Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Keberuntungan itu Ada (Closed)

Status
Please reply by conversation.
Post 3

Aku dan istriku kini sudah kembali ke kota. Angga tentunya jadi ikut untuk tinggal di rumah kami. Tak terlalu banyak barang yang dia bawa. Hanya beberapa potong pakaian dan beberapa surat keterangan dari sekolahnya. Tentu saja aku menyuruhnya membawa ijazah dan fotokopi legalisir yang akan diperlukan untuk mendaftar kuliahnya nanti. Angga menuruti semua kata-kataku.

Setelah kejadian malam dimana Dina ikut tidur bareng kami, tak ada reaksi yang aku lihat berlebihan pada sikap istriku. Semuanya biasa saja dan berjalan apa adanya. Aneh saja menurutku. Aku tak habis pikir gimana istriku ini, masak dia lihat suaminya tidur memeluk adik perempuannya tapi tak marah sedikitpun. Apalagi kami melakukannya sambil telanjang bulat. Tapi aku bersyukur juga karena semuanya tak ada masalah.

Hari pertama tinggal di rumahku Angga masih terlihat canggung dan tak percaya diri. Wajarlah buat anak desa macam Angga itu pindah ke kota pasti susah adaptasinya. Aku terus menemaninya, istriku juga sama, kami terus menyemangatinya supaya cepat bisa menjalani hidup di kota.

“Dek.. cepetan masukin barangmu ke kamar.. yang belakang itu” suruh istriku pada Angga.

“I-iya mbak..”

Tentunya dengan masih canggung Angga menuruti perintah kakaknya. Dia lalu membawa tas dan bungkusan kardus yang berisi pakaiannya. Memang tak terlihat banyak karena aku sudah bilang akan membelikannya pakaian yang baru.

“Kamu jangan canggung.. jangan sungkan.. biasa aja Ngga.. anggap rumah sendiri, kayak di kampung” ucapku membantunya menata barang dan menata rak buku yang memang sudah kami sediakan.

“Iya mas..” ucapnya.

Angga lalu merapikan tempat tidur, meja dan lemari tempat pakaiannya. Memang kalau Angga kerja pasti cepat dan beres semua. Aku senang punya adik ipar seperti dia. Tidak malas-malasan dan gerakannya lincah.

***

Beberapa hari kemudian aku sempatkan mengajak Angga jalan-jalan di beberapa kampus yang bisa jadi alternatif pilihannya untuk kuliah. Sambil jalan aku menjelaskan beberapa hal yang bisa untuk tambahan pemikirannya dalam hal memiliih tempat kuliah. Sebenarnya aku menyarankan pada Angga untuk kuliah di pertanian saja, aku ingin dia kalau kembali ke desa bisa memajukan pertanian di sana. Supaya bisa mengangkat taraf hidup penduduk kampungnya yang masih tertinggal jauh dengan daerah lainnya.

Sepertinya Angga juga menerima saranku dengan baik. Dia yang berlatar belakang keluarga petani memang menyukai bercocok tanam. Aku senang dia menerima saranku, tentunya akupun senang kalau dia sudah benar-benar mau kuliah meneruskan pendidikannya.

Selepas jalan melihat beberapa daerah kampus, aku kemudian mengajak Angga untuk pergi ke sebuah mall. Disitu aku belikan adik iparku itu beberapa potong baju dan sekitar sepuluh celana dalam. Tentu saja dia kaget saat aku ajak dia membeli celana dalam. Mukanya agak malu-malu gimana gitu saat kami sudah ada di gerai toko pakaian dalam.

“Buat apa sih mas Aryo? Gak usah...” tolaknya sungkan.

“Gapapa.. buat gantiin daleman kamu, masak udah sobek-sobek gitu masih kamu pake terus” balasku, dia langsung diam tanpa protes lagi.

Akhirnya kami jadi beli daleman untuk Angga. Selepas itu aku dan dia pergi ke food court untuk makan. Tak lupa aku berikan tips dan cara untuk belanja di food court, siapa tahu nantinya dia bakal diajak sama pacarnya datang ke tempat itu lagi.

Kami berdua pulang sekitar jam 9 malam. Istriku sudah berada di dalam kamar bersiap untuk tidur. Akupun masuk ke dalam kamar lalu mengganti pakaianku dengan celana pendek saja.

“Kok malem banget baru pulang mas.. kemana saja sih kalian?” tanya istriku.

“Jalan-jalan liat kampus.. trus belanja pakaiannya Angga” balasku menatapnya.

“Ohh.. ya sudah, trus dia kemana sekarang?”

“Tuh lagi di dalam kamar, aku suruh cobain pakaiannya, siapa tau gak cocok”

“Hihi... mas baik banget deh.. muuachh!”

Istriku langsung berdiri lalu memeluk tubuhku. Tak lupa dia mencium pipiku dengan gemas banget. Aku yang menerima pelukanya itu langsung membalasnya dengan ciuman pada bibirnya.

“Mmuacchh!!”

Tubuh istriku yang tinggal memakai celana dalam itu langsung membuat payudaranya menempel hangat di dadaku. Otomatis libidoku mendadak naik. Kurebahkan istriku di atas tempat tidur lalu menindihnya. Kulumat dengan rakus kedua puting susunya dan kujilati kulit payudaranya yang bulat menggembung itu.

Selesai aku menikmati susunya, aku langsung saja menarik celana dalamnya sampai lepas. Tanpa basa-basi lagi aku terkam celah pangkal pahanya lalu kukecup dengan mesra belahan vagiananya.

“Aihhh.. mas Aryoo... ihhh.. nakal banget sih” jeritnya centil. Kalau sudah begini aku jadi semakin nafsu mengerjai istriku.

“tapi enak kan? Hehe..”

“Iya dong.. uhhh... lanjutin sayang”

Aku terus menjilati celah memeknya. Sesekali ku gigit pelan klitorisnya lalu kuhisap dengan kuat. Kalau sudah begitu pasti istriku semakin mengerang-erang keenakan.

“Aduhh.. duuuh... enak banget sihh.. uuuhh”

Semakin lama aku semakin larut dalam birahiku bersama istriku. Kami sudah tak peduli lagi dengan orang lain. Kami bahkan tak peduli kalau Angga bisa mendengar kami. Tentu saja dia bisa mendengarnya, karena istriku kalau lagi ngentot pasti heboh desahannya.

Posisi sekarang ini istriku sedang berada di atas perutku. Dia menggoyang pinggulnya agar batang penisku yang menancap di vaginanya terus mengaduk-aduk isi dalam liang senggamanya. Aku sungguh bahagia banget saat melihat keliaran istriku menggapai kenikmatannya seperti saat sekarang ini.

“Aahhh.. ahh.. ahhh... uuhhh...”

Sambil mendesah keenakan, istriku terus menggoyang pinggulnya. Memutar, naik-turun, kekiri, ke kanan, semua dia lakukan supaya penisku bisa terus memberinya rasa nikmat. Aku sendiri juga merasakan keenakan. Aku paling suka kalau penisku di remas-remas oleh dinding vagina istriku dalam posisi dia di atas tubuhku.

“Addduhhhh... keluaarrrrrr!!!”

Crrr... crrr..crr...

Penisku tersiram cairan orgasme istriku. Cairan itu meski tak banyak keluar tapi rasanya begitu basah dan becek menyiram batang penisku yang sementara masih bersarang di dalam liang kemaluannya.

“Ganti posisi dek.. aku belum puas” ucapku.

Akupun langsung mengangkat tubuhnya. Kubalikkan badannya hingga menungging di depanku. Pada posisi begitu aku bisa melihat belahan pantatnya yang putih mulus itu lengkap dengan celah vaginanya yang sudah becek.

“Ahhh.. mantab dek!!” ucapku agak keras.

“Iya masss... aahh.. lagi.. lagi...”

Akupun langsung menggenjot memek istriku dengan cepat. Aku ingin rasa nikmat itu terus menyerangku. Kupompa penisku keluar masuk celah vagina istriku dengan tempo cepat sampai-sampai beberapa kali penisku meleset keluar.

Plok.. plok.. plokk... plokk...

Suara benturan pangkal pahaku dengan bongkahanpantatnya terdengar begitu keras memenuhi ruangan kamarku. Mungkin saja suara itu sampai tedengar di luar, tapi aku dan istriku tak peduli. Kami terus memacu birahi kami berdua sampai kami benar-benar puas.

“Haaahhhh.. lagi maassss.. keluarrr!!” jeritnya heboh.

“Ahhh.. aku juga dek...”

Kususul orgasme istriku yang keuda kalinya dengan semburan cairan spermaku. Kutusukkan penisku lebih dalam lagi supaya benihku bisa masuk ke dalam rahimnya lalu membuahi sel telur istriku. Aku ingin istriku cepat-cepat hamil anak kami. Kudorong agak kuat sampai membuat istriku terejerembab ke depan menabrak bantal yang ada di depan wajahnya.

“Ehmmmmhhhh...aaahh..”

“Uuhhh.. enak banget dek.. aahhh..”

Sesaat kemudian kucabut penisku dari lobang vaginanya. Lepasnya penisku diikuti lelehan cairan putih kental dari liang senggamanya. Cairan itu meluber banyak sekali. Karena tadi aku dan istriku terlalu bersemangat jadinya tak sempat mengambil kotak tissu. Memang di kamar biasanya ada tapi kali itu ternyata habis. Tanpa pikir panjang aku langsung memakai celana dalam istriku untuk mengelap lelahan sperma yang keluar dari celah vaginya.

“Ahhhh... kok punyaku yang dipake sih mas? Kan ada tissu..” protesnya.

“Gapapa.. tissunya habis dek, ini saja kan bisa dicuci” kilahku.

Akhirnya istriku pun merelakan celana dalamnya kupakai untuk mengelap lelehan spermaku di vaginanya. Begitu aku bilang sudah bersih, dia langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Aku yakin tubuhnya melemas dan tenaganya terkuras untuk mencapai orgasmenya yang kedua kali tadi. Akupun mengikutinya membaringkan diri di sebelahnya kemudian.

“Asshhh.. enak banget dek, kamu heboh maennya” ucapku.

“Kamu sih mas yang bikin aku jadi begini.. ahh.. katanya kalo gak heboh kurang nikmat” balasnya. Dia lalu memiringkan posisinya menghadapku.

“Hehe.. iya bener kamu dek, tapi sekarang ada Angga lho di rumah kita, pasti dia dengar desahan kamu tadi”

“Hihihi.. gapapa mas, biar dia juga tambah dewasa”

“Trus kalo dia pengen gimana dek? Kan belum punya istri.. kasian dong”

“Ah biarin, kan bisa ngocok dia.. emangnya kamu juga dulu sebelum nikah gak pernah ngocok mas?” ucapnya membuatku geli.

“Hahaha... kamu ini ada-ada aja dek, ya pernah sih.. malah sering sebenarnya” aku jujur mengakui perbuatannku dulu.

“Nahh.. itu... katanya biasa bagi laki-laki ngocok kontolnya, ya gapapa kalo Angga ngocok gitu.. eh apa sih bahasanya mas?”

“Coli?”

“Iya itu.. coli..”

Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata dari istriku. Dia itu memang tipe perempuan yang apa adanya. Apa yang dipikirkannya langsung begitu saja dia ucapkan. Kadang aku jadi malu sendiri kalau mendengarnya bicara dengan orang lain yang belum tahu karakternya. Tapi dengan sifat istriku yang seperti itu aku merasa gembira, karena tak akan ada rahasia yang bakal kami tutup-tutupi.

“Dek...”

“Hemm?”

“Kemarin pas Dina tidur bareng kita itu kamu kok gak marah sih? apa cemburu gimana gitu?”

“Lha memangnya kenapa mas?”

“Kan kita tdur gak pake apa-apa lagi.. masak gak curiga apa gimana gitu dek?” tanyaku memancing supaya dia megeluarkan isi perasaannya.

“Ya buatku sih gamasalah mas.. kan dia juga keluarga kita, beda kalo dia itu orang lain.. ya aku cemburu kalo itu”

“Ohh.. jadi kalo keluarga gapapa gitu dek? Misalkan ibu yang melakukannya kamu juga gapapa?” pancingku terus.

“Duhh.. memang mas Aryo mau tidur bareng ibuku? Ya gamasalah, silahkan kalo mas mau” jawabnya enteng. Apa dia gak pake pikiran yah ngejawabnya?

“Kamu ini gimana sih dek? Masak ngebiarin aku tidur sama keluargamu? Yang bener aja kamu ini!”

“Lahh.. mas, sebelum kita nikah kan aku udah bilang.. kalau keluargaku itu ya begitu.. mas juga tau sendiri gimana kondisinya, apa yang bisa aku kasih ke keluargaku ya aku bakal berikan..” ucapnya dengan nada serius.

“Hehe.. kamu ini dek, ya sudah... jangan diperpanjang lagi”

“Pokoknya apapun yang terjadi antara mas dengan keluargaku silahkan saja, aku gak akan marah kok mas.. tapi ingat, jangan sampai rumah tangga kita ini buyar mas”

“Duhh.. pikiranmu itu panjang banget dek.. janji deh aku, kita pertahankan keluarga ini sampai maut memisahkan” ucapku tegas.

“Hihi.. makasih mas, aku percaya sama mas Aryo kok..” balas Tika lalu mengecup bibirku mesra. Akupun membalasnya dengan lumatan bibirku.

Kami diam untuk sesaat. Aku masih mengatur nafasku sambil memikirkan apa yang telah dikatakan istriku tadi. Mungkin itu artinya dia tahu saat aku mengerjai lobang kemaluan Dina pas kita tidur bersama dirumahnya. Atau mungkin istriku sudah melihat gelagat dari adiknya kalau dia menyukaiku. Ahh, biarin aja, toh dia gak mempermasalahkannya.

“Dek.. kamu gak ke kamarnya Angga?”

“Lha emang kenapa mas?”

“Coba di cek, beberapa hari ini dia bisa tidur apa enggak, kok aku rasa dia masih susah tidur” ucapku.

“Mungkin saja mas.. coba deh aku ke kamarnya”

“Kalo ga bisa tidur kamu kasih susu aja” celetukku.

“Emang mas rela susuku dibagai sama Angga?”

“Hahahaa.. gimana yah? kalo kamu gapapa sih aku juga gak masalah”

“Hihihi.. iya deh mas.. coba aku ke sana dulu”

Istriku kemudian bangun dari tempat tidur lalu membuka lemari baju. Aku pikir dia akan memakai daster atau baju tidur, tapi ternyata dia cuma mengambil sebuah celana dalam lalu memakainya.

“Lho, kok cuma pake itu?”

“Emang gak boleh ya mas? Yaudah aku pake baju lainnya”

“Udah.. gapapa.. kan katanya keluarga sendiri” balasku yang ingat dia tak mempermasalahkan peristiwa saat aku dekat dengan Dina.

Istriku kemudian dengan jalan agak tertatih keluar dari dalam kamar. Aku yang sendirian ditinggal olehnya lalu mengambil Hpku dan memeriksa kalau ada pesan penting yang harus segera kubalas.

Tak terasa hampir setengah jam lamanya dia belum kembali ke kamar. Aku yang bosan sendirian di kamar kemudian bangun hendak memakai kembali celana pendekku. Namun begitu aku mau membuka pintu ternyata istriku sudah masuk duluan.

“Gimana jadi gak nyusunya?” ucapku apa adanya.

“Hihihi.. jadi lahh”

“Trus udah tidur dianya?”

“Udah kok mas, malah sempat menangis dia tadi, katanya kangen sama ibu di kampung” balas istriku terkikik geli.

“Ohh.. memang anak manja banget sih Angga itu, untung ada kakaknya” balasku menatap kedua payudara istriku yang tengah menggantung bebas itu.

“Untung ada susu kakaknya mas, ya kan? Hihihi..”

“hahaha.. kamu ini ngomongnya vulgar banget sih, yaudah kita tidur aja”

“Yuk mas..”

Malam itu kami lewati seperti biasa. Aku dan istriku tidur bersama dengan lelap. Sampai pagi pun kami masih tidur dengan nyenyak hingga akhirnya alarm di Hpku berbunyi tanda aku harus segera bangun dan bersiap berangkat kerja lagi.

***

Aku senang banget karena ada Angga di rumahku. Dia rajin sekali membantu kerepotan kami. Kadang dia juga membantuku membersihkan semua bagian rumah. Termasuk membersihkan halaman dari rumput yang tumbuh liar dan tinggi di sana. Karena kesibukanku bekerja membuat halaman rumahku bagian depan dan juga belakang ditumbuhi rumput liar yang memang terlihat mengganggu pemandangan. Dengan kedatangan Angga akhirnya rumput-rumput itu bersih semuanya.

Dari segi pergaulan juga rupanya Angga ini termasuk anak yang gampang berbaur. Buktinya hanya dalam waktu dua minggu saja dia sudah mendapat teman anak perumahan yang bersebelahan dengan lingkungan rumahku. Meski umur mereka masih lebih muda daripada umur Angga, tapi kulihat mereka berteman akrab. Tak jarang juga adik iparku itu pergi bersama mereka. Kalau kutanya sih katanya cuma putar-putar saja menghafal jalan.

Hampir tiap malam istriku selalu menemani Angga tidur. Tentunya setelah melayaniku dulu. Aku tak mempermasalahkannya. Bagiku itu adalah bentuk kasih sayang dari kakak pada adik bungsunya. Maklum memang kalau anak bungsu itu selalu manja pada orang yang lebih tua di keluarganya. Aku yang terlahir sebagai anak tunggal tak bisa merasakannya.

Suatu malam kebetulan aku pulang terlambat karena ada beberapa orang anak buahku yang sedang lembur di kantor. Sebagai atasan langsung mereka, tentunya aku tak bisa meninggalkan mereka kerja sendirian. Jadilah malam itu aku pulang ke rumah sudah pukul 10 malam.

Aku langsung masuk ke dalam rumah karena saat itu aku membawa kunci pintu cadangan. Begitu aku masuk ke dalam rumah ternyata kondisinya sepi. Tak terlihat adanya istriku maupun Angga. Tanpa pikiran macam-macam aku langsung masuk ke dalam kamar lalu mengganti pakaianku dengan sebuah celana pendek saja tanpa atasan. Memang seperti itulah kebiasaanku di rumah.

Begitu selesai berganti pakaian, aku lalu keluar kamar untuk mencari keberadaan istrku. Belum sempat jalan ke belakang, aku sudah bisa mendengar suara tawa dan jeritan tertahan dari dalam kamar Angga. Aku yakin kalau suara itu adalah suara istriku yang sedang menemani adiknya tidur.

Iseng aku datangi mereka, sekaligus ingin melihat apa yang tengah dilakukan istriku untuk membantu adik laki-lakinya itu tidur. Saat aku mendekati pintu kamar Angga, rupanya pintu itu tak tertutup sempurna, jadi ada celah yang cukup lebar untuk aku bisa melihat ke dalam.

Tampak istriku tengah tidur di sebelah Angga. Dia arahkan puting susunya ke mulut adiknya itu. Aku melihatnya agak geli juga, bisa-bisanya pemuda seumuran Angga itu masih saja ga bisa tidur kalau gak nenen duluan. Keduanya nampak santai melakukannya meski keduanya hanya memakai celana dalam saja. Aku sih gak masalah mereka berbuat begitu, karena aku memang membebasakan istriku untuk melakukannya. Sebaliknya juga sama, aku dibebaskan melakukan apa saja asal masih keluarganya. Sungguh kesepakatan yang agak aneh menurutku. Tapi kami sih asik-asik saja melaluinya.

Kuputuskan saja untuk meninggalkan mereka. Aku kemudian ke dapur untuk membuat segelas kopi buat menemaniku duduk membaca pesan yang masuk ke Hpku. Dari arah dapur pun aku masih mendengar samar-samar suara obrolan istriku dan Angga. Sesekali juga diselingi dengan suara kikik tawa istriku dan jerit manjanya. Mungkin saja dia sedang bercanda atau sedang cerita lucu dengan adiknya, pikirku.

Setelah selesai membuat kopi, akupun kembali ke depan untuk duduk bersantai di rumah tamu. Rumahku tak terlalu besar, jadi kami tak punya ruang tengah untuk duduk santai tanpa harus pergi ke ruang tamu. Sewaktu melewati kamar Angga, aku sempat berhenti sebentar karena melihat sesuatu yang menurutku menarik. Di dalam sana kulihat istriku tengah merangkak di atas tubuh Angga. Pada posisi itu tentu saja payudaranya tepat menggantung di atas wajah Angga. Mungkin istriku ingin memberikan nenen pada adiknya itu dengan cara yang lain.

Tentu saja kalau bagi orang lain hal itu adalah perbuatan yang cabul. Bagaimana bisa seorang perempuan tengah memberikan kedua payudaranya untuk dihisap oleh seorang pemuda yang secara fisik telah dewasa seperti Angga itu. Namun bagiku itu sesuatu yang wajar saja. Dulunya memang terasa aneh, tapi seiring berjalannya waktu aku jadi biasa saja.

Akupun lanjut jalan ke depan dengan keyakinan kalau istriku bisa tahu batas-batasnya. Tak kupedulikan lagi apa yang mereka lakukan. Aku kemudian duduk santai di kursi tamu lalu membuka layar Hpku dan membalas beberapa pesan. Aku memang bukan perokok berat, tapi pas ada momen santai begitu tak jarang aku merokok meski di dalam rumah. Istriku tak pernah mempemasalahkan aku merokok. Baginya sudah wajar kalau laki-laki merokok katanya.

Beberapa saat lamanya aku duduk di kursi ruang tamu, tiba-tiba istriku kulihat mendatangiku. Dia dengan santainya berjalan keluar dari dalam kamar Angga dalam kondisi tanpa busana. Bukannya dia tadi kulihat memakai celana dalam seperti biasa? Lalu apa yang dia lakukan di dalam sana? Aku jadi penasaran dibuatnya.

“Udah tidur si Angga dek?”

“udah mas.. baru saja..” balasnya lalu duduk di sebelahku.

“Kok kamu ga pake apa-apa sih? ngapain tadi di dalam kamar Angga?”

“Hihihi.. biasa sih mas, kasih nenen Angga”

“Kok sampe ga pake apa-apa gitu dek?” tanyaku serius.

Istriku tak menjawab. Dia malah mengambil gelas kopiku lalu ikut menyeruputnya sebentar. Santai sekali dia, seakan tak terjadi hal penting yang dia lakukan.

“Emm.. itu, tadi pas kami bercanda tak sengaja celana dalamku sobek mas... jadi sekalian aku lepas saja” jawabnya tenang.

“Terus kok bisa sobek? Emang bercandanya gimana sih dek?”

“ya biasa saja bercandanya.. cuma saling gelitik sama saling tarik celana.. kan udah dari dulu kami begitu”

“Ohh.. iya sih, aku tau kalo itu..” balasku yang mulai terobati rasa penasaranku.

“Masa mas curiga yang enggak-enggak yah? kan dia adik kandungku mas”

“Ya enggak.. kan tadi aku cuma tanya dek, penasaran aja.. eh itu si Angga kamu suruh buang dalemannya yang lama, udah gak layak pake masih aja disimpan”

“Hihi.. iya mas, udak kok.. aku udah bilang ke dia” balasnya.

Aku dan istriku hampir sampai tengah malam kamu duduk berdua di ruang tamu. Kami bicara banyak hal dari hati ke hati seperti biasanya. Istriku itu memang pintar membuatku nyaman. Sungguh beruntung banget aku punya istri seperti Nastika itu. Semakin yakin kalau keberuntungan itu memang ada.

Beberapa hari setelahnya aku masih sering melihat mereka tidur bersama. Aku sendiri tak pernah sekalipun membahasnya. Bahkan sekalipun aku juga tak pernah cemburu pada perbuatan mereka. Mungkin harusnya aku mulai melarang istriku memberikan puting susunya untuk Angga, tapi aku tak bisa. Aku tak tega melihat adik iparku itu menderita. Nanti kalau aku larang bisa-bisa dia malah dongkol lalu minta pulang kembali ke desa. Kan aku sendiri yang repot jadinya.

Aku benar-benar sayang pada mereka. Mungkin karena aku tak pernah punya saudara kandung jadi rasa sayangku pada Angga sudah seperti kakak pada adik kandungnya, malah lebih dari itu kurasa. Aku tak tega kalau melihat Angga sedih. Dia itu anak yang baik dan penurut, selain itu dia selalu rajin membantu kami dan perilakunya tak pernah aneh-aneh seperti pemuda kota lainnya.

Malam inipun sama. Setelah aku dan istriku memadu kasih di dalam kamar, dia lalu mendatangi Angga di kamarnya. Apalagi kalau bukan membantunya tidur dengan memberinya buah dada. Kini istriku sudah mulai sering tak memakai apa-apa lagi saat menuju kamar adiknya. Kembali aku juga cuek saja pada apa yang dia lakukan selama itu membuatnya bahagia.

Beberapa lama kemudian aku menyusul istriku ke kamar Angga. Aku ingin melihat sejauh mana yang mereka lakukan sekarang. Bukannya Angga tadi juga mendengar kehebohan saat kami ngentot di kamar. Mungkin aku ingin sesekali mendengar pengakuannya tentang hal itu.

“Loh mas, kok ikut kesini? Kenapa?” tanya istriku. Dia sudah berbaring di samping Angga.

“Hehehe.. mas Aryo mau juga yah mimik cucu mbak Tika?” imbuh Angga.

“Hahaha.. kamu ini ada-ada aja Ngga.. bukanya tadi kamu dengar juga pas kakakmu kasih susunya” balasku.

“Hehe.. iya sih mas.. kayak rame banget gitu.. diapain sih mas mbak Tikanya?”

“Ehh.. anak kecil mau tau aja... udah, jadi tidur apa enggak ini?” sela istriku.

“Wah, ya jadi dong mbak.. aku ngantuk banget nih”

“Ngantuk kok tititnya malah bangun” tanpa canggung istriku lalu memegang kemaluan Angga denga tangan kanannya.

“Heheh.. ya bangun lah mbak, gara-gara dengar kalian tadi”

“Ohh.. jadi kalau kamu dengar suara kami berdua pasti titit kamu bangun ya Ngga? Hahaha...” celetukku kemudian.

“Hehe.. iya mas, gak bisa ditahan..“ ucapnya malu-malu.

“Lah kalo ga bisa ditahan ya dikocok saja Ngga.. masak harus diingatkan sih?”

“Mas Aryo ini apaan sih? kan malu si Angga jadinya” ucap istriku melirikku dengan tatapan protesnya.

“Hahaha.. apa mau dibantu Ngga ngocoknya? Tuh biar dibantu sama mbak Tika aja gimana?” tawarku kemudian.

“Eh.. itu..emm.. emang gapapa mas?” balas Angga ragu.

“Ya kalo cuma sebatas ngocok sih gapapa Ngga.. boleh aja”

“Mas Aryo ini beneran? Aduhh.. tambah manja dong Angga” balas istriku tak percaya.

“Udahh.. sekarang lepas aja celana dalamnya Ngga, bebasin titit kamu... pasti enak tuh nenen sambil dikocok tititnya”

Angga masih tak percaya pada ucapanku. Namun begitu Angga mulai melepas celana dalamnya sampai dia akhirnya benar-benar bugil di depan kami. Aku sendiri sebenarnya merasa kasihan Angga harus tiap malam tersiksa mendengar suara kami bersetubuh. Aku berpikir mungkin sebaiknya dia juga mendapat kompensasi dari kelakuan kami.

“gede juga lho mas punya Angga ini, gak kalah sama punya kamu mas” ucap istriku sambil memegang kemaluan adiknya itu dengan gemas.

“Hehe.. iya bener dek.. rugi kalo dia gak dapet pacar cantik” ujarku menyetujui.

“Terus ini gimana mas jadinya?”

“ya sudah, biar mbakTika kocokin tititmu aja, sambil kamu nenen.. ayo cepetan”

Mungkin apa yang kami lakukan ini sudah terlalu berlebihan. Sudah terlalu cabul untuk dilakukan di dalam keluarga tentunya. Tapi aku malah berpikiran sebaliknya, kuberi kebebasan mereka untuk melakukannya, karena tak langsung aku juga ikut menikmatinya. Yah, entah kenapa aku jadi suka banget saat melihat istriku melayani lelaki lain yang lebih muda usianya. Namun kembali lagi pada aturan kami, semuanya harus terjadi di dalam keluarga kami saja.

“Aahhhh... itu... itu.. ahh.. mbakk.. auhh...”

Angga langsung mendesah ketika tangan lembut istriku menjamah penisnya lalu mengocoknya pelan. Aku yakin Angga sekarang ini mengalami rasa nikmat yang mendadak. Libidonya yang sedari tadi naik karena mendengar suara entotan kami pasti semakin memuncak sekarang ini.

“Enak ya dek.. nih jangan lupa isep punya mbak Tika” ujar istriku kemudian.

“Ehhmmm.. mmmhh... iya mbak.. aahh... mmmhhh... teruss”

Aku bukannya marah atau cemburu pada kelakuan mereka. Senyum di bibirku malah semakin jelas terlihat saat mereka sudah berbuat lebih jauh lagi. Aku tak merasa berubah, aku tak merasa jadi aneh, karena aku bisa berpikir dengan logika. Mungkin bagi orang lain apa yang kami lakukan ini sudah termasuk perbuatan bejat, pastinya.

Clok..clokk... clok.. clokkk..

Tangan istriku terus mengocok penis Angga yang tegak menjulang itu. Tanpa sadar aku yang sedang melihatnya malah ikutan horni juga. Batang penisku yang semula sudah lemas kini jadi bangun dari tidurnya dan mengeras di balik celana pendekku. Ingin rasanya aku segera menubruk tubuh istriku lalu mengentotinya dengan liar, tapi aku tahan. Aku tak ingin mengganggunya memberi rasa nikmat pada Angga.

“Uhhh.. enak banget mbak.. ahhh.. teruusss.. aahhh..”

“Iya dek... uhhh.. iya isep yang kuat.. uhh”

Crott... croott.. croott..

Tiba-tiba dari ujung penis Angga menyembur cairan putih kental banyak sekali. Selain membasahi perutnya, cairan itu juga sempat muncrat dan jatuh di payudara istriku. Ugh, jadi semakin tak tahan aku melihatnya.

“Oooohhhhhh.. udah mbak.. aahh.. udah.. sakittt...”

Istriku pun menghentikan kocokannya saat mendengar kata sakit dari Angga. Dia tahu kalau penis laki-laki akan terasa ngilu sehabis keluar tapi masih di kocok.

“Eh, iya dekk.. sudah yah?”

“Iya mbak.. sudah... sudah keluar, enteng banget rasanya” ucap Angga tersenyum.

“Hahaha.. sudah ya Ngga.. kamu tidur aja, aku pinjam dulu kakakmu, rasanya malam ini bisa satu ronde lagi”

“Hihihi.. mas Aryo ini ada-ada saja.. ayo kalo gitu mas..”

“Hehe.. makasih ya mbak.. mas..” Angga terlihat lemas.

“Gamasalah Ngga.. laen kali bilang aja kalo pengen dikocokin sama mbak Tika, mas ijinin kok, hehehe...” kataku.

“Ahh.. ayuk mas.. katanya satu ronde lagi”

“Siap dek.. yokk kita bikin anak lagi, hahahaha....”

***

Bersambung lagi Gaes ^_^
Ini seperti "keluargaku bisa kamu nikmati" tapi diceritaiin secara halus


Suhu mah bisa aja buat ceritanya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd