Update Ch 05
Suara langkah kaki dengan sepatu hak tinggi berwarna putih, *tak *tuk, tampak berjalan mendekati sebuah meja yang sedang di tempati oleh seorang wanita dengan baju long dress berwarna merah dan kaca mata hitam, menyeruput secangkir kopi. *Srrruuupppp, tak ketinggalan kedua penjaga yang selalu ia bawa, berdiri dengan tegap di belakangnya.“Sabrina, maaf lama.” Ucap seorang wanita yang sedang di tunggu-tunggu, Mariana. Dengan kaos putih, rok hitam selutut dan tas kecil yang di tangannya, Mariana tampak sangat cantik siang itu.
“Tak apa, aku juga sedang menikmati waktu, Oya, Sabtu nanti Hermanto ada ajak keluar ?” Tanya Sabrina sambil membuka kacamata hitamnya. “Tak ada sepertinya, Emang kenapa ?” Tanya balik Mariana. “Kau ingat isi pesan ku tadi pagi, saat ku bilang mood ku lagi bagus ? Perusahaan ku baru saja menyelesaikan pembagunan Wahana, dan Sabtu ini adalah acara pembukaannya.” Jelas Sabrina sambil kembali menyeruput kopinya. *Srrrruuuppppp “Wah.. Selamat ya Sabrina.” Mariana tampak senang melihat teman baiknya semakin sukses. “Maka dari itu, malam besok bagaimana kalau kita ketemuan ? tentu saja kau bisa mengajak Aditya, aku juga mau mengajak Suami ku dan Risky, Ini kesempatan bagus untuk mengumpulkan keluarga kita.” Ucap Sabrian sambil tersenyum.
Mariana yang merasa senyum aneh Sabrina mulai terbiasa dan menghiraukannya. “Yah, baiklah. nanti akan ku sampaikan ke Hermanto” Sambil pikir apa lagi yang akan di rencanakan oleh Sabrina. “Kebetulan senin nanti aditya sudah masuk sekolah kan ? anggap saja liburan keluarga sebelum itu.” Ucap Sabrina sambil mengangkat pantatnya berdiri. “Yuk, waktunya para wanita belanja.” Ucap Sabrina melangkah dengan sangat elegan di ikutin Mariana, Bobby dan Rony.
Siang itu hingga sore hari, Mariana menemari Sabrina keliling banyak toko, hingga toko terakhir, toko kosmetik dengan tampilan serba berwarna merah muda. “Selamat datang Madam.” Seperti biasa, Sabrina di perlakukan seperti ratu, di sambut dengan sangat hangat. “Apa yang baru ?” Tanya Sabrina sambil duduk di kursi sofa yang di siapkan. “ini madam.” Tampak seorang wanita membuka sebuah kotak yang di dalamnya seperti ada tangga bertingkat. “Ini adalah lipstik Crimson Charm, dari Tom Ford.” Ucap salah satu pegawai sambil menyerahkan lipstik tersebebut ke Sabrina. “Hmm.. Mar, coba test.” Perintah Sabrina.
Tanpa membantah Mariana langsung mengambil lipstik tersebut dan mencobanya sambil berkaca di cermin. “Bagaimana ?” Tanya Mariana ke Sabrina. “Bagus, aku suka, Bungkus dua, satu untuk teman saya, satu lagi untuk saya.” Ucap Sabrina ke pegawai tersebut, dengan cepat sang pegawai langsung membungkus lipstik tersebut ke dalam kotak masing-masing dan menyerahkannya ke Sabrina. “Ini Mar, nanti pakai ini saat acara makan malam ya.” Ucap Sabrina menyerahkan sambil mengeluarkan senyum yang mencurigakan. “Sabrina, terima kasih banget, kau telah membelikan ku banyak barang sekarang lipstik yang harganya sangat mahal ini.” Ucap Mariana yang merasa tak enak, selalu di berikan barang mewah oleh Sabrina. “Sudahlah, kita sudah sahabatan dari dulu, yang gini-gini mah, kecil.” Ucap Sabrian sambil bangkit dari tempat duduknya dan melangkah ke pintu keluar. “Ayok pulang.” Perintah Sabrina sambil di ikuti Mariana, Bobby dan Rony di belakang.
Di sebuah Restoran dengan nuansa kerajaan, Hermanto, Mariana, dan Aditya datang dengan penampilan serapi mungkin, dan tidak lupa Mariana datang dengan bibir merah memikat karena lipstik pemberian Sabrina. “Permisi, sudah memesan tempat ?” Tanya seorang pelayan menghampiri mereka. “Atas nama Sabrina.” Ucap Hermanto yang sangat rapi, kemeja berwarna putih di balut blazer hitam, “Oh, Mari, saya antar, sudah di tunggu madam sedari tadi.” Ucap Pelayan mempersilakan Hermanto sekeluarga. Sambil langkah Hermanto memasuk muka heran. “Madam ?” Melihat muka suaminya yang heran dan lucu Mariana sedikit ketawa kecil. “Madam adalah sebutan untuk Sabrina, semua kariawannya memanggil dia dengan sebutan itu, dan Restoran ini juga salah satu miliknya.” Jelas Mariana. Hermanto yang masih belum bisa menerima, hanya bisa melangkah mengikuti pelayan tersebut sambil otaknya berusaha mencari alasan yang bisa ia terima.
“Sampai juga akhirnya. Duduk, duduk” Sabrina berdiri menyambut kedatangan keluarga Hermanto. Hermanto dan sekelurga pun duduk berhadapan dengan Sabrina dan Risky. “Sabrina suami mu mana ?” Tanya Hermanto. “Ah, yah tadi dia sudah di sini, tapi sepertinya ada masalah di bagian pelabuhan, jadi dia harus mengurusnya di sana. biasalah.” Jawab Sabrina mengampangkan masalah, karena tak ingin Hermanto merasa cemas. “Risky ini Om Hermanto, Suami tante Mariana.” Ucap Sabrina sambil memukul pundak Risky, memberi isyarat untuk berdiri, tetapi Risky tidak mengerti maksud dari mamanya.
“Halo Risky, Om sudah lama ingin ngobrol dengan kamu.” Ucap Hermanto sambil menyodorkan tanganya untuk bersalaman, seperti kebanyakan perkerja kantoran, selalu mengajak salaman ketika berkenalan. Melihat tangan Hermanto, Risky langsung berdiri menyambut tangan Hermanto. “Risky om.” Ucap Risky sambil malu-malu.
“Sudah-sudah, kita ngobrolnya sambil makan saja, aku sudah lapar sekali. PELAYAN !.” Ucap Sabrina sambil memanggil pelayan untuk mengeluarkan hidagan makanan. Tak membutuhkan waktu lama hingga meja penuh dengan makan-makan lezat. “Sudah, jangan di liat, langsung makan saja.” Ucap Sabrina tidak peduli lagi dengan keadaan dan memulai mengambil nasi terlebih dahulu, ia tau kalau ia tak duluan mengambil nasi, Hermanto dan yang lainnya termasuk Risky tak berani menyentuh makanannya.
Malam itu acara makan-makan berlangsung sangat santai, alunan music yang tenang dan pelan, tawa kecil dari mulut orang-orang, latar dan lampu berwarna putih di balut corak kerajaan, membuat suasana menjadi hidup. “Risky kau tau ? Om sudah kenal lamaaaaaa banget sama mama mu, dia adalah salah satu wanita tercantik di 1 sekolah dulu.” Ucap Hermanto memuji Sabrina. Mariana dapat melihat mata Sabrina melihat Hermanto seperti wanita melihat pria yang ia cintai. “Dan mama mu sangat hebat loh, Sabru ini saja, ada Wahana yang mau di bukakan ?” Ucap Mariana berusaha mengalihkan pandangan Sabrina.
“Ah yah benar, sebelum aku lupa.” Ucap Sabrina mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya ke Hermanto. “Ini ?” Tanya Hermanto sambil berusaha mengintim isi amplop. “Isinya 3 tiket masuk wahan dan kunci hotel 1 malam. Jadi nanti acaranya sampai malam, dari pada pulang macet-macet, lebih baik nginap saja, ada hotel juga di sana.” Ucap Sabrina sambil tersenyum dengan niat memikat hati Hermanto. “Terima kasih banyak Sabrina.” Ucap Hermanto yang merasa tak enak. “Sudah tak apa, anggap saja balasan konser kemarin.” Balas Sabrina.
Aditya yang tau bahwa ia akan di bawa ke wahana merasa sangat senang. “Asik, sabtu nanti ke wahana.” Sabrina yang melihat Aditya senang merasa ikut senang, dalam pikirannya ia semakin ingin membuat Aditya menjadi penerusnya di bandingkan Risky anak kandungnya sendiri. “Nanti di sana semua wahana boleh kamu mainkan, tenang saja, tiket yang tante kasih adalah tiket khusus dimana kalian tidak perlu mengantri.” Ucap Sabrina menjelaskan yang semakin membuat Aditya tidak sabar.
Waktu berlalu sangat cepat tanpa terasa waktu sudah menunjuka pukul 9 malam, telah 2 jam mereka berbincang-bincang, dan Sabrina mengantar Hermanto sekelurga pulang sampai ke rumah mereka. “Kalau begitu aku pulang dulu. Ah ya, Hermanto nanti hari sabtu aku pinjam Mariana duluanya, untuk temanin aku selama di sana,oke, sampai ketemu di sana.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Hermanto tanpa menunggu jawaban darinya. “Hati-hati di jalan.” Balas Hermanto sambil menutup pintu mobil Sabrina. Mariana yang terbakar api cemburu, tatapi di waktu yang bersamaan ia tak bisa berbuat apa pun.
Aditya yang begitu sampai langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan papa mamanya berbincang dan melihat kepergian mobil Sabrina. “Ayok masuk.” Ucap Hermanto sambil mendaratkan telapak tangannya di pantat Mariana. Perasaan cemburu di tambah perlakuan suaminya membuat perasaan Mariana menjadi sangat kesal, tetapi di waktu bersamaan ia tak bisa melampiaskan ke suaminya, dengan senyum Mariana mencubit tangan suaminya. “Aagggghhh ampun.. ampun..” Ucap Hermanto yang merasa pedis tangannya di cubit Mariana dan Mariana berjalan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
Di kamar Mariana dan Hermanto jam 11 malam. “Ah... Ahh.. aahhh.. enak.. terus... “ Desahan Mariana dengan wajah datar dan posisi menungging, menerima kontol Hermanto yang tidak ada rasanya itu, tapi karena ia tak ingin Hermanto curiga, ia terpaksa meneluarkan suara desahan, untungnya posisi nungging membuat Mariana tidak perlu mempertahankan ekspresinya. “Ah.. Hari ini Mariana ku sangat cantik, semenjak kau mengenal Sabrina yang baru, kau semakin sexy dan cantik.” Ucap Hermanto sambil mengerakan pinggulnya. “Aah.. aahh.. ahh.. aku hanya milik mu sayang.” Mariana merasa ingin cepat-cepat mengakhiri seks dengan Hermanto, di tambah saat Hermanto membicarakan Sabrina.
Kedua tangan Hermanto membuka pantat Mariana hingga terlihat lubang pantat Mariana yang kembang kempis dan bulu-bulu halus di sekitarnya. “Kau tau, dulu aku sangat membenci bulu-bulu ini, tetapi saat para direksi itu membicarakan tentang wanita dengan bulu memek yang lebat, aku jadi sangat terangsang.” Ucap Hermanto yang tanpa tau, kalau wanita yang di bicarakan para direksi itu adalah istrinya sendiri.
*Crott.. Crottt... “Aahh.. nikmat sekali.” Ucap Hermanto menimpa Mariana. “Apa kamu suka sayang ?” Tanya Hermanto sambil berbisik di telinga Mariana. “Ia.. suka sekali.” Balas Mariana dengan muka datar. Kontol Hermanto tak akan bisa lagi memuaskan Mariana, di sisi lain ia harus menanggung rasa frustasi setelah bercinta dengan Hermanto.
Sabtu pagi, di meja makan rumah Hermanto. *Titt Titttt Terdengar suara klakson mobil. “Sepertinya itu Sabrina, aku pergi dulu ya.” Ucap Mariana bangkit dari bangkunya dan mengambil tas. “Mama pergi dulu ya sayang, nanti kamu datang sama papa saja.” Ucap Mariana dan mencium kepala anaknya. “oke ma..” Jawab Aditya sambil menyantap sarapannya. Mariana melangkah dengan semangat tak sabar ingin merasakan kontol yang di siapkan oleh Sabrina.
Wahana Del Corsa, Ruang ganti, “Buka semua baju mu.” Perintah Sabrina, dengan perasaan berdebar-debar tak sabar, Mariana membuka baju blouse model terompet dan rok model gembang selutut, tersisa bra dan celana dalamnya warna merahnya. “Bagaimana rasa bra dan celana dalam model mengangkat itu ? apa kau menggunakannya untuk menggoda pria-pria di luar sana ?” Pertanyaan Sabrina membuat muka Mariana memerah malu dan hanya diam.
Melihat Mariana hanya diam, Sabrina kembali menyuruh “Buka semuanya.” Mariana mulai membuka branya dan celana dalamnya yang mulai basah karena cairan memeknya karena ia sudah sangat terangsang, beberapa malam ini Hermanto sama sekali tidak bisa membuatnya puas. Sabrina yang melihat cairan memek Mariana yang mengalir keluar, tertahan oleh lebatnya bulu memek Mariana, Sabrina hanya tersenyum dan bisa menebak apa yang terjadi. “Bagus, kau benar-benar tidak mencukur bulu memekmu, aku puas melihatnya, Sekarang pakai ini.” Ucap Sabrina menujuk ke sebuah kostum beruang yang merupakan maskot wahana tersebut.
Mariana merasa heran kenapa ia harus memakai kostum tersebut. “Ah, tunggu..” Ucap Sabrina melemparkan sebuah celana dalam pendek dengan 2 dildo yang tertempel di dalamnya. Seperti sudah menduga apa yang di rencanakan Sabrina, Mariana pun mengikuti apa yang di perintahakan Sabrina, sebelum memakainya Mariana menjilat 2 dildo tersebut, sehingga memudahkannya masuk ke lubang pantat dan memeknya sekaligus.
“Aaaaaahhhhh...” dengan satu tarikan napas Mariana berhasil memasukkan kedua dildo tersebut ke lubang pantat dan memeknya. “bagus, terlihat cantik.” Puji Sabrina, kini dari luar Mariana terlihat seperti menggunakan celana dalam, tetapi yang di rasa Mariana seperti ada 2 benda asing yang bersarang di kedua lubangnya. “Ah tunggu 1 lagi.” Ucap Sabrina berjalan mendekati Mariana dan menempelkan sebuah dildo kecil berukuran jari kelingking ke puting Mariana. “Hati-hati jangan sampai jatuh ya..” Ucap Sabrina sambil tersenyum dan melekatnya dengan plaster.
Di pintu masuk wahana Del Corsa, “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan coba beberapa saat lagi.” terdengar suara operator di saat Hermanto sedang mencoba menghubungi Mariana. “Sepertinya Handphone mama mati, mentar ya, papa coba hubungi tante Sabrina dulu.” Ucap Hermanto ke anaknya yang sudah tidak sabar ingin bermain, tetapi ia juga tak mungkin meninggalkan Mariana. “Permisi, kamu Hermantokan ?” Tanya seorang pria yang tampak berdiri tegap dengan baju kemeja. “Ia, saya Hermanto, kalau boleh tau anda siapa ya ?” Tanya Hermanto heran
Setelah yakin bahwa ia tak salah orang, pria tersebut langsung menjulurkan tangannya. “Saya Dirwanto, suami Sabrina.” Ucap Dirwanto sambil tersenyum lebar. Hermanto yang mendengar bahwa orang di depannya adalah suami dari sahabat istrinya langsung menyambut salaman tersebut. “Maaf ya, malam kemarin itu aku ada sedikit urusan jadi tidak sempat ikut makan bersama.” Lanjut Dirwanto. “Tak apa-apa, bagaimana urusan di sana ? Apakah sudah selesai ?” Tanya Hermanto berusaha membuka pembicaraan. “Sudah, perkerjaan yang seharusnya tak perlu aku turun tangan langsung, biasalah.” Balas Dirwanto. “Jadi ini si kecil Aditya ? kau benar-benar mewarisi ketampanan papa dan kecantikan mama mu, cepat besar ya, om menanti mu.” Lanjut Dirwanto sambil memegang kepala Aditya dan tersenyum aneh melihat Aditya.
Hermanto sempat heran apa maksud dari kata-kata Dirwanto, tetapi ia mengacuhnya. “Sayang.” Ucap Seorang Wanita cantik yang datang mendekati mereka dan seorang maskot beruang yang berjalan dengan aneh. “Ah, Sabrina akhirnya kau datang.” Ucap Dirwanto. “Ini suami dan anaknya mencari Mariana, dimana dia ?” Tanya Dirwanto. “Dia lagi di wahana mobil-mobilan, sepertinya dia ketagihan dan ingin mencobanya 1 putaran lagi, dia bilang kalau nanti ada Aditya dia tidak bisa mencobanya lagi, karena Aditya masih kecil.” Walau Sabrina mengucap itu, tetapi matanya kedip ke suaminya dan melihat ke maskot beruang di sampingnya.
“Ah mungkin itu maksud cepat besar tadi.” Begitu pikir Hermanto yang tidak menyadari kalau di dalam kostum adalah istrinya sendiri, berbeda dengan Dirwanto yang langsung bisa menebaknya. “Oi, kamu.” Teriak Sabrina tiba-tiba kepada seorang pria dengan topi dan memegang kamera. “Mari kita foto dulu.” Ucap Sabrina merangkul Hermanto seperti sepasang kekasih di depan Mariana yang memakai kostum. “Benar juga, mumpu sudah di sini, mari kita buat sedikit kenang-kenangan.” Ucap Dirwanto yang menerima remote getar dari Sabrina sambil tersenyum. “Ayok liat ke kamera.” Ucap Pria di depan mereka yang sudah siap dengan kamaranya. “1.. 2..” Aba-aba pria bersamaan dengan Dirwanto yang mempercepat getaran dildo pada tubuh Mariana.
Mariana berusaha berbisa mungkin menahan desahan dan kakinya gemetar. “3.. senyum..” Ucap pria tersebut mengambil gambar. Mariana yang sudah tidak sanggup menahan klimaksnya langsung terduduk di lantai, mengeluarkan cairan memeknya, untungnya tidak tembus keluar kostum.
“Kamu tak apa ?” Tanya Hermanto berjongkok memegang maskot beruang yang terjatuh di lantai. “Ah.. dia tak apa, sepertinya dia kecapekan, biar aku yang membawanya ke ruang peristirahatan.” Ucap Dirwanto yang berusaha membantu Mariana bangkit. “Sayang, kamu di sini saja temanin Hermanto dan Aditya..” Ucap Dirwanto sambil tersenyum dan pergi.
“Suami mu walau jabatannya tinggi, tetapi tetap mengayomi, aku sangat menghormatinya.” Ucap Hermanto yang melihat Dirwanto membopong Mariana dalam kostum beruang pergi. Sabrina yang merasa puas, tetapi tak berusaha menahan mimik wajahnya. “Hermanto bagaimana kalau kita tunggu Mariana sambil duduk di kafe itu ?” Ucap Sabrina sambil tetap merangkul lengan Hermanto. “Tapi..” Belum siap Hermanto menolak. “Bobby, Rony.” Panggil Sabrina dengan tegas. “Siap Madam.” Balas Bobby dan Rony bersamaan dengan postur tubuh tegap. “Cari Mariana, dan katakan kami berada di kafe itu.” Perintah Sabrina. “Siap.” Balas Bobby dan Rony. “Ayok sayang.” Ucap Sabrina sambil mengajak Aditya juga, walau kesan sayang tersebut lebih tertuju pada Hermanto.
Di ruang ganti, “Aaaahh... aaahhh... terus... aaahh..” tampak Mariana sudah telanjang, bersadar sambil membuka kakinya dan Dirwanto berjongokok menjilati memeknya yang basah. *Srruuuppp... Srruupppp... “Baru saja kau ketemu dengan suamimu, tetapi sekarang sudah bersikap seperti lonte lagi.” Ucap Dirwanto bangkit dan membuka resleting, memperlihatkan kontolnya yang sudah berdiri keras. “Masukin ke memek Mariana.” Ucap Mariana dengan manja dan membuka memeknya dengan 2 jari, tanpa peduli keluarganya sedang menunggu dia.
*Tok.. *Tok.. Suara pintu di ketuk. “SIAPA YANG BERANI MENGANGGU AKU ?” Teriak Dirwanto dengan nada marah. “Permisi pak, Madam Sabrina memanggil Mariana secepatnya.” Balas Rony dari balik pintu. Mendengar hal tersebut kontol Dirwanto yang tadinya berdiri tegap, langsung loyo karena takut akan Sabrina. “Ah, baiklah, kita masih bisa bermain kapan-kapan.” Ucap Dirwanto menyembuyikkan kontolnya kembali ke dalam celananya.
Di cafe tempat Sabrina, Hermanto dan Aditya berada. “Sayang, Bagaiamana wahana tante ? kamu suka ?” Tanya Sabrina ke Aditya yang asik meminum jus jeruknya. “Suka tante, ini besar sekali. tapi mama curang, tinggalin aku.” Ucap Aditya. “Tak apa, mama mu sudah lama ingin naik mobil-mobilan itu, semenjak dia melahirkan mu dia sudah menahannya, jadi jangan salahin mama mu ya..” Ucap Sabrina mengelus kepala Aditya, berusaha memberikan perngeritan kepadanya. “Terima kasih Sabrina.” Ucap Hermanto.
Aditya yang melihat papanya berterima kasih kepada Sabrina, merasa dirinya adalah beban untuk mamanya. “Aduh maaf lama.” Mariana muncul dengan keringan di mukanya. “Mama..” Ucap Aditya memeluk mamanya. “kamu tidak apa ? keringan mu banyak sekali.” Tanya Hermanto. belum sempat Mariana menjawab. “Gimana ma mobil-mobilannya ? seru ?” Aditya bertanya kepada mamanya.
“Ahh.. yah.. seru.. seru kok..” Ucap Mariana sambil tersenyum walau ia sendiri binggung apa maksud dari pertanyaan Aditya dan hanya bisa menebak ini pasti alasan yang di berikan Sabrina. “Keringan mu banyak sekali. lap dulu.” Ucap Sabrina memberikan Mariana tisue. “Maaf ya, kalian pasti sudah lama menungguku, bagaimana kalau kita langsung jalan saja ? dari pada buang-buang waktu di sini.” Ucap Mariana sambil tersenyum dan mengelus kepala anaknya. “Tunggu, Bagaimana kalau kita foto-foto dulu, kenang-kenangan.” Saran Sabrina, “Ah.. benar juga, kalian menganggu, kalian pergilah.” Ucap Sabrina kepada kedua pengawalnya sambil menyerahkan sebuah kertas perintah. “Siap madam.” Ucap Bobby dan Rony serentak dan pergi.
Hari itu setelah foto-foto, Sabrina, Mariana, Aditya dan Hermanto bersenang-senang menaiki semua wahana yang bisa di naikkan dan perasaan bahagia membuat Mariana lupa dengan semua kejadian yang menimpa dia.
Selama naik wahana, banyak tatapn iri yang melihat keluarga Aditya yang bisa menerobos antrian. “Wah enak kali tante, kita tidak perlu mengantri.” Ucap Aditya kegirangan setelah bermain beberapa wahana tanpa harus mengantri. “Tentu saja sayang, selama kamu menunjukan tiket emas ini.” Ucap Sabrina yang semakin memanjakan Aditya. “Sayang kamu tidak capek ?” Tanya Hermanto yang sepertinya khawatir dengan Mariana. “Aku tidak apa kok sayang, kapan lagi kita bisa liburan sekeluarga seperti ini ?” Ucap Mariana yang tampak senang. “
Hermanto melihat jam pada tangan kanannya sambil berkata “Sepertinya sudah jam makan siang, bagaimana kalau kita istirahat dulu ?” Ucap Hermanto yang sepertinya ingin Mariana sedikit beristirahat. “Benar juga, kalau begitu di sebelah sana ada restauran dengan koki terbaik saat ini.” Ucap Sabrina berjalan menujut restauran tersebut, Sekilas Sabrina melihat Bobby dan Rony sedang berjalan masuk ke restaurant tersebut melalui pintu belakang dan membawa beberapa tas berwarna biru gelap.
Pemandangan di dalam restaurant tampak seperti tempat siap saji dengan pelayan dengan topi telinga beruang yang lucu, banyak layar yang menampilan banyak menu-menu makanan. “Mau makan apa ?” Tanya Sabrina sambil berdiri di depan layar kaca yang menampilkan berbagai nama makanan. “Sayang, mau makan apa ? Dengan tiket ini, kau bisa memesan semua yang kau mau loh.” Ucap Sabrina ke Aditya dengan seperti anaknya sendiri, bahkan Sabrina tidak pernah memperlakukan Risky sebaik ini. “Serius tante ? Asikkk..” Ucap Adtiya yang tampak kegirangan. “Tapi kau harus bisa menghabiskan semua itu ya.” Ucap Hermanto yang tidak ingin anaknya tumbuh besar dengan terlalu serakah, di saat di luar sana masih banyak orang yang kesulitan untuk makan.
Di belakang mereka, tampak Mariana yang merasa ada tembok besar yang mengbatasinya. “Mariana mau pesan apa ?” Tanya Hermanto berbalik melihat istrinya yang sedari tadi hanya diam. “Ah.. ia.. a.. aku itu saja.. nasi yang di taruk dalam mangkuk dan ada ayam suir.. aku tidak terlalu selera makan.” Ucap Mariana sambil senyum yang di paksakan. Tak berapa lama makanan merakapun telah siap dan mereka memilih tempat duduk dimana ada jendela besar, sehingga Aditya dapat melihat wahana-wahana yang sekeiranya ingin ia naik selanjutnya.
*Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp ) “Yah halo ? hmm.. oke.. Tunggu aku di sana.” Entah apa yang di bicarakan oleh orang dalam telphone tersebut, tetapi Sabrina menjawabnya dengan cepat, singkat dan langsung mematikan panggilan tersebut. “Hermanto maaf banget, sepertinya aku harus pergi sebentar, ada tamu yang harus ku sambut.” Ucap Sabrina bangkit dari kursinya. “Ah, ia.. tentu, kau pasti sibuk sekali.” Ucap Hermanto. “Ah.. ya.. aku pinjam Mariana sekalian, tak akan lama kok, mungkin hanya setengah jam saja.” Ucap Sabrina sambil memegang tangan Mariana. “Eh ? ah.. oke..” Ucap Mariana yang kebingungan. “Sudah, makan sambil jalan saja, tak apa.” Ucap Sabrian ke pada Mariana yang langsung berdiri.
Untungnya makanan yang di pesan oleh Mariana adalah makana yang memang di disain praktis dan simple sehingga Mariana bisa makan sambil jalan pelan. Anehnya saat itu, Sabrina dan Marian bukan keluar melalui pintu depan, melainkan pintu belakang.
“Sabrina, sebenarnya kita mau kemana ?” Tanya Mariana yang mengikuti Sabrina dari belakang. Sabrina hanya diam dan berjalan ke lantai 3 gedung yang bertepatan di sebelah restaurant tersebut. Merasa ada yang aneh, Mariana sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, dan membuat memeknya basah karena hayalannya tentang apa yang akan terjadi.
Begitu sampai di lantai 3 gedung yang tampak tidak berfungsi, Mariana melihat sekitar sudah di pasang kamera di berbagai sudut dan ada Bobby, Rony dan 2 pegawai yang tampak binggung. Berlahan Sabrina menghampiri kursi yang sudah di siapkan. “Ini makan siangnya madam.” Ucap Rony memberikan sebuah piring dengan pasta di dalamnya. “Kalian sudah bisa mulai.” Ucap Sabrina.
kedua kariawan tersebut mulai menatap Mariana, dan hanya diam. “Huff.. Bobby jelaskan.” Perintah Sabrina yang kesal melihat kedua kariawan tersebut diam, bergitu juga Mariana yang dengan gengsinya memilih diam. “Mereka berdua adalah kariawan terbaik di sini, karena dari itu madam menghadiain mereka tubuh mu.” Ucap Bobby yang melotot ke arah Mariana.
Mariana merasa dirinya sudah tidak bisa menahan nafsu, begitu juga dengan gengsinya. berlahan membuka baju blosenya, dan roknya. Kedua kariawan tersebut menelan ludah melihat tubuh Mariana yang sangat mengiurkan. “Ini ? kami beneran boleh ?” Tanya salah satu kariawan tersebut berdiri kaku, kedua kariawan itu sangkin fokus pada tubuh Mariana hingga merasa seakan lupa pada tubuh mereka dan hanya fokus pada mata.
Dengan keadaan hanya memakai bra dan celana dalam berwarna merah, di tambah ukuran bunga-bunga, Mariana melangkah mendekati kedua kariawan tersebut sambil tersenyum sangat manis. Berlahan Mariana menyibakkan rambutnya ke belakang telinga dan berjongkok di depan kedua kariawan tersebut. “Abang-abang ganteng, siapa namanya ?” Tanya Mariana sambil membuka resleting mereka satu persatu. “Aku Viktor.” “Sedangkan aku Adi.” Ucap mereka bergantian.
Kini Mariana telah berjongkok dengan kedua batang kontol yang sudah berdiri tegang di depannya, panjangnya dan besarnya sekitar 15,7 cm, memang tidaklah sebesar milik Bobby dan Rony, tetapi Mariana berusaha memperlakukan kedua kontol tersebut dengan lembut. Berlahan ia menghirup aroma kontol tersebut dan menaruknya di pipinya, merasakan kehatangan dari kontol-kontol tersebut. “Gila, pipinya halus kali.” Ucap Viktor yang merasakan sensasi saat kontolnya menyentuh pipi Mariana.
Mariana hanya tersenyum melihat mata Viktor dan menjilat pangkal kontolnya berlahan hingga ujung kepala kontolnya dengan pelan-pelan. “Aaaahh.. gila.. ini nikmat sekali.” Marianapun memperlakukan hal yang sama pada kontol Adi. “Aku berjanji akan semakin rajin berkerja.” Ucap Adi yang menikmati jilatan Mariana pada kontolnya. Tidak hanya menjilat, Mariana juga mulai memasukkan kontol mereka ke dalam mulutnya secara bergantian. *Srruuppllll.. Srruupppllll.. “Aku sudah tidak tahan..” Ucap Adi yang langsung menarik kontolnya dan menembakkan spermanya ke dalam mangkuk nasi Mariana yang ada di sebelah Mariana sedari tadi. “Ugghh.. Aaahhhh.. nikmati nasi ayam saus sperma ku.” Ucap Adi yang masih terus menembak hingga sisa-sisa spermanya habis.
Marian yang melihat itu merasa kesal karena makan siangnya di perlakukan seperti itu. “Ada apa dengan kau ? Aku masih mau makan nasi ku.” Ucap Mariana dengan nada kesal, tetapi Adi malah ketawa. “Ide bagus, barikan pada ku, aku juga mau keluar di sana.” Ucap Viktor yang mengambil nasi mangkuk tersebut, dan menumpahkan semua spermanya di dalam mangkuk tersebut. “Aaaaahhh.. sekarang coba makan nasi ini.” Ucap Viktor sambil memberikan mangkuk tersebut kepada Mariana, tetapi Mariana menutup mulutnya dan mengelengkan kepalanya.
Merasa permintaannnya tidak di turuin, Viktor melihat ke Adi dan memberi kode dengan dagunya, seakan menyuruh Adi melakukan sesuatu pada Mariana. Adi yang mengerti maksud dari Viktor, langsung berjalan ke belakang Mariana dan menahan kepalanya, sedangkan tangan satunya lagi membuka paksa mulutnya. Sekilas Viktor melihat ke arah Bobby, Rony dan Sabrina yang sedang menyantap makanannya dengan pelan, seakan melihat apakah Sabrina akan melarang mereka melakukan sedikit kekerasan, atau membiarkannya ?
Melihat Sabrina seperti tidak peduli, Viktor langsung mengambil sesuap nasi dengan gumpalan sperma dengan sendok, dan memasukkannya ke mulut Mariana. “Ini makan siang mu, bagaimana rasanya ?” Tanya Adi sambil mengerakkan mulut Mariana, memaksannya mengunyak. Mariana yang di perlakukan dengan kasar, semakin membuatnya nafsu hingga celana dalamnya basah. *Pheee.. peeehhhh.. “Pahit..” Ucap Mariana mengomentari sperma mereka yang bercampuran dengan ayam dan nasi miliknya, seketika Adi dan Viktor ketawa cekekekan hingga kontol mereka menciut.
Tak hanya sesuap, Viktor memaksa Mariana kembali memakan nasi tersebebut hingga bagian spermanya habis, walau masih menyisahkan setenah nasi dan beberapa potong ayam suir. “Mari kita lanjut ronde dua.” Ucap Adi yang mengambil posisi di depan muka Mariana dan beberapa kali menampar muka Mariana dengan kontolnya, di ikuti Viktor.
Awal mula, Hermanto mengajak makan siang agar Mariana dapat beristirahat, tetapi Viktor dan Adi tidak memberikan banyak waktu kepada Mariana untuk istirahat. Setelah Mariana kembali membuat kontol Viktor dan Adi kembali berdiri keras. “Kemari.” Ucap Viktor menarik lengan Mariana mendekat kepada dirinya yang sudah berbaring di lantai. Seperti terhipnotis, Mariana langsung memegang kontol Viktor dan memasukkannya ke dalam memeknya yang sudah basah. “Aaaahhhh...” Desah Mariana memasukkan semua kontol Viktor langsung ke memeknya.
Merasa waktu yang tidak banyak, dan kontol Viktor kurang untuk memuaskannya, Mariana menggunakan tangan kanannya membuka lubang pantatnya menggoda Adi. “Wuuhuuuuyyyy aku pikir aku harus menunggu, ternyata bagian ku juga di siapkan.” Ucap Adi melangkah mendekati Mariana dan memasukkan semua kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Uggg, walau kelihatannya sudah tidak perawan, tetapi masih cukup ketat juga.” Sambung Adi yang langsung dengan tidak sabaran mengerakkan kontolnya keluar masuk lubang pantat Mariana.
Walau kontol tersebut tidak cukup bagi Mariana yang sudah terbiasa dengan ukuran kontol Prahmono, tetapi 2 kontol yang mengisi 2 lubang dalam dirinya cukup untuk membuatnya merasakan kenikmatan. “Aaah.. Aahh.. terus.. Aaahhh lebih kuat..” Desahan Mariana yang sudah tidak sabar ingin merasakan klimaks karena beberapa malam sebelumnya Hermanto sudah tidak dapat memuaskannya.
Viktor dan Adi yang merasa tak ingin menyianyiakan kesempatan, langsung mengerakkan kontol mereka keluar masuk lubang Mariana, Merasa gesekakan antara kulit kontol mereka dengan kulit dalam memek Mariana. “Aaahh.. aku tidak tau kalau bonus di wahana ini adalah lonte kelas tinggi begitu.” Ucap Viktor dengan nada semangat, Sedangkan Adi tidak pedulikan ucapan Viktor dan hanya fokus pada kontolnya sendiri.
Seperti mesin rusak mereka menyodok Mariana, sehingga Mariana merasakan kadang kontol mereka bersamaan masuk ke dalam lubang pantat dan memeknya, kadang hanya kontol Adi yang masuk, tidak teratur, tetapi itu juga yang membuat Mariana semakin bernafsu merasakan sensasi baru. “Aaah... aaahhh.. terus.. terus.. Aaaaahhh.. aku ingin meraskaan kontol kalian lagi.” Ucap Mariana
Tanpa di sadari, sedari tadi ada seorang pria yang mengikuti Mariana dan Sabrina di mulai dari dapur. Risky yang kini berada di balik pintu, sedang mengocok kontolnya sendiri sambil mengintip Mariana sedang di ngentot oleh kariawan mamanya. “Sial, kenapa tante Mariana selalu di ngentot sama kariawan mama ? sedangkan aku anaknya sendiri tidak pernah di beri kesempatan.” Ucap Risky dengan nada kecil karena takut ketahuan.
Bobby sedari tadi yang sudah menyadari keberadaan Risky mengamgap seperti tidak melihat Risky dan hanya diam. “Uggh.. aku sudah mau keluar, aku rasa tempat ini bakalan rame kalau di jadikan wahana ngetot.” Ucap Viktor yang semakin mempercepat kontolnya keluar masuk memek Mariana. “Aaaahh.. keluarkan di dalam.. Aaahhh aku ingin merasakan sperma panas mu.. Aaaaahhh..” Ucap Mariana
Viktor dan Adi yang merasa ingin mencapai klimaks, langsung mencabut kontol mereka dari lubang Mariana dan mengambil mangkuk makan siang Mariana. “Ini hidangan terakhir kami.” Ucap Viktor yang langsung menembakan spermanya ke dalam mangkuk tersebut di ikuti dengan Adi. Sekarang tampak di mangkuk tersebut lebih banyak sperma milik mereka dari pada sisa nasi dan ayam.
“Aahh.. kami tambahkan sedikit bumbu special pada makananmu, nih makan.” Ucap Viktor menyerahkan mangkuk tersebut kembali ke Mariana. Dengan perasaan campur aduk karena dirinya belum mencapai klimaks, Mariana mengambil mangkuk tersebut dan mulai memakannya, sebelum Viktor dan Adi memaksanya dengan kasar seperti sebelumnya.
Risky yang sadar kalau sebentar lagi posisinya tidak aman, langsung berjalan kembali ke arah dapur. Viktor dan Adi kembali berpakaian dengan wajah puas, melangkah pergi sambil melihat wajah Mariana yang eneg memakan nasi campur sperma.
“Pa, Mama dan Tante lama sekali.” Ucap Aditya yang mulai merasa bosan menunggu mamanya. “Sabar ya, mungkin sebentar lagi.” Ucap Hermanto sambil melihat 2 pemuda yang sedang berjalan di sebelahnya sambil memegang makanan. “Wah gila, wanita itu memakan nasi ayam itu dengan saus sperma kita.” Ucap Viktor sambil ketawa cengegesan membayagin wajah Mariana. "Sangat ironi suaminya tidak tau kalau istrinya baru saja di ngentot oleh 2 pemuda yang baru saja dia liat" Ucap Risky yang melihat Hermanto dari kejauhan.
“Sayang, maaf ya lama.” Ucap Sabrina yang datang bersamaan dengan Mariana. “Tante sama mama kemana saja ? lama sekali.” Ucap Aditya yang sudah tidak sabar ingin mencoba wahana lainnya. “Ia, Maaf ya sayang. Yuk jalan.” Ucap Sabrina sambil mengelus kepala Aditya akan dirinyalah ibu dari anak tersebut. “Mar, kau tak apa ?” Tanya Hermanto yang heran melihat Mariana kecapekaan sednagkan Sabrina tampak biasa saja. “Aku tidak apa, hanya panas matahari membuat kulit ku merah saja kok.” Ucap Mariana berbohong, karena ia tak ingin suaminya tau apa yang saja ia lakukan. Setelah itu, Mereka berempat kembali keliling menaiki semua wahana hingga gelapnya malam mendatangi mereka dan Acara di tutup dengan kembang api yang sangat meriah.
“Ooaaamm...” Serangan ngantuk tak bisa di tahan oleh Aditya yang masih kecil. “Hermanto sepertinya Aditya sudah ngantuk, bagaimana kalau kau duluan kembali ke hotel dengan Aditya.” Ucap Sabrina. “Lah, Mariana gimana ?” Tanya Hermanto. “Kami masih ada urusan, cewek-cewek.” Ucap Sabrina sambil memeluk lengan tangan Mariana. Hermanto yang khawatir dengan Mariana. melihat ke Mariana, berharap Mariana menolak ajakan Sabrina tetapi Mariana membalas dengan senyuman. “Ia, lagian besok hari minggu, kau duluan saja ke hotel dulu sama Aditya, tak perlu tunggu aku, Sabrina sudah siapkan kunci cadangan.”
Merasa harapannya di balas kekecewaan, “Baiklah kalau begitu.” Ucap Hermanto yang langsung balik badan, pergi bersama Aditya, Di waktu yang bersamaan Mariana berharapan Hermanto lebih berusaha untuk menghentikannya. “Semua sudah siap, madam.” Ucap Rony yang tiba-tiba muncul dalam kegelapan. “Ayok Mar.” Ajak Sabrina yang melihat Mariana masih mematung melihat kepergian Hermanto.
Rony membawa Mariana dan Sabrina ke sebuah ruangan yang cukup tinggi walau tidak luas, terdapat berbagai macam perabotan. “Aku duluan, kamu urus dia.” Ucap Sabrina kepada Rony dan terus berjalan pergi meninggalkan Mariana. “Ada apa ini ?” Tanya Mariana tak sanggup menebak apa yang sedang di rencanakan Sabrina. Rony dengan muka tegangnya hanya diam dan menarik Mariana ke ruang sebelah.
Ruangan dimana lantai di susun dengan kayu-kayu yang mulus dan kain gorden yang sangat besar depannya. “Buka baju mu.” Perintah Rony. Selagi Mariana membuka bajunya satu – persatu, Rony pergi membawa sebuah photo booth dengan 3 lubang di tengahnya dan bergambar kloset. Mariana yang heran dengan apa maksud dari itu semua hanya bisa berdiri diam. Dengan perlahan Rony mengarahkan kepala dan tangan Mariana masuk ke setiap lubang tersebut, “Tetap seperti ini.” Ucap Rony yang langsung pergi meninggalkan Mariana sendiri.
Selang beberapa detik, Tirai kain gorden di depan Mariana terbuka, cahaya menyoroti dirinya, membuat ia sulit melihat, Mariana sadar dirinya sedang berada di atas panggung di sebuah ruang pertunjukan. “Ya, pada hadirin sekalian, ini adalah wahana khusus yang kami sediakan untuk para investor. Sebuah wahana dimana kalian dapat memperlakukannya seperti toilet pada umumnya, tetapi yang ini ada manusianya. Silakan di nikmati." Ucap seorang wanita entah dari mana ia berdiri, tetapi Mariana dapat melihat ada 6 orang yang berbicara satu dengan yang lain dan melihat Mariana seperti serigala melihat daging segar di depannya.
Merasa sudah di persilakan, ke 6 investor yang terdiri 4 pria dan 2 wanita berjalan mendekati Mariana, dengan sorot mata tajam ke Mariana. “Aku tidak tau kalau ada bonus seperti ini, untung saja aku menaruk banyak uang di sini.” Ucap salah satu pria yang perberawakan gendut, sambil meraba-raba tubuh Mariana, di ikuti 4 pria lainnya, sedangkan 2 wanita yang tampak sudah sudah berusia hampir 60 tahun berjongkok, saling berciuman dengan Mariana.
Tanpa menunggu, seorang pria berperawakan tua dan gendut, langsung menurunkan celananya, mengarahkan kontolnya yang sepanjang 9 cm, mengecil karena usia ke lubang memek Mariana. “Siapa sangka aku setua ini, masih dapat kesempatan bermain dengan wanita semuda dan secantik ini.” Ucap Pria yang mengentot memek Mariana. “Cepatlah, kami juga ini.” Ucap Pria yang lainnya sambil meraba toket Mariana dan ada yang sudah menyuruh Mariana mengocok kontol mereka dengan tangan Mariana.
Maraian bahkan bisa menahan desahannya karena sangkin ia tak merasakan kontol-kontol pria tua tersebut, walau begitu Mariana harus mengeluarkan desah-desahan agar membuat cepat selesai. Untungnya wanita-wanita tua di depannya
Salah satu wanita yang merasa sudah tidak tahan langsung menurunkan celana dalamnya dan mengangkat rohnya. “Makan ini.” Ucapnya langsung menempelkan memeknya ke mulut Mariana. Walau itu membuat Mariana tak harus berpura-pura mendesah, tetapi ia harus menjilat memek tua yang penuh kerutan. “Aaahh.. ini pelacur jago banget.” Ucapnya menikmati jilatan Mariana, sedangkan wanita satunya lagi memeras toket kiri Mariana seakan peras susu sapi, hingga toket Mariana memerah.
Tidak butuh waktu lama hingga semua pria menumpahkan sperma mereka ke dalam memek Mariana,kontol-kontol kecil itu hanya mengegelitik memek Mariana hingga membuatnya semakin bernafsu tanpa klimaks sekalipun, dan wanita-wanita tua terduduk lemas sehabis klimaks karena mulut Mariana. “Ck, dasar tua bangka tidak enak di lihat.” Sabrina mengurutu karena tidak puas dengan adegan barusan. Sabrina yang masih kesal berdiri dari kursi empuknya dan meninggalakn ruangan sambil berkata “Bawa dia, aku tunggu di mobil, kita lanjut ke pertemuan selanjutnya.” Bobby dan Rony tidak menjawab dan hanya membungkuk memberi hormat kepada Sabrina.
*Cleck suara pintu mobil terbuka. Tampak Mariana yang rambutnya sudah di rapitkan dan hanya memakai jaket coklat sepanjang paha tanpa pakaian lain di dalamnya. “Masuklah.” perintah Sabrina ke Mariana yang tampak keraguan di wajahnya. “Kita mau kemana ?” Tanya Mariana yang diam-diam membayangkan dirinya akan digilir banyak pria suruhan Sabrina. “Nanti juga tau.” Ucap Sabrina yang sepertinya sudah tidak kesal lagi karena para investor tadi.
Selama perjalan Sabrina hanya diam, sehingga membuat suasana menjadi canggung, dalam suasana diam, Mariana dapat merasakan cairan sperma mengalir dari memeknya hingga membasahi tempat duduk mobil Sabrina. “Turun, kita sudah sampai.” Perintah Sabrina yang masih duduk belum kelihatan niat untuk keluar dari mobil. Saat Mariana keluar ia melihat sekeliling, tempat yang mereka kunjungi lebih seperti tempat orang-orang miskin yang membuat rumah mereka dari karton-karton bekas. “Hey.” Panggil Sabrina yang langsung di lihat oleh Mariana. “Itu, bersihkan dengan lidah mu, jangan kotori mobil ku dengan sperma mu.” Sabrina kembali kesal karena teringat dengan kejadian sebelumnya.
Mariana yang merasa tidak punya pilihan lain langsung menjilat sperma di atas sofa mobil Sabrina tanpa rasa jijik sekalipun. Selagi Mariana membersihkan sperma, Bobby dan Rony mulai sibuk menyiapkan segala hal untuk perekaman, hingga membuat orang yang tinggal disana mulai berkumpul. “Pakai ini.” Rony menyerahkan sebuah kotak dan langsung di buka Mariana. “ini asli ?” tanya Mariana yang merasa kaget melihat 1 set perhiasan emas dari mulai kepala hingga gelang kaki. “Itu paslu. tapi di buat semirip mungkin dengan yang aslinya.” Ucap Rony yang langsung pergi meninggalkan Mariana bersiap-siap.
“Semua sudah selesai Madam.” Ucap Bobby kepada Sabrina yang masih duduk santai di dalam mobil. Sabrina diam untuk sesasaat tak tau apa yang dia pikirkan, tetapi tak lama, Sabrina mulai turun dari mobilnya. “Selamat malam madam, kami sempat khawatir kalau anda tidak menepati omongan anda.” Ucap seorang pria bertubuh besar gendut yang keluar dari bayang-bayang. “Hahahahaha lucu sekali, Aku ? Sabrina ? mengingkar omoganku ? kalau aku berniat begitu, apakah detik ini kau yakin masih bisa bernapas ?” Sabrina dengan santainya berjalan ke tempat duduk yang telah di sediakan. “Tak usah banyak omong ! mana yang kau omongin itu ?” Pria tersebut dengan nada kesal kembali membentak Sabrina.
Sabrina mengalihkan pandangannya ke arah lainsehingga membuat pria tersebut ikut melihat ke arah terseubt, Dari dalam kegelapan keluar seorang wanita yang dari ujung kepalanya hingga kakinya memakai perhiasan emas, kalung kepala, anting, kalung, gelang tangan, dan gelang kaki.
Mata pria tampak terkejut di campur kagum akan Mariana yang kecantikannya di tambah dengan perhiasan yang mendukungnya. ”A-Aku tidak sangka wanita yang di siapkan akan secantik ini.” *Srrruuppp suara pria tersebut menghisap liurnya sendiri yang hampir jatuh. “Kalau begini kami tidak akan merasa menyesal telah menyerahkan tanah kami.” Lanjut pria tersebut.
Pria tersebut dan teman-temannya menyerahkan tanah kumuh mereka kepada Sabrina untuk di bangung wahana, awalnya mereka menolak, tetapi Sabrina menjanjikan pelacur berkualitas tinggi untuk 1 malam sebagai gantinya dan itu menjadi kesepakatan mereka.
Mariana yang sudah sadar akan apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya memikirkan nafsunya yang mulai memuncak karena suaminya sendiri tak dapat memuaskannya, di tambah ia belum sempat merasakan ejakulasi saat bersama para investor tadi, dengan berlahan Mariana mulai maju mendekat kepada pria tersebut. “Ugghh..” Mariana menghentikan langkahnya, bau menyegat dari tubuh pria tersebut menusuk hidungnya.
“Halo, aku Damar. hehehe..” Pria tambut klimis, bulu hidung yang keluar, jenggot tak terurus, bulu di dada yang lebat hingga ke bawah perut yang gendut dan kulit gosong akibat berjemur matahari terus-menerus. “Kemarilah sayang.” Ucap Damar sambil membuka tangannya lebar-lebar seakan menyambut pacarnya.
Nafsu yang sedari tadi mengontrol Mariana seketika hilang berganti dengan rasa takut bercampur jijik akibat bau yang keluar dari tubuh Damar. Mariana berbalik, berjalan ke arah Sabrina. “Ku mohon, Aku tidak bisa, setidaknya biarkan dia mandi terlebih dahulu, baunya membuat ku mau muntah.” Mariana berjonkok memelas di depan Sabrina yang melihatnya dengan dingin.
Sabrina melihat kedua mata Mariana dengan tajam tapi tak terbesit sedikitpun rasa kasihan, “Bobby, Rony.” Panggil Sabrina kepada kedua pengawalnya yang sedari tadi berdiri di belakangnya. Seperti mengerti apa niat dari majikan mereka, Bobby dan Rony pun langsung menarik lengan Mariana. “Sabrina... Ku mohon.. kali ini saja.. aku mohon..” Mata Mariana memetikkan air mata, tetapi tidak membuat Sabrina bergemik dan masih menatap Mariana dengan dingin.
“Oi.. ada apa ini ?” Tanya Damar yang tampak kebinggungan. “Tunggulah sebentar, persiapannya belum selesai.” Ucap Sabrina sambil tersenyum dan memangku kepalanya dengan tangan kirinya dengan santai. Rony memegang Mariana sedangkan Bobby mulai menyuntik lengang Mariana. “Tidak, tunggu.. aku mohon.. tolong aku..” tidak berhasil mendapat simpati Sabrina, Mariana berusaha setidaknya mendapat simpati dari Bobby maupun Rony.
Dalam hati Bobby dan Rony sanggat menyayangkan tidak dapat menikmati tubuh Mariana, tetapi di waktu yang bersamaan mereka bersemangat membayangi Mariana di perkosa oleh pria-pria buruk rupa dan dekil-dekil tersebut. Sabrina melihat tingkah Mariana tidak ada perubahan langsung setelah suntikan pertama, “tambah 1 dosis lagi.” Perintah Sabrina. Tanpa menjawab, Bobby kembali menyuntikan zat perangsang ke dalam pembuluh darah Mariana.
Napas Mariana mulai terasa berat, “Haa.. Haaa.. aku... aku mohon..” Ucap Mariana sambil mengelus-elus kontol Rony yang masih berlapis celana hitam. Sekali lagi, Bobby mengambil suntikan zat perangsang lainnya dan mengarahkannya ke pembuluh darah Mariana. “BERHENTI !” Bobby yang mendengarnya langsung melihat ke arah Sabrina, “Cukup, Di bisa mati kena serangan jantung.” Sabrina terdiam sesaat sambil berpikir. “Sepertinya itu bisa.” Ucap Sabrina sambil berdiri berjalan mendekati Mariana. “Buka dan tahan pahanya.” Perintah Sabrina sambil mengambil botol berwarna ungu, bertulisan “Pheromone” dari tas yang di sebelah Bobby. “Kita tambah ini.” Sabrina langsung menumpahkan cairan putih transparan ke memek Mariana. “Ini akan membantu mu untuk lebih releks.” Tangan Sabrina mulai meraba-raba memek Mariana dengan lembut hingga ke dalam lubang memek Mariana. “Aaah.. Sabrina.. cukup.. aku sudah tidak kuat.. haaa.. kontol.. haa.. kontol.. berikan aku kontol..”
Sambil mengoleskan cairan tersebut, tiba-tiba terlintas ide gila di otak Sabrina, Sambil tersenyum “Bobby suntikkan obat kesuburan produk baru kita, sekalian kita bisa melakukan uji coba langsung, dan aku membayangkan bagaimana rupa anak hasil wanita secantik kamu dan pria buruk rupa.” Sambil mendengar Sabrina, Bobby langsung menyiapkan obat tersebut dan bersiap menyuntikkannya ke area perut bawah Mariana. “Tidak.. Sabrina.. jangan.. Aaahh.. Haaa.. Sabrina.. aku mohon..” Walau tau permohonan dia tak akan di dengarkan, tetapi Mariana hanya itu yang dapat ia lakukan. Tanpa mendengar perintah selanjutnya Bobby langsung menyuntikkan obat kesuburan tersebut ke dalam tubuh Mariana.
“Kenapa lama sekali ?” Teriak Damar yang sudah tidak sabar dan kesal seperti di cuekkin. Sabrina melihat tajam ke arah Damar “Lembar pelacur ini ke dia.” Perintah Sabrina terus kembali ke tempat duduknya. Mendengar perintah Sabrina, Rony memegang pergelangan tangan kiri Mariana yang masih bersujud di depan Bobby dan menariknya dengan sedikit paksaan. “Aaah.. Tu... Tunggu..” Mariana mengikuti Rony dengan tertatih-tatih.
“Ini” Rony melempar Mariana ke tubuh gemuk Damar yang berbulu lebat di dadanya. “Liatlah malam ini bulan purnama sangat indah, bukan ?” Ucap Damar memeluk Mariana seperti sepasang kekasih yang memandangin bulan, setidaknya itu yang di bayangin oleh Damar, berbeda dengan Mariana yang nafsu yang sudah mengepu-ngepu tetapi juga berusaha menahan napas dari bau badan Damar yang berhari-hari tidak mandi hingga ada beberapa lalat yang bertebangan di sekitar tubuhnya.
“Cantik, putih mulus, tapi ada bulu ketiak, dan bulu memek yang liat, sungguh sempurna sekali kamu, sayang.” Ucap Damar melihat mata Mariana, merasa seakan dirinya adalah pemeran utama dalam serial drama romantis. “UGgghhh..” Mariana yang sedari tadi menahan napasnya akhirnya menyerah dan terpaksa menghirup aroma tidak sedap. Rasa mual di perutnya membuat Mariana refleks mendorong Damar dan muntah. “Uweekkk” untungnya karena perut Mariana kosong sehingga tidak ada sisa makanan yang keluar, hanya ada cairan liur saja.
Damar yang kesal karena imajinasinya di rusak, menghampiri Mariana dan langsung paksa mencium bibirnya. Lidah Damar bermain-main di dalam mulut Mariana dengan sangat liar. “Puaaahhh.. sudah lama aku tidak berciuman, malam ini kita akan bersenang-senang.” Ucap Damar tersenyum memperlihatkan giginya yang sudah menguning. “Haa.. haa..” Napas Mariana semakin berat, entah karena hidungnya mulai mentoleransikan bau sekitar, atau nafsu yang sudah menguasi tubuhnya sepenuhnya, Mariana memberi ciuman yang tak terduka kepada bibir Damar.
Damar yang tersenyum merasa Mariana sudah dalam gemgamannya sepenuhnya, “Sekarang cium aku sambil membersihkan gigiku dengan lidahmu.” Perintah Damar yang langsung menciuman Mariana, kedua tangannya memerasa pantat Mariana. Pikiran Mariana sudah kosong yang ada hanya nafsunya yang mengepu-ngepu, sehingga melakukan apa pun yang di perintahkan Damar agar mendapatkan kepuasan. *Srrruupppp Srruupppp lidah Mariana mulai menyapu gigi-gigi Damar yang kuning dan berkarang tersebut. “Puaaahhhh... bagus.. bagus.. sekarang telan semuanya.” Damar melihat di lidah Mariana ada sesuatu berwaran kuning dan sisa-sisa makannya.
Damar yang merasa tidak sabaran langsung menekan bahu Mariana agar Mariana berjongkok di depannya dan menurunkan celana pendeknya yang compang-camping. Memerkan kontolnya yang panjang 21 cm dan lebar 4,2 inchi, lebih besar dari milik Prahmono. Mata Mariana terbuka lebar karena kaget melihat kontol Damar, bukan karena lebih panjang dan besar dari milik Prahmono, tetapi karena kontolnya tampak ada kerak-kerak putih menguning, di tambah mengeluarkan bau pesing yang tidak di siram berhari-hari.
Sekali lagi Mariana merasakan mual pada perutnya karena mencium aroma “Ugghh..” Mariana memalingkan mukanya berusaha mencari udara segar, tapi Damar yang sudah tidak sabar langsung memegang mulut Mariana dan memaksa masuk kontolnya ke dalam mulut Mariana. “Mmmnnnnn mmnnn” Mariana berusaha meronta dan mendorong Damar karena kontol Damar masuk hingga ke tenggorokannya. “Ah.. ini.. ini yang selalu aku inginkan, pelacur-pelacur murahan di sini tidak ada yang bisa menelan kontolku seperti kamu.” Ucap Damar menikmati momennya.
Walau Mariana terus meronta, Damar tidak peduli dan dengan memegang kepala Mariana dengan kuat, terus memaksa kontolnya masuk hingga ke tenggorokannya beberapa saat dan melepaskannya saat melihat muka Mariana sudah merah. “Haaa.. haaa... uhuk.. uhuk.. haa...” Mariana merasa dirinya hampir pingsan, tetapi di perlakukan seperti mainan, membuatnya memeknya basah.
Melihat wanita cantik yang selalu ia imajinasikan kesusahan karenanya malah membuat Damar semakin bernafsu, “Sudah jangan banyak tingkah.” Ucap Damar yang langsung mengarahlan kontolnya ke depan Mariana. “Jilat sampai bersih.” Kini Mariana dapat melihat dengan jelas smegma berwarna kuning keputihan yang terbuat dari kombinasi minyak lemak, sel-sel kulit yang terkelupas, dan kelembapan seperti keringat.
Dengan ragu, lidah Mariana menempel pada kerak kuning tersebut dan menyapunya. “Bagus.. bagus.. pinter sekali.” Puji Damar sambil mengelus Mariana. Merasa senang karena usahanya di akui, Mariana semakin semangat membersihkan kontol Damar, dari celah kepala kontol yang banyak Smegma hingga ke buah jakar Damar yang berbulu seperti buah rambutan, bahkan sebelum Mariana menelan smegma di lidahnya, Mariana menatapnya dengan tatapan menggoda, ia menunjukkanya terlebih dahulu pada Damar, smegma yang tampak menumpuk di dalam mulut Mariana, dan rambut kontol Damar yang krinting tercopot di pinggir bibir sexy Mariana.
Pemandangan di depan Damar semakin tidak sabar dan menarik tangan Mariana ke tumpukan karton-karton bekas. “Sekarang giliran aku.” Ucap Damar sambil membuka paha Mariana. “Kyaaaaa...” jerit kecil Mariana karena permainan kasar Damar. “Wah.. sudah banjir saja yang di sini.” Damar langsung menjilat memek Mariana dengan sangat buas. *Srruuppp... Srruuuupppppp “Manis... manis... aku sangat suka ini.” *Srrruuuupppppp “Aaaahhh.. teruss... aaahh.. nikmatt... teruss...” Erangan Mariana yang sudah tidak peduli akan statusnya dan orang-orang sekitar yang menontonnya.
Merasa ada yang liatin dari belakang, Bobby pun sedikit memalingkan kepalanya ke belakang dan ia melihat Risky yang sedang mengintip dari balik salah satu rumah gubuk. “Permisi madam, tuan muda Risky sedang mengintip di belakang.” Bisik Bobby ke Sabrina. Mengetahui anaknya sedang mengitip Sabrina hanya tersenyum “Jika hanya mengintip biarkan saja, tapi kalau dia sampai mendekat, langsung di tahan.” Perintah Sabrina. “Siap madam.” Balas Bobby kembali berdiri dengan posistur tegap.
“Ini yang ku tunggu-tunggu.” Ucap Damar kini sedang menampar belahan memek Mariana dengan kontolnya."Wajah cantik seperti model tapi bulu memek mu seperti berantakan seperti kami, HAHAHAHA" Tawa Damar di ikuti gembel-gembel lainnya yang berdiri menunggu giliran mereka. “Aaahh.. kontol itu.” Tatapan Mariana seperti mengartikan sudah tidak sabar ingin merasakan kontol tersebut. “Aaah.. aku sudah tidak sabar.. Aaahh.. masukkan kontol mu ke dalam memek ku.” Mariana yang sudah tau watak dari pria-pria seperti Damar, langsung memohon tanpa di suruh.
Sambil tersenyum, Damar langsung mulai memasukkan kontolnya, membelah memek Mariana. "OOOOHHHHHH A... aku... aku suka..." Mariana mencapai klimaksnya yang sedari-tadi ia tunggu-tunggu hingga ototnya menegang. "HAHAHAHA apa segitu sukanya kau sama kontol ? ini baru setengah, kau rasa setengahnya lagi." Damar memegang kedua toket Mariana dan langsung menyentakkan semua kontolnya langsung ke dalam memek Mariana hingga tembus dinding rahimnya. "AAAAAAAGGGGGHHHKKKKKK.." Mata Mariana melotot kaget, seluruh otot di tubuhnya lemas hingga tanpa sadar Mariana mengeluarkan air kencing bersamaan dengan cairan klimaksnya.
Damar menampar toket Mariana *Plak... *Plak.. Rasa sensitive pada toket Mariana yang di tampar membuat Mariana merasa ngilu. “Aaaah.. ampun.. ampuni aku tuan Damar, beri aku waktu istirahat.” Damar yang melihat Mariana memohon padanya membuatnya senang dan menjilat toket Mariana dengan ganas. “Aaahh.. toket ini.. Tiap kali aku melihat toket ini dan membayangkannya, wanita-wanita di luar sana selalu melihat aku dengan tatapan jijik.” Ucap Damar rapatkan kedua toket Mariana dan memasukkan kedua pentilnya kedalam mulutnya sekaligus. “Tapi sekarang aku bisa menikmatinya sepuas ku HAHAHAHAHAA” Tawa Damar di tambah bulan purnama, membuat suasana menjadi hidup.
Walau waktu hanya berjalan beberapa detik, tapi untuk Damar terasa sudah bermenit-menit dan merasakan pijitan kontolnya di dalam memek Mariana. “Aku sudah tidak sabar.” Ucap Damar yang langsung menarik kontolnya dan memasukkannya lagi ke dalam memek Mariana mencari kenikmatan dari jepitan memek Mariana. “Aaaaahhh ahhh... Aaaahh... Terus.. sodok teruss... Aaahhh.. sodok terus memek ku dengan kontol perkasa mu..” Pikiran Mariana mulai rusak karena cairan perangsang.
Sambil terus mengobok-obok memek Mariana dengan gerakan pelan, Damar memajukan mukanya mendekat ke muka Mariana hingga Mariana dapat menghirup napas bau Damar. “Nona cantik sedari tadi kontol ku sudah keluar masuk memek mu tapi aku belum juga tau nama mu, siapakah nama dari nona cantik ini ?" Tanya Damar sambil senyum menyegir hingga nampak giginya yang sudah menguning. "Aaahh.. Sally.. Aahhh.. Sally bang." Jawab Mariana melihat bibir Damar dan sangat ingin menciumnya, tak sedikitpun terbesit rasa jijik terlintas di pikirannya.
Mariana yang tak sabar menunggu initiative dari Damar, langsung merangkul leher Damar dan menariknya hingga ia bisa mencium bibir Damar. Mmmhh... mmmm... Lidah Mariana bermain dengan lidah Damar sambil sesekali ia menyeka gigi Damar. Damar yang merasa seperti raja satu malam semakin cepat mengerakkan kontolnya. "Aku sudah banyak merasakan memek pelacur murahan di sekitaran sini, tetapi tidak ada yang senikmat milik mu." Puji Damar
Walau di bandingkan dengan pelacur kelas paling rendah, itu tidak membuat Mariana tersinggung, malah ia merasa tersanjung. "Aaaahh.. Sally juga.. Aahhh sudah merasakan banyak kontol, tapi kontol ini yang terbaik Aaahhh.. aahhhh.. Nikmatt banget, teruss.. Aaahhh.." Mariana kembali merangkul Damar dan menciumnya dengan lebih ganas dan menggerakkan pantatnya seperti kesetanan.
Damar yang merasa posisinya mulai tidak nyaman karena Mariana yang banyak bergerak hingga mengeser tumpukan kanton, Langsung memegang kedua kaki Mariana dan mengangkatnya. "Lonte satu ini lasak kali, macam baru pertama kali saja merasakan kontol." Kesalnya. Damar yang menjadi ketua tentu bukan hanya karena dia yang paling lama dan paling berbadan besar, tetapi emang dia juga yang paling kuat, urat-urat yang terukir pada pergelangan tangganya membuat Mariana semakin nafsu pada pria di depannya.
"Boss hati-hati nanti encoknya kumat loh." Teriak Muktar salah satu dari dua orang kepercayaan Damar, yang sentak orang-orang di sekitar ketawa. "Diam ! kalian liat ini." Ucap Damar yang langsung mengerakkan pinggangnya dengan sangat cepat. "Aaaahhh.. AAahhh.. terus.. Aaahhh.. lagi.. aah... enak.." Mariana menegakkan kepalanya ke atas melihat bulan purnama yang sangat indah malam itu. "Ah.. Aku tidak tau kalah di ngentot sambil melihat bulan purnama bakalan senikmat ini." Terbesit sepintas di pikiran Mariana dan kembali memcium bibir Damar.
"Aaaahh.. bang.. Aku sudah mau keluar.. Aaahh..." Ucap Mariana melepas ciumannya. "Abang juga sayang." Ucap Damar yang langsung semakin mempercepat gerakan pinggulannya. "Aaahhh.. aku keluar bang." Ucap Mariana sambil kembali melihat bulan. "Uggghh.. Hamilan kau pelacur ku." Damar langsung menembak spermanya tanpa meminta izin terlebih dahulu ke Mariana. "Aaahh.. hhnnggghhh Panas.. Banyak sekali AAAhhh.. " Mariana merasakan memeknya bukan hanya penuh karena kontol Damar, tetapi juga spermanya. "Jelas, ini adalah sperma yang abang siapkan beberapa hari ini hanya untuk mu." Damar dengan pelan menurunkan Mariana. "Bersihkan kontol Abang." Perintah Damar.
Mariana melihat kontol Damar yang besar, mengkilat di kelilingi campuran sperma milik mereka dan mulai menjilatnya dari bawah hingga ke kepala kontolnya secara menyururuh. "AAhh.. pinter sekali pelacur satu ini." Ucap Damar sambil mengelus-elus kepala Mariana seakan Mariana itu adalah miliknya.
“Muktar ! Beni !” Teriak Damar. Muktar dan Beni yang merasa di panggil bosnya langsung segera berlari kecil mendekat. “Karena kalian berdua telah lama mengikuti ku dengan sangat setia, aku pinjamkan lonte ini kepada kalian terlebih dahulu.” Ucap Damar merapikan celananya. “Aku mau istirahat dulu.” lanjut Damar melangkah menjauh sambil memegang pinggangnya.
Muktar dan Beni yang 5 menit sebelumnya sambil melihat bos mereka, merasa ingin cepat-cepat mengentot Mariana tapi saat kesempatan itu datang di depan mata mereka, malah membuat mereka kaku, tak tau apa yang harus di lakukan dan saling berhadapan. “Mau kita apakan dia ?” Tanya Beni ke Muktar. Mariana yang melihat kedua orang di depannya kebinggunan langsung menurunkan celana pendek berserta celana dalam Muktar hingga memperlihatkan kontolnya yang tak sebesar milik Damar, tapi tak kalah dekil dan berantakannya.
Mariana mulai menjilat membersihkan smegma Muktar. *Srruup.. Srruuuppp.... Dari atas kepala kontolnya hingga setiap celah. “Aku tau sekarang.” Ucap Beni yang terlihat marah melihat Mariana dan mendorong Mariana menjauh dari kontol Muktar. “Kenapa ? Ada apa ?” Tanya Muktar yang heran melihat temannya yang tiba-tiba marah. “Aku ingat, wanita sok suci ini... Muktar berikan celana dalam mu.” Perintah Beni. Muktar yang binggung hanya menuruti permintaan Beni karena ia merasa tak ada ruginya baginya dan Beni pun ikut membuka celana dalamnya.
Beni memegang dagu Mariana “Kau wanita sok suci yang muntah karena mencium bau tubuh rakyat bawah seperti kami.” Ucap Beni memasukkan celana dalam Muktar ke dalam mulut Mariana. “Kau makan nih.” Ucap Beni dengan nada marah dan memakaikan celana dalamnya ke kepala Mariana. “Kau cium tuh celana dalam ku.” Lanjut Beni yang puas melampiaskan amarahnya.
HAHAHAHAHAHA Tawa orang sekeliling melihat ulah Beni. “Bisa juga mereka memikirkan ide bagus.” Ucap Damar sambil bersandar memulihkan tenaga. Disisi lain Bobby dan Rony tak berani ikut ketawa karena Sabrina hanya sebatas tersenyum. “HAHAHAHA Aku saja tak berani mencium aroma celana dalam yang 6 hari belum ku cuci itu.” Ucap Muktar yang langsung mengambil posisi di toket kanan Mariana, Sedangkan Mariana walau merasa sesak karena mulutnya di sumbat dan napasnya ketahan celana dalam, kedua tangganya tetap aktif memainkan kontol Muktar dan Beni.
Dengan perasaan marah dan nafsu yang bercampur, Beni mengangkat tangan Mariana yang membelai kontolnya. “Liatlah Wanita sok suci dan bersih ini memelihara bulu ketiak, bukannya itu tidak cocok dengan mu.” Ucap Beni yang langsung menempelkan mukanya di ketiak Mariana. “Ahh.. Aroma tubuh orang kaya apa memang selalu wangi seperti ini ?” Beni terus-menerus menghirup aroma ketiak Mariana seakan baju yang baru keluar dari tempat pencucian. “Aku sudah tidak tahan lagi.” Muktar melepaskan celana dalam di kepala dan di mulut Mariana. “Minum ini.” Lanjut Muktar yang langsung memasukkan kontolnya hanya sebatas kepalanya ke dalam mulut Mariana tanpa menunggu Mariana mengambil napas.
Crott.. Crroott “mmmh... mmmhhhh..” Mariana bisa merasakan sperma Muktar menembak langit-langit mulutnya. “Bagaimana rasa spermaku ? enakkan ?” Tanya Muktar seketika mencabut kontolnya dan melihat Mariana menelan spermanya. “Pahit, tidak enak.” Jawab Mariana yang seketika mengundang tawa gembel-gembel lainnya.
Beni yang sempat terganggu karena ulah Muktar, menarik Mariana berdiri dan menungginkannya. “Aku sudah lama ingin mencoba posisi ini dengan wanita-wanita kaya di luar sana.” *Plak.. Plak.. tangan kiri Beni memegang kontolnya dan tangan kanannya menampar pantat Mariana. “Bos memeknya bukan cuma becek, tapi sudah agak melar nih karena kontol bos yang besar. harusnya bos kasih ke kami terlebih dahulu. HAHAHAHAHA” Ucap Beni sambil ketawa. “Dasar anak tak tau berterima kasih HAHAHAHA.” Balas Damar sambil ikut ketawa bersama dengan lainnya.
Setelah puas ketawa sambil menggosokkan kontolnya di belahan memek Mariana, “Aahh.. haa... Tolong masukkan kontol abang ke memek Mariana, Aaahh.. Aaahhh Mariana akan berusaha merapatkan memek Mariana” Ucap Mariana sambil membuka memeknya dengan tangannya. Sambil tersenyum Beni mulai memasukkan kontolnya. “Aahh.. ini.. walau terasa agak melar tapi ini lebih nikmat dari pada pelacur-pelacur yang ada di sekitar sini.” Ucap Beni mulai menyodok memek Mariana dengan kontolnya.
Posisi Mariana membuatnya kesulitan karena tak memiliki tumpuan dan hanya berharap Beni tidak tiba-tiba melepas pegangannya pada pantatnya. “Muktar kenapa tidak kau bantu lonte satu ini yang sedang kesusahan ?” Ucap Beni sambil tetap menyentakkan kontolnya. “Bantu ?” Tanya Muktar heran. “Sekarang kau menungging di depan Mariana.” Perintah Beni sambil senyum. Muktar yang binggung hanya menurutinya.
Kini di depan Mariaan ia bisa melihat pantat Muktar yang terbuka lebar hingga memperlihatkan lubang pantat yang di kelilingi rambut-rambut. “Oi lonte, sekarang kau jilat lubang pantat Muktar.” Perintah Beni sambil ia menyentak kontolnya agar Mariana semakin mendekat dengan lubang Pantat Muktar. Mariana sedikit terdiam karena ia merasa ragu saat melihat ada noda kuning di bagian rambut di pantat Muktar. “Cepat, kenapa hanya diam ?” Beni yang kembali marah, menggunakan tangan kanannya mendorong kepala Mariana ke lubang pantat Muktar.
“Uuhhhhhhoooo” Wajah Muktar mengekspresikan kenikmatan saat mulut Mariana menyentuh lubang pantatnya. “OOohhhh..” gembel-gembel yang lainnya yang melihat merasa takjuk, tak pernah mereka bermimpi seorang wanita cantik mencium lubang pantat mereka dan tak sabar menunggu giliran mereka. Ingin rasanya Mariana memberontak tetapi ia sadar semua itu tak ada gunanya, tak pernah terpikirkan dalam hidupnya ia harus menjilat lubang pantat seorang gembel.
Berlahan Mariana mulai menjilat dan memasukkan lidahnya ke dalam lubang pantat Muktar tanpa memikirkan rasa jijik yang ia rasakan dan lebih fokus kepada kenikmatan dari Beni. “Bagus.. bagus, sekarang gunakan tangan kanan mu untuk memijit kontol Muktar.” Perintah Beni. “Uoohhhh... ini luar biasa.” Muktar semakin menikmati permainan Mariana. Ttuuuuuttttt.. tak sengaja Muktar mengeluarkan gas dari lubang pantatnya langsung ke muka Mariana. “Ugghh.. Muktar berangsek, sudah di kasih enak, malah kau kentutin aku ?” Ucap Beni yang kesal karena harus ikut menghirup aroma kentut Muktar. “hehehe Maaf, kelepasan.” Balas Muktar cengegesan.
Tak di sangka-sangka aroma tersebut membuat Mariana semakin bersemangat dan semakin merapatkan memeknya. “Wah.. ternyata doyan ya ? “ Ledek Beni sambil menampar pantat Mariana. *Plaak.. Plaakk.. Beni mencabut kontolnya. “Aku penasaran bagaimana rasanya lubang satu ini.” Beni mengambil kontolnya yang berlumuran cairan memek Mariana mengarah ke lubang pantat Mariana dan mencoba memasukkannya, tapi hanya bisa memasukkan ujung kontolnya saja. “Siapa sangka lubang berbulu ini bakalan serapat ini.”
Setelah mencobanya beberapa kali dengan pelan, Beni pun mencabut kontolnya dan memasukkannya kembali ke memek Mariana dengan tujuan agar kontolnya kembali licin dan mencoba kembali menerobos lubang pantat Mariana hingga berhasil. “Akhirnya masuk juga.” Ucap Beni merasakan jepitan lubang pantat Mariana.
Beni pun mulai memaju mundurkan kontolnya di lubang pantat Mariana. “Mmhh... Aaahhh... Mmmhh..” Desahan Mariana ketahan karena ia masih fokus dengan lubang pantat Muktar. Sambil tersenyum Beni kembali mencabut kontolnya dari lubang pantat Mariana dan memasukkannya kembali ke memek Mariana. “Aaaahhh.. sensasi yang sangat nikmat. “ Ucap Beni memasukkan kontolnya bergantian antara lubang memek dan lubang pantat Mariana.
"Beni, Aku juga pengen merasakan lubangnya, bagi satu untuk ku." Ucap Muktar dengan muka memelas. "Ck.. Kau merusak kesenaganku saja." Ucap Beni yang langsung mencabut kontolnya dan tiduran di atas lapisan karton. "Oi lonte sini kau." Perintah Beni yang sepertinya Mariana langsung mengerti maksud Beni, Mariana pun langsung memegang kontol Beni dan di arahkan ke lubang pantatnya. "Aaaahhhhhhhh" Desahan Mariana saat merasakan kontol Beni masuk ke lubang pantatnya dan Mariana pun menggunakan tangan kanannya membuka memeknya. "Mari bang.. Memek Sally sudah siap."
Senyum mesum langsung terpancar di muka Muktar yang sedang mendekati Mariana dan mengarahkan kontolnya masuk ke memek Mariana. "Aaaaahhh... penuh banget bang." Desah Mariana menatap mata Muktar menggodanya. "Gila ini pelacur memang beda dari pelacur lainnya." Ucap Muktar yang langsung mengenjot seperti kesetanan.
Plak.. Plak.. Suara kulit yang basah beradu di tambah desahan Mariana menjadi suara yang membuat permainan mereka semakin panas. “Aaahhh.. Hhaaaa... aaa.. Aku.. sudah mau keluar bang..” Ucap Mariana yang bukan hanya merasa ingin mencapai klimaks, tetapi kedua tanganya juga sudah mulai kesemutan karena menopang berat badannya.
Beni dan Muktar yang sedari tadi sudah menahan sperma yang di ujung "Ugghhh.. terima ini lonte." Ucap Beni tanpa bertanya langsung melepas spermanya di dalam lubang pantat Mariana, di ikuti Muktar yang juga menumpahkan spermanya di dalam memek Mariana dan mereka membenamkan kontol mereka semakin dalam. "Aaaahhhh.. kenapa.. hhhhhaaa kenapa tidak tunggu aku ?" Tanya Mariana dengan muka yang merasa kecewa karena ia belum mencapai klimaks.
Sambil menikmati klimaks Beni meremas kedua toket Mariana dan memainkan putingnya. "Aaahh.. Tunggu.. mmmmhhh" Belum selesai Mariana berbicara, mulutnya di serang oleh mulut Muktar. Kali ini mereka puas-puasin memainkan tubuh Mariana hingga Mariana jatuh lemas di atas tubuh Beni. Setelah puas Beni dan Muktar melepas kontolnya dari lubang Mariana, "Sekarang dia milik kalian." Ucap Beni meninggalkan Mariana dan di ikutin Muktar di belakangnya.
Mendengar ucapan Beni, gembel-gembel lainnya langsung berlari menuju ke arah Mariana yang kini berposisi mengangkang di atas karton yang tipis sambil memperlihatkan sperma Beni dan Muktar yang keluar dari lubang tubuhnya. Salah seorang gembel langsung melepas celananya dan memasukkan kontolnya ke dalam mulut Mariana dengan paksa. "Rasakan kontolku, nikmatilah setiap inci kontolku hingga kau terbayang kontolku setiap kau mau mencium suamimu dengan mulut ini." Ucap Gembel tersebut sambil menjepit bibit Mariana dengan tangannya yang kotor.
Sedangkan yang lainnya segera mengambil posisi di bawah Mariana langsung mengarahkan kontolnya ke lubang pantat dan memek Mariana yang untungnya sudah licit akibat sperma Muktar dan Beni tadi, ada yang mengesekkan kontolnya ke ketiak Mariana, ada yang sampai tidak kebagian posisi menggunakan rambut Mariana untuk mengocok kontolnya, dan terakhir ada yang yang menekan kontolnya seakan berusaha memasukkannya ke dalam pentil toket Mariana. "Ban di tembak angin akan mengembang, kalau ini toket gimana ya ?" Ucap Gembel yang menekan-nekan kontolnya ke toket Mariana.
Mariana yang sedari tadi tidak sempat merasakan klimak saat bersama Beni dan Muktar kini ingin merasakan klimaks. “Aaahhhh... Ahhh.. aku sudah... aahh.. mau keluarrr..” Mendengar itu gembel yang merasakan di posisi memek Mariana langsung mencabut kontolnya dan menjambak rambut memek Mariana. “Tunggu, tidak bisa begitu.” tapi Mariana yang sudah tidak tahan langsung mengeluarkan cairan klimaksnya membasahi tangan dan wajah gembel tersebut, Karena kesal gembel tersebut kembali memasukkan kontolnya ke memek Mariana yang masih sensitive dengan sangat kasar. “Dasar lonte sialan.” Ucapnya sambil memompa memek Mariana dengan sangat kuat, gembel-gembel lainnya ketawa melihat mukanya basah akibat cairan Mairana.
Tak berapa lama gembel-gembel tersebut pun melepas sperma mereka ke tubuh Mariana mulai dari rambut hingga paha mulus Mariana, rambut Mariana tidak hanya bau sperma tetapi juga smegma yang tertinggal di rambutnya, tak kalah parah ada gembel yang menembakkan spermanya ke lubang hidung Mariana hingga membuat Mariana tersedak, berkali-kali mereka menembakkan sperma mereka ke tubuh Mariana hingga seperti Mariana mandi sperma.
Di sudut lain Beni, Muktar dan Damar seperti sedang berdiskusi dan di tutup dengan ketawa kencang dari ketiganya. Beni yang puas ketawa langsung berjalan menghampiri Mariana yang sedang di ngentot dengan posisi seperti anjing sedang kencing. “Ho, jadi sudah meningkah lonte satu ini.” Ucap Beni langsung memegang tangan Mariana dan mengambil cincinnya. “Mmmmhhhh...mmmm” Mariana ingin berkata tetapi apa ada, mulutnya di sumbat oleh kontol dan kepalanya di tahan oleh gembel di depannya. “Oi kalian cepatan cepatan.” Perintah Beni ke teman-temannya yang sedang mengentot Mariana.
“MUKTAR ! kenapa lama sekali ?” Teriak Beni, Tak lama nampak Muktar yang keluar dari tenda membawa sebuah mangkuk sambil berlari. “Ini.” Ucap Muktar sambil memberikannya ke Beni. “Ambil begini saja lama sekali.” Balas Beni dengan ketus, Kini Beni pun kembali melirik ke arah gembel-gembel yang sedang mengentot Mariana. “Kalian cepatlah keluarkan yang banyak HAHAHAHAHA.” Perintah Beni sambil ketawa. “Tanpa kau bilang pun kami sudah tak tahan lagi, memek orang kaya memang paling joss..” Ucap salah satu gembel yang langsung mempercepat dan menembakkan sperma mereka
Tubuh Mariana bergetar hebat merasakan klimaks bersamaan dengan gembel-gembel tersebut. “Baiklah.” Ucap Beni yang langsung bergerak mendekat ke Mariana dan menaruk mangkuknya di bawah memek Mariana, menampung banyak sperma yang keluar setelah gembel tersebut mencabut kontolnya. “Apa yang kau rencanakan ?” Tanya salah seorang gembel. “Sudah ikutin saja, ini perintah bos Damar.” Balas Beni dengan santainya dan tersenyum licik.
Tak hanya menampung, Beni pun menggunakan sendok yang tampak berkarat untuk mengorek sisa-sisa sperma yang melekat di tubuh Mariana hingga mangkuk tersebut penuh. "Bos Damar mendeklarasikan mulai hari ini, lonte ini akan menjadi ratu di tempat ini dan malam ini kita akan melakukan upacara penobatan." Ucab Beni dengan lantang dan menjatuhkan cincin pernikahan Mariana ke dalam mangkuk penuh sperma tersebut di depan Mariana. Expresi Mariana tampak kaget bukan hanya dari perkataan Beni tapi juga fakta cincin pernikahannya di masukkan ke dalam wadah tersebut.
Sentak saat Mariana ingin memberontak, Muktar langsung memegang tangan Mariana di bantu dengan beberapa gembel lainnya yang ikut menahan Mariana dan membuka mulutnya lebar-lebar. "kami punya tradisi, setiap orang di sini akan meludah ke dalam mulut ratu sebagai tanda ia setuju orang tersebut sebagai ratu." Ucap Beni menjelaskan, dari belakang tampak Damar yang sedang berjalan ke arah Mariana.
*Khaaakkk PHUI ! Damar mengeluarkan air ludahnya langsung ke mulut Mariana. "Berbanggalah dengan menajadi ratu, kau bisa memerintahkan gembel-gembel di area ini sesuka hati mu." Ucap Damar tersenyum sambil berjalan pergi, di belakangnya telah berbaris gembel-gembel lainnya yang ikut meludah di mulut Mariana tanda mereka setuju. Mata Mariana menunjukkan perasaan jijik tapi di waktu yang bersamaan ia mau tak mau harus menelan ludah yang tertumpuk di mulutnya, ia takut jika ia muntahkan malah membuat Damar dan teman-temannya mengulaginya lagi.
Tak ada satupun gembel di sana yang menolak jabatan Mariana, Semua tampak puas melihat Mariana yang terduduk lemes berusaha memulihkan tenaganya. “Sekarang waktunya pertunjukan selanjutnya, Selly coba perkenalkan diri mu sekali lagi,” Ucap Beni seakan dirinya pembawa acara. Mariana yang binggung hanya menjawab. “Nama ku Selly.” “Apa hanya itu ?” Tanya Beni sambil tersenyum lebar. Mariana yang binggung melihat ke arah Sabrina yang duduk dengan santai seperti tidak peduli. “Saya seorang istri dengan.. dan.. punya seorang putra.” Ucap Mariana ragu.
HAHAHAHAAHAA tawa gembel-gembel lain. “Jadi selama ini kita menikmati memek orang lain ? sekarang bagaimana kau mencium suamimu itu dengan mulut bekas smegma kami ini ? belum lagi ternyata itu cincin pernikahan yang di dalam mangku itu ? “ Ucap Damar sambil ketawa sangat kencang di ikuti gembel-gembel lainnya HAHAHAHHAHAAHAA....... Mariana hanya diam sesekali melihat ke arah Sabrina dengan harapan ini semua telah berakhir.
“Hey, kalau kau mau cincin mu kembali, minum ini.” Ucap Beni sambil memberikan mangkuk penuh sperma dan banyak rambut kontol di atasnya berserta sedotan pipet. “Minum sampai habis jika ingin cincin mu kembali.” Lanjut Beni. Mariana bisa mencium aroma seperti telur busuk di tambah pemutih yang semenusuk hidungnya. Air mata Mariana mulai mengalir membasahi pipinya, tangannya gemetaran mengangkat mangkuk tersebut, *Srruuuppppppp Sssrruuupppp dengan sangat cepat Mariana meninum semua sperma tersebut hingga tersisa cincin miliknya.
*Uhuk.. Uhuk... Uhukk.. Mariana merasa keselek karena rambut kontol di tenggorokannya dan memakai kembali cincinnya. “HAHAHAHAA ternyata doyan ya ?” Tanya Damar mengejek sambil jalan mendekati Mariana dan menarik tangan Mariana mendekat ke dirinya. Mata Damar melihat Mata Mariana seakan separang kekasih. “Ratuku.” Ucap Damar “Maaf, aku tidak bisa mencium mu sekarang.” Lanjut Damar yang enggan mencium bibir Mariana yang terlihat masih ada sisa bulu kontol.
Dari sudut mata, Mariana dapat melihat Beni dan Muktar mengangkat kursi sofa yang tampak compang-camping pada bagian kulitnya, tapi masih layak untuk di pakai. “Ini Bos.” Ucap Muktar sembari menaruk kursi tersebut di belakang Damar. Melihat kursi tersebut sudah tepat di belakangnya, Damar langsung melempar pantatnya ke kursi sofa tersebut, walau sofa tersebut sudah tampak compang camping, tetapi masih memiliki efek mantul pada tubuh besar Damar. “Aaaaahhhh sini kau.” Ucap Damar sambil menarik tangan Mariana.
Tubuh Mariana langsung terjatuh ke atas pangkuan Damar. “Masukkan kontolku.” Perintah Damar sambil bersandar santai ke sofa dan menaruk kedua tangannya ke belakang kepalannya. Dengan perasaan heran dan penasaran, Maraian membelakangan Damar, tangannya langsung memegang kontol Damar dan di elus-elus ke belahan memeknya. “Ini kah yang kau inginkan ?” Ucap Mariana dengan tatapan genit namun masih enggan memanggil Damar dengan sebutan RAJAKU. “Aaaahhhh.. aaahhhh” Kontol Damar mulai masuk kembali ke memek Mariana. “Kau tau ? aku, dia dan semua orang di sini selalu di pandang seperti serangga yang mengeliat, kotor dan bau sama kalian orang-orang kaya seperti kalian.” Ucap Damar dengan nada marah, geram dan memegang pantat Mariana langsung menyentak kontolnya ke memek Mariana “Aaaaaaaaaaahhhhhhhh” Desah panjang Mariana.
*Plak Tangan Damar menampar pantat Mariana “Sekarang kau duduklah seperti biasanya kau di cafe, menyilang kakimu dan lihat kami seperti sampah.” Perintah Damar yang langsung di lakukan oleh Mariana, kaki kiri Mariana langsung menyilang ke atas kaki kanannya dan melihat ke sekeliling dengan binggung karean dirinya takut di kasarin jika ia melihat mereka dengan tatapan jijik. “HAHAHAHA Dasar pelacur makin rapat saja memekmu.” Ucap Damar
Selagi Damar dan Mariana sedang asik mencari kenikmatan masing-masing, 2 orang gembel berjalan mendekati Sabrina yang sedang duduk seperti ratu. “kalau lacur satu ini saja senikmat ini, bagaimana dengan wanita yang duduk dan di jaga seperti permata ini ya ?” Ucapnya sambil senyum cengegesan. “Oi.. hentikan.” Ucap Beni berusaha menghentikan kedua temannya, tapi sudah terlambat. Mereka telah berjalan terlalu dekat dengan Sabrina hingga bau busuk menusuk hidungnya. “Dasar tidak tau diri !” Sabrina mengerakkan tanggannya seperti orang-orang kaya yang mengusir gembel, seketika Rony dan Bobby maju dan melayangkan sebuah pukulan keras langsung ke wajah jelek mereka.
Beni yang melihat temannya di pukul langsung berlari mendekat. “Ampun, maaf.. maafkan teman-teman saya.” Ucap Beni membungkuk dan menarik kedua temannya agar tidak di pukul kembali oleh penjaga Sabrina. “Dasar bodoh.” *Plak Beni memukul kepala belakang kedua gembel tersebut. “Ambil yang di kasih saja, kalau gak di kasih, jangan coba-coba sentuh. Bikin suasana jadi canggung saja kalian.” Lanjut Beni memarahi kedua gembel tersebut.
Melihat kejadian tersebut Damar tidak berhenti, sambil matanya melihat tindah laku tolol anak buahnya, kontolnya tetap menggaruk memek Mariana. “AHAHAHA.. kalau mereka bisa mendapatkan permata yang di sana, ku rasa aku juga pengen mencobanya.” Ucap Damar yang mempercepat gerak kontolnya. “Benar juga, tadi wanita di sana mengatakan kalau dia menyuntikan sesuatu untuk membuat kau hamil anak kami.” Ucap Damar yang membuat semua mata gembel-gembel di sekeliling berbinar-binar membayangkan gen dirinya bersatu dengan wanita secantik Mariana.
Mariana yang sudah tenggelam dalam nafsunya, tidak mau berpikir kemungkinan terburuk yang akan menimpanya, saat ini yang dia cari hanya kepuasan nafsunya saja. Damar dengan semangat langsung mempercepat genjotannya. “Terima ini.. hamilan anakku.. Dasar orang-orang kaya sialan.” Damar menembakkan spermanya berserta kekesalannya. “AAAaaaaaahhhhh...” Mariana yang menerima sperma panas Damar pun ikut klimaks hingga kakinya lemes dan jatuh ke dada Damar yang gempal.
Walau sempat berkata kasar, Damar mencium pundak belakang Mariana seperti sepasang pengantin baru
Dari belakang Mariana tampak 2 sosok yang mendekat dengan senyum lebar. “Bos, boleh kami juga mencicipi ratu kita juga ?” Ucap Beni yang mendekat. “Aaahh... haa... bisa.. ha... bisa beri aku waktu istirahat sebentar ? hahhhh...” Dengan tenaga yang tersisa Mariana memelas kepada Damar dan Beni agar berbelas kasihan kepadanya. “Aku tak masalah, tetapi anak buah ku sepertinya tidak bisa bersabar.” Damar langsung menarik tangan Mariana agar ia bisa bangkir dan membiarkan Mariana duduk di kursi sofa yang sudah usang tersebut.
Selagi Damar melangkah ke tempat gembel-gembel lainnya yang sedang duduk menunggu giliran sambil merokok, Beni dan Muktar yang sudah tak sabar langsung mendekat ke Mariana. “Tenang saja, ratu ku tak perlu bergerak, kami yang akan berkerja.” Ucap Muktar yang langsung menarik Mariana duduk di atas dirinya yang telah berbaring di atas lapisan karton. “Ayok duduk di sini.” Lanjut Muktar mengarahkan kontolnya ke memek Mariana. “Aaaaaahhhh..” Desahan pelan Mariana yang merasakan kontol Muktar mengesek memeknya yang walaupun sudah lebar akibat kontol Damar.
Melihat Mariana yang sudah lemes, Beni pun merasa kasihan. “Muktar kau tunggu mentar.” Ucap Beni yang langsung pergi masuk ke dalam tenda gubuknya, sedangkan Muktar yang bisa binggung hanya terdiam sambil memejamkan matanya menikmati kontolnya di remes memek Mariana. Tentu kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Mariana, ia langsung berusaha mengatur kembali napasnya.
Tak lama kemudian, Beni kembali dengan seember air di tangan kanannya dan pompa siphon di tangan kirinya. “Ratuku waktunya bersih-bersih.” Wajah Beni tampak seperti anak kecil yang sedang bersiap-siap mandi hujan. Selang siphon tersebut langsung di masukkan ke lubang pantat Mariana. “Aaahh...” Mariana terkaget dan melihat ke lubang pantatnya karena merasa ada benda aneh yang masuk ke lubang pantatnya. “Santai saja, tenang, aku hanya membantu membersihkan lubang pantat ratu.” Ucap Beni sambil ketawa cengegesan.
Berlahan Mariana dapat merasakan air masuk ke lubang pantatnya mendorong hingga perutnya berasa aneh. “Cukup.. hentikan.. perutku terasa aneh.” Mariana berusaha menarik simpati Beni walau dia merasa ragu itu akan berhasil. *Plak Beni menampar pantat Mariana “Ratuku lubang pantatnya sedang aku bersihkan, seharusnya kamu berterima kasih dong sama aku.” Ucap Beni yang kembali menampar pantat Mariana *Plakkk.
Merasa tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan berharap dirinya tak kenapa-kenapa setelah ini, Mariana mulai mengepal kedua tangannya dan memjamkan matanya menahan rasa aneh selagi Beni terus memompa air kedalam lubang pantat Mariana. “Muktar bagaimana ? apa terasa lebih nikmat ?” Tanya Beni sambil mengoyang-goyangkan pantat Mariana yang kaku. “Kheheheee.. Nikmata sekali ini, kontolku berasa di pijit dengan lembut.” Balas Muktar. “Hati-hati jangan sampai kau crot.” Ucap Beni yang langsung memecah tawa mereka dua.
“Ku rasa sudah cukup.” Beni langsung manarik selang dari pantat Mariana dan langsung air dari lubang pantat Mariana tadi bermuncrat dengan sangat deras. “HAHAHAHAHAHA....” Tawa semua gembel yang melihat kejadian tersebut. Dari sudut mata, Mariana dapat melihat Sabrina duduk dengan mata berbinar-binar. “Karena sudah bersih, Waktunya pertujukan lain.” Ucap Beni yang langsung kembali lari ke tendanya bersama ember dan selang siphonnya.
Semua yang di sana menjadi penasaran, “apa lagi ide aneh si Beni kali ini.” begitu pikir orang-orang. Tapi tak butuh waktu lama Beni keluar dari tendanya membawa sebuah terompet. Seketika membuat sebagian orang ada yang ketawa dan sebagian lagi binggung, tapi tak butuh waktu lama hingga mereka mengerti apa yang ingin di lakukan oleh Beni, karena Beni langsung menamcapkan terompet tersebut ke lubang pantat Mariana. *Plaakk.. “Ayok coba bunyikan.” Perintah Beni sambil menampar pantat Mariana yang sudah merah sedari tadi.
Perasaan malu mulai membuat muka Mariana memerah bersamaan dengan efek obat yang sudah mulai berkurang, Mariana hanya bisa kembali memejamkan matanya dan berusaha untuk mendorong udara keluar dari lubang pantatnya. *trrrooot.. *tott... * Toottttoottt... *Tott.. Seketika tawa semua orang semakin pecah, sampai-sampai Bobby dan Rony mulai ikut ketawa sambil berusaha untuk tetap di tahan.
“Hahahaha Ide mu selalu tak terduga.” Ucap Damar yang berdiri. "Bos ikut lagi ? Kapan giliran kami kalau begitu ?” Ucap salah satu gembel yang sedang menonton. “Tenang saja, aku tak akan lama kok.” Dengan senyum menyeringai Damar berjalan mendekati Mariana sambil menrongoh kantong. “Mari ku tambah sedikit aksesoris.” Damar mengeluarkan 2 jepitan baju lalu berjongkok di depan Mariana dan menjepitkannya ke pentil toket Mariana. “Lumayan.” Komen Damar sambil kedua tangannya memain-mainkan toket Mariana.
“Apa bos ingin ikut ?” Tanya Beni seakan-akan tidak tau apa isi otak bosnya itu, sambil mencabut terompet dari lubang pantat Mariana. “Yah pastilah.” Balas Damar yang membalikkan badannya dan menungging, mengarahkan pantatnya ke muka Mariana. “Bersihkan pantatku dengan lidahmu.” Perintah Damar. Sekali-lagi bau tidak sedap menusuk hidung Mariana. “Tunggun apa lagi ?” Ucap Beni sambil mengarahkan kontolnya langsung masuk lubang pantat Mariana dan mendorong kepalanya ke belahan pantat Damar.
“Uooohhhhh” Wajah Damar mengambarkan sensasi kenikmatan. “Jadi ini yang kalian rasakan ? pantas saja kalian ketagihan.” Ucap Damar masih merem melek menikmati lidah Mariana membersihkan lubang pantanya. “Beni jangan kencang-kencang aku sudah mau keluar.” Ucap Muktar yang sedari tadi kontolnya sudah di remas memek Mariana. “Dan bos, jangan kau keluar di muka ku ini.” Lanjut Muktar yang merasa aneh kontol bosnya tepat di atas mukanya.
Tapi Beni yang sedari tadi sudah bersabar tidak memperdulikan Muktar, dengan tempo yang tidak di pelankan, Beni terus menikmati lubang pantat Mariana. Muktar yang tidak bisa menahan langsung menembak spermanya “Beni sialan !” Bentaknya sambil memejamkan matanya masih berusaha menahan spermanya.
Setelah menembakkan sperma, Muktar hanya bisa berdiam menjadi tumpuan tubuh Mariana, tak berani bergeser karena takut menggangu bosnya. “Beni berhenti sebentar.” Perintah Damar, Beni yang merasa heran hanya bisa diam melihat bosnya. “Aku pegal, dan kasihan Muktar di bawah sana, aku tidak mau dia mimpi buruk karena di tembak sperma ku.” Lanjut Damar yang langsung membuat Beni ketawa.
Beni dan Damar langsung melepas kontol mereka, dan menarik Muktar yang sudah kaku seperti korban yang ketimpa batu gempa bumi. Di depan mereka terlihat Mariana yang terlentang dengan cahaya bulan purnama menyinari perhiasan di tubuhnya. Rasa capek masih menyiliputi Mariana, mata melihat ke Beni yang tepat di depannya. Beni yang merasa di goda oleh Mariana langsung siap2 mengambil posisi mengangkat kedua kaki Mariana ke bahunya dan siap-siap memasukkan kembali kontolnya ke lubang pantat Mariana.
“Aaaahhh... Bang... teruss.. aaahh.. nikmaattt...” Mariana menikmati lubang pantatnya di sodok kontol Beni. Damar juga tak mau tinggal diam langsung bergerak ambil posisi. *Tuk.. Damar merasa benda keras menghantam kepalanya. “Aduh..” Damar langsung mengambil benda yang menghantam kepala. “Lipstik ?” Tanya Damar langsung melihat ke arah yang punya kemungkinan paling besar melempar Lipstik tersebut, Sabrina. “Dia terlihat semakin cantik jika memakai itu.” Tanpa merasa bersalah dan dengan santainya Sabrina mengucap kalimat tersebut tanpa meminta maaf terlebih dahulu.
Damar yang di perlakukan seperti itu tak terbesit sedikitpun di pikirannya untuk marah, malah membuatnya senang. “Dengan ini kau bisa memberikan kenang-kenangan kepada kontolku.” Damar langsung memberikan lipstik tersebut ke Mariana, lipstik yang Sabrina belikan saat di mall kemarin. Beni yang melihat Mariana hendak memakai lipstik tersebut, melepas kontolnya dan membantu Mariana mengambil posisi duduk.
Tanpa cermin Mariana hanya bisa memakainnya dengan fealingnya. “Wah.. Ratu kita cantik sekali.” “Ia.. dengan bibir merah begitu membuatnya semakin seksi.” Puji Damar dan Beni sambil mengoyang-goyangkan kontol mereka tepat di muka Mariana. Seperti mengerti apa maksud dari pria-pria bejat tersebut, tangan Mariana langsung membelai dari bawah kontol Damar dan memberikan kecupan pada ujung kepala kontolnya. *Cup dan Marian memberikan hal yang sama pada Beni.
Melihat hal tersebut gembel-gembel lainnya langsung berteriak tak senang bersamaan denga Muktar yang merasa tak kebagian karena terlalu cepat keluar. “Boss kami juga mau, ayok cepat gantian dong.” Tapi Damar hanya ketawa seperti pemenang dan ia pun tau kalau mereka hanya berani omong saja, tak berani melawan dirinya.
Setelah puas mendapat beberapa kecupan, Beni kembali mengambil posisi di lubang pantat Mariana, sepertinya ia sudah mulai tak bisa menahan spermanya lagi. Begitu juga dengan Damar, dengan punggung yang masih sedikit sakit ia berusaha jongkok di muka Mariana yang langsung Mariana memberikan cap bibir di lubang pantat Damar dan menjilat lubang pantat Damar dan tangan satunya mengocok kontol Damar.
Tak hanya menggunakan tangan, Mariana juga menjepit kontol Damar dengan toketnya. “UUggghhhh.. nikmat sekali ini. aku sudah tak tahan lagi.” Ucap Damar yang langsung memasukkan kontolnya ke dalam mulut Mariana dengan paksa, “Memang paling benar, setelah tanam bibit, jangan lupa di siram.” Ucap Damar. Beni pun merasakan hal yang sama langsung menyodok lubang pantat Mariana dengan cepat sambil tangan kirinya mengosok clitoris dan tangan kanan memainkan memek Mariana.
Permainan ketiga insan tersebut pun akhirnya mencapai puncak “Uggghhh.. terima lah persembahan ku ratuku.” Beni menumpahkan sperma dalam lubang pantat Mariana, sedangkan Mariana memuncratkan cairan memeknya ke muka Beni, dan Damar mengeluarkan spermanya di dalam mulut Mariana hingga Mariana kesulitan bernapas.
Damar yang mengerti kondisi Mariana langsung cepat-cepat mengangkat kontolnya hingga sebagian spermanya menyembur ke muka Mariana. Melihat Bos mereka akan sudah mencapai akhir, mereka langsung bersiap-siap seperti pelari “Bos sekarang giliran kita kan !?” Tanya seorang gembel yang sudah tak sabar lagi. Damar melihat anak buahnya sebentar dengan tatapan tajam, kemudiam tersenyum dan melangkah menjauh dari Mariana bersamaan dengan Beni. “Ia.. ia.. Nikmatilah berlahan-lahan.”
Setelah mendengar kalimat bosnya, mereka segera berlari kesetanan, Mariana yang sudah pasrah hanya bisa mengikuti permainan mereka hingga mereka puas, Dimulai dari mereka meminta tanda ciuman lipstick di kontol mereka, menjilat lubang pantat mereka, memandikan Mariana dengan sperma-sperma mereka, hingga masing-masing dari mereka menumpahkan sperma dalam memek Mariana dengan harapan Mariana hamil dari sperma mereka. Tak terlupakan Muktar yang ikut-ikutan dan mereka menembakkan sperma ke tubuh Mariana. Hingga akhirnya Mariana pingsan dan mereka pun bubar.
“Hoaaammm.. Akhirnya selesai juga.” Ucap seorang wanita berdiri dari kursi setelah melihat temannya di ngentot gembel-gembel. “Bobby, Rony, kalian bersihkan dia, terus kembalikan dia pada suaminya itu.” Ucap Sabrina sambil berjalan ke mobil, belum sempat Bobby dan Rony menjawab, Sabrina nembahkan “Oya.. besok buat janji dengan dokter untuk membersihkan memeknya, dan buat janji untuk 2 minggu lagi, aku sudah tak sabar untuk melihat hasilnya.” Ucap Sabrina sambil tersenyum lebar.
“Siap madam.” Balas Bobby dan Rony serentak. “Maaf madam, karena terlalu focus tadi, saya tidak sadar kalau sepertinya tuan muda Risky telah pulang dari pertengahan tadi.” Bobby memberikan laporan kepada Sabrina. “Terus perhatikan dia, pecundang seperti dia pasti akan berulah suatu hari.” Sabrina melanjutkan langkahnya ke mobil menunggu Bobby dan Rony membersihkan Mariana di toilet umum sekitar.
Waktu berjalan sangat lama bagi Mariana, tak terasa sudah jam 01:18 dini hari. Di kamar hotel, Mariana melihat suami tercintanya telah tertidur pulas dan hendak menciumnya, tapi Mariana terhenti karena ia teringat kejadian tadi, dimana dia menggunakan mulutnya untuk mencium semua kontol gembel-gembe tersebut dan masa depan dimana dia berkesempatan punya anak dari hasil pembuahan gembel tersebut. Mariana pun mulai menangis membayangkan masa depannya, dan menyadari dirinya sangat menikmati kontol-kontol gembel tersebut.
Sadar tak ingin membagunkan suaminya ia pun memutuskan untuk menangis di kamar mandi sambil mandi sekali lagi dan menerima sulitnya masa depannya tersebut.
=================