Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Setelah didalam kamar, ibu berdiri didekat ranjangku lalu aku melepaskan celanaku sehingga aku setengah telanjang didepannya. Melihatku setengah telanjang dengan penisku di depannya, ibu hanya berdiri tegak mematung fokus menatap kontolku yang siap tempur.


Aku duduk di ranjang sedangkan ibu sendiri aku bimbing di depanku agar berjongkok dengan ditopang kedua lututnya. Aku mengelus-elus kepala ibu yang dibalut kerudung dengan daster sebagai penutup seluruh tubuhnya agar ibu merasa tidak grogi dan tetap tenang. Karena melihat dari gelagatnya ibu seperti diliputi keraguan. Dan keraguan itu aku berusaha untuk menghilangkannya dengan mengelus kepala ibuku hampir didekat telinganya.


"Bu, bukan Ardi bermaksud menghinakan ibu dengan mengocok kemaluan Ardi. Ini Ardi maksudkan agar kita saling memahami dan membuktikan kebenaran yang Ardi katakan tadi. Ini juga demi kebaikan ibu juga. Kejadian ini akan menjadi rahasia kita berdua Bu." Ucapku untuk membuat ibuku tenang dan yakin dengan prinsip ku untuk menjaga rahasia ini.


Aku sangat bersyukur sekali karena ibu memahami arahanku dan dengan gemetar di sentuhnya batang kontolku dengan ujung jarinya.


"Keras yaa di?" Kata ibu gugup.


"Iya Bu. Kuatkan tekad ibu dan niatkan demi kebaikan ibu, yaa?" Ibu pun mengangguk lalu memberanikan diri menggenggam batang kontolku dengan penuh keyakinan dan demi kebaikannya juga.


Saat telapak tangan ibu menggenggam batang kontolku, aku merasa melayang dan terasa aliran darahku mengalir deras ke sekujur tubuhku. Batang kontolku semakin keras dan berkedut-kedut digenggaman ibu. Tangannya yang lembut dan hangat mengundang nafsuku yang tersulit api birahi yang menyala.


Aahhh....


Nikmat sekali genggamannya.


Mulailah ibu mengocok kontolku dengan durasi kecepatan mengikuti detakan jarum merah pada jam dinding. Setiap detiknya satu gerakan keatas dan satu gerakan ke bawah dan semakin cepat.


Ahh~!


Aku melenguh keenakan di kocok ibuku dengan tangan lembutnya, sampai beberapa menit belum juga keluar.


"Ludahin aja Bu, supaya licin."


"Pake ludah ibu, di?" Tanya nya ragu.


"Iya, gpp kok Bu.."


Di ludahinya kepala kontolku oleh ludah ibu, sehingga menambah kenikmatan yang aku dapatkan. Ku lihat ibu begitu fokus melihat dan mengamati kontolku seperti melihat benda antik yang berharga. Sekilas aku juga melihat muka ibu memerah dan sesekali menelan ludah memperhatikan kontolku. Aku merasa terharu melihat perjuangan ibu meluapkan kegundahan dihatinya dengan menuruti arahanku. Walau sebenarnya aku menyadari ini kesalahan fatal karena mempengaruhi ibu yang menjurus pada perzinahan, jujur aku merasa puas dan aku sangat menikmatinya.


Aku berharap tahap awal ini menjadi jalan untukku mendapatkan tubuh ibu seutuhnya. Aku sudah tidak sabar ingin menempelkan tubuhku dengan ibu, menyatukan kedua kelamin atau bahkan mungkin menghamilinya. Pikiran kotor ini rupanya mempengaruhi ketegangan otot yang ada di sekitar kontolku menjadi semakin tegak dan keras. Ibuku sampai dibuat takjub melihat kharisma yang dipancarkan oleh kontolku ini.


Whuuhh..


Kata itu tiba-tiba keluar dari mulut ibu reaksi alamiah dari ketakjubannya melihat kontolku yang sedang di genggamannya


Sudah 20 menit berlalu ibu terus mengocok kontolku sampai terasa pegal batang kontolku diperlakukan dengan manja oleh ibu. Namun aku memiliki sebuah keinginan pada ibuku yang entah ibu mau atau memarahiku.


"Bu, daripada tangan ibu pegal-pegal, Mmm.. bagaimana kalau ibu menghisapnya pakek mulut ibu? Boleh gak Bu?" Pintaku dengan memberanikan diri mengatakan permintaan yang sulit.


"Tapi di. Ibu saja belum pernah melakukan itu sama ayahmu seumur pernikahan ibu. Pernah ayahmu maksa pengen di hisap penisnya saat ibu datang bulan, namun ibu muntah-muntah karena merasa jijik, di." Jawab ibu sambil mengernyitkan keningnya.


"Coba aja dulu punya Ardi Bu. Lagian ayah juga tidak menjilati memek ibu, makanya sekarang ibu balaskan dendam itu pada kontol Ardi. Pertama tujuan ini untuk membuktikan kalau Ardi tahan lama, kedua mungkin saja rasa kontol Ardi beda dengan ayah. Di coba ya Bu?" Pintaku sembari mengelus kepala ibuku dengan penuh perhatian. Perlakuan ini aku lakukan demi membuat ibuku tenang dan merasa nyaman bersamaku.


"Baiklah, ibu coba ya di?" Ucap ibu menyetujui permintaanku. Mendengar jawaban ibu barusan membuat hatiku senang sekali bisa merasakan hisapannya mulut ibuku.


Perlahan ibu maju mendekatiku lalu mencium aroma kontolku yang tentunya berlumuran bekas ludahnya. Langkah pertama ibu berhasil membuat nyaman penciumannya. Lalu perlahan menjulurkan lidahnya mencoba untuk merasakan dan memainkan lidahnya dibatang kontolku dari atas kebawah dan sebaliknya. Sumpah! Rasanya membuat bulu kuduk bergidik juga tubuhku bergetar karena saking ngilu dan nikmatnya. Tidak henti-hentinya juga aku mengelus manja kepala ibu agar merasa dihargai dan dipedulikan olehku. Sehingga tanpa aku sangka-sangka ibu mulai berani mengulum ujung kepalanya lalu semua batang kontolku berada di dalam mulutnya.


"Aahhhh.... Enak sekali Bu. Makasih ... Ardi percaya ibu pasti bisa. Semangat Bu! Aahhh...!" aku merayu dan menyemangati ibuku agar semakin liar menghisap dan merasakan nikmatnya kontolku di dalam mulutnya.


Tak bisa aku bayangkan kenikmatan ini benar-benar membuatku melayang dalam kenikmatan yang luar biasa nikmatnya. Selain memaju mundurkan kepalanya. Ibu pun berani menghisapnya, baik saat sebagian batangnya ada didalam mulutnya atau pas ujung kepalanya ibu hisap seperti menyedot ujung sedotan.


Ssshhhhh.... Aahhhh... Sekujur tubuhku terasa menegang semua saat ibu memainkan lidahnya menari saat kontolku berada didalam mulutnya. Sekilas ibu tersenyum melihatku keenakan dihisap mulutnya, aku pun yang melihat ibu berekspresi senang membuatku ikut tersenyum juga. Aku mengelus pipi kanan ibu karena saking gemas dan baiknya ibu kepadaku.


"Ohh Bu. Ibu jahat bikin Arga keenakan begini. Ahhh... Bu? Arga seperti akan keluar nih! Kalau mau muncrat nanti lepas ya Bu kontolnya?" Kataku memberi aba-aba pada ibu untuk bersiap-siap, ibu pun hanya mengangguk pelan dengan kontolku masih di mulutnya.


Tidak berapa lama aku merasa ada sesuatu yang mendesak pertahananku, rasa ngilu dan nikmat sudah berkumpul di kontolku. Ibu masih terus menghisap tak berhenti hingga aku buru-buru memberitahu ibu kalau beberapa hisapan lagi akan sampai.


"Kalau aku menepak pundak ibu cepat lepas hisapannya ya Bu? Ssshhhh... Bentar lagi kellluarr..."


Dan akhirnya sedetik sebelum klimaks aku tepuk pundak ibu agar melepaskannya. Namun apa yang terjadi diluar dugaanku. Saat ejakulasi, ibu bertahan dengan masih menyedot kontolku hingga akhirnya menyembur juga spermaku didalam mulut ibu


CRrroooooooottttt!!!


Uughhhh... Hhhh.....Sshhhh...


Ibu menunduk menerima semburan demi semburan cairan spermaku di mulutnya.


Kontolku berdenyut memuntahkan isinya didalam mulut ibu banyak sekali. Aaahhh! Aku berhasil menyetubuhi mulut ibu dan memuntahkannya didalam. Aku tidak menyangka ibu membiarkannya dan tetap mempertahankan kontolku berada di mulutnya bahkan hingga tetes terakhir barulah ibu melepaskan kulumannya.


"Ibu? Kenapa gak dilepas bu? Jadi kan Ardi ngeluarin nya didalam mulut ibu?" Kataku khawatir tapi disisi lain merasa puas sekali. Dengan ujung jempol ku aku membersihkan lendir yang hampir keluar .


"Ibu juga gak tau di. Hanya merasa nyaman aja" jawab ibu singkat. Namun ada yang baru aku sadari, mana sperma ku? Kenapa tidak ada lelehan di mulutnya? Gumamku dalam hati.


"Bu?"


"Hmmm?" Jawabnya singkat.


"I..Ibu menelan sperma Ardi Bu?" Kataku terkejut heran.


"Iya, di. Ibu pun heran... Sama sekali ibu tak merasa jijik... Ibu menelannya begitu saja. Seumur-umur baru kali ini menelan sperma di. Aneh rasanya". Ucap ibu santai dan terlihat biasa saja.


"Makasih ya Bu? Perjuangan kita ini tidak akan Ardi lupakan.. bagaimana menurut penilaian ibu tentang kontol Ardi?" Kataku yang pura-pura membersihkan sisa spermaku di bibirnya ibu. Hal kecil ini membuat ibuku merasa terkesan, dari ekspresinya, ibu tersenyum melihat perlakuanku yang mengistimewakannya.


"Sejujurnya ibu gak tau kenapa suka penis kamu di. Penis kamu lebih besar, keras, tahan lama sama hmm... Sperma kamu juga seperti ibu merasai jus alpukat tanpa pemanis, hambar. makanya ibu suka dan baik-baik aja.." ucap ibu menjelaskan bagaimana dia tidak merasakan jijik sejak dari menghisap kontolku hingga menelan spermaku.


Karena merasa terharu melihat perjuangan ibu, aku meraih kedua tangannya lalu mencium punggung telapak tangannya sebagai penghormatan ku pada ibu.


"Ardi hanya bisa mengucapkan terimakasih Bu. Di lain hari boleh kita melakukannya lagi, Bu?" Pintaku menyarankan.


"Gimana nanti aja, di. Ibu juga masih tidak percaya ibu melakukan ini, tapi tolong rahasiakan masalah ini ya?" Ucap ibu yang langsung berdiri sambil dibantu olehku. Aku pun tentu saja menyetujuinya, karena tentu saja sama dengan mencari masalah.


Setelah kejadian dikamar itu. Aku dan ibu keluar dari kamar dan melakukan kegiatan seperti biasa dilakukannya sehari-hari. Hingga pulanglah Amira dari sekolahnya bersama Andini tetanggaku.


"Assalamualaikum.." ucap Amira bersama Andini teman sekolahnya yang ikut masuk ke dalam. Mereka tidak memakai seragam, hanya mengenakan pakaian sehari-hari. Jadi terlihat cantik dan mengundang daya tarik.


"Waalaikumsalam.." aku dan ibu menyahut dari dalam. Amira langsung mencium tanganku sebelum menyalami ibu dia merasa bersalah pergi tanpa se ijinku.


"Maafin Amira ya kak? Amira gak ijin dulu sama kakak?" Ucap Amira tulus mengharapkan kata maaf dariku.


"Gpp kok, Amira. Itu kan aktivitas sehari-hari kamu. Kakak hargai niat tulus kamu Amira." Kataku tidak mempermasalahkan nya agar tidak membuatnya khawatir dan merasa bersalah.


Andini yang melihat tingkah Amira yang tak biasa merasa keheranan, terlihat dari raut wajahnya seakan menyimpan banyak pertanyaan.


Dia Andini adalah teman sekelas Amira di sekolahnya, parasnya sangat cantik bila dibandingkan dengan adikku. Tapi tetap di hatiku adikku adalah yang paling cantik. Tubuhnya ramping berisi, lebih pendek dari adikku sedikit. Namun pas di bagian pinggulnya lumayan lebar juga seperti pertanda sudah siap untuk dihamili. Anehnya Andini ini memiliki payudara yang lumayan besar sampai salah satu kancing di bagian dadanya seperti ditarik kuat hampir lepas. Dan aku sendiri tidak yakin jika dia masih perawan, apa itu hanya perasaanku saja?.


Setelah Amira menyalami ibu lalu buru-buru adikku pergi ke kamar mandi karena kebelet ingin kencing. Andai saja hanya ada aku berdua di rumah pasti sudah aku ikuti adikku ke kamar mandi. Biasanya aku suka iseng memangku tubuh Amira menghadapku dengan kedua kakinya diatas pundakku, lalu disaat Amira sambil kencing itu kontolku ku sodokkan ke lobang memeknya lalu ku cabut keluar. Di ulangi lagi sampai Amira menyelesaikan buang air kecilnya. Sensasinya memang benar beda banget ngentot sambil si cewek lagi kencing. Buang air kecilnya jadi tidak normal karena di sodok oleh kontolku. Namun karena ke enakan tetap saja aku lanjut terus sampai klimaks.


Melihat sikap Amira yang tak biasa itu, aku dan Andini mengobrol di ruang tengah dan ibu kembali ke dapur setelah menyuguhi Amira cemilan di atas meja.


"Kak Ardi, Amira kenapa? Kok memperlakukan kak Ardi seperti pasangan suami istri? Biasanya juga ribut kan?" Tanya Andini keheranan. Jangankan Andini yang hanya orang luar. Ayah ibu pun berpikiran sama dengan Andini.


"Ohh kita sedang akur aja, Andini. Mungkin capek kali setiap hari ribut terus!." Kataku memberi alasan. Namun, Andini tidak begitu saja percaya omonganku. Dia malah mendekat duduk denganku lalu berkata dengan suara pelan yang hanya didengar kita saja.


"Aku gak percaya. Jangan-jangan kalian ada hubungan spesial ya? Selain kakak adik hayoo ngaku?" Ucap Andini berbisik. Tatapannya begitu menggoda seperti seorang wanita yang sedang sange menggigit bibir bawahnya dengan genit.


"Kamu kok bisa menebak, Andini? Jangan-jangan kamu peramal ya?" Jawabku yang merasa heran dengan tebakannya.


"Kak Ardi. Aku tuh temenan dari kecil udah lama sama Amira. Kita suka saling cerita jadi tahu rahasia masing-masing."


"Hah?! Masa?" Kataku masih tidak percaya.


"Iyaa dong! Gimana aku gak tahu kalau di setiap aku ngomongin pria lain, biasanya Amira langsung melirik atau bertanya-tanya. Akhir-akhir ini Amira tidak merespon. Ehh.. giliran ngebahas kak Ardi semangat sekali dia?! Makanya pasti ini ada sesuatu." Kata Andini yang seperti agen detektif saja.


"Iyaa.. aku dan Amira ada hubungan spesial. Tapi ini rahasia ya? Kami sudah pacaran Andini." Terpaksa aku jujur saja karena menurutku tidak ada salahnya juga.


"Hahh..?! Tuhh kan?! Aku bilang apa? Pasti ada sesuatu. Jangan-jangan kalian udah begituan juga ya?" Ucap Andini semakin serius mendekatkan wajahnya di sampingku, sampai-sampai aku sendiri merasakan hembusan nafasnya yang hangat menerpa pipiku.


"Yaa nggak lah! Masa kakak menyetubuhi adiknya sendiri? Paling sayang-sayangan." Kataku dengan merendahkan nada suara.


Belum aku selesai ngobrol, Amira keluar dari kamar mandi lalu menuju ke arah dimana aku dan Andini berada. Sebelum Amira sampai, Andini berbicara pelan,
"Nanti kita ngobrol lagi ya kak Ardi?" Ucap Andini lalu menggeser tubuhnya ke tempat semula.


"Iyaa cantik.." rayuku pada Andini yang membuatnya menjadi salah tingkah.


"Hayyoo! Kalian pada ngomongin apa?" Ucap Amira yang malah langsung duduk di lahunanku. Kebetulan saat Amira duduk, ibu melihatnya dari kejauhan.


"Amira?! Jangan duduk dilahunan kakak kamu, gak sopan itu?!" Tegur ibu dari arah dapur.


"Gpp Bu. Kak Ardi malahan senang kalau Amira duduk di lahunannya." Balas Amira pada ibu, ibuku hanya menggelengkan kepala melihat anak perempuannya ini.


Andini yang melihat peristiwa ini tersenyum kepadaku, malah nyengir-nyengir gak jelas dengan tatapan yang menyelidik.


"Ehh.. Andini tadi lagi ngomongin apa sih?! Kok kamu sama kak Ardi serius banget??" Tanya Amira pada Andini yang masih senyum-senyum gak jelas.


"Ngebahas obrolan waktu kita berdua di sekolah itu. Kamu ingat gak, Amira?" Ucap Andini pada Amira mengingatkan entah apa yang mereka obrolkan


"Ihh! Katanya janji mau dirahasiakan. Kok kak Ardi dikasih tau sih?!" Ucap Amira menepuk pundak Andini. Padahal mungkin itu rahasia mereka berdua.


Sementara Andini minta maaf dan menjelaskan kalau yang tahu hanya kita bertiga saja. Selain itu dia berjanji tidak akan memberitahu siapapun rahasia besar yang aku dan adikku rahasiakan. Semua sudah terlanjur, Andini rupanya mengetahui kalau aku dan Amira sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. Sekarang aku baru tahu Andini sebenarnya tadi hanya mengetesku saja, padahal dia sendiri sudah mengetahuinya.


Syukurnya Andini mengerti dan memahami percintaan yang terjadi diantara kita berdua. Dia tidak akan ikut campur masalah hubungan tabu ini yang bilamana bocor, bisa menggemparkan se kecamatan ini.


Sebelum Andini pulang yang rumahnya berjarak 100 meter dari sini, dia ternyata sudah menuliskan nomor telponnya untuk aku simpan. Saya tidak paham, mengapa Andini memberikan nomor telponnya itu?.


Malam harinya aku tidak terlalu pusing setelah 9 hari tidak bersetubuh dengan adikku. Ibu sudah lebih dulu menolongku dengan menghisap hormon berhargaku dimulutnya. Masih ingat rasanya mulut ibu saat menghisap kontolku bersama dengan sperma yang aku keluarkan, sensasinya sangat membuatku ketagihan melebihi memek Amira yang saat itu masih perawan. Mungkin ini sebab dari incest yang paling tabu didalam keluarga, karena seharusnya ibu di hormati dan di jaga harga dirinya malah di nodai dengan mengoral kontolku.


Sementara Amira menempel terus denganku yang biasanya memeluk tangan ibu atau sekedar duduk didekatnya. Namun malam ini dia malah tiduran di pahaku sambil minta di elus kepalanya. Melihat seringnya Amira bersikap seperti itu, membuat ibu sudah terbiasa dengan pemandangan ini. Mungkin ibu menganggap kelakuan kami ini adalah sayangnya aku pada adikku, juga sebagai bentuk perhatian yang di anggap normal olehnya.


Tengah malam saat kami menonton film, ibu sudah terlihat mengantuk lalu memberitahu kami akan segera tidur. Saat ibu sudah masuk dan menutup pintu, Amira yang tadinya menonton tv langsung mengubah arah tubuhnya yang ke depan tv menjadi ke belakang yaitu ke arahku.


"Apa dek? Mau kakak gebukin muka kamu pake kontol kakak?" Godaku pada Amira yang dibalasnya dengan ekspresi wajah seperti nantangin minta di gebukin.


"Amira keluarin ya kak?" Pinta Amira sambil meraih batang kontolku yang tentunya sudah mengeras gara-gara dibangunin tangan adikku yang agak kasar merogolnya. Gila ini adek sange banget kayaknya sampai terlihat greget menggenggamnya.


Kini kontolku sejajar dengan wajah Amira, lalu dia langsung menciumi dan membaui kontolku dengan begitu mesra dan sayangnya. Sambil tiduran kontolku dijadikan mainan oleh Amira. Dia ciumi, di oles-oleskan ke mukanya seperti greget dan gemesnya bagai memainkan anak kucing. Sesekali Amira menjadikan kontolku yang tegang sebagai tongkat yang di gebuk-gebukin ke seluruh wajahnya sampai terlihat senang sekali dia memainkannya.


Aku pun yang tadinya merasa sudah terobati oleh ibu jadi sange lagi gara-gara Amira yang mulai. Dengan hanya memakai kaos dan celana tidurnya yang berwarna merah bergambar strawberry, semakin membuatku ingin merasakan lagi jepitan lobang memeknya yang sempit.


Tanganku mulai meraba perutnya yang ramping dengan tekstur kulitnya yang lembut, lalu semakin ke bawah menelusup ke arah dimana memeknya berada. Amira sengaja menekukkan salah satu kakinya lalu di angkat ke atas agar aku mudah menjamah permukaan memeknya yang lembut, hangat dan lembab.


Amira terus menciumi kontolku dengan gemasnya, lalu mengulumnya sampai hampir masuk semua kedalam mulutnya.


Ssshhhh.... Nikmat sekali hisapan adikku ini, dari mana dia belajar menghisap kontol dengan begitu mahirnya? Ibu saja gak mau ngisep punya ayah.


"Amira? Kamu gak jijik ngemut kontol kakak sayang?" Tanyaku sembari mengelus kepalanya dengan lembut.


Adikku hanya menggelengkan kepalanya saja dan terus menghisap dan seperti menikmatinya.


"Dari mana kamu belajar oral Amira? Apa ada lelaki lain yang kamu hisap selain kakak?" Tiba-tiba adikku melepaskan kulumannya, lalu ngambek kepadaku dengan raut wajah cemberut.


"Kak Ardi gak percaya kalau kakak lelaki pertama yang Amira hisap penisnya? Kakak mah jahat banget berpikir Amira ngisap lelaki lain selain kakak." Sungut Amira menghentikan oralnya lalu cemberut karena ngambek.


"Maafin kakak ya sayang? Kakak berpikir yang macam-macam sama kamu. Abisnya kamu kok gak jijik ngisep punya kakak, tadi kakak abis kencing gak di cuci. Kamunya main isep aja." Kataku mencoba mengalihkan masalah tadi dengan sebuah tantangan agar supaya Amira tidak tersinggung, karena aku sempat berpikir adikku pernah melakukannya dengan orang lain.


"Ahh biarin! Kakak mau kencing di mulut Amira gak apa-apa, Amira hisap semua kok." Jawab adikku menantang balik. Mendengar jawabannya itu justru sebaliknya aku yang merasa terkejut Amira sanggup meminum langsung air kencingku. Entah dia bercanda atau beneran serius dengan ucapannya itu.


"Ya sudah, kakak yang salah. Maafin kakak sudah berpikir yang tidak-tidak sama kamu ya sayang ya? Kamu mau kan maafin kakak?" Ucapku membujuknya dan menyesalinya.


"Iya, Amira maafin kakak.." jawab adikku dengan tulus dan masih menggenggam kontolku di telapak tangannya.


"Kamu suka kontol kakak, Amira?" Tanya ku sembari mengusap-usap kepala adikku dengan tangan kiriku dan tanganku yang lain memijiti memeknya.


"Kalau Amira gak suka mah gak bakalan dong Amira menghisap penis kakak sampai merem melek tadi hihi". Jawab Amira menjelaskan sambil tersenyum manja yang membuatku ikut tersenyum sendiri karena ke polosannya .


"Ya sudah. Kalau kamu mau boleh dihisap lagi gak sayang? Enak banget lho tadi" Bujukku pada Amira yang aku berharap tidak marah lagi.


Amira pun tersenyum, tanpa berkata apapun langsung di kulumnya kembali kontolku dan dihisapnya kuat-kuat sampai aku merasa merinding karena ngilu bercampur nikmat. Aaahh! Bergetar seluruh tubuhku karena hisapannya begitu kuat sampai aku berpegangan pada kepala juga memeknya dengan cara meremasnya.


Jam menunjukan pukul 12 malam. Jariku sudah merasakan cairan lubrikasi dari lobang memeknya. Saat memeknya aku tusuk dengan jari tengahku dan menggesek itilnya, Amira semakin menyedot kuat kontolku. Akh! Rasanya seperti mau copot saja kontol juga sendi-sendi ku sebab hisapan Amira yang lumayan kuat.


"Sayang, kita buka baju ya? Kakak kangen memek kamu sayang...," Pintaku pada Amira.


"Amira juga kak kangen saat kita telanjang berdua.." jawab adikku setelah melepaskan hisapannya.


Kami pun melepaskan pakaian masing-masing. Amira duduk di sofa dalam keadaan kami sama-sama telanjang. Lalu dengan mengangkangkan kedua kakinya, memek Amira terlihat jelas berwarna pink menyambutku dengan hangatnya. Memek yang begitu cantik menawan menghipnotis ku untuk mendekatinya. Tepat didepan memeknya yang tembem terlihat bulu-bulu halus seperti yang ada tangan.


Lobang memeknya aku perhatikan sudah terlihat ada 3 bagian robekan selaput daranya yang rusak. Namun masih terlihat sempit tidak terlalu menganga, itu pun aku bisa melihat lobang memeknya dengan jelas tatkala kedua bibirnya aku tarik ke samping.


Saat membaui tepat dibelahan memeknya yang sudah merekah, tercium aroma yang memabukkan hampir seperti bau alpukat. Bau yang menurutku sederhana dan klasik, terasa istimewa dan membakar nafsu birahi ku.


"Memek kamu indah banget Amira. Coba dulu aku entot kamu saat kita tidur bersama. Mungkin kakak tidak akan ngocok sambil membayangkan memek kamu.." kataku menyesali masa itu, dimana saat itu masih sempit-sempitnya.


"Padahal Amira masih polos, seharusnya kakak usaha dong!. Pasti Amira mau." Ucap Amira menghiburku lalu mengusap pipiku karena ikut merasa menyesal tidak melakukannya.


"Makanya sekarang kakak mau balas dendam mengobati masalalu, amira. Mmuuuaachh!" Aku ciumi memeknya dengan gemas karena bertahun-tahun aku merindukannya.


Tanpa berpikir panjang lagi, aku jilati memeknya dengan rakus seperti orang cina sedang mukbang makan babi kecap. Sslluurrpp...Sslluuurrrppp... Aahhh... Ssllrruuuuppp! Aku hisap lubangnya, aku jilati permukaan beserta itilnya yang mencuat, juga aku telan lendir yang keluar dari lobang memeknya. Ahh.. nikmat sekali. Ada rasa sedikit asin dan gurih di ujung lidahku.


Amira melonjak-lonjak pinggulnya kesembarang arah disertai desahan napasnya yang memburu.


Desahan, lenguhan dan suara cipratan lendir bercampur air ludahku membasahi permukaan memeknya.


Aku dan Amira sudah benar-benar gila dan sangat beresiko ketahuan, namun kenikmatan dan kerinduan yang mendalam untuk bersetubuh, lebih kuat daripada rasa malu dan takut.


"Aahhh... Kak Ardi... Amira mmaauu keelluaarrhhh.." lenguh adikku menghentakkan memeknya ke arah mulutku. Tubuh Amira bergetar hebat menggelepar seperti ikan naik ke darat disertai kedutan yang terlihat jelas lubang memeknya kembang kempis didepan wajahku.


Aku tidak memperdulikan erangannya, terus dan terus melahap memeknya sampai terlihat mengkilap dan memerah.


Hingga tanpa diduga dan aba-aba dari Amira, di kuncinya kepalaku oleh kedua pahanya. Belum cukup hanya disitu, ditekannya pula kepalaku oleh kedua tangannya lalu di susul semburan orgasmenya yang muncat membasahi mukaku dan sebagian aku telan karena nikmatnya.


Tidak berapa lama, Amira pun mengendorkan cengkeraman meskipun napasnya masih ngos-ngosan. Kedua kakinya sudah lemas setelah semuanya dikeluarkan. Melihat wajahku yang belepotan lendir memeknya, Amira merangkul leherku lalu mencium dan menjilati wajahku dengan nafsu birahinya yang tidak bisa dikendalikan.


"Maafin kakakku sayang yaa... Wajah kakakku yang tampan jadi basah begini aduhh!." Ucap Amira yang merasa bersalah sudah meludahi wajahku oleh semburan orgasmenya.


"Gpp adikku sayang. Kakak rela kok asal kamu puas dan senang." Aku cium bibir Amira lagi dengan lebih kuat, juga seluruh lehernya sampai Amira terkulai di sofa dengan kedua kakinya yang masih mengangkang.


Nafsu Amira mulai kembali bangkit setelah beberapa saat sempat meredup, kali ini dia semakin tak bisa mengendalikan gejolak birahi pada dirinya. Tubuhnya tidak bisa diam serta erangan dan desahan yang keluar dari mulutnya terlalu mencolok. Untungnya suara tv agak lumayan keras, sehingga menyamarkan kegaduhan yang ada di ruangan tengah yang kami tempati.


Kini, aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menyatukan tubuh kami. Amira juga tidak sabar ingin segera di sodok lubang memeknya yang sudah terasa gatal. Dia beberapakali terlihat menggosok-gosok jarinya di belahan memeknya sejak tadi sambil memperhatikan kontolku. Aku tersenyum Amira pun sangat senang dengan raut wajahnya yang terlihat sumringah.


Dengan posisi Amira dibawah dan aku menindih di atasnya, Amira menggenggam batang kontolku lalu menuntunnya ke lobang memeknya yang sudah siap menampung kontolku.


Begitu menempel di memeknya. Ujung kontolku merasakan hawa hangat menjalar ke seluruh tubuh, detak jantung semakin kencang disertai rasa ngilu yang semakin membangkitkan nafsu birahiku.


Blessskkk... Cclebbb... Cclebb...! Kontolku melesat dan terus menghujam ke dasar rongga memeknya yang paling dalam milik amira.


Aaarrrggghhh...!!! Uuggghhh!!


Serentak aku dan Amira mengerang keenakan. Langsung saja tanpa menunggu lama aku menggenjotnya 2 hentakan perdetik lumayan cepat. Plok.. Plok... Plok..! Suara kedua selangkangan saling beradu dengan irama yang merdu.


Aku benar-benar menikmati persetubuhan ini dengan sangat berisik, padahal aku berusaha untuk tetap tenang karena takut ibuku mendengarnya.


Keringatku semakin bercucuran dan menyatu dengan peluh keringat Amira. Paras Amira saat di setubuhi terlihat sangat sangat dan aku tidak tertarik menikah dengan wanita lain selain dengan Amira.


"Ohh Amira... Kakak mencintaimu sayang... Memekmu oohhh.. sepertinya kakak mau keluar Amira.." kataku memberi aba-aba adikku, karena ada bom sperma yang akan mengisi rahim Amira.


"A-Amira juga... Mau... Keelluaarrhhh kakk..!"


"Kasih kode sayang... Kita bareng..." Aku semakin mempercepat hentakan pantatku menusuk rongga memeknya. Hingga Amira memeluk leherku dan Ssssrrrrrrr.... Crrooot..Ccrrroooottt... Ccrrroooottt!!! Aku dan Amira meraih double orgasme yang sangat luar biasa. Kontolku sampai memuntahkan banyak sekali benih-benih bayi mengisi rahim adikku.


Namun sial! Aku tidak menyadari bahwa ada sepasang mata menyaksikan persetubuhan kami.


"Astaghfirullah...! Ardi Amira! Apa yang sudah kalian lakukan?!!" Suara itu membuat aku dan Amira terkejut dan secara reflek aku bangkit, sehingga tercabut kontolku yang masih bercucuran spermaku dan lendir orgasme Amira.


Setelah aku menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu ibuku yang sudah mendekatiku berdiri mematung dan terlihat shock!


"I-Ibu??"


Plaaakkk!!


Ditamparnya wajahku dengan sangat keras sampai aku merasa sedikit pusing.


"Ardi! Kamu tega menyetubuhi adikmu sendiri Ardi!" Ucap ibu yang terduduk lesu.


"Maafkan Ardi Bu. Kami saling mencintai Bu tidak ada paksaan."


"Benar itu Amira?!" Tanya ibu.


"Iya Bu. Amira juga mengijinkan kak Ardi menyetubuhi Amira." Jawab adikku.


"Astaghfirullah! Gustiii...!! Ardi Amira! Kalian tau apa yang sudah kalian lakukan? Zina, mengerti?" Bentak ibu yang memergoki aku dan Amira sedang berhubungan intim.


"Ardi! Kamu tadi ngeluarin nya diluar apa didalam?!!" Selidik ibu dengan sikapbyang terlihat panik.


"Di- didalam Bu." Balasku jujur .


"Astaghfirullah! Ardi. Bagaimana jika adikmu hamil?! Jika orang lain melihat adikmu hamil diluar nikah, kasian adikmu Ardi?!" Ucap ibu yang masih terlihat tidak percaya.


"Amira sudah minum pil KB Bu." Balasku pada ibu.


"Pil KB? Pil dari mana?" Tanya ibu penasaran.


"Pil punya ibu aku kasih ke Amira, Bu. Karena Ardi tahu jika Amira tidak meminum itu mengakibatkan Amira hamil". Kataku memberitahu ibu.


"Pantesan pil KB ibu se-strip hilang. Rupanya kamu yang mengambilnya, Ardi."


"Iya Bu. Maafin Ardi Bu, Ardi yang salah."


"Tentu, kamu yang salah! Bagaimana jika masalah ini terendus warga atau adikmu hamil. Kamu bisa dipenjara Ardi." Ucap ibu mengingatkan resikonya.


"Kalau begitu Ardi pergi dari rumah ini, Bu. Agar ayah ibu tidak kena aibnya. Aku sudah gagal menjadi anak ibu yang berbakti. Maafkan Ardi bu" Kataku sembari mengambil baju celanaku yang berserakan dilantai.


"Kak Ardi. Amira juga ikut kak Ardi. Amira gak mau jauh sama kakak. Ajak Amira kak" Ucap Amira memeluk tubuhku dalam keadaan masih telanjang bulat.


Ibu yang melihat kedua anaknya ingin pergi dari rumah, membuat sebuah keputusan. Aku tidak tahu apa yang akan ibu lakukan terhadapku.


"Ardi. Yakin Amira sudah KB?" Tanya ibu serius.


"Yakin Bu. Sudah hampir dua Minggu lebih Ardi menyetubuhi Amira, Bu."


"Apa?! Dua Minggu?" Ibuku sampai terkejut menggeleng-gelengkan kepalanya ketika aku mengatakan yang sebenarnya.


"Iya Bu.. ardi sama Amira sudah melakukannya selama itu dibelakang ayah ibu."


"Ardi Amira. Kamu jaga masalah ini rahasiakan dari ayah kamu. Jika rahasia ini bocor sampai ke telinga ayahmu, fatal akibatnya Ardi. Tidak hanya membuat ayahmu murka tapi juga kamu bisa ditahan Ardi." Ucap ibu mengingatkan akibat yang aku perbuat jika masalah ini bocor.


"Baik Bu. Kunci masalah ini ada pada ibu. Jika ibu mau Ardi dipenjara tinggal kasih tau ayah." Kataku pada ibu pasrah. Sementara Amira adikku menangis sambil memelukku.


"Kak ardii.. ajak Amira.. kemana pun kak Ardi pergi, Amira ikut.." rengek Amira. Adikku terlihat seperti anak kecil memeluk pahaku sedangkan kontolku di depan wajahnya. Saat ini kontolku tidak bereaksi samasekali meskipun ke senggol wajah Amira. Rasa takut serta khawatir lebih aku takutkan daripada birahi yang tadi sempat panas-panasnya.


Melihat aku dan Amira sudah tak mungkin di pisah, ibu akan berusaha merahasiakan masalah ini.


"Amira. Lihat ibu! Kakakmu akan baik-baik saja. Ini rahasia kita bertiga. Ibu janji selama kalian tidak saling menyakiti, ibu akan melindungi dan mendukung kalian. Sekarang, bersihkan tubuhmu. Itu cairan keluar dari kemaluan kamu Amira." Kata ibu menunjuk memek Amira yang ternyata setelah ku lihat mengalir dan menetes di memeknya. Sebagian lagi mengalir diantara kedua pahanya sampai samping lutut karena saking banyaknya sperma bercampur lendir orgasme Amira.


Amira pun menuruti ibu dan meninggalkanku berdua dengan ibu.


"Ardi. Masalah ini ibu anggap kelar. Apakah kamu akan menyetubuhi Amira lagi atau berhenti sampai disini.?" Ucap ibu meminta kejelasan. Pertanyaan ibu terdengar mengambang seolah tidak ada larangan dari ibu.


"Bu. Ardi berubah menjadi lebih baik berkat hubungan yang melebihi kakak adik. Kami saling menyukai Bu. Selain itu baik Ardi maupun Amira bersetubuh menjadi sebuah kebutuhan.


Ibuku terlihat menghela nafas mendengar penjelasan ku.


"Ya sudah. Terserah kamu bagaimana mengaturnya. Namun saat ada ayahmu di rumah, jangan ceroboh menyetubuhi adikmu seenaknya. Ingat resiko!" Ucap ibu memberi peringatan.


"Jadi, Ardi boleh menyetubuhi Amira Bu?" Tanyaku memastikan keputusan akhir ibuku. Karena aku tidak ingin perbuatanku menambah beban pikirannya.


"Ibu juga bingung, Ardi. Bagaimana mungkin ibu mengijinkan kalian berzina sementara itu perbuatan dosa besar dan tabu. Tapi kamu juga anak ibu, ibu yang mengandung kamu, melahirkan kamu, ibu susui kamu dan merawat kamu dengan kasih sayang."


"Hati ibu sebenarnya tidak rela. Kamu menyakiti ibu dengan melakukan perbuatan tercela, Ardi. Hampir jantung ibu copot saat mengetahui kamu mengeluarkannya didalam. Ibu mengijinkan kamu menyetubuhi adikmu itu, tapi harus ingat situasi dan kondisi" Lanjut ibu yang khawatir Amira hamil gara-gara kecerobohan ku.


Mendengar ucapan ibu barusan hatiku merasa sangat senang sekali. Ibuku ikhlas memberikan ijin untuk ku dan Amira untuk bersetubuh.


"Ardi salut sama ibu yang tetap tenang, meskipun sedang marah karena takut tetangga mendengarnya. Dan ibu masih mau melindungi perbuatan Ardi dari jeratan hukum yang bisa saja Ardi dipenjara. Makasih ya Bu?" Ucapku sembari memeluk ibu dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat itulah karena kontolku menyenggol paha ibu, kontolku kembali bangun dan menusuk memeknya dibalik daster ibu sehingga membuat ibuku terkejut.


"Kamu sudah mulai lancang ya nafsuan sama ibumu sendiri? Ibu sudah tua masih aja nafsu." Ucap ibuku sembari menyingkirkan kontolku ke bawah supaya menghindari memeknya.


"Ibu masih cantik dan menarik. Tidak mungkin Ardi tidak nafsu sama ibu. Bu?"


"Apa? Jangan minta yang aneh-aneh ya?" Ucap ibu memperingatkan.


"Hisap lagi kontol Ardi Bu. Mumpung Amira masih di kamar mandi." Pintaku dengan sedikit keberanian.


"Kamu ya?? Bukannya tadi kamu udah keluar?" Kata ibuku dengan ekspresi marah yang dibuat-buat. Tapi ibu tidak sungkan juga menggenggam kontolku lalu berdiri dengan kedua lututnya menghadap ke arahku. "Kali ini aja yaa?" Lanjut ibuku lalu menjilati batang kontolku yang masih dipenuhi lendir kenikmatan aku dan Amira.


Ibu dengan pengalaman sebelumnya saat pertama kali di kamarku waktu itu sudah mulai lihai memainkan kontolku dengan baik. Sambil berpegangan pada pinggangku, ibuku menghisap kontolku sembari memajukan kepalanya berulangkali.


Hisapan ibu memang tidak ada duanya. Bukan karena kenikmatannya tapi lebih ke arah sensasi dan ada kebanggaan tersendiri bagiku yang merasakannya. Kepala ibu aku usap-usap sekalian aku melihat mulut ibu yang terlihat seksi saat menghisap kontolku didalam mulutnya.


Tidak menunggu waktu lama akhirnya aku menyemprotkan spermaku didalam mulut ibuku untuk kedua kalinya. Dengan cepat ibu menghentikan gerakan kepalanya dan menfokuskan untuk menerima dan menelan spermaku semuanya.


Legh.. legh... Legh...


Ibuku meminum semuanya seperti orang yang kehausan. Meski sudah tidak ada yang keluar lagi ibu tetap menyedot kontolku sampai kering.


Saat sudah menghisap kontolku. Terdengar pintu kamar mandi terbuka. Dan buru-buru ibu membersihkan mulutnya dengan punggung tangannya karena masih ada lendir spermaku yang sempat keluar dari mulutnya.


"Bu. Kenapa jongkok di depan penis kak Ardi?" Tanya Amira yang ternyata sudah mandi dengan bau harum yang tercium dari tubuhnya. Namun bukan itu masalahnya, Amira berada di dekatku tanpa sehelai benangpun alias tidak memakai handuk untuk menutupi tubuh mulusnya.


"I-ibu lagi membersihkan sperma kakak kamu tuh di lantai banyak sekali. Kamu sudah bersihin tubuh kamu Amira?" Tanya ibu mengalihkan pertanyaan Amira. Ibu tidak mau jujur padahal tadi sempat menikmati banget menghisap kontolku.


"Kalau begitu Ardi tidur dulu ya Bu? Amira. Ikut sama kakak ke kamar..." Kataku pada ibu lalu mengajak adikku ke kamarku dalam keadaan kami berdua telanjang.


Ibuku sampai geleng-geleng kepala melihat tingkahku yang sepertinya tidak ada puas-puasnya melakukan persetubuhan. Namun ibu tidak melarang kami untuk melakukannya, sebab sebelum Amira mengikuti ku amira sempat meminta ijin ibu dan ibu mengijinkannya.


Di kamarku itulah aku dan Amira tidur dalam keadaan telanjang saling berpelukan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd