POV andini
Sejak ibu meninggal 6 bulan yang lalu, ayah menjadi tempatku bersandar dan berlindung. Segala kebutuhanku selalu ayah turuti dan apa yang aku inginkan, ayah akan berusaha untuk membelikannya. Buat ayah itu cukup ringan, karena aku tidak menginginkan barang mahal atau yang sulit didapatkan.
Di usia 25 tahun ayah menikahi mamaku saat usia mama 19 tahun, melalui album foto aku melihat mama dan ayah terlihat sangat bahagia sekali sejak dari masa pacaran sampai mama meninggal di usia 32 tahun. Ayah sangat terpukul dengan kejadian yang tidak terduga itu, padahal mama tidak menunjukan keluhan apapun. Namun ketika aku mendengar kabar yang aku tahu mama mengalami serangan jantung. Sungguh aku pun merasa kehilangan seorang yang menjadi tempatku bersandar, bercerita dan berkeluh kesah.
Kini sejak kepergian mama, ayah memiliki peran ganda sebagai mamaku juga sebagai ayahku. Aku bermanja-manja, bercerita dan mendapatkan penuh kasih sayang.
5 bulan sejak kepergian mama, aku sering mendapat pelukan ayah dari depan serta dari belakang. Ayah mengatakan kalau aku mengingatkannya pada mama dan aku memahami serta membiarkan ayah terus melakukannya. Hingga suatu malam saat aku tidur dalam keadaan memakai celana pendek dan kaos, aku merasa seperti ada yang menggelitik kemaluanku. Dalam keadaan seperti bermimpi antara sadar dan tidak tubuhku terasa berat dengan vaginaku terasa hangat lalu tiba-tiba berakhir begitu saja. Paginya ketika aku hendak mandi untuk sekolah, vaginaku saat ku raba ada banyak sekali lendir putih kental membasahi celana dalamku juga.
'Lendir apa ini? Apakah karena aku sudah dewasa sehingga mimpi basah?' gumamku dalam hati padahal aku sendiri tahu jika mimpi basah bukankah biasanya khusus untuk kaum lelaki. Masalah ini tidak aku ceritakan pada ayah apalagi pada orang lain karena malu untuk mengatakannya, bagaimana pun juga aku akan merahasiakan semua ini.
Hari demi hari perlakuan ayah kepadaku terasa sangat spesial sekali, ayah sangat memanjakanku dan sering kami selalu bersentuhan kulit saat di rumah bahkan ayah sering memergokiku dalam keadaan telanjang atau ketika sedang nungging memakai celana dalam. Aku sendiri tidak menaruh curiga terhadap ayahku karena tidak mungkin ayah bernafsu kepadaku dan aku berpikir itu bukanlah kesengajaan.
"Maafkan ayah ya sayang... Sering kebetulan melihat kamu telanjang. Ayah terlalu khawatir sama kamu sehingga ayah sering melihat tubuh kamu." Ucap ayah kepadaku yang saat itu aku dalam keadaan telanjang bulat dengan handuk berada diantara kedua kakiku. Aku sempat melihat ayah tertegun melihat tubuh mulusku yang ramping serta pinggul dan pantatku yang lebar dan bulat, juga kedua payudaraku yang mengkal.
"Gpp kok yah..., Makasih ayah selalu memperhatikan keadaan Andini. Lagian ayah kan tidak sengaja melihat tubuh andini" Jawabku yang sembari mengambil celana dalamku diatas kasur lalu membelakangi ayah sambil memakai celana dalamku, tentunya aku membungkuk membelakangi ayah dan memperlihatkan belahan vaginaku yang masih berbentuk garis lurus.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, nak. Kalau begitu ayah kerja dulu ya? Oiya kamu mau dibeliin apa sayang..?" Tanya ayah sebelum berangkat ke kantor.
"Sate yah..., Kayaknya enak kalau kita makan bareng dirumah." jawabku merasa senang sekali karena tawaran ayah itu.
"Baiklah nanti ayah beliin ya sayang..." Ucap ayah pamit. Dan aku pun tanpa malu dalam keadaan masih hanya memakai CD menghampiri ayah lalu menyalaminya. Tentu saja tangan kiriku menutup kedua payudaraku karena takut dianggap tidak sopan bertelanjang dada didepan ayah.
Saat di rumah aku sering makan bareng dengan ayah diruang tengah beralaskan tikar sambil menonton tv. Di acara yang kami tonton waktu itu kebetulan menayangkan berita hubungan sedarah antara anak dan ibunya hingga hamil. Mereka digelandang ke kantor polisi untuk diamankan dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Jaman sudah edan ya ayah..." Kataku membahas berita aneh itu.
"Namanya juga nafsu Andini, toh mereka juga saling suka kan?" Jawab ayah seakan membela kelakuan mereka.
"Iya juga sih... Tapi kasian harus ditangkap." Kataku mengomentari berita itu.
"Salah mereka sendiri tidak pakai pengaman juga ceroboh saat melakukannya. Oiya sayang.
Nanti kalau tidur gak usah pakai celana dalam ya pakai rok aja." Ucap ayah yang tiba-tiba mengatakan itu.
"Kenapa emang ayah?" Tanyaku yang merasa heran dan polos.
"Vagina kamu nanti jadi lembab sayang, supaya keangin-angin. Itu saran ayah demi kebaikan kamu, itu juga khusus saat di rumah ya..." Ucap ayah menjelaskan maksudnya.
"Baik ayah." Tanpa merasa curiga aku hanya bisa menyetujui saja saran dari ayahku karena tidak mungkin ayah memberikan nasehat yang tidak baik. Aku percaya itu.
Malamnya ketika akan tidur aku mengikuti saran ayah, setelah melepaskan celana dalamku aku lalu tidur hanya rok saja yang menutupi bagian bawahku. Seperti malam sebelumnya aku merasakan sensasi itu lagi, vaginaku terasa digelitik nikmat bukan geli yang perasaan itu seperti membangkitkan entah apa itu. Lalu aku merasa ada sesuatu yang menggesek-gesek kemaluanku dan terkadang sesuatu itu hendak masuk ke dalam tubuhku. Aku sempat mau bangun karena sesuatu itu seperti memaksa masuk, namun sesuatu itu hilang begitu saja, tapi anehnya perasaan itu terasa lagi menggesek vaginaku lalu aku merasakan cairan hangat masuk kedalam vaginaku. Hingga paginya saat aku buang air kecil seluruh permukaan vaginaku basah penuh lendir dan ada sebagian yang sudah mengering di sekitar vaginaku.
Malam berikutnya karena penasaran dengan kejadian semalam, sebelum aku tidur. Aku menyalakan perekam video di hapeku lalu aku arahkan ke arah tempat dimana aku tidur saat itu. Seperti biasa aku tidur dalam keadaan tanpa celana dalam lalu paginya saat buang air kecil vaginaku berlendir lagi.
Aku ingat bahwa sudah merekam kejadian aneh itu saat sedang tidur. Ketika aku tonton kembali videonya, awalnya tidak ada hal yang aneh pada malam itu. Aku telentang dengan kipas angin yang masih menyala. Karena membosankan melihat aku tidur saja dalam keadaan telentang, aku sudahi saja nontonnya. Ehh.. pas hendak jariku menekan tombol stop tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan dan ayah masuk ke kamarku hanya memakai celana kolor saja menghampiriku sedang tidur pulas.
Ku lihat ayah duduk dipinggiran kasur terus memandangiku dari kepala sampai ujung kaki. Aku sampai shock ketika ayah perlahan menyingkapkan kain rok ku sehingga terlihat vaginaku di mata ayah. Dengan hati-hati ayah menyondongkan tubuhnya lalu menciumi vaginaku berulangkali bahkan menjilatinya. Aku sungguh tidak menyangka ayah melakukan itu padaku.
Setelah menjilati vaginaku ayah melepaskan kolornya sehingga membuat mataku terbelalak. Untuk pertama kalinya aku melihat penis ayah sangat besar mengacung keatas. Dengan sangat hati-hati ayah menaiki kasur lalu melebarkan kedua kakiku sampai terlihat celah vaginaku merenggang namun sedikit terlihat lobang kecil didalamnya. Ayah terlihat sangat hati-hati saat menindih ku agar jangan sampai aku terbangun. Hingga kedua kelamin kami saling bergesekan aku masih tetap tidur pulas namun sempat juga terlihat gelisah.
Aneh sekali aku tidak merasakan keanehan saat ayah menindih ku dengan penisnya menggesek vaginaku. Yang aku rasakan saat itu hanya perasaan hangat dan sesak di tubuhku. Hingga kemudian ayah mengarahkan ujung penisnya ke lobang vaginaku lalu melenguh disertai sperma menyembur dari penis ayah.
Pantas saja aku merasa seperti ada yang ingin memasuki tubuhku, ternyata ayah berusaha memasukkan spermanya dengan menekan penisnya sehingga sperma ayah memasuki tubuhku melalui vaginaku.
Setelah puas menyetubuhiku, ayah sempat mengelus kening dan menciumnya. Lalu terdengar ayah berkata lirih, "maafkan ayah sayang..." Lalu kemudian ayah sebelum pergi merapihkan rok ku dan meninggalkanku dengan vaginaku berlumuran sperma ayah.
Sekarang aku tahu kenapa setiap bangun tidur vaginaku selalu licin dan berlendir, bahkan sempat terasa perih lubang vaginaku rupanya itu karena ulah ayah.
Aku benci ayahku kenapa tega menodaiku, padahal aku anak ayah darah dagingnya.
Gara-gara ulah ayah setiap aku kencing seperti terasa panas dan perih meskipun hanya sesaat, jika seperti ini dan terus dibiarkan bisa-bisa aku kehilangan keperawanan ku.
Dari sejak aku bangun pagi lalu sekolah terus pergi ke kamar untuk tidur di malam harinya. Ayah sering sekali memeluk dan menciumi pipiku. Setelah melihat kenyataan bahwa ayah suka melecehkan ku, aku sangat kesal sama ayah tapi aku bersikap seperti biasanya seakan tidak terjadi apa-apa.
Hingga suatu malam, aku tidak mau menuruti ayah lagi. Aku tidak mau terus menerus dilecehkan ayah. Sampai akhirnya aku berinisiatif memakai kembali celana dalam dan celana panjang, namun kali ini memakai tali agar tidak melorot saat di tarik oleh ayah.
Sebelumnya aku meminum kopi pahit agar tidak mengantuk untuk menjebak ayah. Benar saja, ayah datang masuk ke kamarku dengan hanya memakai celana kolornya. Kali ini aku tidak tidur telentang lagi, tapi memeluk guling agar ayah kesulitan menyetubuhiku. Seharusnya aku bisa saja ngomong langsung pada ayah, tapi kalau tidak ada bukti sama saja aku menuduhnya. Untuk itu aku sengaja memancing ayah agar aku bisa mendapatkan buktinya.
Saat ayah mengetahui kalau aku memakai celana yang diikat tali dan memeluk guling, ayah terdengar menghela napas ketika mengetahui aku tidak sesuai harapannya. Aku pura-pura tidur saat tangan ayah meraba pantatku terus mengusap pahaku. Kelakuan ayah benar-benar tidak bisa dimaafkan, aku biarkan dulu menunggu saat yang tepat akan memergoki ayah jika sudah naik ke ranjangku.
Yang aku pikirkan ternyata benar juga, ayah naik ke atas kasurku lalu dengan perlahan berusaha menelentangkan ku. Tali yang mengikat celanaku dilepaskannya lalu ayah mengusap-usap permukaan vaginaku. Ahh... Rasanya hangat sekali telapak tangan ayah saat mengelus vaginaku.
'ini belum saatnya aku memergoki ayah..' gumamku dalam hati. Tapi aku merasa seluruh tubuhku merespon belaian telapak tangan ayah dengan sedikit keluarnya lenguhan dari mulutku.
Situasi kamar terasa hening dengan penerangan lampu neon yang lumayan terang, sehingga terlihat dengan jelas wajah mesum ayah menatap vaginaku disertai suara napasnya yang menderu.
Ketika ayah sudah berhasil menarik celanaku berikut celana dalamku, aku masih tetap bertahan dalam kepura-puraan dan berkata dalam hati belum saatnya. Setelah tubuh bagian bawahku tidak tertutup sehelai benang pun, sebenarnya aku merasa sangat malu vaginaku yang aku jaga di pandangi ayah. Tapi karena ingin memergoki ayah, jadi aku pura-pura diam saja untuk membuat ayah terkejut. Namun ketika kedua kakiku sudah di renggangkan dan vaginaku di endusnya, aku merasa merinding dan sekujur tubuhku terasa hangat dan nyaman. Di saat ayah menjilati vaginaku barulah aku merasa terhenyak ketika lidah ayah menari liar di vaginaku, bibirnya mengecup-ngecup lobang vaginaku yang disertai mulut ayah menggoyangkan itilku.
Ahhh...
Tak sengaja mulutku mengeluarkan suara kenikmatan saat ayah menjilati seluruh permukaan vagina bagian dalamku.
Semakin lama jilatan ayah di vaginaku semakin aku menggelinjang menggoyang pinggulku bergoyang ke kanan dan ke kiri.
Aahhh ... Eemmmhh... Nggghhhh....
Aku tidak kuat mulut ayah menghisap kuat lobang vaginaku sampai aku merasa ada sesuatu yang menggumpal hendak keluar dari dalam tubuhku. Benar saja aku akhirnya mengalami kenikmatan yang luar biasa. Napasku tidak normal seperti selesai berlari dengan keringat membasahi tubuhku.
Ketika napas masih tersengal-sengal, tiba-tiba ayah mengelus kepalaku lalu berkata lirih.
"Sayang... Bangunlah..." Panggil ayah kepadaku dengan tubuh penuh keringat.
"Ayah... Kenapa melakukan ini?" Tanyaku melupakan tujuanku yang hendak memergoki ayah agar terkejut, tapi sepertinya ayah menyadari kalau kali ini aku ketahuan oleh ayah bahwa aku hanya pura-pura tidur.
"Maafkan ayah yaa sayang... Sebenarnya ayah tidak tega. Tapi ayah terpaksa sayang... Ayah tidak tahan butuh pelampiasan nafsu. Tolong ayah yaa... Bantu ayah memberi nafkah batin.." pinta ayah dengan tatapan yang memelas penuh harap. Tujuanku yang hendak mencari bukti pelecehan kini merasa kasihan juga iba aku pada ayah.
"Pantesan vagina aku penuh lendir. Rupanya sperma ayah ya...?" Kataku meminta kepastian.
"Iyaa sayang itu sperma ayah.. tapi kamu jangan khawatir, ayah selalu menyisipkan pil KB di makanan kamu. Jadi kamu tidak akan hamil. Sayang kamu mau kan bantuin ayah?" Tanya ayah sekali lagi.
Aku menarik napas panjang entah harus marah atau kasihan.
"Baiklah ayah... Aku akan menolong ayah.. tapi ayah, tolong penisnya jangan dimasukin. Penis ayah terlalu besar tidak akan muat.." kataku khawatir karena aku sendiri tidak yakin vaginaku yang masih kecil bisa menampung penis ayah yang besar.
"Sayang anak ayah.. kamu jangan khawatir ayah akan pelan-pelan kok. Jadi kamu mau menolong ayah sayang?"
"Iya.. ayah..." Jawabku singkat. Lalu ayah mencium bibirku dengan liarnya sembari menggesek-gesek belahan vaginaku yang sudah licin dengan jarinya.
Aku yang belum pernah berciuman tidak tahu harus bagaimana, namun secara alamiah bahasa tubuhku mulai membalas ciuman ayah dengan desiran aliran darah disekujur tubuhku terasa memanas. Ayah memberi kode untuk melepaskan kaos yang aku kenakan dan aku pun mengangkat kedua tanganku sehingga sekarang aku telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku. Mata ayah terlihat berbinar dari raut wajahnya terpancar aura kebahagiaan, dengan pelan ayah meraba dan meremas payudaraku yang sudah memperlihatkan pertumbuhannya.
Ahhh...
Tiba-tiba mulut ayah menghisap kuat payudaraku secara bergiliran, aku sungguh dibuat tak berdaya namun aku merasa ada hasrat yang kuat untuk terus diperlakukan lebih oleh ayah.
Setelah puas menjamah tubuhku oleh tangan dan mulutnya, ayah berdiri lalu melepaskan celana kolornya di sampingku dengan penisnya yang hitam besar berurat. Aku baru ingat dulu pernah sekali mendengar mama meringis saat ayah menyetubuhi mama, "sakit pah!" Ucap mama saat ayah menyetubuhi mama waktu itu.
Kini aku melihat dengan jelas bagaimana penis ayah yang sebenarnya, pantas saja mama merasakan sakit saat disetubuhi ayah, ternyata penis ayah benar-benar seram.
"Sayang, kamu jangan panik atau takut... Ayah tidak akan menyakiti kamu kok... Kamu tinggal ngomong aja kalau terasa sakit ya sayang...?" Kata ayah mengingatkanku.
Aku hanya mengangguk pelan namun agak sedikit khawatir bila penis ayah memasuki tubuhku.
Aku lihat ayah melebarkan kedua kakiku lalu di tekuknya seperti seekor katak yang berenang di sawah.
Sepertinya ayah tidak melakukan seperti biasanya menggesek belahan vaginaku dengan batangnya, tapi sekarang malah mengarahkan ujung penisnya ke lobang vaginaku yang kecil. Aku pasrah saja saat ujung penis ayah mengoles-oles lobang vaginaku ke atas ke bawah sembari ditekannya.
Ssshhh....
Aku merasa penis ayah mulai menyeruak lubang vaginaku, agak sedikit sakit juga ketika kepala penis ayah menekan lobang vaginaku sampai terasa ngilu. Namun aku masih bisa bertahan ketika ayah mulai mendorong penisnya.
Aahhh... Ayaahhh... Sakiitt...!!
Aku sempat melihat hampir kepala penis ayah tenggelam di vaginaku, segera ayah menariknya lalu berusaha menenangkanku dengan mencium keningku.
"Tahan sebentar ya sayang, ayah mencoba agar kepalanya sedikit masuk..." Kata ayah memberitahu ku.
"Pelan-pelan aja ayah... Jangan semuanya dulu... Gak bakalan muat ayah..." Pintaku pada ayah karena bagaimanapun juga aku takut vaginaku rusak karena penis ayah yang seperti gagang pengki yang hitam.
Tanpa membalas ucapanku ayah kembali menekan-nekan penisnya dengan posisi ayah kini menindihku, karena aku merasakan kasih sayang ayah yang mengecup keningku juga perjuangan ayah yang merawat ku. Kalau hanya perih dan sakit sedikit aku hanya diam meskipun meringis menahan sakit dan ngilu, namun karena mengingat usaha ayah dalam merawatku juga kasih sayangnya, aku berusaha mengendalikan diri agar aku merasa nyaman serta menguatkan hati menerima penis ayah di dalam tubuhku. Sebab itulah aku merasa terkesan dengan sikap ayah yang menepati janjinya itu yang berusaha semaksimal mungkin agar aku tidak kesakitan. Hingga tak sengaja ketika ayah menegangkan penisnya dan hendak menekannya pelan malah aku tekan pantat ayah kebawah dengan kedua kakiku dengan kuat. Saat otot vaginaku sedang mengendur juga penis aya yang tegang maksimal itu dibantu penekanan kakiku, menembus selaput daraku.
Preetttt....
Aaahhhh... Aahhh... Aaahhh... Aduuuhh... Ayahhh vagina Andini sakit... Yah...!
Penis ayah tenggelam sampai seperempat dari ukuran penisnya yang aku kira-kira ukurannya 15cm dengan besarnya seukuran gagang pengki tempat sampah itu masuk kedalam vaginaku. Aku merasa ada benda asing berusaha menyeruak masuk membuatku terasa ngilu dan perih..
Tiba-tiba ayah langsung mencabutnya dan terlihat darah segar membalut ujung penis ayah.
"Maafkan ayah sayang... Sakit tidak nak?" Tanya ayah khawatir lalu menunduk melihat keadaan vaginaku yang perih. Melihat perhatian ayah sebenarnya aku merasa sangat senang sekali, padahal itu karena kesalahanku sendiri yang membuat ayah tak sengaja merobek keperawanan ku.
"Sakit yahh... Perih..." Kataku yang membuat ayah merasa bersalah lalu menjilati vaginaku.
"Jangan ayahh iihh jijik ada darahnya..." pintaku pada ayah gak mau melihat ayah melakukan itu. Namun ayah tetap melakukannya tanpa mempedulikan larangan ku.
"Ayah rela melakukan apa saja asal kamu tidak menderita sayang." Ucap ayah lalu menjilati vaginaku yang berdarah.
Melihat kesungguhan ayah yang mengkhawatirkan keadaan ku, aku tidak peduli lagi bila ayah menyetubuhi ku. Aku sangat menyayangi ayahku, kasian ayah tidak memiliki pelampiasan.
Kembali ayah mengarahkan ujung penisnya dengan terlebih dahulu meminta ijin untuk mencoba memasukannya lagi. Aku pun hanya mengangguk memberi kesempatan agar ayah mencoba lagi. Aku berusaha bersikap tenang sesantai mungkin agar otot vaginaku tidak tegang sehingga penis ayah menerobos ke dalam vaginaku tidak begitu sakit.
Sekarang kedua kelamin sudah hampir menyatu dan aku merasakan kembali penis ayah ditekan-tekan agak memaksa sampai lobang vaginaku merenggang berusaha menampung penis ayah yang besar.
"Ughh! Andini anak ayah... Memekmu ohh sempit sekali sayang... Ayah suka....aahhh..." Penis ayah berhasil masuk setengahnya disertai lenguhan ayah yang membuat seisi kamarku diisi lenguhan ayah barusan.
Besarnya penis ayah yang berada didalam vaginaku seperti merobek sesuatu didalamnya, dengan berbarengan aku dan ayah sama-sama mengeluarkan suara kenikmatan dan rasa perih yang membuatku hampir tak kuat. Bagaimana mungkin vaginaku mampu menampung penis ayah sedangkan mama saja merasakan rasa sakit saat disetubuhi ayah. Apakah aku bisa? Apakah aku sanggup menahannya.
Ketika sedang berpikir tentang itu, ayah tiba-tiba memelukku erat lalu menciumku dengan hisapan yang kuat terus dihentakkannya pantat ayah ke bawah sehingga penis ayah terdorong dan tenggelam sempurna didalam vaginaku.
Creekkkk... Mmmhhhh....
Aku mau teriak menahan sakit dan panas di lobang vaginaku sebab ayah membenamkan seluruh penisnya sampai menyentuh mulut rahimku, seakan tubuhku seperti terbelah di masuki benda aneh milik ayah. Namun karena ayah menciumku kuat, aku hanya bisa berteriak tapi hanya didalam mulut saja. Tubuh ayah bergetar karena merasakan lobang vaginaku yang meremas erat penis ayah, aku hanya bisa menangis karena vaginaku terasa sakit dan ngilu.
Aku tidak bisa berkata apa-apa meski ayah sudah melepaskan ciumannya, dan dengan perlahan penis ayah mulai menarik ulur tanpa melepaskannya. Sampai tak terasa hentakan ayah sudah mulai tak beraturan semakin cepat lalu membenamkan penisnya didalam vaginaku disertai aliran hangat mengisi vaginaku.
Setelah puas ayah melepaskan penisnya lalu berbaring disampingku dengan terengah-engah.
"Sayang, tolong rahasiakan kejadian ini ya? Jangan sampai orang lain tahu apa yang sudah ayah lakukan terhadapmu. Maafkan ayah keperawanan kamu ayah ambil. Sekarang dan seterusnya ayah akan tidur sama kamu agar bisa menyetubuhi kamu kapan saja ya sayang??" Ucap ayah disampingku. Aku yang mendengarnya hanya menganggukkan kepala pelan sambil masih menahan rasa perih dan panas di vaginaku.
Aku dan ayah kini sudah terbiasa melakukan persetubuhan selayaknya suami istri kapanpun dan dimana pun tanpa orang lain tahu. Perlahan kedua payudaraku mulai membesar sampai membuat temanku heran karena pertumbuhan payudaraku yang cepat.
Hingga saat ini sejak kejadian itu pertama kali dilakukan, aku masih rutin di setubuhi ayah kapanpun ayah menginginkannya.
***
Aku dan Amira terbengong mendengar kisah cinta Andini dengan ayahnya selama bertahun-tahun. Aku tak habis pikir bagaimana rasanya ngentot memek super sempit sampai mampu menampung ukuran kontol diluar kapasitasnya.
Apa yang diceritakan Andini memang kurang bagus dalam menyampaikannya, namun berhasil membuatku terangsang.
"Andini, boleh aku merasakan jepitan memek kamu? Sebagai balasannya aku akan menolong kamu jika butuh pertolongan?" Bujukku pada Andini karena aku penasaran bagaimana rasa memeknya itu. Amira yang mendengar aku ingin merasakan juga memek milik Andini merasa kurang setuju karena alasan tertentu.
"Kakak..?, Kak Ardi emang gak puas dengan vagina aku dan ibu?" Protes Amira sambil memasang wajah cemberutnya.
"Amira, kakak hanya penasaran aja sama memek Andini, kamu tenang aja. Perasaan kakak sama kamu tidak akan berkurang sayang... Gimana Andini? Boleh gak?" Tanyaku lagi meminta keputusan Andini.
"Kalau Amira membolehkan, Andini setuju aja, kak.." jawab Andini lalu memandang Amira meminta persetujuan.
"Ya sudah..., Kalau kakak penasaran. Tapi jangan lama-lama nanti Amira pengen lagi.." jawab Amira dengan satu syarat itu.
Setelah mendapat persetujuan dari adikku Amira, aku mendekati Andini lalu menyingkapkan celana SMA-nya berikut juga CD nya Andini. Wow! Meski sudah bertahun-tahun disetubuhi ayahnya, vagina Andini masih terlihat bagus dengan kedua bibir memeknya yang gemuk. Bulu-bulunya pun dipangkas habis sampai terlihat memeknya seperti bocah yang belum tumbuh bulu.
Sembari duduk di sofa bersebelahan dengan Amira, kedua kaki Andini ditekuk lalu pantatnya agak maju duduk dipinggiran sofa sehingga menyuguhkan permukaan memeknya yang utuh didepan wajahku. Aku hirup aromanya memang bau memeknya terasa harum vagina asli. Hmmm.. aku suka sekali. Aku perhatikan lobang memek Andini memang sudah agak lebar walau sudah dipakai bertahun-tahun alias dower.
Setelah aku baui aroma memeknya, secara reflek lidahku menjulur lalu menjilati memek Andini dengan rakusnya.
Mmmhhh... Sllrruuppp...
"Gila! Andini. Memek kamu enak banget!" Kataku sembari menikmati memek Andini yang lobangnya kembang kempis.
"Jangankan kak Ardi. Ayahku saja tiap kali aku berangkat dan pulang sekolah salamnya diganti cium vagina Andini. Bukan cium tangan. Malah sering Andini gak jadi berangkat sekolah gara-gara ayah pengen bersetubuh saat itu... Sshhh... Aahh...." Ucap Andini namun terpotong karena aku sengaja menggigit gemas itilnya. Heheee...
Gak mau lama-lama kontolku sudah siap untuk menghajar lobang kenikmatan Andini yang sepertinya sudah licin. Sebelumnya aku minta adikku Amira untuk mengulum kontolku agar semakin licin saat ngentot Andini.
"Sayang, tolong kulum dulu sebentar ya..?" Pintaku pada Amira yang memang sedari tadi memperhatikan aksiku bersama andini. Bagai kucing lapar dikasih ikan, Amira dengan gembiranya segera mengulum kontolku. Aku elus-elus kepala Amira dengan perasaan sayang juga nafsu yang menggebu-gebu, perlakuan sederhana ini tentunya akan membuat Amira merasa keberadaannya dihargai serta memang hubungan terlarang ini mengesampingkan perasaan jijik dan status sosial apalagi agama. Sehingga membuat kami para pelaku incest ada rasa saling keterikatan yang sangat kuat dan takut kehilangan.
"Duh.., kasian adikku sayang. Nanti malam kita ngentot ya sayang... Sekarang kakak pengen nyobain memek temanmu Andini dulu." Kataku pada Amira lalu dibalas anggukan kepala namun tidak melepaskan kontolku dari mulutnya.
Meskipun saat melepaskan kontolku dari mulut Amira agak susah karena selain hisapannya yang kuat sambil menahan pantatku agar tidak menjauh, namun Amira dengan berat hati melepaskannya juga setelah mengatakan janjiku akan menyetubuhinya nanti malam.
Kedua paha Andini masih mengangkang dengan lobang memeknya yang terlihat memerah dan gelap bagian dalamnya, ya kerena mungkin minim penerangan sehingga cahaya tidak masuk ke dalam vaginanya.
"Ayo kak Ardi masukin penisnya..." Pinta Andini dengan senang hati.
"Iya, makasih ya Andini. Kamu mau di entot olehku. Kalau kamu butuh bantuan aku janji akan membantu kamu Andini." Kataku lalu meletakkan ujung rudalku menyentuh lobang memek Andini yang langsung mengecup kepalanya lembut.
Uuugghhh...
Tenggelam lah seluruh batang kemaluanku masuk ke tubuh Andini lewat memeknya.
Wuihh! Enak banget ini memek. Legit menggigit. Pikirku setelah kontolku memasuki memek Andini. Sambil menghentak-hentakkan pantatku, aku memikirkan keberuntungan yang dimiliki ayahnya Andini menyetubuhi memeknya yang masih sangat kecil.
Didalam memeknya seperti ada gerakan-gerakan lembut meremas kontolku disertai suhu yang hangat dimemeknya.
"Memek kamu mantap Andini... Beruntung sekali ayahmu... Aahhh..." Andini menggerakkan otot vaginanya sambil tersenyum manis kepadaku, rupanya dia sengaja memainkan kontolku di dalam.
Ketika sedang enak-enaknya menyetubuhi Andini, ibuku tiba-tiba saja datang masuk ke dalam tanpa aku sadari. Ibu terkejut saat melihat siapa yang aku setubuhi sampai buru-buru menghampiriku.
"Astaga! Ardi. Apa yang kamu lakukan?! Kamu menyetubuhi Andini? Bagaimana kalau dia hamil Ardi?" Ucap ibu sembari memegang pundak ku untuk segera menghentikannya.
"Tidak apa-apa kok Bu. Aku dan Andini saling suka, gak akan hamil." Jawabku menenangkan hati ibu yang khawatir jika anak orang hamil karena perbuatanku.
"Bibi Andini tidak akan hamil kok. Soalnya aku nanti minum pil KB jadi tidak akan hamil.." ucap Andini menimpali
"Yakin tidak akan hamil Andini?" Tanya ibu serius.
"Iyaa bibi... Aahh..."
Aku terus menggenjotnya sampai Andini merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Akhirnya di saksikan Amira juga ibu yang melihatku, Andini berhasil mendapatkan orgasmenya lalu di susul olehku dengan hampir 10 kali semburan sperma di dalam memeknya.
Aaaaaakkkkhhhh... Sssshhhhh...
Crrooott.... Croooottt... Cccrroooottt...!
Banyak sekali tumbahan sperma di dalam lobang vagina Andini, sampai kami merasa lemas setelah melepaskan cairan surga didalam tubuh kami.
Ketika ku cabut banyak sekali sperma berlelehan keluar dari lobang vaginanya Andini. Aku pun langsung memakai celana kembali terus duduk didepan mereka dengan tubuh Andini yang terlihat lemas terengah-engah.
Setelah napas Andini kembali normal, dia langsung memakaikan kembali celana dalamnya tanpa dibersihkan terlebih dahulu lalu melihat ibu dan adikku bergantian.
"Bibi, Amira. Maafkan Andini yang sudah mengijinkan kak Ardi untuk menyetubuhiku. Bukan maksud Andini lancang, tapi karena selain ayah juga kak Ardi belum pernah mengijinkan lelaki lain merasakan kehangatan vaginaku..." Ucap Andini menjelaskan pada ibu dan Amira yang kini berada duduk di kedua sisinya.
Ibu pun mengelus kepalanya Andini lalu berkata dengan lembut, "nak Andini, ibu tidak masalah jika kamu menyukainya juga. Ibu hanya takut kamu hamil dari benih Ardi, nanti bagaimana jika ayahmu tahu kalau kamu dihamili lelaki lain, itu saja." Jawab ibu pada Andini yang mendengarkan dengan hormat.
"Bibi jangan khawatir, aku selalu meminum pil KB untuk mencegah kehamilan. Pasti aman..."
Setelah mendengarkan penjelasan Andini, ibu dan Amira membahas topik lain sambil tertawa bahagia. Lalu tidak berapa lama datanglah ayah seperti biasa membawa banyak makanan.
Sejak Amira mengandung cucunya hasil dari perbuatanku, ayah kini merasa ikut bahagia meskipun sebelumnya murka kepadaku. Kini sikap ayah berubah drastis dari pemarah menjadi ramah kepadaku juga kepada semuanya.
Aku tidak tahu apakah ini efek dari jampi-jampi Bu Yati atau murni dari sayangnya seorang ayah.