Update tipis
++++++++++
++++++++++
Part 4.4
Setelah menyelesaiakan ritual mandiku, dan mencuci 7x mataku -salah satunya dicampur debu-, serta berganti pakaian, celana jeans, kaos, dan tak lupa memakai jaket angkatan, akupun segera meluncur dengan motor GL-Pro Kesayanganku menuju pusat kota tempat kost mbak ita berada. Sempat merutuk dalam hati karena harus balik lagi ke kost karena lupa membawa baju ganti sesuai pesan mbak Vina, akupun sampai didepan kost mb. Ita pukul 4 lewat beberapa menit.
Mb. Vina
Bentar ya, aku baru selesai mandi tam
Aku
Oke mbak, aku ngopi dulu kalo gitu di sebrang kost.
Setelah mengirim pesan kepada mbak Vina, dan memarkir kendaraanku didepan gerbang kost, aku melangkah menyebrangi jalan menuju warung kopi yang kumaksud, dan memesan aegelas kopi panas. Tak lupa membeli sebungkus rokok untuk amunisi selama perjalanan.
Setelah hampir 2 batang rokok kuhabiskan, dan segelas kopi ludes, tampak mb. Vina dan Mb. Ita keluar dari gerbang Kost dan melihat ke arahku.
Setelah membayar kopi dan rokok, aku berlari kecil menyebrangi jalan menuju mereka yang sudah menunggu di samping kendaraanku.
Terjadi percakapan diantara kami bertiga.
"Sorry lama ya, kirain baru jam 5 kamu sampai." Mb. Vina membuka percakapan
"Iya nih, dilama lamain tadi dandannya si vina, katanya mau ketemu pujaan" ledek mbak ita, yang lalu dicubit kecil oleh mb. Vina yang tersipu malu
"Endak kok mb. Malah bisa ngopi dulu, tadi belum sempet ngopi dirumah" timpalku santai sambil menyerahkan helm dari dalam tasku kepadanya.
"Kita berangkat sekarang mbak?" Lanjutku lagi
"Iya tam, ayuk" sahut mbak vina sambil menerima helm yang kuserahkan dan memakainya.
Setelah kami berdua naik ke motor kesayanganku, dan berpamitan ke mbak ita yang masi cengar cengir dan berpesan kepadaku untuk berhati hati, kamipun berangkat menuju tempat acara makrab organisasi berlangsung.
Tempat yang kami tuju berjarak sekitar 35 KM dari pusat kota, dengan waktu tempuh sekitar 1.5 jam. Daerah ini terkenal dengan udaranya yang dingin, dan pemandangan alamnya yang luar biasa. Selain terdapat objek wisata berupa 9 buah candi, tempat ini juga terkenal dengan menjamurnya villa dan tempat bisnis esek esek berkedok tempat karaoke.
Sekitar 1.5 jam kemudian, sampailah kami di gerbang selamat datang yang berada tepat disebelah pasar. Dikejauhan terlihat siluet gagah gunung dengan nama sama dengan ibukota kabupaten ini, berdiri dalam gelap. Dari sini kami harus naik keatas sekitar 30 menit lagi sebelum sampai di lokasi makrab. Mbak Vina mengusulkan untuk makan malam dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Aku membelokkan kendaraanku menuju salah satu warung tenda dengan tulisan sate kelinci. Memarkirkan kendaraanku dan memesan makanan dan tak lupa wedang jahe untuk menghangatkan badan. Udara terasa begitu dingin, ditambah kondisi cuaca agak mulai gerimis, membuatku mba. Vina agak menggigil dan menggosok gosokkan tangannya sambil meniup2 nya.
"Dingin ya mbak" ucapku melihatnya masih meniup niup tangan nya
"Ffffuuuaaahhhh, iiiiya nih, padahal aku udah pake baju sobel dibawah sweater". Balasnya sambil menggigil
"Sini aku peluk biar agak anget mbak, hehe" ucapku bercanda
Tanpa kuduga dia mengiyakan perkataanku dan menggeser duduknya semakin mendekat dan menyenderkan tubuhnya ke lenganku.
Reflek akupun mengalungkan tanganku ke belakang lehernya dan menarik tubuhnya semakin dekat kearahku. Payudaranya walaupun tertutup sweater masih terasa menyentuh dadaku. Apalagi posisi kepalanya didada atas, sehingga nafasnya menyentuh leherku, membuat adik juniorku yang ada dibawah sedilit memberontak.
"Sial.. bahaya nih" pikirku, sambil tanganku menggosok2 lengan atas mbak vina yang masih ada dipelukanku, untuk sekedar mengalihkan pikiranku dari kemesuman.
Tak lama kemudian pesananku selesai disiapkan. 2 porsi sate kelinci beserta nasi ditambah bumbu kacang khas nya. 1 porsi tahu bakso, dan 2 gelas jahe panas, yang segera kami nikmati dengan lahap. Udara dingin ditambah harumnya masakan membuat aku dan mbak vina makan dengan lahapnya. Aku sampai menambah nasi sangking laparnya. Dan mbak vina hanya tertawa melihat kelakuanku sambil menggigit sate kelinci yang masih panas. Kami makan dalam diam sambil menikmati irama lagu dari adik salah seorang personel grup lawak srimulat. Pakde penjual sate yang berusia pertengahan limapuluhan itu, tampak berdendang mengikuti alunan lagu campursari dari radio dua band didepannya.
Bebasan kaya ngenteni
Udan ning mangsa ketiga
Senajan mung sedela ora dadi ngapa
Penting iso ngademke ati
Semana uga rasane atiku
Mung tansah nunggu tekamu
Ra krasa setaun kowe ninggal aku
Kangen, kangene atiku
Aku sih kelingan nalika ing pelabuhan
Kowe janji lunga ra ana sewulan
Nanging saiki wes luwih ing janji
Nyatane kowe ora bali-bali
Ning Pelabuhan Tanjung Mas kene
Biyen aku ngaterke kowe
Ning Pelabuhan Semarang kene
Aku tansah ngenteni kowe
Semana uga rasane atiku
Mung tansah nunggu tekamu
Ra krasa setaun kowe ninggal aku
Kangen, kangene atiku
Aku sih kelingan nalika ing pelabuhan
Kowe janji lunga ra ana sewulan
Nanging saiki wis luwih ing janji
Nyatane kowe ora bali-bali
Ning Pelabuhan Tanjung Mas kene
Biyen aku ngaterke kowe
Ning Pelabuhan Semarang kene
Aku tansah ngenteni kowe
Semana uga rasane atiku
Mung tansah nunggu tekamu
Ra krasa setaun kowe ninggal aku
Kangen, kangene atiku
++++++++++
++++++++++
Bersambung ke
Part. 4.5