Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Inferno!

Bimabet
sip deh soalnya mbaca inferno ini kudu pelan2 gak isa cepet2 :)
 
Geler tiker dulu....

Sambil menunggu interaksi Sora dan Raina ... :ngeteh:
 
akeh janji ora ditetepi
akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe
..............
barang jahat diangkat-angkat
barang suci dibenci
..............
ukuman Ratu ora adil
akeh pangkat kang jahat lan jahil
akeh kelakuan sing ganjil
wong apik podho kapencil
..............
wong jahat munggah pangkat
wong apik ditampik-tampik
..............
sing eman ra keduman
sing keduman ora eman
akeh wong mbambung
akeh wong limbung
..............

duh Gusti.....duh Gusti....
:tidak:

Jangka Jayabaya :ngeteh: Nostradamusnya Indonesia... eh, malah duluan beliau ya... :ngeteh: CMIIW
 
Yang sebelah udah dijawab...
Yg ini kapan terbit?

Mumpung om jay online juga..
#nagihutang
Heheheheeh..
maunya kemaren gan, tapi susah banget garap 3 cerita di waktu yang sama, Paradiso, Inferno, Paradio Watty yang diilangin ss-nya... emang sih remake karya lama, tapi tetep aja :fiuh:

huhuhu..
nie mau ane apdet nih
 
mantab omjay,sukses ngebuat otak ane korslet,hehehe
update kali ini bikin jd penasaran ma alur ceritany,mantab lah pokokny
ini cerita emang bikin :pusing: gan.... tapi kalau ngikuti sarannya pak de gak bakalan pusing....
 
Geler tiker dulu....

Sambil menunggu interaksi Sora dan Raina ... :ngeteh:
nah maunya ane bikin di edisi ini mereka akhirnya berinteraksi... tapi ya itu, jadinya kepanajngan banget... makanya ane simpen buat next apdet aja ya...
 
awalnya ane pikir inferno adalah sekuel dari paradiso, tapi ternyata ini kisah yang berbeda dengan kisah paradiso.

cerita thriler yang menjanjikan ending penuh twist, cuman itu kesimpulan yang bisa ane ambil setelah bolak balik membaca.

penasaran sama tokoh om jay dalam kisah ini, apakah dia hanya sekedar figuran biasa saja atau...???
bukan sekuel tapi... (ah dibaca saja sendiri hehehehe)

makasih sis udah mampir... cerita versi remake ini aku buat lebih mudah dicerna oleh pembaca :ngeteh:
jadinya ya emang lebih 'kebaca' :ngeteh:
 
untuk versi 2012 ane bener2 ga mudeng dulu, wkwkwk, yg versi ini ane sudah bisa menikmati suhu Jay, Epic, makin penasaran.
:beer:
iya gan, dari awal kita udah masuk ke inti cerita.... makasih banyak udah baca lagi.... ane cuma berharap versi 2015 lebih bisa dinikmati dari versi 2012 yang muter2
 
sundul biar ganti halaman gan
 
episode beikutnya mungkin agak berat, dan minim ss dan adegan horor :ampun: but what can i say? makasih banyak buat temen2 yang udah ngikutin inferno amoe sekarang..... yang udah bersedia buat nggak spoiler.... edisi berikut ada perbedaan signigikan dari versi 2012nya.... tapti tetap mengggunakan bahan yang sama..... oleh karena itu, selamat membaca teman2 sekalian....
 
here we go
 
Keep Calm and Say no to Spoiler

Episode ini bakalan berat. Seberat fanfiction Agung Hercules vs Suti Karno. Tapi Inferno adalah Inferno. Anda tidak diizinkan memilih untuk menikmati yang satu, dan melewatkan yang lain. Karena keduanya... (seriously, say no to spoiler)

Please, Enjoy.
 
Raina hanya mampu menggenggam tabung kecil berisi rol film itu erat-erat, peninggalan terakhir dari seorang sahabat yang jasadnya kini sedang dilebur bersama kobaran api. Patung lembu perlahan menampakkan susunan kerangka yang membara. Lantun kidung mengalun memenuhi gendang telinga. Asap hitam yang membumbung ke langit mendung. 10 tahun sudah berlalu, namun bayang-bayang itu belum juga mau hilang dari dalam ingatan.

Raina menghela nafas panjang, kembali memandangi jendela dan mobil Cadillac hitam yang perlahan bergerak meninggalkan rumah tua itu. Tatyana berjanji akan mengantar ke dokter malam nanti, tanpa mencoba percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Saya selalu merasa dia masih hidup di dunia yang satunya. Memperhatikan saya diam-diam dari balik sepasang mata yang selalu menatap teduh."

"Kamu positif sakit," tandas Tatyana. "Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup sekaligus mati pada saat yang bersamaan?"


Fragmen 5
A Cat in The Box

"Awan!"

"Sora!"

"Awan!"

"Sora!"

"Awan!"

Sang Penulis Naskah kini hanya bisa menghela nafas berat menyaksikan dua orang sahabat itu menepuk pipi dan pundak seolah baru saja bertemu muka setelah terpisah sekian lama.

"Kemana saja kamu, heh?" Sora mengacak-acak rambut ikal Awan yang dibiarkan memanjang sedagu. "Kenapa tak pernah berkirim wikipedia? Aku pikir kamu tidak akan muncul lagi!"

Pemuda brewok itu melirik ke arah ke arah Oom Jay yang kini menatap was-was. "Penulis naskah. Tukang cuci cetak. Semua orang memiliki tugasnya masing-masing. As for me...." Awan menepuk-nepuk ransel kedap air bertuliskan 'Leica' di pungungnya. "Harus ada yang bertugas untuk menangkap citra ke dalam lensa, kan?"

"Gila! Jadi semua foto-foto ini hasil karyamu, heh? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahu!"

Awan mengangkat bahu ringan, sesekali melirik ke arah lelaki paruh baya yang mulai pucat pasi. "Ayolah, jangan terlalu banyak berpikir. Berpikir itu bagiannya Oom Jay. Lihat saja, rambutnya sudah mulai botak."

Oom Jay berdehem geram. "Kalau urusan you udah selesai, buruan minggat! Pala owe pusing!"

"Grumpy as always," Awan menyulut batang rokok kedua, menyodorkan sisanya ke arah Sora yang menggeleng pelan. "Tugas kami sudah selesai untuk hari ini. Bung tak akan keberatan kalau saya mengajak Sora makan siang, bukan?"

Delikan bengis segera dihunus sebagai jawaban. Pun juga, yang diajak bicara agaknya tidak terlalu ambil pusing. Diseretnya Sora tanpa mempedulikan Oom Jay yang mencak-mencak tanpa mampu beranjak dari balik mesin ketik tuanya.

"Kita ke mana?" tanya Sora sembari mengenakan mantel tebal. Hujan yang bersisa gerimis tipis tak bisa diabaikan sebagai hal remeh yang tak akan membuatmu jatuh sakit.

"Banyak hal yang harus aku bicarakan." Awan menstarter motor besarnya. "Banyak hal."


= = = = = = = = = = = = = =​


Motor buatan negara barat itu bergerak menembus tirai gerimis yang yang membungkus kota tua itu dalam dua warna. Langit masih belum bosan mewarnai dirinya dengan kelabu pekat yang menghalangi jatuh cahaya. Di dekat pusat kota, keduanya terpaksa menepi, raungan sirine dan iring-iringan panser yang menderu, memaksa mereka memberikan jalan. Di belakangnya mengikuti mobil Volvo hitam dan Jip Pasukan Cakrabirawa dengan personelnya yang menenteng senjata lengkap melaju kencang ke arah alun-alun kota.

"Tuan Presiden?" Awan mengernyit, memandangi bendera yang berkibar dari mobil Volvo hitam itu.

"Ya, saya dengar beliau baru tiba dari Ibu Kota pagi tadi. Mulai hari ini beliau berkantor di Gedung Agung. Situasi Darurat Nasional, kata mereka."

Awan mengekeh, setengah sinis, setengahnya takjub. "Tuan Presiden, ya... yah... bagi sebagian besar penduduk negeri ini, beliau memang masih dianggap Pemimpin Revolusi, Manusia Setengah Dewa..." Awan terdiam sesaat, membiarkan iring-iringan itu lewat. "Dan lebih banyak lagi yang percaya kalau dia adalah Messiah yang disebut dalam ramalan untuk menyelamatkan Republik ini... Sang Ratu Adil."

"Ramalan Jayabaya? Kamu percaya?"

"Kembalinya Ratu Adil. Dunia yang terbolak balik. Datanganya Akhir Zaman." Awan mengekeh sampai terbatuk-batuk. "Kamu sendiri?"

"Saya percaya kiamat. Saya hanya tidak percaya makhluk mortal seperti manusia bisa dengan mudah meramalkan kapan terjadinya akhir dunia."

"Kenapa tidak?"

"Maksudmu?"

"Kamu tahu? Saat ini dunia sedang terpecah menjadi dua kubu, Barat dan Timur. Seperti negara kita yang sedang bingung menentukan ideologi yang akan dianutnya." Ucap Awan sambil mengusap air hujan di wajahnya. Iring-iringan konvoi yang cukup panjang memaksa keduanya berhenti cukup lama di persimpangan yang dijaga aparat.

"Saya baca koran," Sora menjawab lempeng.

"Oh ya? apakah di koran ditulis bahwa saat ini kedua Kubu sedang sibuk menumpuk persenjataan?"

"Akan ada perang?"

"Lebih buruk." Awan memacu motornya begitu arus lalu lintas kembali dibuka. "Perang Nuklir..."


= = = = = = = = = = = = = =​


Sora tak pernah berhenti takjub pada keluasan wawasan sahabatnya ini. Sepanjang yang diingatnya, manusia bernama Awan itu tak pernah berhenti memukaunya. Optimismenya. Kenaifannya dalam memandang dunia. Sora menghela nafas, sampai kapanpun ia tak akan bisa menjadi sosok itu, walaupun ingin.

Motor Awan bergerak menyusuri sepanjang deretan pertokoan tua yang kebanyakan tutup. Sudah beberapa kali mereka memutar, melewati pasar dan tempat jajanan, namun kebanyakan kedai makan memilih tak membuka pintu. Sementara bahan makanan habis diborong orang-orang yang termakan isyu kiamat.

Satu Jam mereka menjelajahi sudut kota, hingga akhirnya Sora dan Awan terdampar di salah satu sudut pasar tradisional, ikut mengantri bersama warga yang menyesaki satu-satunya warung makan yang masih buka.

Asap membumbung memenuhi warung yang sesak, dan api kompor membara mengiringi penjual Cap cay yang kewalahan melayani pembeli.

"Kampret, panas," umpat Awan.

"Kayak di Neraka," balas Sora asal.

Awan terkekeh mendengarnya, "Sora, kamu kan orang Selam[SUP](1)[/SUP], menurutmu mana yang lebih panas, api neraka atau ruangan ini?"

Sontak Sora terbahak. "Awan... Awan... lengeh[SUP](2)[/SUP] sekali, kamu.... Ya, api Neraka, lah!"


(1) Islam
(2) Ngaco


"Terus menurutmu, aku ini nanti masuk neraka nggak? Aku kan nggak pernah Salat."

Tawa Sora seketika menguap ke udara, saat itu juga.

Awan duduk, menyulut sebatang rokok. "Tapi dari perjalananku sebagai wartawaan foto selama ini, aku jadi banyak belajar..." dihisapnya perlahan tembakau itu hingga menimbulkan bara yang berasap, "Surganya orang Islam, adalah Neraka-nya orang
Yahudi. Sebaliknya, surganya orang Yahudi, adalah Nerakanya Orang Islam. Nah, terus menurutmu yang mana yang benar? Keturunannya Ismail yang beranak pinak menjadi suku bangsa Arab? Atau keturunannya Yakub yang menjadi nenek moyang 12 suku bangsa Israel?"

"Salah satunya pasti benar, itulah yang namanya Iman." Sora menjawab, mantap.

"Iman," Awan terkekeh sinis. "Tapi orang yang beragama lain pasti bilang hal yang sama, kan? Semua akan mengaku imannya yang paling benar." Awan berkata, tak kalah mantap. "Begini, biar lebih mudahnya...." Awan mengambil sebuah koin dari sakunya, "pilih gambar atau angka?"

"Gambar."

Koin dilempar, dan segera ditangkapnya pada punggung tangan. "Sekarang gambar apa angka?"

"Bagaimana aku bisa tahu? yang pasti salah satu di antaranya. Makanya harus dibuka!"

"Nah itu maksudku. Jadi, selama koin ini masih tertutup, kita tidak akan pernah tahu di sisi mana kita berada. Paradiso atau Inferno? Surga atau neraka? Sebenarnya kemungkinannya sama, 50:50. Selama kita belum ke sana, kita nggak akan pernah tahu. Iman dari sudut pandangmu adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa koin pasti dan akan pasti menunjukkan gambar." Awan berkata kepada Sora. "Itu yang dinamakan zona potensi dan probabilitas."

"Jadi maksudmu surga dan neraka belum bisa dipastikan kebenarannya?"

"Atau malah tidak ada sama sekali. Siapa yang tahu?"

"Ateis!"

Awan terbahak keras. Dahinya kembali berkerut, memikirkan analogi yang tepat untuk menjelaskan kepada Sora.

"Begini.... anggap ada bencana besar seperti gempa bumi... dan... jasadku tidak bisa dikenali..."

Sontak Sora mendelik, "Eh, sudah! Tak usah kau bicara yang aneh-aneh!" potong Sora, mendelik sebal ke arah sahabatnya.

"Tunggu, biar aku menyelesaikan perkataanku dulu..." Awan mengisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya ke udara.

Sora sedikit terbatuk, menunggu penjelasan Awan.

"... Selama kamu belum melihat jasadku, masih ada kemungkinan aku masih hidup, kan?" Awan berkata, dan Sora hanya mengernyit bingung, "...dan selama itu, aku tidak mati, tidak juga hidup."

Awan menjelaskan, seorang ilmuwan pernah melakukan percobaan yang melibatkan kucing yang dikurung dalam kotak tertutup, dan gas beracun. Dan untuk membuatnya lebih menarik, disertakanlah sebuah mekanisme yang dapat membuat gas beracun dilepaskan ke dalam kotak dengan peluang 50:50. Permasalahannya, Sang Ilmuwan belum tahu apakah mesin melepaskan gas beracun ataukah tidak. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah melihat langsung ke dalam kotak. Jadi selama kotak belum dibuka, kucing dapat dikatakan tidak hidup dan tidak juga mati.

"Bagaimana bisa seseorang hidup dan mati pada saat yang bersamaan?" Sora mengernyitkan dahinya.

Awan mengetuk batang rokoknya, hingga abu berjatuhan di lantai yang kumuh. "Begini...." Pemuda brewok itu menggambar-gambar di atas meja yang dipenuhi lapisan lemak dan debu, "... selama kebenaran belum dipastikan... aku bisa saja hidup, tapi sekaligus mati dalam waktu yang bersamaan. Maksudku, kenyataan bahwa aku hidup, atau aku mati: dua-duanya sama-sama berjalan dalam realitas masing-masing. Saling ber-superposisi."

"Saya masih nggak ngerti." Sora menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, menghela nafas putus asa.

"Paradox. Parallel Universe." Awan menutup pembicaraan siang itu, dengan kepala Sora yang semakin pusing.
 
Fragmen 6
Keterpisahan Adalah Ilusi

Semuanya terhubung. Raina semakin meyakini hal itu kini. Lama ia hanya duduk termanggu memandangi rol foto dan lembaran-lembaran sketsa yang dibiarkan terserak di lantai kamarnya, membiarkan bumi melakukan tugasnya untuk berotasi dan menurunkan posisi matahari kembali ke garis cakrawala.

Mata Raina memejam. Semesta dipenuhi dengan percabangan-percabangan yang tak terbatas. Kenapa harus menihilkan probabilitas bahwa di luar sana ada realitas lain di mana pemuda masih 'hidup' dan diam-diam memperhatikan dirinya dari sisi koin yang satunya?

Pengelihatan-pengelihatan ganjil. Suara-suara asing yang kerap didengarnya. Dokter mengatakan bahwa Raina mengalami Post Traumatic Disorder pasca tragedi yang menimpanya 10 tahun yang lalu. Tapi ketika ia tiba-tiba membaui aroma tubuh yang diakrabinya ia benar-benar yakin, diam-diam sahabatnya sedang mengamati dirinya dari dunia yang tak terlihat.

Adzan maghrib melantun dalam cengkok Jawa terdengar dari kejauhan, diikuti dengan suara langkah-langkah kaki terdengar di koridor. Tatyana? Raina melongok keluar kamar dan mendapati koridor gelap yang dipenuhi dengan gamelan dan tombak pusaka.

Sandyakala menggelapkan jendela. Raina menyalakan saklar lampu agar tidak terganggu dengan sosok-sosok hangus dengan tubuh tak utuh yang mulai mengintip dari balik sudut-sudut gelap.

Seringai dingin mengembang, Raina makin terbiasa dengan itu semua.


To Be Continued
 
Foot Note
Kucing Schrodinger

Ya, ini pertama saya baca di Supernova KPBJ, meski Inferno sudah ditulis sebelum saya membaca cerita itu.

Kucing Schrödinger: Seekor kucing, sebotol racun dan sumber radioaktif ditempatkan dalam kotak tertutup. Jika monitor internal mendeteksi radioaktivitas, botol itu pecah, melepaskan racun yang membunuh kucing. Penafsiran Kopenhagen mekanika kuantum menyiratkan bahwa setelah beberapa saat, kucing secara bersamaan hidup dan mati. Namun, ketika kita melihat di dalam kotak, kita dapat melihat kucing secara pasti hidup atau mati.

intinya, paradoks ini dikemukakan oom Schrödinger untuk mendebat pendapat Max Born yang bilang kalo fungsi gelombang (notasi: ψ ), yaitu elemen paling dasar yang menyusun seluruh dunia mekanika kuantum adalah elemen probabilitas saja. imbas dari pendapat ini adalah bahwa kenyataan di dunia fisik (dunia kita) hanyalah masalah probabilistik, karena dunia kita disunun olah elemen-elemen kuantum (atom, elektron, proton, etc)

Paradoks Mekanika Kuantum "kucing Schrödinger" menurut interpretasi banyak-dunia. Dalam penafsiran ini, setiap peristiwa adalah titik cabang. Kucing itu baik hidup dan mati (terlepas kotak dibuka atau tidak) kucing "hidup" dan "mati" dalam berbagai cabang alam semesta yang sama-sama nyata tetapi tidak dapat berinteraksi satu sama lain.

Jika kotak tak pernah dibuka, tentunya kita tak tahu apakah kucing mati atau hidup. Selama tak dilakukan pemeriksaan, kemungkinan kucing mati atau hidup sama-sama 50%. Mengikut ide Schrödinger, maka kucing akan berada dalam keadaan superposisi (antara mati dan hidup). Maka hal ini akan terus berlangsung sampai keadaan menjadi terpastikan misalnya melalui pengamatan sampai kita memutuskan untuk membuka kotak.

Jika kita ganti "kucing" dengan "fungsi gelombang" ini melahirkan banyak tafsir di kalangan ilmuan, salah satunya yaitu teori many-worlds interpretation (MWI). Menurut MWI, jika saat kita buka ternyata kucing masih hidup, sebenarnya probabilitas "kucing mati" tidak menghilang. tetapi mewujud di dunia paralel. Sehingga sebenarnya tidak ada probabilitas yang tersia-sia. Hanya saja karena adanya beda fasa, maka dunia tersebut tak bisa kita amati sama sekali..

Ini artinya, setiap percabangan superposisi, selalu menciptakan "dunia-dunia paralel" lain, dimana setiap kemungkinan benar-benar terjadi. Dalam contoh kucing, jika ternyata setelah kita buka. kucing mati di "dunia kita", "di dunia lain" ada kemungkinan kucing hidup.

(Hasil Copas dari Berbagai Sumber :pandajahat:)
 
Bimabet
Ini diluar dugaan ane...
Awan nongol disini... :kaget:

Wah.. ceritanya diluar dugaan ane... ini tidak sesederhana "halaman yang disebelahnya"
RectoVerso... :pusing:

Musti diserap pelan pelan yang ini... :ngeteh:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd