Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Inferno!

Satu lagi karya legendaris, dulu ane masih jadi silent rider dan belum selesai baca ini cerita. Semoga sampai tamat deh kali ini :beer:
 
Untuk inferno ane blm baca om jayy.. ..
Makasih udah ditayangin lagi :beer:
 
Nggak salah brada... ??? Cerita ini dah tamat kale !
yoi bro ceritanya udah tamat 2 tahun lalu, hehe... :ampun:
Satu lagi karya legendaris, dulu ane masih jadi silent rider dan belum selesai baca ini cerita. Semoga sampai tamat deh kali ini :beer:
buat gan grazyaz yang mungkin belum baca ampe tamat, ane ucapin selamat membaca aja yaa...
mudah2an betah di rumah baru ane.. :ampun:
 
The maestro back to create new legend
new legend apaa bro, ini cerita lama dirilis ulang :aduh:
lgian di semprot nie udah banyak ada legend baru, suhu nijyuuichi, suhu little_crot, suhu black sigil..
ane mah udah seneng bisa jadi bagian keluarga besar semprot ini.. :ampun:
 
Masih mencoba memahami jalur cerita... Keren oom... Kalo bisa perkenalan tokoh utama nya di awal cerita aja oom... Maaf kalo nubi lancang...
maksudnya "Sora adalah seorang pemuda yang bekerja di studio foto... bla-bla-bla... "hmmm.. tar gak suru bro... namanya aja misteri... tar satu2 diungkap tokoh2nya :ampun:makasih sarannya...selamat memaca gan kodok modus....
 
:baca: om gaymugo" gknok spoiler
amin.... monggo di moco
:beer:ijin baca suhu besarJayPorn
Untuk inferno ane blm baca om jayy.. ..Makasih udah ditayangin lagi :beer:
yang belum baca monggo solahkan dibaca cerita ane
dirilis ulang jg nih inferno, :baca: lagi ah, sekalian nostalgia :beer:
Baca lagi ahh...
yang udah baca makasih banyak udah baca lagi hehehe...ane makasih banyak udah pada gak spoiler hehehe...nih benernya mau ane balesin satu2 tapi apa daya, koneksi internet kamfret tenan...
 
Mejeng juga ..... Yg ini dulu jga blum baca jadi tungguin lanjutannya ah
nah... agan ini belum baca... yg lain jgn spoiler yaah...
 
Mejeng di tridnya omJay ah....:kk:

Ijin naruh kursi malas disini Master Jaya. Malas-malasan sambil baca inferno!

:beer:

habis paradiso keluar inferno, haha

bener" nostalgia :)

Ndeprok dulu, nunggu kelanjutan hubungan om Djaja Soeporno dengan Sora ( semoga tambah romantis )...

numpang dl ah pejwan...

makasih agan2 udah mampir lagi.. seneng banget ngelihat nama2 yang dulu sering mampir sekarang mampir lagi... makasih :ampun:
 
Oh ini versi edit kah om Jay?
Liat judul nya udah feeling nih ts nya siapa,, sepertinya Ente penggemar Dante,
Ijin menyimak om Jay
:ngeteh:
oh ya? cerita ane yang atunya (moga belum digembok) juga ada dante2annya loh ;)

ini editannya minimum, mau ane edit total tapi sel otak ane kayanya ud habis huhuhuhu....

akhirnya riliiiissssss! semangat suhu *salim
akan setia mantengin ini trit karena dulu gak baca sampai ending :p
*salim juga* hehe... makasih gan...
sekarang dipantengin sampe ending yah

kata pembuka g menjelaskan Inferno, malah cocok untuk kata2 Purgatorio... :pandajahat: seperti yg di atas, begitu juga yg di bawah kata Dan brown. Membolak balik koin yg sama, kata mbk Dee :bata:

;)
mau ane komen tapi takut spoiler wkwkwkw...
yah gitu lah gan...
 
cerita favorit ane rilis lagiii.. :horey:

suka banget sama tone plus settingnya.. :hore:

semoga ada kejutan baru di Inferno 2016.. :baca:
makasih momod red udah mampir di sini... yah begitulah, cerita retro dengan tone monokrom....
gak ada kejutan sih... masih yang lama naskahnya :ngupil:
benernya ane kepikiran mau masukin surprise plot robot gendam vs wotaman, tapi takut di :tabok: sama pembaca
 
suhu jaya.. ane mau nanya nih.. apa cerita Inferno ada hubungan nya ama Paradiso ??
jawaban "ya" dan "tidak" sama-sama memiliki keabsahan empiris, menjadikan inferno dan paradiso sebagai paradoks satu sama lain...
yang jelas pembaca gak bisa cuma baca salah satu aja
 
Nah... satu lagi calon bacaan yang berkualitas. Pantengin lagi.
silahkan diikutin gan ava..
maap kalau cerita ini rada mbulet :pusing:

Jangan ada spoiler diantara kita ya suhu suhu sekalian..ane pendatang baru soalnya yang mau menikmati ceritanya suhu jay..gracias suhu jay
nah ini ada yang belum baca,,,
ane makasih banyak buat temen2 yang udah bersedia gak spoiler di sini... :ampun:
:baca: dulu akh, nanti baru kasih sesuatu..
:pandajahat:
silahkan di :baca: gan

Wuuiihhh ada lagi..ane telat bgt nih taunya cerita2 lama suhu..taunya baru skrg2 hehehehe
hehehe... iya gan... ini cerita lama, ane ucapin selamat baca yah

Ijin baca om Jay Porn :baca:
monggo gan :ampun:
 
jawaban "ya" dan "tidak" sama-sama memiliki keabsahan empiris, menjadikan inferno dan paradiso sebagai paradoks satu sama lain...
yang jelas pembaca gak bisa cuma baca salah satu aja

paradoks emg suka bikin :pusing: om


dua sisi koin yang sama, kalau baru baca satu, gagal paham jadi ny :sendirian:


ditunggu om, kepingan2 misteri yang akan terkuak :pandajahat:

tapi penasaran ih, cm bs nunggu :hua:
tp ttep hrus sabar nunggu :hore:
 
Warning!
Say No to Spoiler!



Saya dan teman-teman yang pertamakali membaca berterima kasih banyak buat temen-temen yang udah menahan diri meski udah tahu jalan ceritanya gimana, hehehe :ampun: jadwal Inferno mungkin tidak bisa sesering Paradiso, bisa seminggu sekali, bisa dua minggu sekali... :ampun:




Salam
,
Jaya S
 
Fragmen 2
The Rain Goddess
-Raina-

Ruang studio itu nampak begitu besar dengan dinding dari beton tak diplester yang berwarna kelabu. Di belakangnya terdapat jendela raksasa, hingga pemandangan kota yang dipenuhi gedung tua terlihat jelas: monokrom dan dibalut hujan yang turun kian deras.

Beberapa orang sibuk menata peralatan untuk pemotretan siang itu, Soft box, standar reflektor, dan beberapa properti. Sementara beberapa lagi terdengar sayup-sayup berdebat.

“Bung, perasaan saya tidak enak. Gempa ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini.”

“Tapi, Bung, ini hanya gempa kecil, gempa susulan! Lagipula, model-model sudah terlanjur dirias, dan... ehem... uang muka sudah dibayar… kalau pemotretan ini tidak diteruskan…”

“Iya, saya mengerti, Bung… tapi… perasaan saya tetap tidak enak..." Ia terdiam sejenak, karena mendadak terdengar guntur bergemuruh. Tarikan nafas panjang mengawali kalimatnya yang diucapkan hati-hati. "Bung pernah dengar ini? Lindu ping pitu sedino… lemah bengkah… Pagebluk rupo-rupo…”

“Ha?”

“Jangka Jayabaya....[SUP](A)[/SUP]” Ia berbisik, pelan dan diamini oleh gelegak guntur yang seperti menggeram.


= = = = = = = = = = =​


Sementara itu, Raina duduk di depan meja rias megenakan kimono batik. Dibiarkannya wajahnya dipulas alas bedak dan maskara oleh beberapa perias.

Model satunya lagi, seorang wanita muda berdarah bule nampak ogah-ogahan, moodnya hilang karena pemotretan siang ini berulangkali tertunda karena beberapa gempa susulan.

“Kamu dengar itu? Isyu kiamat?” Cewek Bule itu tiba-tiba bertanya.

“Dengar, tapi saya nggak peduli. Nggak percaya, tepatnya,” Raina menjawab, sambil memulas lipstik ke bibirnya.

“Sama.”

Raina tersenyum kecil. “Kupikir cuma aku yang nggak percaya.”

“Земля была синей, но не было бога… The earth was blue but there was no God...”

Raina terkekeh, mengenali kalimat yang dikutip Tatyana, “Yuri Gagarin[SUP](B)[/SUP].”

Si Cewek Bule tersenyum mendengarnya. “By the way, Do you believe in God?”

“I did believe in God,” Raina menjawab.

Seketika kilatan petir terlihat membelah langit, dan Raina mendadak terdiam, lama. De ja vu...

“Kenapa?”

“Enggak, enggak apa-apa… oh, iya... Raina.” Raina menyodorkan tangan.

“Tatyana.” Cewek Bule itu tersenyum, cerah.

Keduanya mengekeh lucu, menyadari kemiripan nama mereka. Seketika itu juga jarak di antara mereka mendadak cair. Keduanya mendapati mereka seperti sudah saling mengenal, jauh lebih lama dari seharusnya.


= = = = = = = = = = =​


“Your first time?”

“Nude photography? Um… yes…” Agak rikuh, Raina melepas kimononya, membiarkan tubuh telanjangnya terekspos hingga beberapa orang bisa memulas tubuhnya dengan semacam minyak. Raina mengangkat tangannya, agar ketiak serta payudaranya bisa diuleni sedemikan rupa. Tangan-tangan itu berputar-putar meratakan minyak hingga payudaranya mengkilat.

“Ummh…” Raina menjengit geli, saat jari-jari itu berputar di putingnya.

Tatyana terkikik melihat Raina yang nampak kikuk, Dan Raina tidak habis pikir, kenapa Tatyana bisa tenang-tenang saja pantat dan kemaluannya yang tanpa bulu dipulas dengan minyak, diuleni dan di remas-remas sedemikian rupa.

“Tenang saja… Let it flow… “ Tatyana tersenyum, namun sudut matanya tak henti melirik sepasang payudara Raina, bulat sekal dengan kulit sawo matang dan puting coklat muda yang mengacung tegak. “Indah.” Tatyana berceletuk tiba-tiba.

“Maksudmu?”

“Your skin, your body... you're beautifull… i envy you...”

“A-apa.. s-sih..” Raina gelagapan, mendengar pujian Tatyana, wajahnya yang memerah dan malu-malu, membuatnya nampak menggoda di mata Tatyana. Apalagi, saat Raina mengejang pelan karena paha dan pantatnya diolesi minyak, membuat wajah Raina semakin sayu… merona… dan semakin menggoda…

Tatyana hanya bisa menelan ludah, seperti tak sabar ingin segera melahap tubuh Raina...


= = = = = = = = = = =​


Menjadi model foto telanjang sama sekali bukan mimpi Raina. Namun inflasi yang melanda negara itu selama setahun terakhir, mau tak mau membuatnya mencari cara agar perutnya tetap terisi. Maka, saat mendengar ada klub fotografi hendak mengadakan workshop tentang Nude Photography, Raina memutuskan untuk ikut ambil bagian.

Raina melangkah ke tengah belasan pasang mata yang sepertinya baru pertama kali melihat tubuh wanita telanjang, Kebanyakan anak muda, sebagian bule atau Tionghoa. Raina bisa menebak orang tua mereka pastilah pengusaha, diplomat atau ekspatriat, yang mendadak kaya karena ditugaskan di negara dunia ketiga.

Raina hanya bisa pasrah saat tubuhnya diarahkan dalam bebagai pose. Dalam hatinya ia tahu. Orang-orang itu mencuri kesempatan untuk menyenggol pinggul atau payudaranya. Tapi tak apa, Raina tahu, ia sudah sampai pada tepi darimana ia tak mungkin lagi kembali, dan kini Raina membusungkan dadanya, menyambut kilatan lambu blitz dan suara rana yang bersahutan. Bring it on, batinnya.

Tatyana menatap tak berkedip, terpana melihat Raina yang berpose menantang di depan sana. Kain sutera batik yang dililitkan ke tubuh Raina, dan dihembus blower membuatnya berkibar-kibar dengan latar belakang Jendela besar di belakangnya menampilkan suasana hujan. Sejenak Tatyana membatin bahwa yang di depannya ini adalah seorang Dewi, Dewi Hujan.

Raina berlutut di atas lantai. Tangannya menutupi dada dan menahan kain batik, namun blower yang bertiup kencang, menyibak bagian bawahnya, hingga kemaluannya yang berbulu tipis mengintip sesekali.

Raina menutupi payudaranya, berusaha agar putingnya tidak nampak. Ia menyilangkan kakinya, berpose malu-malu. Sekilas ia bisa menatap wajah Tatyana yang merona di belakang sana. Dada si Cewek Bule nya yang bundar nampak naik turun cepat, mencoba melirik ke sela paha Raina yang membuka dan menampakkan belahan kewanitaannya yang mengunduk indah.

Entah kenapa, Raina perlahan mulai menikmati sensasi tatapan mata dan nafas Tatyana kian memburu, juga jakun para fotografer yang naik turun menatapnya.

Lama-kelamaan posenya makin berani. Raina diperintahkan membuka lebar-lebar pahanya, mengangkang dengan punggung melengkung. Wajahnya nampak sayu menghayati pose-nya yang bagaikan orang yang memperoleh puncak kenikmatan.

Di pose berikutnya ia diperintahkan menungging, memamerkan anus dan belahan kewanitaannya yang merekah dan perlahan membasah. Raina memejam, menikmati darahnya yang tiba-tiba berdesir, serta selangkangannya yang meremang saat orang-orang mengitari tubuhnya, mengambil gambar dari posisi terbaik. Raina berguling, mendesah penuh gairah, meremas payudaranya… memberikan penghayatan penuh dengan wajah yang kian merona dan bibir yang membuka setengah…

“Tatyana, enter the shoot.” Seorang berkata.

Tanpa menunggu lama, Tatyana melangkah ke arah Raina yang tidur telentang, beringsut ke dalam pelukan Raina yang merentang menyambutnya. Pose kali ini adalah Tatyana menggelendot manja di pelukan Raina, dengan kain sutra batik yang ditangkupkan di pinggul mereka.

Raina hanya menggigil menahan nikmat, saat bibir Tatyana menempel di lehernya, dan jari gadis itu membelai pelan di selangkanganya. Wajah Tatyana yang sayu merona, nampak kian mengundang diantara lengguhan nafas yang kian memburu dan kilatan lampu blizt.

“Let it go, let it flow…” bisik Tatyana di telinga Raina, pelan seperti mendesah, hingga Raina bisa membaui nafas Tatyana yang harum.

Tatyana mulai menguaskan lidahnya di telinga Raina, sebelum melumati leher wanita itu.

“Ummmh… h…. h….” Sekujur tubuh Raina merinding, saat Tatyana menuruti arahan pengarah gaya, menciumi payudaranya. Bibir Raina membuka, dan matanya setengah memejam, karena -entah disengaja atau tidak-, jemari Tatyana sepertinya agak sibuk di bawah situ, memutar dan memijat labia Raina dari bawah kain batik yang ditangkupkan.

Ekspresi yang penuh birahi itulah yang dinantikan belasan fotografer amatir di ruangan itu, segera terdengar suara rana yang bersahutan dan blitz yang berkilat-kilat.

“Now Kiss!”

Sejenak Raina merasa ragu. Namun saat saling tatap, mereka mendapati wajah yang sama-sama sayu dan mengundang. Dan tanpa bisa dibendung lagi, sepasang wanita itu kini saling menempelkan bibir, penuh penghayatan.

“Oke begitu! Tahan! Yak!”

Belasan pasang mata yang terpana di balik lensa, membuat hormon epinefrin dan endorfin mulai bersenyawa dan birahi keduanya berlipat-lipat-lipat ganda. Tanpa bisa dihentikan, perlahan mereka mulai melumat dan membelai lekuk tubuh masing-masing, liar dan disertai desahan dan erangan sensal.

Sedikit terpana pada awalnya, para fotografer amatir segera menekan tombol shutter, mengabadikan adegan erotis di depan mereka.

Setiap remasan pada pantat, serta pilinan pada puting menebarkan sensasi geli ke sekujur tubuh keduanya. Membuat selangkangan masing-masing terasa gatal, dan ceracau nikmat mencelat dari bibir keduanya.

Raina membiarkan jemari Tatyana mencelup ke dalam lubang kewanitaannya yang membasah, bibirnya menggap-menggap menahan nikmat akibat jari Tatyana yang diam-diam menggesek dan mengorek-ngorek di dalam. "Ummmh..." Raina mengerang, menikmati sensasi saat asisten fotografer menyemprotkan air dari spray untuk menimbulkan efek keringat di kulit mereka.

Dalam badai birahi yang membuyarkan akal sehat, Raina merengkuh tubuh Tatyana yang kini lengket dan berkilat-kilat, dinikmatinya setiap remasan dan belaian, juga pandangan mata orang-orang yang seperti memperkosa dirinya. Raina merasakan sesuatu hendak meledak, menggelegak dan menuntut dipuaskan.

Hujan menderu deras, mengiringi lampu blitz yang berkilatan, juga rana kamera yang membuka dan menutup, berlomba menangkap sepasang tubuh telanjang yang saling mengejang, menggelinjang.


= = = = = = = = = = =​


Wajah Raina nampak berseri, dadanya masih naik turun terengah-engah. Pandangannya mengawang, menikmati desir-desir orgasme-nya yang paling mengagumkan seumur hidupnya. Beberapa saat yang lalu di bawah tatapan belasan orang, ia mengerang, meradang sejadi-jadinya, tanpa perlu merasa malu, ataupun ragu.

“Gilaaa... hh... h... h...” Raina berkata dengan nafas memburu, dan senyum yang makin lama makin cerah.

Tatyana hanya tergelak mendengarnya. Cewek Rusia itu duduk cuek di depan meja rias, membiarkan tubuh telanjangnya tidak tertutup apapun, sambil sibuk membersihkan sisa riasan dengan clean zinc. “Jadi itu benar-benar kali pertama buat kamu?”

“Untuk sesi foto seperti tadi? Iya.”

“Di luar sana, bakal lebih gila dari ini, tahu.”

“Oh ya?”

Tatyana tersenyum dan mulai bercerita. Sore perlahan berganti malam, di ruang ganti itu mereka asyik berbincang panjang. Dan sepanjang itu, Raina tak henti memperhatikan payudara Tatyana yang putih mulus dengan puting pink, dan Tatyana pun tak henti mengagumi kulit Raina yang kecoklatan, eksotis...

“Tadi kemari naik apa?”

“Taksi,” Raina menjawab, sambil mengancingkan baju-nya.

“Hujannya makin deras, aku antar pulang, boleh?”

Raina tersenyum, mengangguk cepat. Karena di luar sana guntur menggelegar seperti hendak mengoyak langit.


= = = = = = = = = = =​


Guntur menggelegar, hingga menggetarkan etalase kedai cuci cetak foto “Djaja Soeporno”. Hari sudah beranjak Sandyakala, namun hujan tak juga surut. Beberapa gempa susulan hari ini membuat suasana sedikit carut marut: beberapa foto gagal dicetak, larutan fixer tumpah, safelight konslet dan Entahlah, yang jelas saat ini Oom Jay -si pemilik studio foto- sedang sibuk berbenah, membereskan abu dupa di altar kecil di ruang belakang yang tumpah akibat gempa siang tadi. Matanya tertuju pada kotak tua kumal berwarna merah, ketika bel di atas pintu mendadak berdenting, dan sayup-sayup ia mendengar Sora sedang berbicara di ruang depan.

“Selamat malam, Mbah… ada yang bisa saya bantu?” Sora bertanya ramah kepada seorang pelanggan, seorang kakek kurus berwajah keriput.

Pakaian lengkap berupa jarik batik, surjan berwarna lurik, lengkap dengan blangkon dan keris yang mengintip dari balik punggungnya, bisa membuat Sora menebak, bahwa pelanggan itu adalah Abdi Dalem, atau sebangsanya.

“Mbah…?” Sora mendekat, karena si Kakek mematung tak bergerak di ujung pintu.

Petir terlihat berkilat, saat Si Kakek membuka suara, berat dan parau…

“Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran…[SUP](1)[/SUP]”

Sora sontak mengernyit, “M-maaf…?” ia bertanya ragu, bersamaan dengan datangnya guruh dan lampu yang tiba-tiba berkedip redup.

“Tanah Jawa kalungan wesi…[SUP](2)[/SUP]” Si Kakek tak merespon, malah menatap kosong ke depan, dan terus bergumam… “Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang… Kali ilang kedhunge…[SUP](3)[/SUP] Lindu ping pitu sedino... lemah bengkah..... Pagebluk rupo-rupo…[SUP](4)[/SUP]”

Wajah Sora memucat, “M-maaf, Mbah… b-bicara a-apa?”

Si Kakek menoleh, mendadak mendelik menatap Sora “Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak! Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman![SUP](5)[/SUP]” ledakan guntur dari puncak langit, mengamini ucapannya.

“Sora!, kamu bicara sama siapa?” Oom Jay muncul dari ruang belakang, mengernyit melihat Sora mematung dengan wajah pucat pasi, memandang ruangan yang ternyata kosong sedari tadi.

(1) Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
(2) Pulau Jawa berkalung besi
(3) Perahu berlayar di langit ; Sungai kehilangan mata air.
(4) Gempa tujuh kali sehari... tanah pecah merekah... bencana macam-macam...
(5)Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat ; Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik


To Be Continued
 
Terakhir diubah:
Bimabet
woh.. akhir e rilis..
misteri lek? horror gak? :bingung:

nyimak dlu lah.. sklian ngopi..
:ngeteh:
horor lek :takut:
awas keselek
Pura" ngga pernah baca ah,, semoga lebih tambah mantap lagi karyanya suhu Jay.. :jempol:
nah ini baru pembaca teladan... makasih gan keybiru udah mampir lagi ke cerita ane :ampun:

Ihirrrr akhirnya inferno release,sukses buat oom jay
makasih... makasih... :pandapeace:
ane jadi grogi kan..

Belum pernah baca yg ini... Mari kita nikmati...
silahkan :ngeteh:

Ngopi dulu di pojokan sambing nunggu lanjutannya :ngeteh:
silahkan gan :ngeteh: rame2....

sama:Peace: dulu baru baca beberapa chapt lepas tu, ngi-lang...
:)
kali ini kudu mantengin,,,:hore:
doain yah gan... gak ada pk kya dulu lagi.. hiks... hiks...

ada hubunganx sama paradiso??
uda dijawab di atas ya :ampun:

Wuih...turun gunung lagi nih ceritanya hehehe
iya gan, masih karya lama...maapin jaya s gak bisa nelorin karya baru hehehe...

Mohon ijin baca dulu ya master Jay... :baca:

Yang ini ane juga belum pernah baca... :ampun:
hehehe.... iya gan... ikutin yang ini aja yah gan...

Uhhh ngeri-ngeri sedappp....
;)

Wih nongol juga inferno, dulu sempat baca sampe yg....ah sudahlah..daripada spoiler..:D
;)
makasih gan.... ane (dan temen2 yg belum baca) makasih banget mw ga spoiler hehehe

Ikutan mantau ach...
Skalian flashback k masa lalu

hahaha
:beer:

@vand: :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd