Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 9


senin sore, sepulang kerja,
kuberbaring kelelahan, lelah badan, lelah pikiran, hanya paha lembut ranti yang menyamankan pikiranku. ya, aku sedang dikamar ranti. pergulatan panjang baru saja selesai, mani dalam tisu bekas mengelap vagina ranti pun belum kering.
kuberbaring dipaha lembutnya, ranti duduk bersandar tembok kamar sembari mengusap rambutku penuh kasih sayang. membuatku nyaman, teringat ibuku dulu memperlakukan aku ketika aku sedang dirundung kegalauan, juga istriku ketika menyemangatiku.

sesekali kulirik keatas, senyum ranti begitu hangat, dada besarnya mengantung seakan meminta dilumat kembali. kami masih sama sama telanjang bulat, tanpa ada pembatas lagi. untung vagina ranti sudah dicuci setelah aku pakai, kalo tidak gak kebayang bau maniku menusuk hidungku sendiri.

"galau nian mas " tanya ranti memecah keheningan
"iya ni, bingung"
"kenapa mas"
"wati tadi telpon, dia harus ninggalin rumah, cuma dikasih waktu tiga hari, kamis orang appraisal mau datang "
"mas belum dapat rumah buat mbak wati ya"
"iya, aku mau cari yang sekalian bisa buat buka warung, biar wati gak nganggur"
"sementara bisa tinggal sama mbak nur kan," saran ranti
"bisa, nur pasti gak keberatan"
"iya, kan rumah mas juga, siapa tau kalian bisa main bertiga" canda ranti
"wati sudah seperti adikku ran, aku gak mau hianati rudi" jawabku
"kan mas rudi sudah kasih izin, tinggal digas aja mas"
"kamu ni"
"nanti kalo berhasil digas, cerita ya,"
"kamu mau main bertiga juga?"
"ogah, aku single fighter mas"
kami tertawa bersama.
kuraih susu ranti yang menggantung, kusedot sebentar, kemudian pamit pulang setelah berpakaian.

sesampai dirumah, langit sudah gelap, cici menyambut kepulanganku, nur hanya melihat dari dapur, tatapannya seperti ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya. caca bermain didepan tv, sepertinya main bersama cici tadi.

"ayah kok baru pulang"
"iya, banyak kerjaan kak,"
"capek ya, mau kakak pijitin"
"nanti saja, mainlah lagi sama caca, ayah mau mandi"
"oke, nanti panggil saja,"
"makasih kakak. kakak tidak belajar?"
"tadi sudah bikin pr, mau main sama adek dulu"
"oke"
"terimakasih" jawab cici sambil berlari menemui caca kembali.

aku masuk kamar, melepas segala pakaianku, tertinggal cd dan kaos dalam. masuk kamar mandi dan mandi junub. selesai mandi aku berbaring dikasur kamarku, aku hampir tertidur hingg nur masuk.

"makan dulu mas"
"iya nur, sebentar lagi, anak anak sudah makan?"
"sudah mas"
"kamu makanlah duluan"
"iya mas."

nur duduk dipinggiran kasur, memijit kakiku, dari betis hingga paha.

"mas kenapa kok lusuh banget?" tanya nur, aku diam sejenak
"ya sudah sekalian ada yang mau aku omongin"
"iya" jawab nur
"aku punya sahabat karib, sudah seperti keluarga, namanya rudi. sekarang dia lagi dipenjara, kena kasus korupsi. semua hartanya disita untuk menebus kerugian negara. dia titipin istrinya ke aku, mau dinikahin juga boleh katanya"
"mas mau nikahi istrinya mas?"
"enggak, istrinya namanya wati, mungkin seumuran sama kamu, bisa jadi malah lebih muda. aku sudah anggap dia adik sendiri, lagian aku gak mau rusak hubunganku sama rudi"
"terus masalahnya dimana mas"
"wati harus ninggalin rumahnya, cuma bisa bawa baju saja, sementara ada anak sama ibunya yang sakit yang harus ia jaga, aku mau carikan rumah yang bisa untuk toko, tapi belum dapat. rabu ini wati sudah harus keluar dari rumah."
"terus"
"udah"
"bisa aja kan sementara tinggal dirumah sebelah, atau carikan kos kosan atau kontrakan"
"iya si"
" ya sudah, jangan bingung. "
"makasih nur"
"sama sama. sudah jangan bingung lagi, kalo mau disebelah aku gak keberatan kok, lagian kan itu rumahmu juga mas."
"iya"

kami terdiam setelahnya, pijitan nur berpindah ke lenganku, pijitan yang kurang bertenaga, namun terasa hangat penuh perhatian.

"mas"
"iya"
"mas mau pake aku?" tanya nur ketika tanganku tak sengaja meremas susu kecilnya.
"besok aja boleh"
"kapanpun boleh mas"
"aku capek banget hari ini, mau tidur cepet"

"mas, aku boleh minta sesuatu?"
"apa nur"
"caca sudah dua tahun lebih, mau aku sapih."
"iya"
"selama aku nyapih, tolong mas jangan mainin susu aku, jangan disentuh apalagi diremas, jangan disusu juga"
"iya, aku bisa" aku tau maksud nur, karena aku pernah dimarahi istriku ketika menyapih cici
"makasih mas, rencana setelah aku halangan besok mulai nyapihnya"
"iya"
"mas masih boleh make aku kayak biasanya kok, cuma susu aku aja yang jangan diganggu"
"iya nur"

nur pun keluar kamar setelah kami berciuman cukup lama, kuremas kedua susu nur, dan nur meremas kontolku dari luar celana. tak lama nur keluar, cici masuk kamar, langsung loncat kekasur, berguling hingga menindihku.
"ayah capek sekali ya"
"iya ni"
cici mengecup keningku, lalu meniupnya, "biar capeknya kabur" kata cici sambil tertawa

"dengar ketawa kakak hilang capek ayah"
"iya dong, kakak kan hebat"
cici memelukku, akupun memeluknya,
"ayah hangat"
kuusap rambut cici, dia tersenyum sambil menutup matanya, persis seperti anak kucing sedang dibelai.

setelah puas bermain, cici pun pamit tidur, akupun tertidur, lupa makan, paginya bangun kelaparan.

==
selasa pagi, aku dan cici saraapn bersama, aku benar benar lapar. cici cuma senyum senyum memandangiku makan dengan rakus.
"sabar ayah, masih lama kok" goda cici, aku hanya membalas dengan senyum.
nur bau datang dari kamar mandi diikuti senyum dibibirnya.


satu jam sebelum acara sarapan.

cici baru masuk kamar mandi, biasa ritual mandi cici agak lama, bisa sampai setengah jam lebih.
cici masuk kamar mandi, aku seret tangan nur masuk kamar nur. caca tertidur pulas di pojokan kasur.

"nur, aku mau"
"iya mas," jawab nur sambil membuka semua pakaiannya, tersisa bh dan cd. nur duduk di kasurnya. akupun membuka seluruh pakaianku, semuanya.
nur memeluk perutku, diraihnya batangku yang telah tegak, sedikir dikocoknya pelan.
kubuka kaitan bh nur sekali klik terbuka, dan nur meliloskan sendiri bh nya, dilemparkannya ke tumpukan bajunya tadi. kuangkat kepala nur, kutengadahkan menghadapku. kukecup keningnya, pipinya, hidungnya, dan bibirnya.
"makasih nur"
"aku milikmu mas, nikmatilah"
langsung kulumat bibir nur, nur membalasnya dengan penuh perasaan. susu kecil nur aku mainkan, aku remas, aku pelintir puting besarnya.

"ah… masss…. pelan saja mas… " desah nur sambil ngocok kontol
kontolku berhenti dikocok, nur merundukkan wajahnya, dibukanya mulutnya lebar lebar, dan dimasukkannya kontolku ke mulutnya.

"ah… nur… enak…"
nur mengoral dengan pelan dan lembut, lidahnya berputar dikepala kontolku, liurnya mulai membasahi seluruh batang.
oral nur cukuo dalam, hampir seluruh batang masuk kemulut mungilnya.
"hebat kamu nur, ah… enakkk…."
nur tak bergeming, hanya sedikit senyuman keluar dari bibirnya berbarengam keluarnya kontolku.

sepuluh menit berlalu, nur berbaring terlentang didepanku, kakinya mengangkang, vaginanya masih tertutup cd. tak butuh persetujuan, aku tarik cd nur, dibantu dengan diangkatnya pantat membuat cd kecil nur terlapan dengan mudah.

kini kita tela jang bulat. kunaik ke kasur nur, merangkak keatas tubuhnya. kukecup bibirnya, kulumat kembali. tangan kananku mulai mengelur vagina nur, sudah mulai basah dari sebelum kusentuh. kuturunkan keoalaku, kukecup leher nur, turun ke dadanya, kususu dada nur bergantian, kubuat cupang disusu kirinya. cupang merah, gak akan hilang dalam dua hari.

"enak mas… terus mas.. " desah nur, kususu dan ku obok obok klitoris nur. membuat nur seperti cacing ketaburan garam. melenggok penuh desahan.

selesai cupang dibuat, kupeluk tubuh kecil nur, nur pun memelukku, nur kangkangkan kedua pahanya selebar mungkin. kontolku sudah hafal dimana lubang nur, tak perlu lagi dipandu sudah bisa menemukannya, sekali tekan, blessssss, masuklah seluruh kontolku ke memek nur.

"ah… mas… penu… hangat…."
"iya, sempit memekmu nur"
"buat mas kok… nikmatilah"

aku mulai mengocok memek nur perlahan, kontol keluar masuk dari lubang senggama nur. kukocok dari pelan hingga cepat, kembali pelan dan cepat kembali, desahan nur mulai tak tertahan, aku berharap caca tidak bangun, atau cici jangan selesai dulu mandinya.

kedua tangan nur merangkul leherku, senyum manis diantara desahan sangat menggoda, ingin aku menyemburkan pejuhku ke mukanya, tapi sayang, di memek lebih nikmat.
kaki nur juga tak mau kalah, dirangkulkannya pinggangku, kini pantatnya lebih mulah bergerak, nur mengikuti ritme tusukanku, digoyangkannya pantatnya maju mundur, naik turun, sesekali memutar.
"hebah kamu nur, ah….. goyang ters…"
"ah… ahh… ahhh…" jawab nur sambil senyum

"masss… aku…...sampai…… ahh… masss…." teriak nur, tubuhnya mengeras, rangkulannya menguat, diremasnya rambutku. kutancapkan dalam dalam kontolku, menyambur orgasme nur.
tak lama kemudian nur terkapar.

"nur, kita gak bisa lama, cici hampir selesai mandi"
"iya mas, yuk, selesaikan"
nur membalikkan badannya, menungging di depanku, direnggangkannya pahanya. memek nur terlihat basah mengkilap dari belakang.

kuoleskan kontolku ke garis memek dari ujung memek sampai pangkalnya, sesekali mengenai lubang anal nur.
"jangan yang itu mas, kalo mas mau terserah mas, tapi jangan"
aku bingung dengan perkataan nur, jangan apa boleh, tapi aku belum ingin meng anal, aku belum pernah dan belum mau untuk mencoba.

"ahhh" jerit nur ketika sekali hentak kontolku masuk kembali ke lubang vagina nur, kembali aku kocok memek nur dengan batangku, kali ini langsung kecepatan tinggi, kupegangi pinggang tepos nur, kuhentak masuk kontolku, nur kembali mendasah, begitu pula aku.
tangan nur yang semula menjadi tumpuan kini mulai meraih susunya sendiri, diremasnya, dimainkannya putingnya. melihat kelakuan nur, aku makin semangat menikmati vagian nur.
kuperhatikan tubuh bagian belakang nur, putih merata, halus, kurus, namun sudah lebih berisi dibanting pertama kali aku kawini dia.

"nur aku mau keluar nur….. "
"aku juga mas…. "
kupercepat kocokanku, secepat yang aku bisa, rasa nikmat mulai menjalar dari pangkal kontol ke ujungnya, aku tak mau menahannya, cici sebentar lagi selesai mandi.
"nur….. "
"mas……"
kutumpahkan semua maniku yang ada, semua tembakanku berdarang di vagina nur. nur pun menegang, mengerang, dan orgasme juga.

selesai aku dan nur, segera aku cabut batangku, nur lalu ambruk kelelagam dan kenikmatan, kukecup kenungnya, kuucapkan terima kasih, nur menjawab dengan senyum. kutinggalkan nur yang masih terkapar telanjang, aku mandi.

selesai mandi cici sudah duduk dimeja makan, nur sedang mandi. aku menemani cici sarapan. aku lapar sekali.


=
siang hari, dikantor, selepas istirahat siang.
tiba tiba ada tamu tak diundang, beliau adalah pak mulyadi, kepala dinas pendidik bangsa.

pak mul begitu biasa beliau disapa. perawakannya khas pejabat dalam sinetron, tidak terlalu tinggi, jauh dari kata kekar, luas perutnya dua kali luas lapangan bola, kumis tipis, rambut tak kalah tipis.

"siang pak anto" sapa pak mul sembari duduk di kursi depan meja.
"siang pak mul, ada hujan apa ni pak," candaku
"guntur saja pak, belum juga gerimis" jawabnya
"aman kan pak"
"kurang pak"
"ah, apa itu yang kurang pak?" tanyaku
"bos besar marah pak"
"kok"
"pak anto yg kemarin ke provinsi kan, lobi masalah aset ke gubernur?"
"iya, kan kita papasan pak, bapak lagi sama si eneng itu"
"ah pak anto ni, itunya yang diingat"
"jadi masalahnya dimana pak"
"provinsinya tak masalah pak, masalahnya di kementrian pak, itu aset mau diminta kementrian pendidikan untuk bikin ini itu."
"lha, rebutan dong kita"
"itu dia"
"macam mana ni pak gub ni, mosok gitu"
"itu gubernur lama pak, yang baru enggak tau kayaknya"
"hufftttt" eluh ku,

"jadi sekarang bagaimana pak?" tanyaku
"besok kita ke jakarta pak"
"he, kita?"
"iya"
"kok saya, enakan ajak pak asisten, atau sekda sekalian, ini masalah sama kementrian pak, minimal sekretaris bapak lah yang dibawa"
"bos besar nyuruhnya pak anto yang dibawa"
"lhah, mana besok aku ada janji pak"
"tenang pak, ada kompensasinya kok"
"lha, apalagi ni pak"
"masih ingat si eneng siri saya kemaren pak?"
"iya, ingat"
"nanti saya ajak adeknya, buat pak anto dijakarta deh"
"eh, bapak ni, kalo murid bapak dengar, bisa ribut pada minta jatah pak"
"hahahahhahahahahah" ketawa pak mul, khas bangsawan tamak di film isekai.

"sudah, pak anto ikut saja, ini STP nya, ini SPPD nya, semua sudah di tandatangani bos besar, tinggal berangkat. sebagai ucapan terimakasih sudah ingatin saya dihotel kemaren, saya janji saya selesaikan masalah ini dijakarta, bapak tinggal duduk manis sama adeknya, capek duduk bobok juga boleh"
"ah bapak ni, ipar bapak lho itu"
"ya siapa tau pak anto jadi ipar saya, hahahahhahah"
"hedehhh"
"tau gak pak, habis ketemu bapak dihotel kemaren, saya gak jadi naik, balik ke mobil, cari tempat lain, rupanya diparkiran papasan sama wartawan banyak banget"
"ya iya lah pak, mereka lagi rakorda"
"kok tau, eh, kok gak kasih tau"
"tau lah, mas resepsionisnya kasih tau, (setelah aku kasih uang tip)"
"eh, makasih lah, aku selamat berkat itu"

"besok kita berangkat jam 10 dari sini, pesawat sore pak, nanti sopir saya jemput bapak"
"ya sudah kalo dipaksa"
"memang harus dipaksa pak, saya permisi dulu pak, terima kasih, jujur kalo merarin saya yang urus ke provinsi paling cuma balik bawa malu, bapak memang hebat lobi"
"demi rakyat pak" jawabku
"sekarang saatnya demi kita" jawab pak mul sambil berlalu

"nah gimana aku jemput wati kalo gini" gumanku sambil tepuk jidat.

tak lama pak mul pergi, bu ani masuk ruangan, beberapa berkas dia letakkan di mejaku.
"kenapa pak"
"tu kadis bikin repot, pening aku"
"pening kenapa pak, ada yang bisa dibantu pak"
"ada, tapi nanti ada yang marah" candaku
"kalo tak ketahuan mosok kena marah pak"
"ah, makin pening jadinya" gerutuku

"besok aku dinas ke jakarta, ini spt dan sppd nya" kataku sambil menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas ke bu ani, diambilnya map ini, bu ani sudah tau apa yang harus dikerjakan.
"enak lah bisa jalan jalan, tapi sama om-om botak, pantesan pening, hihihihi" ejek bu ani
"ah, tau aja"
"tau lah, pak anto kan gak suka om-om,"
"iya lah"
kami tertawa bersama.

"bu ani, tau tukang angkut barang pindahan gak, yang bisa angkut sampai tujuan"
"ada pak, mau mobil kecil atau truk?"
"bak kecil aja"
"ada, buat kapan pak"
"besok, "
"siapa yang mau pindahan?"
"kawan,"
bu ani menelpon seseorang, dari suaranya lawan bicaranya laki-laki.
"bisa besok, aku kasih nomornya, biayanya 200ribu kalo dalam kota, nanti tinggal telpon saja"
"makasih bu ani"
"makasih cuman ni pak"
"emang bu ani mau apa" bisikku pelan sambil mendekatkan badanku ke tempat bu ani duduk.
"boleh ni pak" jawab bu ani yang tak kalah berbisik
"asal tidak ketahuan kan tidak ada yang ngelarang" bisikku lagi

bu ani diam sejenak, matanya melihat kebawah, mukanya memerah, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, seperti bimbang namun berkeinginan.
"saya mau minta izin pak, lima hari saja, mau menemui suami, dia belum bisa pulang, jadi aku yang kesana"
"mau menyerahkan diri ya"
"iya pak, ahhhh, kan malu saya pak"
"hihihi,"
"pakkkk"
"aku si tak masalah, bilanglah ke kepegawaian"
"makasih pak"

bu ani lalu menyodorkan surat izin, tertulis urusan keluarga di kampung(keluarga pihak suami)

"jadi yang mana yang lagi butuh ni, yang disana apa yang disini" bisikku kembali
"ah bapak ni, aku malu, semuanya lah pak"
"kalo semuanya, nanti aku ikutan butuh gimana"
"kalo butuh tinggal bilang aja pak"
"aku butuh ni bu ani" kuberanikan dengan muka mupengku
"selamat butuh pak, selamat siang" jawab bu ani sambil beranjak pamit, ketika berdiri dari kursi diawali dengan menunduk, sehingga dapat terlihat sekilas belahan gunungnya.

setelah bu ani menutup pintu, kutelpon jasa angkutan rekomendasi tadi, aku boking jadwal besok pagi, agar aku bisa antar kerumah wati sebelum ke jakarta.

=
malamnya, aku duduk didepan tv, sebelah kananku ada cici yang menyender di badanku, sebelah kiriku ada caca yang tertidur di sampingku, aku sendiri bersandar pada sofa dipinggir tembok. nur masih menyelesaikan tugas rumah nya.

"nur…. " panggilku agak keras
"iya mas" jawab nur dari jauh
"kalo sudah selesai, kemarilah"
"sebentar mas"

"ada apa ayah" tanya cici
"mau ada tamu,"
"siapa"
"ibunya kakak aldi"
"kakak aldi ikut yah"
"iya"
"asik, kapan yah"
"besok"
"asik"

aldi adalah anak semata wayang wati dan rudi. umurnya mungkin setahun atau dua tahun labih tua dari cici, namun aku tidak suka dengan anak itu, perilakunya mirip bapaknya, sudah dikasih tau, dan sudah mulai nakal, suka usilin orang lebih ke tidak sopan.
walaupun aku kawini emaknya, aldi dan cici tetap bukan mahrom, mereka tidak boleh berdekatan.

"kenapa mas" sapa nur sambil membawa segelas kopi lalu duduk dan membenarkan posisi tidur caca
"besok pagi aku mau jemput wati, aku taruh dulu wati ibunya dan anaknya dirumah sebelah, kamu siapkan saja dua kamar buat mereka (kamar tersisa tinggal dua) biar mereka yang pilih mana yg mau dipake.
"iya mas"
"kemungkinan barang bawaan banyak, bantu beresin ya"
"iya, bakalan lama ya mas disini"
"paling lama sebulan, aku sudah ada calon tempat, cuma belum deal harga saja, aku belum ketemu pemiliknya, baru calo saja yang nemuin aku"
"iya mas"
"kalo kalu risih, tinggal aja disini, kamar caca kan kamarmu juga"
"iya"

"dan cici, jangan terlalu dekat sama aldi ya kak"
"kenapa yah"
"aldi kan sering jailin kakak, sampe kakak nangis"
"iya ayah, kakak deketnya sama adek caca saja"
"bagus"

"awasin cici dan caca ya nur, aldi isengnya gak pake mikir"
"pasti mas"

"ohya, besok siang ayah harus dinas ke jakarta, mungkin minggu baru sampai rumah, cici mau diruman tante atau bagaimana?"
"iya, dirumah tante jauh saja"
"iya, nanti ayah telpon tante biar jemput kakak disekolah"
"makasih ayah"

"nur baik baik sama wati ya"
"iya mas"


film pun habis, nur membawa caca kekamar belakang, sedang cici bersiap untuk tidur.
kubawa segelas kopi buatan nur kedepan, lalu duduk diteras depan rumah, aktifitas yang jarang aku lakukan, namun asik juga walau terasa asing.
depan rumahku ada sebuah jalan komplek, beton berlapis aspal, seberang jalan adalah tanah kosong, kadang dijadikan tempat olah raga anak anak komplek, kadang cuma jadi parkiran mobil yang pulang malam pergi subuh, karena aturannya tidak boleh ada mobil sejak sebelum suhuh hingga isya, kecuali ada izin ketika mengadakan acara.

samping kiri rumahku adalah rumah lama nur yang aku beli diawal tahun, belakang rumah nur adalah rumah pak yadi dan bu esti. sedang samping kanan rumahku adalah rumah seorang polisi muda, jarang dirumah, bahkan kami kurang kenal, hanya istrinya akrab dengan mendiang istriku, mereka sering main bareng, masak bareng, dan menggibah bareng. mereka selain seumuran juga sefrekuensi.

beberapa warga melintas didepan rumah, aku tak terlalu tau karena tertutup pagar rumah, dan beberapa pohon didalam pekarangan. seteguk demi seteguk kopi kuminum, hingga hampir habis.

tiba tiba ada motor berhenti didepan rumah. mengetuk pintu pagar.

"Asalamualaikum….." suara seorang wanita memanggil
"Waalaikumsalam… masuk.. siapa ya.."
"saya pak"
"eh, bu esti, ada apa bu"
"anu pak, main saja"
"mari buk, masuk," aku mengajak bu esti masuk ke ruang tamu, pintu tidak diturup, bahkan aku buka kedua pintu agar tidak ada pitnah yang timbul.
aku minta nur buatkan teh buat bu esti.

"sendirian aja bu"
"iya pak"
"ada perlu apa ya"
"maaf pak ganggu malam malam, anu pak, mau merepotkan bapak ni"
"ada apa ya"
"mau minjam uang pak, " jawab bu esti sambil menunduk
"berapa bu"
"dua juta saja pak, mas yadi habis kecelakaan, karena salah mas yadi sendiri si, jadi mas di phk, gak bisa pulang karena gak dapat pesangon"
"oh, bisa bu"

akupun masuk, mengambil uang dua juta dibrangkas. dan mengambil teh buatan nur.

"bu esti ngapain mas" tanya nur
"pinjam duit"
"oh, kirain mau anu"
"ah kamu ni, kalo aku mau gimana"
"lanjut lah mas, kalo bu esti gak mau, aku ada dikamar"
"iyaaaaa"

"diminum dulu bu" kuauguhkan teh ke bu esti
"makasih pak"
"ini dua juta"
"terima kasih pak" bu esti makin menundukkan kepalanya
"kenapa bu"
"pak anto tidak minta jaminan?"
"tidak, kita kan tetangga, lagian pak yadi kan teman main kartu di pos ronda depan" jawabku bohong, aku mana pernah main kartu di pos ronda.

"pak"
"iya"
"bapak lihat aku lagi itu ya"
"kata siapa"
"mas tono"
"iya, ibu marah?"
"enggak, aku salah sendiri, cuma malu aja pak"
"kok bisa si bu, kalo sama tono si masih bisa di logika, tapi kok sama anak juga"
"pak anto lihat juga ya"
"iya, beberapa kali malah"
"ih, malunya aku"

"cerita dong bu, kok bisa si"
"tapi rahasia ya pak"
"iya, memang aku pernah cerita ke siapa masalah ini"
"iya pak" jawab bu esti sambil meremas uang dua jutanya, lalu dimasukkan kedalam tas kecil.

"aku nikah sama mas yadi kan sebenarnya karena aku dipaksa bapak, bapak gak reatui aku sama mas tono, bapak maunya sama mas yadi. setelah nikah, aku makin suka sama mas yadi, dia baik, lembut, cuma kurang kuat saja kalo urusan sex. tapi setelah anak kami lahir, aku makin cinta sama mas yadi. sampai mas tono pulang dari kalimantan, ditambah kerjaan mas yadi yang membuat mas yadi jarang dirumah, akhirnya cinta ke mas tono balik lagi, dan akhirnya aku sama mas tono selingkuh. kami sering ngesex dirumah, sampai kepergok anakku. buat tutup mulut, agar tidak ngadu ke mas yadi, anakku minta ngesex juga, terpaksa aku kasih asal tidak keluar didalam."
"oh, gitu, kok enggak kb aja"
"aku kb kok, cuma gak mau aja pejuh anak kandungku masuk ke rahimku. kalo mas tono keluar didalam terus"
"emmm.. gitu ceritanya"
"iya mas, aku malu, aku dipake anak sendiri malah dilihatin pak anto"
"ya mau gimana lagi. eh tono kemana, kok lama gak kelihatan"

"mas tono ada kerjaan di kabupaten sebelah, makanya lama gak pulang. mana dia sekarang sering main sama lacur, kalo gak masih butuh aku gak mau dipake dia lagi mas."
"butuh gimana"
"mas yadi lemah mas, mana jarang dirumah, aku butuh dimasukin kontol pak"
"oh, kan ada anakmu"
"kurang pak, dia kayak bapaknya, lemah juga"

kamipun terdiam, aku gak tau lagi mau ngomong apa, bu esti pun masih tertunduk.

"pak"
"panggil anto aja, "
"mas aja ya"
"iya"

lalu bu esti pun berdiri
"mas, makasih ya sudah bantu aku, gak pake jaminan malah, sebagai ucapan terimakasih, sekaligus jaminan, mas, tolong jangan ditolak" kata bu esti sambil membuka bajunya.

bu esti datang tanpa jilbab, dia mengenakan baju lengan pendek, baju yang terlihat kebesaran, namun sesuai dengan badannya. bu esti menggunakan rok panjang warna hitam, panjangnya hingga mata kaki. rambut panjang sepundak diikat seperti ekor kuda.

dengn cepat bu esti membuka kancing bajunya, melepas bajunya hingga terlihatlah tubuhnya yang kurus, lebih kurus dari nur. bh bu esti berwarna putih, seakan terlalu besar untuk dadanya yang hampir rata.

"eh, bu esti, gak usah, jangan bu"
"panggil esti aja mas, tolong jangan bikin aku makin sungkan dan malu mas"
"eh.. esti… " aku kelabakan ketika tiba tiba bu esti berjongkok tepat didepanku, tangannya langsung memeluk kontolku, dengan kedua tangannya diusapnya kontolku yang sudah keras.
"keras mas, jangan ditolak ya, aku yang kerja kok, mas nikmati saja"

bu esti menurunkan celanaku, celana pendek seperti celana pemain bola liga utama. setelah celanaku tinggal sedengkul, bu esti menurunkan cd ku, diturunkan dengan cepat, membuat kontolku terlontar mencari udara bebas.
"kamu yakin es…"
"iya mas… tolong jangan ditolak, nanti aku semakin malu"

lalu bu esti dengan cepat mengocol kontolku dengan cepat namun ringan, tak lama kemudian dikulumnya kintolku, dioralnya dengan cepat. oral bu esti cukup enak, terasa sangat terbiasa, lidahnya menari dengan luesnya, kontolku yang tak seberapa bila dibanding tono bisa masuk seluruhnya tanpa membuat bu esti tersedak. luar biasa.
"punya mas lebih gede dari punya mas yadi lho" ucap bu esti memberi semangat
"tapi kalah jauh kalo sama punya tono"
"iya, aku aja sampe nangis mas, lebih sakit dari diperawani mas yadi"

bu esti menghentikan oralnya, dilepasnya kaitan bh dipunggungnya, dilepasnya bh kecilnya, ditaruhnya dibajunya tadi.
"kecil ya mas.." tanya bu esti sambil mengelus susunya.
kubalas senyum, aku tak mau melukai hatinya. susu bu esti memang kecil, hampir rata dengan badannya, putingnya cukup menonjol dengan warna hitam kecoklatan. kubantu buesti mengelus susunya, bu esti berpindah mengelus kontolku kembali, dioralnya kembali kontolku seperti tadi. kumainkan putingnya, dan kuelus kepalanya.

"oh.. enak esti, kamu pinter oral"
"suami aku sering jebol waktu aku kulum"
"hahahaha"
"lemah memang mas"
"jangan begitu"
cukup lama bu esti mengoral, tangam kenannya mengocok kontolku yang tersisa dari mulutnya, tangan kirinya merogoh memeknya sendiri. di sela kontolku keluar desahan lembut bu esti.

"mas, mau masikin ke sini kan" pinta bu esti seyelah berdiri dan menaikkan rok panjangnya.
"emang boleh ?"
"boleh mas, asal tidak ketahuan"

aku tarik tangan bu esti, aku ajak ke kamar depan, kamar tamu, kamar yang pernah dipakai fitri dan jaka. bu esti tau maksudnya, dia mengikutiku dengan suka rela.
didalam kamar aku lalu menutup pintu, tidak kukunci. bu esti melepas rok panjangnya, juga melepas cd nya yang sudah basah. akupun melepas celanaku yang tadi baru sampai lutut.
tak perlu komando bu esti yang telah telanjang bulat duduk tersimpuh, diarahkannya mulutnya ke kontolku kembali, dioralnya beberapa saat hingga basah.

bu esti kemudian berbaring di kasur, dibukanya panyanya, memamerkan vaginanya yang telah lebar dipaksa tono masuk. bu esti memainkan putingnya, menjaga gairahnya tetap tinggi. akupun melepas bajuku, dan kami sama sama telanjang.

tak perlu banyak gaya lagi, aku merangkak diatas tubuh kurus bu esti, memeknya sedikit mengeluarkan bau amis, aku melewatinya saja, tidak tertarik mengoralnya. aku merangkak lebih keatas, hingga susu kecilnya tepat didepan mataku, kukecup kedua putingnya, kususu keduanya, agak susah karena susunya benar benar nyaris datar. bahkan nur masih bisa bergaya dibanding susu bu esti.
tak lama aku menyusu bu esti, kunaikan lagi tubuhku, dan bu esti langsung menangkap kontolku. kuturunkan pahaku, dan bu esti mengarahkannya ke vaginanya.

sekali hentak kontolku lanhsung masuk ke vaginanya.
"ahhhh… mas…. " eluh bu esti
"kenapa es "
"enak mas, genjot aku mas"
aku sedikit bingung, vagina bu esti benar benar kendor, aku hampir tidak merasa ada cengkraman di kontolku, tapi kenapa bu esti mengeluh enak, apa itu sandiwara, atau karena nafsunya sedang tinggi.

sesuai permintaan bu esti, aku langsung genjot memeknya dengan cepat, bu esti meracau, tangannya meremas pantatku, kakinya mengunci kakiku.
"teee..***ussss….mas…."
aku tak membalas perkataan bu esti, aku sedang mencari kenikmatan didalam memek longgarnya. sialan memang si tono, bekasnya ni.

semakin lama erangan bi esti semakin keras, aku tak peduli nur mendengarnya, tapi bagaimana kalo cici yang dengar, kupercepat genjotanku, berharap ini cepat selesai.

"ahhhh… mas…. aku mau sampai ….mas… cepatin lagi mas… "

serius, dalam hatiku, akupun mengiyakan, kuperceat genjotanku secepat yang aku bisa. bu esti mengejang, kakinya mengunci dengan kuat, diremasnya pantatku dengan kuat.

"ah… mas… aku……. enakkkk… "
bu esti orgasme, bu esti menyemburkan banyak air, aku merasa kontolku seperti ketumpahan air hangat dengan cepat.
setelah bu esti selesai orgasme, aku cabut kontolku, bu esti terkapar tak berdaya.

"kamu hebat mas… mas yadi aja gak pernah bikin aku muncrat,"
"kalo tono?" tanyaku
"mas tono bisa, tapi jarang, makasih mas, enak banget"

kulihat banyak cairan keluar dari vaginanya yang masih berkedut, sedikit menetes, aku yakin sprei nya basah.

bu esti masih terkulai, kuarahkan kontolku ke mukanya, bu esti tau maksudku. dilahapnya kontolku dengan rakus.
"keluarin dimulut aja ya es"
"iya mas, aku lemas mas"
bu esti mengoral dengam cepat, lidahnya semakin lincah menari. tangan ya memainkan kedua telurku.

"aku mau keluar es….."
bu esti mempercepat oralnya, dikocoknya sisa batangku.
"ahhh. essssss. " kesemburkan pejuhku ke mulut bu esti
bu esti menerima semua pejuhku yang tidak terlalu banyak, lalu menelannya.

"makasih es"
"sama sama mas"
"doyan pejuh juga kamu ya"
"enggak mas, cuma buat mas aja"

setelah selesai, bu esti membersihkan kontolku dengan mulutnya, lalu kami berpakaian kembali.

bu esti memastikan uangnya masih ada, lalu menghabiskan teh manisnya yang sudah dingin, kemudian pamit pulang. akupun mengunci pagar dan pintu.

malam sudah hampir larut, aku menuju kamarku, namun ketika dekat kamar nur, aku mendengar suara tangisan tertahan. aku yakin itu nur.
aku biarkan saja, aku mandi kemudian tidur. besok akan jadi hari yang sibuk.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd