Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Jurnal Kelam Seorang Istri
Bagian Sepuluh


Pagi itu aku dihinggapi rasa malas yang luar biasa, hari ini adalah hari jumat, aku melirik jam dinding yang tergantung di kamarku sudah pukul setengah sembilan, Bang Andi baru saja berangkat kekantor sekitar 1 jam lalu, malam tadi adalah malam jumat, seperti biasa, aku melayani nafkah batin Bang Andi tadi malam, entahlah kenapa Bang Andi masih sangat konvensional sekali, setiap malam Jumat dia pasti tak luput meminta jatahnya sebagai seorang suami, tadi malam Bang Andi terasa sangat bernapsu sekali dengan diriku, sekujur tubuhku dari ujung rambut hingga ujung kaki tak luput dari sapuan lidahnya, lumayan sih ada kemajuan dari Bang Andi, biasanya foreplay kami hanya sebatas kissing serta nenen saja, tapi belakangan Bang Andi mulai rajin menjilati tubuhku, terutama ketiakku, dan suprisenya Bang Andi mulai berani memberikan seks oral padaku, dia terlihat menikmati melakukan itu, aku sih cukup senang bahwa dia mulai berani mengeksplor hal-hal baru dalam hubungan intim kami, meskipun secara foreplay ada kemajuan, namun Bang Andi belum bisa memperbaiki durasi saat melakukan penetrasi, terkadang saat gairahku mulai meningkat menuju puncak orgasme, bang Andi sudah KO duluan, meskipun dia kemudian membantuku melakukan masturbasi after seks, tetap saja aku merasa kecewa, namun aku tak pernah menunjukkan wajah kecewaku atau bahkan mengomentarinya secara verbal, aku tak ingin membuat Bang Andi down, salahku juga sih, harusnya aku seperti biasa membayangkan pak Frans, namun tadi malam aku larut dalam gairahku berkat foreplay Bang Andi.

Bahkan tadi pagi aku terlambat bangun karena rasa malas yang luar biasa, Bang andi yang membangunkanku, aku cukup kaget ketika dia malah terlihat sudah rapih saat ku terbangun, untung saja aku sempat membuatkan nasi goreng untuk sarapannya, walau nasi goreng yang kubuat seadanya, namun Bang Andi terlihat lahap menyantapnya, aku memang sedikit merasa bersalah, biasanya aku membuatkan sarapan komplit untuknya, kalaupun nasi goreng, biasanya ada emping dan kerupuk sebagai temannya, namun tadi aku sudah tak sempat lagi menggoreng kerupuk dan emping, Bang Andi juga cukup pengertian, dia membantuku menyiapkan minuman, entahlah saat kulihat wajahnya, aku merasa ada suatu kebanggaan kulihat disana, mungkin Bang Andi merasa tadi malam telah membuatku lelah sehingga aku kesiangan seperti ini, memang aku sekarang tak ubahnya artis hebat, aku tak pernah menunjukkan kalau aku membayangkan lelaki lain saat bersetubuh dengannya, belakangan aku memang merasakan selalu orgasme setiap berhubungan dengan Bang Andi, namun aku tahu itu bukan karena kemampuannya di Ranjang, tapi itu karena aku membayangkan lelaki lain yang menjadi dirinya, membayangkan seorang pria tinggi besar dengan sekujur tubuh berbulu lebat yang tengah menghentakkan batang penisnya yang perkasa mengoyak setiap jengkal vaginaku…ahhhhhh…kini aku malah telah basah membayangkan itu semua. Aku mengambil hpku, aku menggigit ujung jari telunjukku, saat ku hendak mengetik sesuatu aku kemudian mengurungkan niatku, hatiku berdebar keras, rasanya aku ingin menelpon Pak Frans pagi ini, bertanya kabarnya, hmmmm kenapa hatiku terasa berdesir seperti ini, aku terbayang kembali hari kemarin…



***



Pagi kemarin sekitar jam 11, Bang Andi menelponku, dia memintaku datang ke kantor untuk mengantar sebuah dokumen yang tertinggal, Bang Andi juga memberitahuku dimana dokumen itu diletakkannya, aku kemudian mencari dokumen yang di maksud, rupanya dokumen itu ada diatas meja makan, aku merasa aneh, kenapa dokumen sejelas ini bisa tertinggal olehnya, aku sama sekali tak curiga kalau ini bagian dari fantasinya agar aku menemui pak Frans, sekitar setengah jam kemudian aku telah rapih dengan menggunakan pakaian gamis berwarna salem, aku melihat penampilanku di cermin rasanya sudah cukup sempurna, aku terlihat cantik dan anggun pagi itu.


Aku menggunakan taksi online menuju kantor suamiku, saat sudah dekat kantor, aku mengabarkan pada bang Andi, kulihat Bang Andi menungguku di parkiran kantornya, Bang Andi tersenyum padaku, sekilas aku melihat bola matanya berbinar, entah apa yang ada dibenaknya, kuserahkan padanya dokumen yang dimintanya, aku pikir setelah mengantar dokumen itu aku akan langsung pergi karena aku berencana ingin membeli setelan hijab baru, namun rupanya Bang Andi malah mengajakku masuk ke ruangannya, dan saat menuju ruangannya aku menangkap pandangan kagum dari para pegawai kantor, khususnya yang lelaki, mungkin karena aku istri bos, maka mereka tak menujukkan terang-terangan kekaguman mereka.

Dalam ruangan Bang Andi rupanya ada pak Frans, dia rupanya tak tahu aku akan datang, begitupula aku, sungguh aku tak menyangka akan bertemu dengannya di ruangan suamiku, aku merasa canggung sekaligus senang bisa melihatnya, aku merasa wajahku pasti bersemu merah saat menyambut jabatan tangannya, aku sedikit mendelik manja pada pak Frans ketika dengan nakalnya dia menggelitik tanganku saat berjabat tangan, Pak Frans tersenyum genit padaku, tatapannya seperti harimau lapar, sungguh menakutkan seolah aku adalah mangsa terlezatnya, aku hanya menunduk tersipu malu dan tak sanggup menatap wajahnya, ku melirik Bang Andi, dia seperti sibuk mencari sesuatu di lemari, aku juga tak tahu apa dia benar-benar sibuk mencari sesuatu atau tengah membiarkan aku dan pak Frans saling menggoda dalam angan kami, “Maaf pak, saya ambil dokumen untuk rapat nanti, sepertinya ada di bagian arsip, sebentar saya keruangan Arsip dulu, Bun…tunggu sini ya, Ayah mau mengambil sesuatu.” Tiba-tiba Bang Andi meninggalkan kami berdua di ruangannya, aku tak sempat berkata apa-apa bang Andi lalu pergi terburu-buru.

Aku sedikit tersentak saat aku merasakan sepasang tangan besar menyentuh pundakku, Pak Frans telah berdiri dibelakangku, hembusan napasnya terasa menembus hijabku, hatiku berdesir tak karuan, aku tak berusaha menghindar, aku hanya diam terpaku sambil menggigit bibirku, jemari Pak Frans menyusuri lenganku dan kemudian menautkannya dengan jari-jari lentikku, aku begitu terhipnotis tanpa sadar aku malah meremas erat jarinya yang besar-besar itu, Pak Frans membalikkan tubuhku hingga kini berhadapan dengannya, diambilnya tanganku, dan diciumnya lembut, “Dek Rina cantik sekali..” ujarnya, demi Tuhan suaranya begitu seksi mengalun di telingaku, aku hanya menunduk tersipu malu mendengarnya.

Tiba-tiba dia memelukku erat, aku merasakan tonjolan besar menyentuh perutku, dia merengkuhku erat dalam pelukannya, “aku kangen ama kamu dek…” Suara seraknya menggelitik syahwatku, aku sesaat lupa dengan jati diri dan keberadaanku, aku bahkan tak ingin melepaskan diri dalam pelukannya. Tiba-tiba suatu kesadaran datang dan membuatku mendorong tubuhnya. “Mas….nanti ketahuan bang Andi..” ujarku lirih.

Aku terkejut ketika bibir tebal Pak Frans tiba-tiba mematuk bibirku, aku berusaha menolak ciumannya, bukan karena aku tak suka, tapi semata aku tak ingin mebuat gaduh dan menimbulkan skandal, bagaimana kalau tiba-tiba Bang Andi datang, aku menggelengkan kepalaku, namun rupanya penolakanku tak berarti apa-apa bagi Pak Frans, dia kembali merengkuhku erat, kembali dia mencium bibirku, aku benar-benar telah masuk dalam dominasinya, aku tak kuasa melawan gejolak hasrat yang meletup dalam debaran jantungku, aku membalas lumatannya dengan penuh gairah, rasa rindu pada pria yang selalu hadir dalam angan terkelamku membuatku hanyut dalam ciumannya yang sangat erotis, aku membiarkan sepasang tangannya meremas pantatku, aku benar-benar ingin sepasang tangan besar itu menjamah seluruh tubuhku, tiba-tiba aku mendengar suara Bang Andi tengah bercakap-cakap dengan seseorang, Suara Bang Andi terdengar cukup jelas, entahlah aku merasa seolah suamiku sedang memberitahu kalau dia akan segera masuk ke ruangan ini, aku mendorong perlahan tubuh besar Pak Frans, dengus napas kami berpacu, tatapan matanya yang tajam memandangku, duhhh melihat tatapannya saja hatiku sudah gemetar, aku menggerakkan bibirku memberitahu kalau ada Bang Andi, kulihat senyum mengembang di wajahnya yang penuh brewok, dia mengangguk dan menjauhkan dirinya dariku, aku mengelap jejak liur pak Frans di sekitar bibirku, untung saja lipsticku bukan lipstick murahan, sehingga tak mudah luntur, secepat kilat aku memperbaiki penampilanku, benar saja tak lama Bang Andi membuka pintu dan tersenyum padaku.

“Maaf pak, agak lama, tadi rupanya keliru naruh, ini dokumennya.” Bang Andi meletakkan sebundel dokumen di meja kerjanya.

“Bun, maaf ya kelamaan nunggunya, oh ya, ini nanti bunda bawa pulang ya, bunda jadi belanja?” tanya Bang Andi, aku hanya tersenyum menganggukkan kepalaku, “Ya udah bunda bawa mobil aja, biar nanti Ayah pulang sama staf aja.” Bang Andi mengeluarkan kunci mobil dari saku jasnya dan memberikan padaku, sumpah aku seolah melihat kilatan di bola mata suamiku, entah apa namun aku merasa suamiku seolah menatapku dengan tatapan aneh.

“Oh ya bun, besok Pak Frans ada dinas ke Jakarta selama 2 hari, jadi besok mungkin ayah akan berangkat lebih pagi.” Ujar Bang Andi sambil menatap dokumen yang tengah dibacanya, aku heran kenapa hal itu di beritahukan padaku, namun setelah mendengar ucapan Bang Andi, tanpa sadar aku menatap pak Frans dengan pandangan galau, Pak frans hanya tersenyum sambil menggerakkan bibirnya, aku tak tahu apa yang sedang diucapkannya. Tiba-tiba ada rasa sesak memenuhi rongga dadaku, aku berpamitan pada suamiku dan juga pak Frans, Bang Andi meminta izin pada pak Frans untuk mengantarku hingga mobil.

“Ayah mungkin agak telat pulangnya bun, kayaknya juga Ayah makan diluar, Bunda gak usah nunggu ayah yah, makan aja duluan.” Ujar Bang Andi saat aku telah ada di mobil.

“Jangan malam-malam ya pulangnya.” Balasku, Bang andi mengangguk, aku lalu mencium tangannya berpamitan dan kemudian melajukan mobilku, dalam perjalanan aku teringat pada ucapan Bang Andi kalau pak Frans akan dinas ke luar kota, entah kenapa aku kembali merasa galau mendengarnya, seolah aku taut pak Frans akan selingkuh di Jakarta, duhhh apa apaan sih pikiranku ini…

Tiba-tiba hpku berbunyi notifikasi chat, aku meminggirkan mobilku, wajahku berseri saat kulihat siapa yang mengirimkan chat!

“Sori ya Dek, mas lupa kasih tau, benar kata Pak Andi, mas besok ada dinas ke Jakarta, mungkin sabtu malam pulang kok.” Ujar Pak Frans.

“Ya gak apa-apa kok mas..” balasku singkat, aku bingung mau balas apa lagi.

“Kok tadi wajah dek rina kayak galau gitu, seolah kesel denger mas ke Jakarta, kenapa hayo…” Balas pak Frans.

“Ihh ge er, gak kok aku gak galau…” Aku tersenyum-senyum membalasnya.

“Apa dek rina takut mas nanti main cewek ya di Jakarta hehehe…” Balasnya, hatiku berdetak keras, kenapa dia bisa tahu apa yang aku pikirkan.

“lho kok diam, gak usah khawatir sayang, mas gak akan main cewek kok, mas memang ada urusan kantor yang gak bisa dihindari, mas sebenernya kangen banget ama kamu dek!” balasnya, aku kembali tersipu membaca chatnya.

“Gombal ah….” Balasku.

Malamnya apa yang kuduga benar terjadi, malam itu Bang Andi terasa bernapsu sekali menikmati tubuhku, sesaat aku merasa kalau Bang Andi entah bagaimana mengetahui apa yang telah aku dan Pak Frans lakukan di ruangannya, harus kuakui sejak Projek godaan ini muncul, Bang Andi mulai terasa peningkatannya dalam melakukan foreplay. Yang biasanya kissing atau sekedar menhisap payudaraku, kini Bang Andi begitu bernapsu menjelajah seluruh lekuk tubuhku, bahkan belakangan Bang Andi tak sungkan untuk memberikan seks oral padaku alias menjilati Vaginaku, sesuatu yang tak pernah dilakukannya selama bertahun-tahun kami menikah. Namun untuk durasi, Bang Andi masih belum terlalu banyak perubahan, hanya 8 menit Bang Andi mampu bertahan setelah itu terkapar lelap.



***



Kembali aku melihat jam dinding, masih jam 9 pagi, rasanya sungguh malas sekali hari ini, pagi itu aku masih mengenakan daster terusan berwarna biru, dan aku tak mengenakan pakaian dalam apapun dibaliknya, setelah melayani Bang Andi tadi malam, aku langsung memakai daster ini kembali, daster ini baru kubeli kemarin melalui online, sebenarnya ini daster untuk menyusui, terlihat lehernya begitu longgar bahkan bisa diturunkan hingga bahu mulusku nampak, panjangnya hanya sebatas lutut, aku menyukai bahan daster ini yang terasa nyaman di tubuhku, tiba-tiba suara hpku berbunyi, aku sebenarnya malas untuk mengangkat hp yang sedang discharge tersebut, namun aku mendengar suara hp itu seperti panggilan video whatsapp, seketika aku bangkit dan menuju hpku, ku lihat nama Pak Frans yang melakukan panggilan video, aku lalu mencabut kabel charge dan membawa hpku ke ranjang, sambil tiduran aku mulai menjawab panggilan video.

“Hai cantik….lagi ngapain..” Tampak wajah Pak Frans yang penuh brewok kasar memenuhi layar hpku.

“Gak lagi ngapa-ngapain, ini dimana mas?” Tanyaku.

“Mas lagi di kamar hotel sayang..” Jawabnya mulai genit, walau aku jengah mendengarnya namun aku tak bisa membohongi perasaanku kalau aku mulai senang dipanggil seperti itu.

“Ohh udah di Jakarta toh?” Ujarku.

“Ya mas tadi malam berangkat ke Jakarta naik pesawat, sebentar.” Aku kemudian melihat layar hpnya di arahkan ke sekeliling ruangan.

“Tuh kan gak ada siapa-siapa, mas Cuma sendirian di kamar kok, jangan curiga ya.” Lanjutnya.

“Ihh apaan sihh, kenapa juga ngasih tau aku…” Aku tersipu malu mendengar kejujurannya.

“Kok kamu masih kucel sih hehehe..pasti belum mandi..” Tanyanya, aku sedikit malu mendengar kata kucel, spontan kuliat bayangan wajahku di cermin meja rias, aku membenarkan sedikit rambutku.

“Masa sih mas kucel…hehehe ya bener, aku memang belum mandi..emangnya kecium ya baunya?” Jawabku bergurau.

“Ehmmm aku sih pengen banget mencium tubuh kamu yang belum mandi, pengen tak usel-usel keleknya hehehe..” Balas Pak Frans yang malah membuatku salah tingkah, entah kenapa aku tak ingin dia tahu kalau tadi malam aku baru melayani suamiku di ranjang.

“Ihh jorok ahh…” ujarku, “Mas bentar ya..” Aku kemudian bangkit dan mencari mini tripod, aku meletakkan hpku di pegangan tripod dan kuletakkan di meja rias, aku kemudian duduk tersenyum padanya, leher dasterku sengaja kuturunkan hingga memeperlihatkan bahuku yang putih mulus, kedua bongkahan putih terlihat menantang.



“Duh seksi banget kamu dek, kamu gak pakai Bra ya..” Tanya pak Frans polos, hampir saja aku tergelak mendengar pertanyaanya yang seperti bocil.

“Coba tebak mas..” Aku sengaja menurunkan kembali belahan dasterku hingga sedikit memperlihatkan aeorolla payudaraku.


“Duh…jadi pengen nenen..” Kulihat Lidah pak Frans menjulur keluar, hp yang dipegangnya sengaja diarahkan ke bagian dadanya yang berbulu lebat, aku terkesiap melihatnya, hasratku mulai meletup kembali.

“Ihh nakal, masa nenen sama istri orang…” godaku sambil sengaja ku buat ekspresi menggoda di wajahku, ku hisap jari telunjukku dengan tatapan erotis padanya.



“Ehmmm, paha kamu uhhhh…” Terdengar suara pak Frans sedikit bergetar, aku yakin lelaki itu tengah horny melihat godaanku.

“Kenapa pahaku mas?” aku kini menaikkan pahaku sedikit hingga dasterku makin tersingkap..


Aku membelalakkan mataku saat kamera hp Mas Frans sengaja diarahkan ke bagian vitalnya, kulihat batang besar dengan tonjolan urat-urat yang besar mencuat kaku, “gara-gara kamu tuh dek…” ujarnya mesem-mesem.


“Ihhh mas Frans mesum deh…masa nunjukin itu…hihihihi…” Ujarku dengan nada kubuat manja menggoda. Sambil kugerakkan tubuhku sedemikian rupa.


“Tapi kamu suka sama ini kan heheheh…coba lihat deh, besar mana sama punyaPak Andi.” Kini Pak Frans tak malu mengusap dan mengelus pelan batang hitam berurat itu.

“Ahhhh tau ah….bener-bener mesum deh mas Frans…” Aku semakin merona di kuasai birahi, tentu saja batang itu lebih besar daripada milik suamiku, aku mengalihkan kamera depanku menjadi kamera belakang, aku melotot memandang bentuk penis Pak frans, tak sadar aku menelan liur, duh aku benar-benar seperti wanita jalang yang haus kontol saat itu.

“Gak apa—apa suka-suka aku dong hehehe..” Jawabku saat mas Frans protes kenapa aku malah mengaktifkan kamera belakang, tentu saja aku melakukan itu karena aku tak ingin terlihat mengagumi penis besar yang terlihat macho itu.

“Dek, maaf, nanti kita lanjutkan ya, mas ada telpon..” Aku menganggukkan kepalaku dan melambaikan tangan padanya.

Setelah video call itu tubuhku masih terasa hangat akibat dentuman jantungku yang sedemikian cepat, aku lalu mengusap vaginaku terasa lembab disana, aku mulai memposisikan tubuhku dengan nyaman, lalu aku mulai meraba vaginaku sambil membayangkan batang hitam yang penuh urat tebal itu, angan dan imajinasiku terus bermain dengan nakal disana, aku menggigit bibir saat rasa gatal di klitorisku terlampiaskan dengan gerakan dua jariku…ahhhhhhhhhhhhhhh….



****



Bersambung
 
Maaf hu kok karya suhu di situs sebelah pada ilang semua ya?
masih ada hu, pindah karena ada orang sirik, kalau mau tau tempat baru japri aja hu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd