Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Istriku Yang Bercadar Selingkuh (TAMAT)

sondosong

Adik Semprot
Daftar
26 Dec 2017
Post
140
Like diterima
843
Lokasi
medan
Bimabet
Libur lebaran

https://www.imagebam.com/view/MESYAUD
Mulustrasi Zahra.


Libur lebaran sudah tiba aku dan istriku berencana mudik ke kampung istriku. Aku doni umur 30 tahun, sedangkan istriku zahra umur 25 tahun. Disini cerita fokus ke penggambaran istriku. Istriku biasa-biasa saja, dengan kulit bersih karena jarang terkena sinar matahari. Ya istriku seorang istri yang taat agama. Selalu memakai gamis panjang, hijab lebar sampai ke panggul dan cadar.

Aku mudik membawa kendaraan pribadiku. Hanya saja aku tidak menyetir sendiri. Ada pak hadi yang menjadi sopir pribadiku.

Kalo capek istirahat pak, ntar kita mampir sebentar ke rumah makan cari makan, kataku.

Iya pak, kata pak hadi.

Mobil kita pun menepi, kita mampir makan sebentar. Istriku minta dibungkuskan, dia makan di dalam mobil.

Umi di dalam mobil aja bi, abi sama pak hadi aja yang makan di dalam. Ribet makan cadaran kek gini. Kata istriku.

Yauda abi makan dulu ya, ayok pak. Oh iya pak ntar bungkusan makanannya tolong diantarkan ke mobil ya, pintaku.

Siap pak, pak hadi tersenyum.

Kita pun makan dengan lahapnya. Pak hadi mengambil ayam goreng satu dan masakan dengan bumbu berwarna coklat. Ntah aku gak tau nama makanannya.

Acaraku makan-makan pun selesei, kami pun melanjutkan perjalanan.

Tidak jarang kita istirahat di rest area. Tetap di dalam mobil. Pak hadi tidur di dalam mobil juga. Terpaksa zahra tetap memakai outfit lengkap berserta cadarnya.

Waktu pun berjalan dengan cepat, setelah sholat subuh di mushola terdekat kita melanjutkan perjalanan.

Tiba-tiba mobil kami hampir saja menabrak truk tronton. Astaghfirullah, istriku sempat histeris.

Bapak ngantuk ya pak? Tanyaku.

Iya pak, maaf. Bapak capek banget. Maklum sudah tua harus menyetir mobil dalam jarak yang jauh. Kata pak hadi.

Aku kasian melihat pak hadi. Dan tentu saja demi keselamatan kami bertiga juga akhirnya aku putuskan aku yang menyetir mobil.

Pak hadi duduk di sampingku, istriku tetap di jok belakang mobil.

Bapak ke belakang aja pak tidur, gapapa. Kataku.

Iya pak, terimakasih. Kata pak hadi.

Mobilku menepi, kini pak hadi pindah ke jok belakang bersama istriku.

Sini pak, kata istriku dengan ramah.

Terima kasih bu. Pak hadi masuk dengan malu-malu.

Perjalanan kami berlanjut. Aku lihat dari spion sepertinya pak hadi sangat lelah. Sampai-sampai dia tertidur dengan pulas. Istriku menepi ke samping, melihat keluar kaca mobil pemandangan yang kami lewati.

Hampir 5 jam perjalan kami. Dengan ngetem beberapa kali ke rumah makan untuk sholat dan makan.

Sekarang pak hadi menggantikanku menyetir, kondisinya sudah mulai membaik. Di perjalanan mobil kita mogok. Kebetulan sekarang kita berada di jalanan yang kanan kirinya adalah hutan.

Pak hadi turun dari mobil. Aku membantu sebisanya membantu sebisanya. Sudah setengah jam mesin tidak kunjung menyala.

Istirirahat dulu pak, nanti dilanjut lagi kataku.

Aku kasian melihat pak hadi yang sudah uzur ngos-ngosan memperbaiki mobilku.

Istriku menghampiriku, gak bisa diperbaiki ya bi?

Belum bisa nyala mi, kataku.

Istriku menyeka keringatnya dikeningnya, disibakkan cadarnya untuk meminum air mineral di botol.

Panas banget ya bi, kata istriku.

Dia mengibas-ibaskan ujung hijabnya menjadi kipas untuk meredakan udara yang panas.

Hutannya gundul sih mi, kataku.

Pak hadi datang nimbrung dengan kami mengobrol.

Udaranya panas banget pak, aku membuka obrolan.

Iya pak, mungkin karena hutan disini gundul pak. Jawab pak hadi.

Zahra masih mengibas-ibaskan ujung hijabnya.

Udah waktunya sholat pak, tayamum aja. Kataku.

Istriku mulai tayamum menggunakan debu di dalam mobil. Begitu juga aku dan pak hadi.

Setelah sholat pak hadi mencoba memperbaiki mobil lagi. Tidak ada perubahan, mobil tetap mogok sampai larut malam.

Kami berencana pergi mencari bantuan ke perkampungan. Paling tidak jaraknya sekitar 2 km dari sini.

Hati-hati dijalan pak, kata istriku.

Iya bu, sama-sama. Saya jalan dulu pak. Kata pak hadi.

Iya pak, hati-hati. Kataku.

Di hutan ini jarang sekali kendaraan lewat jadi sangat sepi sekali. Sekarang sudah mulai memasuki malam. Aku dan istriku tertidur.

Pak, pak bangun. Aku terbangun. Aku lihat ada mobil diparkir di sebelah mobilku. Ternyata pak hadi sudah menemukan bantuan.

Tak beberapa lama mobilku diperbaiki, dicoba distarter oleh tukang service. Mobilku menyala.

Lega sekali rasanya, akhirnya kita bisa melanjutkan lagi perjalanan.

Terima kasih pak. Kataku ke tukang service mobil.

Sama-sama pak, kata tukang service.

Mobil tukang service mulai menjauh. Kini tinggal kita bertiga saja.

Bagaimana pak, lanjut perjalanan sekarang? Tanya pak hadi.

Boleh pak, kataku.

Pak hadi sepertinya masih lelah bi, abi saja yang menggantikan menyetir mobil sebentar. Saran istriku.

Ah enggak bu, enggak capek. Kata pak hadi.

Yauda gapapa pak, bapak duduk di jok belakang saja. Biar leluasa tidur. Kataku.

Akhirnya pak hadi menurut. Dia turun, sekarang duduk di depan jok istriku.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, melewati hutan, perkampungan dan hutan lagi.

Sekarang kita memasuki hutan yang lebih panjang. Suasana sangat sepi dan gelap.

Aku lihat dari kaca spion istriku sudah tertidur di belakang.

Pak hadi juga tertidur di depan jok istriku. Karena aku capek mengemudi akhirnya aku menepi di pinggir hutan untuk istirahat.

Aku tidur dengan menyandarkan kepalaku ke dashboard. Belum beberapa menit aku tertidur aku dikejutkan dengan desahan.

Kocoba pura-pura tidur dan melirik di jok belakang. Pak hadi menindih istriku. Mereka saling berciuman, dengan sedikit membuka cadar istriku. Tangan pak hadi tidak henti-hentinya meremas dada istriku.

Elm Elm, Elm Elm, paaakkk ahhh asssshhh.

Gamis istriku juga tersingkap ke pinggang. Astaghfirullah. Aku lihat kemaluan pak hadi keluar masuk ke dalam kemaluan istriku.

Clok, clok, clok.

Aku marah melihat apa yang aku lihat. Tapi desiran di dadaku bercampur antara cemburu dan nafsu.

Aahhhhh, tubuh istriku melengking. Sepertinya itu orgasme istriku yang pertama. Tapi aku tidak tau juga kalo sebelumnya istriku sudah orgasme.

Tidak beberapa lama pak hadi pun menyusul, dia ejakulasi diluar. Dengan mengurut penisnya agar spermanya terkuras dari dalam buah zakarnya. Lalu pak hadi ambruk dengan memeluk istriku.

Terima kasih aisyah, pak hadi mencium kening istriku.

Aisyah pun mengangguk, lalu menoleh kesamping menahan malu.

Mereka berdua merapikan pakaiannya lalu tidur.

Perasaanku saat itu meledak-ledak, tapi aku sangat bernafsu. Dan anehnya aku ingin melihat adegan seperti itu lagi.

Kukocok penisku sampai muncrat, aku pun tertidur.

Pagi harinya seperti tidak terjadi apa-apa. Terlihat normal-normal saja. Mobilku sudah aku parkirkan ke masjid di perkampungan. Aku mandi junub sebelum menjalankan sholat subuh.

Aku lihat istriku juga memasuki kamar mandi perempuan untuk mandi. Tapi aku enggan menanyakan macam-macam.

Setelah sholat subuh perjalanan ke kampung istriku dilanjutkan kembali. Sekarang pak hadi yang menyetir.

Kami bertiga tidak ada yang berbicara, istriku pun terlihat diam saja. Hanya melihat pemandangan dari kaca mobil.

Mobil kami memasuki halaman masjid, kami istirahat sejenak di masjid. Sekarang sekitar jam 08.00.

Setelah kita mampir sebentar di masjid, istirahat dan sholat dhuha. Perjalanan dilanjutkan dengan aku yang menyetir. Kata istriku kasian dengan pak hadi harus menyetir sendirian sampai ke kampung istriku.

Ntah sudah berapa masjid yang menjadi tempat transit kami. Pak hadi dan istriku terlihat normal-normal saja. Tidak ada gelagat aneh yang mencerminkan kalo sempat terjadi perselingkuhan.

Mobil kami memasuki hutan lagi, ada banyak pepohonan rimbun yang lebat. Saat memasuki hutan malam-malam seperti ini, sangat mengerikan. Sekarang aku menemani zahra di jok belakang, sedangkan pak hadi yang menyetir mobil.

Berkali-kali zahra memelukku, dia ketakutan melihat pohon besar seperti beringin di pinggir jalan. Jalanan sangat sepi. Hanya ada beberapa mobil, bus, truk yang bisa dihitung dengan jari.

Aku lihat pak hadi melirik kami. Sepertinya dia cemburu zahra yang selalu dia panggil aisyah memelukku. Lagian aku suami sahnya. Dan perbuatan istriku memang dosa besar. Tapi mau bagaimana lagi, aku terlalu cinta sama zahra. Tidak mungkin aku menceraikannya.

Mobil kami berhenti sebentar, sekarang giliran aku yang menyetir. Di tengah jalan yang gelap lagi-lagi istriku ketakutan.

Abi aku takut, rengek istriku.

Itu kan udah ada pak hadi di belakang mi, hiburku.

Huh, masak umi.... Istriku tidak melanjutkan kata-katanya.

Aku terdiam, fokus menyetir. Jalanan yang sekarang aku lewati butuh fokus yang tinggi. Jadi aku hanya sesekali bisa melirik ke arah spion.

Kulihat pak hadi memeluk istriku, dengan kepala istriku disandarkan ke dadanya. Dielus-elus kepala istriku, dikecup juga kepalanya.

Istriku menoleh ke belakang, disingkapkannya cadar yang dia pakai. Mereka berciuman.

Jantungku seketika berdegup kencang, tetapi aku harus fokus melihat ke arah depan. Kelokan-kelokan tajam sangat berbahaya. Dan di kanan kiriku jurang-jurang yang dalam.

Kulihat lagi ke arah spion, sekarang zahra
berada di pangkuan pak hadi. Tangan pak hadi sudah masuk ke bawah hijab lebar istriku. Terlihat tangannya menyembul seperti sedang meremas-remas dada istriku.

Dan yang membuat aku makin tegang lagi zahra bergerak naik turun di pangkuan pak hadi. Badanku mulai panas dingin.

Ada pom bensin di depanku, aku berencana mengisi bensin dulu. Zahra dan pak hadi mulai bersikap normal lagi. Zahra merapikan pakaiannya. Duduk di atas jok seakan tidak terjadi apa-apa.

Saat aku keluar dari mobil, zahra dan pak hadi ikut keluar. Istriku izin ke kamar mandi padaku. Kulihat pak hadi juga berjalan ke arah kamar mandi.

Mataku melirik mereka, aku cepat-cepat membayar uang ke pegawai pom bensin. Lalu aku berjalan mengikuti mereka.

Aku mengendap-endap dibalik tembok, kuintip mereka.

Pak hadi mencium kening istriku, dan istriku berdiri merapat ke tembok. Matanya terpejam. Lalu pak hadi menggandeng tangan istriku, mengajaknya ke samping pom bensin. Ada pohon-pohon besar, semak-semak belukar disitu.

Pak hadi menggelar tikar lebar di atas tanah. Melepas semua pakaiannnya. Aku kaget melihat kemaluan pak hadi, ternyata besar. Dengan urat-urat mengelilingi batangnya. Istriku aku lihat masih malu-malu.

Tapi dia akhirnya melepas cadarnya, mereka berciuman sambil duduk berhadapan.

Muah, muah, cup, cup..

Hijab kamu aku lepas ya sayang? Kata pak hadi.

Lepas aja pak, istriku menunduk malu sambil tangannya meremas-remas kemaluan pak hadi.

Gemas aku sama kamu aisyah, kata pak hadi sambil melepas hijab istriku secara perlahan. Kini terlihat rambut panjang aisyah tergerai panjang.

Mereka kembali berciuman, saling lumat. Istriku berada di bawah dan pak hadi berada di atas. Celana dalam istriku sudah terlepas. Gamis istriku tersingkap sampai ke panggul.

Pak hadi yang sudah telanjang bulat mulai penetrasi.

Aw, ahhhh sakit pak. Pe lan pelan. Mata aisyah mendelik.

Pak hadi membelai wajah istriku dan mencium kening istriku.

Bles, seperempat kemaluan pak hadi sudah mulai masuk.

Ahhhh, paakkkkkk. Tangan aisyah mencengkeram pundak pak hadi.

Cplok, cplok, cplok, pak hadi mulai menggenjot.

Tahan ya aisyah, sebentar lagi enak. Kata pak hadi.

Aisyah hanya mengangguk. Ah ah ah, enak pak enak pak.

Tangan pak hadi pun meremas payudara istriku dibalik gamis dan BH yang masih menutupi payudara mungilnya.

Aku yang melihat dari jauh sudah tidak sabar. Rasa amarahku seperti mau meledak. Kuhampiri mereka dengan tangan terkepal.

Kalian ngapain?, aku sedikit membentak.

A a bi? Istriku bangun terduduk lemas sambil menunduk.

Pa pak. Pak hadi terlihat ketakutan setelah kedatanganku.

Pak hadi langsung memakai pakaiannya kembali. Dan istriku kembali memakai hijab dan cadarnya.

Istriku berlutut memohon ampun padaku. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya. Aku tanyakan sejak kapan dia selingkuh dengan pak hadi. Kata istriku sudah lama mereka menjalin kasih sejak setahun yang lalu saat aku dinas ke luar kota.

Istriku menangis sejadi-jadinya. Tetapi aku tidak bisa memaafkannya.

Aku berjalan menuju mobilku. Mereka berdua mengikuti dari belakang.

Saat aku masuk ke dalam mobil, istriku dan pak hadi ikut masuk ke dalam mobil. Perjalanan ke rumah orang tua istriku tetap berlanjut. Aku tidak mau melibatkan permasalahan rumah tanggaku pada mertuaku. Ntah bagaimana nanti jadinya.

Dua jam lebih dari pom bensin akhirnya kita sampai ke rumah mertuaku. Mereka menyambutku dengan hangat. Mencium anak perempuannya dan menyalami pak hadi.

Kami berbincang-bincang panjang lebar hingga tengah malam. Minum kopi di emper rumah sambil main catur.

Setelah malam tiba, saat aku dan istriku memasuki kamar. Kita tidak saling sapa. Istriku hanya menunduk, dengan wajah muramnya.

Kita tidur juga saling memunggungi. Sesekali istriku mengajakku bicara, tetapi aku tetap diam saja.

Istriku keluar dari kamar ntah dia mau kemana. Aku ikuti dia, sambil sembunyi-sembunyi. Dia berjalan ke arah kamar tamu yang ditempati pak hadi.

Pak, buka pak, ini aisyah. Kata istriku.

Pak hadi membukakan pintu, lalu pak hadi memeluk istriku. Membawanya masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.

Aku mencari cara bagaimana aku bisa mengintip, tetapi sayangnya tidak ada lubang apa pun yang bisa aku buat mengintip. Hanya terdengar desahan-desahan manja dari istriku.

Saking frustasinya aku kembali ke kamar, onani lalu tertidur.

Pagi harinya aku dan istriku tetap seperti semula. Aku tetap mengacuhkannya. Kulihat wajah istriku terlihat bahagia. Wajahnya ceria, matanya juga berbinar-binar.

Dia sudah tidak lagi berusaha untuk berbicara padaku.

Umi, maafin papa ya.

Iya, istriku membalas perkataanku dengan sikap dingin.

Di dalam kamar, istriku giliran yang acuh padaku. Dia menolak aku sentuh. Aku hanya diam saja menurutinya.

7 hari di rumah mertua sama sekali aku tidak menyentuh istriku sama sekali. Bahkan saat kepulangan kita.

Di perjalanan pulang, yang menyetir mobil tetap bergiliran.

Saat memasuki hutan, kulihat di kaca spion. Sudah tidak lagi malu-malu aisyah dan pak hadi berciuman. Aisyah masih memakai cadarnya. Bibir pak hadi menyentuh bibir istriku.

Mereka saling berhadapan dengan tangan istriku berada di pundaknya.

Kupinggirkan mobilku ke tepi jalan yang ditumbuhi pepohonan besar di tepi hutan.

Umi, umi apa-apaan? Bentakku.

Istriku diam saja hanya melirik ke arahku.

Pak hadi tersenyum licik ke arahku lalu mencium kembali bibir aisyah yang terhalang cadar.

Istriku dipangku oleh pak hadi, mereka saling berhadapan. Dengan istriku membelakangiku.

Tangan pak hadi meremas pantat istriku. Digulunglah gamis istriku ke atas sampai ke pusar. Disampingkan celana dalam istriku dan turun ke bawah.

Kemaluan pak hadi yang sudah tegang ambles membelah kemaluan istriku.

Naik turun, naik turun, kepala istriku mendongak ke atas menahan rasa nikmat.

Saking tidak kuatnya aku melepas celanaku, celana dalamku juga. Aku mengocok kemaluanku sendiri.

Pak hadi berbisik ke telinga istriku yang tertutup hijab. Sepertinya istriku tertawa kecil. Lalu menoleh padaku.

Abi suka melihat umi digenjot pak hadi? Istriku bicara dengan nada manja.

A a abi, aku tetap mengocok kemaluanku.

Sebentar ya pak, muah. istriku mencium bibir pak hadi lalu menghampiriku.

Istriku jongkok sambil mengocok kemaluanku.

Duh kasian suami aku. Enak bi? Tanya istriku.

Enak mi, enak. Tangan lembut istriku yang lembut membuatku tidak tahan akhirnya muncrat di tangan istriku.

Huh segini aja muncrat bi. Lelaki lemah.

Yauda sekarang umi mau lanjut digenjot pak hadi dulu ya. Abi gak boleh protes.

Tanpa perasaan tersinggung sedikit pun dengan kata-kata lelaki lemah aku menjawab dengan terbata-bata, i iya mi.

Istriku menghampiri pak hadi. Mereka berciuman lagi seperti tadi. Gamis istriku tersingkap sampai ke perut. Lalu tangan istriku menggenggam kemaluan pak hadi dan mengarahkannya membelah kemaluannya.

Istriku menoleh, abi kok tegang lagi sih itunya? Istriku tertawa manja.

I iya mi, a abi gak tahan. kugenggam kemaluanku yang kembali tegang.

Cplok cplok, bunyi pertemuan kelamin mereka membahana memenuhi ruangan mobilku.

Ciuman mereka pun juga semakin hot saja, muah, muah, Elm Elm.

Tangan pak hadi juga tidak mau ketinggalan meremas payudara istriku dengan memasukkan tangannya dibalik hijab panjangnya. Istriku merogoh gamisnya dan melepaskan BHnya. Sekarang payudara istriku tidak terhalang oleh BHnya.

Pak hadi meremas-remas kembali payudara istriku. Istriku mendesah, memegang kepala pak hadi dan kembali berciuman panas dengan tetap memakai cadarnya.

Istriku menegang, sedikit mengangkat tubuhnya. Ahhhh, ah crrrrt crrrttt crrrrtt. Zahra mengalami orgasme yang pertama.

Kemaluan pak hadi masih berdiri tegang. Kembali ambles ke kemaluan istriku.

Istriku yang mengalami orgasme pertama terkulai lemas, ambruk memeluk pak hadi. Dengan kepala istriku di samping kepala pak hadi.

Lagi-lagi istriku mengalami orgasme yang kedua kali. Pantatnya dia angkat, bergetar maju mundur, crrrrt crrrttt crrrrtt.

Enak aisyah? Tanya pak hadi.

Iya pak, enak banget. Aisyah lemas pak.

Lalu pak hadi mengangkat tubuh aisyah, ditidurkannya ke jok. Pak hadi membuka hijab panjang aisyah. Lalu membuka gamis aisyah hingga aisyah telanjang bulat.

Tatapan zahra sayu, istriku menoleh kepadaku.

Abi, istriku menoleh padaku sambil menggigit kukunya. Payudaranya naik turun dengan nafas tersengal-sengal.

Pak hadi yang di atas istriku sudah ancang-ancang memasukkan kembali rudal beratnya ke sarangnya. Bles...

Ahhhhh, pakkkk. Kaki istriku melingkar ke tubuh pak hadi.

Tubuhnya melonjak-lonjak, berayun-ayun bersamaan dengan genjotan kuat pak hadi.

Mobilku pun juga ikut bergoyang. Pemandangan yang membuatku panas dingin.

Ntah dengan onani begini aku jadi lama keluarnya. Staminaku jadi semakin kuat.

Aahhhh pak aku keluar lagi, istriku sudah tidak malu-malu lagi berteriak. Crrrt crrrrt. Tetapi pak hadi belum ada tanda-tanda keluar.

Aku sudah diujung tanduk, ternyata aku tidak sekuat pak hadi. Spermaku keluar setelah melihat istriku orgasme.

Abi abi, gitu aja udah keluar sih. Ah ah pak, jangan keras-keras. Pelan, pelan.

Sedikit rendah diri mendengar perkataan istriku. Sekarang aku hanya mengelus-elus kemaluanku sendiri yang terkulai lemas.

Pak hadi mencium bibir istriku lagi. Mereka saling lumat, sampai ludah mereka berbunyi seperti decakan. Lalu pak hadi menjilati pipi, telinga dan tangan pak hadi tak henti-hentinya meremas payudara istriku.

Pkemaluan pak hadi ditancapkan kuat-kuat, hhhgnk hhhgnk,

Pakkkk, istriku mencengkeram punggung pak hadi.

Keluar dimana aisyah sayang? Tanya pak hadi.

Di dalam pak, ahhhhhh. Aku juga pak.

Setelah kemaluan pak hadi keluar dari kemaluan istriku terlihat kemaluan istriku menganga lebar. Cairan cinta pak hadi meluber keluar bercampur dengan cairan cinta istriku.

Aku mendekati istriku, membasuh keringatnya dengan handuk. Kemaluannya juga aku bersihkan. Kupakaikan kembali pakaiannya.

Pak hadi pun juga memakai pakaiannya kembali.

Kami melanjutkan perjalanan. Suasana kami bertiga sudah berbeda. Sudah lima kali pak hadi menggenjot istriku sampai istriku tergolek lemah. Tetapi ada senyuman puas di wajahnya.

Hampir setengah hari perjalanan, akhirnya kita sampai di rumah.

Istriku hamil, dia tersenyum bahagia. Meski hatiku sakit, janin di dalam rahim istriku adalah anak istriku. Mau tidak mau aku harus menerimanya. Dan berjanji merawat, mendidiknya sampai dewasa.

Di dalam rumah, istriku seperti memiliki dua suami. Dari mata tetangga, istriku tetap istri sholehah yang taat dengan suaminya dan tentu saja hanya memiliki satu suami. Kenyataannya, kemaluan istriku tidak lagi menjadi milikku.

Saat ini aku sedang duduk di sofa, istriku keluar memakai longdress berwarna putih tulang dengan bunga-bunga berwarna biru. Dipadu hijab lebar berwarna serupa dan juga cadarnya.

Abiii, istriku menggelendot manja memelukku.

Dan kulihat pak hadi menghampiri kami, memegang pantat zahra. Meremas-remasnya. Ahhhh, pak hadi. Istriku melenguh manja.
 
Terakhir diubah:
Mulai bisa menerima


Melepas pelukannya kepadaku. Lalu menghambur kepelukan pak hadi.

Zahra mengalungkan tangannya ke pundak pak hadi, pak hadi memeluk pinggangnya dan mengangkat tubuh istriku. Mereka berciuman dengan panas.

Istriku menoleh kepadaku, lalu tersenyum.

Mereka kembali berciuman, istriku dipepet ke tembok. Tangan pak hadi meremas-remas payudara istriku.

Ahhh pakkk, istriku melenguh manja.

Cadarnya basah oleh air liur mereka. Pak hadi enggan membuka cadar istriku.

Dibukanya kancing depan gamis istriku, menyembul payudara istriku yang tidak begitu besar dibalik BH putih.

Muka pak hadi menyosor, mencium setiap inci payudara zahra. Cletek, BH istriku dibuka jatuh ke lantai. Setelah itu pak hadi menyusu ke payudara istriku.

Istriku memejamkan matanya. Tangannya memegang kepala pak hadi. Disibakkannya gamis bagian atas istriku. Dua melon kembar terpampang indah di depan laki-laki tua yang bukan suaminya.

Pak hadi menyusu bergantian, kanan kiri. Lalu pak hadi kembali mencium istriku. Tangannya tak henti-hentinya memainkan payudara istriku. Memilin putingnya.

Elm, Elm, Elm, cadarnya basah penuh ludah.

Zahra Nurul Aisyah, pak hadi menghentikan mencium bibir istriku.

Iya pak, kata istriku dengan nafas memburu.

Jangan panggil pak dong aisyah, panggil mas aja. Kata pak hadi tertawa licik sambil melirikku.

Emm, iya mas hadi. Istriku tersenyum dengan mata menyipit.

Nah gitu kan mesra dek aisyah. Muah, pak hadi mengecup sekejap bibir istriku.

Kancing istriku kembali dikancingkan oleh pak hadi. Istriku mendekatiku.

Abi, istriku menggelendot manja. Duduk disampingku dengan mengalungkan tangannya. Melepas cadar yang dia pake, lalu mencium bibirku.

Elm, Elm, tangannya memegang tanganku lalu menempelkannya ke payudaranya yang sudah tidak memakai BH.

Abi gak cemburu? Zahra cemberut manja.

Cemburu. Kataku singkat.

Beneran abi cemburu? Istriku memastikan.

Aku mengangguk, iya jawabku singkat lagi.

Dengan beringas aku ciumi seluruh wajahnya, kujilati wajahnya. Istriku tidak menolak. Lalu aku cium leher yang tertutup hijab, merambat ke lengan. Kuendus-enduskan mukaku ke keteknya. Merambat lagi payudaranya, turun ke perutnya.

Abi nafsu banget sih? Istriku cekikikan.

Abisnya umi nakal, selingkuh sama pak hadi. Aku sedikit kesal.

Yaelah, umi kan cuma digenjot aja abiku sayang. Lagian umi masih jadi istri abi kan? Istriku berusaha membela diri.

Iya benar, tapi umi udah selingkuhin abi kan?

Jadi bagaimana, abi mau menceraikan umi? Istriku merajuk.

Pak hadi mendekat, tanpa rasa jijik pak hadi giliran mencium pipi istriku yang basah.

Sebentar ya mas, istriku dengan suara lembut. Berdiri dan berjalan ke arah kamar. Sepertinya istriku cuci muka. Sekarang sudah memakai cadarnya kembali.

Istriku berjalan menghampiri kami, dengan jari telunjuknya memberi kode agar kami mengikutinya. Berjalan mundur kembali memasuki kamar.

Aku dan pak hadi mengikuti zahra memasuki kamar pengantin kami.

Zahra satu persatu melepas pakaiannya dengan gaya striptis, pelan dan menggoda. Pertama zahra melepas cadarnya. Lalu naik ke atas ranjang.

Dengan gerakan lambat zahra melepas hijabnya, kain itu pun jatuh ke ranjang. Rambut panjangnya yang hitam terurai. Kancing depan bajunya pun dibuka dengan pelan.

Kalian mau aku? Kalian nafsu ya melihat aku telanjang? Suaranya serak-serak menggoda.

Gamisnya sudah turun ke pinggang, lalu melepas secara pelan. Terlihat payudaranya yang menggembung. Turun lagi terlihat perutnya yang sedikit buncit. Turun lagi terlihat kemaluan istriku yang ditumbuhi bulu yang lebat.

Sekarang zahra benar-benar bugil dihadapanku dan pak hadi.

Aku dan pak hadi naik ke ranjang. Kita menggerayangi tubuh mulus zahra. Mencium rambutnya, pundak, sampai meremas payudaranya.

Pak hadi menelentangkan zahra, menyusu dan meremas payudara kanan istriku.

Dan aku tidak mau kalah, ikut menyusu di payudara istriku yang kiri.

Tangan pak hadi mengucek-ucek kemaluan istriku. Tubuhnya bergetar, melengking.

Ahhh, crrrrt crrrttt. Istriku mengalami orgasme yang pertama.

Enak dek aisyah? Tanya pak hadi dengan lembut sambil mengusap kening istriku dan mengecup keningnya.

Istriku mengangguk dengan mata sayu.

Dengan cara memonopoli, pak hadi menindih istriku. Mencium bibirnya.

Aku pun turun dari ranjang, duduk di kursi sebelah ranjang.

Pak hadi sudah melepas pakaiannya. Kemaluannya yang besar dan panjang digesek-gesekkannya ke kemaluan istriku.

Ahh mas, suara istriku manja.

Iya apa sayang? Tanya pak hadi.

Masukin, aku gakkk kuuuaaattt.

Siap-siap ya, kata pak hadi.

Istriku mengangguk.

Bless....

Ahhhh, dalem mas hadi.

Cplok cplok cplok, suara perpaduan dua kelamin mereka menggema.

Aku yang tidak kuat membuka celanaku lalu aku mengocok kemaluanku yang besarnya tidak seberapa.

Ahhhh aku mendesis, spermaku keluar.

Kubiarkan mereka memadu kasih, aku tidak kuat harus melihat persetubuhan mereka. Akhirnya aku keluar kamar.

Setelah aku keluar kamar, aku lihat istriku keluar kamar dalam keadaan bugil. Kemaluannya aku lihat belepotan dengan sperma.

Istriku mendekatiku, zahra menghambur ke pelukanku. Aku pun terlentang. Zahra memegang kemaluanku, mengurutnya. Setelah tegang memasukkannya membelah kemaluannya yang merekah merah.

Bles, cplok, cplok, cplok.

Enak bi? Tanya istriku dengan tersenyum.

Iya, jawabku singkat.

Daya tahanku hari ini lumayan lama, sampai aku memuntahkan laharku di dalam kemaluan istriku.

Istriku tidak merendahkanku. Dia bangun lalu berjalan ke dalam kamar. Istriku menggandeng pak hadi yang masih telanjang. Mereka melanjutkan pergumulan mereka di atas karpet ruang tamu.

Istriku mengangkang, digenjot pak hadi.

Berkali-kali istriku orgasme, ada wajah puas di wajahnya.
 
Ulah suamiku


Kembali ke masa sekarang, aku zahra. Tetapi pak hadi selalu memanggilku aisyah. Katanya pak hadi lebih suka memanggilku begitu karena nama itu cantik.

Setelah aku dan suamiku kembali dari mudik lebaran, suamiku sudah menganggap apa yang kulakukan dengan pak hadi biasa-biasa saja. Kadang dia onani melihatku sedang bersetubuh dengan pak hadi.

Suatu hari, teman-teman suamiku datang ke rumah. Ada lima orang temannya, anton, rudi, bagus, ilham dan beni.

Mereka nongkrong di emper rumah, ada yang merokok, minum kopi, ngobrol-ngobrol dan main gitar. Tidak ada yang suka minum, hanya saja suka main perempuan. Untung saja suamiku tidak pernah terpengaruh oleh teman-temannya.

Aku dengar lamat-lamat, beni bilang ke anton. Wah gimana ini ton, jadi gak booking purel michat?

Jadi lah, tapi gue bosan ben. Booking purel cuma gitu-gitu aja. Dan gue gak mau kena penyakit keseringan make purel kek gitu.

Trus gimana ton? Apa yang lu mau? Kata rudi. Gue sih fetish akhwat bercadar sih.

Alah, mana ada lonte bercadar sih rud? Celetuk bagus.

Emang lu gak sungkan pada bahas lonte di depan doni? Ilham nyaut dengan agak sungkan ke suamiku.

Suamiku hanya cengar-cengir saja. Hanya suamiku yang belum pernah sama sekali bermain perempuan seperti teman-temannya. Dan suamiku terkenal kealimannya.

Ah santai aja lah, gapapa. Jawab suamiku menanangkan.

Silahkan diminum, aku keluar membawa nampan berisi kopi. Kusuguhkan pada teman-teman suamiku.

Rudi melirikku sejak tadi. Kubalas dengan memandang tatapannya. Lalu aku menunduk. Agak tidak nyaman juga ditatap seperti itu. Meski aku istri yang sudah berselingkuh, risih juga kalo ada tatapan nakal kepadaku. Aku memang sudah gila sex, tetapi aku bukan semurahan itu.

Mereka nongkrong sampai larut malam, tetap membicarakan tentang booking akhwat bercadar.

Ntah apa yang dibisikkan ilham ke rudi. Ilham mengajak suamiku keluar sebentar membeli rokok katanya.

Aku yang sedari tadi duduk di lantai menemani mereka, didekati oleh rudi dan anton. Oh ini ternyata lontenya. Mereka berdua mulai menggerayangiku.

Ah jangan, jangan. Apa-apaan sih kalian. Kilahku.

Udah kamu diam saja, kamu istri sholehot yang suka selingkuh kan? Kamu suka kontol kan? Ejek mereka.

Enggak, enggak. Udah hentikan. Aku mencoba melawan.

Sekarang aku dipaksa Suamtidur telentang dengan gamis tersibak sampai ke pinggang. Celana dalamku juga sudah terlepas. Ke empat teman suamiku menggilirku dalam keadaan aku masih menggunakan pakaian lengkap.

Kakiku yang mengangkang ditekuk ke atas, satu persatu memasukkan penisnya yang beragam ukuran ke vaginaku.

Ah ah ah, aku mendesah keras.

Saat satu orang memompa penisnya ke vaginaku. Yang lainnya menggerayangiku.

Ilham dan suamiku melihatku digilir, mereka sudah melepas celananya. Mengocok penisnya sendiri.

A abi, panggilku dengan suara lemah.

Suamiku mendekat, memelukku sambil duduk. Muah, cup, muah. Kita berciuman.

Aku menangis, cadarku basah oleh air mataku. Abi jahat.

Rudi mendekatiku, mengambil alih pelukan suamiku. Dia menciumku dengan kasar tanpa melepas cadarku. Aku ditelentangkan, dengan tanganku yang direntangkan ke samping.

Aku berusaha menutup selangkanganku dengan menutup pahaku. Tetapi rudi memaksaku. Gamisku kembali tersingkap.

Rudi mulai ancang-ancang memompa vaginaku lagi.

Ah jangan, jangan. Ahhh bles. Cplok cplok cplok.

Lalu digantikan oleh beni, beni pun tidak kalah kasarnya. Dia menarik cadarku sampai terlepas.

Cantik juga kamu ya, puji beni.

Aku tersipu malu, dengan memalingkan wajahku.

Beni mulai melumat bibirku dengan lumatan yang tidak kalah kasar.

Setelah beni, giliran ilham, lalu bagus, anton dan kembali ke rudi.

Hijabku dibuka secara paksa, kini terpampang rambut panjangku yang hitam legam. Gamisku disobek, terlihatlah gundukan payudaraku yang tidak terlalu besar.

BHku juga dipaksa lepas, laki-laki yang mengerubutiku kembali menggerayangiku. Ada yang meremas payudaraku dengan kasar. Ada menyusu seperti bayi, bergantian.

Kulihat ke samping, suamiku hanya duduk di kursi sambil mengocok penisnya sendiri.

Pandanganku sayu, ah ah ah. Aku hanya bisa mendesah.

Payudaraku berayun ayun. Dengan bekas merah karena remasan kasar dari teman-teman suamiku.

Sekarang aku sudah benar-benar telanjang. Digendonglah aku ke kamar mandi oleh rudi.

Mereka mengguyur tubuhku dengan shower, menyabuniku. Dengan sesekali meremas pantatku, payudaraku. Kadang payudara dan pantatku ditampar dengan keras.

Plak, aw sakit. Rintihku.

Aku kembali digilir di bak mandi. Ada yang menjilati kakiku. Menjilati tangan, bahkan ketekku.

Ahhhh srrrtt srrrtt srrrrt. Tubuhku melengking. Semburan cairan cintaku memenuhi bak mandiku.

Aku diangkat dari bak mandi, ditelentangkan ke lantai. Kembali teman-teman suamiku menggilirku.

Ah ah enak, enak. Aku sudah terbawa suasana.

Genjot yang kenceng, yang kenceng.

Ahhhhh srrrrrt srrrrt. Aku orgasme kedua kali.

Setelah mereka semua menggenjotku secara bergiliran. Mereka memandikanku lagi sampai bersih. Menghandukiku.

Aku digendong oleh rudi ke kamar, dipakaikan pakaian seperti yang biasa aku pakai. Gamis lebar, hijab panjang dan cadar.

Lalu aku ditelentangkan di atas ranjang pengantinku. Tanganku di ikat, bergitu juga kakiku.

Aku digilir lagi secara bergantian, sampai aku lemas tidak ada daya lagi.

Awalnya aku terpaksa, menolak perlakuan mereka. Sampai aku berdamai dengan keadaan dan menikmati digilir oleh teman-teman suamiku.

Pergumulan kami sampai menjelang subuh. Ikatanku sudah dilepas oleh mereka.

Esoknya saat mereka pamit ingin pulang, aku mencegahnya.

Saat ini aku memakai gamis berwarna putih, dengan cadar dan hijab serupa.

Kalian gak pengen menikmati tubuhku lagi? Aku berjalan mundur dengan suara menggoda. Sambil aku menggigit bibir bawahku.

Ke enam lelaki termasuk suamiku mengikutiku masuk ke dalam kamar. Aku kembali digilir oleh mereka.
 
Terakhir diubah:
Awal perselingkuhanku


Hari ini suamiku berangkat ke luar pulau, mendapat tugas dari perusahaan untuk meninjau anak cabang perusahaan disana. Di rumah aku hanya ditemani oleh pembantuku parman dan sopirku pak hadi. Akhir-akhir sering hujan lebat disertai angin. Meski aku tinggal di kompleks yang lumayan elit, tetap saja aku takut kalo mendengar petir menyambar.

Aku zahra, nama lengkapku zahra nurul aisyah. Aku masih berumur 25 tahun, sedangkan suamiku berumur 30 tahun bernama doni. Usia perkawinan kami belum terlalu lama, sekitar 5 tahun. Tetapi kita belum dikaruniai momongan.

Sehari-hari aku menggunakan pakaian tertutup, hijab panjang, cadar dan gamis lebar yang menutupi lekuk tubuhku. Kata suamiku wajahku biasa-biasa saja. Dan hanya suamiku dan orang tuaku yang mengetahui wajahku.

Di rumah aku tetap memakai cadar, karena ada pembantuku yang laki-laki dan sopirku.

Hari-hari kulalui dengan perasaan kesepian. Masih seminggu lagi suamiku pulang. Kadang pembantuku menemaniku menonton tv di ruang tamu. Sopirku pak hadi juga sering menemaniku hanya sekedar mengobrol.

Saat itu waktu hujan lebat dan petir besar yang menyambar-nyambar, aku sedang menonton tv di ruang tengah.

Petirnya gede banget bu. Kata parman.

Iya pak, matikan saja tvnya takut tersambar petir. Kataku.

Tv pun dimatikan oleh pembantuku yang merangkap sebagai tukang kebun.

Yauda pak, aku tinggal ke kamar dulu ya. Kataku sambil melangkah menuju kamar.

Baik bu, parman berjalan menuju dapur.

Oh iya pak, tolong buatkan teh hangat ya. Nanti bisa diantarkan ke kamar. Kataku.

Baik bu, parman tersenyum ramah kepadaku.

Aku pun berjalan menuju kemar lalu kututup pintunya. Kuselonjorkan tubuhku ke atas kasur. Kupeluk guling dengan erat, karena udara semakin dingin.

AC dalam kamarku aku matikan, tidak sadar aku pun tertidur.

Tok tok tok, bu, bu zahra. Aku mendengar lamat-lamat suara pak parman mengetuk pintuku.

Oh i iya pak, aku merapikan pakaianku beserta cadarku.

Kubuka pintu dan pak parman membawa baki dengan teh manis hangat di atasnya.

Terima kasih pak. Aku tersenyum di balik cadarku.

Aku kembali ke dalam kamar. Kuminum teh hangat itu untuk meredakan kedinginanku.

Pintu kamarku masih terbuka, kulihat pak hadi berjalan melintas di depan kamarku.

Aku yang memang dasarnya kesepian, mencoba menghampiri pak hadi sekedar aku ajak ngobrol-ngobrol agar aku tidak kesepian.

Pak, panggilku ke pak hadi.

Eh iya bu, ada apa? Tanya pak hadi mendekatiku.

Sini sebentar pak, temani aku aku ngobrol-ngobrol di ruang tengah. Daripada aku sendirian kan, ntar kesambet kalo ngelamun. Aku bercoletoh dengan sedikit candaan.

Oalah, ayok lah bu. Kebetulan saya juga gak ada kerjaan kan bu kalo pak doni sedang tugas ke luar pulau.

Kita mengobrol apa saja di ruang tamu, sambil bercanda-candaan.

Jarakku dengan pak hadi sangat dekat. Ya pak hadi udah aku anggap orang tuaku sendiri. Begitu juga oleh bang doni. Umur pak hadi sekitar 65 tahun, sama seperti usia abiku di kampung.

Ketika kita sedang asyik mengobrol geledek mengagetkanku. Aku meloncat kaget memeluk tubuh pak hadi.

Eh maaf pak, aku berusaha bangun dari pelukanku ke tubuh pak hadi.

Pak hadi menatapku dengan tajam. Aku pun juga menetap matanya dengan tatapan sendu. Melihat pak hadi aku jadi teringat abiku di kampung.

Ma maaf bu, pak hadi melepas pelukannya ke tubuhku.

Aku pun juga mulai menegakkan kembali tubuhku. Suasana pun menjadi canggung. Wajahku menunduk karena merasa malu.

Cukup lama kami berdua terdiam,

Pa pak, aku memulai percakapan ke pak hadi.

Desiran di hatiku tidak bisa kutahan, aku ingin memeluk pak hadi. Perasaan kesepian membuatku lupa siapa aku.

Kupeluk lagi pak hadi, kepalaku aku sandarkan ke dada pak hadi.

Bu, ibu gapapa kan? Tanya pak hadi. Pak hadi tidak memelukku. Hanya membiarkan aku memeluk tubuhnya.

Aku kesepian pak, aku sedikit menangis tersedu-sedu.

Pak hadi memberanikan diri memelukku, mengusap-usap punggungku.

Kutatap sekali lagi mata pak hadi, kita saling menatap lagi.

Wajah pak hadi seperti mendekatiku, aku tau apa yang akan dilakukan pak hadi. Cup, pak hadi mencium bibirku di balik cadar.

Aku yang refleks menutup mataku saat bibir pak hadi menempel di bibirku yang tertutup cadar. Kubuka mataku, kutatap lagi mata pak hadi seakan ingin mendapatkan ciuman yang kedua kalinya.

Cup, pak hadi kembali menciumku. Kukalungkan tanganku ke leher pak hadi. Kita saling berhadapan. Di atas sofa, pak hadi menindihku, mencium bibirku. Disingkapkannya cadarku, sebentar pak hadi menatap mataku.

Kamu cantik bu, tangannya membelai pipiku yang tertutup cadar. Cup, cup, ciuman kami pun semakin panas. Kita saling melumat bibir kita satu sama lain. Kadang pak hadi mengulum bibir bawah. Saling bermain lidah bahkan bertukar ludah. Sampai bunyi kecipak-kecipuk terdengar di seluruh ruangan.

Bagian bawah tubuh pak hadi ditekan-tekan ke bawah. Aku melenguh, mendesah.

Ahhh pak, pak hadi menekan lebih keras lagi. Kupegang kepala pak hadi agar tidak menghentikan ciumannya.

Prak, aku mendengar sesuatu seperti terjatuh. Aku dan pak hadi kaget, lalu cepat-cepat terduduk merapikan pakaian kami.

Pak parman tidak sengaja menabrak guci dekat ruang tengah.

Ma maaf bu, pak parman tertunduk takut. Meski dia mengetahuiku sedang bergumul di sofa dengan pak hadi.

Aku dekati pak parman, gapapa pak. Emm jangan bilang-bilang suamiku ya pak, lupakan apa yang bapak lihat.

Kudekati pak parman, karena tinggiku hanya sedagu pak parman. Aku berjinjit mengecup bibir pak parman.

Eh bu, pak parman kaget tiba-tiba aku mencium bibirnya.

Lalu aku duduk di atas karpet, memberi kode dengan jari telunjukku kepada kedua pejantanku.

Sini dong pak, ayok pak hadi juga temani zahra.

Pak hadi mendekat, duduk di sebelah kiriku. Pak parman duduk di sebelah kanan.

Pak parman mengelus-elus pundaku yang masih berbalut kain berlapis. Pak hadi pun juga tidak kalah mengelus-elus lenganku.

Kucium bibir pak hadi, kukalungkan tanganku ke leher pak hadi. Kita saling memandang sebentar lalu terjadi ciuman, lumatan yang panas. Pak parman mencium kepalaku dari belakang, tangannya mulai meraba tubuhku. Terasa tangan pak parman masuk ke dalam hijab lebarku, mencari gundukan yang tidak seberapa besar. Tangan pak parman meremas-remas pelan payudaraku.

Elm, Elm, bibirku yang tertutup cadar belepotan air liurku dan pak parman. Sesekali aku melepas ciuman kami untuk bernafas sebentar. Ahhh pak, aku mendesah saat payudaraku diremas-remas dengan kasar.

Aku membuka cadarku, kembali aku dan pak hadi saling tatap. Kamu cantik aisyah, aku malu dipuji cantik oleh pak hadi. Baru sekarang aku dipuji oleh lelaki, bahkan suamiku belum pernah memujiku.

Terima kasih pak. Muah, kembali kami berciuman. Lalu pak Parman memegang kepalaku, merebut ciumanku ke pak hadi.

Em, Elm, muah. Elm, Elm, pak parman melumat bibirku dengan panas.

Tangan kedua pejantanku menggerayangiku, payudaraku diremas-remas pak parman dengan kasar. Aku suka dikasarin seperti itu.

Hijabku disibakkan, kancing depan gamisku dibuka pak hadi. Diturunkan gamisku sampai turun sebatas perut. Kini terpampang payudaraku yang mengkal tertutup oleh BH berwarna hitam. Kontras dengan kulitku yang cerah.

Payudara kiriku diremas oleh pak parman, payudara kananku diremas oleh pak hadi.

BHku pun sudah terlepas, tangan-tangan kasar dua pejantanku tidak berhenti-berhenti meremas payudaraku.

Pak hadi terlentang di atas karpet. Aku yang berada di atas mulai melepas celana pak hadi. Sekarang tinggal celana dalam pak hadi yang terlihat. Menggembung, sampai kepala penis pak hadi keluar dari celana dalamnya.

Aku yang kaget menutup bibirku dengan tangan. Celana dalamku pun juga sudah terkapar. Ntah sejak kapan.

Kupegang penis besar pak hadi, kugesek-gesekan ke permukaan vaginaku yang berwarna coklat kemerahan. Bulu vaginaku juga lumayan lebat.

Ahhh pak, enakkkk. Aku maju mundurkan pantatku agar penis pak hadi bergesekan dengan vaginaku.

Tubuhku, bergetar, srrr srrrr srrr. Cairan kental keluar dari vaginaku. Tubuhku melengking sambil tanganku memegang dada pak hadi di bawahku.

Aku pun ambruk ke tubuh pak hadi.

Pak parman menegakkan tubuhku, mencium bibirku dari belakang. Aku mendongak ke atas menerima lumatan pak parman.

Gamisku yang menutupi bagian perutku dengan bagian atas tubuhku yang terbuka dan bagian bawahku yang terbuka juga terlepas. Kini aku sudah telanjang dengan sempurna. Tersisa hijab lebarku yang tersampir di pundakku.

Pak hadi mengangkat tubuhku, penisnya yang besar berurat ambles membelah vaginaku. Pak parman di belakangku, meremas-remas pantatku. Sesekali membuka pantatku. Jari pak parman dimasukkan ke anusku.

Ahhh jangan pak, jangan, sakit. Rintihku.

Tahan bu, pak parman mulai mengocok anusku secara perlahan.

Ahhh sakiiittt, ah ah ah.

Rasa sakit dan nikmat berbaur menjadi satu. Vaginaku yang dibelah oleh pak hadi mulai berkedut-kedut. Tubuhku melengking, ahhh aku keluar.

Lalu aku ambruk ke tubuh pak hadi, pak parman gantian melumat bibirku. Penis pak hadi masih tertanam di dalam vaginaku.

Aku mulai menaik turunkan pantatku. Kecipak kecipok, mengisi ruangan tengah dengan pertemuan dua kelamin dari dua lawan jenis berbeda umur dengan status bersuami dan beristri. Dan statusku sebagai akhwat bercadar juga.

Hijabku dilepas oleh pak parman, rambut hitam panjangku tergerai menutupi wajahku.

Pak parman menjilati telinga, leherku dari belakang. Dengan tangan satunya mengobel pantatku dan tangan satunya meremas payudaraku.

Sudah tiga kali aku orgasme, tubuhku terkejang-kejang di atas tubuh pak hadi.

Pak parman dan pak hadi menggilirku bergantian, kadang mereka berdua membombardirku secara bersamaan.

Penis pak hadi masuk ke vaginaku, penis pak parman masuk ke anusku.

Awalnya sakit, tetapi lama kelamaan terasa nikmat.

Kita bertiga terlentang bersisian di atas karpet setelah pertempuran birahi yang kita lakukan. Payudaraku yang tidak begitu besar tetapi mengkal naik turun dengan nafas ngos-ngosan.

Kupandang wajah pak hadi di sebelah kiriku, terima kasih ya pak. Lalu kupandang wajah pak parman di sebelah kananku, terima kasih ya pak.

Sama-sama, sahut mereka bersamaan. Mereka kembali menggarapku depan belakang.

Ah ah, ahhh pak. Srrrt srrrtttt.

Muah, pak hadi menatap wajahku. Kamu cantik aisyah.

TAMAT.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd