Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter 9
Berbeda



‘masa sih kosanya kosong Ton ?’

‘iya ma kosong, serem, apa ganti kosan aja ya’

‘ngapain itu kan deket Ton, kayaknya memang kosan baru deh, nanti juga ada orang Ton’

‘iya deh ma’

‘nanti kalo ada apa apa kasi tau mama ya”


Tono terbangun menjawab pesan singkat dari ibunya.


Tono berjalan keluar, matanya sembab, ia terjaga semalaman. Pikirannya tidak menginzinkan dirinya untuk tertidur. Ia berjalan mengendap endap melewati ruang tamu depan, berharap tidak bertemu siapa siapa pagi ini.

“eh Tono, selamat pagi Tono” suara bu Tati mengagetkan Tono dari dapur

“ah .. i, i ya bu, pagi bu” jawab Tono gugup

“Tumben pagi pagi banget bangunnya, biasa lebih siang” Tanya bu Tati sambil memasak

“i iya bu, tidur nya gak enak, apalagi ada kuliah p pagi bu” jawab Tono ingin segera keluar dari percakapan ini

“hahaha, biasanya tidur nyenyak yaah ?” tawa bu Tati dengan nada menggoda


Tono mencoba untuk bersikap seperti biasa, namun dia tidak bisa. Badannya berdiri kaku, tangannya sedikit mengepal, bahunya tegang.


“o oke deh bu, saya permisi mau berangkat kuliah dulu bu” Tono berkata cepat mencoba mengakhiri percakapan ini

“eh ngapain buru buru, ini makan sarapan dulu, ibu sudah masak banyak ini” kata bu Tati sambil menunjuk ke arah wajan

“gapapa bu saya sarapan di kampus aja bu” kata Tono mencoba untuk beranjak pergi

“duh sayang ini nasinya, banyak ibu buat soalnya Ton” bu Tati mencoba membujuk Tono


Tono terdiam sejenak, dirinya sungkan untuk menolak permintaan bu Tati.


“sudah ayo makan dulu” tiba tiba bu Tati mendorong dirinya ke ruang depan


Tono mau tidak mau ikut ke ruang depan. Di sana ia melihat seorang pria sedang terduduk di sofa sambil tersenyum. Tono menebak bahwa ia adalah suami bu Tati, tapi dia merasa ada yang janggal.


“Nah, ini kenalin pak Anta, Ton, suami ibu yang pernah dibilang dulu” bu Tati mendekatkan Tono ke suaminya

“halo Tono, saya Suhanta, panggil aja Anta yah” sapa pak Anta menjulurkan tangannya untuk menyalam Tono

“iya, pak, saya Tono” Tono membalas jabatan tangan pak Anta

“Tunggu yah biar ibu ambil nasinya dulu” kata bu Tati sambil berjalan ke dapur belakang


Tono kemudian duduk di atas sofa sebrang pak Anta. Ia nampak sedikit was was. Kakinya sesekali bergetar menepuk lantai. Tangannya melipat di atas pahanya.


“Jadi bagaimana sudah tiga minggu di Malang Ton ?” pak Anta membuka percakapan

“e enak kok pak di Malang” jawab Tono

“enak gimana ?” pak Anta kembali bertanya

“ah.. yah enak pak, cuacanya sejuk, kotanya bersih, orangnya juga ramah pak”

“ooo.. hahahaha, kamu sudah coba ke Batu belum ? enak tuh banyak tempat wisata”

“sudah pak” Tono menjawab dengan singkat mengingat apa yang dilakukannya dengan bu Tati disana. Ia berharap bu Tati segera datang membawa makanannya

“wah cepat juga kamu sudah ke sana … bagus gak Ton ?”

“bagus pak tempatnya ..”


Tono mencoba menjawab pertanyaan pak Anta dengan singkat sambil memperhatikan wajah pak Anta. Ada yang sedikit janggal. Ia mencoba mengingat foto foto bu Tati dan pak Anta yang di pajang di ruangan tersebut. Ia merasa pak Anta lebih muda dibandingkan dengan foto yang pernah dipajang dahulu. Tono mencoba untuk membandingkannya dengan foto yang ada di dinding sebelahnya, namun ia takut terlihat mencurigakan.


“nah ini dia makanannya” bu Tati datang membawa nasi goreng

“nah gitu dong, sudah lapar ini” kata pak Anta

“ayo dimakan Ton” kata bu Tati sambil memberikan piring nasi goreng ke pak Anta dan Tono

“enak nih, dah lama gak makan nasi goreng mama” kata pak Anta

“iya dong, ayah berapa hari di sini ?” tanya bu Tati

“kemungkinan tiga hari ma, ada urusan kerjaan yang belum selesai nih” jawab pak Anta sambil memakan nasi goreng

“yah, cepet yaah” jawab bu Tati


Selagi bu Tati dan pak Anta berbicara, Tono mencoba melirik ke arah foto foto yang di gantung di ruang tamu tersebut. Ia mencoba membandingkan wajah pak Anta dengan yang ada di foto.


‘glek’ Tono menelan ludahnya


Ternyata wajah pak Anta dan fotonya sama. Tono sangat terkejut. Selama ini dia melihat foto pak Anta yang sudah tua terpajang di dinding. Mata Tono melirik kembali ke wajah pak Anta, kemudian kembali ke dinding sekali lagi untuk memastikannya. Namun ternyata sama ! ya wajah mereka serupa. Wajah pak anta di foto tersebut nampak lebih muda dari yang diingat dirinya.

Tono mencoba untuk mengingat foto foto kemarin. Ia sangat yakin bahwa pak Anta seharusnya sudah tua, namun foto foto tersebut berkata lain. Keringat menetes di pelipis Tono. Bingung, ia ingin segera pergi dari ruangan tersebut.


“kenapa Ton diam diam saja, kepedesan yah ?” bu Tati tiba tiba bertanya mengagetkan Tono

“eh iya sedikit pedes bu ha ha ha ..” Tono tertawa gugup

“kalo gak pedes, bapake gak suka soalnya yah pah”

“hahaha iya Ton, gak joss kalo gak pedes” jawab pak Anta


Tono segera cepat cepat menghabiskan makanan tersebut.


“saya pergi dulu ya bu, pak, permisi mau kuliah” Tono beranjak berdiri setelah menghabiskan makanannya

“buru buru amat Ton, katanya pedes hahaha” Tanya pak Anta

“iya pak takut terlambat kelas pagi pak” jawab Tono

“ya sudah hati hati Ton” kata bu Tati


Tono segera berjalan ke luar dengan cepat. Sebelum pergi ia menoleh ke belakang dan melihat bu Tati dan pak Anta sedang berdiskusi. Ia Ragu apakah ia harus pulang malam ini ke kosan atau tidak. Beberapa baju sudah ia siapkan di dalam tas, ia segera menyalakan sepeda motornya dan berangkat ke kampus.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd