Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Istriku Vina Seorang Biduan

Part 10


Semenjak kejadian di Bandung aku disibukkan dengan projectku, aku lebih sering diworkshop daripada dirumah. Terkadangpun aku harus menginap di workshop untuk mengejar deadline. Vina pun tak pernah marah dengan kesibukanku sekarang walaupun jatah ranjang belum sekali kutunaikan semenjak pulang dari Bandung. Terkadang aku pulang Vina sudah terlelap dan aku tak tega jika harus membangunkannya untuk menuntaskan birahiku. Sudah genap dua minggu maniku tersimpan ditestis hari ini pun aku berniat pulang sore untuk menuntaskan keinginan si joni. Aku sengaja tak mengabarkan kepulanganku kepada Vina karena aku ingin memberikan sedikit kejutan kepada Vina.

Dijalan kupacu motorku dengan keadaan joniku yang sendikit mengeliat, tau aja sudah dua minggu ini ngga mengunjungi sangkarnya. Aku berharap Vagina Vina sudah kembali seperti semula, setelah kejadian di Bandung Dimana vagina Vina menampung penis Hakiem dan juga pak John. Sesampainya di rumah aku dikagetkan dengan sebuah sepatu asing di teras dekat pintu masuk rumah. Perlahan aku memasuki teras rumahku aku intip sedikit demi sedikit. “Nah Vina ini suami mu sudah pulang…” betapa terkejutnya aku pak John sudah ada di ruang tamuku. “Eh pak sudah lama kah?” tanyaku yang masih shock. “Baru aja dateng, tadi aku mau minta Vina untuk mengantarkan ke workshop.” jawaban pak John yang terlihat basa-basi.

Akupun menuju kamar mencari keberadaan Vina, namun kamar terlihat kosong. Akhirnya ketemukan Vina didapur sedang membuat kopi hanya mengenakan kaos juga hotpants.
“Eh mas sudah pulang? Vina bikinin kopi juga ya mas?” tanya Vina melihat kehadiranku.
“Itu pak John kenapa bisa disini?” tanyaku keheranan.
“Lha Vina pikir mas yang undang kesini… lagian handphone mas dari siang ngga aktif di telpone.” jawab Vina yang ta kalah heran.
Aku pun mengecek handphoneku yang ternyata mati kehabisan baterai. “Oh habis baterai ku sayang ternyata dari tadi mas ngga memperhatikan handphone soalnya, Sudah lama pak John disini Vin?” Lanjutku.
“Baru setengah jam sayang…” Jawab Vina.
“Kamu belum diapa-apain kan?” Tanyaku yang sedikit cemburu.
“Ada juga… Vina yang apa-apain tu client…habis dah lama Vina belum di sentuh sama mas…. bencanda sayang…” jawaban genit Vina sambil berlalu menyuguhkan kopi ke ruang tamu yang dikuti dengan langkahku ke ruang tamu.

Ketika menyuguhkan kopi Vina pun membungkung dan dari arahku dan pak John tampak jelas payudara Vina bergelantungan didalam kaos oversize Vina. Vina pun menyadari itu kurasa, Vina pun tak canggung ketika mataku dan mata pak John menikmati keindahan payudara Vina, bahkan Vina sempat mengaduk lagi kopi yang sebenernnya di dapur tadi sudah diaduk, sehingga goyangan payudara Vina membuat aku dan pak John menelan ludah.
“Ini ada sedikit oleh-oleh dari Hongkong buat kamu Vin. Buka dong…..” perintah pak John kepada Vina.
“Eh kapan pulang dari Hongkong pak?” tanyaku basa-basi.
“Siang ini makanya mampir kesini sebelum pulang ke Bandung,sekalian mau ngecek kerjaan kalian sudah sampai mana?” Jawab pak John.
“Ih…repot-repot sih pak…makasih banyak lho…” jawab Vina sambil membuka bingkisan dari pak John.
“Jangan panggil pak lah Vin panggil aja abang, kan kita sudah akrab.” Jawab pak John diiringi senyumnya dan aku tau pasti apa maksud kata akrab yang dimaksud.

Vina pun mulai merobek kertas pembungkus bingkisan yang lumayan gede, dan isinya sebuah tas jinjing Dior. “Inikan mahal bang, bener ini buat Vina?” tanya Vina yang hanya dijawab senyuman kemenangan pak John. Cukup lama Vina membolak balik itu tas, seakan tak percaya dengan apa yang Vina lihat. Karena tas itu adalah sebuah tas impian Vina dari dulu dan akupun belum sempat mengabulkan permintaan Vina ketika Vina merengek memintaku membelikan tas itu. Lalu Vina pun beralih ke bingkisan selanjutnya, bingkisan itu ternyata berisi lingerie berjenis seperti maid namun berendra transparant lengkap dengan stocking jala.

“Cobain dong abang pengen lihat pas atau ngga?” Perintah pak John, Vina pun memandungku seakan meminta restuku yang ku jawab dengan anggukan. Vina pun menuju kamar, tak lama kemudia Vina muncul dari kamar memamerkan tubuhnya yang berbalut lingerie pemberian pak John. Peniskupun bergejolak dalam celana melihat penampilan Vina, aku yakin pak John pun demikian.
“Wah pas sekali dipakai kamu Vin.” Puji pak John sambil mendekat ke Vina dan meminta Vina berputar dihadapannya.
“Kalau kau pake ginian pasti bikin semua laki-laki ngaceng Vin. Laki-laki homo pun pasti pengen jadi normal liat kamu.” Puji pak John.
“Ah bisa aja abang… makasih banyak ya bang buat hadiahnya.” ucap Vina sedikit bermanja.
“Eh ngga percaya…” ucap pak John sambil menarik tangan kanan Vina dan digesekkan ke area selangkangan pak John. “Benarkan…” lanjut pak John.

Vina pun terkejut dengan langkah pak John, kembali Vina memandangku kembali seakan bertanya harus gimana? Lagi hanya kujawab dengan anggukan, Karena aku benar benar kalah dengan sifat alpha pak John dihadapan Vina. Aku dan vina seperti tak bisa menolak semua ajakan ataupun perintah pak John. Apalagi pak John punya uang dan kuasa kan tai….

“Abang Vina mandi dulu ya badan Vina masih lengket seharian beberes rumah..” pinta Vina dengan manja.
“Ayo abang juga masih lengket dari penerbangan tadi belum bebersih.” sahut pak John.

Vina pun menggandeng tangan pak John menuju kamar kami, lalu melepaskan semua lingerienya didepan kamar mandi di kamar kami, yang diikuti dengan pak John. Vina pun tak menutup pintu kamar mandi sehingga aku bisa dengan leluasa mengawasi mereka. Air shower pun mulai menguyur mereka, pak John memeluk tubuh Vina dari belakang tangannya aktif menjelejahi setiap inchi tubuh Vina. Vinapun mengesek-gesekan pantat bulatnya ke arah pak John sesekali mulut mereka berpanggut dalam cumbuan. Pak John mulai membaluri tubuh Vina dengan sabun, area payudara Vina dan paha atas Vina menjadi area yang paling sering disabuni oleh pak John. Sesekali erangan dan desahan vina terdengar seiring tangan pak John yang bergerilya diantara paha Vina. Vinapun bergantian menyabuni tubuh pak John sedikit tawa diantara mereka berdua terdengar ketika Vina menyabuni belahan pantat pak John. Aku hanya iri memandangi mereka yang seperti sejoli yang sedang kasmaran, sedangkan keberadaanku seperti tak terlihat oleh mereka. Mereka pun kembali bercumbu dibawah guyuran shower tangan pak John pun meremas pantat Vina sedangkan tangan Vina melingkar di leher pak John seakan tak mau lepas dari cumbuan pak John.

Lalu mereka berdua keluar kamar mandi melewatiku seperti aku tak ada. Pak John pun menindih tubuh Vina diranjang sambil menjilat dan menyedot kedua puting Vina. Vina hanya mendesah sambil ke dua tangannya meremas-remas sprei kasur dimana merupakan singgasana aku dan Vina ketika sedang bercinta. Sesekali Vina memandangku sambil melemparkan senyuman kearahku.
“Abang pakai kondom ya…” pinta Vina ke pak John yang membuat pak John berhenti memainkan payudara Vina.
“Abang ngga punya pinjem punya kalian aja kondomnya..” perintah pak John.
“Kita ngga pernah pakai kondom pak, jadi ngga pernah nyetok kondom dirumah.” Jawabku
“Yaudah kau beli dulu kondom sana. Jangan lama-lama…” Perintah pak John kepadaku yang tanpa sadar melangkahkan kaki ku mengikuti perintah pak John sambil menutup pintu kamar.

Segera kupacu sepeda motorku menuju indomaret terdekat, pikiranku sudah kemana-mana karena meninggalkan Vina berdua dengan pak John. Sialnya antrian kasir indomaret lumayan panjang, yang membuatku semakin kalut. Butuh waktu 20 menit untuk aku kembali kerumah. Kuparkirkan kendaraanku di carport dan mulai terdengar rengekan Vina sayup-sayup dari carport yang makin lama makin terdengar seiring langkahku menuju kamar.
“Ampun bang…. enak….teru…s.sss…” rengekan Vina yang semakin jelas. Dan benar banget seperti dugaanku ketika ku buka pintu kamarku. Vina dalam keadaan terdogy menghadap pintu kamar, walaupun aku tidak bisa melihat langsung penis pak John yang keluar masuk vagina Vina, tapi dengan gerakan mereka berdua sepeerti itu aku pastikan penis pak John sudah tenggelam dalam vagina Vina dan pastinya tanpa pengaman.
“Lama kali kau pergi aku sudah tak kuat…mana kondomnya?” bentak pak John kepadaku. Aku hanya tertunduk sambil menyerahkan kondom yang aku beli kepada pak John.
“Kau tak lihat kontolku segede apa?! Mana muat aku pake kondom kayak gini….” hardik pak John sambil melempar kondom yang aku beli.
“Sudah bang ngga papa ngga usah pake kondom Vina juga lagi ngga subur kok..boleh kan mas?” Tanya Vina kepadaku yang lagi kujawab dengan anggukan.
“Ya sudah kau duduk sana! tunggu giliran!” Lagi perintah pak John yang lagi-lagi kuturuti perintah itu.

Pak John meraih tangan Vina dan menariknya ke belakang, sehingga tubuh Vina pun terangkat naik hampir tegap. Vina hanya bertumpu di lututnya sedangkan tangangnya dibelakan sebagai pegangan pak John yang semakin menaikan tempo sodokannya. Payudara Vina pun mulai bergoyang tak beraturan dan kini dapat kulihat jelas bekas cupangan di sekitar leher dan kedua payudara Vina. Mulut Vina merancau tak jelas dibarengi dengan nafasnya yang berat, Vina terlihat tengelam dalam kenikmatan yang diberikan pak John.
“Enak…terus bang… Vina da…pet la…gi….” rengek Vina seiring orgasme Vina.
“Mas …su…ka… Vina diewe… gi..ni…?” tanya Vina kepadaku.
“Buka tu pakaian biar Vina liat….” perintah pak John yang tentu saja kuturuti. Peniskupun yang dari tadi mengeras kini tambah mengeras, akupun duduk telanjang dengan penis yang tegak berdiri.

Otot-otot di paha pak John yang gelap telihat menyembul keluar steiap kali bersentuhan dengan kulit Vina yang putih. Entah mengapa aku sangat terangsang menyaksikan istriku digagahin oleh pria-pria seperti pak John. Memang perut pak John sedikit buncit tapi otot paha dan juga lengan begitu terlihat kekar terlebih dibasahi oleh keringat mereka berdua. Tanpa sadar aku mulai mengelus-elus penisku sambil menikmati istriku yang tenggelam dalam kenikmatan.
“Jangan dikocok dulu mas… tunggu Vi..na,…” Pinta Vina.
“Ah… aku capek sayang… gantian kamu yang diatas…” perintah pak John kepada Vina yang kini mulai berani memanggil sayang. Aku terbakar dalam kenikmatan cemburu mendengarnya.

Pak John pun berbaring di kasur dan penisnya masih berdirik tegak walaupun nafasnya sudah berat. Vina pun mengambil aliih posisi dengan tetap kearahku, Vina duduk dipinggul pak John, seiring batang penis pak John terbenam di dalam vagina Vina seutuhnya. Vina menggoyangkan pinggulnya maju mundur sambil meremas-remas sendiri kedua payudaranya. Aku yakin pak John pasti menikmati sekali, pemandangan pantat Vina yang bergoyang seperti iringan musik dangdut koplo. Sesekali Vina memegang kedua kaki pak John sebagai tumpuan ketika Vina menaik turunkan pinggulnya dengan cepat.

“Sa..yang…Vi..na.. keluar la…gi….” jerit Vina dan aku tak tahu siapa yang dimaksud dengan sayang, aku ataukah pak John. Vina pun rubuh kebelakang ke arah pak John, Namun penis pak John masih tetan menancap di vagina Vina walaupun hanya setengah. Pak John pun mendekap erat Vina dan mulai memompa pinggulnya dari bawah, Vina pun sedikit mengangkat pinggulnya agar pak John lebih leluasa memompa Vina. Batang penis pak John pun akirnya mulai berkedut seiring dengan rintihan Vina dan pak John. Aku yakin pak John telah menyemburkan maninya ke rahim istriku seiring kulihat bantang pak John yang mulai terselimutu cairan putih.

Mereka tetap diposisi bepelukan sekitar satu menit sambil mengatur nafas. Lalu Vina mulai turun dari tubuh pak John dan menggeser tubuhnya kearah bawah kasur mendekat kepadaku. Kaki Vina bergelantungan di kasur bawah sedangkan tubuh Vina tetap berbaring di kasur. Vina menggerakan jarinya telunjuknya kepadaku menyuruhku mendekat, yang kuartikan sekarang adalah giliranku. Akupun bergegas maju dan mengangkat kedua kaki Vina dan kuletakkan di pundakku,
sambil kubenamkan penisku ke vagina Vina yang berlumur air mani pak John. Rasanya sungguh licin saat penisku mulai masuk ke vagina Vina yang sedikit longgar tak seperti biasanya.

“Mas mau masikin lubang satunya biar berasa?” tanya Vina yang kujawab dengan menggelengkan kepala. Ini baru pertama kali aku rasakan menyetubuhi wanita dengan vagina yang berlumur dengan air mani orang lain. Rasanya agak aneh memang tapi aku menikmatinya. Tubuh Vina mulai bergoyang naik turun seiring sodokan dari pinggulku. Vina pun memalingkan mukanya kearah kiri dimana penis pak John sedang setengah lemas. Seakan tahu apa yang Vina mau pak John pun memiringkan tubuhnya, lalu Vinapun melahap penis pak John yang sudah sempoyongan. Penis pak John yang semula berlapis cairan putihpun di basuh dengan mulut Vina sehingga kembali bersih. Akupun sudah tak kuat dan akhirnya menyemburkan maniku di vagina Vina.

Lalu Vina menarikku diatas ranjang dan memelukku. “Enak mas?” tanya Vina yang lagi-lagi kujawab dengan anggukan. Aku pun terlelap dalam tidurku dalam pelukan Vina. Kami tidur bertiga di ranjangku tanpa sehelai benangpun menutupi. Vina tidur ditengah diantara aku dan pak John.

Aku terbangun ketikakurasakan puting kananku di sedot-sedot oleh Vina, Terlebih goncangan dikasur. Kubuka mataku walau tersa cape sekali. Kulihat jam pukul 21.30, dan lagi Vina digenjot pak john denga posisi miring, sehingga Vina bisa memainkan putingku dengan mulutnya. Sedangkan tangan kiri Vina mengelus-elus penisku yang perlahan mulai bangkit. “Ma..s..bangun yuk… udah dibeliin kfc sama a…ba…ng” ujar Vina membangunkanku seiring gempuran dari pak John.
“Ba…ng yuk…cepe…tan Vi…na la..per…” pinta Vina kepada pak John, yang dijawab pak John dengan menarik meluruskan tubuh Vina lalu badan pak John tengkurap diatas tubuh Vina, dengan keadan penis pak John yang tak pernah lepas dari vagina Vina. pak John pun menggenjot Vina sambil mencumbu bibir Vina. Makin lama makin kencang genjotan pak John. Vina pun menggengam dan meremas tanganku seiring tempo genjotan pak John yang makin tinggi.

Tangan Vinapun mulai mengendur seiring orgasme mereka berdua tertuntaskan. Lalu Vina bangkit dari kasur dan menggadeng tanganku dan pak John menuju ruang makan. Kamipun menyantap makanan dengan keadaan masih telanjang bulat. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami bertiga, hanya rasa lapar setelah pertempuran dari sore yang terlihat. Peniskupun mulai mengendur selama kami makan. Selesai makan Vina mencuci tangan di sink dapur yang diikuti oleh pak John. Pak John memeluk Vina dari belakang sambil mencuci tangan, sendang gurau mereka sangat renyah terdengar walaupun aku tak tahu pasti apa yang mereka bicarakan. Aku hanya menunggu giliraan untuk cuci tangan.

Ketika selesai cuci tangan kulihat Vina dan pak John duduk di sofa kami sambil menonton televisi. Akupun menghampiri mereka dan duduk di sebelah Vina dengan posisi Vina ditengah-tengah aku dan pak John. Mata kami bertiga tertuju pada televisi, lalu Vina pun membaringan tubuhnya di pahaku dengan kedua kakinya dinaikkan kepaha pak John. Aku tak tahu film apa ini yang diputar, tapi dalam film ini beberapa adegan ranjang sedikit Vulgar bahkan ada adegan dimana 2 pria menyetubuhi seorang wanita yang membuat tensi ruangan ini memanas kembali. Kurasakan sofa kami sedikit bergoyang seiring pinggul Vina yang bergerak maju mundur. Ternyata pak John mulai mengobok-obok vagina Vina dengan jari-jarinya. Seperti tak mau kalah akupun memainkan kedua puting Vina bergantian yang membuat Vina belingsatan dan melahap penisku dengan mulutnya.

Vinapun semakin menjadi dan akhirnya bangun dan duduk di pangkuan pak John. Kembali penis pak John pun tenggelam dalam vagina istriku Vina. “Mas aku pengen kayak di film tadi…mas.. masukin dedeknya ke bool Vina ya…” pinta Vina sambil bergoyang diatas pangkuan pak John. Akupun ke kamar mengambil pelumas, dan kulumaskan dianus Vina yang tetap bergoyang diatas pak John. dengan posisi mereka duduk disofa dan ukuran penisku yang tak sepanjang pak John membuatku kesusahan memasukkan penisku. Seperti menyadari hal itu Vina pun menggadeng kami dan menuntun kami pindah ke kamar lagi.

Dikamar Vina memintaku yang berbaring di kasur lalu Vina memasukkan penisku di anusnya. Tak lama kemudian pak John merangkak naik dan membenamkan penisnya kembali. Penisku dapat merasakan gesekan penis pak John yang perlahan memasuki vagina Vina. Anus vina mencengkram erat penisku setiap hentakan yang diberikan pak John. Aku tak dapat menggerakkan pinggulku yang tertindih pantat Vina. Penisku dapat keluar masuk anus Vina karena terdong hentakan pinggul pak John. Tangan Vina melingkar di leher pak John, sedangkan payudara kanan Vina dilumat oleh pak John. Vinapun melenguh seperti kesetanan sambil memaju mundurkan pinggulnya mengimbangi permainan pak John. Aku dibawah hanya menikmati remasan demi remasan anus Vina di batang penisku. Keringat kami bertiga mengucur dengan derasnya di kamarku yang ber ac. Permainan kami bertiga ini tak lama yang diakhiri dengan orgasme kami bertiga yang hamppir bersamaan.

Lagi kami pun ambruk dan tertidur di ranjangku dengan tetap Vina di tengah. Malam itu aku teridur sangat pulas, aku tak tahu apakah setelah aku tertidur Vina kembali di setubuhi pak John. Yang jelas aku terbangun pukul 07.00 dan Vina masih terbaring telanjang. Bekas air mani kering masih menempel di paha putih mulus Vina, beberapa mani terlihat setengah kering, sedangkan bagian bawah kasurku terlihat basah entah karena keringat kami semalam ataukah squirt Vina yang tak ku ketahui. Aku berkeliling rumah memastikan keberadaan pak John. Tapi sepertinya pak John sudah pergi. Akupun segera mandi dan bersiap ke workshop dan meninggalkan Vina dalam ke adaan telanjang. Dengan pose Vina yang tertidur miring memeluk guling membuat gairahku muncul kembali. Tapi aku tak ada waktu untuk pagi ini karena harus segera ke workshop untuk menerima kiriman bahan dari suplier pagi ini.

Sial aku lupa mencharge handphoneku….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd