas mat di Jakarta? Gimana mau tak bantu? Hehehe..”
Ratih:”maluu ah mas…”
Satu jam kemudian Ratih sudah tidur mekangkang di dalam kamar, masih memakai kaos tetapi bagian bawahnya sudah tidak memakai apa – apa lagi. Vagina nya terpampang jelas, dengan clitoris kecoklatan dan kulit selangkangan yang putih, dinding vagina nya berwarna kemerahan, kulit paha yang putih dan sedikit berkeringat karena suhu kamar yang agak panas. Rambut kemaluan nya tercukur sebagian, masih kurang rapi dan agak berantakan. Lalu Ratih mengangkat kedua pahanya dengan tangannya.
Ratih:”nih mas….sudah siap…pelan – pelan yaa….aaaah…” ternyata diruangan itu ada muji. Lalu dengan cukuran ditangannya muji mulai mencukur sisa – sisa rambut kemaluan Ratih. Desahan – desahan Ratih mulai terdengar ketika muji dengan sengaja memegang dan mempermainkan clitoris dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan tetap mencukur rambut kemaluan Ratih. Srreeek…sreeek…suara cukuran itu memotongi rambut vagina Ratih…krrriiik…kriiik…menuntaskan yang sudah pendek…
Ketika sudah bersih, muji mendekatkan muka nya ke vagina Ratih
Ratih:”kenapa mas…kok diliatin dari dekat…”
Muji:”aku pengen dek Ratih…memek mu indah betul….”
Seketika muji mulai menjilati vagina dan clitoris Ratih….memegang bokong Ratih seperti mau membelah bongkahan pantat putih itu, menikmati setiap jilatan di sela – sela selangkangan Ratih. Ratih mulai menggelinjang dan mendesah.
Ratih:”aaaaach….aaaaach….”
Muji mengeluarkan penisnya yang sudah sekitar satu jam tegang, memelorotkan celananya dan berjongkok bersiap memasukkan penisnya kedalam vagina Ratih.
Ketika penisnya berhasil masuk keduanya mendesah. “aaaach…”
Bleeees…penis muji mulai masuk penuh ke vagina Ratih. Tusukan pertama perlahan disusul tusukan kedua…ketiga dan makin lama makin kencang ritmenya. Tubuh Ratih tergoncang – goncang oleh sodokan penis muji. Gaya percintaan biasa orang desa. Tidak banyak yang bisa diceritakan.
Percintaan pun dimulai…mulai dari genjotan perlahan sampai dengan pukulan keras penis muji ke vagina Ratih. Peluh dan desahan bercampur dikamar itu. Disebuah rumah kayu sederhana di desa yang jauh dari ibukota….
Next ideas
1. Ratih dengan tetangga sekitar
2. Ratih bersama – sama tetangga sekitar
3. Ratih ke Jakarta dan binal di ibukota
4. Ratih jadi penyanyi dangdut kampung
5. Ratih Jadi sex slavenya muji
6. Ratih insaf (nah ini pasti pada enggak setuju)
7. Ratih kena azab (jadi cerita Hidayah)
8. Ratih sebenarnya adalah Mat (maho wanted)
9. Ratih member semprot
 
Wah wah wah.... Baca indexnya aja udah bikin konak...
 
wah ide buat lanjutannya udah di siapin - bener2 mantep nih suhu kita, ditunggu episode berikutnya suhu :beer:
 
Ratih menahan sodokan muji dengan kedua tangannya, menghalangi penetrasi yang masuk lebih dalam lagi. Ratih tak ingin muji keluar di dalam. Masih dalam keadaan setengah sadar karena dilanda birahi tingkat tinggi, muji mencoba meraih payudara Ratih, tetapi ditepisnya. Tak ada perbincangan, yanga ada hanya suara “aaaach….aaaach…” dan bunyi kecipak – kecipak tumbukan antara daging muji dengan selangkangan Ratih. Semuanya dalam bahasa isyarat dan bahasa birahi. Ratih segera akan mencapai orgasme nya, begitu pula muji, permainan konak ini sudah berlangsung sekitar 1 jam, peluh keduanya pun bercucuran karena siang yang terik dan panas didalam kamar kayu beratap rendah. Muji sudah telanjang bulat, tetapi Ratih masih memakai atasan kaos dan BH nya pun masih terpasang.
Tiba – tiba….braaaaak….pintu kamar didobrak seseorang…habislah…pikir keduanya…terlalu silau untuk melihat sosok yang memakai jaket hitam dan celana panjang hitam juga karena sinar siang hari langsung masuk ke muka Ratih dan muji.
Mat:”bangsaaaaat kalian….busuk!” seketika Mat mencengkram leher muji dan memukulinya membabi buta…braaak…braaak…muji hanya diam saja pasrah akan nasibnya. Sedangkan Ratih merintih menangis berusaha menutupi bagian bawahnya, mengambil selimut seadanya dan mengikatkan ke panggulnya. Mat memutar tangan kanan muji dan menyeretnya ke dapur belakang rumah, mengambil sebilah golok dan akan menghujamkannya ke leher muji. Tetapi kemudian Mat berpikir sejenak…
Dalam batin Mat..”jika aku membunuhnya sekarang, hanya akan rugi..aku masuk penjara dan tidak bisa menikmati tubuh Ratih…hhhhm…bisa ku manfaatkan si muji ini….hehehe…” sementara muji sampai terkencing – kencing membungkuk di meja dapur. Entah mau ngomong apa juga percuma.
Mat:”mau ku bunuh kau bajingan…!”
Muji:”jangaaan bang…jangaaan…ampuuun…”
Melihat muji terkencing – kencing semakin membuat Mat merasa diatas angin…”kecil juga nyalinya…tapi lumayan besar kontolnya…tidak lebih besar dariku tapi…hee…” batin Mat. Sementara Ratih membersihkan dirinya sambil menangis, mengelap cairan – cairan pergumulan di selangkanya dan juga peluhnya yang bercucuran tidak peduli apa yang terjadi antara muji dan suaminya. Dalam keadaan masih telanjang Mat membawa muji keruang tamu dan mendudukanya di kursi lalu berteriak memanggil Ratih.
Mat:”Raaaatttiiiih….kesini kau pelacur!” teriakan Mat membuat Ratih semakin shock dan tambah menangis tetapi seketika membuatnya bergegas mendatangi ruang tamu.
Mat:”kau pelacur murahan…! Ditinggal suami kerja keras malah enak2an di rumah…! begini caramu haaah!...” Ratih hanya bisa menangis sesenggukan…
Ratih:”maaf bang…maaf…hiks…hiks…hiks…”
Mat:”kau juga muji….aku seperti abangmu…kok kamu tega kaya gini…bangsat kau!”
Plaaaak…tamparan Mat mendarat dikepala muji…
Muji:”ampun bang….maaaf….aduh bang….”
Mat:”sekarang gini…akan kulaporkan kalian ke pak RT, RW, pak kades…biar semua orang tau, lalu ku teruskan ke polsek…biar dihukum kalian!” tampak emosi Mat memuncak.
Muji:”jangaaan bang…jangaaan…ampuun…” Ratih hanya bisa menangis…
“saya lakukan apa saja bang…apa saja…”
Dalam batin Mat…”yeees…kata kuncinya sudah kudapat…hahahaha…”
10 menit kemudian muji sudah dalam keadaan terikat dengan posisi berlutut.
Mat:”aku dijakarta sudah 3 bulan belum dapat jatah…gimana ya enaknya…hehe…” melirik Ratih dan muji untuk melihat respon mereka.
Ratih:”ayuk mas…masuk kamar….hiks…” masih sesenggukan..
Mat:”enggak…aku mau ngentot kamu dimana aja aku mau, gimana kamu mau gak?” ancam Mat…
Ratih:”iyah mas…mau..boleh…”
Mat:”kalian ngentot seenaknya aja…padahal kan gak boleh…mati hukumannya…kalo aku kan boleh…” Mat mencoba mengungkit senjatanya kepada Ratih.
“Ratih! Kamu harus nurut apa aja yang aku katakan..jangan banyak tanya..!”
Ratih:”iyah mas…Ratih nurut kata mas…”
Mat:”muji! Kamu juga harus nurut sama aku…paham!”
Muji:”iyaa bang…apa aja saya lakukan…suruh jilatin kaki abang..nyembah abang…”
Mat:”aaah! Diam kamu!...sekarang gini…aku belum dapat kepuasan batin 3 bulan, Ratih! Cepat buka bajumu! Muji awas kalo kontolmu ngaceng! Tak potong ntar!...”
Ratih dengan agak canggung mulai membuka bajunya satu persatu….
Mat:”gausah malu - malu dek!…udah ngentot juga…malu buat apaan…bahkan kalo aku mau muji boleh ikutan…asal nuruti peraturanku! Paham?!” gleeek….sontak membuat kaget keduanya…
Mat:”begini kesepakatanya…sekarang kita bertiga adalah ngeseks bareng…bahasa kota nya seks partner tetapi aku yang buat peraturannya…sudah terlanjur juga muji menyetubuhimu dek Ratih…semua yang aku katakan adalah perintah bagi kalian…paham??!” Ratih dan muji mengangguk..
Ratih:” iyaah mas…”
Muji:”iya bang..”
Sekarang Ratih sudah dalam posisi telanjang duduk di kursi, payudaranya yang besar dan putih dengan puting kemerahan menggoda untuk siapa saja menjamahnya. Kulitnya yang bersih, bahunya yang juga putih merangsang Mat untuk mencumbuinya. Wajahnya yang nampak pasrah membuat Ratih semakin manis. Sebagian rambut panjangnya berada di depan, Mat menyingkirkannya, lalu memulai memegang payudara kanan…kiri..memilin – milin putingnya..ratih mendesah “aaaach…” perlahan mulai percumbuan antara mereka. Sementara muji masih terikat tangan dan kakinya dalam keadaan telanjang. Mat berdiri dan memelorotkan celana nya, melepaskan rudalnya yang sudah mengacung, sejajar dengan muka Ratih, yang masih duduk di kursi ruang tamu.
Mat:”awas ya kalo ngaceng kamu…!”ancamnya kepada muji
“sudah kamu giniin belum?” sambil mempraktekkan menyodok2 mulut Ratih dengan penisnya. Memegang tengkuk Ratih dengan tangan kanan dan memaju mundurkan kepala Ratih sehingga penisnya keluar masuk mulut mungil Ratih. Terkadang Ratih tersedak…”hhhoookk…” lalu mulai memainkan rambut panjang Ratih, mencengkramnya, menggenggamnya, menjambak, mengacak – acaknya, mengumpulkannya keatas dan sebagainya sementara penisnya semakin membesar mengoyak mulut Ratih, air liur bercampur pelumas dari penis Mat mulai merembes keluar mulut manis Ratih, menetes dan mengalir dari sela – sela pompaan penis Mat. Payudara Ratih bergoncang – goncang keatas dan kebawah, sekarang posisi Ratih agak membungkuk, seperti hendak merangkak dengan kedua tangannya menahan tubuhnya pada pegangan kursi disebelahnya. Bunyi ploook…ploook…tumbukan kantong zakar Mat ke bibir Ratih. Kemudian dengan kasar Mat menjambak rambut Ratih dan menariknya untuk naik keatas meja, tepat dihadapan muji. Dengan pemandangan seperti itu tak mungkin muji bisa menahan penisnya untuk tidak tegang. Melihat itu Mat tersenyum puas mengerjai mereka berdua.
Mat:”bagaimana?! Haaah..! sudah pada begini belum…haa…aaach…” sambil menahan kenikmatan, Mat berusaha menginterogasi muji dan Ratih. Kesannya malah mengejek mereka berdua. Umpatan – umpatan meluncur dari mulut Mat…
“asuuuu…bajingan….lonte….” sambil menampar kecil pipi Ratih..menerima itu Ratih hanya kaget sebentar, berkedip – kedip karena tamparan demi tamparan mendarat di pipi dan mukanya. Hal ini membuat Ratih semakin horny..vaginanya sudah basah.
Mat:”sekarang kalian panggil aku tuan…!”
Muji:”iya tuan..”
Ratih:”tuan…hoooek…hoooock…” sambil mengulum dalam2 penis Mat.
Mat:”kamu ngaceng muji!..pengen kamu? Hah?!..” mendengar itu muji hanya salah tingkah.
Mat:”kalo pengen makanya ngomong…! Sapa tau boleh…****** kamu!...”
“kalian sudah ngapain aja…jawab!...” sambil menengadahkan dagu Ratih keatas.
Tak terasa sudah 2 jam berlalu…pelecehan demi pelecehan terus terjadi kepada muji dan Ratih, baik secara fisik maupun verbal. Mat nampaknya menikmati setiap momentnya…
Terakhir nampak Ratih mengikat penis muji dan menariknya keatas lalu mengikatnya dengan leher muji, sementara dileher muji sudah terpasang rantai anjing, kedua tangan muji terikat kebelakang. Mat nampak memperhatikan kedua nya dan duduk di kursi ruang tamu, tersenyum puas..
Penampilan Ratih juga tak kalah miris, dengan rambut panjang sepantat yang sudah awut – awutan, sebagian ada yang diikat, kedua pantat memerah bekas tamparan tangan dan cambukan sabuk, kedua pentil susu nya dikareti dengan karet rambut kecil sehingga memancung menonjol sekali dan berwarna merah kecoklatan, tampak bekas tali memerah di sekitaran payudara Ratih, gag ball terpasang di mulutnya. Sepertinya Mat membawa pulang alat2 seks kerumahnya. Lelehan cairan kemaluan mengalir dari selangkangan Ratih. Lalu Mat beranjak dari kursi dan menghampiri Ratih.
Mat:”sini kamu pelacur…!” tangan kanan Mat menjambak ranbut Ratih.
Ratih:”iyaaah tuan…”
Lalu Mat memakaikan rantai anjing dileher Ratih, sehingga kini Mat seperti mempunyai 2 anjing jantan dan betina. Ratih patuh merangkak, dibimbingnya anjing betinanya itu ke sebuah tiang rumah di ruang tamu. Hari sudah beranjak sore. Deni anak mereka berada di rumah kakek neneknya di desa sebelah. Semuanya sudah dikondisikan oleh Mat.
Ratih kini diikatkan pada salah satu tiang rumah di ruang tamu. Dinaikan di meja, dengan posisi tetap merangkak seperti anjing. Mat lalu melebarkan bokong Ratih..kemudian mulai menjilati selangkangan Ratih dari belakang, lidahnya kadang memasuki lubang vagina dan dubur Ratih, hal ini membuat Ratih kelojotan menahan rasa geli sekaligus nikmat.
Ratih:”aaaaacch…. Aaach…! Enak mas…eh..tuan…”
“teruuus tuan…Ratih pelacur….Ratih murahan….” Ratih mulai meracau tak karuan, mungkin sudah diajari oleh Mat.
Setelah jilatan demi jilatan Mat menyiapkan kontolnya untuk memasuki lubang vagina istri binalnya itu. Bleeeees…masukan pertama…”aaaach…” erang Mat, hangat terasa di sekujur batang penis Mat. Bleeees…tusukan kedua…dilanjutan genjotan – genjotan lembut mentok menatap bongkahan bokong Ratih yang kecang dan besar. Kedua tangan Mat bergantian meremas payudara Ratih kanan dan kiri, memilin puting nya bergantian, menjumput karet yang ada di pentil istrinya kemudian melepasnya lagi, membuat Ratih agak kesakitan tetapi menambah stimulan terhadap birahinya. Jjjepreett…jeeeepreeet…suara jepretan karet dikedua putting Ratih.
Ratih:”…..aaaaaauu2…..aaaaaw….aaauch…..” mendesahan kesakitan.
Ploooook…..plooook….plooook…tumbukan maju mundur gerakan Mat mengguncang – guncang tubuh istrinya yang sudah penuh peluh dan pejuh.
Mat melirik kepada muji..”mau?.....kamu boleh setelah aku ijinkan dan sesuai yang aku instruksikan…” muji hanya mengangguk..batinnya “gak papa deh yang penting gak dimasalahkan lagi, malahan dapat juga nyicipi tubuhnya Ratih…hehe..”
Mat:”sini ji…kamu boleh jilatin susunya Ratih…empeng sampe puas tapi awas jangan sampe mbekas…jangan di cupang. Ciumi juga bibirnya…!” perlahan muji mendekat, membungkuk dan berposisi dibawah Ratih, mencoba menciumi pentil dan payudara wanita ayu itu. Muji berusaha bersusah payah. Akhirnya mendapatkan juga payudara dan pentil Ratih sebelah kanan dan langsung dilumatnya….”sssllluuuurp….”
Rasa geli sudah tidak dirasakan Ratih…yang ada hanya nikmat dan nikmat nya birahi.

Flashback tentang muji. Muji adalah pria seumuran dengan Mat tetapi belum menikah, tinggal di sebelah rumah Mat. Dengan bekerja sebagai buruh di penggilingan padi milik orang terkaya di desa, Pak Dirjo.
Target selanjutnya adalah kekayaan pak Dirjo melalui Ratih. Dirjo keturunan belanda jawa berusia setengah abad yang doyan main perempuan tetapi setelah menderita diabetes Darjo hanya sebatas menggoda saja.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd