Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Janji di antara Puing (Remake)

makasih banyak agan dan suhu sekalian untuk apresiasinya.
untuk lanjutan cerita ane upload kamis nanti. sebab ane masih diluar kota sekarang dan si lepi ditinggal di rumah.
harap dimaklumi.
:ampun:
ngibull : bata:
lbh baik ga usah janji hari update,
sbaiknya bilang aja akan diusahan update dlm waktu sebulan

nb: rules cerber tempo update sebulan
 
waduh... ane bener-bener minta maaf sama agan dan suhu. ane gak tau gimana mau jelasinnya ke agan dan suhu. tapi ane memang lagi sibuk-sibuknya di RL sekarang.
:ampun:
ane mohon maaf. ane bener-bener gak enak sampe-sampe ada agan yang belain buat akun baru untuk ngingetin ane.
kamis kemaren memang ane mau update tapi ane baca lagi ceritanya dan ane perlu revisi lagi.
besok ane libur dan bakal nyelesein chapter IV dan V.
ane harap agan dan suhu untuk bersabar.

trims banget untuk pengertian agan dan suhu.

:ampun:
salam,

penulis kidal.​
 
waduh... ane bener-bener minta maaf sama agan dan suhu. ane gak tau gimana mau jelasinnya ke agan dan suhu. tapi ane memang lagi sibuk-sibuknya di RL sekarang.
:ampun:
ane mohon maaf. ane bener-bener gak enak sampe-sampe ada agan yang belain buat akun baru untuk ngingetin ane.
kamis kemaren memang ane mau update tapi ane baca lagi ceritanya dan ane perlu revisi lagi.
besok ane libur dan bakal nyelesein chapter IV dan V.
ane harap agan dan suhu untuk bersabar.

trims banget untuk pengertian agan dan suhu.

:ampun:
salam,

penulis kidal.​

oke suhu
:bye:
 
waduh... ane bener-bener minta maaf sama agan dan suhu. ane gak tau gimana mau jelasinnya ke agan dan suhu. tapi ane memang lagi sibuk-sibuknya di RL sekarang.
:ampun:
ane mohon maaf. ane bener-bener gak enak sampe-sampe ada agan yang belain buat akun baru untuk ngingetin ane.
kamis kemaren memang ane mau update tapi ane baca lagi ceritanya dan ane perlu revisi lagi.
besok ane libur dan bakal nyelesein chapter IV dan V.
ane harap agan dan suhu untuk bersabar.

trims banget untuk pengertian agan dan suhu.

:ampun:
salam,

penulis kidal.​
tenang aja om yang penting ni cerita tetep harus di update sampe tamat :beer:
semoga besok updatenya makin menegangkan dan seru :semangat:
 

00d88b527792291.jpg

CHAPTER IV - WITHER AND HOPE
part four


before...

4 January, 03.00pm. at Martapura (komering river’s)


“HEI BINATANG, JANGAN LARI KAU!!! KAU PIKIR KAU BISA TETAP HIDUP SETELAH TAU RAHASIA KAMI!!” maki Jul.

“RAMA!!! JANGAN HARAP KAU BISA SELAMAT!!!” Teriak Jaka lalu menembakan senapang anginnya ke arahku. Tembakan Jaka berhasil mengenai Betisku bagian kanan dan membuat lariku terhambat.

“Cih… Sial. Ada apa dengan orang-orang ini.”

Aku berlari dari Gubuk tersebut menuju tepian sungai. Aku menemukan sebuah sampan kecil yang berada di daratan pinggiran sungai. Tanpa pikir panjang aku mendorongnya ke sungai dan menaiki sampan tersebut. Aku menelpon Dini dan memintannya menunggu di sisi lain dari sungai.

“Sial, sampan ini bocor…”

Akupun berusaha keras mendayung sampan ke seberang sungai. Aku harus melewati sungai selebar 25 meter. Dengan kondisi sampan yang bocor. Usahaku hampir menemui jalan buntu. Sampan tak mampu lagi menahan bebanku. Jarak menuju tepi tinggal 7 meter lagi. Aku pun bertaruh nyawa dengan berenang. Aku berusaha terus berada di permukaan dan mengihindari kemungkinan adanya arus kuat yang berada di dalam air.

Dini melihatku dan berlari menuju ke posisi dimana aku akan menepi.

“Ram, pegang tanganku.” Dini mengulurkan tangannya sambil berpegangan dengan akar pohon.

Aku meraih tangan Dini dan berangkat keluar dari sungai. Syukurlah aliran sungai komering tidak sederas yang aku kira. Walaupun begitu, hampir seluruh tenagaku telah hampir habis terkuras.

“Din. Sebaikanya kamu lari ke kampung sekarang. Temui paman dan aku akan mengalihkan perhatian mereka. Hah…. Hah…” ucapku sambil mengatur nafas yang terengah-engah.

“tapi Ram, kaki kamu berdarah seperti itu.” Ujar Dini khawatir saat tau kaki kananku berdarah.

“gak papa Din, ini cuma peluru senapang angin. Gak tertalu berbahaya dibandingkan kejadian kita yang lalu. Sial, aku gak nyangka kalau mereka bisa berbuat demikian. Untunglah pobiaku sudah dapat kita atasi jadi darah seperti ini tidak ada apa-apanya.” Ujarku mengeluarkan pisau lipat dan berusaha mencongkel bekas peluru tajam senapang angin. Aku merobek sebagian lengan baju kausku dan Dini pun sigap membantuku memperban kakiku. Tampak dari seberang sungai suara mesin ‘ketek’ (sampan) yang sedang dihidupkan.

“Din, kondisi kamu jauh lebih prima dari aku. Please, percaya sama aku. Sekarang kamu kembali ke kampung. Beritahu semuanya pada pamanmu dan hubungi polisi. Handphone cadanganku ada di tas kecil di kamar tempat aku tidur semalam. Handphoneku mati karena tenggelam bersama sampan. Coba dari kemarin kamu mau diisin pulsa pasti gak sulit. Tapi gak papa, lebih aman kamu di tempat paman. Sekarang, aku sangat berharap padamu. Kalau nanti ada yang nanya kamu pergi kemana bilang saja kamu tadi disuruh paman pergi ke anak sungai untuk ngambil perangkap ikan dan belum sama sekali ada ikan yang terperangkap. Takutnya nanti mereka ada mata-mata di kampung dan memberitahukan keberadaanku. Satu lagi, di micro sd ini aku menyimpan bukti kejahatan mereka. Tolong kamu jaga dan sebelum kamu tunjukkan ke paman, kamu salin dulu datanya handphone cadanganku.”

“Baik Ram, tapi kamu harus benar-benar hati-hati. Kamu pegang handphoneku. Nanti begitu aku sampai sana dan selesai menelpon polisi aku langsung kabarin kamu.”

“Oke, aku akan arahkan mereka ke arah jalan raya. Nanti berikan handphone ke paman dan aku akan ceritakan semuanya kepada paman. Kita berpisah sekarang.”

“Ram… tunggu.” Dini menciumku. Kami pun berpencar…

now...

“God, kenapa aku terlibat masalah seperti ini lagi.” Gerutuku dalam hati.

Aku berlari di jalan setapak yang masih tertupi rerumputan dan juga dedaunan bambu yang jika salah sedikit saka bisa melukai tubuh. Aku nekat bertaruh mengambil jalan ini dengan harapan agar mereka mengejarku.

“RAMA!!!” teriak suara Jul dari kejauahan.

“Cih… sial… mereka sudah menepi…” Ucapku yang tengah berlari dijalan tersebut.

Luka di kakiku memang membuatku sulit bergerak. Andai saja kakiku tidak tertembak oleh peluru senapang angin milik Jaka. Aku pasti membuat jarak yang lebih jauh dari ini. Sudah lebih 100 meter aku berlari melewati jalan setapak di hutan bambu ini dengan kondisi fisik yang hampir pada batasnya. Suara jangkrik yang panjang dan melengkin membuat suasana kejar-kejaran semakin mencekam. Jika aku menyerah maka habislah aku. Aku tidak ingin membuat keluarga dan Dini menangisi kepergianku. Lagi pula aku tidak sudi untuk mati di tangan mereka. Aku harus mengatur siasat.

Jaka dan Jul masing-masing memiliki senapang angin laras panjang. Selain senapang, Jul membawa parang yang ditaruh dipinggangnya dan Jaka membawa Arit. Kalau Jul mungkin dengan beberapa jurus silatku bisa aku lawan dan melumpuhkannya apalagi Jul tadi sudah dua kali mengeluarkan sperma saat bersetubuh dengan Santi sebelumnya namun Jaka aku belum bisa memperkirakannya. Mungkin saja Jaka memiliki ilmu beladiri yang tidak aku ketehaui. Untuk berjaga-jaga ketika aku berlari aku mencari senjata yang berupa batu dan juga kayu.

“Sip… akhirnya ketemu.” Aku menemukan sebatang bambu hijau yang sudah seperti tongkat panjang. Terlihat cukup lentur dan kuat. Aku juga mememungut beberapa batu kerikil lalu menyimpannya di saku jaketku. Aku kembali berlari menuju hutan karet warga dan bersembunyi disemak-semak di pinggir sungai dan menunggu kedatangan mereka.

“Kemana bajingan tengik itu pergi. Hah…. Hah….” Ucap Jul terengah memegangi lututnya. “Padahal udah kamu tembak kan Jak.” Sambungnya.

“Bener bang, tadi aku lihat betis kanannya ketembak. Gimana ni bang. Jangan-jangan warga udah pada tau.” Jaka berdiri disampin Jul dan mengongkang senjata anginnya.

“Pokoknya jangan sampe warga tau. Ane taunye dia mesti abis detik ini juga. Kita tenggalamin kayak 3 kunyuk tadi.” Ucap Jul yang juga mempersiapkan senjatannya. “Sekerang kita berpencar. Kamu cari kearah jalan raya, aku cari ke arah pinggiran sungai.” Sambungnya.

Jul dan Jaka membagi tugas. Jaka nampak berlari ke arah jalan raya sedangkan Jul berjalan ke arah berlawanan menuju pinggiran sungai. Mereka masing-masing menggunakan senapan angin yang siap kapanpun akan mereka tembakkan. Memang dampak tembakan senapang angin tersebut tidak separah senjata api namun rasa sakit akibat peluru tembakan tersebut dapat membuat lumpuh sementara.

“Kesempatan, Jul sedang menuju kemari.” Ujarku sembari menggenggam erat bambu.

Melihat posisi Jul yang sudah berjauhan dari Jaka. Aku mengambil langkah cepat. Aku berlari dari persembunyianku.

“RAMA!!!! DISITU KAU RUPANYA!!!!” teriak Jul yang mengarahkan moncong senapan anginnya dengan wajah beringas.

Saat berlari aku mencoba tenang. Aku menfokuskan pandanganku kearah mata Jul. Ku lemparkan bambu yang ku pegang ke arah Jul seperti sedang melempar lembing.

*sfx suara benturan bambu dan kayu senapang angin

“AARRRRGGGGGGGHHHHH!!!! KEPARAT KAU RAM!!!!!” Jul teriak keras sesaat setalah bambu yang ku lempar mengenai tangan kirinya hingga berdarah.

Senapang Angin milik Jul terpental dan Jul terdorong kebelakang. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan.

Ku percepat lariku dan menerjang dada Jul dengan sekuat tenaga menggunakan kaki kiriku.

“ANAK KAMP—” belum sempat teriakan Jul selesai diucapkan. Jul terpental dengan mata memutih lalu tubuhnya terhempas ke sebatang pohon karet. Seketika, Jul tak sadarkan diri. Aku langsung mengambil senapang angin milin Jul dan parang yang berada di perut Jul.

Jaka terdiam saat melihat caraku melumpuhkan Jul.

“HEBAT JUGA LO RAM!” teriak Jaka yang disusul dengan tembakan senapang angin miliknya. Dengan cepat Jaka mengisi ulang peluru dan menembakkannya kepadaku. Aku belari menghindari dari satu pohon ke pohon lainnya.

“BANCI LO! BERANINYA CUMA NEMBAK DARI JARAK JAUH!” teriakku memancing.

“EMANG BANCI BISA NGENTOT!? HAHAHAHAHAHA” balasnya dengan tertawa lantang

“Cih, apa boleh buat.” Ucapku lalu berlari mendekati Jaka sambil menodongkan senapang angin yang sudah ku rampas dari Jul. Aku menembakkan peluru satu-satunya yang aku miliki ke arah kaki Jaka dari jarak 10 meter.

*sfx senapang angin.

Peluru kulesatkan dan senapang tadi aku selempangkan dipunggungku. Jaka bergerak menghidari tembakanku ke arah belakang pohon. Jaka kembali membidikku namun aku sudah lebih dulu melemparinya dengan batu yang aku pungut tadi. Batu tersebut mengenai bahu kanan Jaka dan mengacaukan arah tembakkannya. Jarak kami tinggal 2 meter lagi. Aku kembali menggunakan senapang angin tadi untuk memukul Jaka namun gagal. Jaka terlebih dahulu menangkis dengan senapang angin miliknya. Senjata kami terkunci dan aku mencoba menendang kaki kakan Jaka dengan kaki kiriku. Jaka lebih awal melihat gerakanku dan menendang kaki terlebih dulu ke sisi luar tubuhku dan melanjutkan tendangannya ke kaki kananku. Aku terjatuh dalam posisi hampir seperti split. Sesaat sembelum jatuh aku memanfaatkan posisi Jaka yang masih bertumpu dengan kaki kirinya. Aku tendang kaki kirinya dengan kaki kiriku dan Jakapun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kami secara reflek bersamaan melakukan rol kebelakang dan berdiri saling menatap tajam.

“EH KUNYUK, HEBAT JUGA ILMU LO! GUE PUJI ELO KARENA DAH BISA BUAT GUE KAYAK GINI! Hah.. hah…” ujar Jaka teriak dibarengi dengan helaan panjang nafasnya.

“APA? LO PIKIR GUE TERSANJUNG DENGAN PUJIAN LO. DASAR PEMBUNUH!” ucapku menyembunyikan gemetaran dan lelahku.

“WAH, MAKAN ATI. GUA ABISIN JUGA LO. KENALIN GUA JAKA, JAWARA PENCAK SILAT DARI PERGURUAN KERA ANGIN.” Jaka melempar senapangnya dan mengambil kuda-kuda bak seekor kera.

“CIH… MONYET PEMBUNUH SEPERTI MU MASIH BISA BICARA SEPERTI ITU. GAK SALAH! HAHAHA!” aku pun ikut melempar senapang lalu meludah ke bawah kaki dan menatap tajam Jaka seolah ingin membunuhnya. “baiklah aku terima tantanganmu sebagai seorang pesilat. Rama, Perguruan Teratai Langit.” Aku memasang kuda-kudaku.

“TERNYATA BENER DUGAAN GUE. DASAR SIALAN LO!” teriak Jaka yang berlari dan menerjangku hingga terpental kebelakang.

“Sial…” tendangan Jaka walaupun sempat ku tangkis namun tenaganya jauh dari yang aku bayangkan. Salah sedikit aku bisa hilang kesadaran. Aku pun bangkit dan mendekati Jaka. Ke arahkan tapak tangan kananku ke arah dagunya namun Jaka menepis seranganku ke atas dengan tangan kirinya. Jaka kemudian meninju perutku dengan tangan kanannya. Bukan bentuk kepalan melainkan bentuk mencakar sekaligus merobek jaketku dan meniggalkan bekas cakaran dan memar di perutku. Aku melompat mundur dua kali untuk membuat jarak dari Jaka.

“HAHAHA… PENGECUT LO RAM! LO YANG BANCI SEKARANG!” Jaka menghinaku lalu mengejarku.

Nafasku tak taratur, tubuhku terasa hancur. Aku memasang kuda-kuda bertahan dan berusaha menangkis serangan. Beberapa pukulan Jaka mendarat di tubuhku. Aku sulit berfikir sampai pada aku menemukan celah pada saat Smartphone Dini berbunyi.

*sfx ringtone smartphone Dini. (S07 – Hari bersamanya)
… mohon tuhan…

Jaka pun lengah pada saat dia mencoba memukul perutku dengan tangan kanan. Aku pegang pergelangan tangan tersebut dengan tangan kiriku dan menggeser badanku satu langkah kebelakang dan membuat Jaka kehilangan keseimbangan. Tubuh Jaka memunggungiku dan aku pun bergerak cepat menerjang punggungnya dengan tendangan berputar. Jaka terpental dan kepalanya menghantam pohon karet dengan keras hingga berdarah.

“hah… hah… hah… akhirnya selesai.” Aku pun terduduk lemas dan kurasakan seluruh badanku terasa sakit yang bukan main. Aku pandangi keadaan sekitar yang kini menjadi tenang dan hanya terdengar suara jangkrik yang tersamar hembusan angin. Terasa keringat dan darah mengalir keluar dari tubuh yang telah tak berdaya ini. Ku seka darah dan juga keringatku dan mencoba berdiri.

*sfx ringtone smartphone Dini. (S07 – Hari bersamanya)

“Halo Din—”

“Rama kamu dimana? Aku khawatir” ucap Dini sambil menangis.

“Maaf Din, aku sedang main kejer-kejeran tadi.” Sahutku menenangkan Dini. “Dini pasti akan sangat khawatir dengan kondisiku yang seperti sekarang.”

“Aku sudah ceritain semuanya ke paman. Paman sudah menghubungi polisi. Mungkin satu jam lagi mereka bakal kemari sebab jarak dari Polresta ke desa kelingi memang jauh. Kamu dimana Ram, beberapa warga bakal nyusul ke lokasi kamu.”

“tenang aja. Aku gak papa sekarang. Semua sudah selesai”

“kebakaran… kebakaran… pak kades, rumah neng santi kebakaran…” aku mendengar suara teriakan dari telpon Dini.

Aku terperanjat melihat kepulan asap dilangit . Aku kembali mendapat firasat yang buruk.

“HEHEHE…. HEHEHEHE… HAHAHAHAHA….. SELESAI KATAMU!? INI BARU SAJA DIMULAI! KU BUNUH KAU RAM!” Jaka tertawa bagaikan orang gila. Dia pun bangkit dengan darah yang masih bercucuran dari dahinya. Dengan santainya Jaka menjilati darah yang mengalir di dekat bibirnya.

“Din, sebaiknya kamu, paman, dan bibi cepat lari ke tempat yang aman. Kamu bawa mobilku. Ada hal yang harus aku selesaikan. Love you.” Aku menutup telpon dan berdiri menghadapi Jaka.

“MATI KAU RAMA!!!”

“Mati? Cih… get fuck yourself!” aku memasang kuda-kuda bersiap menghadapi serangan Jaka.


To be continued…
next story will become last part of chapter iv.
 
Terakhir diubah:
akhirnya update juga suhu @PenulisKidal :beer:
:mantap: suhu ceritanya bikin tegang banget, kapan update lagi nih makin penasaran aja
 
akhirnya update juga suhu @PenulisKidal :beer:
:mantap: suhu ceritanya bikin tegang banget, kapan update lagi nih makin penasaran aja

trims suhu... mohon ditunggu. ane takut janji kayak kemarin.
sedikit info, ane sekarang lagi nyelesein part akhir untuk chapter iv.

ini extended version dr cerita yg lama y suhu?

maaf gan versi yang ini beneran di remake dari part II sampai selesai. kalau untuk jalan ceritanya sendiri di part IV ane ubah alurnya. kalau ke depannya kayak gimana. ane mohon maaf gak bisa kasih spoiler.


:mantap: Udah update, wah bakalan seru nih Rama masih terjebak...
trims gan udah mampir dan baca
mohon ditunggu lanjutannya.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd