Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Update Ch 04​

*Kreeekkk suara pintu Mazda Biante terbuka. “Ayok turun.” Ucap seorang wanita dengan pakaian kemeja blose putih berpita hitam, memegang sebuah rantai anjing yang melilit seorang wanita berpakaian latex, kuping anjing dan dildo ekor anjing di lubang pantatnya. “Sally hari ini kita jalan-jalan ke taman yuk.” Ucap Sabrina memegang rantai dan Mariana dengan pakaian latexnya merangkak di belakang Sabrina, tentu Bobby dan Rony ikut sambil merekam. Tak hanya latex yang tebal pada bagian tangan dan kaki, Sabrina juga memakaikan perlindung pada lutut Mariana, Sabrina tidak ingin pelacur berharganya lecet saat sedang bertugas.


Waktu sudah menujukkan pukul 12:19 malam, Suasana hening, Lampu yang cukup untuk meneragi jalan di taman, tak ada orang di taman kota yang cukup luas. “Ini pertama kalinya aku membawa anjing ku sendiri jalan-jalan, ternyata menyenangkan juga, aku baru tau perasaan senang majikan yang membawa peliharaannya jalan-jalan.” Ucap Sabrina tersenyum melihat ke Mariana yang merangkak.


Setelah berjalan cukup jauh, “AAaaaahh.. aaahh.. teruss... aahh..” desahan wanita terdengar samar-samar terdengar oleh Sabrina. Dengan senyum khas Sabrina “Sepertinya ada yang sedang berpesta.” Ucap Sabrina berjalan menghampiri asal suara tersebut dan sesuai dugaan Sabrina. Terdapat 2 orang pria dengan menggunakan baju polisi dan 1 wanita pelacur yang sedang menikmati kontol di memeknya dan lubang pantatnya bersamaan.


“Boleh kami ikut ?” Tanya Sabrina seketika membuat ketiga orang itu kaget dan langsung bergegas mengambil pakaian untuk menutupi tubuh mereka, takut terekam oleh Bobby dan Rony. “Bapak-bapak, bagaimana kalau kalian tinggalkan saja itu wanita pelacur murahan, dan sebagai gantinya aku pinjamkan pelacur yang lebih lebih baik ?” Tanya Sabrina sambil melempar rantai yang dia pegang kepada ke dua polisi yang langsung melihat dan membandingkan dengan pelacur yang mereka sewa. “Ah.. tentu di rekam, aku tidak bisa mentolerin yang satu ini.” Lanjut Sabrina yang sepertinya sangat ingin mendokumentasikan Mariana di ngentot oleh 2 pria tak di kenal tersebut.


Kedua polisi tersebut saling liat-liatan untuk waktu yang tak lama. “Boleh.” Ucap salah satu pria tersebut. “Kenapa begitu ?” Bentak pelacur tidak terima pekerjaan di rebut oleh Mariana. “Sudah, kau pulang saja, sekarang kami punya pengganti yang lebih cantik.” Ucap polisi yang lainnya sambil mereka berjalan mendekati Mariana. “Cantik siapa namanya ?” Tanya salah satu polisi sambil jalan mendekati Mariana. “Sally pak.” Jawab Mariana. “jangan panggil bapak, aku Viktor, dan dia Tristan kami masih umur 24 kok.” Ucap Viktor memperkenalkan diri. Kedua polisi ini memang tampak masih muda, terlihat dari tubuh mereka yang terbentuk seperti habis pelatihan.

Baju Latex dengan dildo ekor anjing.jpg

Tanpa di perintah Mariana mulai menjilat kedua kontol 15 cm yang bergantung di depannya. *Srruuppplll Srruuppl.. tanpa peduli cairan dari memek dan lubang pantat pelacur itu masih di kontol itu. “Woow, sudah cantik, jago nyepong lagi.” Ucap Tristan memuji Mariana tapi pujian tersebut semakin membuat pelacur kesal dan bersujud di samping Mariana, mengembang kontol Viktor. “Jeny kau pulang lah, kami sudah tidak membutuhkan kau lagi.” Ucap Viktor tapi pelacur yang bernama Jeny bersih kukuh tidak ingin pulang sebelum menerima bayaran.


“Ck.. pelacur satu ini tidak mengerti bahasa manusia.” Viktor yang mulai kesal menarik Mariana dan memposisikan Mariana menungging bersanar di pohon. Dengan cepat Viktor menurunkan resleting pada baju latex Mariana. “Memek ini bahkan terlihat lebih cantik dari memek seribu umat mu itu.” Ucap Viktor yang langsung memasukkan kontolnya ke memek Mariana. “Aaaaahhh... aahhh.. aahhh..” Desahan Mariana keluar dari mulutnya tanpa peduli keadaan sekitar.


“Sini kau, gara-gara kau jadi dia duluan yang menikmatinya.” Ucap Tristan menarik Jeny berdiri dan mengangkat kaki kirinya. “Masukin.” Mendengar perintah itu, Jeny langsung mengarahkan kontol Tristan ke memeknya. “Aaahh... ahhh...” Desahan Jeny dan Mariana berpadu seperti paduan suara. “Sial, Memeknya beda sekali dengan memek longar pelacur satu itu, sepertinya aku sudah mau keluar.” Ucap Viktor sambil memejamkan matanya. “Woi, jangan tembak di dalam, aku belum merasakan memeknya.” Ucap Tristan. “Ya.. ya... “ Viktor langsung melepas kontolnya dan memalikkan Mariana. “buka mulut mu.” perintah Viktor sambil mengocok kontolnya sendiri di depan muka Mariana. “Uggghh.. terima ini.” Lanjut Viktor menembangkan spermanya ke mulut Mariana hingga ada sebagaian mengenai muka Mariana.


“Aaahhh... ini yang terbaik.” Ucap Viktor sambil duduk di kursi taman. Tristan yang melihat Viktor yang sudah selesai dengan Mariana langsung melepas kontolnya dari memek Jeny dan berjalan menghampiri Mariana yang duduk bersandar di pohon. Berlahan Tristan memasukkan kontolnya yang masih tegang ke memek Mariana. “Aaaaahhh.. ya.. terus... ngentot aku terus..” Mariana mendesah sambil melihat Tristan. “Kau cantik sekali, baru pertama kali aku melihat pelacur secantik kau.” Ucap Tristan mengangkat Mariana berdiri. Mariana yang merasa melayang sambil kontol di dalam memeknya membuatnya semakin terangsang. “Aaaha... aaahh... ahhh..” Dari desahan, terdengar Mariana sangat menikmati dirinya di angkat seperti anak-anak sambil menikmati kontol Tristan.


Jeny yang masih kesal, berjalan mendekati Tristan dan Mariana. “Dasar pelacur perebut perkerjaan orang.” Ucap Jeny dengan nada sesal, menjilat pundak Mariana dan kedua tangannya menarik puting Mariana dari belakang. “Aagggghhhh... aaaahhhh terus.. lebih kuat.. Aaahhh..” Sabrina mengeleng kepalanya melihat Mariana semakin terangsang karena perlakuan Jeny. “Kau sudah tidak ada bedanya lagi dengan pelacur murahan itu.”


Melihat Jeny yang memainkan puting Mariana di depannya, Tristan menjadi semakin bernafsu mengentot Mariana. “Aaaaahhh.. haaa.. terus... Aaahhh... lebih kuat..” Mendengar desahan Mariana semakin membuat Jeny kesal, “Gimana kalau ini.” Jeny memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang pantat Mariana. “Aaaaahhh.. aku di sana.. aaahhh.. ya.. aaahh..” Mariana semakin menikmati perlakuan Jeny padanya. “Wah.. apa yang kau lakukan ? memeknya menjadi semakin ketat. Uggghh.. aku sudah mau keluar.” Ucap Tristan.


Jeny yang mendengar Tristan sudah mau klimaks langsung berjongkong, menjilat memek dan kontol Tristan dari bawah. “Aaaahhh.. aku juga... AAaahhh.. aku kalurrr..” Mariana duluan keluar dan Tristan mencabut kontolnya karena takut Mariana akan hamil. Dengan sigap Jeny langsung memasukkan kontol Tristan ke dalam mulutnya, menerima semua sperma Tristan. “Aaaaahhh... lega sekali.” Ucap Tristan sambil menurunkan Mariana ke atas rumput karena kakinya sudah lemas.


“Mmm...” Mariana di kagetkan dengan ciuman Jeny yang tiba-tiba dan ada cairan yang masukkan dari mulut Jeny. “Aku membagikan spermanya ke kau.” Ucap Jeny sambil kembali mencium Mairana dan memainkan lidah mereka berdua, memutar-mutar sperma Tristan di dalam mulut mereka dan menelanya. “Ternyata dia lebih rendah dari pelacur itu.” Ucap Sabrina yang kembali mengelengkan kepalanya.


Merasa sudah selesai dengan perkerjaannya, Jeny menghampiri Viktor yang masih terduduk lemas di kursi taman, “Mana bayaran ku ?” Tanya Jeny sambil menjulurkan tangannya di depan Viktor. “Hah ? Sudah gila ya ? Betina satu itu yang memuaskan kami.” Bentak Viktor sambil menujuk ke arah Mariana yang bersandar lemas di pohon. “Tapi kalian yang memanggil aku dan aku juga berkerja.” Ucap Jeny yang berusaha mendapatkan uangnya. “Kau ~” Viktor dengan ekpresi marah, berdiri dan ingin menampar Jeny, tapi tangannya segera di tahan oleh Bobby. “Cukup !” Dengan nada tegas, Sabrina melangkah mendekati Jeny, “Ini kartu namaku, pergilah ke alamat di sana, maka kau akan mendapatkan perkerjaan dengan gaji tetap setiap bulannya. Dan ini uang muka terlebih dahulu.” Lanjut Sabrina sambil memberikan beberapa lembar uang ke Jeny. Mata Jeny terbuka lebar karena kaget, dirinya tidak hanya mendapatkan uang, tetapi juga perkerjaan dengan gaji tetap. “Terima kasih.. terima kasih banyak.” Ucap Jeny sambil membungkukan badannya memberi hormat dan melangkah pergi sambil melihat sinis ke Viktor dan Tristan.


Sabrina berjalan mendekati Mariana yang masih bersandar lemas di pohon. “Sally dimana barang pemberian Pak Prahmono ?” Tanya Sabrina sambil jongkok dan dengan suara kecil. “Ada di rumah.” jawab Mariana pelan. “Bagus, mulai hari ini, apa terus kalung itu.” Ucap Sabrina yang membuat Mariana binggung dengan apa yang di rencakana oleh Sabrina ke depannya. “Kalian bersihkan yang ada di sini, aku akan tunggu di mobil.” Ucap Sabrina berjalan meninggalkan semuanya.


2 Minggu kemudian, Selama 2 minggu, Mariana melewati hari-harinya dengan rutinitas di rumah sebagai seorang ibu dan istri yang mengurus rumah, di perusahaan sebagai model yang foto dengan pakaian seksi, olah raga menjaga tubuh dan tak jarak Prahmono dan Dirwanto datang untuk mengentot Mariana setelah ia selesai olah raga.


Di kantor Hermanto, “Ah.. Maaf kantornya kecil, hehe.” Ucap Hermanto sambil menyodorkan secangkir teh ke arah Sabrina yang duduk di depannya. “Apa yang kau katakan ? tidak penting besar atau kecil, tapi siapa yang menjalankannya.” Ucap Sabrina sambil melihat Hermanto, sekilas matanya memancarkan rasa sayang yang dulu ia rasakan. “Sebenarnya aku ingin ke perusahaan mu memberikan tiket konser yang sedang di urus oleh perusahaanku.” Ucap Hermanto sambil menyerahkan 5 lembar tiket konser. “Tak apa, aku datang ke sini juga karena aku ada urusan di sekitas sini kok.” Ucap Sabrian sambil tersenyum manis ke Hermanto dan membaca tulisan di tiket pemberian Hermanto.


“Konser music ya ? Risky mungkin mau datang, tapi Suamiku sepertinya tidak bakalan datang.” Ucap Sabrina sambil mengembalikan 1 lembar tiket ke Hermanto. “Ah.. tak apa.. kau bisa memberikannya ke kenalan mu yang lain.” Ucap Hermanto. “Apa Liandra mau datang ke tempat beginian ?” Pikir Sabrina sambil memasukkan tiket itu ke dalam tasnya. “Bagaimana dengan Aditya ? Apa kau akan tinggalkan dia ?” Tanya Sabrina. “Tidak, dia akan ikut, acaranya hari sabtu dan di sana tamu khusus di tempatkan di ruangan terpisah, jadi akan aman.” Ucap Hermanto menjelaskan. “Dan mungkin nanti aku akan merepotkan kau lagi, hehehe.” Lanjut Hermanto sambil sedikit menurunkan kepalanya. “Aku mungkin harus duluan pergi, jadi nanti tolong temanin Mariana dan Aditya.” Lanjut Hermanto. “Tak masalah, memang itu juga yang ku pikirkan, kau tenang saja.” Ucapan Sabrina seketika membuat Wajah Hermanto kembali cerah dan Sabrina juga ikut senang, perasaannya seperti kembali ke masa-masa dimana ia bisa mengobrol santai dengan pria yang ia cintai dulu. “Kalau begitu aku pergi dulu, ada urusan yang harus aku urus.” Ucap Sabrina sambil berdiri. “Mari, biar aku antar.” Ucap Hermanto mempersilakan Sabrina.


Di mobil Sabrina tampak sedikit kesal, karena ia harus di tampar dengan kenyataan Hermanto telah menjadi suami sahabatnya sendiri.


Hari sabtu pagi, “Maaf ya, aku tidak bisa pergi besama karean ada kerjaa, tapi nanti Sabrina akan datang menjemput” Ucap Hermanto setelah menyelesaikan sarapan pagi yang di buat istrinya. “Ia, tak apa kok.” Ucap Mariana sambil tersenyum menenagkan hati suaminya. “Kalau begitu aku pergi dulu.” *Muaachh.. Ucap Hermanto mencium kening Mariana. “Hati-hati di jalan.” Balas Mariana.


Sore hari di rumah Mariana, *Ting tong.. “Yaaa..” Mariana berteriak saat mendengar bel rumahnya bunyi. “Adit, itu pasti tante Sabrina, pergi buka pintu.” Perintah Mariana ke anaknya yang terlihat hanya duduk dan bermain game. “Baiklah.” Ucap Aditya pergi membuka pintu. “Sayang.” Ucap Sabrina sambil memeluk Adtiya dengan senang. “Mama mana ?” Tanya Sabrina. “Ada di dalam kok tante, masuk yuk.” Jawab Aditya sambil mempersilakan Sabrina masuk dengan sopan.


“Ambil ini, dan segera ganti pakaian.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan 3 tas jinjing yang berisikan 1 set baju formal. “Wah.. terima kasih tante.” Ucap Aditya meninggalkan Sabrina, menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian, sedangkan Sabrina berjalan menuju ke ruang tamu untuk menemui Mariana. “Sabrina, akhirnya datang juga.” Ucap Mariana menyambut Sabrina. “Ini, aku bawakan baju, tadi aku juga sudah memberikan Aditya baju baru.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan 4 tas jinjing. “Yah ampun, kau tak perlu, lagiana di lemari ku masih banyak baju yang kemarin itu kau belikan.” Ucap Mariana berusaha menolak. “Sudah, tak apa yang ini special.” karena Mariana tidak berani untuk lebih lanjut menolak pemberian Sabrina, akhirnya pun ia menerimanya. “Terima kasih ya.” Ucap Mariana sambil tersenyum dan menerima pemberian Sabrina.


“Kalau begitu aku ganti dulu.” Ucap Mariana berjalan ke kamarnya dan Sabrina ikut berjalan ke kamarnya. Rasa ingin melarangnya sempat terbesit di pikirannya, tetapi Mariana pun tak berani untuk melarang Sabrina. Di dalam ruang penganti Mariana dan Hermanto, Mariana membuka bajunya dan berganti dengan pakaian yang di berikan oleh Sabrina, seakan tidak ada Sabrina di ruangan tersebut. Sedangkan Sabrina berjalan santai keliling ruangan tersebut seperti orang yang melihat lukisan di pameran.


“Bagimana ?” Tanya Mariana kepada Sabrina setelah selesai menggunakan dress putih panjang sebetis dengan potongan sambil yang ketat hingga mencetat toket dan pantatnya. Untungnya bulu ketiak Mariana bukanlah tipe yang lebat panjang sehingga jika ia tidak mengangkat tanganya, bulu ketiaknya bisa ia sembuyikan. “Cantik kok.” Ucap Sabrina yang juga menggunakan dress model yang sama, hanya saja miliknya lebih panjang hingga ke kaki. “Jangan lupa gunakan kalung pemberian pak Prahmono itu.” Ucap Sabrina mengigatkan. Walau sebenaranya Mariana enggan untuk menggunakannya, karena setiap Mariana melihat kalung tersebut, ia teringat dengan dirinya saat memohon untuk kontol Prahmono dan itu membuat memeknya menjadi basah. “Kau terlihat cantik menggunakan kalung tersebut.” Puji Sabrina sambil membelai baju Mariana turun hingga ia membelai memek Mariana. “Kenapa basah ? apa kau teringat dengan kejadian kemarin itu ?” Tanya Sabrina sambil tersenyum, sedangkan Mariana hanya diam menahan malu. “Kalau begitu pakai ini saja.” Ucap Sabrina mengeluarkan dildo bercabang 2 dan memasukkan memek dan lubang pantat Mariana. “Aaahh.. jangan.. nanti di sana banyak orang.” Ucap Mariana memegang tangan Sabrina. “Sudah diam saja !” Bentak Sabrina.

007.jpg

“Ayok, Risky dan Liandra sudah tunggu dari tadi di mobil.” Ucap Sabrina setelah Mariana dan dirinya selesai memeriksa Aditya yang kesulitan menggunakan dasi pita. Risky kembali terpana melihat kecantikan Mariana, jantungnya berdetak cepat, bayangan dirinya di ikat dan Mariana di ngentot di depannya terlintas di otaknya, sehingga membuat kontolnya sesak di balik celananya. “Hey sayang, kau sangat tampan hari ini.” Ucap Mariana ke Risky berharap Risky melupakan apa yang terjadi saat di sekolahnya dulu. “Ah.. Umm.. mm.. “ Ucap Risky grogi. Sabrina hanya tersenyum melihat kelakuan Risky yang masih menyukai temannya walau ia sudah melihat Mariana berekpresi seperti lonte saat di ngentot temannya.


Sepanjang perjalanan dari rumah Mariana hingga tempat konser, Risky hanya diam sambil sesekali masuk dalam pembicaraan Liandra dengan Aditya, sedangkan Mariana berusaha tetap tenang walau ada yang menganjal memek dan lubang pantatnya, dan mengobrol dengan Sabrina tentang diri mereka dulu saat datang ke acara konser. Di tempat konser, Hermanto telah menunggu kedatangan Mariana dan Sabrina di tempat parkir. “Ah, untung kalian datang lebih cepat, karena kebijkakan pemerintah, parkiran konser hanya boleh di pakai pengurus, sebentar lagi mobil bus pengunjung akan datang bersamaan.” Ucap Hermanto yang sesekali melihat jam di tangannya. “Ayok aku antar.” Lanjut Hermanto berjalan memandu Mariana dan yang lainnya, tentu di kawal oleh Bobby dan Rony dengan tas ransel di belakangnya.


Di belakang suaminya sendiri Mariana merasa sangat terangsang setiap kali kakinya melangkah, mengesek dinding memek dan lubang pantatnya. *Clek.. Hermanto membuka pintu. “Nah, di sini tempat tamu khusus, dari sini kalian bisa langsung menghadap ke panggung. dan di sini lebih nyaman.” Ucap Hermanto mempersilakan Sabrina dan yang lainnya masuk ke ruangan tampak megah, ada deretan kursi sofa, ruang berAC yang sejuk, dan kaca yang tebal sebagai keamanan.


“Maaf aku harus pergi mengurus pekerjaanku.” Ucap Hermanto menutup pintu dan pergi meninggalkan Sabrina dan yang lainnya. “Hermanto tidak berubah ya, selalu saja berusahan dengan keras.” Ucap Sabrina sambil jalan duduk di sofa yang di sediakan di ikuti Mariana, Liandra, Risky dan Aditya yang senang papanya di puji.


Berlahan Sabrina meningkatkan getaran dildo pada memek dan lubang pantat Mariana. *BBzzzz bbbzzzzz.. “Mmmhh..” Mariana menahan mulutnya agar tidak mendesah karena Aditya berada di sebelahnya. “Mama kenapa ?” Tanya Aditya. “Ti.. tidak apa, mama ke kamar kecil dulu.” Ucap Mariana. “Tunggu Mar.” Ucap Sabrina sambil memegang tangan Mariana. “Bobby, Rony, kalian ikut Mariana.” Perintah Sabrina ke Bobby dan Rony dengan tegas. “Tak apa, di sini aman kok, Aditya akan jaga aku, ia kan sayang ?” Ucap Sabrina sambil memanjakan Aditya.


Mariana pun berjalan meninggalakn ruangan sambil di temanin Bobby dan Rony. Risky yang sadar ada yang aneh dengan Mariana, hanya bisa menunggu kesempatan saat semua orang fokus pada panggung dan ia bisa keluar mencari Mariana. Di sisi lain, Mariana bersama Bobby dan Rony yang terjebak krumunan saat mencari toilet. “Pantat montokmu benar-benar membuat ku tak tahan.” Ucap Rony dengan suara kecil dan meremas pantat Mariana. “Mmmm..” mata Mariana melotot merasakan pantatnya di remas dengan sengaja. “Apa yang kau lakukan ?” Tanya Maraina. “hehehee.. tenang saja cantik, sebelum ke rumah mu kami sudah meminta izin ke madam Sabrina, dan khusus hari ini ia mengizinkannya, jadi hari ini kau adalah milik kami.” Ucap Bobby sambil senyum dan ikut meremas pantat Mariana.


Mariana yang merasa risih menepis kedua tangan tersebut “Sabar ya, Bagaimana kalau kita mencari tempat sepi dulu.” Ucap Mariana sambil tersenyum sambil mengedipkan matanya karena tidak berani membuat Bobby dan Rony marah. Melihat senyum Mariana, Bobby dan Rony pun bersabar hingga ke toilet umum yang jaraknya agak jauh dari tempat mereka.


Di toilet umum pria tempat konser. Begitu sampai Bobby langsung memeluk Mariana dari belakang dan tangannya meremas toketnya. “Aaahh.. kau sangat wangi.” Bobby menghirup aroma dari leher Mariana. Mariana yang sadar akan situasi dirinya, hanya bisa memedam rasa jijiknya dan pasrah. Rony mengeluarkan tas jinjing dari dalam tas ranselnya dan menyerahkan ke Mariana. “Pakai ini, jika kau tak ingin baju mu kotor.” Mariana segera menerima tas jinjing tersebut dan mengeluarkan isinya.


“Apa ini ?” Mariana heran melihat isinya tampak seperti kuping. “Sudah pakai saja, atau kau mau kami yang mengantikanya ?” Tanya Rony sambil memasang kamera seadaanya. “Baiklah.” Ucap Mariana sembari berjalan ke sebuah bilik, “Mau kemana ? ganti di sini.” Ucap Bobby. Mariana yang mendengar tersebut hanya bisa pasrah, ini bukan pertama kalinya mereka melihat tubuh terlanjang Mariana, tetapi hari itu Mariana tak ingin sampai ketahuan di acara yang di susun oleh suaminya.


Berlahan Mariana menurunkan dress putih yang ia kenakan dengan perasaan deg-degan. “Kami sudah lama ingin mencicipi tubuhmu, hingga kontol ini mau beledak rasanya.” Ucap Rony yang bersemangat melihat tubuh Mariana yang hanya menggunakan bra putih dan celana dalam berwarna putih juga dengan benjolan dildo. “Jadi apa kau menikmati kontol palsu ini ?” Ucap Bobby berjongkok di depan Mariana dan mencabut dildo tersebut dengan pelan. “Aaaahh...” Mariana mendesah merasakan dildo tersebut mengesek dinding memeknya dan pantatnya. “Cairannya banyak sekali.” Ucap Bobby langsung menjilat dildo bekas memek Mairana, Sedangkan Mariana lanjut membuka bra dan menggunakan pemberian Bobby dan Rony.


Kini tampak Mariana yang heran dengan pakaian yang membuatnya merasa seperti seekor kelinci, stoking jaring-jaring berwarna merah. 1 set bikini berwarna merah dan kuping kelinci. “Woowwww warna merah memang cocok dengan kulit putih mu” Ucap Rony dan Bobby yang kagum dengan tubuh Mariana. “Kau tau setiap aku mengambil foto mu, aku selalu membayagin diriku mengentot mu, dan pakaian yang kau pake adalah pakaian yang akan kau pake untuk sesi foto selanjutnya.” Lanjut Rony mulai membuka semua pakaiannya di ikuti Bobby.


Bertapa kagetnya Mariana melihat kedua kontol di depannya yang memiliki panjang sekitar 18 cm, ukuran yang sama dengan Prahmono, hanya saja tampak lebih hitam dari milik Prahmono. “Tenang saja, kami akan pelan kok.” Ucap Bobby sambil menjilat pipi Mariana. “Karena hari ini dia milik kita, apa yang sangat ingin kita lakukan padanya ?” Tanya Rony ke Bobby yang merasa sangkin banyaknya yang ingin ia lakukan, ia menjadi bingung sendiri.


“Bagaimana kalau kita mulai dari teknik mulutnya.” Ucap Bobby menekan kepala Mariana agar bersujud sejajar dengan kontol mereka. “Aku juga penasaran, Bagaimana teknik mulut kelinci kita.” Ucap Rony sambil menampar muka Mariana dengan kontolnya. Mariana yang kesal mukanya di tampar dengan kontol, langsung mengemgamnya kedua kontol tersebut dan menjilat ujung kontolnya bersamaan. “Hmm.. awal yang lumayan.” Ucap Bobby memangkukan pinggangnya. Mariana yang sudah sering menghisap kontol banyak pria, sehingga ia tau dimana titik-titik yang membuat pria kenikmatan dengan jilatannya.


“Hanya segini saja ? ini teknik yang membuat polisi kemarin itu ketagihan dengan mulut mu ?” Tanya Bobby dengan nada kecewa. “Kalau hanya segini, pelacur di luar sana pun bisa melakukannya.” Lanjut Bobby sambil menggelengkan kepalanya. Mendengar perkataan Bobby, Maraian menjadi semakin kesal pun langsung menggunakan tanganya meremas buah jakar Bobby dan Rony. “Ugghh.. OOhhhhhh.. i.. ini..” Bobby dan Rony merem melek merasakan buah zakarnya di remes dan di plinterin jari-jari Mariana, serta mulutnya menghisap kontol Bobby dan Rony dengan kuat.


“Uggghh.. isapan dan jari-jarinya membuat aku ingin keluar.” Ucap Rony memejamkan matanya berusaha menahan ledakan kontolnya. “Kalau bagitu keluarkan lah, hari masih panjang.” Ucap Bobby dan Rony bersama-sama mengarahkan kontolnya ke mulut Mariana yang sudah terbuka lebar siap menerima sperma mereka. “Coba kasih tau rasa sprema kami.” Ucap Rony menembakkan spremanya ke lidah Mariana bersamaan dengan Bobby. *Crottt.. croottt..


Mariana memasukkan lidahnya dan mencoba merasakan sperma Bobby dan Rony. “Rasanya asin, seperti keringat.” Jawab Mariana seketika membuat membuat Bobby dan Rony ketawa tanpa takut ada yang kedengaran di luar sana. “Tapi gurihkan ? dari pada sperma polisi-polisi itu.” Ucap Bobby merasa menang dan memang di karenakan Bobby dan Rony yang rajin olah raga dan tidak merokok yang membuat rasa sperma mereka tidak pahit.


Mariana yang mendengar perkataan Bobby hanya bisa tertunduk malu, Marian sadar dirinya sempat merasakan marah saat di bandingkan dengan pelacur, “Apa diri ku sudah menerima bahwa aku adalah pelacur ?” Pertanyaan tersebut sempat terlintas dalam benak Mariana.


Mariana berdiri setelah melihat kontol Bobby dan Rony masih berdiri dengan keras, sangat berbeda dengan polisi kemarin, dan duduk di atas kloset sambil mengangkat kedua pahanya, memperlihatkan memeknya yang sudah sangat basah. “Tolong masukkan kontol kalian ke dalam lubang memek ku, aku sudah tidak sabar ingin merasakan kontol.” Ucap Mariana sambil menatap genit ke Bobby dan Rony.


Seperti besi yang di tarik magnet, Bobby dan Rony melangkah bersamaan. “Aku dulu.” Ucap Bobby dengan nada sangat percaya diri, “Tidak aku dulu.” Balas Rony yang tidak mau kalah. Bobby yang tak ingin berlangsung lama-lama membisikkan sesuatu kepada Rony dan Rony hanya menganggukkan kepalanya. Mariana sudah termakan oleh nafsu, tidak peduli apa yang mereka rencanakan, ia hanya menggunakan tangannya membuka pahanya, menunggu salah satu kontol tersebut masuk ke dalam lubang memeknya.


Entah apa yang sedang di rencanakan tetapi kini Bobby melangkah mendekati Mariana dan memukul kontolnya ke memek Mariana. “Aaaahh.. cepat.. Aaahhh.. masukkan kontol mu, jangan mempermainkan aku..” Ucap Mariana dengan tatapan memelas. “Dasar maniac seks.” Ucap Bobby yang langsung menekan kontolnya ke dalam memek Mariana dengan kuat. “AAaaaaaaahhhhh” Desahan Mariana meraskaan memeknya di belah kontol Bobby yang besar. “Aaahhh.. aaahhh.. aku merasakannya.. Aaahh.. kontolmu mencium rahimku.” Ucap Mariana di saat Bobby mulai mengerakan pinggulnya.


“Ini belum seberapa.” Ucap Bobby yang memeluk Mariana dan mengakatnya. Mariana yang merasa seperti anak kecil yang di angkat, membuatnya semakin bernafsu. “Permisi.” Ucap Rony yang duduk di atas kloset dan memegang kontolnya yang tegang ke atas seperti jarum yang siap masuk ke lubang pantat Mariana. Dengan perlahan Bobby menurunkan Mariana agar bisa menerima kontol Rony. “Aaaahh.. perrih..Aaahhh teruss..” Ucap Mariana yang meraskaan memeknya mulai sesak saat kontol Rony mulai masuk ke lubang pantatnya. “Ugghh.. ini.. sempit sekali” Ucap Rony yang merasakan sempitnya lubang pantat Mariana karena belum pernah di masukkan benda sebesar kontol Rony.


Bobby dan Rony mulai mengerakkan kontolnya keluar masuk lubang Mariana. “Aaaah.. Aaaahh.. memek ku.. Ahaaa penuh.. “ Desahan Mariana semakin kencang merasakan memek dan lubang pantatnya penuh dengan 2 kontol besar sekaligus. “Aku penasaran kenapa Pak Prahmono suka sekali ketiak nih lacur.” Ucap Rony mengangkat ketiak Mariana dan menghirupnya dalam-dalam. “Hmmm.. wangi sekali ketiaknya.” Ucap Rony dan menjilat ketiak Mariana *Srruuppp Aaahh.. “Dasar manusia aneh.” Ucap Bobby sambil menggelengkan kepalanya, tak ada niatan sedikitpun di dalam dirinya untuk mencoba ketiak Mariana. “Sally apa kau masih rutin minum pil anti hamil itu ?” Tanya Bobby sambil mempercepat mengobok memek Mariana dengan kontolnya.


“Aaaahh.. masih.. teruss.. Aaahh... acak-acak memek Sally.. Aaahh..” Ucap Mariana yang sudah tenggelam dalam nafsunya sendiri dan membuat Bobby dan Rony tersenyum puas. “AAA... APA YANG KALIAN LAKUKAN ?” Tampak seorang pria tua yang tinggi hanya 147 cm dengan baju biru tua yang lesuh, terduduk kaget di lantai, dari pakaian yang di kenakkan bisa di simpulakan kalau pak tua ini adalah petugas yang membersihkan kamar mandi tersebut.


Maraina yang merasa sudah berkali-kali terlanjang di depan orang asing, merasa tidak peduli lagi. Sambil tersenyum ke arah petugas tersebut, Bobby terus mengentot Mariana. “Oi pak tua, bagaimana ? kelinci ku cantikkan ?” Tanya Bobby. “Apa mau mencobanya ? Gratis.” Lanjut Bobby sambil memainkan alisnya naik turun. Pak penjaga yang melihat adegan seks depan matanya di tambah tubuh Mariana yang sangat sexy, membuatnya menelan ludahnya sendiri. Rony yang tidak tinggal diam, sambil menjilat ketiak Mariana, kedua tangannya memainkan toket Mariana, seperti memamerkan tubuh Mariana kepada pak tua yang kaget teresebut. “AA.. A..Apa benar Gratis ?” Tanya pak tua tersebut dengan bibir yang gemetar. “Tentu saja.” jawab Bobby sambil mengigit pelan puting Mariana.


Merasa situasi sudah terkendali Bobby semakin mempercepat genjotannya, Rony yang belum ingin keluar terpaksa mengikuti ritme Bobby. “Uggghh.. Bobby.. karena kau.. aku jadi ingin keluar.” Ucap Rony. “AAAahh.. Sally juga.. Aaahh.. keluarkan di dalam Sally...” Ucap Mariana yang sepertinya juga sudah di ujung klimaksnya. “Kalau begitu terima ini.” Bobby langsung mengeluarkan sperema yang ia tahan-tahan bersama dengan Rony dan Mariana yang mencapai klimaks. “AAAAAaaahhhhh..” Mariana diam menikmati klimaksnya, membiarkan kedua kontol tersebut keluarkan sisa-sisa sperma ke dalam dirinya.


Pak tua masih terduduk, semakin kaget melihat adegan di depannya, seorang wanita cantik, menerima sperma di lubang pantat dan memeknya. “Yakin mau berbagi ? cuma hari ini loh kita bisa merasakan dia.” Tanya Rony yang binggung dengan tindakan Bobby. “Tak apa, aku bukan orang yang pelit, jika bisa berbagi, marilah kita saling berbagi.” Jawab Bobby sambil mencabut kontolnya, memamerkan kepada pak tua spermanya yang mengalir dari memek Mariana.


Rony yang melihat pak tua mematung, membisikan Mariana agar ia yang mulai mengambil inisiatif maju lebih dahulu. “AAAaaahhh..” Desahan Mariana saat bangkit melepas kontol Rony yang setengah tegang dari lubang pantatnya dan merangkak menuju pak tua yang terduduk di lantai, membiarkan memek dan lubang pantatnya menumpahkan sperma di lantai. “Santai saja.” Mariana menurunkan celana olah raga pak tua dan melihat kontolnya sudah berdiri tegang. Sambil tersenyum ke pak tua, Mariana mencium kepala kontol pak tua tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya.


Seperti sengatan listrik, pak tua merasakan kontolnya di hisap dengan sangat kuat sambil di jilat di dalam mulut Mariana. “Uggh.. kita belum kenalan, adik cantik siapa nama ? aku parto.” Ucap Parto sambil mengelus kepala Mariana dengan lembut seperti istrinya sendiri. “Sally pak.” Jawab Mariana sambil melanjutkan menjilat kontol Parto dari bawah hingga ke atas. “Adik cantik bagini, kenapa mau jadi lonte mereka ? ikut bapak saja yuk.” Ucap Parto sambil cengegesan.


Bobby yang mendengar ucapan Parto merasa sangat marah, ia sudah berbaik hati membagi Mariana kepadanya, tetapi ia berusaha ingin memiliki. Mariana yang sadar Bobby yang marah, tanpa mengucap sepata kata, Mariana menggelengka kepalanya agar Bobby tidak memukul Parto. Sambil tersenyum tak menjawab pertanyaan Parto, Mariana menjepitkan kontol Parto di belahan toketnya dengan kuat hingga kontolnya yang hanya sepanjang 13 cm tersebut tenggelam sepenuhnya dalam belahan toket Mariana.


“Aaaaahh.. nikmat sekali sayang.” Ucap Parto yang merasa Mariana menerima dirinya. Sambil mengelus-elus kepala Mariana. “Pak Parto, apa kau tau ? dia sudah punya suami, dan teman-teman suaminya sangat senang ketika kontolnya di jepit di toketnya.” Ucap Bobby sambil bersantai mengumpulkan tenanga. Parto yang kesal mengangkat tangannya hendak memukul Mariana. “Dasar..” Tapi tanggannya langsung di tahan oleh Rony. “Lecet dia, Kami akan membunuh mu duluan, sebelum kami di bunuh boss kami.” Ucap Rony melotot melihat Parto.


Dalam kesalnya karena hendak di pukul, Mariana tersenyum melihat Parto dan memainkan toketnya dengan sangat cepat, agar Parto cepat keluar dan pergi. “Ugggh.. tunggu.. tunggu..” Ucap Parto ingin menarik kontolnya, tapi Mariana semakin kuat menjepit kontol Parto. “AAaaahhh...” *Crottt.. Croottt Parto mengeluarkan spermannya di belahan toket Mariana.


*Srruuppp suara Mariana menggunakan tangannya menampung sperma Parto dan menjilatnya. “Bagaimana rasa sperma dia ?” Tanya Rony. “Pahit, tidak enak.” Ucap Mariana tersenyum berjalan ke pelukan Rony. “Sekarang sudah puaskan ? pergi sana.” Usir Bobby sambil menendang pelan ke paha Parto. “Tunggu.. aku akan memanggil temanku.” Ucap Parto berlari sambil memasukkan kontolnya dan merapikan celananya. “Dasar manusia tidak tau terima kasih.” Ucap Rony mengelengkan kepalanya.


Di sisi lain, *Cleck suara pintu di buka, “Papa.” Aditya memanggil papanya sambil melambaikan tangannya. “Bagaimana ? acaranay serukan ?” Tanya Hermanto kepada anak semata wayangnya. “Seru pa.” Jawab Aditya. “Sabrina, Mariana dan Anak mu mana ?” Tanya Hermanto yang tak melihat istrinya dan anak temannya. “Tadi Mariana izin ke toilet, kalau Rizky dia tadi izin beli minum.” Jawab Sabrina. “Ahhhh...” Tampak raut kecewa pada wajah Hermanto. “Teanng saja, Mariana sudah besar, dan aku sudah menyuruh 2 penjaga ku untuk menjaga dia.” Ucap Sabrina tersenyum sambil melihat pujaan hatinya. “Dan juga, aku ingin mencoba sesekali ngobrol dengan anak mu, kau sudah menjaga anak ku, setidaknya aku juga harus ngobrol dengan anak mu.” Ucap Hermanto tersenyum melihat ke Sabrina yang tidak sadar kalau Sabrina menyimpan rasa cinta padanya. “Sudah, tak usah terlalu di pikirkan.” Ucap Sabrina memeluk lengan Sabrina seperti sepasang kekasih dan Hermanto diam-diam menikmatinya.


Di kamar mandi umum tempat konser. Rony yang sadar Mariana hanya saat itu saja bisa ia nikmati, tidak membuang waktu sedetikpun, setelah Parto keluar, ia langsung menungginkan pantat Mariana dan langsung memasukkan kontolnya ke lubang memek Mariana. Sedangkan Bobby memegang kepala Mariana dan memasukkan kontolnya ke mulut Mariana hingga ke tenggorokannya. “Mmmhhh.. mmm..” Mariana sulit bernapas di tambah hantaman kontol Rony pada memeknya membuat ia semakin sulit mengambil napas.


*Plak.. Plak.. Mariana berulang kali memukul paha Bobby memberi tanda ia kesulitan mengambil napas, tetapi Bobby yang tidak peduli, memegang kepala Mariana dengan erat terus menyodokkan kontolnya ke mulutnya. “Oi.. oi.. dia bisa pingsan loh. kalau dia pingsan kita juga yang susah.” Ucap Rony yang merasa mulai kasihan dengan Mariana. “Dikit lagi, sedikit lagi.” Mata Bobby melotot berbinar-binar melihat muka Mariana yang memerah, kesusahan bernapas karena kontol miliknya. “Dasar psykopat.” Ucap Rony yang mempercepat kontolnya keluar masuk memek Mariana, mengikuti permainan Bobby. “MMMMmhhhhhhhhhh” Mariana mencapai klimaks dan seketika Bobby langsung mencabut kontolnya.


*Ohok.. Ohok... Mariana tergeletak di atas kramik kamar mandi yang sangat dingin dengan muka yang sangat merah, berusaha memasukkan napas ke dalam dirinya, tetapi batuk mempersulitnya. “Liat apa yang kau perbuat. Kalau sampai ada apa-apa. aku tak ikut campur.” Ucap Rony berusaha membuang badan, tak ingin dirinya terlibat dengan ide gile Bobby. “Tenang saja, ingat pas malam di hotel itu ? teman-teman suaminya memasukkan banyak whiskey ke memeknya, tetapi madam sandai saja. Selama dia tidak mati, kita pasti aman.” Ucap Bobby dengan santainya.


Berlahan muka Mariana mulai kembali normal, ia sempat merasa hilang kesadaran bersamaan dengan klimaks yang ia rasakan terasa lebih nikmat berkali-kali lipat dari baisanya. Bobby yang merasa belum puas mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Mariana, tidak peduli kondisi Mariana yang masih lemas. “AAaahh.. tunggu.. kasih waktu aku istirahat.. AAAhhh..” Mariana memohon dengan suara yang pelan karena lemas. “Waktu terus berjalan, tidak bisa berhenti menunggu.” Ucap Bobby mengangkat tubuh Mariana dengan keadaan Kontolnya masih di dalam lubang pantat Mariana.

ngentot dengan bobby dan rony.jpg

Sakali lagi Mariana di ngentot dengan keadaan kakinya tidak menginjak bumi. “Kali ini aku bagian memek.” Ucap Rony memasukkan 2 jarinya mengobok-obok lubang memek Mariana. “Aaaahh.. sebenar.. memek ku masih sensitive.. Aaaaahhhh..” Desahan Mariana membuat Rony semakin semangat dan ia langsung memasukkan kontolnya ke lubang memek Mariana. “Terima ini lacur.” Ucap Ron mendorong kontolnya berlahan hingga mentok habis dalam memek Mariana.


Saat ada bibir Mariana yang seksi di depan mata, Rony tetap memilih menjilat ketiak Mariana. “Aaahh.. ini ketiak bikin ketagihan, apa ketiak kau memproduksi candu di sini ? hahahhaha.. “ Ketawa Rony di ikutin dengan Bobby yang terhibur dengan lawakan Rony. Sambil terus mengenjot Mariana, Bobby bertanya “Di antara semua cowok yang mengentot kau selain suami cupu mu itu, mana yang paling nikmat ?" Mariana yang mendengar pertanyaan itu diam sejenak, “Prahmono. Aaahh... aaahhh.. ” Jawab Mariana sambil menikmati kedua kontol tersebut.


Bobby yang merasa dirinya kalah dari Prahmono mempercepat mengentot Mariana. “Oi.. santai saja.. ada apa dengan kau dari tadi ?” Rony merasa hari ini emosi dan perasaan Bobby tidak stabil. Bukan karena kontol Bobby dan Rony yang kalah dengan Prahmono, hanya saja Prahomon masih memikirkan kenikmatan Mariana, sedangkan Bobby dan Rony hanya mementingkan kenikmatan diri sendiri. “Dia bilang punya ku salah dengan Prahmono itu.” bentak Bobby sambil menghentak-hentakkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Aaahh.. terus... Aaahh.. lebih kuat.. AaaAAaahhh.. kacaukan aku.” Ucap Mariana sambil memainkan rambutnya dengan sangat bergairah. “Jika kau merasa tidak kalah, maka santai saja, justru karena kau marah menunjukkan kau mengakui kekalahaan mu.” Ucap Rony yang berusaha menenagkan Bobby agar ia biar lebih lama menikmati tubuh Mariana.


Bobby yang merasa perkaan Rony ada benarnya, langsung menurunkan ritmenya. “DI SINI !!” terdengar suara yang tak asing dan beberapa langkah kaki. “Liat aku benarkan.” Ucap Parto yang datang bersama dengan 2 teman lainnya. “Wah..” Kedua teman Parto terkaget melihat wanita secantik Mariana sedang menerima kontol di kedua lubangnya sekaligus. “Dia benar-benar membawa teman-temannya.” Ucap Rony yang sedikit ketawa melihat tingkat kedua teman Parto.


Parto yang merasa sudah lebih dulu dalam situasi tersebut, mulai membuka semua pakaiannya dan di ikutin kedua temannya. “Bob, kau masih mau kasih mereka mencicipi lonte ini lagi ?” Tanya Rony. “Lihatlah mereka, apa kau tega tak memberikannya ?” Tanya Bobby membalas. Merasa mendapat persetujuan ketiga pak tua tersebut mulai mengocok kontol mereke sendiri sambil memperhatikan Mariana.


“Ron, jangan berbalik, dari tadi tuan muda Risky melihatin kita dari tadi dari belakang.” Bobby membisikkan ke telinga Rony. Dan memang benar saja, Rony sedari tadi meraskan ada tatapan yang melihata dia, tetapi dia pikir itu hanya orang asing yang mengintip, ia tak menyangka Risky adalah orang yang mengintip tersebut. Sambil terus mengentot Mariana “Aaaaaahh.. ini memek nikmat sekali, toketnya juga besar sungguh mengiurkan.” Rony berusaha memanas-manasin Risky yang sedang mengintip. Mariana yang mendengar kalau Risky mengintip dirinya sedari tadi, semakin membuatnya terangsang “AAaaahh.. teruss... isap.. toket Sally..AAaaahh.. Sally sudah mau keluar.” Ucap Mariana yang terus memainkan rambutnya.


Waktu sangat cepat berlalu di saat seseorang menikmati apa yang sedang ia lakukan, itu juga berlaku kepada Bobby dan Rony. “Kontol ku sudah panas kali, aku sudah mau keluar.” Ucap Rony. “Aku juga, lubang pantatnya menjepit kontol ku dari tadi.” Ucap Bobby yang terus mempercepat kontolnya. “Aaaaahh.. keluarkan.. keluarkan di dalam.. AAAAAAHHHH Aku keluarr..” Mariana mencapai klimaksnya di barengin dengan Bobby dan Rony.


Berlahan Mariana di baringkan di lantai, dengan sengaja Rony membuka paha Mariana, memperlihatkan memek dan lubang pantat Mariana dengan lelehan sperma kepada semua orang yang di sana termasuk Risky. “Halo nona, nama ku Saipuloh.” Ucap salah satu teman Parto yang langsung memasukkan kontolnya ke memek Mariana dengan mudahnya, karena ada sperma Rony yang membantu. “Aku Bahar.” sedangkan satu lagi teman Parto memasukkan kontolnya ke mulut Mariana.


Parto yang merasa tidak memiliki tempat, berjalan mendekati Mariana, ngambil rambut Mairana dan di lilitkannya ke kontolnya. “Tak ada yang tersisa, rambut pun jadi dia.” Rony dan Bobby ketawa melihat tingkah laku Parto yang aneh di mata mereka. “Kenapa tidak kau balikkan dia, jadi bisa menikmati lubang satunya lagi ?” Bobby mencoba memberikan saran kepada Parto. “Benar juga.” Jawab Parto, “Geser kalian.” Bentak Parto merasa seakan dirinyalah penguasa di antara kedau temannya.


Parto pun mengangkat Mariana dan membalikkanya, sehingga posisinya kini Mariana di atas Saipuloh. “Ini lubang pantat sudah megap-megap saja, minta kontol kayaknya.” Ucap Parto memasukkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Hambar” itu adalah perasaan yang Mariana rasakan saat kedua kontol 13 cm tersebut masuk ke memek dan lubang pantatnya, tetapi ia pun tak mau mengecewakan kedua prai tua tersebut dan berpura-pura mendesah mengikuti permainan mereka. “Aaaaah.. yaaa.. terusss... Aaaaahhhh.. acak-acak memek sally..” sambil berharap ini semua cepat berakhir.


Bahar yang melihat Parto sudah mendapatkan posisinya kembali mengarahkan kontolnya ke mulut Mariana. Tanpa di suruh Mariana langsung memasukkan ke dalam mulutnya, setidaknya itu membuatnya tak perlu berpura-pura mendesah. “Uggghh... Mulutnya lihai sekali. kontolku berasa di sedot sama dia.” Bahar merasakan sedotan dan permainan lidah Mariana berusaha menahan spermanya.


Parto dan Saipuloh yang tidak biasa menikmati wanita secantik Mariana membuat mereka sulit untuk menahan klimaks mereka. “Uggghh.. To aku sudah tak tahan lagi, aku sudah mau keluar.” Ucap Saipuloh ke Parto “Aku juga. kami boleh keluar di dalam dia ?” tanya Parto ke Bobby dan Rony. Bobby dan Rony saling tatap-tatapan dan tersenyum. “Tunggu, bagaimana kalau kalian keluarkan di dalamnya memeknya bersamaan, siapa tau kelinci manis ini akan mengandung salah satu anak dari kalian ?.” Bobby memberikan ide yang cukup gila pada mereka, karena mereka tidak tau kalau Mariana masih rutin meminum pil anti hamilnya.


Parto dan kedua temannya saling liat-liatan dan tersenyum. “kami setuju.” Dengan cepat mereka melapas kontol mereka. Bobby segera memposisikan Mariana berbalik dengan memeknya di atas dan kepalanya di bawah. “Pegang paha mu dan tahan posisi ini.” Perintah Bobby. Rony, Bobby, Parto dan kedua temannya mengarahkan kontol-kontol mereka di depan memek Mariana dan mengocoknya. “Aaahhhh.. masukin.. masukin ke memek Sally.” Ekpresi memohon Mariana semakin membuat ke 5 pria tersebut terangsang. “Uggghh.. Dasar kelinci betina lonte.” Ucap Parto yang langsung membenamkan kontolnya di depan bibir memek Mariana dan mengeluarkan spermanya di dalam memek Mariana di ikutin dengan kedua temannya yang lain. “AAaaahhh.. Aku bisa meraksana sperma panas kalian..” Sangkin banyaknya hingga memek Mariana terasa penuh akan sperma mereka.


“Semoga kau puas dengan anak dari kami.” Ucap Parto dan kedua temannya pun langsung berjalan pergi meninggalakan Bobby dan Rony, seperti orang yang tidak tau terima kasih. “Itu manusia yang kau bagi berika kenikmatan tetapi dia pergi tanpa mengucap terima kasih atau apapun.” Ucap Rony meledek keputusan dan hanya di balas hembusan napas berat oleh Bobby sambil mengelengkan kepalanya.


“Aku sudah tak semangat.” Ucap Rony yang langsugn mengambil dildo sebelumnya dan menyumbat kedua lubang Mariana. Sperema yang awalnya tertampung di memek Mariana, terhempas saat Rony memasukkan dildo dengan paksa. “Biarkan tetap begini, dan ganti pakaianmu.” Perintah Bobby ke Mariana sambil memberikan dress Mariana yang ia pakai pertama kali.


Sementara Bobby dan Rony juga beres-beres kamera dan sisa-sisa sperma di lantai, Mariana membersihkan dirinya berlahan dan teliti, karena ia tak mau suaminya merasakan sesuatu yang aneh padanya. “Sudah..” Ucap Mariana yang telah selesai berbenah. Selama perjalan Bobby dan Rony sesekali meraba pantat Mariana yang tercetak bulat, tetapi Mariana tidak memperdulikannya sama sekali.


Risky sedari tadi mengintip, segera pergi dan langsung pulang ke rumah, dengan hanya meninggalakn sebuah pesan ke pada mamanya. *Clek.. Mariana membuka pintu ruangan tamu khusus. “Mama..” Teriak Aditya yang senang melihat mamanya kembali. Seketika Mariana merasakan sakit hati kepada Hermanto saat ia melihat Sabrina memeluk lengan Hermanto seperti sepasang kekasih, tetapi ia juga tak bisa mengekpresikannya karena tadi di waktu yang bersamaan ia sedang melayani beberapa kontol asing dengan kostom kelinci seperti pelacur haus kontol.


“Sayang, kamu habis dari mana saja ?” Tanya Hermanto mendekati Mariana. “Aku tadi tersesat cari kamar kecil dan saat balik rame banget aku sampai tersesat lagi.” Ucap Mariana memberi penjelasan. “Yah sudah kalau bagitu.” Ucap Hermanto sambil tersenyum “Hari ini kau sangat cantik memakai pakaian tersebut.” Lanjut Hermanto hendak mencium Mariana, tetapi Mariana menolak karena takut ada jejak sperma yang tak terlihat olehnya. “Jangan sekarang, nanti saja ya.” Ucap Mariana dengan pelan menolak Hermanto. “Tadi kau tidak melihat Risky ?” Tanya Hermanto sambil melihat ke belakang Mariana mencari Risky. “Oh.. dia sudah pulang, baru saja dia kabarin.” Ucap Sabrina sambil memperlihatkan bukti pesan yang di kirim Risky.


“Ah.. sayang sekali, padahal aku ingin sekali ngobrol dengan dia.” Ucap Hermanto yang kecewa dengan keadaan. “Tak apa, masih ada hari kok.” Jelas Sabrina sambil tersenyum ke Hermanto. Mariana yang sedari tadi berdiri, mulai merasakan sedikit lelehan sperma meluncur dari celah celana dalamnya. Sambil menyembunyikan muka paniknya ia berpikir bagaimana cara untuk mengusir Hermanto. “Ah sayang apa kau tak apa berlama-lama di sini ? bukannya perkerjaan mu masih banyak ?” Ucap Mariana sambil berusaha tersenyum walau keringat dingin mulai bercucuran di lehernya.


“Bener juga, kalau gitu aku pergi dulu ya.” Ucap Hermanto sambil berjalan keluar. Rony yang melihat lelehan di paha Mariana pun tersenyum dan melangkah mendekat. “Bocor ya?” Ucap Rony berbisik dari belakang Mariana dan menggunakan tangannya mengambil sperma tersebut. “Jilat.” Ucap Rony mengarahkan jarinya yang ada sperma campuran Parto dan 2 temannya ke mulut Mariana.


Mariana melihat ke arah Aditya yang untungnya sedang bersemangat melihat ke arah panggung, dengan cepat Mariana menjilat dan memasukkan jari Rony ke mulutnya. “Pinter.” Ucap Rony sambil mengelus kepala Mariana. Rasa pahit dan aroma dari sperma Parto dan kedua temannya bisa Mariana rasa dengan jelas, membuatnya mukanya memerah.


Bobby dan Rony yang merasa waktu mereka telah habis hanya bisa berdiri di pintu, melihat Mariana kembali ke tempat duduknya. Sofa yang empuk membantu pantat Mariana yang risih karena keberadaan dildo tersebut.


Di halaman rumah Mariana, Sabrina, Liandra, Aditya dan Mariana turun dari mobil setelah pulang dari konser dan di karenakan masalah perkerjaan Hermanto yang harus pulang terpisah. “Aditya sayang, kau masuklah ke dalam duluan, bersih-bersih dan tidur, tante mau ngobrol sebentar dengan mama mu.” Ucap Sabrina mengelus kepala Aditya yang mengantuk. Aditya yang hanya menganguk masuk ke dalam rumah di temanin oleh Liandra.


“Bobby, Rony.” Panggil Sabrina. Bobby dan Rony yang di panggil oleh boss, dengan cepat langsung keluar dari mobil dan berdiri di belakang Sabrina. Sambil tersenyum Sabrina yang sedari tadi tidak memainkan dildo di memek dan lubang pantat Mariana, langsung menaikkan kecepatannya hingga penuh. “Aaaahhh.. tu.. Aaaahhh.. Tunggguuu..” Mariana mencapai klimaks hingga ia terjongkok. Cairan sperma Parto dan kedua temannya berhamburan bersamaan dengan dildo Mariana yang terpental karena dorongan klimaksnya.


“Jadi apa saja yang sudah kalian lakukan tadi ?” Tanya Sabrina melihat keadaan Mariana, tapi belum sempat Bobby dan Rony menjawab. “Coba lakukan lagi sekarang, di sini.” Perintah tegas Sabrina. Bobby dan Rony tanpa berani bertanya apa pun langsung membuka celana dan baju mereka, berjalan mendekat ke Mariana. Bobby yang langsung membenamkan kontolnya ke lubang pantat Maraian tanpa aba-aba atau pun bertanya. “Seperti ini madam.” Bobby dengan tangan kekarnya mengangkat Mariana. Rony yang sudah mengerti langsung ikutan memasukkan kontolnya ke lubang Mariana


“AaAaaahh.. mmmmm..” Mariana langsung menahan desahaanya karena ia sadar dirinya sekarang berada di halaman rumahnya, tetangga bisa saja keluar rumah untuk mencari asal suara, jika ia mendesah dengan keras. “Kerja bagus.” Ucap Sabrina sambil tersenyum melihat tingkat Mariana. “Kenapa kaian diam saja ? apa hanya ini yang kalian lakukan dari tadi ?” Tanya Sabriana sambil melotot melihat Bobby dan Rony yang hanya diam. Alasan Bobby dan Rony diam karena mereka ragu dengan apa yang mereka lakukan, Bagaimana jika tetangga melihat ? bagaimana jika Aditya keluar ?


Tanpa di suruh untuk kedua kalinya Bobby dan Rony langsung mengentot Mariana dengan kecepatan penuh, sisa-sisa sperma pada memek dan lubang pantat Mariana membantu laju kontol mereka. “Mmmmhhhh... mmmmmmmhhhh..” Muka Mariana memerah menahan desahaannya yang semakin menjadi-jadi karena Bobby dan Rony mengobok-obok kedua lubangnya dengan tidak berperasaan. “Uggghh.. aku sudah mau keluar.” Angin malam yang menerpa kaki Rony membuatnya sulit untuk menahan spermanya.. “Aku keluar duluan.” *Crrooottt Crrooottttt Rony langsung mencabut kontolnya sehingga sisa tembakkan spermanya ada yang mengenai perut Mariana. “Dasar lemah.” Ucap Bobby yang tatapan meremehkan melihat Rony. “hehehee.. maaf, aku tidak tahan dengan angin malamnya.” Ucap Rony sambil mengenakan kembali pakaiannya.


Merasa kita Mariana telah sepenuhnya di kendali ia sendiri, Bobby langsung mempercepat keluar masuk kontolnya memerobos lubang pantat Mariana. “Mmmmmmhhhh.. mmmmhhh...” Mariana ingin sekali rasanya melepas desahannya, tetapi ia tak berani membayangkan konsekuensi yang akan ia hadapi. “Tahan terus.. tahan terus.. aku mau liat sampai kapan kau bisa menahannya.” Ucap Bobby yang semakin tidak berperasaan. *Crroott.. Crorrttt Mariana mencapai klimaksnya terlebih dahulu. Matanya melihat ke atas tanda ia hampir kehilangan kesadarannya. Bobby yang merasa belum puas menposisikan Mariana terduduk bersandar.


Dengan kasar ia memasukkan kontolnya bekas dari lubang pantat Mariana ke mulut Mariana. “Isap nih.” Mariana yang sudah lemas, sudah tidak peduli lagi apa yang di lakukan oleh Bobby pada dirinya. Dengan sanggat cepatnya Bobby mengobok-obok mulut Mariana dengan kontolnya. “UGGGHh.. makan nih..” Ucap Bobby yang langsung menembak spermanya dalam mulut Mariana dan mencabutnya hingga sisa tembakan spermanya ada yang mengenai muka dan rambut Mariana.


Sabrina dengan senyum melangkah mendekati Mariana dan jongkok di depan Mariana. “jika kau tak ingin Hermanto melihat mu seperti ini, sebaiknya kau langsung berbersih sekarang.” Ucap Sabrina terus berdiri dan melangkah ke arah mobil. “Ayok pulang.” Perintah Sabrina. Bobby yang masih berpakaian, dengan buru-buru langsung masuk ke mobil dan pergi meninggalkan Mariana yang melihat ke langit malam dengan tatapan kosong.
 
Update Ch 05​

Suara langkah kaki dengan sepatu hak tinggi berwarna putih, *tak *tuk, tampak berjalan mendekati sebuah meja yang sedang di tempati oleh seorang wanita dengan baju long dress berwarna merah dan kaca mata hitam, menyeruput secangkir kopi. *Srrruuupppp, tak ketinggalan kedua penjaga yang selalu ia bawa, berdiri dengan tegap di belakangnya.“Sabrina, maaf lama.” Ucap seorang wanita yang sedang di tunggu-tunggu, Mariana. Dengan kaos putih, rok hitam selutut dan tas kecil yang di tangannya, Mariana tampak sangat cantik siang itu.


“Tak apa, aku juga sedang menikmati waktu, Oya, Sabtu nanti Hermanto ada ajak keluar ?” Tanya Sabrina sambil membuka kacamata hitamnya. “Tak ada sepertinya, Emang kenapa ?” Tanya balik Mariana. “Kau ingat isi pesan ku tadi pagi, saat ku bilang mood ku lagi bagus ? Perusahaan ku baru saja menyelesaikan pembagunan Wahana, dan Sabtu ini adalah acara pembukaannya.” Jelas Sabrina sambil kembali menyeruput kopinya. *Srrrruuuppppp “Wah.. Selamat ya Sabrina.” Mariana tampak senang melihat teman baiknya semakin sukses. “Maka dari itu, malam besok bagaimana kalau kita ketemuan ? tentu saja kau bisa mengajak Aditya, aku juga mau mengajak Suami ku dan Risky, Ini kesempatan bagus untuk mengumpulkan keluarga kita.” Ucap Sabrian sambil tersenyum.


Mariana yang merasa senyum aneh Sabrina mulai terbiasa dan menghiraukannya. “Yah, baiklah. nanti akan ku sampaikan ke Hermanto” Sambil pikir apa lagi yang akan di rencanakan oleh Sabrina. “Kebetulan senin nanti aditya sudah masuk sekolah kan ? anggap saja liburan keluarga sebelum itu.” Ucap Sabrina sambil mengangkat pantatnya berdiri. “Yuk, waktunya para wanita belanja.” Ucap Sabrina melangkah dengan sangat elegan di ikutin Mariana, Bobby dan Rony.


Siang itu hingga sore hari, Mariana menemari Sabrina keliling banyak toko, hingga toko terakhir, toko kosmetik dengan tampilan serba berwarna merah muda. “Selamat datang Madam.” Seperti biasa, Sabrina di perlakukan seperti ratu, di sambut dengan sangat hangat. “Apa yang baru ?” Tanya Sabrina sambil duduk di kursi sofa yang di siapkan. “ini madam.” Tampak seorang wanita membuka sebuah kotak yang di dalamnya seperti ada tangga bertingkat. “Ini adalah lipstik Crimson Charm, dari Tom Ford.” Ucap salah satu pegawai sambil menyerahkan lipstik tersebebut ke Sabrina. “Hmm.. Mar, coba test.” Perintah Sabrina.


Tanpa membantah Mariana langsung mengambil lipstik tersebut dan mencobanya sambil berkaca di cermin. “Bagaimana ?” Tanya Mariana ke Sabrina. “Bagus, aku suka, Bungkus dua, satu untuk teman saya, satu lagi untuk saya.” Ucap Sabrina ke pegawai tersebut, dengan cepat sang pegawai langsung membungkus lipstik tersebut ke dalam kotak masing-masing dan menyerahkannya ke Sabrina. “Ini Mar, nanti pakai ini saat acara makan malam ya.” Ucap Sabrina menyerahkan sambil mengeluarkan senyum yang mencurigakan. “Sabrina, terima kasih banget, kau telah membelikan ku banyak barang sekarang lipstik yang harganya sangat mahal ini.” Ucap Mariana yang merasa tak enak, selalu di berikan barang mewah oleh Sabrina. “Sudahlah, kita sudah sahabatan dari dulu, yang gini-gini mah, kecil.” Ucap Sabrian sambil bangkit dari tempat duduknya dan melangkah ke pintu keluar. “Ayok pulang.” Perintah Sabrina sambil di ikuti Mariana, Bobby dan Rony di belakang.


Di sebuah Restoran dengan nuansa kerajaan, Hermanto, Mariana, dan Aditya datang dengan penampilan serapi mungkin, dan tidak lupa Mariana datang dengan bibir merah memikat karena lipstik pemberian Sabrina. “Permisi, sudah memesan tempat ?” Tanya seorang pelayan menghampiri mereka. “Atas nama Sabrina.” Ucap Hermanto yang sangat rapi, kemeja berwarna putih di balut blazer hitam, “Oh, Mari, saya antar, sudah di tunggu madam sedari tadi.” Ucap Pelayan mempersilakan Hermanto sekeluarga. Sambil langkah Hermanto memasuk muka heran. “Madam ?” Melihat muka suaminya yang heran dan lucu Mariana sedikit ketawa kecil. “Madam adalah sebutan untuk Sabrina, semua kariawannya memanggil dia dengan sebutan itu, dan Restoran ini juga salah satu miliknya.” Jelas Mariana. Hermanto yang masih belum bisa menerima, hanya bisa melangkah mengikuti pelayan tersebut sambil otaknya berusaha mencari alasan yang bisa ia terima.


“Sampai juga akhirnya. Duduk, duduk” Sabrina berdiri menyambut kedatangan keluarga Hermanto. Hermanto dan sekelurga pun duduk berhadapan dengan Sabrina dan Risky. “Sabrina suami mu mana ?” Tanya Hermanto. “Ah, yah tadi dia sudah di sini, tapi sepertinya ada masalah di bagian pelabuhan, jadi dia harus mengurusnya di sana. biasalah.” Jawab Sabrina mengampangkan masalah, karena tak ingin Hermanto merasa cemas. “Risky ini Om Hermanto, Suami tante Mariana.” Ucap Sabrina sambil memukul pundak Risky, memberi isyarat untuk berdiri, tetapi Risky tidak mengerti maksud dari mamanya.


“Halo Risky, Om sudah lama ingin ngobrol dengan kamu.” Ucap Hermanto sambil menyodorkan tanganya untuk bersalaman, seperti kebanyakan perkerja kantoran, selalu mengajak salaman ketika berkenalan. Melihat tangan Hermanto, Risky langsung berdiri menyambut tangan Hermanto. “Risky om.” Ucap Risky sambil malu-malu.


“Sudah-sudah, kita ngobrolnya sambil makan saja, aku sudah lapar sekali. PELAYAN !.” Ucap Sabrina sambil memanggil pelayan untuk mengeluarkan hidagan makanan. Tak membutuhkan waktu lama hingga meja penuh dengan makan-makan lezat. “Sudah, jangan di liat, langsung makan saja.” Ucap Sabrina tidak peduli lagi dengan keadaan dan memulai mengambil nasi terlebih dahulu, ia tau kalau ia tak duluan mengambil nasi, Hermanto dan yang lainnya termasuk Risky tak berani menyentuh makanannya.


Malam itu acara makan-makan berlangsung sangat santai, alunan music yang tenang dan pelan, tawa kecil dari mulut orang-orang, latar dan lampu berwarna putih di balut corak kerajaan, membuat suasana menjadi hidup. “Risky kau tau ? Om sudah kenal lamaaaaaa banget sama mama mu, dia adalah salah satu wanita tercantik di 1 sekolah dulu.” Ucap Hermanto memuji Sabrina. Mariana dapat melihat mata Sabrina melihat Hermanto seperti wanita melihat pria yang ia cintai. “Dan mama mu sangat hebat loh, Sabru ini saja, ada Wahana yang mau di bukakan ?” Ucap Mariana berusaha mengalihkan pandangan Sabrina.


“Ah yah benar, sebelum aku lupa.” Ucap Sabrina mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya ke Hermanto. “Ini ?” Tanya Hermanto sambil berusaha mengintim isi amplop. “Isinya 3 tiket masuk wahan dan kunci hotel 1 malam. Jadi nanti acaranya sampai malam, dari pada pulang macet-macet, lebih baik nginap saja, ada hotel juga di sana.” Ucap Sabrina sambil tersenyum dengan niat memikat hati Hermanto. “Terima kasih banyak Sabrina.” Ucap Hermanto yang merasa tak enak. “Sudah tak apa, anggap saja balasan konser kemarin.” Balas Sabrina.


Aditya yang tau bahwa ia akan di bawa ke wahana merasa sangat senang. “Asik, sabtu nanti ke wahana.” Sabrina yang melihat Aditya senang merasa ikut senang, dalam pikirannya ia semakin ingin membuat Aditya menjadi penerusnya di bandingkan Risky anak kandungnya sendiri. “Nanti di sana semua wahana boleh kamu mainkan, tenang saja, tiket yang tante kasih adalah tiket khusus dimana kalian tidak perlu mengantri.” Ucap Sabrina menjelaskan yang semakin membuat Aditya tidak sabar.


Waktu berlalu sangat cepat tanpa terasa waktu sudah menunjuka pukul 9 malam, telah 2 jam mereka berbincang-bincang, dan Sabrina mengantar Hermanto sekelurga pulang sampai ke rumah mereka. “Kalau begitu aku pulang dulu. Ah ya, Hermanto nanti hari sabtu aku pinjam Mariana duluanya, untuk temanin aku selama di sana,oke, sampai ketemu di sana.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Hermanto tanpa menunggu jawaban darinya. “Hati-hati di jalan.” Balas Hermanto sambil menutup pintu mobil Sabrina. Mariana yang terbakar api cemburu, tatapi di waktu yang bersamaan ia tak bisa berbuat apa pun.


Aditya yang begitu sampai langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan papa mamanya berbincang dan melihat kepergian mobil Sabrina. “Ayok masuk.” Ucap Hermanto sambil mendaratkan telapak tangannya di pantat Mariana. Perasaan cemburu di tambah perlakuan suaminya membuat perasaan Mariana menjadi sangat kesal, tetapi di waktu bersamaan ia tak bisa melampiaskan ke suaminya, dengan senyum Mariana mencubit tangan suaminya. “Aagggghhh ampun.. ampun..” Ucap Hermanto yang merasa pedis tangannya di cubit Mariana dan Mariana berjalan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.


Di kamar Mariana dan Hermanto jam 11 malam. “Ah... Ahh.. aahhh.. enak.. terus... “ Desahan Mariana dengan wajah datar dan posisi menungging, menerima kontol Hermanto yang tidak ada rasanya itu, tapi karena ia tak ingin Hermanto curiga, ia terpaksa meneluarkan suara desahan, untungnya posisi nungging membuat Mariana tidak perlu mempertahankan ekspresinya. “Ah.. Hari ini Mariana ku sangat cantik, semenjak kau mengenal Sabrina yang baru, kau semakin sexy dan cantik.” Ucap Hermanto sambil mengerakan pinggulnya. “Aah.. aahh.. ahh.. aku hanya milik mu sayang.” Mariana merasa ingin cepat-cepat mengakhiri seks dengan Hermanto, di tambah saat Hermanto membicarakan Sabrina.


Kedua tangan Hermanto membuka pantat Mariana hingga terlihat lubang pantat Mariana yang kembang kempis dan bulu-bulu halus di sekitarnya. “Kau tau, dulu aku sangat membenci bulu-bulu ini, tetapi saat para direksi itu membicarakan tentang wanita dengan bulu memek yang lebat, aku jadi sangat terangsang.” Ucap Hermanto yang tanpa tau, kalau wanita yang di bicarakan para direksi itu adalah istrinya sendiri.
Ngentot.png

*Crott.. Crottt... “Aahh.. nikmat sekali.” Ucap Hermanto menimpa Mariana. “Apa kamu suka sayang ?” Tanya Hermanto sambil berbisik di telinga Mariana. “Ia.. suka sekali.” Balas Mariana dengan muka datar. Kontol Hermanto tak akan bisa lagi memuaskan Mariana, di sisi lain ia harus menanggung rasa frustasi setelah bercinta dengan Hermanto.


Sabtu pagi, di meja makan rumah Hermanto. *Titt Titttt Terdengar suara klakson mobil. “Sepertinya itu Sabrina, aku pergi dulu ya.” Ucap Mariana bangkit dari bangkunya dan mengambil tas. “Mama pergi dulu ya sayang, nanti kamu datang sama papa saja.” Ucap Mariana dan mencium kepala anaknya. “oke ma..” Jawab Aditya sambil menyantap sarapannya. Mariana melangkah dengan semangat tak sabar ingin merasakan kontol yang di siapkan oleh Sabrina.


Wahana Del Corsa, Ruang ganti, “Buka semua baju mu.” Perintah Sabrina, dengan perasaan berdebar-debar tak sabar, Mariana membuka baju blouse model terompet dan rok model gembang selutut, tersisa bra dan celana dalamnya warna merahnya. “Bagaimana rasa bra dan celana dalam model mengangkat itu ? apa kau menggunakannya untuk menggoda pria-pria di luar sana ?” Pertanyaan Sabrina membuat muka Mariana memerah malu dan hanya diam.


Melihat Mariana hanya diam, Sabrina kembali menyuruh “Buka semuanya.” Mariana mulai membuka branya dan celana dalamnya yang mulai basah karena cairan memeknya karena ia sudah sangat terangsang, beberapa malam ini Hermanto sama sekali tidak bisa membuatnya puas. Sabrina yang melihat cairan memek Mariana yang mengalir keluar, tertahan oleh lebatnya bulu memek Mariana, Sabrina hanya tersenyum dan bisa menebak apa yang terjadi. “Bagus, kau benar-benar tidak mencukur bulu memekmu, aku puas melihatnya, Sekarang pakai ini.” Ucap Sabrina menujuk ke sebuah kostum beruang yang merupakan maskot wahana tersebut.


Mariana merasa heran kenapa ia harus memakai kostum tersebut. “Ah, tunggu..” Ucap Sabrina melemparkan sebuah celana dalam pendek dengan 2 dildo yang tertempel di dalamnya. Seperti sudah menduga apa yang di rencanakan Sabrina, Mariana pun mengikuti apa yang di perintahakan Sabrina, sebelum memakainya Mariana menjilat 2 dildo tersebut, sehingga memudahkannya masuk ke lubang pantat dan memeknya sekaligus.


“Aaaaaahhhhh...” dengan satu tarikan napas Mariana berhasil memasukkan kedua dildo tersebut ke lubang pantat dan memeknya. “bagus, terlihat cantik.” Puji Sabrina, kini dari luar Mariana terlihat seperti menggunakan celana dalam, tetapi yang di rasa Mariana seperti ada 2 benda asing yang bersarang di kedua lubangnya. “Ah tunggu 1 lagi.” Ucap Sabrina berjalan mendekati Mariana dan menempelkan sebuah dildo kecil berukuran jari kelingking ke puting Mariana. “Hati-hati jangan sampai jatuh ya..” Ucap Sabrina sambil tersenyum dan melekatnya dengan plaster.


Di pintu masuk wahana Del Corsa, “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan coba beberapa saat lagi.” terdengar suara operator di saat Hermanto sedang mencoba menghubungi Mariana. “Sepertinya Handphone mama mati, mentar ya, papa coba hubungi tante Sabrina dulu.” Ucap Hermanto ke anaknya yang sudah tidak sabar ingin bermain, tetapi ia juga tak mungkin meninggalkan Mariana. “Permisi, kamu Hermantokan ?” Tanya seorang pria yang tampak berdiri tegap dengan baju kemeja. “Ia, saya Hermanto, kalau boleh tau anda siapa ya ?” Tanya Hermanto heran


Setelah yakin bahwa ia tak salah orang, pria tersebut langsung menjulurkan tangannya. “Saya Dirwanto, suami Sabrina.” Ucap Dirwanto sambil tersenyum lebar. Hermanto yang mendengar bahwa orang di depannya adalah suami dari sahabat istrinya langsung menyambut salaman tersebut. “Maaf ya, malam kemarin itu aku ada sedikit urusan jadi tidak sempat ikut makan bersama.” Lanjut Dirwanto. “Tak apa-apa, bagaimana urusan di sana ? Apakah sudah selesai ?” Tanya Hermanto berusaha membuka pembicaraan. “Sudah, perkerjaan yang seharusnya tak perlu aku turun tangan langsung, biasalah.” Balas Dirwanto. “Jadi ini si kecil Aditya ? kau benar-benar mewarisi ketampanan papa dan kecantikan mama mu, cepat besar ya, om menanti mu.” Lanjut Dirwanto sambil memegang kepala Aditya dan tersenyum aneh melihat Aditya.


Hermanto sempat heran apa maksud dari kata-kata Dirwanto, tetapi ia mengacuhnya. “Sayang.” Ucap Seorang Wanita cantik yang datang mendekati mereka dan seorang maskot beruang yang berjalan dengan aneh. “Ah, Sabrina akhirnya kau datang.” Ucap Dirwanto. “Ini suami dan anaknya mencari Mariana, dimana dia ?” Tanya Dirwanto. “Dia lagi di wahana mobil-mobilan, sepertinya dia ketagihan dan ingin mencobanya 1 putaran lagi, dia bilang kalau nanti ada Aditya dia tidak bisa mencobanya lagi, karena Aditya masih kecil.” Walau Sabrina mengucap itu, tetapi matanya kedip ke suaminya dan melihat ke maskot beruang di sampingnya.


“Ah mungkin itu maksud cepat besar tadi.” Begitu pikir Hermanto yang tidak menyadari kalau di dalam kostum adalah istrinya sendiri, berbeda dengan Dirwanto yang langsung bisa menebaknya. “Oi, kamu.” Teriak Sabrina tiba-tiba kepada seorang pria dengan topi dan memegang kamera. “Mari kita foto dulu.” Ucap Sabrina merangkul Hermanto seperti sepasang kekasih di depan Mariana yang memakai kostum. “Benar juga, mumpu sudah di sini, mari kita buat sedikit kenang-kenangan.” Ucap Dirwanto yang menerima remote getar dari Sabrina sambil tersenyum. “Ayok liat ke kamera.” Ucap Pria di depan mereka yang sudah siap dengan kamaranya. “1.. 2..” Aba-aba pria bersamaan dengan Dirwanto yang mempercepat getaran dildo pada tubuh Mariana.


Mariana berusaha berbisa mungkin menahan desahan dan kakinya gemetar. “3.. senyum..” Ucap pria tersebut mengambil gambar. Mariana yang sudah tidak sanggup menahan klimaksnya langsung terduduk di lantai, mengeluarkan cairan memeknya, untungnya tidak tembus keluar kostum.


“Kamu tak apa ?” Tanya Hermanto berjongkok memegang maskot beruang yang terjatuh di lantai. “Ah.. dia tak apa, sepertinya dia kecapekan, biar aku yang membawanya ke ruang peristirahatan.” Ucap Dirwanto yang berusaha membantu Mariana bangkit. “Sayang, kamu di sini saja temanin Hermanto dan Aditya..” Ucap Dirwanto sambil tersenyum dan pergi.


“Suami mu walau jabatannya tinggi, tetapi tetap mengayomi, aku sangat menghormatinya.” Ucap Hermanto yang melihat Dirwanto membopong Mariana dalam kostum beruang pergi. Sabrina yang merasa puas, tetapi tak berusaha menahan mimik wajahnya. “Hermanto bagaimana kalau kita tunggu Mariana sambil duduk di kafe itu ?” Ucap Sabrina sambil tetap merangkul lengan Hermanto. “Tapi..” Belum siap Hermanto menolak. “Bobby, Rony.” Panggil Sabrina dengan tegas. “Siap Madam.” Balas Bobby dan Rony bersamaan dengan postur tubuh tegap. “Cari Mariana, dan katakan kami berada di kafe itu.” Perintah Sabrina. “Siap.” Balas Bobby dan Rony. “Ayok sayang.” Ucap Sabrina sambil mengajak Aditya juga, walau kesan sayang tersebut lebih tertuju pada Hermanto.


Di ruang ganti, “Aaaahh... aaahhh... terus... aaahh..” tampak Mariana sudah telanjang, bersadar sambil membuka kakinya dan Dirwanto berjongokok menjilati memeknya yang basah. *Srruuuppp... Srruupppp... “Baru saja kau ketemu dengan suamimu, tetapi sekarang sudah bersikap seperti lonte lagi.” Ucap Dirwanto bangkit dan membuka resleting, memperlihatkan kontolnya yang sudah berdiri keras. “Masukin ke memek Mariana.” Ucap Mariana dengan manja dan membuka memeknya dengan 2 jari, tanpa peduli keluarganya sedang menunggu dia.


*Tok.. *Tok.. Suara pintu di ketuk. “SIAPA YANG BERANI MENGANGGU AKU ?” Teriak Dirwanto dengan nada marah. “Permisi pak, Madam Sabrina memanggil Mariana secepatnya.” Balas Rony dari balik pintu. Mendengar hal tersebut kontol Dirwanto yang tadinya berdiri tegap, langsung loyo karena takut akan Sabrina. “Ah, baiklah, kita masih bisa bermain kapan-kapan.” Ucap Dirwanto menyembuyikkan kontolnya kembali ke dalam celananya.


Di cafe tempat Sabrina, Hermanto dan Aditya berada. “Sayang, Bagaiamana wahana tante ? kamu suka ?” Tanya Sabrina ke Aditya yang asik meminum jus jeruknya. “Suka tante, ini besar sekali. tapi mama curang, tinggalin aku.” Ucap Aditya. “Tak apa, mama mu sudah lama ingin naik mobil-mobilan itu, semenjak dia melahirkan mu dia sudah menahannya, jadi jangan salahin mama mu ya..” Ucap Sabrina mengelus kepala Aditya, berusaha memberikan perngeritan kepadanya. “Terima kasih Sabrina.” Ucap Hermanto.


Aditya yang melihat papanya berterima kasih kepada Sabrina, merasa dirinya adalah beban untuk mamanya. “Aduh maaf lama.” Mariana muncul dengan keringan di mukanya. “Mama..” Ucap Aditya memeluk mamanya. “kamu tidak apa ? keringan mu banyak sekali.” Tanya Hermanto. belum sempat Mariana menjawab. “Gimana ma mobil-mobilannya ? seru ?” Aditya bertanya kepada mamanya.


“Ahh.. yah.. seru.. seru kok..” Ucap Mariana sambil tersenyum walau ia sendiri binggung apa maksud dari pertanyaan Aditya dan hanya bisa menebak ini pasti alasan yang di berikan Sabrina. “Keringan mu banyak sekali. lap dulu.” Ucap Sabrina memberikan Mariana tisue. “Maaf ya, kalian pasti sudah lama menungguku, bagaimana kalau kita langsung jalan saja ? dari pada buang-buang waktu di sini.” Ucap Mariana sambil tersenyum dan mengelus kepala anaknya. “Tunggu, Bagaimana kalau kita foto-foto dulu, kenang-kenangan.” Saran Sabrina, “Ah.. benar juga, kalian menganggu, kalian pergilah.” Ucap Sabrina kepada kedua pengawalnya sambil menyerahkan sebuah kertas perintah. “Siap madam.” Ucap Bobby dan Rony serentak dan pergi.


Hari itu setelah foto-foto, Sabrina, Mariana, Aditya dan Hermanto bersenang-senang menaiki semua wahana yang bisa di naikkan dan perasaan bahagia membuat Mariana lupa dengan semua kejadian yang menimpa dia.


Selama naik wahana, banyak tatapn iri yang melihat keluarga Aditya yang bisa menerobos antrian. “Wah enak kali tante, kita tidak perlu mengantri.” Ucap Aditya kegirangan setelah bermain beberapa wahana tanpa harus mengantri. “Tentu saja sayang, selama kamu menunjukan tiket emas ini.” Ucap Sabrina yang semakin memanjakan Aditya. “Sayang kamu tidak capek ?” Tanya Hermanto yang sepertinya khawatir dengan Mariana. “Aku tidak apa kok sayang, kapan lagi kita bisa liburan sekeluarga seperti ini ?” Ucap Mariana yang tampak senang. “


Hermanto melihat jam pada tangan kanannya sambil berkata “Sepertinya sudah jam makan siang, bagaimana kalau kita istirahat dulu ?” Ucap Hermanto yang sepertinya ingin Mariana sedikit beristirahat. “Benar juga, kalau begitu di sebelah sana ada restauran dengan koki terbaik saat ini.” Ucap Sabrina berjalan menujut restauran tersebut, Sekilas Sabrina melihat Bobby dan Rony sedang berjalan masuk ke restaurant tersebut melalui pintu belakang dan membawa beberapa tas berwarna biru gelap.


Pemandangan di dalam restaurant tampak seperti tempat siap saji dengan pelayan dengan topi telinga beruang yang lucu, banyak layar yang menampilan banyak menu-menu makanan. “Mau makan apa ?” Tanya Sabrina sambil berdiri di depan layar kaca yang menampilkan berbagai nama makanan. “Sayang, mau makan apa ? Dengan tiket ini, kau bisa memesan semua yang kau mau loh.” Ucap Sabrina ke Aditya dengan seperti anaknya sendiri, bahkan Sabrina tidak pernah memperlakukan Risky sebaik ini. “Serius tante ? Asikkk..” Ucap Adtiya yang tampak kegirangan. “Tapi kau harus bisa menghabiskan semua itu ya.” Ucap Hermanto yang tidak ingin anaknya tumbuh besar dengan terlalu serakah, di saat di luar sana masih banyak orang yang kesulitan untuk makan.


Di belakang mereka, tampak Mariana yang merasa ada tembok besar yang mengbatasinya. “Mariana mau pesan apa ?” Tanya Hermanto berbalik melihat istrinya yang sedari tadi hanya diam. “Ah.. ia.. a.. aku itu saja.. nasi yang di taruk dalam mangkuk dan ada ayam suir.. aku tidak terlalu selera makan.” Ucap Mariana sambil senyum yang di paksakan. Tak berapa lama makanan merakapun telah siap dan mereka memilih tempat duduk dimana ada jendela besar, sehingga Aditya dapat melihat wahana-wahana yang sekeiranya ingin ia naik selanjutnya.


*Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp ) “Yah halo ? hmm.. oke.. Tunggu aku di sana.” Entah apa yang di bicarakan oleh orang dalam telphone tersebut, tetapi Sabrina menjawabnya dengan cepat, singkat dan langsung mematikan panggilan tersebut. “Hermanto maaf banget, sepertinya aku harus pergi sebentar, ada tamu yang harus ku sambut.” Ucap Sabrina bangkit dari kursinya. “Ah, ia.. tentu, kau pasti sibuk sekali.” Ucap Hermanto. “Ah.. ya.. aku pinjam Mariana sekalian, tak akan lama kok, mungkin hanya setengah jam saja.” Ucap Sabrina sambil memegang tangan Mariana. “Eh ? ah.. oke..” Ucap Mariana yang kebingungan. “Sudah, makan sambil jalan saja, tak apa.” Ucap Sabrian ke pada Mariana yang langsung berdiri.


Untungnya makanan yang di pesan oleh Mariana adalah makana yang memang di disain praktis dan simple sehingga Mariana bisa makan sambil jalan pelan. Anehnya saat itu, Sabrina dan Marian bukan keluar melalui pintu depan, melainkan pintu belakang.


“Sabrina, sebenarnya kita mau kemana ?” Tanya Mariana yang mengikuti Sabrina dari belakang. Sabrina hanya diam dan berjalan ke lantai 3 gedung yang bertepatan di sebelah restaurant tersebut. Merasa ada yang aneh, Mariana sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, dan membuat memeknya basah karena hayalannya tentang apa yang akan terjadi.


Begitu sampai di lantai 3 gedung yang tampak tidak berfungsi, Mariana melihat sekitar sudah di pasang kamera di berbagai sudut dan ada Bobby, Rony dan 2 pegawai yang tampak binggung. Berlahan Sabrina menghampiri kursi yang sudah di siapkan. “Ini makan siangnya madam.” Ucap Rony memberikan sebuah piring dengan pasta di dalamnya. “Kalian sudah bisa mulai.” Ucap Sabrina.


kedua kariawan tersebut mulai menatap Mariana, dan hanya diam. “Huff.. Bobby jelaskan.” Perintah Sabrina yang kesal melihat kedua kariawan tersebut diam, bergitu juga Mariana yang dengan gengsinya memilih diam. “Mereka berdua adalah kariawan terbaik di sini, karena dari itu madam menghadiain mereka tubuh mu.” Ucap Bobby yang melotot ke arah Mariana.


Mariana merasa dirinya sudah tidak bisa menahan nafsu, begitu juga dengan gengsinya. berlahan membuka baju blosenya, dan roknya. Kedua kariawan tersebut menelan ludah melihat tubuh Mariana yang sangat mengiurkan. “Ini ? kami beneran boleh ?” Tanya salah satu kariawan tersebut berdiri kaku, kedua kariawan itu sangkin fokus pada tubuh Mariana hingga merasa seakan lupa pada tubuh mereka dan hanya fokus pada mata.


Dengan keadaan hanya memakai bra dan celana dalam berwarna merah, di tambah ukuran bunga-bunga, Mariana melangkah mendekati kedua kariawan tersebut sambil tersenyum sangat manis. Berlahan Mariana menyibakkan rambutnya ke belakang telinga dan berjongkok di depan kedua kariawan tersebut. “Abang-abang ganteng, siapa namanya ?” Tanya Mariana sambil membuka resleting mereka satu persatu. “Aku Viktor.” “Sedangkan aku Adi.” Ucap mereka bergantian.


Kini Mariana telah berjongkok dengan kedua batang kontol yang sudah berdiri tegang di depannya, panjangnya dan besarnya sekitar 15,7 cm, memang tidaklah sebesar milik Bobby dan Rony, tetapi Mariana berusaha memperlakukan kedua kontol tersebut dengan lembut. Berlahan ia menghirup aroma kontol tersebut dan menaruknya di pipinya, merasakan kehatangan dari kontol-kontol tersebut. “Gila, pipinya halus kali.” Ucap Viktor yang merasakan sensasi saat kontolnya menyentuh pipi Mariana.


Mariana hanya tersenyum melihat mata Viktor dan menjilat pangkal kontolnya berlahan hingga ujung kepala kontolnya dengan pelan-pelan. “Aaaahh.. gila.. ini nikmat sekali.” Marianapun memperlakukan hal yang sama pada kontol Adi. “Aku berjanji akan semakin rajin berkerja.” Ucap Adi yang menikmati jilatan Mariana pada kontolnya. Tidak hanya menjilat, Mariana juga mulai memasukkan kontol mereka ke dalam mulutnya secara bergantian. *Srruuppllll.. Srruupppllll.. “Aku sudah tidak tahan..” Ucap Adi yang langsung menarik kontolnya dan menembakkan spermanya ke dalam mangkuk nasi Mariana yang ada di sebelah Mariana sedari tadi. “Ugghh.. Aaahhhh.. nikmati nasi ayam saus sperma ku.” Ucap Adi yang masih terus menembak hingga sisa-sisa spermanya habis.


Marian yang melihat itu merasa kesal karena makan siangnya di perlakukan seperti itu. “Ada apa dengan kau ? Aku masih mau makan nasi ku.” Ucap Mariana dengan nada kesal, tetapi Adi malah ketawa. “Ide bagus, barikan pada ku, aku juga mau keluar di sana.” Ucap Viktor yang mengambil nasi mangkuk tersebut, dan menumpahkan semua spermanya di dalam mangkuk tersebut. “Aaaaahhh.. sekarang coba makan nasi ini.” Ucap Viktor sambil memberikan mangkuk tersebut kepada Mariana, tetapi Mariana menutup mulutnya dan mengelengkan kepalanya.


Merasa permintaannnya tidak di turuin, Viktor melihat ke Adi dan memberi kode dengan dagunya, seakan menyuruh Adi melakukan sesuatu pada Mariana. Adi yang mengerti maksud dari Viktor, langsung berjalan ke belakang Mariana dan menahan kepalanya, sedangkan tangan satunya lagi membuka paksa mulutnya. Sekilas Viktor melihat ke arah Bobby, Rony dan Sabrina yang sedang menyantap makanannya dengan pelan, seakan melihat apakah Sabrina akan melarang mereka melakukan sedikit kekerasan, atau membiarkannya ?


Melihat Sabrina seperti tidak peduli, Viktor langsung mengambil sesuap nasi dengan gumpalan sperma dengan sendok, dan memasukkannya ke mulut Mariana. “Ini makan siang mu, bagaimana rasanya ?” Tanya Adi sambil mengerakkan mulut Mariana, memaksannya mengunyak. Mariana yang di perlakukan dengan kasar, semakin membuatnya nafsu hingga celana dalamnya basah. *Pheee.. peeehhhh.. “Pahit..” Ucap Mariana mengomentari sperma mereka yang bercampuran dengan ayam dan nasi miliknya, seketika Adi dan Viktor ketawa cekekekan hingga kontol mereka menciut.


Tak hanya sesuap, Viktor memaksa Mariana kembali memakan nasi tersebebut hingga bagian spermanya habis, walau masih menyisahkan setenah nasi dan beberapa potong ayam suir. “Mari kita lanjut ronde dua.” Ucap Adi yang mengambil posisi di depan muka Mariana dan beberapa kali menampar muka Mariana dengan kontolnya, di ikuti Viktor.


Awal mula, Hermanto mengajak makan siang agar Mariana dapat beristirahat, tetapi Viktor dan Adi tidak memberikan banyak waktu kepada Mariana untuk istirahat. Setelah Mariana kembali membuat kontol Viktor dan Adi kembali berdiri keras. “Kemari.” Ucap Viktor menarik lengan Mariana mendekat kepada dirinya yang sudah berbaring di lantai. Seperti terhipnotis, Mariana langsung memegang kontol Viktor dan memasukkannya ke dalam memeknya yang sudah basah. “Aaaahhhh...” Desah Mariana memasukkan semua kontol Viktor langsung ke memeknya.


Merasa waktu yang tidak banyak, dan kontol Viktor kurang untuk memuaskannya, Mariana menggunakan tangan kanannya membuka lubang pantatnya menggoda Adi. “Wuuhuuuuyyyy aku pikir aku harus menunggu, ternyata bagian ku juga di siapkan.” Ucap Adi melangkah mendekati Mariana dan memasukkan semua kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Uggg, walau kelihatannya sudah tidak perawan, tetapi masih cukup ketat juga.” Sambung Adi yang langsung dengan tidak sabaran mengerakkan kontolnya keluar masuk lubang pantat Mariana.


Walau kontol tersebut tidak cukup bagi Mariana yang sudah terbiasa dengan ukuran kontol Prahmono, tetapi 2 kontol yang mengisi 2 lubang dalam dirinya cukup untuk membuatnya merasakan kenikmatan. “Aaah.. Aahh.. terus.. Aaahhh lebih kuat..” Desahan Mariana yang sudah tidak sabar ingin merasakan klimaks karena beberapa malam sebelumnya Hermanto sudah tidak dapat memuaskannya.


Viktor dan Adi yang merasa tak ingin menyianyiakan kesempatan, langsung mengerakkan kontol mereka keluar masuk lubang Mariana, Merasa gesekakan antara kulit kontol mereka dengan kulit dalam memek Mariana. “Aaahh.. aku tidak tau kalau bonus di wahana ini adalah lonte kelas tinggi begitu.” Ucap Viktor dengan nada semangat, Sedangkan Adi tidak pedulikan ucapan Viktor dan hanya fokus pada kontolnya sendiri.


Seperti mesin rusak mereka menyodok Mariana, sehingga Mariana merasakan kadang kontol mereka bersamaan masuk ke dalam lubang pantat dan memeknya, kadang hanya kontol Adi yang masuk, tidak teratur, tetapi itu juga yang membuat Mariana semakin bernafsu merasakan sensasi baru. “Aaah... aaahhh.. terus.. terus.. Aaaaahhh.. aku ingin meraskaan kontol kalian lagi.” Ucap Mariana


Tanpa di sadari, sedari tadi ada seorang pria yang mengikuti Mariana dan Sabrina di mulai dari dapur. Risky yang kini berada di balik pintu, sedang mengocok kontolnya sendiri sambil mengintip Mariana sedang di ngentot oleh kariawan mamanya. “Sial, kenapa tante Mariana selalu di ngentot sama kariawan mama ? sedangkan aku anaknya sendiri tidak pernah di beri kesempatan.” Ucap Risky dengan nada kecil karena takut ketahuan.


Bobby sedari tadi yang sudah menyadari keberadaan Risky mengamgap seperti tidak melihat Risky dan hanya diam. “Uggh.. aku sudah mau keluar, aku rasa tempat ini bakalan rame kalau di jadikan wahana ngetot.” Ucap Viktor yang semakin mempercepat kontolnya keluar masuk memek Mariana. “Aaaahh.. keluarkan di dalam.. Aaahhh aku ingin merasakan sperma panas mu.. Aaaaahhh..” Ucap Mariana


Viktor dan Adi yang merasa ingin mencapai klimaks, langsung mencabut kontol mereka dari lubang Mariana dan mengambil mangkuk makan siang Mariana. “Ini hidangan terakhir kami.” Ucap Viktor yang langsung menembakan spermanya ke dalam mangkuk tersebut di ikuti dengan Adi. Sekarang tampak di mangkuk tersebut lebih banyak sperma milik mereka dari pada sisa nasi dan ayam.


“Aahh.. kami tambahkan sedikit bumbu special pada makananmu, nih makan.” Ucap Viktor menyerahkan mangkuk tersebut kembali ke Mariana. Dengan perasaan campur aduk karena dirinya belum mencapai klimaks, Mariana mengambil mangkuk tersebut dan mulai memakannya, sebelum Viktor dan Adi memaksanya dengan kasar seperti sebelumnya.


Risky yang sadar kalau sebentar lagi posisinya tidak aman, langsung berjalan kembali ke arah dapur. Viktor dan Adi kembali berpakaian dengan wajah puas, melangkah pergi sambil melihat wajah Mariana yang eneg memakan nasi campur sperma.


“Pa, Mama dan Tante lama sekali.” Ucap Aditya yang mulai merasa bosan menunggu mamanya. “Sabar ya, mungkin sebentar lagi.” Ucap Hermanto sambil melihat 2 pemuda yang sedang berjalan di sebelahnya sambil memegang makanan. “Wah gila, wanita itu memakan nasi ayam itu dengan saus sperma kita.” Ucap Viktor sambil ketawa cengegesan membayagin wajah Mariana. "Sangat ironi suaminya tidak tau kalau istrinya baru saja di ngentot oleh 2 pemuda yang baru saja dia liat" Ucap Risky yang melihat Hermanto dari kejauhan.


“Sayang, maaf ya lama.” Ucap Sabrina yang datang bersamaan dengan Mariana. “Tante sama mama kemana saja ? lama sekali.” Ucap Aditya yang sudah tidak sabar ingin mencoba wahana lainnya. “Ia, Maaf ya sayang. Yuk jalan.” Ucap Sabrina sambil mengelus kepala Aditya akan dirinyalah ibu dari anak tersebut. “Mar, kau tak apa ?” Tanya Hermanto yang heran melihat Mariana kecapekaan sednagkan Sabrina tampak biasa saja. “Aku tidak apa, hanya panas matahari membuat kulit ku merah saja kok.” Ucap Mariana berbohong, karena ia tak ingin suaminya tau apa yang saja ia lakukan. Setelah itu, Mereka berempat kembali keliling menaiki semua wahana hingga gelapnya malam mendatangi mereka dan Acara di tutup dengan kembang api yang sangat meriah.


“Ooaaamm...” Serangan ngantuk tak bisa di tahan oleh Aditya yang masih kecil. “Hermanto sepertinya Aditya sudah ngantuk, bagaimana kalau kau duluan kembali ke hotel dengan Aditya.” Ucap Sabrina. “Lah, Mariana gimana ?” Tanya Hermanto. “Kami masih ada urusan, cewek-cewek.” Ucap Sabrina sambil memeluk lengan tangan Mariana. Hermanto yang khawatir dengan Mariana. melihat ke Mariana, berharap Mariana menolak ajakan Sabrina tetapi Mariana membalas dengan senyuman. “Ia, lagian besok hari minggu, kau duluan saja ke hotel dulu sama Aditya, tak perlu tunggu aku, Sabrina sudah siapkan kunci cadangan.”


Merasa harapannya di balas kekecewaan, “Baiklah kalau begitu.” Ucap Hermanto yang langsung balik badan, pergi bersama Aditya, Di waktu yang bersamaan Mariana berharapan Hermanto lebih berusaha untuk menghentikannya. “Semua sudah siap, madam.” Ucap Rony yang tiba-tiba muncul dalam kegelapan. “Ayok Mar.” Ajak Sabrina yang melihat Mariana masih mematung melihat kepergian Hermanto.


Rony membawa Mariana dan Sabrina ke sebuah ruangan yang cukup tinggi walau tidak luas, terdapat berbagai macam perabotan. “Aku duluan, kamu urus dia.” Ucap Sabrina kepada Rony dan terus berjalan pergi meninggalkan Mariana. “Ada apa ini ?” Tanya Mariana tak sanggup menebak apa yang sedang di rencanakan Sabrina. Rony dengan muka tegangnya hanya diam dan menarik Mariana ke ruang sebelah.


Ruangan dimana lantai di susun dengan kayu-kayu yang mulus dan kain gorden yang sangat besar depannya. “Buka baju mu.” Perintah Rony. Selagi Mariana membuka bajunya satu – persatu, Rony pergi membawa sebuah photo booth dengan 3 lubang di tengahnya dan bergambar kloset. Mariana yang heran dengan apa maksud dari itu semua hanya bisa berdiri diam. Dengan perlahan Rony mengarahkan kepala dan tangan Mariana masuk ke setiap lubang tersebut, “Tetap seperti ini.” Ucap Rony yang langsung pergi meninggalkan Mariana sendiri.


Selang beberapa detik, Tirai kain gorden di depan Mariana terbuka, cahaya menyoroti dirinya, membuat ia sulit melihat, Mariana sadar dirinya sedang berada di atas panggung di sebuah ruang pertunjukan. “Ya, pada hadirin sekalian, ini adalah wahana khusus yang kami sediakan untuk para investor. Sebuah wahana dimana kalian dapat memperlakukannya seperti toilet pada umumnya, tetapi yang ini ada manusianya. Silakan di nikmati." Ucap seorang wanita entah dari mana ia berdiri, tetapi Mariana dapat melihat ada 6 orang yang berbicara satu dengan yang lain dan melihat Mariana seperti serigala melihat daging segar di depannya.


Merasa sudah di persilakan, ke 6 investor yang terdiri 4 pria dan 2 wanita berjalan mendekati Mariana, dengan sorot mata tajam ke Mariana. “Aku tidak tau kalau ada bonus seperti ini, untung saja aku menaruk banyak uang di sini.” Ucap salah satu pria yang perberawakan gendut, sambil meraba-raba tubuh Mariana, di ikuti 4 pria lainnya, sedangkan 2 wanita yang tampak sudah sudah berusia hampir 60 tahun berjongkok, saling berciuman dengan Mariana.


Tanpa menunggu, seorang pria berperawakan tua dan gendut, langsung menurunkan celananya, mengarahkan kontolnya yang sepanjang 9 cm, mengecil karena usia ke lubang memek Mariana. “Siapa sangka aku setua ini, masih dapat kesempatan bermain dengan wanita semuda dan secantik ini.” Ucap Pria yang mengentot memek Mariana. “Cepatlah, kami juga ini.” Ucap Pria yang lainnya sambil meraba toket Mariana dan ada yang sudah menyuruh Mariana mengocok kontol mereka dengan tangan Mariana.


Maraian bahkan bisa menahan desahannya karena sangkin ia tak merasakan kontol-kontol pria tua tersebut, walau begitu Mariana harus mengeluarkan desah-desahan agar membuat cepat selesai. Untungnya wanita-wanita tua di depannya


Salah satu wanita yang merasa sudah tidak tahan langsung menurunkan celana dalamnya dan mengangkat rohnya. “Makan ini.” Ucapnya langsung menempelkan memeknya ke mulut Mariana. Walau itu membuat Mariana tak harus berpura-pura mendesah, tetapi ia harus menjilat memek tua yang penuh kerutan. “Aaahh.. ini pelacur jago banget.” Ucapnya menikmati jilatan Mariana, sedangkan wanita satunya lagi memeras toket kiri Mariana seakan peras susu sapi, hingga toket Mariana memerah.


Tidak butuh waktu lama hingga semua pria menumpahkan sperma mereka ke dalam memek Mariana,kontol-kontol kecil itu hanya mengegelitik memek Mariana hingga membuatnya semakin bernafsu tanpa klimaks sekalipun, dan wanita-wanita tua terduduk lemas sehabis klimaks karena mulut Mariana. “Ck, dasar tua bangka tidak enak di lihat.” Sabrina mengurutu karena tidak puas dengan adegan barusan. Sabrina yang masih kesal berdiri dari kursi empuknya dan meninggalakn ruangan sambil berkata “Bawa dia, aku tunggu di mobil, kita lanjut ke pertemuan selanjutnya.” Bobby dan Rony tidak menjawab dan hanya membungkuk memberi hormat kepada Sabrina.


*Cleck suara pintu mobil terbuka. Tampak Mariana yang rambutnya sudah di rapitkan dan hanya memakai jaket coklat sepanjang paha tanpa pakaian lain di dalamnya. “Masuklah.” perintah Sabrina ke Mariana yang tampak keraguan di wajahnya. “Kita mau kemana ?” Tanya Mariana yang diam-diam membayangkan dirinya akan digilir banyak pria suruhan Sabrina. “Nanti juga tau.” Ucap Sabrina yang sepertinya sudah tidak kesal lagi karena para investor tadi.


Selama perjalan Sabrina hanya diam, sehingga membuat suasana menjadi canggung, dalam suasana diam, Mariana dapat merasakan cairan sperma mengalir dari memeknya hingga membasahi tempat duduk mobil Sabrina. “Turun, kita sudah sampai.” Perintah Sabrina yang masih duduk belum kelihatan niat untuk keluar dari mobil. Saat Mariana keluar ia melihat sekeliling, tempat yang mereka kunjungi lebih seperti tempat orang-orang miskin yang membuat rumah mereka dari karton-karton bekas. “Hey.” Panggil Sabrina yang langsung di lihat oleh Mariana. “Itu, bersihkan dengan lidah mu, jangan kotori mobil ku dengan sperma mu.” Sabrina kembali kesal karena teringat dengan kejadian sebelumnya.


Mariana yang merasa tidak punya pilihan lain langsung menjilat sperma di atas sofa mobil Sabrina tanpa rasa jijik sekalipun. Selagi Mariana membersihkan sperma, Bobby dan Rony mulai sibuk menyiapkan segala hal untuk perekaman, hingga membuat orang yang tinggal disana mulai berkumpul. “Pakai ini.” Rony menyerahkan sebuah kotak dan langsung di buka Mariana. “ini asli ?” tanya Mariana yang merasa kaget melihat 1 set perhiasan emas dari mulai kepala hingga gelang kaki. “Itu paslu. tapi di buat semirip mungkin dengan yang aslinya.” Ucap Rony yang langsung pergi meninggalkan Mariana bersiap-siap.


“Semua sudah selesai Madam.” Ucap Bobby kepada Sabrina yang masih duduk santai di dalam mobil. Sabrina diam untuk sesasaat tak tau apa yang dia pikirkan, tetapi tak lama, Sabrina mulai turun dari mobilnya. “Selamat malam madam, kami sempat khawatir kalau anda tidak menepati omongan anda.” Ucap seorang pria bertubuh besar gendut yang keluar dari bayang-bayang. “Hahahahaha lucu sekali, Aku ? Sabrina ? mengingkar omoganku ? kalau aku berniat begitu, apakah detik ini kau yakin masih bisa bernapas ?” Sabrina dengan santainya berjalan ke tempat duduk yang telah di sediakan. “Tak usah banyak omong ! mana yang kau omongin itu ?” Pria tersebut dengan nada kesal kembali membentak Sabrina.


Sabrina mengalihkan pandangannya ke arah lainsehingga membuat pria tersebut ikut melihat ke arah terseubt, Dari dalam kegelapan keluar seorang wanita yang dari ujung kepalanya hingga kakinya memakai perhiasan emas, kalung kepala, anting, kalung, gelang tangan, dan gelang kaki.

Gembel .jpg

Mata pria tampak terkejut di campur kagum akan Mariana yang kecantikannya di tambah dengan perhiasan yang mendukungnya. ”A-Aku tidak sangka wanita yang di siapkan akan secantik ini.” *Srrruuppp suara pria tersebut menghisap liurnya sendiri yang hampir jatuh. “Kalau begini kami tidak akan merasa menyesal telah menyerahkan tanah kami.” Lanjut pria tersebut.


Pria tersebut dan teman-temannya menyerahkan tanah kumuh mereka kepada Sabrina untuk di bangung wahana, awalnya mereka menolak, tetapi Sabrina menjanjikan pelacur berkualitas tinggi untuk 1 malam sebagai gantinya dan itu menjadi kesepakatan mereka.


Mariana yang sudah sadar akan apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya memikirkan nafsunya yang mulai memuncak karena suaminya sendiri tak dapat memuaskannya, di tambah ia belum sempat merasakan ejakulasi saat bersama para investor tadi, dengan berlahan Mariana mulai maju mendekat kepada pria tersebut. “Ugghh..” Mariana menghentikan langkahnya, bau menyegat dari tubuh pria tersebut menusuk hidungnya.


“Halo, aku Damar. hehehe..” Pria tambut klimis, bulu hidung yang keluar, jenggot tak terurus, bulu di dada yang lebat hingga ke bawah perut yang gendut dan kulit gosong akibat berjemur matahari terus-menerus. “Kemarilah sayang.” Ucap Damar sambil membuka tangannya lebar-lebar seakan menyambut pacarnya.


Nafsu yang sedari tadi mengontrol Mariana seketika hilang berganti dengan rasa takut bercampur jijik akibat bau yang keluar dari tubuh Damar. Mariana berbalik, berjalan ke arah Sabrina. “Ku mohon, Aku tidak bisa, setidaknya biarkan dia mandi terlebih dahulu, baunya membuat ku mau muntah.” Mariana berjonkok memelas di depan Sabrina yang melihatnya dengan dingin.


Sabrina melihat kedua mata Mariana dengan tajam tapi tak terbesit sedikitpun rasa kasihan, “Bobby, Rony.” Panggil Sabrina kepada kedua pengawalnya yang sedari tadi berdiri di belakangnya. Seperti mengerti apa niat dari majikan mereka, Bobby dan Rony pun langsung menarik lengan Mariana. “Sabrina... Ku mohon.. kali ini saja.. aku mohon..” Mata Mariana memetikkan air mata, tetapi tidak membuat Sabrina bergemik dan masih menatap Mariana dengan dingin.


“Oi.. ada apa ini ?” Tanya Damar yang tampak kebinggungan. “Tunggulah sebentar, persiapannya belum selesai.” Ucap Sabrina sambil tersenyum dan memangku kepalanya dengan tangan kirinya dengan santai. Rony memegang Mariana sedangkan Bobby mulai menyuntik lengang Mariana. “Tidak, tunggu.. aku mohon.. tolong aku..” tidak berhasil mendapat simpati Sabrina, Mariana berusaha setidaknya mendapat simpati dari Bobby maupun Rony.


Dalam hati Bobby dan Rony sanggat menyayangkan tidak dapat menikmati tubuh Mariana, tetapi di waktu yang bersamaan mereka bersemangat membayangi Mariana di perkosa oleh pria-pria buruk rupa dan dekil-dekil tersebut. Sabrina melihat tingkah Mariana tidak ada perubahan langsung setelah suntikan pertama, “tambah 1 dosis lagi.” Perintah Sabrina. Tanpa menjawab, Bobby kembali menyuntikan zat perangsang ke dalam pembuluh darah Mariana.


Napas Mariana mulai terasa berat, “Haa.. Haaa.. aku... aku mohon..” Ucap Mariana sambil mengelus-elus kontol Rony yang masih berlapis celana hitam. Sekali lagi, Bobby mengambil suntikan zat perangsang lainnya dan mengarahkannya ke pembuluh darah Mariana. “BERHENTI !” Bobby yang mendengarnya langsung melihat ke arah Sabrina, “Cukup, Di bisa mati kena serangan jantung.” Sabrina terdiam sesaat sambil berpikir. “Sepertinya itu bisa.” Ucap Sabrina sambil berdiri berjalan mendekati Mariana. “Buka dan tahan pahanya.” Perintah Sabrina sambil mengambil botol berwarna ungu, bertulisan “Pheromone” dari tas yang di sebelah Bobby. “Kita tambah ini.” Sabrina langsung menumpahkan cairan putih transparan ke memek Mariana. “Ini akan membantu mu untuk lebih releks.” Tangan Sabrina mulai meraba-raba memek Mariana dengan lembut hingga ke dalam lubang memek Mariana. “Aaah.. Sabrina.. cukup.. aku sudah tidak kuat.. haaa.. kontol.. haa.. kontol.. berikan aku kontol..”


Sambil mengoleskan cairan tersebut, tiba-tiba terlintas ide gila di otak Sabrina, Sambil tersenyum “Bobby suntikkan obat kesuburan produk baru kita, sekalian kita bisa melakukan uji coba langsung, dan aku membayangkan bagaimana rupa anak hasil wanita secantik kamu dan pria buruk rupa.” Sambil mendengar Sabrina, Bobby langsung menyiapkan obat tersebut dan bersiap menyuntikkannya ke area perut bawah Mariana. “Tidak.. Sabrina.. jangan.. Aaahh.. Haaa.. Sabrina.. aku mohon..” Walau tau permohonan dia tak akan di dengarkan, tetapi Mariana hanya itu yang dapat ia lakukan. Tanpa mendengar perintah selanjutnya Bobby langsung menyuntikkan obat kesuburan tersebut ke dalam tubuh Mariana.


“Kenapa lama sekali ?” Teriak Damar yang sudah tidak sabar dan kesal seperti di cuekkin. Sabrina melihat tajam ke arah Damar “Lembar pelacur ini ke dia.” Perintah Sabrina terus kembali ke tempat duduknya. Mendengar perintah Sabrina, Rony memegang pergelangan tangan kiri Mariana yang masih bersujud di depan Bobby dan menariknya dengan sedikit paksaan. “Aaah.. Tu... Tunggu..” Mariana mengikuti Rony dengan tertatih-tatih.


“Ini” Rony melempar Mariana ke tubuh gemuk Damar yang berbulu lebat di dadanya. “Liatlah malam ini bulan purnama sangat indah, bukan ?” Ucap Damar memeluk Mariana seperti sepasang kekasih yang memandangin bulan, setidaknya itu yang di bayangin oleh Damar, berbeda dengan Mariana yang nafsu yang sudah mengepu-ngepu tetapi juga berusaha menahan napas dari bau badan Damar yang berhari-hari tidak mandi hingga ada beberapa lalat yang bertebangan di sekitar tubuhnya.


“Cantik, putih mulus, tapi ada bulu ketiak, dan bulu memek yang liat, sungguh sempurna sekali kamu, sayang.” Ucap Damar melihat mata Mariana, merasa seakan dirinya adalah pemeran utama dalam serial drama romantis. “UGgghhh..” Mariana yang sedari tadi menahan napasnya akhirnya menyerah dan terpaksa menghirup aroma tidak sedap. Rasa mual di perutnya membuat Mariana refleks mendorong Damar dan muntah. “Uweekkk” untungnya karena perut Mariana kosong sehingga tidak ada sisa makanan yang keluar, hanya ada cairan liur saja.


Damar yang kesal karena imajinasinya di rusak, menghampiri Mariana dan langsung paksa mencium bibirnya. Lidah Damar bermain-main di dalam mulut Mariana dengan sangat liar. “Puaaahhh.. sudah lama aku tidak berciuman, malam ini kita akan bersenang-senang.” Ucap Damar tersenyum memperlihatkan giginya yang sudah menguning. “Haa.. haa..” Napas Mariana semakin berat, entah karena hidungnya mulai mentoleransikan bau sekitar, atau nafsu yang sudah menguasi tubuhnya sepenuhnya, Mariana memberi ciuman yang tak terduka kepada bibir Damar.


Damar yang tersenyum merasa Mariana sudah dalam gemgamannya sepenuhnya, “Sekarang cium aku sambil membersihkan gigiku dengan lidahmu.” Perintah Damar yang langsung menciuman Mariana, kedua tangannya memerasa pantat Mariana. Pikiran Mariana sudah kosong yang ada hanya nafsunya yang mengepu-ngepu, sehingga melakukan apa pun yang di perintahkan Damar agar mendapatkan kepuasan. *Srrruupppp Srruupppp lidah Mariana mulai menyapu gigi-gigi Damar yang kuning dan berkarang tersebut. “Puaaahhhh... bagus.. bagus.. sekarang telan semuanya.” Damar melihat di lidah Mariana ada sesuatu berwaran kuning dan sisa-sisa makannya.


Damar yang merasa tidak sabaran langsung menekan bahu Mariana agar Mariana berjongkok di depannya dan menurunkan celana pendeknya yang compang-camping. Memerkan kontolnya yang panjang 21 cm dan lebar 4,2 inchi, lebih besar dari milik Prahmono. Mata Mariana terbuka lebar karena kaget melihat kontol Damar, bukan karena lebih panjang dan besar dari milik Prahmono, tetapi karena kontolnya tampak ada kerak-kerak putih menguning, di tambah mengeluarkan bau pesing yang tidak di siram berhari-hari.


Sekali lagi Mariana merasakan mual pada perutnya karena mencium aroma “Ugghh..” Mariana memalingkan mukanya berusaha mencari udara segar, tapi Damar yang sudah tidak sabar langsung memegang mulut Mariana dan memaksa masuk kontolnya ke dalam mulut Mariana. “Mmmnnnnn mmnnn” Mariana berusaha meronta dan mendorong Damar karena kontol Damar masuk hingga ke tenggorokannya. “Ah.. ini.. ini yang selalu aku inginkan, pelacur-pelacur murahan di sini tidak ada yang bisa menelan kontolku seperti kamu.” Ucap Damar menikmati momennya.


Walau Mariana terus meronta, Damar tidak peduli dan dengan memegang kepala Mariana dengan kuat, terus memaksa kontolnya masuk hingga ke tenggorokannya beberapa saat dan melepaskannya saat melihat muka Mariana sudah merah. “Haaa.. haaa... uhuk.. uhuk.. haa...” Mariana merasa dirinya hampir pingsan, tetapi di perlakukan seperti mainan, membuatnya memeknya basah.


Melihat wanita cantik yang selalu ia imajinasikan kesusahan karenanya malah membuat Damar semakin bernafsu, “Sudah jangan banyak tingkah.” Ucap Damar yang langsung mengarahlan kontolnya ke depan Mariana. “Jilat sampai bersih.” Kini Mariana dapat melihat dengan jelas smegma berwarna kuning keputihan yang terbuat dari kombinasi minyak lemak, sel-sel kulit yang terkelupas, dan kelembapan seperti keringat.


Dengan ragu, lidah Mariana menempel pada kerak kuning tersebut dan menyapunya. “Bagus.. bagus.. pinter sekali.” Puji Damar sambil mengelus Mariana. Merasa senang karena usahanya di akui, Mariana semakin semangat membersihkan kontol Damar, dari celah kepala kontol yang banyak Smegma hingga ke buah jakar Damar yang berbulu seperti buah rambutan, bahkan sebelum Mariana menelan smegma di lidahnya, Mariana menatapnya dengan tatapan menggoda, ia menunjukkanya terlebih dahulu pada Damar, smegma yang tampak menumpuk di dalam mulut Mariana, dan rambut kontol Damar yang krinting tercopot di pinggir bibir sexy Mariana.


Pemandangan di depan Damar semakin tidak sabar dan menarik tangan Mariana ke tumpukan karton-karton bekas. “Sekarang giliran aku.” Ucap Damar sambil membuka paha Mariana. “Kyaaaaa...” jerit kecil Mariana karena permainan kasar Damar. “Wah.. sudah banjir saja yang di sini.” Damar langsung menjilat memek Mariana dengan sangat buas. *Srruuppp... Srruuuupppppp “Manis... manis... aku sangat suka ini.” *Srrruuuupppppp “Aaaahhh.. teruss... aaahh.. nikmatt... teruss...” Erangan Mariana yang sudah tidak peduli akan statusnya dan orang-orang sekitar yang menontonnya.


Merasa ada yang liatin dari belakang, Bobby pun sedikit memalingkan kepalanya ke belakang dan ia melihat Risky yang sedang mengintip dari balik salah satu rumah gubuk. “Permisi madam, tuan muda Risky sedang mengintip di belakang.” Bisik Bobby ke Sabrina. Mengetahui anaknya sedang mengitip Sabrina hanya tersenyum “Jika hanya mengintip biarkan saja, tapi kalau dia sampai mendekat, langsung di tahan.” Perintah Sabrina. “Siap madam.” Balas Bobby kembali berdiri dengan posistur tegap.


“Ini yang ku tunggu-tunggu.” Ucap Damar kini sedang menampar belahan memek Mariana dengan kontolnya."Wajah cantik seperti model tapi bulu memek mu seperti berantakan seperti kami, HAHAHAHA" Tawa Damar di ikuti gembel-gembel lainnya yang berdiri menunggu giliran mereka. “Aaahh.. kontol itu.” Tatapan Mariana seperti mengartikan sudah tidak sabar ingin merasakan kontol tersebut. “Aaah.. aku sudah tidak sabar.. Aaahh.. masukkan kontol mu ke dalam memek ku.” Mariana yang sudah tau watak dari pria-pria seperti Damar, langsung memohon tanpa di suruh.


Sambil tersenyum, Damar langsung mulai memasukkan kontolnya, membelah memek Mariana. "OOOOHHHHHH A... aku... aku suka..." Mariana mencapai klimaksnya yang sedari-tadi ia tunggu-tunggu hingga ototnya menegang. "HAHAHAHA apa segitu sukanya kau sama kontol ? ini baru setengah, kau rasa setengahnya lagi." Damar memegang kedua toket Mariana dan langsung menyentakkan semua kontolnya langsung ke dalam memek Mariana hingga tembus dinding rahimnya. "AAAAAAAGGGGGHHHKKKKKK.." Mata Mariana melotot kaget, seluruh otot di tubuhnya lemas hingga tanpa sadar Mariana mengeluarkan air kencing bersamaan dengan cairan klimaksnya.

ngentot gembel 001.png

Damar menampar toket Mariana *Plak... *Plak.. Rasa sensitive pada toket Mariana yang di tampar membuat Mariana merasa ngilu. “Aaaah.. ampun.. ampuni aku tuan Damar, beri aku waktu istirahat.” Damar yang melihat Mariana memohon padanya membuatnya senang dan menjilat toket Mariana dengan ganas. “Aaahh.. toket ini.. Tiap kali aku melihat toket ini dan membayangkannya, wanita-wanita di luar sana selalu melihat aku dengan tatapan jijik.” Ucap Damar rapatkan kedua toket Mariana dan memasukkan kedua pentilnya kedalam mulutnya sekaligus. “Tapi sekarang aku bisa menikmatinya sepuas ku HAHAHAHAHAA” Tawa Damar di tambah bulan purnama, membuat suasana menjadi hidup.


Walau waktu hanya berjalan beberapa detik, tapi untuk Damar terasa sudah bermenit-menit dan merasakan pijitan kontolnya di dalam memek Mariana. “Aku sudah tidak sabar.” Ucap Damar yang langsung menarik kontolnya dan memasukkannya lagi ke dalam memek Mariana mencari kenikmatan dari jepitan memek Mariana. “Aaaaahhh ahhh... Aaaahh... Terus.. sodok teruss... Aaahhh.. sodok terus memek ku dengan kontol perkasa mu..” Pikiran Mariana mulai rusak karena cairan perangsang.


Sambil terus mengobok-obok memek Mariana dengan gerakan pelan, Damar memajukan mukanya mendekat ke muka Mariana hingga Mariana dapat menghirup napas bau Damar. “Nona cantik sedari tadi kontol ku sudah keluar masuk memek mu tapi aku belum juga tau nama mu, siapakah nama dari nona cantik ini ?" Tanya Damar sambil senyum menyegir hingga nampak giginya yang sudah menguning. "Aaahh.. Sally.. Aahhh.. Sally bang." Jawab Mariana melihat bibir Damar dan sangat ingin menciumnya, tak sedikitpun terbesit rasa jijik terlintas di pikirannya.


Mariana yang tak sabar menunggu initiative dari Damar, langsung merangkul leher Damar dan menariknya hingga ia bisa mencium bibir Damar. Mmmhh... mmmm... Lidah Mariana bermain dengan lidah Damar sambil sesekali ia menyeka gigi Damar. Damar yang merasa seperti raja satu malam semakin cepat mengerakkan kontolnya. "Aku sudah banyak merasakan memek pelacur murahan di sekitaran sini, tetapi tidak ada yang senikmat milik mu." Puji Damar


Walau di bandingkan dengan pelacur kelas paling rendah, itu tidak membuat Mariana tersinggung, malah ia merasa tersanjung. "Aaaahh.. Sally juga.. Aahhh sudah merasakan banyak kontol, tapi kontol ini yang terbaik Aaahhh.. aahhhh.. Nikmatt banget, teruss.. Aaahhh.." Mariana kembali merangkul Damar dan menciumnya dengan lebih ganas dan menggerakkan pantatnya seperti kesetanan.


Damar yang merasa posisinya mulai tidak nyaman karena Mariana yang banyak bergerak hingga mengeser tumpukan kanton, Langsung memegang kedua kaki Mariana dan mengangkatnya. "Lonte satu ini lasak kali, macam baru pertama kali saja merasakan kontol." Kesalnya. Damar yang menjadi ketua tentu bukan hanya karena dia yang paling lama dan paling berbadan besar, tetapi emang dia juga yang paling kuat, urat-urat yang terukir pada pergelangan tangganya membuat Mariana semakin nafsu pada pria di depannya.


"Boss hati-hati nanti encoknya kumat loh." Teriak Muktar salah satu dari dua orang kepercayaan Damar, yang sentak orang-orang di sekitar ketawa. "Diam ! kalian liat ini." Ucap Damar yang langsung mengerakkan pinggangnya dengan sangat cepat. "Aaaahhh.. AAahhh.. terus.. Aaahhh.. lagi.. aah... enak.." Mariana menegakkan kepalanya ke atas melihat bulan purnama yang sangat indah malam itu. "Ah.. Aku tidak tau kalah di ngentot sambil melihat bulan purnama bakalan senikmat ini." Terbesit sepintas di pikiran Mariana dan kembali memcium bibir Damar.


"Aaaahh.. bang.. Aku sudah mau keluar.. Aaahh..." Ucap Mariana melepas ciumannya. "Abang juga sayang." Ucap Damar yang langsung semakin mempercepat gerakan pinggulannya. "Aaahhh.. aku keluar bang." Ucap Mariana sambil kembali melihat bulan. "Uggghh.. Hamilan kau pelacur ku." Damar langsung menembak spermanya tanpa meminta izin terlebih dahulu ke Mariana. "Aaahh.. hhnnggghhh Panas.. Banyak sekali AAAhhh.. " Mariana merasakan memeknya bukan hanya penuh karena kontol Damar, tetapi juga spermanya. "Jelas, ini adalah sperma yang abang siapkan beberapa hari ini hanya untuk mu." Damar dengan pelan menurunkan Mariana. "Bersihkan kontol Abang." Perintah Damar.


Mariana melihat kontol Damar yang besar, mengkilat di kelilingi campuran sperma milik mereka dan mulai menjilatnya dari bawah hingga ke kepala kontolnya secara menyururuh. "AAhh.. pinter sekali pelacur satu ini." Ucap Damar sambil mengelus-elus kepala Mariana seakan Mariana itu adalah miliknya.


“Muktar ! Beni !” Teriak Damar. Muktar dan Beni yang merasa di panggil bosnya langsung segera berlari kecil mendekat. “Karena kalian berdua telah lama mengikuti ku dengan sangat setia, aku pinjamkan lonte ini kepada kalian terlebih dahulu.” Ucap Damar merapikan celananya. “Aku mau istirahat dulu.” lanjut Damar melangkah menjauh sambil memegang pinggangnya.


Muktar dan Beni yang 5 menit sebelumnya sambil melihat bos mereka, merasa ingin cepat-cepat mengentot Mariana tapi saat kesempatan itu datang di depan mata mereka, malah membuat mereka kaku, tak tau apa yang harus di lakukan dan saling berhadapan. “Mau kita apakan dia ?” Tanya Beni ke Muktar. Mariana yang melihat kedua orang di depannya kebinggunan langsung menurunkan celana pendek berserta celana dalam Muktar hingga memperlihatkan kontolnya yang tak sebesar milik Damar, tapi tak kalah dekil dan berantakannya.


Mariana mulai menjilat membersihkan smegma Muktar. *Srruup.. Srruuuppp.... Dari atas kepala kontolnya hingga setiap celah. “Aku tau sekarang.” Ucap Beni yang terlihat marah melihat Mariana dan mendorong Mariana menjauh dari kontol Muktar. “Kenapa ? Ada apa ?” Tanya Muktar yang heran melihat temannya yang tiba-tiba marah. “Aku ingat, wanita sok suci ini... Muktar berikan celana dalam mu.” Perintah Beni. Muktar yang binggung hanya menuruti permintaan Beni karena ia merasa tak ada ruginya baginya dan Beni pun ikut membuka celana dalamnya.


Beni memegang dagu Mariana “Kau wanita sok suci yang muntah karena mencium bau tubuh rakyat bawah seperti kami.” Ucap Beni memasukkan celana dalam Muktar ke dalam mulut Mariana. “Kau makan nih.” Ucap Beni dengan nada marah dan memakaikan celana dalamnya ke kepala Mariana. “Kau cium tuh celana dalam ku.” Lanjut Beni yang puas melampiaskan amarahnya.


HAHAHAHAHAHA Tawa orang sekeliling melihat ulah Beni. “Bisa juga mereka memikirkan ide bagus.” Ucap Damar sambil bersandar memulihkan tenaga. Disisi lain Bobby dan Rony tak berani ikut ketawa karena Sabrina hanya sebatas tersenyum. “HAHAHAHA Aku saja tak berani mencium aroma celana dalam yang 6 hari belum ku cuci itu.” Ucap Muktar yang langsung mengambil posisi di toket kanan Mariana, Sedangkan Mariana walau merasa sesak karena mulutnya di sumbat dan napasnya ketahan celana dalam, kedua tangganya tetap aktif memainkan kontol Muktar dan Beni.


Dengan perasaan marah dan nafsu yang bercampur, Beni mengangkat tangan Mariana yang membelai kontolnya. “Liatlah Wanita sok suci dan bersih ini memelihara bulu ketiak, bukannya itu tidak cocok dengan mu.” Ucap Beni yang langsung menempelkan mukanya di ketiak Mariana. “Ahh.. Aroma tubuh orang kaya apa memang selalu wangi seperti ini ?” Beni terus-menerus menghirup aroma ketiak Mariana seakan baju yang baru keluar dari tempat pencucian. “Aku sudah tidak tahan lagi.” Muktar melepaskan celana dalam di kepala dan di mulut Mariana. “Minum ini.” Lanjut Muktar yang langsung memasukkan kontolnya hanya sebatas kepalanya ke dalam mulut Mariana tanpa menunggu Mariana mengambil napas.


Crott.. Crroott “mmmh... mmmhhhh..” Mariana bisa merasakan sperma Muktar menembak langit-langit mulutnya. “Bagaimana rasa spermaku ? enakkan ?” Tanya Muktar seketika mencabut kontolnya dan melihat Mariana menelan spermanya. “Pahit, tidak enak.” Jawab Mariana yang seketika mengundang tawa gembel-gembel lainnya.


Beni yang sempat terganggu karena ulah Muktar, menarik Mariana berdiri dan menungginkannya. “Aku sudah lama ingin mencoba posisi ini dengan wanita-wanita kaya di luar sana.” *Plak.. Plak.. tangan kiri Beni memegang kontolnya dan tangan kanannya menampar pantat Mariana. “Bos memeknya bukan cuma becek, tapi sudah agak melar nih karena kontol bos yang besar. harusnya bos kasih ke kami terlebih dahulu. HAHAHAHAHA” Ucap Beni sambil ketawa. “Dasar anak tak tau berterima kasih HAHAHAHA.” Balas Damar sambil ikut ketawa bersama dengan lainnya.


Setelah puas ketawa sambil menggosokkan kontolnya di belahan memek Mariana, “Aahh.. haa... Tolong masukkan kontol abang ke memek Mariana, Aaahh.. Aaahhh Mariana akan berusaha merapatkan memek Mariana” Ucap Mariana sambil membuka memeknya dengan tangannya. Sambil tersenyum Beni mulai memasukkan kontolnya. “Aahh.. ini.. walau terasa agak melar tapi ini lebih nikmat dari pada pelacur-pelacur yang ada di sekitar sini.” Ucap Beni mulai menyodok memek Mariana dengan kontolnya.


Posisi Mariana membuatnya kesulitan karena tak memiliki tumpuan dan hanya berharap Beni tidak tiba-tiba melepas pegangannya pada pantatnya. “Muktar kenapa tidak kau bantu lonte satu ini yang sedang kesusahan ?” Ucap Beni sambil tetap menyentakkan kontolnya. “Bantu ?” Tanya Muktar heran. “Sekarang kau menungging di depan Mariana.” Perintah Beni sambil senyum. Muktar yang binggung hanya menurutinya.


Kini di depan Mariaan ia bisa melihat pantat Muktar yang terbuka lebar hingga memperlihatkan lubang pantat yang di kelilingi rambut-rambut. “Oi lonte, sekarang kau jilat lubang pantat Muktar.” Perintah Beni sambil ia menyentak kontolnya agar Mariana semakin mendekat dengan lubang Pantat Muktar. Mariana sedikit terdiam karena ia merasa ragu saat melihat ada noda kuning di bagian rambut di pantat Muktar. “Cepat, kenapa hanya diam ?” Beni yang kembali marah, menggunakan tangan kanannya mendorong kepala Mariana ke lubang pantat Muktar.


“Uuhhhhhhoooo” Wajah Muktar mengekspresikan kenikmatan saat mulut Mariana menyentuh lubang pantatnya. “OOohhhh..” gembel-gembel yang lainnya yang melihat merasa takjuk, tak pernah mereka bermimpi seorang wanita cantik mencium lubang pantat mereka dan tak sabar menunggu giliran mereka. Ingin rasanya Mariana memberontak tetapi ia sadar semua itu tak ada gunanya, tak pernah terpikirkan dalam hidupnya ia harus menjilat lubang pantat seorang gembel.


Berlahan Mariana mulai menjilat dan memasukkan lidahnya ke dalam lubang pantat Muktar tanpa memikirkan rasa jijik yang ia rasakan dan lebih fokus kepada kenikmatan dari Beni. “Bagus.. bagus, sekarang gunakan tangan kanan mu untuk memijit kontol Muktar.” Perintah Beni. “Uoohhhh... ini luar biasa.” Muktar semakin menikmati permainan Mariana. Ttuuuuuttttt.. tak sengaja Muktar mengeluarkan gas dari lubang pantatnya langsung ke muka Mariana. “Ugghh.. Muktar berangsek, sudah di kasih enak, malah kau kentutin aku ?” Ucap Beni yang kesal karena harus ikut menghirup aroma kentut Muktar. “hehehe Maaf, kelepasan.” Balas Muktar cengegesan.


Tak di sangka-sangka aroma tersebut membuat Mariana semakin bersemangat dan semakin merapatkan memeknya. “Wah.. ternyata doyan ya ? “ Ledek Beni sambil menampar pantat Mariana. *Plaak.. Plaakk.. Beni mencabut kontolnya. “Aku penasaran bagaimana rasanya lubang satu ini.” Beni mengambil kontolnya yang berlumuran cairan memek Mariana mengarah ke lubang pantat Mariana dan mencoba memasukkannya, tapi hanya bisa memasukkan ujung kontolnya saja. “Siapa sangka lubang berbulu ini bakalan serapat ini.”


Setelah mencobanya beberapa kali dengan pelan, Beni pun mencabut kontolnya dan memasukkannya kembali ke memek Mariana dengan tujuan agar kontolnya kembali licin dan mencoba kembali menerobos lubang pantat Mariana hingga berhasil. “Akhirnya masuk juga.” Ucap Beni merasakan jepitan lubang pantat Mariana.


Beni pun mulai memaju mundurkan kontolnya di lubang pantat Mariana. “Mmhh... Aaahhh... Mmmhh..” Desahan Mariana ketahan karena ia masih fokus dengan lubang pantat Muktar. Sambil tersenyum Beni kembali mencabut kontolnya dari lubang pantat Mariana dan memasukkannya kembali ke memek Mariana. “Aaaahhh.. sensasi yang sangat nikmat. “ Ucap Beni memasukkan kontolnya bergantian antara lubang memek dan lubang pantat Mariana.


"Beni, Aku juga pengen merasakan lubangnya, bagi satu untuk ku." Ucap Muktar dengan muka memelas. "Ck.. Kau merusak kesenaganku saja." Ucap Beni yang langsung mencabut kontolnya dan tiduran di atas lapisan karton. "Oi lonte sini kau." Perintah Beni yang sepertinya Mariana langsung mengerti maksud Beni, Mariana pun langsung memegang kontol Beni dan di arahkan ke lubang pantatnya. "Aaaahhhhhhhh" Desahan Mariana saat merasakan kontol Beni masuk ke lubang pantatnya dan Mariana pun menggunakan tangan kanannya membuka memeknya. "Mari bang.. Memek Sally sudah siap."


Senyum mesum langsung terpancar di muka Muktar yang sedang mendekati Mariana dan mengarahkan kontolnya masuk ke memek Mariana. "Aaaaahhh... penuh banget bang." Desah Mariana menatap mata Muktar menggodanya. "Gila ini pelacur memang beda dari pelacur lainnya." Ucap Muktar yang langsung mengenjot seperti kesetanan.


Plak.. Plak.. Suara kulit yang basah beradu di tambah desahan Mariana menjadi suara yang membuat permainan mereka semakin panas. “Aaahhh.. Hhaaaa... aaa.. Aku.. sudah mau keluar bang..” Ucap Mariana yang bukan hanya merasa ingin mencapai klimaks, tetapi kedua tanganya juga sudah mulai kesemutan karena menopang berat badannya.


Beni dan Muktar yang sedari tadi sudah menahan sperma yang di ujung "Ugghhh.. terima ini lonte." Ucap Beni tanpa bertanya langsung melepas spermanya di dalam lubang pantat Mariana, di ikuti Muktar yang juga menumpahkan spermanya di dalam memek Mariana dan mereka membenamkan kontol mereka semakin dalam. "Aaaahhhh.. kenapa.. hhhhhaaa kenapa tidak tunggu aku ?" Tanya Mariana dengan muka yang merasa kecewa karena ia belum mencapai klimaks.


Sambil menikmati klimaks Beni meremas kedua toket Mariana dan memainkan putingnya. "Aaahh.. Tunggu.. mmmmhhh" Belum selesai Mariana berbicara, mulutnya di serang oleh mulut Muktar. Kali ini mereka puas-puasin memainkan tubuh Mariana hingga Mariana jatuh lemas di atas tubuh Beni. Setelah puas Beni dan Muktar melepas kontolnya dari lubang Mariana, "Sekarang dia milik kalian." Ucap Beni meninggalkan Mariana dan di ikutin Muktar di belakangnya.


Mendengar ucapan Beni, gembel-gembel lainnya langsung berlari menuju ke arah Mariana yang kini berposisi mengangkang di atas karton yang tipis sambil memperlihatkan sperma Beni dan Muktar yang keluar dari lubang tubuhnya. Salah seorang gembel langsung melepas celananya dan memasukkan kontolnya ke dalam mulut Mariana dengan paksa. "Rasakan kontolku, nikmatilah setiap inci kontolku hingga kau terbayang kontolku setiap kau mau mencium suamimu dengan mulut ini." Ucap Gembel tersebut sambil menjepit bibit Mariana dengan tangannya yang kotor.


Sedangkan yang lainnya segera mengambil posisi di bawah Mariana langsung mengarahkan kontolnya ke lubang pantat dan memek Mariana yang untungnya sudah licit akibat sperma Muktar dan Beni tadi, ada yang mengesekkan kontolnya ke ketiak Mariana, ada yang sampai tidak kebagian posisi menggunakan rambut Mariana untuk mengocok kontolnya, dan terakhir ada yang yang menekan kontolnya seakan berusaha memasukkannya ke dalam pentil toket Mariana. "Ban di tembak angin akan mengembang, kalau ini toket gimana ya ?" Ucap Gembel yang menekan-nekan kontolnya ke toket Mariana.

STORMY 1982.mp4 at Streamtape.com.mp4_004161360.png

Mariana yang sedari tadi tidak sempat merasakan klimak saat bersama Beni dan Muktar kini ingin merasakan klimaks. “Aaahhhh... Ahhh.. aku sudah... aahh.. mau keluarrr..” Mendengar itu gembel yang merasakan di posisi memek Mariana langsung mencabut kontolnya dan menjambak rambut memek Mariana. “Tunggu, tidak bisa begitu.” tapi Mariana yang sudah tidak tahan langsung mengeluarkan cairan klimaksnya membasahi tangan dan wajah gembel tersebut, Karena kesal gembel tersebut kembali memasukkan kontolnya ke memek Mariana yang masih sensitive dengan sangat kasar. “Dasar lonte sialan.” Ucapnya sambil memompa memek Mariana dengan sangat kuat, gembel-gembel lainnya ketawa melihat mukanya basah akibat cairan Mairana.


Tak berapa lama gembel-gembel tersebut pun melepas sperma mereka ke tubuh Mariana mulai dari rambut hingga paha mulus Mariana, rambut Mariana tidak hanya bau sperma tetapi juga smegma yang tertinggal di rambutnya, tak kalah parah ada gembel yang menembakkan spermanya ke lubang hidung Mariana hingga membuat Mariana tersedak, berkali-kali mereka menembakkan sperma mereka ke tubuh Mariana hingga seperti Mariana mandi sperma.


Di sudut lain Beni, Muktar dan Damar seperti sedang berdiskusi dan di tutup dengan ketawa kencang dari ketiganya. Beni yang puas ketawa langsung berjalan menghampiri Mariana yang sedang di ngentot dengan posisi seperti anjing sedang kencing. “Ho, jadi sudah meningkah lonte satu ini.” Ucap Beni langsung memegang tangan Mariana dan mengambil cincinnya. “Mmmmhhhh...mmmm” Mariana ingin berkata tetapi apa ada, mulutnya di sumbat oleh kontol dan kepalanya di tahan oleh gembel di depannya. “Oi kalian cepatan cepatan.” Perintah Beni ke teman-temannya yang sedang mengentot Mariana.


“MUKTAR ! kenapa lama sekali ?” Teriak Beni, Tak lama nampak Muktar yang keluar dari tenda membawa sebuah mangkuk sambil berlari. “Ini.” Ucap Muktar sambil memberikannya ke Beni. “Ambil begini saja lama sekali.” Balas Beni dengan ketus, Kini Beni pun kembali melirik ke arah gembel-gembel yang sedang mengentot Mariana. “Kalian cepatlah keluarkan yang banyak HAHAHAHAHA.” Perintah Beni sambil ketawa. “Tanpa kau bilang pun kami sudah tak tahan lagi, memek orang kaya memang paling joss..” Ucap salah satu gembel yang langsung mempercepat dan menembakkan sperma mereka


Tubuh Mariana bergetar hebat merasakan klimaks bersamaan dengan gembel-gembel tersebut. “Baiklah.” Ucap Beni yang langsung bergerak mendekat ke Mariana dan menaruk mangkuknya di bawah memek Mariana, menampung banyak sperma yang keluar setelah gembel tersebut mencabut kontolnya. “Apa yang kau rencanakan ?” Tanya salah seorang gembel. “Sudah ikutin saja, ini perintah bos Damar.” Balas Beni dengan santainya dan tersenyum licik.


Tak hanya menampung, Beni pun menggunakan sendok yang tampak berkarat untuk mengorek sisa-sisa sperma yang melekat di tubuh Mariana hingga mangkuk tersebut penuh. "Bos Damar mendeklarasikan mulai hari ini, lonte ini akan menjadi ratu di tempat ini dan malam ini kita akan melakukan upacara penobatan." Ucab Beni dengan lantang dan menjatuhkan cincin pernikahan Mariana ke dalam mangkuk penuh sperma tersebut di depan Mariana. Expresi Mariana tampak kaget bukan hanya dari perkataan Beni tapi juga fakta cincin pernikahannya di masukkan ke dalam wadah tersebut.

Mariana minum.jpg

Sentak saat Mariana ingin memberontak, Muktar langsung memegang tangan Mariana di bantu dengan beberapa gembel lainnya yang ikut menahan Mariana dan membuka mulutnya lebar-lebar. "kami punya tradisi, setiap orang di sini akan meludah ke dalam mulut ratu sebagai tanda ia setuju orang tersebut sebagai ratu." Ucap Beni menjelaskan, dari belakang tampak Damar yang sedang berjalan ke arah Mariana.


*Khaaakkk PHUI ! Damar mengeluarkan air ludahnya langsung ke mulut Mariana. "Berbanggalah dengan menajadi ratu, kau bisa memerintahkan gembel-gembel di area ini sesuka hati mu." Ucap Damar tersenyum sambil berjalan pergi, di belakangnya telah berbaris gembel-gembel lainnya yang ikut meludah di mulut Mariana tanda mereka setuju. Mata Mariana menunjukkan perasaan jijik tapi di waktu yang bersamaan ia mau tak mau harus menelan ludah yang tertumpuk di mulutnya, ia takut jika ia muntahkan malah membuat Damar dan teman-temannya mengulaginya lagi.


Tak ada satupun gembel di sana yang menolak jabatan Mariana, Semua tampak puas melihat Mariana yang terduduk lemes berusaha memulihkan tenaganya. “Sekarang waktunya pertunjukan selanjutnya, Selly coba perkenalkan diri mu sekali lagi,” Ucap Beni seakan dirinya pembawa acara. Mariana yang binggung hanya menjawab. “Nama ku Selly.” “Apa hanya itu ?” Tanya Beni sambil tersenyum lebar. Mariana yang binggung melihat ke arah Sabrina yang duduk dengan santai seperti tidak peduli. “Saya seorang istri dengan.. dan.. punya seorang putra.” Ucap Mariana ragu.


HAHAHAHAAHAA tawa gembel-gembel lain. “Jadi selama ini kita menikmati memek orang lain ? sekarang bagaimana kau mencium suamimu itu dengan mulut bekas smegma kami ini ? belum lagi ternyata itu cincin pernikahan yang di dalam mangku itu ? “ Ucap Damar sambil ketawa sangat kencang di ikuti gembel-gembel lainnya HAHAHAHHAHAAHAA....... Mariana hanya diam sesekali melihat ke arah Sabrina dengan harapan ini semua telah berakhir.


“Hey, kalau kau mau cincin mu kembali, minum ini.” Ucap Beni sambil memberikan mangkuk penuh sperma dan banyak rambut kontol di atasnya berserta sedotan pipet. “Minum sampai habis jika ingin cincin mu kembali.” Lanjut Beni. Mariana bisa mencium aroma seperti telur busuk di tambah pemutih yang semenusuk hidungnya. Air mata Mariana mulai mengalir membasahi pipinya, tangannya gemetaran mengangkat mangkuk tersebut, *Srruuuppppppp Sssrruuupppp dengan sangat cepat Mariana meninum semua sperma tersebut hingga tersisa cincin miliknya.


*Uhuk.. Uhuk... Uhukk.. Mariana merasa keselek karena rambut kontol di tenggorokannya dan memakai kembali cincinnya. “HAHAHAHAA ternyata doyan ya ?” Tanya Damar mengejek sambil jalan mendekati Mariana dan menarik tangan Mariana mendekat ke dirinya. Mata Damar melihat Mata Mariana seakan separang kekasih. “Ratuku.” Ucap Damar “Maaf, aku tidak bisa mencium mu sekarang.” Lanjut Damar yang enggan mencium bibir Mariana yang terlihat masih ada sisa bulu kontol.


Dari sudut mata, Mariana dapat melihat Beni dan Muktar mengangkat kursi sofa yang tampak compang-camping pada bagian kulitnya, tapi masih layak untuk di pakai. “Ini Bos.” Ucap Muktar sembari menaruk kursi tersebut di belakang Damar. Melihat kursi tersebut sudah tepat di belakangnya, Damar langsung melempar pantatnya ke kursi sofa tersebut, walau sofa tersebut sudah tampak compang camping, tetapi masih memiliki efek mantul pada tubuh besar Damar. “Aaaaahhhh sini kau.” Ucap Damar sambil menarik tangan Mariana.


Tubuh Mariana langsung terjatuh ke atas pangkuan Damar. “Masukkan kontolku.” Perintah Damar sambil bersandar santai ke sofa dan menaruk kedua tangannya ke belakang kepalannya. Dengan perasaan heran dan penasaran, Maraian membelakangan Damar, tangannya langsung memegang kontol Damar dan di elus-elus ke belahan memeknya. “Ini kah yang kau inginkan ?” Ucap Mariana dengan tatapan genit namun masih enggan memanggil Damar dengan sebutan RAJAKU. “Aaaahhhh.. aaahhhh” Kontol Damar mulai masuk kembali ke memek Mariana. “Kau tau ? aku, dia dan semua orang di sini selalu di pandang seperti serangga yang mengeliat, kotor dan bau sama kalian orang-orang kaya seperti kalian.” Ucap Damar dengan nada marah, geram dan memegang pantat Mariana langsung menyentak kontolnya ke memek Mariana “Aaaaaaaaaaahhhhhhhh” Desah panjang Mariana.

STORMY 1982.mp4 at Streamtape.com.mp4_004117720.png

*Plak Tangan Damar menampar pantat Mariana “Sekarang kau duduklah seperti biasanya kau di cafe, menyilang kakimu dan lihat kami seperti sampah.” Perintah Damar yang langsung di lakukan oleh Mariana, kaki kiri Mariana langsung menyilang ke atas kaki kanannya dan melihat ke sekeliling dengan binggung karean dirinya takut di kasarin jika ia melihat mereka dengan tatapan jijik. “HAHAHAHA Dasar pelacur makin rapat saja memekmu.” Ucap Damar


Selagi Damar dan Mariana sedang asik mencari kenikmatan masing-masing, 2 orang gembel berjalan mendekati Sabrina yang sedang duduk seperti ratu. “kalau lacur satu ini saja senikmat ini, bagaimana dengan wanita yang duduk dan di jaga seperti permata ini ya ?” Ucapnya sambil senyum cengegesan. “Oi.. hentikan.” Ucap Beni berusaha menghentikan kedua temannya, tapi sudah terlambat. Mereka telah berjalan terlalu dekat dengan Sabrina hingga bau busuk menusuk hidungnya. “Dasar tidak tau diri !” Sabrina mengerakkan tanggannya seperti orang-orang kaya yang mengusir gembel, seketika Rony dan Bobby maju dan melayangkan sebuah pukulan keras langsung ke wajah jelek mereka.


Beni yang melihat temannya di pukul langsung berlari mendekat. “Ampun, maaf.. maafkan teman-teman saya.” Ucap Beni membungkuk dan menarik kedua temannya agar tidak di pukul kembali oleh penjaga Sabrina. “Dasar bodoh.” *Plak Beni memukul kepala belakang kedua gembel tersebut. “Ambil yang di kasih saja, kalau gak di kasih, jangan coba-coba sentuh. Bikin suasana jadi canggung saja kalian.” Lanjut Beni memarahi kedua gembel tersebut.


Melihat kejadian tersebut Damar tidak berhenti, sambil matanya melihat tindah laku tolol anak buahnya, kontolnya tetap menggaruk memek Mariana. “AHAHAHA.. kalau mereka bisa mendapatkan permata yang di sana, ku rasa aku juga pengen mencobanya.” Ucap Damar yang mempercepat gerak kontolnya. “Benar juga, tadi wanita di sana mengatakan kalau dia menyuntikan sesuatu untuk membuat kau hamil anak kami.” Ucap Damar yang membuat semua mata gembel-gembel di sekeliling berbinar-binar membayangkan gen dirinya bersatu dengan wanita secantik Mariana.


Mariana yang sudah tenggelam dalam nafsunya, tidak mau berpikir kemungkinan terburuk yang akan menimpanya, saat ini yang dia cari hanya kepuasan nafsunya saja. Damar dengan semangat langsung mempercepat genjotannya. “Terima ini.. hamilan anakku.. Dasar orang-orang kaya sialan.” Damar menembakkan spermanya berserta kekesalannya. “AAAaaaaaahhhhh...” Mariana yang menerima sperma panas Damar pun ikut klimaks hingga kakinya lemes dan jatuh ke dada Damar yang gempal.


Walau sempat berkata kasar, Damar mencium pundak belakang Mariana seperti sepasang pengantin baru


Dari belakang Mariana tampak 2 sosok yang mendekat dengan senyum lebar. “Bos, boleh kami juga mencicipi ratu kita juga ?” Ucap Beni yang mendekat. “Aaahh... haa... bisa.. ha... bisa beri aku waktu istirahat sebentar ? hahhhh...” Dengan tenaga yang tersisa Mariana memelas kepada Damar dan Beni agar berbelas kasihan kepadanya. “Aku tak masalah, tetapi anak buah ku sepertinya tidak bisa bersabar.” Damar langsung menarik tangan Mariana agar ia bisa bangkir dan membiarkan Mariana duduk di kursi sofa yang sudah usang tersebut.


Selagi Damar melangkah ke tempat gembel-gembel lainnya yang sedang duduk menunggu giliran sambil merokok, Beni dan Muktar yang sudah tak sabar langsung mendekat ke Mariana. “Tenang saja, ratu ku tak perlu bergerak, kami yang akan berkerja.” Ucap Muktar yang langsung menarik Mariana duduk di atas dirinya yang telah berbaring di atas lapisan karton. “Ayok duduk di sini.” Lanjut Muktar mengarahkan kontolnya ke memek Mariana. “Aaaaaahhhh..” Desahan pelan Mariana yang merasakan kontol Muktar mengesek memeknya yang walaupun sudah lebar akibat kontol Damar.


Melihat Mariana yang sudah lemes, Beni pun merasa kasihan. “Muktar kau tunggu mentar.” Ucap Beni yang langsung pergi masuk ke dalam tenda gubuknya, sedangkan Muktar yang bisa binggung hanya terdiam sambil memejamkan matanya menikmati kontolnya di remes memek Mariana. Tentu kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Mariana, ia langsung berusaha mengatur kembali napasnya.


Tak lama kemudian, Beni kembali dengan seember air di tangan kanannya dan pompa siphon di tangan kirinya. “Ratuku waktunya bersih-bersih.” Wajah Beni tampak seperti anak kecil yang sedang bersiap-siap mandi hujan. Selang siphon tersebut langsung di masukkan ke lubang pantat Mariana. “Aaahh...” Mariana terkaget dan melihat ke lubang pantatnya karena merasa ada benda aneh yang masuk ke lubang pantatnya. “Santai saja, tenang, aku hanya membantu membersihkan lubang pantat ratu.” Ucap Beni sambil ketawa cengegesan.


Berlahan Mariana dapat merasakan air masuk ke lubang pantatnya mendorong hingga perutnya berasa aneh. “Cukup.. hentikan.. perutku terasa aneh.” Mariana berusaha menarik simpati Beni walau dia merasa ragu itu akan berhasil. *Plak Beni menampar pantat Mariana “Ratuku lubang pantatnya sedang aku bersihkan, seharusnya kamu berterima kasih dong sama aku.” Ucap Beni yang kembali menampar pantat Mariana *Plakkk.


Merasa tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan berharap dirinya tak kenapa-kenapa setelah ini, Mariana mulai mengepal kedua tangannya dan memjamkan matanya menahan rasa aneh selagi Beni terus memompa air kedalam lubang pantat Mariana. “Muktar bagaimana ? apa terasa lebih nikmat ?” Tanya Beni sambil mengoyang-goyangkan pantat Mariana yang kaku. “Kheheheee.. Nikmata sekali ini, kontolku berasa di pijit dengan lembut.” Balas Muktar. “Hati-hati jangan sampai kau crot.” Ucap Beni yang langsung memecah tawa mereka dua.


“Ku rasa sudah cukup.” Beni langsung manarik selang dari pantat Mariana dan langsung air dari lubang pantat Mariana tadi bermuncrat dengan sangat deras. “HAHAHAHAHAHA....” Tawa semua gembel yang melihat kejadian tersebut. Dari sudut mata, Mariana dapat melihat Sabrina duduk dengan mata berbinar-binar. “Karena sudah bersih, Waktunya pertujukan lain.” Ucap Beni yang langsung kembali lari ke tendanya bersama ember dan selang siphonnya.


Semua yang di sana menjadi penasaran, “apa lagi ide aneh si Beni kali ini.” begitu pikir orang-orang. Tapi tak butuh waktu lama Beni keluar dari tendanya membawa sebuah terompet. Seketika membuat sebagian orang ada yang ketawa dan sebagian lagi binggung, tapi tak butuh waktu lama hingga mereka mengerti apa yang ingin di lakukan oleh Beni, karena Beni langsung menamcapkan terompet tersebut ke lubang pantat Mariana. *Plaakk.. “Ayok coba bunyikan.” Perintah Beni sambil menampar pantat Mariana yang sudah merah sedari tadi.


Perasaan malu mulai membuat muka Mariana memerah bersamaan dengan efek obat yang sudah mulai berkurang, Mariana hanya bisa kembali memejamkan matanya dan berusaha untuk mendorong udara keluar dari lubang pantatnya. *trrrooot.. *tott... * Toottttoottt... *Tott.. Seketika tawa semua orang semakin pecah, sampai-sampai Bobby dan Rony mulai ikut ketawa sambil berusaha untuk tetap di tahan.


“Hahahaha Ide mu selalu tak terduga.” Ucap Damar yang berdiri. "Bos ikut lagi ? Kapan giliran kami kalau begitu ?” Ucap salah satu gembel yang sedang menonton. “Tenang saja, aku tak akan lama kok.” Dengan senyum menyeringai Damar berjalan mendekati Mariana sambil menrongoh kantong. “Mari ku tambah sedikit aksesoris.” Damar mengeluarkan 2 jepitan baju lalu berjongkok di depan Mariana dan menjepitkannya ke pentil toket Mariana. “Lumayan.” Komen Damar sambil kedua tangannya memain-mainkan toket Mariana.


“Apa bos ingin ikut ?” Tanya Beni seakan-akan tidak tau apa isi otak bosnya itu, sambil mencabut terompet dari lubang pantat Mariana. “Yah pastilah.” Balas Damar yang membalikkan badannya dan menungging, mengarahkan pantatnya ke muka Mariana. “Bersihkan pantatku dengan lidahmu.” Perintah Damar. Sekali-lagi bau tidak sedap menusuk hidung Mariana. “Tunggun apa lagi ?” Ucap Beni sambil mengarahkan kontolnya langsung masuk lubang pantat Mariana dan mendorong kepalanya ke belahan pantat Damar.


“Uooohhhhh” Wajah Damar mengambarkan sensasi kenikmatan. “Jadi ini yang kalian rasakan ? pantas saja kalian ketagihan.” Ucap Damar masih merem melek menikmati lidah Mariana membersihkan lubang pantanya. “Beni jangan kencang-kencang aku sudah mau keluar.” Ucap Muktar yang sedari tadi kontolnya sudah di remas memek Mariana. “Dan bos, jangan kau keluar di muka ku ini.” Lanjut Muktar yang merasa aneh kontol bosnya tepat di atas mukanya.


Tapi Beni yang sedari tadi sudah bersabar tidak memperdulikan Muktar, dengan tempo yang tidak di pelankan, Beni terus menikmati lubang pantat Mariana. Muktar yang tidak bisa menahan langsung menembak spermanya “Beni sialan !” Bentaknya sambil memejamkan matanya masih berusaha menahan spermanya.


Setelah menembakkan sperma, Muktar hanya bisa berdiam menjadi tumpuan tubuh Mariana, tak berani bergeser karena takut menggangu bosnya. “Beni berhenti sebentar.” Perintah Damar, Beni yang merasa heran hanya bisa diam melihat bosnya. “Aku pegal, dan kasihan Muktar di bawah sana, aku tidak mau dia mimpi buruk karena di tembak sperma ku.” Lanjut Damar yang langsung membuat Beni ketawa.


Beni dan Damar langsung melepas kontol mereka, dan menarik Muktar yang sudah kaku seperti korban yang ketimpa batu gempa bumi. Di depan mereka terlihat Mariana yang terlentang dengan cahaya bulan purnama menyinari perhiasan di tubuhnya. Rasa capek masih menyiliputi Mariana, mata melihat ke Beni yang tepat di depannya. Beni yang merasa di goda oleh Mariana langsung siap2 mengambil posisi mengangkat kedua kaki Mariana ke bahunya dan siap-siap memasukkan kembali kontolnya ke lubang pantat Mariana.


“Aaaahhh... Bang... teruss.. aaahh.. nikmaattt...” Mariana menikmati lubang pantatnya di sodok kontol Beni. Damar juga tak mau tinggal diam langsung bergerak ambil posisi. *Tuk.. Damar merasa benda keras menghantam kepalanya. “Aduh..” Damar langsung mengambil benda yang menghantam kepala. “Lipstik ?” Tanya Damar langsung melihat ke arah yang punya kemungkinan paling besar melempar Lipstik tersebut, Sabrina. “Dia terlihat semakin cantik jika memakai itu.” Tanpa merasa bersalah dan dengan santainya Sabrina mengucap kalimat tersebut tanpa meminta maaf terlebih dahulu.


Damar yang di perlakukan seperti itu tak terbesit sedikitpun di pikirannya untuk marah, malah membuatnya senang. “Dengan ini kau bisa memberikan kenang-kenangan kepada kontolku.” Damar langsung memberikan lipstik tersebut ke Mariana, lipstik yang Sabrina belikan saat di mall kemarin. Beni yang melihat Mariana hendak memakai lipstik tersebut, melepas kontolnya dan membantu Mariana mengambil posisi duduk.


Tanpa cermin Mariana hanya bisa memakainnya dengan fealingnya. “Wah.. Ratu kita cantik sekali.” “Ia.. dengan bibir merah begitu membuatnya semakin seksi.” Puji Damar dan Beni sambil mengoyang-goyangkan kontol mereka tepat di muka Mariana. Seperti mengerti apa maksud dari pria-pria bejat tersebut, tangan Mariana langsung membelai dari bawah kontol Damar dan memberikan kecupan pada ujung kepala kontolnya. *Cup dan Marian memberikan hal yang sama pada Beni.


Melihat hal tersebut gembel-gembel lainnya langsung berteriak tak senang bersamaan denga Muktar yang merasa tak kebagian karena terlalu cepat keluar. “Boss kami juga mau, ayok cepat gantian dong.” Tapi Damar hanya ketawa seperti pemenang dan ia pun tau kalau mereka hanya berani omong saja, tak berani melawan dirinya.


Setelah puas mendapat beberapa kecupan, Beni kembali mengambil posisi di lubang pantat Mariana, sepertinya ia sudah mulai tak bisa menahan spermanya lagi. Begitu juga dengan Damar, dengan punggung yang masih sedikit sakit ia berusaha jongkok di muka Mariana yang langsung Mariana memberikan cap bibir di lubang pantat Damar dan menjilat lubang pantat Damar dan tangan satunya mengocok kontol Damar.


Tak hanya menggunakan tangan, Mariana juga menjepit kontol Damar dengan toketnya. “UUggghhhh.. nikmat sekali ini. aku sudah tak tahan lagi.” Ucap Damar yang langsung memasukkan kontolnya ke dalam mulut Mariana dengan paksa, “Memang paling benar, setelah tanam bibit, jangan lupa di siram.” Ucap Damar. Beni pun merasakan hal yang sama langsung menyodok lubang pantat Mariana dengan cepat sambil tangan kirinya mengosok clitoris dan tangan kanan memainkan memek Mariana.


Permainan ketiga insan tersebut pun akhirnya mencapai puncak “Uggghhh.. terima lah persembahan ku ratuku.” Beni menumpahkan sperma dalam lubang pantat Mariana, sedangkan Mariana memuncratkan cairan memeknya ke muka Beni, dan Damar mengeluarkan spermanya di dalam mulut Mariana hingga Mariana kesulitan bernapas.


Damar yang mengerti kondisi Mariana langsung cepat-cepat mengangkat kontolnya hingga sebagian spermanya menyembur ke muka Mariana. Melihat Bos mereka akan sudah mencapai akhir, mereka langsung bersiap-siap seperti pelari “Bos sekarang giliran kita kan !?” Tanya seorang gembel yang sudah tak sabar lagi. Damar melihat anak buahnya sebentar dengan tatapan tajam, kemudiam tersenyum dan melangkah menjauh dari Mariana bersamaan dengan Beni. “Ia.. ia.. Nikmatilah berlahan-lahan.”


Setelah mendengar kalimat bosnya, mereka segera berlari kesetanan, Mariana yang sudah pasrah hanya bisa mengikuti permainan mereka hingga mereka puas, Dimulai dari mereka meminta tanda ciuman lipstick di kontol mereka, menjilat lubang pantat mereka, memandikan Mariana dengan sperma-sperma mereka, hingga masing-masing dari mereka menumpahkan sperma dalam memek Mariana dengan harapan Mariana hamil dari sperma mereka. Tak terlupakan Muktar yang ikut-ikutan dan mereka menembakkan sperma ke tubuh Mariana. Hingga akhirnya Mariana pingsan dan mereka pun bubar.


“Hoaaammm.. Akhirnya selesai juga.” Ucap seorang wanita berdiri dari kursi setelah melihat temannya di ngentot gembel-gembel. “Bobby, Rony, kalian bersihkan dia, terus kembalikan dia pada suaminya itu.” Ucap Sabrina sambil berjalan ke mobil, belum sempat Bobby dan Rony menjawab, Sabrina nembahkan “Oya.. besok buat janji dengan dokter untuk membersihkan memeknya, dan buat janji untuk 2 minggu lagi, aku sudah tak sabar untuk melihat hasilnya.” Ucap Sabrina sambil tersenyum lebar.


“Siap madam.” Balas Bobby dan Rony serentak. “Maaf madam, karena terlalu focus tadi, saya tidak sadar kalau sepertinya tuan muda Risky telah pulang dari pertengahan tadi.” Bobby memberikan laporan kepada Sabrina. “Terus perhatikan dia, pecundang seperti dia pasti akan berulah suatu hari.” Sabrina melanjutkan langkahnya ke mobil menunggu Bobby dan Rony membersihkan Mariana di toilet umum sekitar.


Waktu berjalan sangat lama bagi Mariana, tak terasa sudah jam 01:18 dini hari. Di kamar hotel, Mariana melihat suami tercintanya telah tertidur pulas dan hendak menciumnya, tapi Mariana terhenti karena ia teringat kejadian tadi, dimana dia menggunakan mulutnya untuk mencium semua kontol gembel-gembe tersebut dan masa depan dimana dia berkesempatan punya anak dari hasil pembuahan gembel tersebut. Mariana pun mulai menangis membayangkan masa depannya, dan menyadari dirinya sangat menikmati kontol-kontol gembel tersebut.


Sadar tak ingin membagunkan suaminya ia pun memutuskan untuk menangis di kamar mandi sambil mandi sekali lagi dan menerima sulitnya masa depannya tersebut.


=================​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd