Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA - INEFFABLE -

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Lanjut hu... ane seneng drama... apalagi yg mirip2 dengan masa lalu ane

:galau:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 3 : Ephemeral


Hatiku bercampur aduk sepulang dari pameran, ada rasa senang bertemu dengan orang baru yaitu Anin, dan ada rasa sedih karena melihat Ayana menangis untuk kedua kalinya. Perasaan itu bercampur aduk bersama kopi vanilla latte hangat yang sedang aku minum sekarang di salah satu cafe langganan dekat rumahku, barista membuat creamer berbentuk bunga, namun jika aku ingin menikmati kopinya maka aku harus mengaduk kopi tersebut dan creamer berbentuk bunga indah tadi pun hilang. Seperti itu lah hidup, kamu harus merelakan sesuatu yang indah untuk menemukan sesuatu yang baru, walau sesuatu yang baru itu belum tentu lebih indah dari apa yang kamu relakan.

“Tumben gak sama Ayana, yon?” tanya Sena, salah seorang temanku yang berprofesi sebagai barista disini.

“Lagi sibuk doi,” jawabku berbohong, sambil tetap meminum kopi vanilla latte favoritku.

“Ealah yo jenenge Idol yo ngono, sibuk terus. Yo wes terimo ae ya, sing sabar,” ucap Sena, tetap dengan logat Jawa kentalnya.

Aku memandangi sekitar, sekali lagi melihat pemandangan-pemandangan yang mengingatkanku akan Ayana.



Tempat ini, kursi ini, lukisan ini, dulu merupakan tempat favoritku dengannya. Aku selalu duduk di kursi ini kalau kesini dan Ayana duduk di depanku, di belakangnya ada lukisan beruang kutub yang sedang terdiam menatap lurus ke depan, aku teringat jokes yang kulontarkan hari itu padanya.

“Beruang itu mirip kamu,” kataku,

“Apanya yang mirip?” selidiknya, sambil tetap mengunyah brownies strawberry favoritnya.

“Suka tidur, dan kalo udah tidur itu lamaaaaaaaaaaaa banget bangunnya, udah kayak mati suri!” candaku, aku tertawa lepas hari itu.

“Ish nyebeliiiiinnnnn,” Ayana melemparkan bantal kursi yang ada di dekatnya ke arahku.

“Wlek! Gak kena!” aku menghindar dari lemparannya yang entah mengapa selalu meleset.

“Tau ah!” ia ngambek, wajahnya sangat lucu kala itu, pipinya menggembung akibat banyaknya brownies yang ia telan. Dari situ aku tau kalau Ayana sedang emosi, porsi makannya bisa melonjak dua kali lipat.

“Ngambek mulu lu kek cewe,”

“IH AKU EMANG CEWE!”

“Mana coba liat buktinya?” candaku, sambil mengedipkan sebelah mataku.

“IHH MESUM!!” ia melempar sekali lagi bantal yang lain.

“Sen, liat deh ada beruang menopause lagi datang bulan,” ucapku setengah berteriak sambil melirik Sena yang sedang membuat kopi di belakangku.

Sena tertawa sambil tetap fokus pada pekerjaannya.

EH, Emang beruang bisa menopause? Dan bukannya kalo sudah menopause gak bisa datang bulan ya?

Ah persetan, ngapain jadi bahas ini.





Setelah selesai menenggak minuman bersama kenanganku, aku bangkit dan membayar pesananku.

“Nih,” aku menyodorkan uang pas karena aku hafal semua menu di cafe ini.

“Gak usah, santai aja,”

“Eh jangan gitu lah, temen sih temen tapi bisnis ya bisnis,” kataku tak ingin berhutang budi padanya.

“Gua tau lu lagi ada sesuatu sama Ayana, udah dua bulan lu gak kesini sama dia. Ambil aja, sekaligus tanda berduka gua buat lu,” ucapnya, menghentikan segala aktifitas membuat kopinya.

“Berduka?” tanyaku,

“Atas kandasnya hubungan kalian,”

Aku terdiam.

“Gua gak tau masalah kalian apa, tapi gua udah kenal lu dari kita masih SMA, yon. Gua harap kalo lo emang sayang sama dia, kejar dia apapun alasannya,” ucapnya sambil menepuk pundakku.

Thanks, lo emang temen gua yang paling baik, Sen,” jawabku sambil menepuk pundaknya dan keluar dari cafe.



Aku masuk mobil dan otw kembali ke rumahku, kunyalakan radio untuk mengusir kejenuhanku berkendara sendirian.

Yak kembali lagi bersama kita G3N FM, kali ini kita gak sendirian nih. Kita kedatangan tamu dari...

JEKEYTII FORTYYEE—

“BANGSAT!” umpatku langsung mematikan radioku.





Sesampainya di rumah ada mobil honda jazz merah yang sudah kuhafal betul plat nomornya, siapa lagi kalau bukan sepupuku, Cindy Yuvia. Dia juga merupakan anggota , ya idol group itu lah aku malas bahasnya.

“AAAAA DIOOOONNNN!!” ucapnya saat aku membuka pintu rumahku, ia lalu memelukku erat.

“Kapan dateng?” jawabku singkat,

“Barusan,” jawabnya, lalu mengecup pipiku.

“Oh,”

“Oh doang? Kita udah lama gak begini loh,”

“Ha?” responku sambil menatap mata mungilnya.

“Ketemuu maksudnyaa, dasar pikun!” Yuvia melepas pelukannya, berlari menuju dapur.

Hari ini Yuvia memakai celana hotpants jeans robek-robek, dengan balutan baju sebahu membuatku ingin segera bermain dengannya.



Aku duduk di ruang tamu rumahku, disusul Yuvia yang datang dengan membawa sirup martjan strawberry favoritku lengkap dengan susu kental manis rasa vanilla dan empat buah es batu diatasnya. Ya, Yuvia tahu betul tentangku melebihi diriku sendiri, ia begitu perhatian walau ku selalu cuek padanya.



Yeah, I swear I’ll marry her if we’re not connected by blood.



“Gak ada jadwal show hari ini yup?” tanyaku basa-basi padanya.

“Ada, malem tapi nanti jam 7,” jawabnya.

Aku melihat jam tanganku, masih pukul empat sore, karena Yuvia harus hadir disana jam 5 sore dan perjalanan memakan waktu empat puluh lima menit sehingga kami hanya punya waktu lima belas menit untuk saling melepas rindu.

We have a couple time, aren’t we?” tanyanya, sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“Yes, why?”

“Should we?” Yuvia beralih duduk di pangkuanku, menggencet pusakaku yang sedang tertidur pulas.

“Capek gue yup—“ belum selesai aku bicara, Yuvia segera melumat bibirku, ada sekitar lima menit kami bermain liur bersama. Saling menukar saliva kami menjadi sesuatu yang kental, lalu saling meludah dan menelan liur satu sama lain. Jijik? I Don’t think so.

“Katanya capek...” Yuvia menggodaku saat ia merasa ada tonjolan di bagian bawahku.

“Gua capek, dia enggak,” ucapku lalu memegang bagian belakang kepalanya, dan menenggelamkan wajahnya lagi untuk ‘kuhabiskan’ salivanya. Kugigit sedikit bagian bawah bibirnya, ia meringis kesakitan namun tetap tak kuizinkan dirinya untuk beralih dari posisi ini.

Kuarahkan tanganku perlahan menyusuri rok mininya, perlahan tapi pasti kumasuki bagian pahanya, kuelus lembut bagian dalam pahanya beberapa saat sampai ia mengeluh keenakan. Kusentil-sentil bagian luar vaginanya yang masih tertutup celana dalam merah muda hingga badannya bergetar-getar sendiri.

Can we just fuck, right now?” bisiknya sensual di telinga kiriku, membangkitkan semua bulu kudukku. Nampaknya Yuvia mulai tidak tahan dengan penetrasi yang kuberikan.

Calm down baby, let it flow and enjoy the show,” ucapku di telinganya, lalu kualihkan jilatanku ke telinganya, lalu ke lehernya sampai tak ada bagian lehernya yang luput dari jilatanku. Kugigit lembut lehernya meninggalkan bekas merah di lehernya jenjangnya. Ia menggelinjang keenakan, matanya membelalak keatas.


Yuvia membiarkanku meraba-raba sepasang buah dadanya yang ranum namun masih tertutup bajunya itu. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas 'nongol' dari balik bajunya karena Yuvia tak mengenakan BH maupun baju dalam. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan aku meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan, agar ia bisa menikmati rangsangan demi rangsangan yang kuberikan.

Yuvia merengek manja. Menggeliat sambil merintih, matanya meredup. Nampak jelas Yuvia sangat menikmati rangsangan yang diberikan oleh tanganku. Tanganku masih juga meremas, berpindah-pindah dari sebelah kanan ke sebelah kiri dengan tekanan yang bervariasi agar Yuvia merasakan sensasi yang silih berganti.


“Uhhmm...ja..ngan di..cu....paannghhh h fuckkk!!” Yuvia menggelinjang, akibat sentuhanku di liang kewanitaanya secara mendadak. Kugesek-gesek vaginanya yang masih terbalut celana dalam warna merah muda mencari-cari keberadaan klitorisnya.

“Biarin! Biar fans lo tau kalo lo milik gue,” responku sekenanya.

Aku sengaja tak melepas semua atributnya karena takut memakan waktu lama jika harus mandi dan berganti pakaian, apalagi cewek kan kalo dandan udah kayak rapat pleno, lama banget.

“AAAHH YEESS,..... lagiiaaaahh....” Yuvia makin tak terkontrol saat kugigit putingnya, kugigit bahunya sampai muncul bekas gigitan merah di bahu putihnya.

Yuvia turun dari pangkuangku, duduk bersimpuh lutut di hadapan juniorku lalu membuka jeans dan celana dalam bermerk Calvin Klein milikku.

“Haloo junior, udah lama ya kita tak berjumpa,” ucapnya sambil mengecup ujung penisku, palkonku terasa hangat saat tersentuh bibir mungilnya. Ingin ku deep throat bibir indahnya itu namun kusadar sisa waktu sepuluh menit yang kami punya. Dengan mesranya Yuvia membelai-belai batang kemaluanku yang lumayan besar nan panjang untuk seukuran mahasiswa.

Yuvia terus mengocok penisku, semakin lama kian membengkak dan memanjang, melihat ekspresi gemasnya hampir membuatku kelepasan, untung aku bisa menahan untuk tidak ‘menyerah sebelum perang’. Segera Yuvia tempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kakiku yang tertekuk. Kedua pahaku terlentang selebar-lebarnya, sehingga tangan kanan Yuvia menggenggam torpedoku yang kencang itu, sementara tangan kirinya meremas buah zakarku. Ada sensasi seperti terkena listrik di otakku saat Yuvia menjilat-jilat singkat buah kembarku itu.

Aku yang tak ingin kecolongan segera menghentikan aktifitas Yuvia, Aku segera menggendongnya, dan mendudukan vaginanya diatas pusakaku, mengalungkan tangannya ke leherku dan kembali mengecup bibir mungilnya. Sumpah dari sekian banyak bibir wanita yang kujajali, bibir Yuvia lah favoritku.

Ekspresi innocent nya saat terangsang, dan manis liurnya saat french kiss memang menjadi daya tarik tersendiri untuk menggarap sepupu kandungku satu ini.

KRAAAKK!! Kusobek paksa celana dalam pinknya dengan sebelah tanganku, ia terkejut dan memukul-mukul ringan dadaku. Sekarang terpampang Vagina terawat milik seorang Idol yang menjadi cahaya para fansnya.

“Kenaappa dirobek ih! Kan sisa satu!” jengkelnya,

“Di kamar aku ada selusin sempak kamu sayang,” ucapku sambil mengecup pipi merahnya singkat.

Ya, di kamarku ada satu lemari khusus pakaian Yuvia. Karena aku tinggal sendiri di rumah ini, sering kali Yuvia menginap disini untuk sekedar melepas rindu atau memuaskan birahi kami masing-masing. Sangat ingin kupacari dirinya, namun apa daya hubungan darah memisahkan kami.

“Pleasee jangan cupaang... gua gak mau aaahhh!!—“ Aku menghentakkan pusakaku ke liang senggamanya, sepenuhnya tanpa terhalang sedikitpun. Tak ada kendala sedikitpun karena memeknya yang sudah basah, juga karena seringnya aku menggarapnya sehingga lobang kewanitaannya sudah mengenali bentuk kontolku dan mempersilahkannya masuk.

Tak ada mimik kesakitan terpancar dari wajah Yuvia, yang ada hanya desahan keenakan yang keluar dari mulutnya. Desahannya menggelora, menghancurkan logika dan akal sehat kami berdua.

Aku terus menggejotnya, peluh keringat kami bersatu tapi bodo amat, udara sejuk AC ruang tamuku tak berfungsi seketika, seakan aku sedang ada di padang sahara tapi persetan asal bisa ngentotin Yuvia!

“AAAAHH TERUUSS!!”

“Sabarr yaa dikit lagii,” ucapku, menahan berat tubuhnya.

“Aaahh iyaa disituu,”

“LAGIII!!”

“IIYAS AJJJSHXZNNS AHHHHHHH IYAAAAA ANNJJ—“

“FUCCKK ME.HH..... HAR..HHDERRR.... A.AAHHNJEENGG....EN AAAKK BAAAN..GESAAATTT!!” Yuvia meracau sekenanya, aku sudah tak peduli apakah tetanggaku mendengar atau tidak. Yang ada di otakku hanya memuaskan birahiku dan menggarap bidadari FX yang ada di depanku saat ini.

Bunyi sofa yang berdecit dan dentuman lututku mengenai meja mewarnai pertemuan kami yang tertunda selama sebulan, selama itu juga aku puasa birahi itung-itung menampung sperma agar bisa ‘totalitas’ saat menggarap Yuvia.

Aku memasukkan dua jariku ke dalam labia mayora nya, biar polos-polos begini dua jari pun lolos! Hahaha, aku memuji diriku sendiri saat memandang wajah cantik bertatapan mesum milik Yuvia.

Tangan kananku meraba G-Spotnya, sengaja kusisakan sebagai senjata terakhir karena saat wanita cukup membangkitkan kelenjar minyak di vagina, dan kedua kelenjar Bartholin mengeluarkan minyak dan lendir yang melumasi area tersebut, maka ini akan memudahkan penetrasi sehingga penisku lebih leluasa untuk menggagahi liang senggamanya.

Aku terus-terusan menggenjotnya tanpa henti, kian lama tempoku semakin cepat. Yuvia meracau sekenanya tapi setiap ia ingin orgasme, aku menahan genjotanku hanya untuk melihat ekspresi kentangnya.

“KENAPA BERRENNTII SIHH!!!” kesalnya, bibirnya manyun.

“Emang kenapa?”

“Ih nanggung!”

“Idol kok lacur sih,”

“Biarin, kan aku lacurnya cuman sama kamu!”

“Apa tadi?” aku sengaja mengulang pernyataannya.

I'm your sexy slave, you can do anything with my body, Puas?” wajahnya tampak kesal, namun mimik sensualnya tak dapat ditutupi olehnya. Aku selalu membuat ia mengucapkan kalimat itu di setiap persetubuhan kami.

“Terus?”

“Puasi aku, gagahi aku, kau bebas apakan aku,” ucapnya,

Please, satisfy me master...” tambahnya sambil mendekat ke wajahku, sekarang wajahku hanya terpaut dua sentimeter dari wajahnya.

Challange accepted. I’ll make you cum as lot as you can imagine,” aku mengarahkan tangannya kembali ke leherku, kami ber – french kiss ria kembali, aku terus menggenjotnya sampai ia sudah lupa diri, kini tak ada lagi identitas idol di dalam diri Yuvia. Yang ada adalah wanita muda yang sudah dipenuhi oleh birahi yang menuntut untuk kupuaskan.

“AAAHHH!!”

“YYEESAASSA AASAHHH ENNNACCKKKHHHHHHHHHHHH!!”

“Dalem aja ya, please?” pintanya di tengah-tengah genjotan liarku.

“Yaa,..kinn luu??”

“Iya, gua lagi aman juga kok, tadi juga udah minum pil KB,” belanya,

As you wish, let me fill your vagina with my sperm!” ucapku gembira. Kapan lagi bisa crot di dalem vagina idol ya kan.

Bertubi-tubi kuhentakkan penisku kedalam vaginanya, entah sudah berapa sodokan dan variasi tempo aku coba untuk mendatangkan derai orgasmenya. Bukannya apa aku hanya khawatir quickie sex ini berlangsung menjadi full ronde dan Yuvia harus terlambat untuk menjalani aktifitasnya. Sange boleh, bego jangan.

Aku memegangi kedua tangan Yuvia belakang tubuhnya, ingin kupandangi sekali lagi indah bongkahan dadanya ini, mungil namun sekel, sangat pas di tanganku. Yuvia sangat keenakan sampai-sampai ia ngeces dan kulahap habis air liurnya tanpa perasaan jijik sedikitpun.

"AAhh iyaahh iyaahh teruusss,"

"Bentar yuupp barengannn," kataku,

"Gak kuatt yoonn.... enaakk banngg..eettt mmhhhh,"

"AAAHH,"

Aku merasakan penisku terhisap lebih dalam dan terjepit di dalam vagina Yuvia, nampaknya ia memang tidak kuat dan sebentar lagi akan sampai batasnya.

“AAAHHH!! AKUU KELUAAAARRHH FUCCKKKKKK!!” Yuvia menggelinjang, tubuhnya melengkung ke belakang, kakinya menendang-nendang sofa dan payudaranya membusung mengenai hidungku, segera kutampung bobot tubuhnya agar ia tak terjungkang ke belakang.

Aku yang kepalang tanggung terus menggejotnya walau ia masih didera badai orgasme, aku yang sudah kepalang sange ingin segera menuntaskan tugasku.

“AAAH SIAAPPP-SIAAPP”

“I’M CUMMIINGGG BABYYY!!”

Crooott ...crooot ....crooot, tiga kali semburan besar spermaku luluh ke dalam vaginanya.

Badan Yuvia masih menggejang seperti orang step karena genjotanku saat orgasmenya tadi, bola matanya melihat ke atas seperti orang kesurupan.
Yuvia rubuh ke pundakku, pakaiannya basah, begitupula dengan vaginanya.

Ada sekitar 10 detik sampai tubuh Yuvia kembali normal, terasa sangat basah di kedua kemaluan kami. Segera kucabut juniorku dari liang kewanitaannya dan air cintanya bercampur spermaku mengucur deras dari vaginanya. Aku yang terpesona berlutut dan melihatnya lebih dekat, Yuvia masih mengangkang dengan kupegangi bagian pantatnya agar ia tak jatuh ke belakang. Squirt-nya sungguh hebat sampai-sampai sofaku menjadi basah karena banyaknya air cinta yang dikeluarkannya tadi.

"Kapan-kapan gue cuci mobil pake cairan cinta lo deh ya," godaku kepadanya.

Ia tak menjawab, matanya masih merem melek dan posisi badannya masih goyah, segera kududukkan ia di sofa agar bisa kujilati sisa cairan vaginanya.


sluurpp slurrp slurrpp, Yuvia bergetar lagi saat lidahku masuk ke liang senggamanya, ingin ku 'menyiksanya' lagi tapi apa daya waktu kami yang memang sangat limited hari ini. Setelah selesai membersihkan vaginanya, aku bangkit dan berlutut disampingnya.

“Makasih ya, sayang,” ucap Yuvia mengecup bibirku.

You're welcome, my sexy slave,” aku sengaja berkata demikian agar no heart feelings between us, just partner in sex partner in bed, gak lebih. Jujur gue takut terbawa perasaan jatuh cinta dengannya tapi apa daya birahi anak muda memang sulit dikontrol.



Aku menggendong tubuh mungilnya ke kamarku, dan mengelap vaginanya. Sepanjang jalanku menggendongnya bertetesan spermaku, aku sungguh iba melihatnya. Wanita yang dipuja-puja oleh para fansnya, sekarang lemas bersimpah air mani di hadapanku.

Setelah selesai membersihkan dan mengganti celana dalamnya, aku mengganti kaosku dan memakai celana boxer ku untuk mengantarnya ke FX.

“Sorry ya kalo omongan gue gak enakin tadi,” ucapku,

“Iya gapapa, gue tau kenapa lo ngomong gitu,” jawabnya, memandangku lembut.

“Tapi kalo hal yang lo takutkan terjadi gimana?” tambahnya, bangsat kenapa matanya tiba-tiba tulus begini, pandangannya lurus ke mataku seakan ingin mengatakan sesuatu yang ditutup-tutupinya.

“Yup, kita ini—“

“Iya iya gue tau, gue cuman bercanda tadi ehehehe,” ia tertawa, but clearly it was a fake laugh for me.

“Yaudah yuk gue anter,” ajakku padanya, sambil menyemprot-semprotkan parfumku dan menyeka keringatnya.

“Gendong....” pintanya manja,

“20 tahun masih aja kek anak SMP, dasar,” jengkelku.

“Biarin yang penting imut, wlek!” ia memeletkan lidahnya, ekspresinya itu loh mengundangku untuk menerkamnya secara buas lagi.

Aku menggendong Yuvia ke mobil, lalu mengantarkannya ke Mall sarang Wota.


By the way, that’s how we play since ‘that day’ .

Abnormal, right? Yes I admit it, but this is my guilty pleasure.

Ofcourse I feel guilty after doing this kind of thing, but in the other hand i couldn’t resist the devil inside me.



Di tengah kesunyian perjalanan,

“Gimana lo sama Ayana?” tanya Yuvia,

“Udah putus,” jawabku cuek.

“Eh? Kapan? Dan kenapa ? perasaan kalian baik-baik aja,” selidik Yuvia, sambil memain-mainkan parfum mobilku yang berbentuk panda pemberian Ayana.

“Gak usah dibahas,”

Yuvia terdiam, kembali membuka hapenya untuk melihat balasan tweet fansnya.



“Gue anter sampai parkiran aja ya, gue males ketemu wota,” ucapku saat memasuki parkiran FX Sudirman.

“Aku yang ngadepin mereka kenapa kamu yang sewot sih,”

“Apa jangan-jangan kamu suka ya sama—“

“Ha?”

“Sama wota! Ciee batang ketemu batang, hahaha,” ia tertawa garing. Makin gak jelas sepupuku satu ini.



Aku memilih parkiran agak sepi agar tidak ada wota tubir yang memergoki Yuvia turun dari mobilku.

“Sana turun,” pintaku.

“Jutek banget,” ia malah kembali duduk.

“Turun ya sayang, nanti kamu telat shownya?” jawabku berlogat manis layaknya sepasang kekasih.

“Ehehehe jijik juga ya lo kalo kayak gitu,” ia tertawa, lalu mengambil tas slempangnya di jok tengah.



Yuvia menatapku dengan tatapan yang tidak biasa, entah apa maunya kali ini.

Thanks ya yon,” tiba-tiba ia mengecup bibirku singkat.

See you at night!”

“Lah lo stay di rumah gue?” tanyaku kaget.

“Iyalah! Bokap, nyokap, Windy, lagi pada liburan, gue doang ditinggal karena ada jadwal show,”

“Yaelah kenapa gak ngajak temen-temen lo nginep di rumah lo aja sih?”

“Gakmau intinya gue nginep di rumah lo, Titik,” jawabnya egois.

“Sampe besok aja ya?” pintaku, karena dia anaknya rempong dan kadang suka nyusahin kalo nginep di rumahku.

“Sampe minggu depan lah,” ia menutup pintu mobilku dan berjalan menuju lobby FX Sudirman.



What? Seminggu bersama Yuvia? Huft.



Yup, lo itu nyebelin, tapi enak.
 
Terakhir diubah:
Mohon sekiranya untuk tidak menjadi seorang silent reader, karena disini kita sama-sama belajar jadi alangkah lebih baiknya untuk turut andil dalam kolom komentar. Kebetulan ini stensilan pertama ane jadi mohon maaf kalau masih banyak kekurangan, kritik dan saran siap ane tampung untuk membangun cerita ini lebih baik ke depannya.

Cerita ini murni fiksi, kalau ada yang tersinggung dari hati yang terdalam ane minta maaf.

Anyway, tanpa berbelit kata lagi, ane ucapkan Happy reading untuk penghuni forum fiksi sekalian!
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd