Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
PART5

ANCAMAN DI PENDOPO



DWI ASTIANTI
Ada getaran di dada, ada rasa nyaman bersamanya, bahkan rasa kehilangan saat dia bersama sahabatku,
Tapi aku senang melihat mereka menjalin hubungan,
Paling tidak dia bisa sedikit melepas beban pikirannya,

Semua tentangnya aku tau,
Bahkan betapa mirisnya saat dia berkeluh kesah tentang hidupnya,
Jelas aku menyayanginya, dulu sebagai sahabat kecilku,
Dan seiring berjalannya waktu,
Hingga saat ini, di usia remaja membawaku ketitik paling sulit.
Dimana aku harus tersenyum dalam getir hatiku,
Jelaslah sudah aku mengharapkan dia disampingku,
Namun perhatianku tak bisa membuatnya tersentuh untuk lebih dekat denganku,
walaupun aku tahu dia juga menyayangiku, tapi hanya sebatas sahabat.
Bahkan orang tuaku pernah menanyakan perihal kedekatannya denganku,
Dan apa jawabannya,

' tenang aja bulik, saya tau diri kok, sedari kecil bareng masa mau dipacarin, '

Itu jawabannya, sakit memang, tapi itulah kenyataannya.
Untunglah saat ini dia masih ada di sini mengisi hari hari dengan ku,
Aku yakin seiring berjalannya waktu semuanya akan berubah entah aku, entah mas Ian.
Yang jelas saat ini aku bahagia melihatnya bahagia,

Aku ngga nyangka sikap cueknya sama cewek bisa luluh oleh temanku,
awal kedekatan mereka pun membuatku lumayan sibuk, bagaimana tidak,

Indriani selalu meminta informasi soal mas Ian dariku,
Parahnya lagi, aku sudah kayak tukang posnya saja, padahal hampir setiap hari ketemu,
Terus apa yang diobrolin disana?
Kalau kutanya perkembangan hubungannya, mereka kayak orang kompakan, 'biasa aja' pasti begitu jawabannya.

Nggak kebayang gimana itu cara nembaknya,
Yang cewe juga baru sekali ini pacaran, yang cowoknya cuek bebek orangnya,
Yang lebih parahnya lagi, aku bakalan jadi jomblo ngenes setelah mereka jadian,

Bahkan pernah dulu waktu sodara perempuanya yang jauh jauh dari kampungnya bawa temen cewek dan lumayan cantik, eeh malah dicuekin,
Dia seenaknya ngloyor kerumahku,

Bukan apa apa sih, tapikan aku jadi ngga enak sama sodaranya mas Ian, sampai nyamperin aku ditanya inilah itu lah, yang dikira aku pacaran sama mas Ian lah,
Dan konyolnya lagi aku jawab iya.


Sore itu setelah Indriani pulang dari rumah mas Ian aku kependopo untuk melihat pertandingan Volly,
tak lama ada seorang pemuda menghampiriku, 'ah mengganggu aja' pikirku, benar saja dia menggangguku, datang datang sok kegantengan langsung ngajakin kenalan, daripada lama, ya sudah akhirnya kenalan,
Berharap agar dia cepet cepet pergi dari tempatku duduk, aih...
Yang ku harapkan meleset, dia ngoceh kesana kemari
dan duduk disebelahku,
Agresif tapi kurang ajar menurutku,
mending pulang ajalah, bukannya seneng malah sumpek di pendopo,
Aku ngga peduli Jodi masih saja nyocos, apalagi pas aku pergi, bilang sombonglah apalah, masa bodolah pikirku.
Malamnya mas Ian mampir kerumahku mau ngapel kayaknya,
Sedang asik asiknya bersendau gurau mas Ian melihat seseorang datang menghampiri kami, ais.... Si Jodi mau ngapain lagi pikirku, tiba tiba dia bilang mau ngomong sama aku, tapi caranya bener bener membuatku muak,
Ditambah lagi ada mas Ian tambah tengil gayanya,
Mas Ian juga malah cengar cengir doang, mana pake nawarin rokok lagi, bikin aku tambah sewot aja,
Yang ditawarin rokok juga bukannya bilang makasih malah menghina,
aaargh...
Bener bener bikin emosi ni orang,
Sebelum pada ribut mending ku ajak mas Ian pergi aja deh, kemudian kutarik tangan mas Ian dan kupeluk sekalian, biar kebakar sekalian tuh orang,
setelah ku usir si Jodi terus saja mengumpat dan mengancam mas Ian,

Bapak juga sempat keluar menanyakan ada apa, dan dijelasin sama mas Ian , lalu masuk lagi kerumah,
Aku jadi khawatir mas Ian diapa apain sama dia,

Setelah kejadian tadi aku merasa tak tenang, setelah mas Ian pergi aku langsung dicecar pertanyaan sama bapak,
ternyata bapak memperhatikan aku mas Ian dan si Jodi dari dalam rumah, kenapa orang dari kampung sebelah bisa nyampe kesini, dan kenapa tadi pas ada keributan aku peluk peluk mas Ian,
Jadi nyesel main ke pendopo dan diajak kenalan sama Jodi, kalo begini jadinya.

Aku khawatir anak itu pasti bikin gara gara sama mas Ian, ahh mudah mudahan saja mas Ian ngga di apa apain sama tuh anak,
Setelah dicecar pertanyaan sama bapak aku langsung masuk kamar, ntahlah perasaanku ngga enak,
Aku ngga tega kalo mas Ian sampai kena masalah sama Jodi, pasti dipukuli ujung ujungnya,

Seperti kejadian yang dulu dulu, setiap mereka ada masalah dengan pemuda kampungku pasti langsung main pukul,
Saat pikiranku masih menerawang kemana mana, tiba tiba bapak memanggilku,

" As Astii "
" Njih pak, " Jawabku.

" Belum tidur kamu? Keluar dulu nak, bapak mau ngomong, "

Aah, ada apalagi ini, akupun keluar kamar dan menemui bapakku.

" Kamu coba kerumah Ian udah pulang belum, kan tadi katanya mau beli pupuk aja kan, "

"Orangnya langsung pergi kerumah Indriani pak, ngga mungkin gini hari langsung pulang, kenapa to pak "

" Ooh ya udah, ngga apa apa, ya udah kamu tidur aja, "

" Njih pak "

Lalu aku masuk kamar lagi, penasaran sih tapi ya sudah mending tidur ajalah,

Pagi hari saat aku membersihkan halaman tiba tiba bapak nyamperin aku, dan bilang semalem mas Ian berantem sama orang dijembatan,
Bapak bilang ada beberapa orang tapi yang maju cuma satu orang aja, bapak bilang mau nyamperin takut rame malem malem, ngga salah lagi.
Pasti mereka orangnya, aku langsung duduk dibale kacau dan sedih yang kurasakan,

sapu lidi yang tadi kupegang kutaruh begitu saja, terasa sesak dadaku, air mata sudah tak mampu lagi kutahan, tau tau bapak mendekatiku dan nyuruh aku untuk menemui mas Ian, kuseka airmataku lalu bergegas kerumah mas Ian,

Sampai di rumah mas Ian suasana sudah sepi, apa iya sudah pergi keladang, tapi biasanya mas Ian kan belum berangkat kalo masih sepagi ini,
Lalu aku masuk rumah dan menuju kekamarnya,
Masih tidur ternyata, kulihat wajahnya ngga ada yang luka, aku duduk dipinggiran tempat tidurnya,

Begitu damai membuatku tak tega membangunkan, tak terasa air mataku kembali menetes,
Dia satu satunya pemuda yang selalu membuatku tersenyum, memberiku saran jika aku melakukan hal hal yang salah,
sekarang dia berurusan dengan orang gara gara aku,
'Kenapa kamu nekat sih mas?' Hiks hiks, kuseka air mataku dan pulang kerumah, huuf .... kuhela nafas biar tak terlalu sesak dadaku,
Lebih baik kutunggu dirumah aja, kasihan kalo dia terbangun karna isak tangisku ini.

Matahari pagi mulai meninggi sudah bangun apa belum ya dia, aargh....
Dari tadi kerjaanku terbengkalai duduk lagi berdiri lagi,
kalau jam segini dia belum bangun berartiii,
Baru saja kuberanjak dari duduk kulihat orangnya ada di depan rumah, langsung saja ku hampiri.

Langsung saja kucecar pertanyaan, kuyakin dia ngga bakal ngaku kalau dia habis berantem, saat kutanyai pun dia gugup, reflek aku tampar pipinya,

' plaak'

Diam hanya diam, inilah Ian yang kukenal kalau merasa salah pasti diam seolah mengakui kesalahannya,
terasa sesak dadaku sangat sesak,
Kemudian kuputari tubuhnya
Kupegang paksa dagunya, ku tarik kekanan dan kekiri,
"Buka kaosnya! "
Seruku padanya, dia tambah gugup dan ngga ada jawaban darinya,
" Bukaa!! "
Kini mataku mulai panas dan memerah, bibirku sedikit bergetar,
" Buka nggak! "
Bentak ku lagi, tak sanggup lagi mataku berkaca kaca karna sikapnya,
Kemudian dibuka kaosnya kulihat dadanya ngga ada lebam lengan pun sama, kemudian kupurar tubuhnya benar saja dipunggungnya ada luka lebam,

Gara gara aku kamu begini mas, ' hiiks hiiks' dia berbalik menatapku, tak sanggup lagi kuberkata, sakiit sakiit banget,
Kugelengkan kepala tandaku tak bisa berkata kata lagi, aku langsung pulang dengan isak tangisku,
Aku langsung masuk kamar,
'Andai kamu tau, begitu sayangku padamu sedikitpun aku tak mau terjadi sesuatu padamu mas, '

Sampai siang hari aku hanya berdiam diri dikamar, entahlah suasana hatiku masih saja tak berubah seperti tadi pagi,
Terdengar suara ketukan pintu rumahku, masih begitu malasnya kuberanjak dari tempat tidurku,
andai ada ibu pasti aku cuekin tuh tamu, lagi lagi terdengar ketukan pintu, terpaksa Ku beranjak dan kubuka pintu rumahku,

Ternyata Indriani yang datang, dia tersenyum padaku, tapi hanya sesaat senyum itu mengembang langsung
berubah ketika melihat tampangku yang kusut dan mata memerah,

Lalu Indriani merangkul dan membawaku masuk dan duduk dikursi ruang tamu,

"Hei... Kenapa? "
Bukannya kujawab malah air mataku kembali menetes pipiku,

" Asti? Kenapa kok, "
"Masmu tuh, hiks "

Seketika Indriani mengernyitkan dahinya, dan bertanya kenapa dan ada apa dengan kekasihnya,
kujelaskan semua ke Indriani tak lupa aku minta maaf ke Indriani karna gara gara aku kekasihnya kena masalah sama orang, dia sempat ikut menangis, lalu Indriani pamit mau kerumah Ian,
Sengaja aku ngga ikut kerumah mas Ian, lama lama aku tertidur di depan tivi, ntah Indriani balik kerumahku atau tidak.


....................................................................................................


IANTONO

Ingin rasanya menjelaskan semuanya ke Asti kalau semua baik baik saja, aku tau dia khawatir,
Tapi aku lelaki sudah sewajarnya membela diri,

Lagipula mau sampai kapan bertahan demi satu kata 'DAMAI' kalau harus selalu jadi bulan bulanan orang, dipukul diam dihina diam, bahkan suatu saat diludahi juga harus diam,
Nggak!
Semua itu ngga boleh berlarut larut, bahkan kutunggu bocah sok itu datang lagi,
Firasatku mengatakan dia pasti masih ngga terima atas perlakuanku,

Dua hari kemudian,

Sore ini air yang ditunggu tunggu sekian bulan mulai menunjukkan tanda kalau musim penghujan akan segera tiba,
yah gerimis yang pertama kalinya, ngga seberapa tapi cukup melegakan bagi kami para petani yang mengandalkan tadah hujan,
sudah saatnya ambil pupuk sekalian beli benih jagung di toko mbak Mar,
habis ibadah Magrib aku segera berangkat ke toko,
Sampai didepan rumah Asti aku ketemu bapaknya lagi duduk dibale bale kita ngobrol lumayan lama disitu,
Ternyata bapaknya Asti juga mau ambil pupuk di toko mbak Mar,
Dia bilang nanti saja ambilnya, mending ngobrol dulu disini katanya, ya sudah ku iyakan saja, sekalian ketemu si Mbul pikirku,
Baru aja dipikirin orangnya keluar bawa segelas kopi hitam, lalu disodorkan ke aku,
Aneh ngasih kopi tapi diem aja orangnya, manyun lagi.
Udah aja ngga ku terima gelas kopinya,

"Iih panas tau, niih! "

"eeh buat aku to Mbul, loh masa cuma satu buat bapaknya mana? "

Lah ditanya malah diem lagi, wah ngga bener ini,
Lalu bapaknya pamit mau masuk kopinya ada didalam katanya, ah bapak yang pengertian pikirku.

Tinggalah aku berdua dengan Asti dibale, suasananya pas,
lampu seperti biasa tak terlalu terang, yah kalo buat orang pacaran paslah, sayangnya kita ngga lagi pacaran,
sengaja aku diamkan mau ngomong juga bingung, ntahlah, tumben seumur umur kaku banget pengen ngomong sama si Mbul,
Satu menit Dua menit, masih diam.
Kulirik dia, lah malah buang muka, ya sudah mending nyruput kopi lah, kutunggu masih diam dia. Ya sudahlah terpaksa aku mengalah,
paling kuat emang cewek kalo masalah diem dieman gini.

"Tumben kalem Mbul, lagi itu yah, "

"Auk"

Heem beneran kesel nih bocah mending cabut ajalah,

" Ya sudah aku berangkat ya, lagi ada urusan nih "

Lalu aku berdiri, kopi yang baru sekali sruput juga aku biarkan, males kalo udah begini suasananya.
Tiba tiba tangannya memegang ujung kaosku,
masih dengan posisi duduk dia mendongak dan matanya sembab menatapku,

"Mas maafin Asti ya, "

"Kenapa? "

"Maafin dulu"

"Iya, kenapa deh, jangan cengeng ah"

" Temenin Asti apa, jarang banget kesini sekarang, "

"Iya, jangan nangis tapi, "

Lalu aku duduk lagi di bale, kutanyakan semua yang jadi unek unekku, dan dijawab semua olehnya,
Ternyata yang aku pukul namanya Jodi ,
konyolnya lagi tu bocah tengil baru kenalan langsung cus,
dan apesnya dia waktu nyamperin Asti pake cara kasar, udah gitu si Asti malah meluk aku, lengkap sudah penderitaan si Jodi malam itu,

setelah itu Asti ku ajak ke toko untuk ngambil barang keperluanku, dan dia pun mau,
syukurlah dijalanan yang gelap ini dia sudah bisa cair seperti sedia kala, dia berpegangan pada lenganku, takut alesannya, ya sudahlah,

Sesampai disana tokonya sepi, cuma ada mbak Mar didalam toko sedangkan disamping ada suaminya dan pakde Jono yang lagi asik ngobrol,
widih akur amat suami sama selingkuhannya mbak Mar, pikirku.

Melihat kedatanganku mbak Mar malah senyum senyum mesum alias genit, heeeuh bener bener ini binor,

" Mbak aku mau ambil pupuk yang tempo hari ya"

" Eh mas Ian, itu sudah dipisahin mas, emang mau buru buru dibawa? "

Heeem masih saja sambil senyum menggoda,

" Benihnya ada ngga mbak, "
Lalu dijawab ngga ada sama mbak Mar, yah harus ke pasar kecamatan dong, pikirku.

Asti dari tadi intap intip etalase entah apa yang di cari,
Lalu dia tanya harga barang yang dicari,
tapi ngga diambil sama dia, cuma nanya harga doang katanya,
Lalu aku masuk ke toko untuk mengambil pupuk pesananku, sekalian aku bayar barang yang tadi di cari Asti,
Waktu aku hendak membayar belanjaan mbak Mar seperti mau ngomong, tapi kok menghampiriku dan tiba tiba berbisik padaku,
" Asti kamu pacarin juga? La aku kapan kamu pacarinnya? "
Jegeeer, aku tersenyum melihat tingkahnya dan ku jawab dengan suara pelan, mumpung Asti masih sibuk lihat lihat barang di etalase

" Itu yang di samping pada akur mbak, mau main bareng ya he he"

' plaak' lenganku ditampar mbak Mar, tapi sambil menjawab,
" Kalo mas Ian mau kita main berdua aja hi hi hi, "

Heeem.... Plaak!
Kutepok jidatku sendiri saking konyolnya mbak Mar, buru buru kubayar dan menghampiri Asti,

" nih Mbul, kata mbak mar kamu aku jadiin selingkuhan tuh he he"
Asti kaget tapi diterima juga setelah sedikit debat denganku dan mbak Mar.
Mbak Mar pun membela diri, jadi pada Ketawa deh itu binor sama calon binor,
Lalu aku pulang membawa satu sak pupuk saja, ngga mungkin juga kubawa semua.

Keesokan harinya aku pergi kepasar beli benih untuk persiapan tanam nanti,
Niat hati pengen ajak Indriani tapi kok kasihan,
akhirnya aku berangkat sendiri, setelah kudapatkan apa yang kucari aku segera pulang, setelah melewati pertigaan jalan raya dan memasuki jalan pinggiran hutan arah kampungku,
ada dua orang berseragam SMA pake topi sedang duduk dimotor, semakin dekat semakin aku mengenali anak itu,
yah dia si Jodi dan temannya entah orang mana aku ngga kenal, ah perasaanku jadi ngga enak,
untung aku tau duluan, filling ku mereka bakalan ngeroyok nih,
maka ku persiapkan diriku masa bodoh urusan belakangan pikirku,
benar saja sampai di tempat mereka duduk, mereka langsung menghadangku,

" Woy cuuk"

Hardik Jodi, ku tanggapi dengan seringai sinisku hingga membuat Jodi dan temannya langsung menyerangku berbarengan,

wuuus,, taap,, taaap,,
pukulan keduanya mampu ku halau kutendang paha Jodi dengan kaki kananku sekuat tenagaku,

buuug,, aagh,,,

yap satu terhuyung, kesempatan emas pikirku,
lalu temannya menyerangku dengan pukulan pukulan keras kearahku sesekali aku mengelak walaupun akhirnya Jual beil pukulan sukses mendarat ditubuh masing masing, kampret kuat juga pikirku,
Kesempatan di ambil Jodi dari belakang,

buuugh,,aagh,

aku jatuh kesamping, tendangannya diarahkan ke pergelangan antara paha dan betisku, belum sempat aku berdiri Jodi langsung menyerangku dengan kakinya

Buuugh,, buuugh,, buuugh,,

Hanya kepala yang bisa kulindungi dengan kedua tanganku, dadaku sukses babak belur terkena tendangan tanpa ampun dari Jodi, sampai kesempatan itu datang,

plaak!

kaki beradu dengan kaki, cidera paha Jodi sedikit menguntungkanku, dia limbung segera kutendang lagi pahanya

duuugh! braaak!! aaaaagh!, Dia jatuh menimpa motor,

segera aku bangun Sebelum temannya kembali menyerangku.
hiiiaat benar saja teman Jodi langsung merangsek dengan pukulan lurusnya kumiringkan tubuhku menghindari pukulannya.

Buuugh!! Aaaagh....

Tinju kananku sukses mendarat diketiaknya, tanpa ampun langsung kupukul lagi area telinganya, dia limbung tapi belum terjatuh juga, langsung kuserang lagi

plaaak!! Aaaagh... Buuuuugh...

Masing masing ketiak dan telinga kebagian jatah pukulan dariku, lumayan membuat kedua tangannya tak bertenaga,

giliran pahanya kuhadiahi tendangan keras dariku dan sukses membuat dia jatuh duduk, dan berakhir terkapar,
Kuhampiri Jodi yang masih saja memegangi dadanya, sepertinya dia terkena stang motor pas tadi terjatuh,

Tak ada rasa iba lagi didiriku, kuterjang Jodi yang masih memegangi dadanya,

Buugh!!... Buuugh!! Aaa Braaaak!!!.

Sudah tak ada perlawanan lagi, akhirnya aku jatuh terduduk ditempat itu juga,
baru terasa lunglai tubuhku, aku ngga sadar kalau teman Jodi sudah terbangun dan menghampiriku,

Buuugh!! aaaagh!!
Aku ngga siap dan tenagaku serasa dilolosi, lunglai aku tersungkur ketanah, habislah pikirku

Ku lindungi kepalaku itu yang penting, dia terus menyengku dengan tendangan tendangan lemahnya,
Walau bagaimana pun seranganku tadi tetap berefek besar ke fisiknya, tubuhku masih kuat bertahan dengan tendangan lemahnya,
Aku hanya ngga mampu membalas serangannya saja,

Wooooy!!!
Serangan teman Jodi akhirnya berhenti,
Kulihat dari arah jalan seseorang datang menghampiri,
Deeegh!! mampus.... tamat riwayatku,
ternyata yang datang orang yang dia segani di kampungnya Jodi.
Yang ku tau dia namanya Zaenal
Dilihat satu persatu dari kami, setelah mengintrogasi teman Jodi dan memberi satu kali bogem dimukanya, lalu dia mendekatiku dan langsung menjambak rambutku,
hal yang sama dilakukan padaku kini lebih detail lagi bukan dimana asalku tapi namaku yang ditanya,
" Siapa namamu! "
"Iantono mas"
Jawabku pelan,
Ditanya lagi siapa orang tuaku dan kujawab kalau aku ikut kakekku, dia tanya lagi siapa kakekku,
" Harjo Prawiro nama kakekku mas"
Jambakan dirambutku langsung dilepaskan olehnya,
Dia diam seperti sedang mengingat sesuatu,

Lalu dia berdiri dan menghampiri Jodi, kali ini tatapannya penuh amarah ke Jodi,
tak perduli Jodi masih meringkuk kesakitan dan ditarik kerah baju seragam Jodi sampai terduduk,

plaak!! plaaak!!,

" Ngga tau malu kamu Jod!! Masalah perempuan main kroyok kamu! "
Plaaak!!
Tamparan ketiga membuat Jodi semakin tragis nasibnya.
" Nanti malam kumpul di pendopo, kecuali kamu cuk! Minggat dan jangan ikut campur masalah orang orang ku!
dan bawa pecundang ini minggat Dari hadapanku! Cepaaat!! "
Jari mas zaen menunjuk kearah teman Jodi,
Buru buru teman Jodi melangkah dan menaiki motor pergi bersama Jodi, ntah kemana, yang jelas mereka keluar lagi kejalan raya,

Lalu mas Zaen menghampiriku dan mengantarkanku pulang, mau sekalian ngomong sama kakek katanya.
Sampai dirumah kakekku kaget karna aku pulang diantarkan mas Zaenal.
Lalu mereka berdua membahas kejadian tadi,
Dan baru kutahu ternyata mas Zaenal teman dekat dengan pamanku yang sekarang tinggal dikota S.

Yang katanya jangan sampai pamanku tau masalah ini, bisa rame lagi nanti kalau sampai tau, kata mas Zaen,
Aku jadi mikir ada apa sama pamanku sampai ngga boleh tau masalah beginian, ah jangan jangaaan....
Ah sudahlah males mikirinnya,


Malam hari tiba
Entah siapa yang ngundang Heru, Bayu dan Indra mereka ikut dipendopo, hanya aku dan ketiga temanku pemuda yang dari pihakku, dan sekitar sepuluh orang dari pihak Jodi, kami dikumpulkan di lapangan samping pendopo,
semua berkumpul dan duduk melingkar, masalah pun di bahas, dan berakhir damai disitu, tak ada perdebatan panjang yang ada serentetan ancaman dari mas Zaen,
Intinya bilamana salah satu dari kami membuat masalah yang sama, atau motifnya masih ada hubungannya dengan masalah ini,
akan di adu di lapangan pendopo sampai salah satu diantara kami sekarat, hanya butuh waktu satu jam untuk mendamaikan salah kecil semacam ini, aku hanya geleng geleng kepala, itupun diperjalanan bersama tiga temanku,
mana berani aku geleng kepala di depan mas Zaen pas dilapangan tadi,
bisa langsung diplintir sekalian leherku nanti sama dia,

Diperjalanan ketiga temanku tak banyak bicara, sebelum berpisah akupun berpesan jangan sampai ada yang tau tentang masalah ini,
dan merekapun mengiyakan pesanku tadi,

Sampai dirumah aku langsung tertidur pulas, berharap besok badanku sudah pulih seperti sedia kala,



BERSAMBUNG....
 
** makasih updatenya om @qthi **

Ceritanya tambah menarik, penulisan juga semakin apik.

Dwi Astianti :panlok3:
sVvdpKx.jpg
 
Bimabet
Wah masalah msh berlanjut nih. Tu pamanya Ian mang jagoan ya sampai kampung sebelah aja takut. Asti ternyata benar suka ma Ian pa arahnya ke poliklinik nih dng Indriani. Lanjut lg deh :beer::beer::beer::beer:
Berikutnya ada penjelasan dari sang kakek, tentang siapa dan kenapa paman Ian om @Bajulkesupento, untuk masalah hati, hati hati dengan hatimu Ian, begitulah kira kira om :beer::beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd