Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebo Ireng dari Cisange

BAB III
VILA NAGA BERLIAN​


Sengat matahari lumayan menyiksa kulit siang itu.

Tapi tidak bagi Salim, Si Kebo Ireng.

Baginya, ini sudah menjadi santapan sehari-hari. Dengan cepat dia bergerak mengangkat balok-balok kayu dari truk dan memindahkan ke tempat penyimpanan di belakang. Dia sengaja
bergegas cepat memindahkannya, agar semua tersusun dengan rapi.

"Istirahat dulu, Bo." teriak Mas Yanto sambil duduk dan menghisap rokok.

"Kalem we Mas..." sahut Salim.

Tubuh besarnya yang berkeringat itu tampak mengkilap di bawah sengatan matahari. Otot-otot dan kulitnya yang legam itu menambah kharismanya sebagai laki-laki perkasa. Tak kalah gagah dengan binaraga internasional seperti Rony Coleman.

Tanpa memperdulikan Mas Tono yang
duduk sambil merokok dan minum, Kebo tetap mengerjakan tugasnya hingga semua tersusun rapih. Lalu dia berpindah ke samping lagi, mengangkat beberapa sak semen dan disusun agar jika semen-semen akan digunakan mudah mengambilnya.

Sudah dua hari sejak Sabtu kemarin Kebo bekerja di Villa milik keluarga Lee itu. Namun belum banyak yang dikerjakan karena baru hari ini bahan-bahan datang. Kemarin Mas Tono bersama Koh Alvin lebih banyak berdiskusi perihal rancangan perbaikan, bahan-bahan dan yang lainnya. Sementara Kebo membongkar bagian-bagian yang harus dibongkar karena sudah tidak layak.

Villa ini dibangun di atas tanah seluah 1935 M persegi tepat di jalan utama profinsi yang melintasi Gunung Kitul. Tidak jauh dari Vila itu lah Desa Cisange yang sama-sama berada di kaki Gunung Kitul. Vila ini memiliki gaya arsituektur ala Eropa karena dibangun sejak era Kolonial Belanda. Paska perang kemerdekaan, Villa ini dibeli oleh Tuan Lee Swan Liong seorang pengusaha Tionghoa.

Keluarga Lee dikenal baik oleh warga sekitar. Hampir setiap satu tahun sekali keluarga besar ini selalu kumpul di Villa untuk merayakan imlek. Namun, sejak 10 tahun terkahir entah kenapa keluarga Lee tidak pernah berkumpul merayakan imlek di Villa ini. Mereka mempercayakan orang untuk merawat Villa ini. Dan 3 tahun terakhir Mas Tono dipercaya keluarga Alvin untuk merawat Vila peninggalan kakeknya itu.

Harapan Papinya Alvin sederhana, agar keluarga Lee bisa kembali merayakan imlek bersama tahun ini. Makanya, ia segera menelpon Alvin untuk merenovasi Vila itu. Padahal saat itu Alvin baru saja pulang mengerjakan Proyek Pemerintah di Kalimantan. Bukan apa-apa, sebagai cucu pertama dari anak pertama Tuan Lee Swan Liong, Alvin Lee lah yang layak mendapat "kehormatan" untuk mengerjakan proyek keluarga.

"Kang Salim, istirahat dulu.." ujar Koh Alvin.

"Iya sebentar Koh. Nanggung." jawab Kebo.

Setelah menyelesaikan menyusun bahan-bahan itu agar mudah jika akan digunakan besok, Kebo menuju tempat cuci di belakang. Dinyalakanya kran air yang ada di situ. Dia membasuh kedua tangannya lalu berkumur. Membasuh wajah, lengan dan menyelesaikan wudhu nya dengan tertib. Setelah itu ia lalu menunaikan kewajiban sembahyang dzuhur sebelum ia bergabung dengan yang lainnya makan siang.

Hidangan sudah tersedia di meja. Wangi masakan itu menyeruak mengisi ruangan.

"Gabung sini Bang Kebo." ujar Ci Diana. Diana yang siang itu mengenakan tanktop berwarna putih itu sontak saja memperlihatkan ketiaknya yang putih mulus tanpa bulu saat melambaikan tangannya memanggil Kebo.

Belahan dadanya rendah sehingga memperlihatkan bagian payudaranya yang mulus dan padat itu. Sekilas Kebo melirik bongkahan payudara yang pernah dilihatnya secara utuh itu di sungai tempo hari. Walau kini terbungkus tanktop tapi cukup membuat laki-laki normal seperti Kebo berdesir darahnya.

Tanpa malu-malu lagi Kebo langsung mengambil piring dan nasi. Seperti biasa, seakan Gunung Kitul pindah ke piring jika melihat porsi nasi di piringnya itu. Sudah lazim kuli seperti Kebo makan dengan porsi nasi sebanyak itu. Lauknya ia hanya mengambil dua potong tempe goreng, kerupuk, lalapan jengkol dan tentunya sambal terasi.

"Itu ayam gorengnya kok gak diambil?" ujar Koh Alvin.

"Iya nanti koh." jawab Kebo.

Sejak kecil, ayam goreng termasuk hidangan mewah bagi Kebo. Dia biasanya akan memakan itu terkahir agar bisa menikmati seutuhnya tanpa terganggu nasi, tempe, krupuk dan yang lainnya.

Jam menunjukan pukul satu siang, makan siang bersama pun selesai dan semua kembali ke altifiktas masing-masing. Teh Yanti tampak sibuk membawa piring-piring kotor ke dapur. Tak ketinggalan Ci Diana pun ikut membantu.

"Ci...!! Udah biar saya aja..." ujar Teh Yanti.

"Gak apa-apa Teh.." jawab Ci Diana.

Mereka tampak kompak membereskan bekas makan dan membawa piring-piring kotor itu ke dapur. Ci Diana dan Teh Yanti tampak lenggak-lenggok berjalan menuku dapur. Langkah mereka tampak anggun meski memiliki pesona yang berbeda.

Ci Diana yang memiliki tubuh tinggi langsing dengan jaki jenjang itu memiliki dua bongkahan pantat yang bulat dan padat. Sementara Teh Yanti tampak montok dan semok. Bemper belakangnya besar namun tak kalah padat dengan gadis muda meski sudah berusia berusia kepala tiga.

Waktu tak terasa berlalu. Awan mulai menguning pertanda senja sebentar lagi tiba. Sore itu Kebo dan Mas Tono tampak telah menyelesaikan pekerjaannya untuk hari ini. Di halaman belakang mereka berbincang-bincang santai bersama Koh Alvin. Tampak tak ada batasan antara pekerja dan majikannya itu. Mas Tono dengan canda khasnya tak henti-hanti membuat Koh Alvin tertawa terpingkal-pingkal. Bagi Kebo, candaan itu terasa basi karena telah sering mendengarnya dari mulut sahabatnya itu.

Teh Yanti tampak membawakan cemilan sementara Ci Diana membawa minuman. Merka pun lalu bergabung dengan Koh Alvin, Kebo dan Mas Tono.

Waktu meletakkan gelas minuman, badan Ci Diana membungkuk. Dan karena dia tidak memakai BH, tanpa tedeng aling-aling Mas Tono menyaksikan dua gunung putih indah tergantung di dadanya, seperti mau jatuh ke lantai. Tapi tidak lama, karena dia segera berdiri dan langsung duduk lesehan bersama mereka.

Mereka lalu ngobrol akrab meneruskan omongan tadi. Ci Diana duduk di samping Koh Alvin tepat menghadap Mas Tono. Dia yang hanya mengenakan tanktop putih tanpa BH dan celana keans hotpants itu terang saja membuat laki-laki yang ada di hadapannya melongo. Meski pasangan masing-masing ada di situ, tubuh indah Ci Diana terlalu menggoda untk dilewatkan oleh Mas Tono yang kini matanya mulai jelalatan. Karena selama ngobrol Mas Tono terus-terusan membayangkan payudara Ci Diana yang yang indah, pembicaraan pun mulai mengarah ke urusan ranjang. Tentu sambil bercanda.

Sekali lagi, Mas Tono menyaksikan keindahan "buah menggelantung" di dada Ci Diana saat Ci Diana berusaha mengambil panganan di depannya. Kali ini dia tidak tahan lagi untuk berkomentar,

"Sebenernya sih sore kayak gini itu yang paling nikmat minum susu.....", kata Mas Tono.

Deg... Diana langsung sadar apa yang dimaksud. Seolah refleks tangannya menutupi payudaranya. Sebenarnya Ci Diana tau dan menikmati saat mata nakal tukang bagunan itu menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil senyum dia berkata,

"Susunya ada, tapi cuma buat Koko.."

Sontak saja jawaban Ci Diana itu disambut gelak tawa yang lainnya. Cuma Kebo yang cengengesan seperlunya cuma dia yang tidak ada pasanganya. Istrinya di rumah tidak ikut kerja di Vila.

Entah kenapa di mata Mas Tono sore ini Ci Diana benar-benar memancarkan aura pesonanya. Saat Ci Diana meneguk air putih, tetesan air itu mengalir dari bibirnya mebelusuri leher jenjangnya. Lalu turun ke bawah ke arah payudaranya melewati belahan dada tanktop putih yang dipakainya. Bagi Mas Tono pemandangan itu benar-benar sensual.

Saat Ci Diana makan buah pisang, Mas Tono membayangkan ujung lidah Ci Diana menari-nari seakan seperti lidah yang menari-nari diujung kepala penis. Dijilatinya buah pisang itu, diemutnya beuh.. betul-betul menggairahkan. Secara otomatis batang kejantanan Mas Tono pun mulai berdiri. Namun karena ukurannya yang di bawah standar, gembungan itu tidak terlalu nampak dari celana Mas Tono. Pun yang lain pun tidak ada yang menyadarinya.

Hanya Ci Diana menyadari hal itu. Ujung matanya melirik ke arah celana Mas Tono yang tidak terlalu menampakan gelembubg penisnya yang ereksi. Ci Diana tertawa geli dalam hati jangankan dibandingkan dengan Si Kebo, dibandingkan Koh Alvin saja masih kalah jauh.

Sore itu tak lama setelahmya Koh Alvin dan Ci Diana pamit untuk mandi sore. Mereka menuju kamarnya yang memang menyatu dengan kamar mandi. Tak lama kemudian disusul oleh Teh Yanti yang juga mandi di kamar mandi belakang.

Saat baru selesai mandi, sambil melilitkan handuk Diana keluar dari kamar mandi yang jadi satu dengan
kamarnya. Dia masuk ke ruang tidur, dan suaminya Alvin berada di kamar.

"Maaah...." sambil senyam senyum Koh Alvin memandang Ci Diana.

Dengan tersenyum manis, Diana segera membuka handuknya. Buah dadanya
menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam yang tercukur rapi langsung terlihat.

Alvin segera memeluk Diana dan
melumat buah dadanya dengan rakus.

Saat Alvin melumat buah dadanya itu, mata Diana tidak sengaja melirik ke arah jendela. Dia menangkap sesosok manusia yang tengah memperhatikan percintaan mereka dari luar......

POV Kebo :

"Betah enggak kerja di sini?" tanya Mas Tono sambil menghisap kreteknya sore itu.

"Yah. Alhamdulillah betah sih Mas." jawab Mamang ke Mas Tono.

"Ndak kangen anak istri kamu?" ujar Mas Tono lagi.

"Yaa kan baru aja kemaren saya nginep. Malem Selasa besok juga giliran pulang saya kan Mas." jawab Mamang.

Kembali Mamang menyeruput kopi hitam sambil menikmati suasana sore merokok kretek. Hari Sabtu kemarin, Mamang datang ke sini.

"Jadi ini Mas, orang yang Mas bilang mau bantuin renov Vila ini?" kata Koh Alvin ke Mas Tono.

Mungkin dia heran karena ternyata Mamang lah orang yang akan bantu renopasi pila itu. Mamang sih sebenernya udah gak terlalu kaget soalnya Mas Tono cerita ke Mamang dapet proyek buat renopasi pila punya orang kota, lantas siapa lagi orang kota yang dimaksud? Pikiran Mamang langsung tertuju pada pasangan muda yang ketemu di Sungai Cisange tempo hari.

"Ini Bang Salim kan?" ujar Ci Diana yang baru saja keluar dari dapur membawakan minuman.

"Lho lho lho, sebentar. Koh Boss, Cih Boss kenal sama Si Kebo ini?" tanya Mas Tono yang heran karena ane ternata kenal sama majikannya.

"Kebo...???"
"Iya Si Kebo Ireng ini." jawab Mas Tono

"Oh, gak sengaja kita ketemu dua hari lalu." jawab Koh Alvin.

"Kasian dong. Masa dipanggil Kebo?" ujar Ci Diana.

"Ah saya udah biasa Ci. Dari kecil emang itu panggilan landian saya. Orang-orang di kampumg juga lebih kenal Kebo Ireng daripda Salim bin Ma'un." jawab Mamang.

Kami pun cepat akrab karena sebelumbya kami pernah ketemu.

Hari itu karena bahan-bahan bangunan belum sampai jadi Mamang sama yang lainnya bongkar-bongkar barang dan bagian-bagian Pila yang udah gak terpakai.

Bener kata Mas Tono, baik Koh Alvin dan Cici Diana orangnya memang baik. Kerja di sini juga dibilang santai karena seperti yang Koh Alvin bilang kalo mereka di sini seklaian pengen liburan dan represing setelah hampir setahun penuh full mengerjakan proyek. Jadi bisa dibilang mereka gak buru-buru juga. Tapi ya kalo lama kelarnya kapan Mamang kembali ke hidup normal pulang ke rumah tiap hari ketemu anak istri?

Parah bener nih Si Kucing Garong, ora kena deleng sing mlesnong. Mamang perhatiin dari tadi Si Mas Tono matanya jelalatan terus ke tubuh Ci Diana. Padahal dia di situ ada istrinya. Dan di situ juga ada Koh Alvin suaminya Ci Diana. Jujur sih Mamang juga tergiur penasaran sama tubuh indah Ci Diana. Apalagi Mamang pernah liat Ci Diana bugil waktu di sungai Cisange tempo hari. Tapi Mamang gak punya keberanian kayak kemaren lagi. Gak enak Hu, bagaimana pun Ci Diana ini istri dari majikan yang mepekerjakan Mamang.

Sore itu Mamang tengah asyik sendiri di halaman belakang. Beberapa saat yang lalu kita penghuni Villa tengah mengobrol dan bercanda. Topik pembicaraan pun makin panas setelah membahas hal-hal yang berkaitan dengan urusan ranjang. Obrolan terhenti setelah Koh Alvin dan Ci Diana pamit untuk mandi. Lalu disusul oleh Teh Yanti yang juga hendak mandi sore di halaman belakang.

Terakhir, tadi Si Mas yang meninggalkan halaman belakang ini.

"Ke mana Mas?"
"Aku mau susul Mbojoku. Mau ikut mandi aja. Hehehe..." ujar Mas Tono.

Ah, tempat ini pun kembali sepi. Mereka enak ada pasangannya masing-masing. Lah Mamang, di Pila ini bisa dibilang Mamang bujangan. Karena bosan, Mamang putuskan untul jalan-jalan dulu bentar. Gak jauh masih di sekitaran Pila yang luas ini.

"Nghhh..."

Terdengar suara misterius dari arah halaman samping. Mamang ikuti asal suara itu sampai sumber suara. Betapa kagetnya Mamang setelah mengetahui ternyata sumber suara itu dari dalam kamar utama yang jendelanya memang menghadap ke halaman samping.

Mamang kaget, karena pas Mamang liat ternyata di dalam kamar itu ada Ci Diana dan Koh Alvin yang lagi ngewe. Permainan mereka sepertinya baru dimulai karena keliatanya Koh Alvin masih pemanasan menjilati susu istrinya itu.

Posisi Koh Alvin membelakangi jendela semenatara Ci Diana menghadap ke arah jendela dengan mata terpejam menikmati permainan lidah suaminya. Sebenermya kalo Ci Diana membuka mata dia bisa melihat Mamang yang berada di luar. Namun anehnya Mamang seakan tetap mematung di tempat itu, seolah sayang kalo tontonan gratis itu Mamang tinggalkan.

"Ooooohhhh...ssshhhhh...aahhhhhhh.." Ci Diana memekik pelan dan mendesis menikmat sekali, saat suaminya itu mengulum dan menjilati payudaranya yang sebelah kiri, sambil meremas-remas payudara yang sebelah kanan.

Saat itulah awal dari kesalahan ini terjadi. Ci Diana membuka matanya, dan sesuai dugaan Mamang dia lagsung menyadari keberadaan Mamang yang berada di luar yang tengah menonton permainan mereka. Kedua mata kami bertemu, dan mungkin karena kaget Mamang malah mematung diam di sana bukanya pergi atau gimana. Dan yang makin membuat Mamang kaget lagi adalah, bibir Ci Diana yang malah tersenyum ke arah Mamang.

Dia mengedipkan matanya ke arah Mamang seolah memberi kode atau pertanda. Lidahnya lau dijulurkan dan menjilat bibir atasnya dengan menatap sayu ke arah Mamang. Semenyara suaminya tak menyadari keberadaan Mamang, dia tetap asyik dan sibuk denfan mainannya itu.

"Pa-papaa?...aaahhhhh...isep yang kuat
pa...aaaahhhh." Mamang terkejut melihat Ci Diana yang seakan makin bergairah. Tanpa ragu dan tertahan lagi, dia mulai melenguh dan mendesah.

Sambil menekan kepala Koh Alvin, agar lebih dalam dan kuat menghisap payudaranya, mata nakalnya tetap menatap Mamang dengan ekspresi yang menggoda. Tanpa sadar, seakan terhipnotis oleh permainan mereka, Mamang mulai merogoh celana Mamang. Tangan Mamang mulai mencari dan meraba kontol Mamang yang daritadi udah tegang.

"Ohhhh...enakkk banget paahhh...aaahhhh." Ci Diana merintih cukup keras. Tangan Koh Alvin kini berganti meremasi payudara yang sebelah kiri. Sementara mulutnya melumat payudara yang sebelah kanan.

Tiba-tiba Ci Diana mendorong tubuh Koh Alvin hingga terpelanting jatuh ke atas ranjang Springbednya. Sambil matanya sesekali melirik ke arah Mamang, dengan penuh nafsu Ci Diana melucuti pakaian suaminya itu seakan hendak memperkosanya.

Mamang lalu melihat dia mulai menjikat telinga Koh Alvin. Dia lalu menciumi sekujur wajahnya, pipinya, keningnya, dagunya, terakhir dia melumat bibir suaminya itu.

Tangan Koh Alvin membelai rambut istrinya itu sambil terus berciuman dengan penuh gairah.

"Ohhh...mamaaaaahhh.." Koh Alvin mulai mendesis saat Ci Diana mulai menciumi bagian leher hingga ke dadanya. Ci Diana lalu memainkan putingnya, seperti
yang dilakukan Koh Alvin sebelumnya pada susu Ci Diana. Lalu lidah Ci Diana terus turun menjalar hingga ke perutnya.

Batang kontol Koh Alvin dia mainkan dengan tangannya. Sambil mengurut-ngurut pelan, mata Ci Diana kembali menatap ke arah Mamang seakan menggoda atau meminta persetujuan. Lalu lidahnya mulai menjilati pelan batang kontol milik suaminya itu.

Nafsu sudah menguasai Mamang menggeser akal sehat Mamang. Sambil menonton permainan mereka, Mamang mulai memainkan mengocok batang kontol Mamang. Ci Diana pun terlihat seperti makin semangat menggauli suaminya.

Setelah cukup puas aku memainkan lidahnya, kini Ci Diana memasukkan batang Koh Alvin ke dalam mulutnya.
Pelan-pelan batang milik Koh Alvin itu akhirnya masuk ke dalam mulutnya. Ci Diana mainkan lidahnya sambil mengemut pelan-pelan.

Hasilnya pun sukses membuat Koh Alvin terus mendengus kenikmatan. Sementara tangannya terus menmbelai
rambut Ci Diana.

"Aaaahhhh...gilaaaa kamu maahhhh." desis Koh Alvin terdengar jelas suaranya yang agak parau. Hal ini karena kini posisi Mamang tepat berada di depan jendela kamar. Sementara ranjang springbed tempat mereka bergumul itu tepat menempel pada dinding jendela.

Koh Alvin sampai saat ini tampaknya belum menyadari keberadaan Mamang. Sambil matanya terlihat merem-melek, menikmati kuluman mulut istrinya itu.

Kemudian Ci Diana menghentikan kulumannya, dan beranjak sedikit menjauh dari suaminya. Mamang sempat khawatir Koh Alvin akan menoleh ke belakang dan melihat keberadaan Mamang, namun tempaknya ia masih fokus pada tubuh telanjang Ci Diana.

Ci Diana tampak tersenyum menggoda. Entah kepada siapa? Kepada suaminya? Atai kepada Mamang yang sedang mengintip menonton permainan cinta mereka?

Dia tampak menggigit bibir bawahnya sambil menatap liar. Ci Diana berdiri, namun dengan gerakan perlahan dan sedikit meliuk-liuk, kemudian membelakangi suaminya. Dia berjalan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang mulus dan kencang itu.

Ternyata ia berjalan ke arah Compo dan menghidupkan lagu Barat yang tentu saja Mamang ga tau judulnya. Kemudian dengan gemulai ia mulai meraba-raba tubuhnya sendiri. Dan mulai menari erotis !!!

Sumpah sampe bengong Mamang ngeliatnya. Tubuhnya menggeliat penuh birahi, tangannya mengeramasi buah dadanya. Buah dada besar membusung, kulit putih, pinggang ramping, paha mulus, apalagi yang kurang ?

ā€œKamu suka, sayanghhh..?ā€, tanyanya ke Koh Alvin sambil mendesah dan tetap menggeliat merangsang.

Pinggulnya mulai bergoyang seperti penari perut, sambil matanya kadang melirik ke arah Mamang yang sedang mengintip dari jendela. Mamang hanya bisa menelan ludah. Ruar biasa, sangat jauh dari perkiraan Mamang sebelumnya. Kontol Mamang sudah sangat tegak sambil dimainkan oleh tangan Mamang sendiri.

Dia lalu mengambil sebuah kain hitam kecil dan kembali mendekati suaminya. Ci Diana naik ke pangkuan Koh Alvin sambil mengecup bibirnya. Bibir mereka berpagutan sesaat.

"Tutup mata kamuh sayanghhh....." ujar Ci Diana ke suaminya.

Lalu ia mengikatkan kain hitam kecil itu menutupi mata Koh Alvin. Koh Alvin menurut saja ke istrinya itu. Dan dengan perlahan didorongnya pelan tubuh suaminya itu agar tiduran di ranjang.

Pinter juga dia. Dengan ditutup matanya Koh Alvin gak akan melihat keberadaan Mamang. Jika tidak, Koh Alvin yang kini dalam posisi terlentang di ranjang ini tentu dapat melihat Mamang yang posisinya telat di depan jendela.

Alunan musik itu masih terdengar syahdu. Dengan tatapan sayu Ci Diana menatap ke arah Mamang. Dia memejamkan matanya sesaat dan memanyunkan bibir merahnya ke arag Mamang.

"Sudah siap sayanghh...??" seakan dia bertanya ke suaminya yang tengah terlentang sambil tertutup matanya. Tapi dari tatapan Ci Diana dia jelas bertanya ke Mamang yang dari tadi mengintipnya di depan jendela.

Mamang pun mengangguk sambil memegangi batang kemaluan Mamang yang sudah tegak sempurna itu. Ci Diana lalu menggesek-gesekan penis suaminya yang sudah tegamg itu di memeknya. Jika dibaning punya Mamang, jelas punya Koh Alvin gak ada apa-apanya.

Lalu dengan perlahan dimasukkannya kontol suaminya itu ke dalam memeknya yang sudah merekah dan basah. Ci Diana langsung menggoyangnya naik turun dengan ganas.

Sementara Mamang yang kembali mengocok kontol Mamang tepat di depannya, dan hanya terhalang oleh jendela kamar, seolah menyemangati dan memotivasinya untuk bergoyang lebih liar lagi.

ā€œAAAhhhhhhā€¦.akuhhhā€¦hanya..ingin ngecretss.. dengan kontolmuhhā€¦sayaaaangghhh.. kontollā€¦uuuhhhhh... KONNTTOOOOLLLLā€¦.Aahhh... Ahhhhhhā€, jeritnya sambil menggoyang pinggulnya seperti Jockey Kuda.

Tangannya meraba-raba puting susunya sendiri yang sudah mancung berwarna pink. Ci Diana merangsang dirinya sendiri. Dadanya yang besar itu bergoyang seirama dengan tubuhnya yang naik turun.

ā€œAuuhhā€¦.auuhhhā€¦ā€¦kontolmu eennaakkksssā€¦ aaaaaahh....ā€ ujarnya sambil menggoyang kontol suaminya tapi tatapannya tak lepas dari kontol Mamang.

Ci Diana terus menggenjot suaminya dengan bersemangat. Tak lupa dengan kata-kata vulgarnya yang kian ganas.

ā€œSekarang kamuhhh lagi ngapain sayang.?ā€, tanyanya iseng di sela genjotannya.

ā€œLagi ngentot sama kamuuhhā€¦.hhhhhā€¦hhhā€, jawab suaminya terengah.

ā€œSelain ngetotā€¦uhhhā€¦apalagi.yang kamu sukahhā€¦?ā€ tanyamya lagi.

ā€œHhhhā€¦.sssttsssā€¦ngeeweeeā€¦.aahhhhhā€

"Ci Diana sempat tertawa mendengar jawabann suaminya, eh dia malah makin ganas.

Ci Diana lalu mengbil bantal di sampingnya. Tanpa Mamang duga dia lelu membekap suaminya pakai bantal itu.

ā€œHHHHā€¦. diammm kamuuhhhā€¦. Ahhh..ahhhh....ā€

Kini goyangannya makin menggila, tubuhnyapun mulai menegang, pertanda dia sudah mau sampai.

ā€œUaahhhhā€¦.uaahhā€¦..Uahhhā€¦.nggeeweeā€¦..ngeewe eeā€¦.aahhhh...ā€

Dengan posisi di atas ini, sambil membekao suaminya dengan bantal, Ci Diana makin liar menggoyang pinggulnya. Dan jeritannya pun semakin kencang.

Mamang pun juga ikutan mengocok kontol Mamang makib cepat.

ā€œTruussā€¦.sayaangā€¦.trrrusssā€¦.hhhh Moā€¦ngecretsssā€¦.nehhā€¦.ahhhā€¦.ahhhhā€

Genjotannya semakin kencang, goyang pinggulnya semakin dalam dan gencar. Sementara tangan Koh Alvin meremas-remas susunya makin kencang.

ā€œOhhhhā€¦.Ohhhhā€¦.kontol..koonntollā€¦.entotttiii ..akuuuā€¦enttootttii akuuuā€¦.aahhhā€¦.ngenntooottā€¦.ngennttoottttā€¦. AAAAAAAAAAHHHHHHH.ā€

Tubuhnya Ci Diana menegang hamir bersamaan dengan menegangnya tubuh Koh Alvin. Hentakan pinggulnya membuat batang Koh Alvin masuk lebih dalam menyemprotkan benih-benih ke rahimnya. Sementara tangan Koh Alvin mencengkram erat kedua susunya.

Crottt...
Crottt...
Crottt...

Tak lama kemudian Mamang pun menyemprotkan air mani Mamang ke kaca jendela kamar mereka...

Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Diana Blum digarap sama kebo Ireng.. haduhh
BElum Hu..šŸ˜pelan pelan hu..

Makasih buat updatenya suhu @optimusprimal38
Masama suhu..šŸ™

anjrit bener nih ci Diana
Wkwkwkw Mkasih Hu..

Masama suhuuu..

Mangstab apdetnya lanjoooooot
Samasama Hu..

Seru nih ceritanya, lanjutkan suhu
Makasih Hu..

Seru nih cerita nya :semangat:
Makasih Hu.m

Matur nuwun updatenya
Masama humm

suwun updetnya
MAÄ·kasih sihuii
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd