Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

Part 16

Curahan Hati Tante Wulan



Hari ini, aku terbangun ketika matahari sedang panas-panasnya. Aku memiliki janji temu dengan dosenku untuk membahas skripsiku yang selama beberapa waktu ini terbengkalai. Selain itu, aku merasa bahwa badanku sudah sangat mendingan daripada beberapa hari yang lalu. Tepat pukul dua belas siang, aku telah Bersiap untuk menuju ke kampus.



“tan, aku ke kampus dulu ya… mau bimbingan skripsi.” Ucapku kepada tante wulan yang saat itu sedang menikmati acara tv favoritnya.

“oh, iya. Gitu dong, skripsinya diselesaiin.” Jawabnya.



Aku hanya melemper senyuman sebagai bentuk respon atas jawab tante Wulan tersebut. Setelahnya, aku bergegas mengeluarkan motorku dari garasi dan beranjak pergi menuju kampus. Sesampainya di kampus, aku langsung menemui dosenku dan tidak banyak yang bisa aku ceritakan pada pertemuanku dengan dosenku tersebut. Selain karena dosennya merupakan seorang bapak-bapak, juga topik bahasan kami terlalu memusingkan kepala untuk diceritakan.

Setelah urusanku rampung, segera aku Kembali ke rumah. Aku memang tidak memiliki banyak teman di kampusku atau bahkan di dalam kehidupanku itu sendiri, mungkin temanku bisa dihitung dengan jari. Itulah yang membuatku gila dengan dunia internet, hingga aku bisa menghasilkan pundi-pundi uang dari internet itu sendiri, setelah aku belajar mengenai crypto currency dan trading forex.

Sebelum kejadian baru-baru ini, hidupku bisa dibilang abu-abu alias tanpa warna. Untungnya dengan pengalamanku membaca dan belajar dari dunia maya membuat diriku sedikit berubah, meskipun terdapat sedikit penyimpangan, yaitu aku lebih tertarik pada lawan jenis yang usianya lebih tua dari diriku. Namun aku tetap bersyukur, karena mereka lah hidupku menjadi penuh lendir kenikmatan.

Sesampainya di rumah, kudapatai tante Wulan telah berpakaian rapih dengan atasan putih yang lumayan ketat di balut dengan cardigan milinya, sementara bawahan ia mengenakan celana kulot, yang meskipun lebar di area betis dan pahanya, namun masih mencetak bokong indahnya dengan sempurna. Aku tak mengetahui motifnya mengenakan pakaian rapih seperti itu sembari menonton tv.



“ajak tante jalan-jalan dong, To. Tante bosen nih di rumah terus.” Ucap tante Wulan ketika menyambutku pulang.

“ayok deh, Tan. Mau kemana emang?”

“kemana aja deh, yang penting keluar.” Jawabnya

“kalo Cuma mau keluar mah, di sini juga aku bisa bikin tante Wulan keluar.” Ucapku yang hanya berani aku lontarkan dalam hati.



Aku pun meng-iya-kan permintaan tante wulan untuk mengajaknya jalan-jalan, meskipun aku sendiri tidak tau harus kemana. Aku sangat jarang sekali keluar rumah untuk nongkrong atau bermain dengan teman-temanku. Sembari menelusuri jalanan kampungku tersebut, terbesit dibenakku untuk mengajak tante wulan ke danau kecil yang letaknya tak jauh dari sini. Mungkin suasana yang asri dan teduh akan membuat kami rileks disana, pikirku.

Setelah keluar dari area perkampunganku, kini pegangan tante wulan makin erat dan menempel. Aksi tersebut tentu menimbulkan reaksi pada area bawahku. Otongku memberontak, akibat dari sentuhan benda kenyal yang menempel pada punggungku tersebut. Aku sangat menikmati perjalanan tersebut dan ingin rasanya, sepeda motorku aku belokkan ke hotel lalu aku garap tubuh tante wulan itu.



“enggak berasa ya, To. Kamu udah gede aja. Sekarang bisa dipeluk lagi.” Ucapnya sembari mengencangkan pelukannya kepadaku yang membuyarkan lamuanku.

“Namanya juga umur, Tan. Semakin berjalannya waktu kan kita akan tumbuh dan saling menua.” Jawabku.

“tapi yang tumbuh gede bukan Cuma badanku kok, Tan. Kontolku juga ini asal tante tau.” Lagi-lagi aku hanya berbicara dari dalam hati.

“iya juga sih, To. Eh kita kesini nih?” pertanyaan retorika keluar dari tante Wulan ketika kami memasuki area danau tersebut.



Setelah beberapa saat berkendara, kini kami telah sampai di tujuan kami. Aku pun memarkirkan kendaraanku dan mencari area tempat duduk yang telah disediakan. Kondisi di tempat ini cukup sepi, karena dapat dikatakan cuaca saat ini cukup panas dan belum waktunya orang-orang Kembali dari rutinitas mereka masing-masing. Hal tersebut membuat kami leluasa untuk memilih tempat duduk dan kami memutuskan untuk duduk di bangku yang letaknya tepat di bawah pohon rindang.



“kamu sering ke sini, To?” tanya tante wulan membuka obrolan setelah kami duduk.

“enggak kok, Tan.”

“kok tau tempat ini?” ia bertanya Kembali.

“ini mah tempat umum yang hampir semua orang sini tau, Tan.” Jawabku santai.



Suasana Kembali hening diantara kami berdua. Sedikit aku melirik ke tante Wulan pandangannya lurus ke depan dengan tatapan kosong dan tangan dilipat di dada bidangnya itu. Aku melihat seperti ada sesuatu yang berat sehingga mengganggu pikirannya, namun aku tak berani untuk menanyakannya karena takut dikira lancang.

Mungkin banyak dari kalian yang berpikir, kenapa aku tak langsung mengeksekusi tante wulan, seperti aku mengeksekusi bi Nana. Pertanyaan tersebut tentu saja gampang aku jawab. Ketika aku mengeksekusi bi Nana tentu saja tidak ada pertimbangan lain selain dari sisi keluargaku. Apes-apesnya aku akan disidang oleh perangkat desa dan orang tua ku mungkin tak akan pernah tau karena mereka tidak satu rumah denganku dan aku telah dinyatakan dewasa. Sementara kasusku dengan tante wulan berbeda, ketika aku berbuat nekat dan tante wulan keberatan, tentu imbasnya di keluarga besarku, terlebih lagi papaku yang bisa dikatakan tak akan segan untuk menghukumku. Selain itu juga aku sangat menghormati tante Wulan sebagai bagian dari keluarga dan kami masih terikat darah.

“kamu lihat orang yang sedang menjala burung itu?” tanya tante wulan memecah keheningan diantara kami.

“liat, Tan. Emangnya kenapa?” tanyaku Kembali.

“kamu tau nggak, dalam setiap perlombaan kicau burung, pemenang hanya akan ada satu. Lalu bagaimana Nasib burung yang kalah? mungkin beruntung jika pemilik burung tersebut bukanlah orang yang mudah menyerah dan hanya akan menyalahkan keadaan tanpa Tindakan. Tapi jika pemiliknya adalah orang yang kejam, maka burung tersebut akan dipaksa mati-matian agar pada perlombaan berikutnya menang, tanpa tau bagaimana perasaan burung tersebut.” ucap tante Wulan.



Aku mencoba mencerna ucapan dari tante Wulan yang terdengar lugas dan serius tersebut. Nampaknya ini hanya gambaran, alias bukan makna sebenarnya.



“Bahkan, tanpa mereka tau, seringkali burung tersebut juga merasa stress karena terus menerus dipaksa berkicau, sementara ia enggan dan selama hidupnya pun ia hanya dikurung.” Lanjutnya.

“lantas bagaimana jika manusia yang berada di posisi itu? Manusia yang sebenarnya tidak bersalah, namun harus menanggung apa yang sebenarnya tidak ia perbuat.” ucapnya memalingkan pandangan ke arah ku setelah sebelumnya ia menatap lurus ke depan.

“ma… maksud tante?” tanya ku bego.

“mertua tante… mereka selama ini yang menuduh tante mandul, selalu… selalu tante yang menjadi kambing hitam. Tapi mereka tak pernah mau tau bahwa sebenarnya laki-laki juga bisa mandul dan mereka juga tak mau tau bahwa sperma dari anaknya itu sangat sulit untuk membuahi. Semua…. Semuanya lalu dilimpahkan ke tante, seolah biang masalah karena tak selama pernikahan kami tak punya momongan itu adalah tante, To.” Ucap Tante Wulan yang kali ini dengan mata berkaca-kaca setelah luapan emosinya keluar.

“tak kurang-kurangnya tante dan om mu itu berusaha dan berdoa setiap hari agar mendapatkan momongan, namun nyatanya sampai saat ini tak kunjung membuahkan hasil. Kurang sabar bagaimana aku? Bertahan di tengah keluarga yang sampai sekarang tak mempercayaiku.” Tangis tante wulan pun pecah.



Aku yang sedari tadi hanya bengong melongo mendengarkan segala luapan emosi dari tante wulan, kini mendekatkan tubuhku padanya yang lalu memberikan pelukan hangat untuknya. Sementara tante wulan pun menyambut pelukanku tersebut, namun mukanya dibenamkan di dadaku. Aku pun memberanikan diri untuk mengusap rambutnya, sementara tante Wulan masih tenggelam dalam tangisnya.



“udah, tante tenang ya. Ada Dito disini, selama tante disini, dito janji, dito akan berusaha buat tante lupa sama masalah tante.” Ucapan bodoh dari anak ingusan terlontar dengan sendirinya dari mulutku. Hal tersebut karena aku sendiri bingung harus bersikap seperti apa, sementara di pelukanku kini ada seorang istri orang dengan permasalah peliknya.

“tante pokonya bebas nginep di rumah Dito, mau sampai kapan terserah, yang penting tante tenang dan bisa lepas dari masalah itu.” Lanjutku lagi dan lagi-lagi keluar secara spontan.

“makasih ya, To. Kamu memang anak yang baik.” Ucap tante Wulan setelah melepaskan pelukanku sembari menatapku dengan mata sendu berlinang air mata.

“udah ya tante, jangan nangis lagi. Nanti cantiknya hilang loh.” Ucapku sembari menyeka air mata dari pipinya.

“oh udah berani gombal ya sama tante sendiri, tante laporin mama kamu ya.” Ucapnya yang kali ini dengan riang sembari berpura-pura ingin mengeluarkan hp dari dalam tas selempang kecil miliknya.



Setelah itu, kami hanya mengobrol ringan dan saling bercanda sembari menikmati hawa dan suasana di dekat danau tersebut yang ternyata semakin sore semakin rame. Sementara itu, kami memutuskan untuk pulang sebelum masuk waktu senja. Setelah keluar dari area danau tersebut, kami mencari rumah makan untuk mengisi perut kami yang sedari siang belum kemasukan makanan.

Sore itu, kami habiskan layaknya sepasang kekasih yang sedang menjelajahi waktu Bersama. Setelah puas dan kenyang, kami pun bergegas untuk pulang. Dari apa yang telah aku lewati sore ini, ternyata dugaanku benar, bahwa tante Wulan memang sengaja pergi dari rumah suaminya karena sudah tak tahan dengan perlakuan mereka, terkait dengan momongan….



“tan, aku besok boleh ikut yoga sama tante nggak?” tanyaku sesampainya kami di rumah.

“boleh lah, tumben mau ikut tante yoga.”

“kayaknya badanku butuh olahraga deh tan, soalnya kan kemaren kebanyakan nggak gerak pas sakit.” Jawabku.

“bagus lah kalo kamu sadar gimana pentingnya olahraga.” Jawab tante Wulan sembari melemparkan senyum.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd