Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Terbongkarnya kehamilan adikku

Seperti biasa aku di rumah bersikap normal-normal saja seakan tidak ada masalah, tanah kuburan sudah aku taburkan ke sekeliling rumah juga airnya aku cipratkan ke seluruh dinding bagian dalamnya.

Menurut Bu Yati kegunaan tanah kuburan itu biasanya untuk mematikan usaha orang, namun oleh Bu Yati sudah di jampi-jampi hanya untuk mematikan hati dan pikirannya ayahku. Sedangkan air yang aku cipratan ke seluruh ruangan hanya faktor pendukung untuk memaksimalkan efek tanah kuburan itu.

Namun apakah benar itu akan mempengaruhi aktivitas dan pikiran manusia? Aku mencoba untuk mempercayainya.

Minggu demi Minggu berlalu hingga hampir usia kandungan Amira sudah menginjak 4 bulan, Amira memutuskan untuk berhenti sekolah. Sampai suatu hari ayah mengetahui kalau Amira jarang sekolah membuat ayahku meminta alasan yang jelas, kenapa Amira jarang sekolah sampai memutuskan untuk berhenti.

Di ruang tengah

"Amira?! Ayah mendapat kabar kalau kamu berhenti sekolah? Kenapa? Apa kamu sudah merasa pintar sampai kamu tidak mau sekolah, Amira!. Terus perutmu kenapa... Astaghfirullah! A-APA KA..KAMU HAMIL AMIRA??" Tanya ayah kepada adikku dengan nada tinggi. Aku dan ibu menyaksikan itu dengan perasaan yang berkecamuk, bingung dan khawatir juga takut. Akhirnya hari dimana semua yang kami rahasiakan terbongkar juga.

Amira hanya menunduk lesu duduk di kursi sembari meremas jemarinya karena takut dan gugup. Lalu Amira menatapku seakan ingin berkata harus bagaimana? Aku yang mengerti maksud dari adikku mengijinkan agar memberi tahu semuanya dengan menganggukkan kepalaku.

Dengan gemetar Amira pun mengangguk sembari berkata, "Iya ... Yah... A-Amira hamil..." Jawab Amira lirih.

"Astaghfirullah! Amiraaaa... SIAPA LELAKI YANG SUDAH BERANI MENGHAMILI KAMU, SIAPA?! JAWAB AYAH?!" Bentak ayah yang murka merasa semua hancur mengetahui anaknya kini sedang hamil tanpa seorang suami. Sambil memegang kepalanya dengan tangan kanan dan satunya berkacak pinggang ayah pun terduduk lesu di kursi.

"Ka...kak Ardi yah..." Jawab Amira menitikkan air mata penyesalan karena meskipun berat hati tidak akan mengatakannya, namun aku sudah mengijinkan untuk berkata yang sebenarnya.

"Siapa Amira? Ardi kakakmu?!"

Saat mendengar jawaban Amira, seketika ayah menoleh dan menatapku tajam seperti mengeluarkan aura membunuhnya. Lalu dengan cepat ayah menarik kerah bajuku dan menamparku berkali-kali.

Plak! Plak! Plak!

"BAJINGAN KAMU ARDI! TEGA KAU HAMILI ADIKMU SENDIRI! ANAK SIALAN! SETAN KAU! HAH...!" Ayah terus menampariku sampai terasa panas pipiku dan berdenging telingaku.

"Nyesal ayah merawatmu.. kamu buat keluarga ini harus menanggung malu! Saya tidak mau tahu kamu akan ayah laporkan ke polisi. Sudi saya memiliki anak sepertimu! Haaaahhh!!" Bentak dan ancam ayah kepadaku yang terduduk dilantai.

Namun tiba-tiba ibu merangkul tubuhku kembali seperti dulu melindungiku seraya berkata dengan nada memohon, "jangan paak! Ardi anak kita. Jangan dilaporkan ke polisi. Ibu tidak rela jika dia dipenjara pak..!" Ucap ibu memohon.

Lalu disusul Amira yang sedari tadi hanya menangis buru-buru menghampiriku memohon kepada ayah agar jangan melaporkannya.

"Yahh... Tolong jangan dilaporkan ke polisi yah... Amira dan kak Ardi saling menyukai. Amira tidak dipaksa.." pinta Amira memohon belas kasihan pada ayah yang sekilas terlihat shock dengan yang di lihatnya.

"Astaghfirullah! Amira... Ibu..? Kenapa kalian malah melindungi anak bajingan ini! Kalian tidak tahu aib apa yang sudah dia lakukan! ... Amira ... Bu?!!" Bentak ayah dengan emosi yang meluap-luap, melihat kejadian ini ayah di buat bingung dengan pembelaan adik juga ibuku.

"Jadi kalian tidak malu apa kata orang nanti jika mengetahui salah satu diantara keluarga kita hamil diluar nikah? Kalian tidak tahu dosa besar apa ini? Pokoknya ayah tidak mau tahu! Ayah akan laporkan anak sialan ini ke polisi!" Ucap ayah berlalu meninggalkan kami bertiga.


Setelah kepergian ayah, aku kini hanya pasrah menerima kenyataan pahit ini. Rasa sakit di sekujur tubuhku juga wajahku terasa perih dan panas menerima tamparan keras ayah terhadapku. Amira ibuku merasa iba melihat dan menyaksikan keadaanku yang tak berdaya. Aku bingung harus berbuat apa? Kabur menjadi buronan? Atau pasrah menyambut kedatangan polisi dan menerima cemoohan orang.

"Kak. Kita pergi aja dari rumah ini kak. Amira gak mau kakak dipenjara. Jika ayah tidak mau melihat kita bahagia kita pergi saja dan bangun keluarga dikota." Ucap Amira merengek manja agar aku kabur bersamanya.

Sedangkan ibu pun berpikiran sama, dengan air mata yang sudah mulai mengering di kedua pipinya ibuku berkata, "Ardi anakku. Benar kata Amira, jika kamu ingin pergi dari rumah ini, ibu akan ikut bersamamu nak. Selain itu ibu belum kamu hamili sayang.." ucap ibu mengingatkan janjiku waktu itu bila sudah saatnya akan aku hamili ibuku. Aku tidak menyangka disaat situasi seperti ini ibu masih menagih janji itu.

Sementara itu aku merasa bingung harus berbuat apa, namun karena sudah kepalang tanggung ku ajak keduanya ke kamarku.

"Ibu... Amira... Kita ke kamar Ardi sekarang. Ayah sudah tahu rahasia ini juga tidak menyayangiku lagi dengan melaporkan Ardi ke polisi. Kepalang tanggung, kita akan melakukan persetubuhan lagi secara terang-terangan. Bu? Apakah ibu sudah siap?" Tanyaku mantap.

"Kebetulan ibu sedang masa subur Ardi. Tolong buahi rahim ibu, hamili ibu sayang..." Pinta ibu sembari menarik tanganku menuju kamarku dengan tidak sabaran. Dibantu juga oleh Amira dengan antusiasnya serta nafsu birahi yang tak terbendung lagi. Seolah masalah ini tidak dipikirkan lagi oleh kami, padahal aku sendiri merasakan kecemasan, ketakutan namun juga nafsu seksual yang bergejolak mengalahkan perasaan itu.


Pintu depan dibiarkan terbuka lebar serta pintu kamar pun tak aku kunci sama sekali. Ibu sudah melepaskan seluruh pakaiannya juga Amira sudah lebih dulu tak berbusana. Keduanya membantu melepaskan yang aku kenakan lalu setelah kami bertiga sama-sama telanjang, kami saling berciuman secara bergiliran.

Kami benar-benar sudah tidak perduli dan takut terhadap apapun, yang kami inginkan hanyalah ingin merasakan, menikmati serta mencapai tujuan kami yaitu menyatukan tubuh kami.

Ibu, amira sangat menikmati ciumanku dan secara bergiliran menciumi juga menjilati leher serta tubuhku. Hingga keduanya berjongkok bersama-sama menjilati dan menghisap kontolku secara bergiliran.

Ssshhh... Aahhhh....

Aku mengusap kepala mereka sebagai bentuk rasa terima kasih serta menghargai usaha mereka untuk memuaskanku. Pengaruh incest ini memang diluar akal sehat dan kendali tubuh, yang aku rasakan sendiri memang sangat kuat dorongan birahinya tidak memandang status, situasi juga malu.

Sluurrpp... Slluuurrrppp...

Suara merdu mulut mereka menikmati batang kontolku dengan begitu bernafsunya. Ohh.. aku sungguh beruntung memiliki mereka berdua, aku rasa tidak perlu mencari pasangan hidup lagi, cukup mereka pun sudah memuaskanku. Termasuk juga Bu Yati si pemilik memek sempit itu.

Kini mereka pun berdiri setelah melaksanakan tugas memanjakan kontolku, sekarang giliranku secara bergiliran meremas menjilati serta menghisap kedua gunung kembarnya. Payudara ibu lumayan besar menggantung seperti sarang lebah sedangkan Amira meskipun kecil seperti buah jeruk, namun memiliki sensasi kenikmatan yang luar biasa, teksturnya yang padat dan kenyal dipadukan dengan kulitnya yang halus dan lembut membuat kontolku semakin berdiri kokoh tak bergerak.

Setelah puas dengan bagian atasnya, aku menyuruh keduanya berbaring sejajar di kasurku lalu mengangkangkan kedua kakinya sampai terlihat dua lobang kenikmatan mereka bersamaan menyambut batang kontolku. Pertama aku melakukan yang sudah pernah aku lakukan pada ibu yaitu menjilati memeknya sampai berlendir. Begitu juga dengan Amira, setelah puas dengan ibu. Memeknya Amira pun diperlakukan sama oleh jilatan manja lidahku dilobang kenikmatannya.

Setelah semua diberikan secara adil, kini giliran yang pertama merasakan kontolku adalah Amira. Dengan perasaan senang dan penuh harap Amira mempersilahkan aku untuk menyetubuhinya. Dengan berpegangan pada kedua pahanya, aku mengarahkan kontolku ke lobang memeknya.

Bleeesss... Ploppp..

Aaarrrggghhh... Uuugghhh..

Mmmmhhh...

Aku dan Amira serentak melenguh tatkala batang kemaluanku menerobos rongga memek Amira yang lumayan sempit. Seperti di sedot vakum dengan kekuatan maksimal kontolku di hisap kedalam hingga menyentuh mulut rahim Amira.

Amira ... Memekmu ... Ohhh.... Enak sekali sayang....

Dengan kecepatan tinggi aku menghentak-hentakkan pantatku untuk mendorong kontolku ke dalam memeknya, ku lihat dengan mataku mulut memeknya sampai monyong saat batang kontolku ku tarik lalu ku Hujamkan kembali ke dasar memeknya. Sebentar kemudian aku cabut dulu batang kontolku di dalam memeknya, lalu Amira aku suruh membersihkan lendir di kontolku sampai bersih.

Sekarang giliran ibu yang sedari tadi tidak sabar ingin segera di entot olehku, sempat tersirat juga rasa bersalah karena sudah memperbudak orang tua sendiri sebagai pelampiasan nafsu birahiku. Namun melihat ibu yang tidak karena terpaksa dan karena dorongan rasa cinta yang mendalam terhadapku. Semua di tepis oleh pikiranku, bukankah membuat ibu bahagia merupakan suatu kebaikan? Pikirku.

Kedua kelamin saling menyatu dan tenggelam dengan penuh kenikmatan dan kehangatan yang aku rasakan. Mata ibu terlihat berbinar binar dan tersenyum manis kepadaku ketika seluruh batang kontolku melesak masuk ke dalam lobang surgawinya. Sembari meremas kedua payudaranya yang menggelayut, ibu melenguh dan meracau ke enakan.

AaAaahhh... Aaahhh .. Uughhh.. Mmhhh...

Suara desahan ibu terdengar di seluruh ruangan kamarku, aku tidak peduli bila terdengar oleh tetangga sebelah karena sudah terlanjur juga rahasia ini terbongkar dan ayah mungkin sedang ke melaporkan perbuatanku. Mungkin ini terakhir kali aku menyetubuhi Amira dan ibu, sambil mendorong kontolku keluar masuk vaginanya ibu, aku sempat memikirkan masalah itu.

10 menit kemudian setelah kontolku mendarat di memek ibu. Aku merasa lobang memek ibu berkedut-kedut di sertai hisapan yang teramat kuat dengan otot dalam memeknya meremas kuat kontolku.

Aaahhh... Dii... Ibu mau kelluaarrhh.... Aaahhh....

Kepala ibuku terhenyak ke kasur dengan seluruh tubuhnya bergetar seperti kesetrum, dan efeknya merambat ke tubuhku hingga getaran itu memancing rasa ngilu dan nikmat di ujung kontolku. Hingga aku tak tahan lagi dan akhirnya aku pun ikut melepaskan spermaku di dalam memeknya.

Crot... Crooott... Ccrrroooottt...

Lima semburan utama menyembur banyak sekali disertai sisa semburan kecil membanjiri lobang kenikmatan ibu. Aku beserta ibu sampai terengah-engah melepaskan dan menerima benihku yang saling bertabrakan dan menyatu didalamnya.

Sensasinya benar-benar beda, menyetubuhi dan menghamili ibu lebih menyenangkanku meskipun aku sudah menyetubuhi ketiga lobang yang sudah aku rasakan.

Setelah puas aku cabut kontolku lalu ibu pun bangkit dan mengulum dan menjilati kontolku dengan senang hati.

Beberapa saat kami istirahat sejenak lalu dilanjutkan dengan menyetubuhi Amira lagi hingga aku dan Amira meraih orgasmenya yang luar biasa bersamaan. Kami bertiga sempat istirahat sambil keduanya menggenggam batang kemaluanku.

"Bu, maafkan Ardi ya karena sudah menyusahkan ibu, serta tolong jaga anak kita yaa.. Ardi tidak menyangka akan berakhir seperti ini" ucapku titip pesan pada ibu yang menyenderkan kepalanya di dadaku.

"Ibu juga bingung Ardi. Ibu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong kamu. Menurut ibu mendingan kita pergi saja dari rumah ini, ibu jadi merasa kesal juga terhadap ayahmu yang tidak mengerti keinginan kita." Ucap ibu yang merasa iba dengan masalah yang akan menimpaku.

"Amira juga bilang apa, kak. Kita pergi saja dari rumah ini. Amira gak mau kak Ardi dipenjara." Ucap Amira juga yang merasa tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkanku.

Mendengar keluhan mereka berdua, aku berpikir keras apakah aku harus kabur dan menjadi buronan atau pasrah menyerahkan diri.

Sekian lama kami bertiga mengeluarkan uneg-uneg dan saling bertukar pikiran, akhirnya kami pun ketiduran dengan telanjang bulat dan dipeluk dari kedua sisi tanpa mendapat solusi apapun selain kecapean.

Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore akhirnya kami bertiga terbangun dan sempat kepikiran mungkinkah ayah membutuhkan waktu yang lama untuk segera menangkap ku?

Sampai pukul 6 saat azan magrib sudah berkumandang, kami bertiga berkumpul di ruang tengah dengan perasaan was-was. Tidak berapa lama setelah kami membicarakan ayah. Akhirnya ayah pun pulang tanpa membawa polisi dan hanya pulang sendiri sambil menenteng kantong belanjaan yang biasa di jual di minimarket untuk membawa barang belanjaan.

"Bu, ini buat Amira..." Ucap ayah singkat sambil memberikan kantong belanjaan yang isinya entah apa.

Ibu sempat tertegun melihat ayah yang tiba-tiba memberikan barang yang isinya entah apa. Aku pun sempat heran sambil celingak-celinguk melihat dimulut pintu tidak ada yang mengikuti ayah.
"Apa ini pak?" Tanya ibu singkat.

"Buka saja!"

Ketika di keluarkan oleh ibu barang belanjaan itu, ternyata isinya susu ibu hamil, roti, coklat batangan yang biasa ada didepan kasir dan minuman botol.

"Untuk apa ini pak?" Tanya ibu heran.

"Siapa lagi kalau bukan untuk Amira bu.." Jawab ayah yang masih terlihat ketus.

"Bu-bukannya bapak ke kantor polisi untuk melaporkan Ardi pak?" Tanya ibu agak sedikit ragu dan gagap. Terlihat dari raut wajah ibu yang khawatir karena mencemaskan ku.

Ayah menarik nafas panjang,
"Tadinya iya. Tapi saat bapak dijalan ingat kalian. Ingat keluarga kecil ini yang sudah lengkap dan bahagia. Jika ayah melaporkan Ardi keluarga ini akan kehilangan penerus. Jika tidak ayah laporkan kasus ini, masalah ini akan menjadi aib bagi keluarga kita Bu." Ucap ayah yang terlihat pasrah.

"Ibu mendukung bapak untuk tidak melaporkannya pak. Karena bagaimana pun juga Ardi adalah anak kita, tidak masalah jika tetangga tahu tentang Amira yang hamil tanpa suami. Emang mereka ngasih kita makan? Mengurus kita? Yang penting bukan bapak yang melaporkan Ardi pak."

"Lebih baik kita biarkan saja mereka Ardi dan Amira melakukannya, lagian Ardi juga akan bertanggung jawab atas perbuatannya untuk mengurus dan merawat anaknya pak." Lanjut ibu memberi saran pada ayah yang terlihat bimbang memikirkan masalah ini.

"Baiklah. Ayah bagaimana menurut ibu saja. Tapi ingat! Jika sampai cucu kita ditelantarkan oleh Ardi, ayah tidak akan segan melaporkan masalah ini." Ucap ayah memperingatkan.

Aku pun segera menghampiri ayah yang ibu berada disampingnya, sambil memegang sebelah kaki ayah aku memohon maaf atas kesalahan yang aku perbuat padanya juga keluarga yang ayah pimpin ini sebagai tulang punggung keluarga.

"Maafkan Ardi ayah, sudah membuat ayah malu. Ardi janji akan menjaga dan memperhatikan anak Ardi juga cucu ayah. Ardi janji akan membuat Amira bahagia yah." kataku memohon dan bertekad untuk membahagiakan Amira.

Lalu Amira pun mengikuti yang aku lakukan pada ayah, meminta maaf sekaligus mengucapkan terima kasih karena tidak melaporkanku pada polisi. Hingga akhirnya ayah merestui hubungan kami dengan didukung oleh ibu.

"Meskipun berat hati, ayah juga ibu tidak akan mempermasalahkan kejadian ini. Tapi, yang namanya jodoh kita tidak tahu apakah kalian akan bersama atau tidak. Intinya, mari kita lupakan masalah ini dan kita siap untuk menyambut cucu kita, anak kalian." Jawab ayah dengan lapang dada mengiklaskan semuanya.

*

Amira sudah resmi keluar dari sekolah meskipun banyak pertanyaan dari pihak sekolah kenapa Amira harus berhenti tanpa alasan yang jelas. Namun karena ayah dan ibu yang mengurusnya, pihak sekolah pun sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Sampai suatu hari Andini teman akrab sekelasnya Amira mengunjungi rumah kami. Dia ingin meminta penjelasan kenapa Amira berhenti dari sekolah.

Dengan berat hati dan sedikit ragu Amira menjelaskan seluruh permasalahannya bermula dari hubungan sedarah Amira denganku hingga sekarang Amira mengandung anakku. Awalnya aku yang bersama mereka merasa was-was juga jika Andini mengetahui penyebab Amira berhenti sekolah meskipun dia sudah tahu aku dan Amira memiki hubungan khusus. Namun setelah mengetahui semua permasalahannya Andini memahami jika masalah ini adalah bukan haknya untuk ikut campur.

"Aku berharap kamu merahasiakan aib ini ya.. Andini? Jangan orang lain tahu." Ucap Amira titip pesan.

"Tenang saja Amira. Aku bukanlah orang yang suka menyebarkan gosip murahan. Aku sebagai temanmu tidak akan mencibir atau menjauhimu. Perlu kamu ketahui juga Amira, kita sebagai sesama perempuan dan sebagai teman baik akan memberitahu mu sebuah rahasia." Andini terhenti sejenak dari bicaranya.

"Rahasia apa Andini?" Tanya Amira penasaran.

"Tapi kamu juga kak Ardi rahasiakan masalah ini ya? Aku menceritakan rahasia ini karena aku percaya kalian..." Ucap Andini menegaskan.

"Baik. Aku janji" jawab aku dan Amira hampir bersamaan.

Dengan sedikit menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan Andini berkata, "sebenarnya aku juga memiliki hubungan spesial dengan ayahku..."

"Maksudnya Andini?" Tanya Amira sembari menggenggam tangan Andini yang saat ini mereka saling berdekatan sedangkan aku didepan mereka tidak paham apa yang Andini maksudkan.

"Ak.., Aku.., aku juga sudah tidak perawan lagi Amira. Keperawanan ku sudah diambil oleh ayahku, dan aku sudah melakukannya sejak meninggalnya ibu 6 tahun yang lalu.." jawab Andini dengan suara terbata-bata yang membuatku tidak percaya ketika mendengar pengakuan Andini yang di setubuhi ayahnya bertahun-tahun.

"Berarti kamu sebelum masuk putih abu sudah tidak perawan Andini? Emang muat penis ayah kamu waktu itu?" Tanyaku menyelidik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana caranya seumpama di ibaratkan bagian diameter dasar botol masuk mulut botol. Pastilah sempit banget.

"Yaa.. tentu masuk semuanya meskipun terasa sakit, ngilu dan perih. Tapi memang butuh waktu lama untuk ayah sampai seluruh penis ayah masuk semuanya." Ucap Andini yang mulai terbuka dengan omongannya. Aku dan Amira mulai tertarik untuk mendengar dan mulai bertanya kapan dan bagaimana awal kejadian itu berawal.

"Andini, kok bisa kamu mau disetubuhi ayahmu? Kamu mau begitu saja?" Timpal Amira yang sebenarnya aku juga ingin mengatakan itu tapi keburu keduluan.

"Sebenarnya panjang ceritanya Amira. Aku sendiri juga gak nyangka mau melakukannya. Meskipun awalnya menolak namun aku juga merasa kasihan jika ayah tidak bisa melampiaskan nafsunya. Sampai hingga sekarang ini ayahku tidak mau menikah lagi karena aku sendiri sudah cukup bagi ayahku." Jawab Andini menjelaskan permasalahannya.

Aku yang penasaran dengan kisahnya andini mulai tertarik dengan pengalaman Andini dalam menjalin hubungan asmara dengan ayahnya. Lalu aku berkata dengan penuh harap agar Andini menceritakan sedikit pengalamannya itu.

"Andini, sebenarnya aku tidak berhak untuk mengetahui rahasiamu itu kepada kita. Tapi jika kamu berkenan boleh ceritakan sedikit saja untuk kita?" Pintaku pada Andini.

Andini terlihat ragu untuk menceritakan hubungan asmara antara dia dengan ayahnya yang aku ketahui dia adalah anak satu-satunya.

Sejenak Andini melihatku serta menatap Amira yang terlihat antusias untuk mendengar ceritanya. Amira pun mengangguk pelan agar Andini tidak sungkan untuk menceritakannya.
 
POV andini

Sejak ibu meninggal 6 bulan yang lalu, ayah menjadi tempatku bersandar dan berlindung. Segala kebutuhanku selalu ayah turuti dan apa yang aku inginkan, ayah akan berusaha untuk membelikannya. Buat ayah itu cukup ringan, karena aku tidak menginginkan barang mahal atau yang sulit didapatkan.

Di usia 25 tahun ayah menikahi mamaku saat usia mama 19 tahun, melalui album foto aku melihat mama dan ayah terlihat sangat bahagia sekali sejak dari masa pacaran sampai mama meninggal di usia 32 tahun. Ayah sangat terpukul dengan kejadian yang tidak terduga itu, padahal mama tidak menunjukan keluhan apapun. Namun ketika aku mendengar kabar yang aku tahu mama mengalami serangan jantung. Sungguh aku pun merasa kehilangan seorang yang menjadi tempatku bersandar, bercerita dan berkeluh kesah.

Kini sejak kepergian mama, ayah memiliki peran ganda sebagai mamaku juga sebagai ayahku. Aku bermanja-manja, bercerita dan mendapatkan penuh kasih sayang.

5 bulan sejak kepergian mama, aku sering mendapat pelukan ayah dari depan serta dari belakang. Ayah mengatakan kalau aku mengingatkannya pada mama dan aku memahami serta membiarkan ayah terus melakukannya. Hingga suatu malam saat aku tidur dalam keadaan memakai celana pendek dan kaos, aku merasa seperti ada yang menggelitik kemaluanku. Dalam keadaan seperti bermimpi antara sadar dan tidak tubuhku terasa berat dengan vaginaku terasa hangat lalu tiba-tiba berakhir begitu saja. Paginya ketika aku hendak mandi untuk sekolah, vaginaku saat ku raba ada banyak sekali lendir putih kental membasahi celana dalamku juga.

'Lendir apa ini? Apakah karena aku sudah dewasa sehingga mimpi basah?' gumamku dalam hati padahal aku sendiri tahu jika mimpi basah bukankah biasanya khusus untuk kaum lelaki. Masalah ini tidak aku ceritakan pada ayah apalagi pada orang lain karena malu untuk mengatakannya, bagaimana pun juga aku akan merahasiakan semua ini.

Hari demi hari perlakuan ayah kepadaku terasa sangat spesial sekali, ayah sangat memanjakanku dan sering kami selalu bersentuhan kulit saat di rumah bahkan ayah sering memergokiku dalam keadaan telanjang atau ketika sedang nungging memakai celana dalam. Aku sendiri tidak menaruh curiga terhadap ayahku karena tidak mungkin ayah bernafsu kepadaku dan aku berpikir itu bukanlah kesengajaan.

"Maafkan ayah ya sayang... Sering kebetulan melihat kamu telanjang. Ayah terlalu khawatir sama kamu sehingga ayah sering melihat tubuh kamu." Ucap ayah kepadaku yang saat itu aku dalam keadaan telanjang bulat dengan handuk berada diantara kedua kakiku. Aku sempat melihat ayah tertegun melihat tubuh mulusku yang ramping serta pinggul dan pantatku yang lebar dan bulat, juga kedua payudaraku yang mengkal.

"Gpp kok yah..., Makasih ayah selalu memperhatikan keadaan Andini. Lagian ayah kan tidak sengaja melihat tubuh andini" Jawabku yang sembari mengambil celana dalamku diatas kasur lalu membelakangi ayah sambil memakai celana dalamku, tentunya aku membungkuk membelakangi ayah dan memperlihatkan belahan vaginaku yang masih berbentuk garis lurus.

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, nak. Kalau begitu ayah kerja dulu ya? Oiya kamu mau dibeliin apa sayang..?" Tanya ayah sebelum berangkat ke kantor.

"Sate yah..., Kayaknya enak kalau kita makan bareng dirumah." jawabku merasa senang sekali karena tawaran ayah itu.

"Baiklah nanti ayah beliin ya sayang..." Ucap ayah pamit. Dan aku pun tanpa malu dalam keadaan masih hanya memakai CD menghampiri ayah lalu menyalaminya. Tentu saja tangan kiriku menutup kedua payudaraku karena takut dianggap tidak sopan bertelanjang dada didepan ayah.

Saat di rumah aku sering makan bareng dengan ayah diruang tengah beralaskan tikar sambil menonton tv. Di acara yang kami tonton waktu itu kebetulan menayangkan berita hubungan sedarah antara anak dan ibunya hingga hamil. Mereka digelandang ke kantor polisi untuk diamankan dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Jaman sudah edan ya ayah..." Kataku membahas berita aneh itu.

"Namanya juga nafsu Andini, toh mereka juga saling suka kan?" Jawab ayah seakan membela kelakuan mereka.

"Iya juga sih... Tapi kasian harus ditangkap." Kataku mengomentari berita itu.

"Salah mereka sendiri tidak pakai pengaman juga ceroboh saat melakukannya. Oiya sayang.
Nanti kalau tidur gak usah pakai celana dalam ya pakai rok aja." Ucap ayah yang tiba-tiba mengatakan itu.

"Kenapa emang ayah?" Tanyaku yang merasa heran dan polos.

"Vagina kamu nanti jadi lembab sayang, supaya keangin-angin. Itu saran ayah demi kebaikan kamu, itu juga khusus saat di rumah ya..." Ucap ayah menjelaskan maksudnya.

"Baik ayah." Tanpa merasa curiga aku hanya bisa menyetujui saja saran dari ayahku karena tidak mungkin ayah memberikan nasehat yang tidak baik. Aku percaya itu.

Malamnya ketika akan tidur aku mengikuti saran ayah, setelah melepaskan celana dalamku aku lalu tidur hanya rok saja yang menutupi bagian bawahku. Seperti malam sebelumnya aku merasakan sensasi itu lagi, vaginaku terasa digelitik nikmat bukan geli yang perasaan itu seperti membangkitkan entah apa itu. Lalu aku merasa ada sesuatu yang menggesek-gesek kemaluanku dan terkadang sesuatu itu hendak masuk ke dalam tubuhku. Aku sempat mau bangun karena sesuatu itu seperti memaksa masuk, namun sesuatu itu hilang begitu saja, tapi anehnya perasaan itu terasa lagi menggesek vaginaku lalu aku merasakan cairan hangat masuk kedalam vaginaku. Hingga paginya saat aku buang air kecil seluruh permukaan vaginaku basah penuh lendir dan ada sebagian yang sudah mengering di sekitar vaginaku.

Malam berikutnya karena penasaran dengan kejadian semalam, sebelum aku tidur. Aku menyalakan perekam video di hapeku lalu aku arahkan ke arah tempat dimana aku tidur saat itu. Seperti biasa aku tidur dalam keadaan tanpa celana dalam lalu paginya saat buang air kecil vaginaku berlendir lagi.

Aku ingat bahwa sudah merekam kejadian aneh itu saat sedang tidur. Ketika aku tonton kembali videonya, awalnya tidak ada hal yang aneh pada malam itu. Aku telentang dengan kipas angin yang masih menyala. Karena membosankan melihat aku tidur saja dalam keadaan telentang, aku sudahi saja nontonnya. Ehh.. pas hendak jariku menekan tombol stop tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan dan ayah masuk ke kamarku hanya memakai celana kolor saja menghampiriku sedang tidur pulas.

Ku lihat ayah duduk dipinggiran kasur terus memandangiku dari kepala sampai ujung kaki. Aku sampai shock ketika ayah perlahan menyingkapkan kain rok ku sehingga terlihat vaginaku di mata ayah. Dengan hati-hati ayah menyondongkan tubuhnya lalu menciumi vaginaku berulangkali bahkan menjilatinya. Aku sungguh tidak menyangka ayah melakukan itu padaku.

Setelah menjilati vaginaku ayah melepaskan kolornya sehingga membuat mataku terbelalak. Untuk pertama kalinya aku melihat penis ayah sangat besar mengacung keatas. Dengan sangat hati-hati ayah menaiki kasur lalu melebarkan kedua kakiku sampai terlihat celah vaginaku merenggang namun sedikit terlihat lobang kecil didalamnya. Ayah terlihat sangat hati-hati saat menindih ku agar jangan sampai aku terbangun. Hingga kedua kelamin kami saling bergesekan aku masih tetap tidur pulas namun sempat juga terlihat gelisah.

Aneh sekali aku tidak merasakan keanehan saat ayah menindih ku dengan penisnya menggesek vaginaku. Yang aku rasakan saat itu hanya perasaan hangat dan sesak di tubuhku. Hingga kemudian ayah mengarahkan ujung penisnya ke lobang vaginaku lalu melenguh disertai sperma menyembur dari penis ayah.

Pantas saja aku merasa seperti ada yang ingin memasuki tubuhku, ternyata ayah berusaha memasukkan spermanya dengan menekan penisnya sehingga sperma ayah memasuki tubuhku melalui vaginaku.

Setelah puas menyetubuhiku, ayah sempat mengelus kening dan menciumnya. Lalu terdengar ayah berkata lirih, "maafkan ayah sayang..." Lalu kemudian ayah sebelum pergi merapihkan rok ku dan meninggalkanku dengan vaginaku berlumuran sperma ayah.

Sekarang aku tahu kenapa setiap bangun tidur vaginaku selalu licin dan berlendir, bahkan sempat terasa perih lubang vaginaku rupanya itu karena ulah ayah.

Aku benci ayahku kenapa tega menodaiku, padahal aku anak ayah darah dagingnya.

Gara-gara ulah ayah setiap aku kencing seperti terasa panas dan perih meskipun hanya sesaat, jika seperti ini dan terus dibiarkan bisa-bisa aku kehilangan keperawanan ku.

Dari sejak aku bangun pagi lalu sekolah terus pergi ke kamar untuk tidur di malam harinya. Ayah sering sekali memeluk dan menciumi pipiku. Setelah melihat kenyataan bahwa ayah suka melecehkan ku, aku sangat kesal sama ayah tapi aku bersikap seperti biasanya seakan tidak terjadi apa-apa.

Hingga suatu malam, aku tidak mau menuruti ayah lagi. Aku tidak mau terus menerus dilecehkan ayah. Sampai akhirnya aku berinisiatif memakai kembali celana dalam dan celana panjang, namun kali ini memakai tali agar tidak melorot saat di tarik oleh ayah.

Sebelumnya aku meminum kopi pahit agar tidak mengantuk untuk menjebak ayah. Benar saja, ayah datang masuk ke kamarku dengan hanya memakai celana kolornya. Kali ini aku tidak tidur telentang lagi, tapi memeluk guling agar ayah kesulitan menyetubuhiku. Seharusnya aku bisa saja ngomong langsung pada ayah, tapi kalau tidak ada bukti sama saja aku menuduhnya. Untuk itu aku sengaja memancing ayah agar aku bisa mendapatkan buktinya.


Saat ayah mengetahui kalau aku memakai celana yang diikat tali dan memeluk guling, ayah terdengar menghela napas ketika mengetahui aku tidak sesuai harapannya. Aku pura-pura tidur saat tangan ayah meraba pantatku terus mengusap pahaku. Kelakuan ayah benar-benar tidak bisa dimaafkan, aku biarkan dulu menunggu saat yang tepat akan memergoki ayah jika sudah naik ke ranjangku.

Yang aku pikirkan ternyata benar juga, ayah naik ke atas kasurku lalu dengan perlahan berusaha menelentangkan ku. Tali yang mengikat celanaku dilepaskannya lalu ayah mengusap-usap permukaan vaginaku. Ahh... Rasanya hangat sekali telapak tangan ayah saat mengelus vaginaku.

'ini belum saatnya aku memergoki ayah..' gumamku dalam hati. Tapi aku merasa seluruh tubuhku merespon belaian telapak tangan ayah dengan sedikit keluarnya lenguhan dari mulutku.

Situasi kamar terasa hening dengan penerangan lampu neon yang lumayan terang, sehingga terlihat dengan jelas wajah mesum ayah menatap vaginaku disertai suara napasnya yang menderu.

Ketika ayah sudah berhasil menarik celanaku berikut celana dalamku, aku masih tetap bertahan dalam kepura-puraan dan berkata dalam hati belum saatnya. Setelah tubuh bagian bawahku tidak tertutup sehelai benang pun, sebenarnya aku merasa sangat malu vaginaku yang aku jaga di pandangi ayah. Tapi karena ingin memergoki ayah, jadi aku pura-pura diam saja untuk membuat ayah terkejut. Namun ketika kedua kakiku sudah di renggangkan dan vaginaku di endusnya, aku merasa merinding dan sekujur tubuhku terasa hangat dan nyaman. Di saat ayah menjilati vaginaku barulah aku merasa terhenyak ketika lidah ayah menari liar di vaginaku, bibirnya mengecup-ngecup lobang vaginaku yang disertai mulut ayah menggoyangkan itilku.

Ahhh...

Tak sengaja mulutku mengeluarkan suara kenikmatan saat ayah menjilati seluruh permukaan vagina bagian dalamku.

Semakin lama jilatan ayah di vaginaku semakin aku menggelinjang menggoyang pinggulku bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Aahhh ... Eemmmhh... Nggghhhh....

Aku tidak kuat mulut ayah menghisap kuat lobang vaginaku sampai aku merasa ada sesuatu yang menggumpal hendak keluar dari dalam tubuhku. Benar saja aku akhirnya mengalami kenikmatan yang luar biasa. Napasku tidak normal seperti selesai berlari dengan keringat membasahi tubuhku.

Ketika napas masih tersengal-sengal, tiba-tiba ayah mengelus kepalaku lalu berkata lirih.

"Sayang... Bangunlah..." Panggil ayah kepadaku dengan tubuh penuh keringat.

"Ayah... Kenapa melakukan ini?" Tanyaku melupakan tujuanku yang hendak memergoki ayah agar terkejut, tapi sepertinya ayah menyadari kalau kali ini aku ketahuan oleh ayah bahwa aku hanya pura-pura tidur.

"Maafkan ayah yaa sayang... Sebenarnya ayah tidak tega. Tapi ayah terpaksa sayang... Ayah tidak tahan butuh pelampiasan nafsu. Tolong ayah yaa... Bantu ayah memberi nafkah batin.." pinta ayah dengan tatapan yang memelas penuh harap. Tujuanku yang hendak mencari bukti pelecehan kini merasa kasihan juga iba aku pada ayah.

"Pantesan vagina aku penuh lendir. Rupanya sperma ayah ya...?" Kataku meminta kepastian.

"Iyaa sayang itu sperma ayah.. tapi kamu jangan khawatir, ayah selalu menyisipkan pil KB di makanan kamu. Jadi kamu tidak akan hamil. Sayang kamu mau kan bantuin ayah?" Tanya ayah sekali lagi.

Aku menarik napas panjang entah harus marah atau kasihan.

"Baiklah ayah... Aku akan menolong ayah.. tapi ayah, tolong penisnya jangan dimasukin. Penis ayah terlalu besar tidak akan muat.." kataku khawatir karena aku sendiri tidak yakin vaginaku yang masih kecil bisa menampung penis ayah yang besar.

"Sayang anak ayah.. kamu jangan khawatir ayah akan pelan-pelan kok. Jadi kamu mau menolong ayah sayang?"

"Iya.. ayah..." Jawabku singkat. Lalu ayah mencium bibirku dengan liarnya sembari menggesek-gesek belahan vaginaku yang sudah licin dengan jarinya.

Aku yang belum pernah berciuman tidak tahu harus bagaimana, namun secara alamiah bahasa tubuhku mulai membalas ciuman ayah dengan desiran aliran darah disekujur tubuhku terasa memanas. Ayah memberi kode untuk melepaskan kaos yang aku kenakan dan aku pun mengangkat kedua tanganku sehingga sekarang aku telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku. Mata ayah terlihat berbinar dari raut wajahnya terpancar aura kebahagiaan, dengan pelan ayah meraba dan meremas payudaraku yang sudah memperlihatkan pertumbuhannya.

Ahhh...

Tiba-tiba mulut ayah menghisap kuat payudaraku secara bergiliran, aku sungguh dibuat tak berdaya namun aku merasa ada hasrat yang kuat untuk terus diperlakukan lebih oleh ayah.

Setelah puas menjamah tubuhku oleh tangan dan mulutnya, ayah berdiri lalu melepaskan celana kolornya di sampingku dengan penisnya yang hitam besar berurat. Aku baru ingat dulu pernah sekali mendengar mama meringis saat ayah menyetubuhi mama, "sakit pah!" Ucap mama saat ayah menyetubuhi mama waktu itu.

Kini aku melihat dengan jelas bagaimana penis ayah yang sebenarnya, pantas saja mama merasakan sakit saat disetubuhi ayah, ternyata penis ayah benar-benar seram.

"Sayang, kamu jangan panik atau takut... Ayah tidak akan menyakiti kamu kok... Kamu tinggal ngomong aja kalau terasa sakit ya sayang...?" Kata ayah mengingatkanku.

Aku hanya mengangguk pelan namun agak sedikit khawatir bila penis ayah memasuki tubuhku.

Aku lihat ayah melebarkan kedua kakiku lalu di tekuknya seperti seekor katak yang berenang di sawah.

Sepertinya ayah tidak melakukan seperti biasanya menggesek belahan vaginaku dengan batangnya, tapi sekarang malah mengarahkan ujung penisnya ke lobang vaginaku yang kecil. Aku pasrah saja saat ujung penis ayah mengoles-oles lobang vaginaku ke atas ke bawah sembari ditekannya.

Ssshhh....

Aku merasa penis ayah mulai menyeruak lubang vaginaku, agak sedikit sakit juga ketika kepala penis ayah menekan lobang vaginaku sampai terasa ngilu. Namun aku masih bisa bertahan ketika ayah mulai mendorong penisnya.

Aahhh... Ayaahhh... Sakiitt...!!

Aku sempat melihat hampir kepala penis ayah tenggelam di vaginaku, segera ayah menariknya lalu berusaha menenangkanku dengan mencium keningku.

"Tahan sebentar ya sayang, ayah mencoba agar kepalanya sedikit masuk..." Kata ayah memberitahu ku.

"Pelan-pelan aja ayah... Jangan semuanya dulu... Gak bakalan muat ayah..." Pintaku pada ayah karena bagaimanapun juga aku takut vaginaku rusak karena penis ayah yang seperti gagang pengki yang hitam.

Tanpa membalas ucapanku ayah kembali menekan-nekan penisnya dengan posisi ayah kini menindihku, karena aku merasakan kasih sayang ayah yang mengecup keningku juga perjuangan ayah yang merawat ku. Kalau hanya perih dan sakit sedikit aku hanya diam meskipun meringis menahan sakit dan ngilu, namun karena mengingat usaha ayah dalam merawatku juga kasih sayangnya, aku berusaha mengendalikan diri agar aku merasa nyaman serta menguatkan hati menerima penis ayah di dalam tubuhku. Sebab itulah aku merasa terkesan dengan sikap ayah yang menepati janjinya itu yang berusaha semaksimal mungkin agar aku tidak kesakitan. Hingga tak sengaja ketika ayah menegangkan penisnya dan hendak menekannya pelan malah aku tekan pantat ayah kebawah dengan kedua kakiku dengan kuat. Saat otot vaginaku sedang mengendur juga penis aya yang tegang maksimal itu dibantu penekanan kakiku, menembus selaput daraku.

Preetttt....

Aaahhhh... Aahhh... Aaahhh... Aduuuhh... Ayahhh vagina Andini sakit... Yah...!

Penis ayah tenggelam sampai seperempat dari ukuran penisnya yang aku kira-kira ukurannya 15cm dengan besarnya seukuran gagang pengki tempat sampah itu masuk kedalam vaginaku. Aku merasa ada benda asing berusaha menyeruak masuk membuatku terasa ngilu dan perih..

Tiba-tiba ayah langsung mencabutnya dan terlihat darah segar membalut ujung penis ayah.

"Maafkan ayah sayang... Sakit tidak nak?" Tanya ayah khawatir lalu menunduk melihat keadaan vaginaku yang perih. Melihat perhatian ayah sebenarnya aku merasa sangat senang sekali, padahal itu karena kesalahanku sendiri yang membuat ayah tak sengaja merobek keperawanan ku.

"Sakit yahh... Perih..." Kataku yang membuat ayah merasa bersalah lalu menjilati vaginaku.

"Jangan ayahh iihh jijik ada darahnya..." pintaku pada ayah gak mau melihat ayah melakukan itu. Namun ayah tetap melakukannya tanpa mempedulikan larangan ku.

"Ayah rela melakukan apa saja asal kamu tidak menderita sayang." Ucap ayah lalu menjilati vaginaku yang berdarah.

Melihat kesungguhan ayah yang mengkhawatirkan keadaan ku, aku tidak peduli lagi bila ayah menyetubuhi ku. Aku sangat menyayangi ayahku, kasian ayah tidak memiliki pelampiasan.

Kembali ayah mengarahkan ujung penisnya dengan terlebih dahulu meminta ijin untuk mencoba memasukannya lagi. Aku pun hanya mengangguk memberi kesempatan agar ayah mencoba lagi. Aku berusaha bersikap tenang sesantai mungkin agar otot vaginaku tidak tegang sehingga penis ayah menerobos ke dalam vaginaku tidak begitu sakit.

Sekarang kedua kelamin sudah hampir menyatu dan aku merasakan kembali penis ayah ditekan-tekan agak memaksa sampai lobang vaginaku merenggang berusaha menampung penis ayah yang besar.

"Ughh! Andini anak ayah... Memekmu ohh sempit sekali sayang... Ayah suka....aahhh..." Penis ayah berhasil masuk setengahnya disertai lenguhan ayah yang membuat seisi kamarku diisi lenguhan ayah barusan.

Besarnya penis ayah yang berada didalam vaginaku seperti merobek sesuatu didalamnya, dengan berbarengan aku dan ayah sama-sama mengeluarkan suara kenikmatan dan rasa perih yang membuatku hampir tak kuat. Bagaimana mungkin vaginaku mampu menampung penis ayah sedangkan mama saja merasakan rasa sakit saat disetubuhi ayah. Apakah aku bisa? Apakah aku sanggup menahannya.

Ketika sedang berpikir tentang itu, ayah tiba-tiba memelukku erat lalu menciumku dengan hisapan yang kuat terus dihentakkannya pantat ayah ke bawah sehingga penis ayah terdorong dan tenggelam sempurna didalam vaginaku.

Creekkkk... Mmmhhhh....

Aku mau teriak menahan sakit dan panas di lobang vaginaku sebab ayah membenamkan seluruh penisnya sampai menyentuh mulut rahimku, seakan tubuhku seperti terbelah di masuki benda aneh milik ayah. Namun karena ayah menciumku kuat, aku hanya bisa berteriak tapi hanya didalam mulut saja. Tubuh ayah bergetar karena merasakan lobang vaginaku yang meremas erat penis ayah, aku hanya bisa menangis karena vaginaku terasa sakit dan ngilu.

Aku tidak bisa berkata apa-apa meski ayah sudah melepaskan ciumannya, dan dengan perlahan penis ayah mulai menarik ulur tanpa melepaskannya. Sampai tak terasa hentakan ayah sudah mulai tak beraturan semakin cepat lalu membenamkan penisnya didalam vaginaku disertai aliran hangat mengisi vaginaku.

Setelah puas ayah melepaskan penisnya lalu berbaring disampingku dengan terengah-engah.

"Sayang, tolong rahasiakan kejadian ini ya? Jangan sampai orang lain tahu apa yang sudah ayah lakukan terhadapmu. Maafkan ayah keperawanan kamu ayah ambil. Sekarang dan seterusnya ayah akan tidur sama kamu agar bisa menyetubuhi kamu kapan saja ya sayang??" Ucap ayah disampingku. Aku yang mendengarnya hanya menganggukkan kepala pelan sambil masih menahan rasa perih dan panas di vaginaku.

Aku dan ayah kini sudah terbiasa melakukan persetubuhan selayaknya suami istri kapanpun dan dimana pun tanpa orang lain tahu. Perlahan kedua payudaraku mulai membesar sampai membuat temanku heran karena pertumbuhan payudaraku yang cepat.

Hingga saat ini sejak kejadian itu pertama kali dilakukan, aku masih rutin di setubuhi ayah kapanpun ayah menginginkannya.

***

Aku dan Amira terbengong mendengar kisah cinta Andini dengan ayahnya selama bertahun-tahun. Aku tak habis pikir bagaimana rasanya ngentot memek super sempit sampai mampu menampung ukuran kontol diluar kapasitasnya.

Apa yang diceritakan Andini memang kurang bagus dalam menyampaikannya, namun berhasil membuatku terangsang.

"Andini, boleh aku merasakan jepitan memek kamu? Sebagai balasannya aku akan menolong kamu jika butuh pertolongan?" Bujukku pada Andini karena aku penasaran bagaimana rasa memeknya itu. Amira yang mendengar aku ingin merasakan juga memek milik Andini merasa kurang setuju karena alasan tertentu.

"Kakak..?, Kak Ardi emang gak puas dengan vagina aku dan ibu?" Protes Amira sambil memasang wajah cemberutnya.

"Amira, kakak hanya penasaran aja sama memek Andini, kamu tenang aja. Perasaan kakak sama kamu tidak akan berkurang sayang... Gimana Andini? Boleh gak?" Tanyaku lagi meminta keputusan Andini.

"Kalau Amira membolehkan, Andini setuju aja, kak.." jawab Andini lalu memandang Amira meminta persetujuan.

"Ya sudah..., Kalau kakak penasaran. Tapi jangan lama-lama nanti Amira pengen lagi.." jawab Amira dengan satu syarat itu.

Setelah mendapat persetujuan dari adikku Amira, aku mendekati Andini lalu menyingkapkan celana SMA-nya berikut juga CD nya Andini. Wow! Meski sudah bertahun-tahun disetubuhi ayahnya, vagina Andini masih terlihat bagus dengan kedua bibir memeknya yang gemuk. Bulu-bulunya pun dipangkas habis sampai terlihat memeknya seperti bocah yang belum tumbuh bulu.

Sembari duduk di sofa bersebelahan dengan Amira, kedua kaki Andini ditekuk lalu pantatnya agak maju duduk dipinggiran sofa sehingga menyuguhkan permukaan memeknya yang utuh didepan wajahku. Aku hirup aromanya memang bau memeknya terasa harum vagina asli. Hmmm.. aku suka sekali. Aku perhatikan lobang memek Andini memang sudah agak lebar walau sudah dipakai bertahun-tahun alias dower.

Setelah aku baui aroma memeknya, secara reflek lidahku menjulur lalu menjilati memek Andini dengan rakusnya.

Mmmhhh... Sllrruuppp...

"Gila! Andini. Memek kamu enak banget!" Kataku sembari menikmati memek Andini yang lobangnya kembang kempis.

"Jangankan kak Ardi. Ayahku saja tiap kali aku berangkat dan pulang sekolah salamnya diganti cium vagina Andini. Bukan cium tangan. Malah sering Andini gak jadi berangkat sekolah gara-gara ayah pengen bersetubuh saat itu... Sshhh... Aahh...." Ucap Andini namun terpotong karena aku sengaja menggigit gemas itilnya. Heheee...

Gak mau lama-lama kontolku sudah siap untuk menghajar lobang kenikmatan Andini yang sepertinya sudah licin. Sebelumnya aku minta adikku Amira untuk mengulum kontolku agar semakin licin saat ngentot Andini.

"Sayang, tolong kulum dulu sebentar ya..?" Pintaku pada Amira yang memang sedari tadi memperhatikan aksiku bersama andini. Bagai kucing lapar dikasih ikan, Amira dengan gembiranya segera mengulum kontolku. Aku elus-elus kepala Amira dengan perasaan sayang juga nafsu yang menggebu-gebu, perlakuan sederhana ini tentunya akan membuat Amira merasa keberadaannya dihargai serta memang hubungan terlarang ini mengesampingkan perasaan jijik dan status sosial apalagi agama. Sehingga membuat kami para pelaku incest ada rasa saling keterikatan yang sangat kuat dan takut kehilangan.

"Duh.., kasian adikku sayang. Nanti malam kita ngentot ya sayang... Sekarang kakak pengen nyobain memek temanmu Andini dulu." Kataku pada Amira lalu dibalas anggukan kepala namun tidak melepaskan kontolku dari mulutnya.

Meskipun saat melepaskan kontolku dari mulut Amira agak susah karena selain hisapannya yang kuat sambil menahan pantatku agar tidak menjauh, namun Amira dengan berat hati melepaskannya juga setelah mengatakan janjiku akan menyetubuhinya nanti malam.

Kedua paha Andini masih mengangkang dengan lobang memeknya yang terlihat memerah dan gelap bagian dalamnya, ya kerena mungkin minim penerangan sehingga cahaya tidak masuk ke dalam vaginanya.

"Ayo kak Ardi masukin penisnya..." Pinta Andini dengan senang hati.

"Iya, makasih ya Andini. Kamu mau di entot olehku. Kalau kamu butuh bantuan aku janji akan membantu kamu Andini." Kataku lalu meletakkan ujung rudalku menyentuh lobang memek Andini yang langsung mengecup kepalanya lembut.

Uuugghhh...

Tenggelam lah seluruh batang kemaluanku masuk ke tubuh Andini lewat memeknya.

Wuihh! Enak banget ini memek. Legit menggigit. Pikirku setelah kontolku memasuki memek Andini. Sambil menghentak-hentakkan pantatku, aku memikirkan keberuntungan yang dimiliki ayahnya Andini menyetubuhi memeknya yang masih sangat kecil.

Didalam memeknya seperti ada gerakan-gerakan lembut meremas kontolku disertai suhu yang hangat dimemeknya.

"Memek kamu mantap Andini... Beruntung sekali ayahmu... Aahhh..." Andini menggerakkan otot vaginanya sambil tersenyum manis kepadaku, rupanya dia sengaja memainkan kontolku di dalam.

Ketika sedang enak-enaknya menyetubuhi Andini, ibuku tiba-tiba saja datang masuk ke dalam tanpa aku sadari. Ibu terkejut saat melihat siapa yang aku setubuhi sampai buru-buru menghampiriku.

"Astaga! Ardi. Apa yang kamu lakukan?! Kamu menyetubuhi Andini? Bagaimana kalau dia hamil Ardi?" Ucap ibu sembari memegang pundak ku untuk segera menghentikannya.

"Tidak apa-apa kok Bu. Aku dan Andini saling suka, gak akan hamil." Jawabku menenangkan hati ibu yang khawatir jika anak orang hamil karena perbuatanku.

"Bibi Andini tidak akan hamil kok. Soalnya aku nanti minum pil KB jadi tidak akan hamil.." ucap Andini menimpali

"Yakin tidak akan hamil Andini?" Tanya ibu serius.

"Iyaa bibi... Aahh..."

Aku terus menggenjotnya sampai Andini merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Akhirnya di saksikan Amira juga ibu yang melihatku, Andini berhasil mendapatkan orgasmenya lalu di susul olehku dengan hampir 10 kali semburan sperma di dalam memeknya.

Aaaaaakkkkhhhh... Sssshhhhh...

Crrooott.... Croooottt... Cccrroooottt...!

Banyak sekali tumbahan sperma di dalam lobang vagina Andini, sampai kami merasa lemas setelah melepaskan cairan surga didalam tubuh kami.

Ketika ku cabut banyak sekali sperma berlelehan keluar dari lobang vaginanya Andini. Aku pun langsung memakai celana kembali terus duduk didepan mereka dengan tubuh Andini yang terlihat lemas terengah-engah.

Setelah napas Andini kembali normal, dia langsung memakaikan kembali celana dalamnya tanpa dibersihkan terlebih dahulu lalu melihat ibu dan adikku bergantian.

"Bibi, Amira. Maafkan Andini yang sudah mengijinkan kak Ardi untuk menyetubuhiku. Bukan maksud Andini lancang, tapi karena selain ayah juga kak Ardi belum pernah mengijinkan lelaki lain merasakan kehangatan vaginaku..." Ucap Andini menjelaskan pada ibu dan Amira yang kini berada duduk di kedua sisinya.

Ibu pun mengelus kepalanya Andini lalu berkata dengan lembut, "nak Andini, ibu tidak masalah jika kamu menyukainya juga. Ibu hanya takut kamu hamil dari benih Ardi, nanti bagaimana jika ayahmu tahu kalau kamu dihamili lelaki lain, itu saja." Jawab ibu pada Andini yang mendengarkan dengan hormat.

"Bibi jangan khawatir, aku selalu meminum pil KB untuk mencegah kehamilan. Pasti aman..."

Setelah mendengarkan penjelasan Andini, ibu dan Amira membahas topik lain sambil tertawa bahagia. Lalu tidak berapa lama datanglah ayah seperti biasa membawa banyak makanan.

Sejak Amira mengandung cucunya hasil dari perbuatanku, ayah kini merasa ikut bahagia meskipun sebelumnya murka kepadaku. Kini sikap ayah berubah drastis dari pemarah menjadi ramah kepadaku juga kepada semuanya.

Aku tidak tahu apakah ini efek dari jampi-jampi Bu Yati atau murni dari sayangnya seorang ayah.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd