Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Incest Story : Arti Keluarga (Update Terbaru)

menarik ceritanya
 
Chapter 3

Setelah itu, aku tidak keluar dari kamar hingga makan malam tiba.

“Alvin? Kamu tidur sayang?“ tanya ibu di ambang pintu.

“Engga, aku gak tidur. Ada apa bu?“

“Ayo turun, sudah waktunya makan malam.“

“Baik bu, aku ganti baju dulu.“

Ibu hanya tersenyum lalu kembali ke meja makan. Aku segera mengganti seragamku dengan kaus hitam dan celana pendek hitam.

Emma dan Adam sudah berada di meja makan. Sepiring nasi goreng sudah ada di hadapan mereka masing-masing. Hanya ibu yang belum terlihat di meja makan.

Begitu aku duduk, ibu muncul dari dapur. Mengambilkan nasi goreng milikku dan nasi gorengnya di tangan yang satunya.

“Hati-hati masih panas.“ ucap ibu mengingatkan.

“Iya, makasih bu.“

Setelah ibu menyimpan piring nasi goreng milikku dan ibu sudah duduk di kursinya. Kami pun makan malam bersama dengan khidmat. Hanya ada suara benturan sendok dan piring yang menghiasi meja makan.

“Alvin, sebaiknya kamu besok sekolah saja ya?“ ucap ibu, menjadi yang pertama membuka topik obrolan.

“Eh? Tadi kak Alvin bolos sekolah? Kalo tahu gitu aku juga ikutan bolos aja.“ ucap Adam dengan mulut penuh.

“Jangan bicara saat mulut sedang penuh sayang.“

“Tapi bu, mana mungkin aku---“

“Tidak apa, ibu akan baik saja. Mana mungkin ibu membiarkan kamu bolos sekolah hanya untuk menemani ibu. Pendidikan kamu yang terpenting Alvin.“

Meskipun ibu bilang begitu, aku masih saja khawatir.

“Percayalah, ibu akan baik-baik saja.“ ucap ibu lagi.

Aku masih khawatir sebenarnya, tapi aku tidak ingin ibu melihatku sebagai anak yang tidak menurut kepada ibu. Aku pun menghela nafas panjang.

“Iya iya, besok aku berangkat sekolah.“

Setelah aku berkata demikian, ibu langsung tersenyum.

“Kak Alvin emang anak ibu yang paling baik.“

“AKU, AKU JUGA ANAK MAMA YANG PALING BAIK, PALING CAKEP.“ ucap Adam, sambil memajukan tubuhnya ke arah ibu.

“ADAM BERISIK IH!“ ucap Emma.

Ibu melerai mereka berdua dan kami pun melanjutkan makan malam kami. Setelahnya aku membantu ibu mencuci perabot, lalu aku pergi tidur.


Keesokan harinya, aku jadi terbiasa bangun pada pukul enam pagi. Mematikan lampu-lampu di dalam dan di luar, membuka gorden. Akan tetapi, ada suara kericikan air dari dalam kamar mandi.

Aku melihat ke kamar Emma dan Adam, mereka masih tertidur pulas. Aku melihat ke kamar ibu, ibu tidak ada di kamarnya. Mungkinkah ibu yang ada di kamar mandi.

“Ibu?“

“Alvin? Syukurlah kamu sudah bangun, bisa tolong ambilkan ibu handuk sayang? Ibu lupa membawanya.“

Syukurlah itu ibu.

“Baik bu, akan kuambilkan.“

“Terima kasih.“

Aku segera mengambilkan handuk untuk ibu.

“Ibu? Ini handuknya.“

Setelah mendengar bahwa aku telah membawa handuknya, suara kericikan air dari dalam kamar mandi langsung menghilang. Lalu tangan ibu menjulur keluar setelah pintu kamar mandi dibuka sedikit. Kemudian aku langsung memberikan handuknya.

“Terima kasih yaaa.“

“Iya bu.“

Entah kenapa, meskipun aku telah memberikan handuknya. Aku tak langsung pergi dari depan pintu kamar mandi, sebenarnya apa yang aku pikirkan. Aku pun langsung menuju dapur untuk membuat roti lapis dan susu untuk sarapan.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka dan ibu memegangi handuk untuk menutupi tubuhnya seraya berjalan cepat menuju kamar.

Aku sudah selesai membuat empat roti lapis, empat gelas susu. Emma dan Adam masih tetap saja belum bangun.

“Emma, cepat bangun, kamar mandi kosong.“

“Ugh… iya…“

Beberapa menit setelah aku keluar dari kamar Emma, akhirnya ia keluar dan menuju kamar mandi. Beberapa menit setelahnya, Adam yang keluar dari kamar, Emma yang keluar dari kamar mandi. Begitulah. Tidak masalah aku mandi terakhir juga. Lagipula aku sedang menonton berita sepakbola.

Adam selesai mandi, Emma sedang sarapan, dan ibu sudah berpakaian.

“Alvin, menurut kamu baju ini cocok gak dipake sama ibu?“ tanya ibu, seraya memperlihatkan dirinya yang tengah memakai daster hitam polos, yang panjangnya sampai menutupi pahanya saja.

“Ibu gaakan kemana-mana kan?“

“Enggak, ibu gak kemana-mana.“

“Kalau begitu baju itu cocok dipaka sama ibu. Ibu jadi terlihat cantik.“

Wajah ibu tersipu malu, tapi sepertinya ia senang sekali, syukurlah. Akan tetapi kenapa ibu menanyakan hal barusan kepadaku ya.

Adam sudah selesai mandi, Emma berpamitan kepada ibu, lalu aku pun segera mandi. Tidak lama, soalnya aku sudah terlambat.

Aku berpakaian, lalu sarapan, dan meminum susu.

Saat aku hendak merapikan meja makan, ibu menghentikanku.

“Gapapa biar ibu saja yang merapikannya, kamu cepatlah berangkat sekolah.“

“Maaf jadi merepotkan ibu.“

“Gapapa, tapi sini dulu.“

Ibu mengisyaratkan kepadaku untuk menghampirinya lebih dekat lagi, aku pun menurutinya. Begitu aku sudah mendekat, ibu mencium pipi sebelah kananku.

“Itu ciuman keberuntungan dari ibu, kamu hati-hati di jalannya ya sayang~“

“Eh? Ah, i-iya bu. Kalau begitu aku berangkat dulu.“



Saat sudah sampai sekolah pun, kecupan ibu di pipi masih bisa dirasakan olehku dan masih saja terus terbayang di kepalaku.

“Sepertinya ada yang senang di pagi hari ini.“ ucap seorang wanita, saat aku melewati gerbang sekolah.

“Eh?“

Ibu Wali kelasku, tengah mengawasi anak-anak yang masuk ke sekolah. Salah satunya aku. Aku yang paling diawasi olehnya.

“Izin nya hanya satu hari? Ibu kira kamu akan izin dalam waktu yang lama, dengan perkataanmu waktu itu.“

“Apa yang sedang ibu lakukan di gerbang?“

“Ikut sini dengan ibu.“

Ibu wali kelas menarik tanganku dan membawaku ke suatu tempat. Dalam seketika, aku menjadi sorot perhatian bagi siswa-siswi yang lain. Ditambah dengan ibu wali kelasku. Beliau termasuk ke dalam salah satu guru yang cantik di sekolah, belum lagi usianya yang masih terbilang muda, aku yakin umurnya pasti tidak lebih dari tiga puluh lima tahun.

Penampilannya sangat menawan, kulitnya putih bersih nan mulus, bulu matanya begitu lentik dan matanya yang berwarna merah begitu indah, akan tetapi tertutupi kacamata yang tidak berbingkai. Rambutnya dibiarkan panjang sampai ke bokong, sepertinya beliau sedang patah hati. Itulah yang perempuan lakukan jika sedang patah hati, Emma pernah mengalaminya dan aku yang harus meladeninya.

“Berhentilah memanggilku ‘ibu wali kelas’ dan sebutan ‘beliau’.“ ucap ibu wali kelas tiba-tiba.

“T-tapi aku tidak mengatakan apa-apa…“

“Kau melakukannya lagi, mulai sekarang panggil ibu dengan nama ibu. Siapa nama ibu?“

“Ibu Sri?“

“Anak pintar~“

Aku tidak yakin apa aku harus senang atau sedih dengan ibu memanggilku seperti itu. Lalu ibu Sri membawaku ke gudang olahraga yang berada di halaman belakang.

“Apa ibu akan membuatku membereskan gudang seorang diri?“

“Kenapa ibu harus melakukan itu?“ tanya bu Sri sambil menutup pintu gudang rapat-rapat dari dalam.

“Karena apa yang sudah aku katakan kepada ibu kemarin lusa. Perkataanku salah, aku minta maaf bu. Aku menyesalinya.“

“Jangan seperti itu, jika kamu mengatakannya seperti itu ibu jadi tidak tega untuk melakukannya.“

Ternyata benar ibu akan menghukumku atas apa yang telah aku katakan kepadanya di ruang kantor pada hari kemarin lusa. Memang tidak seharusnya aku berkata seperti itu kepada ibu wali kelasku sendiri.

“KAMU MELAKUKANNYA LAGI.“

“A-aku tidak melakukan apa-apa bu.“

“KAMU MEMANGGIL IBU WALI KELAS.“

Kemudian, Ibu Sri mendorongku ke atas matras. Entah kenapa dia melakukannya, lalu ia duduk di atas tubuhku.

“I-Ibu, apa yang akan ibu lakukan…“

“Sudah waktunya ibu mempermalukanmu, seperti kamu mempermalukan ibu di kantor.“

Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya.

“Ibu akan mengambil keperjakaanmu.“

“H-Hei, i-ibu mana boleh melakukannya.“

“Ibu bisa melakukannya, kamu pikir ibu tidak memiliki banyak pengalaman? Berani sekali kamu meremehkan ibu.“

Lalu ibu Sri menggigit telingaku pelan, tidak pernah aku merasakan hal seperti ini. Seluruh tubuhku merinding karenanya dan aku merasa geli. Setelah itu bu Sri menciumi leherku, aku baru teringat kalo bu Sri memakai lipstik yang tebal sekali. Semoga saja tidak meninggalkan bekas.

Karena bu Sri memberikan aksi sebanyak itu, akibatnya tubuhku mendapatkan reaksi yang serupa. Terutama dari dalam celana dalamku. Celana dalamku menjadi terasa sempit.

“Haaaahhhh haaaahhhh…“

Look at you~ How cute you are~

Nafasku terengah-engah setelah diperlakukan seperti itu oleh bu Sri. Kemudian ia melepas kacamatanya dan satu persatu mulai melepas kancing bajunya.

“Kamu tahu? Ibu tidak terlalu sering memperhatikanmu di kelas, karena kamu duduknya di paling pojok belakang, dekat jendela. Merasa seperti tokoh utama huh?“

“A-aku tidak mengerti apa yang ibu bicarakan…“

“Itu tidak masalah, tapi sekarang. Setelah ibu melihatmu, ternyata kamu begitu tampan. Akan menyedihkan rasanya jika pacar kamu mengetahui bahwa keperjakaan pacarnya telah diambil oleh ibu.“

“Aku… tidak punya pacar…“

“Hmm? Is that so? That’s even better~

Ibu Sri akhirnya melepas kemeja seragamnya, bra-nya yang hitam berenda terlihat sangat jelas olehku. Payudaranya besar, tapi tidak sebesar milik ibu di rumah.

“Kalian para laki-laki pasti menyukainya kan?“

Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi memang. Ibu Sri merupakan guru yang paling disukai oleh para murid, dan payudaranya merupakan daya tarik terbesar kedua setelah wajahnya.

Mengetahui aku tak langsung menjawab pertanyaannya, bu Sri menggenggam tanganku dan mengarahkannya untuk menyentuh payudaranya.

Begitu lembut, begitu besar. Aku pun tanpa sadar langsung meremasnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

“Fufufu~ kamu tetap saja anak laki-laki.“

“Eh, maaf, aku tidak bermaksud menyentuhnya terus menerus…“

Aku langsung menjauhkan tanganku dari payudara bu Sri. Akan tetapi, ibu Sri menggenggam tanganku untuk supaya tetap pada tempatnya. Tak lama kemudian, ia melepas bra-nya dan tetap membuatku menyentuh payudaranya. Kali ini payudara sungguhan.

“Heyy, mau sampai kapan terus megang hmm?~“

“Dan juga, dari tadi bokong ibu udah ditusuk-tusuk terus nih~“

“Nusuk-nusuk terus seolah-olah udah gak sabar mau keluar. Ibu bukain ya?~“

Ibu Sri turun ke bawah, melepas celana abu-abu dan celana dalamku. Punyaku keras sekali astaga, terlebih lagi saat diamati oleh ibu Sri. Malu sekali rasanya. Membuatku ingin segera keluar dari sini.

“Hmm~ Ibu kira kepunyaan laki-laki namanya penis, tapi kalo sebesar ini, kamu mau tahu disebutnya apa?“

“A-apa…“

Ibu Sri tersenyum, lalu mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik;

“Ini namanya ‘Kontol’ sayang~“

Entah mengapa, mendengar suara bisikan ibu Sri membuat sekujur tubuhku merinding seketika.

“Sini, biar ibu membantumu Alvin sayang~“

Ibu Sri mulai menggenggam penisku, hanya disentuh olehnya saja membuatku ingin pipis. Lalu ia meludahi penisku, aku tidak mengerti kenapa ia melakukannya, kemudian ia mulai mengocok-ngocok penisku.

Penisku terasa menjadi lebih keras dan terus mengeras dari sebelumnya, dan entah mengapa aku tak dapat lagi menahan sesuatu yang seharusnya aku tahan.

“I-Ibu… Ibu Sri aaaaahhhhh~“

Penisku mengeluarkan sesuatu, bukan pipis. Cairan itu mengenai wajah ibu Sri, tidak seharusnya kulakukan itu. Tidak seharusnya kulakukan itu, apa yang telah kulakukan.

“Hmm~ emang udah paling bener sperma anak muda. Lebih nikmat dan juga lebih tebal~“

Bukannya merasa jorok, ibu Sri malah menjilati cairan milikku. Aku melihatnya sama seperti Emma menjilati cairan susu kental manis yang tumpah mengenai bajunya.

“Pemanasannya sudah selesai, ayo kita mulai saja. Lagipula sebentar lagi bel masuk.“

Ibu Sri melepas celana dalamnya, tapi tidak dengan roknya. Lalu memanjat kembali ke atas tubuhku.

“Dengan kontol sebesar ini kamu bisa menaklukan perempuan apapun jenisnya Alvin. Akan sangat disayangkan jika kamu menyia-nyiakannya.“

Selagi ibu Sri berbicara, ia memegang penisku dan mengarahkannya supaya bisa masuk ke dalam vaginanya.

“Beritahu ibu, apa kamu punya perempuan yang kamu sukai? A-aaaahhhnnnn~“

“Perempuan yang aku sukai…“

“A-aaaahhhnnnn~“

Belum selesai aku menjawab pertanyaan ibu Sri, penisku sudah masuk ke dalam vaginanya. Suara desahannya begitu menggairahkan. Penisku menjadi lebih keras di dalam vaginanya.

“Ibu baru merasakan ujungnya saja lho~ ibu tidak yakin apa ibu bisa melahap setengahnya. Uhhhhh~“

“Aaaaaahhhhhnnnnn~“

“Dan juga, usahakan untuk tidak muncrat terlalu cepat. Perempuan tidak menyukai laki-laki yang ejakulasi dini.“

Entah mengapa, ibu Sri memberikanku saran yang belum pernah kudengar darinya selama di kelas. Terlebih lagi ia memberiku saran sambil disela dengan desahan. Kurasa semua sarannya itu bisa membantuku.

Kemudian, ibu Sri mulai menaik dan menurunkan tubuhnya seraya penisku masih tertancap di vaginanya. Aku akui ini sungguh nikmat. Aku menikmatinya.

“Pertanyaan ibu masih belum dijawab Alvin. Aaaaahhhhhnnnn~“

“Eh uhh… perempuan yang aku sukai… mungkin ibu…?“

Setelah mendengar perkataanku, ibu Sri langsung berhenti bergerak dan menatapku dalam-dalam. Wajahnya langsung memerah, entah apa yang terjadi dengannya, tapi sungguh. Aku memang menyukai ibuku.

“Begitu ya... kamu sukanya wanita yang lebih tua.“

“Eh?“

Di dalam vaginanya, dapat kurasakan vaginanya terasa menyempit. Entah apa yang terjadi aku tidak mengerti.

Tanpa menjelaskan terlebih dahulu apa yang barusan dimaksudkan oleh ibu Sri, ia memutuskan untuk kembali bergerak. Suara desahannya kembali terdengar. Tanpa kusadari, aku mulai menggenggam kedua pinggang ibu Sri dan membantu pergerakannya untuk lebih cepat.

“H-hey, apa yang kamu lakukan Alvin?“

“Aku membantu ibu, supaya ibu tidak kelelahan.“

“B-bukan begini caranya--- aaaahhhhnnn Alvin~“

Aku membantu ibu Sri naik turun supaya dirinya tidak terlalu kelelahan saat mengajar nanti.

“A-Alvin… p-pelan-pelan… i-ibu mau… aahhnnn~“

“Ibu ahhhh~“

Penisku terasa hangat di dalam vagina ibu Sri, seolah-olah ada cairan yang mengenai ujung penisku. Atau mungkin itu hanya cairan milikku yang sama seperti sebelumnya.

Kemudian tubuh ibu Sri kejang-kejang.

“I-Ibu…? Ibu gapapa…?“

“Oh tidak… apa yang telah kulakukan…“ ucapku lagi.

“Ibu… tidak apa-apa… ibu hanya terlalu menikmati kontol besarmu itu.“

“Tapi ibu sungguh tidak apa-apa kan…?“

“Ibu hanya perlu beristirahat sebentar lalu ibu akan kembali normal, tenang saja sayang. Hal seperti ini normal setelah kamu melakukan hubungan seks.“

Jadi yang barusan itu hubungan seks namanya.

Kami berdua berbaring di atas matras sehingga tak lam kemudian kami memakai seragam kami kembali. Aku memakai seragam putih abu sebagai murid, ibu Sri mengenakan kembali kemeja batik khusus para guru.

“Ibu ke kelas terlebih dahulu, kamu ke kelas sepuluh menit kemudian setelah ibu. Paham?“

“Paham bu.“

“Bagus.“

“Oh dan juga, ibu akan memarahimu. Dengan begitu tidak akan ada yang curiga kepada kita. Mau tidak mau harus mau ya?“

“…Iya bu.“

“Anak pintar~

Ibu Sri mengusap-usap rambutku, lalu pergi ke kelas. Kemudian aku pergi ke kelas sepuluh menit kemudian, persis apa yang dikatakan oleh ibu Sri, dan aku juga dimarahi olehnya persis apa yang akan dilakukan oleh ibu Sri. Aku tidak masalah.

Yang selanjutnya terjadi adalah aku belajar di sekolah seperti biasa dan ibu Sri mengajar di kelasku seperti biasa. Akan tetapi, apa yang terjadi di gudang olahraga dengan ibu Sri, terasa seperti mimpi bagiku.
*
*
Bersambung
 
Bimabet
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd