Ini lanjutan pengalaman seks yang aku alami pada masa-masa tinggal bersama kak Dewi. Saat itu aku sudah rutin antar jemput kak Dewi ke kantornya. Sampai-sampai suatu hari kak Dewi dapat tugas ke kota Surabaya. Satu hal yang kebetulan dan istimewa yaitu rekan business trip kak Dewi saat itu, kak Dila. Aku dapat kabar itu seminggu sebelumnya, dijalan sewaktu aku nganterin Kak Dewi balik kerumah. Dia pun nawarin aku untuk ikut mereka. Saat itu juga aku mengiyakan tawarannya. Kemudian aku diminta untuk booking penginapan disana, malam itu juga aku hunting penginapan via booki**.com. Aku hanya pesan satu kamar dengan ukuran tempat tidur yang ekstra besar.
Tiba hari H -1, kami bertiga pun berangkat ke Surabaya naik kereta. Karena ini merupakan moment yang tidak biasa, aku sengaja minum obat stamina pria sewaktu ditengah perjalanan, in case sampai di penginapan di Surabaya kondisi langsung panas. Tiba di Surabaya sore dan kita langsung bergegas ke penginapan. Malam harinya, terlihat kak Dewi dan kak Dila langsung terlelap karena selama perjalanan mereka tidak istirahat, malahan sering aku lihat bercanda ria. Sedangkan aku tidak bisa tidur, mungkin karena obat itu. Aku banyak minum selama perjalanan sehingga dipenginapan rasa pengen kencing terus.. Otomatis, aku bolak balik ke toilet untuk pipis. Hingga yang kesekian kalinya, ketika keluar dari toilet, kak Dila sudah tidak ada di tempat tidur. “Mbak Dila.. Mbak… Mbak Dila?” Entah kenapa kupanggil dia mbak, bukannya kak. Aku panggil-panggil pelan tapi tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Jadi, aku menunggunya sambil tiduran di pinggiran ranjang yang kosong. Belakangan kuketahui ternyata dia ada di balkon. Sekembalinya dia keruangan kamar, bukannya kembali beristirahat, dia malah mengajak aku kebalkon. Kita pun ngobrol ngalor ngidul hingga omongan kita menyerempet kearah seks. Hingga entah bagaimana ketika aku memegang penisku, rasanya keras dan panas. Dengan pelan, tangan kiri kak Dila pun spontan ikut memegang penisku yang bangun itu sedangkan tangan kanannya memegang bahuku. Diremas-remaslah penisku. Setelah beberapa saat seperti itu, dikeluarkannya senjataku itu. Lalu ia memperhatikanku dengan senyuman nakal.
“Dek.. punyamu ini juga bisa membuat aku melayang-layang..” katanya tiba-tiba.
“Maksudnya Mbak pengen dimasukin?” Aku tentu sudah tahu apa maksudnya.
“Iya.. kalo dikocokin 5 menit, kamu tahan ngga?” tantang Mbak Dila.
“kayanya sih, Mbak.. mau coba..? nih.. bisa nggak Mbak bikin aku keluar dalam 4 menit?” tantangku balik dengan perasaan campur baur. “Berani juga nih gue.” Kataku dalam hati.
“Kamu bener yakinnn?” tanyanya penuh semangat.
Tanpa menunggu jawabanku lagi, ia memegang kejantananku dan mulai mengocoknya dengan tempo sedang tapi konstan. Wah.. enak banget kocokannya. 3 menit kemudian ia jongkok lalu dijilat-jilatnya selangkanganku. Aku merasakan sesuatu yang amat sangat nikmat. Tanpa disangka-sangka Mbak Dila memegang tangan kananku lalu menuntunnya masuk ke balik tanktopnya. Ya.. itu dia!! Gunung kembarnya begitu tegang kurasakan. Tanpa disuruh lagi aku pun meremas-remasnya itu. Sementara itu ia terus saja mengocok kejantananku dengan penuh nafsu.
Semenit kemudian aku mulai merasa akan keluar. Melihat gelagatku, tanpa ampun lagi mbak Dila langsung mempercepat kocokannya. “Ahhh hampir keluar akuhh…. Aaahhhh mbakkk…sshhhhhh”. Mbak Dila membalas “enakkhhh… mmhhh….keluarin dek… hmmm…. shh… mmmhhhh…… oooaaahhhhhh”. Aku pun ngga tahan lagi. “Crot..! crot..! crot..!” spermaku nyemprot masuk ke mulut Mbak Dila. Dia lalu menjilati kejantananku dengan mimik muka penuh kepuasan.
“hahahaha Gimana Dek..? enak nggak?” tanyanya sambil tersenyum. Terlihat bekas cairan kental itu di mulut dan bibirnya.
“Wah gila Mbak.. Boleh dong kapan-kapan lagi..?” jawabku sambil nyengir.
“Boleh dong.. tapi sekarang gantian ya.. punya kamu istirahat dulu.. punya aku kamu puasin....” ujarnya dengan mimik senang.
Aku pun mengangguk. Melewati tengah malam, sekitar pukul dua dini hari, aku langsung menyerang buah dadanya yang setengah menggelembung di balik tanktop putihnya. Lebih besar punya kak Dewi memang, tapi punya mbak Dila lebih negang! Kuangkat tanktopnya dan kulumat toketnya “aaahhhh…. Dekhhh…. Hmmmmhhhhh… mainin memek akuhhhh….” ’senjata’ andalanku mulai terasa sedikit bangun kembali saat aku membuka celana pendek dan CD mbak Dila dan gesekin jari-jariku dimemeknya. Mbak Dila pun makin liar, desahnya makin intens. “hmmmhhhh…ooaaaahhhh…. Enakhhh… teruusss….” Tanpa ragu aku langsung memasukkan 2 jari ku dan mengocoknya. “aaahhhhh…. Shiiiitttt…. Aaaahhhh…. Aaaaahhhhhh….” Digerakkan maju mundur pinggulnya, desahannya tambah liar memeknya diobok-obok 2 jariku dan kini giliranku bilang ke dia. “ohhhsss.. enak mbak….hmmmhh.. keluarin aja mbakkhhh….” Aku pun makin kencang mengoboknya. Kedua tangan Mbak Dila memegang bahuku. Bergetar keras jariku didalam memeknya. Desahannya pun ikut bergetar “aaaaaaaaaaahhhh…… anjriiiiiiittttth…….. aaaaaaaahhhhhhhhhsssss..... aku keluaaaarhhhh…. Aaaaahhhh…..aaaaaaaahhhhhhhhhhsssss..” Mungkin karena kelelahan, nampaknya kak Dewi tidak terbangun walaupun suara desahan kita malam itu lumayan terdengar. Setelah beberapa saat, kita pun tertidur malam itu.
Pagi menjelang, kak Dewi bangun duluan. Dia langsung cuci muka dan bersiap-siap ngantor. Tak lama berselang mbak Dila pun menyusul siap-siap.”Lo udah mandi Dew??” kak Dewi pun nyengir “Males mandi gue La. Hahahaha… elo aja yang rajin yak” mbak Dila pun protes “Buseeed… pantesan curiga gue nih handuk kok ga basah-basah amat” Sementara itu kak Dewi memesan Grabcar. Dia pun nanya “Dek, ikut ngga sekalian? Kali mau nongkrong apa jalan-jalan kemana gitu?” Aku yang baru bangun pun belum mudeng “Hah…?? Berangkat juga nih aku ngikut ketempat kerja??” mbak Dila pun nyautin “ Hahahaha… Alaaaaahhhh biarin aja dia mah udah mandiri, bisa atur jadwal sendiri, ya kan dek?? Hahahahahaaa” Setelah mereka berdua siap, segera aku beranjak bangun buat cuci muka. “Udah pada nyarap Ka??” tanyaku. Kak Dewi nyaut: “Nih, baru mau turun nyari, sekalian cabut. Kamu tar beli sendiri aja ya??” karena aku pun masih malas, aku mengiyakan. “Iya kak beres”