Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Bimabet
terima kasih update lanjutannya hu, semoga chapter berikutnya ada ekse mama :pantat:
 
Sempet menduga klo arya yg jadi dalang semuanya, karna dia merasa tersisihkan oleh bayu
Eh ternyata bener
 
Hmmmm cukup complicated ya, hu. Tapi sebelumnya mon maap klo mengacaukan mood setelah baca part barusan, klo boleh request sex story sama ummi dong hu. Hehe 🙏🙏
 
Pertamax suhu gk ada Ekse nya jdi puasa nya gk ke goda wkwk
Lahiya kalo bacanya yang last part doang, kalo abis baca last part kepancing baca2 part yang lain gimana hayo wkwkwk
terima kasih update lanjutannya hu, semoga chapter berikutnya ada ekse mama :pantat:
Hmmmm cukup complicated ya, hu. Tapi sebelumnya mon maap klo mengacaukan mood setelah baca part barusan, klo boleh request sex story sama ummi dong hu. Hehe 🙏🙏
Seperti yang pernah ane bilang sebelumnya, ane kadang masukkin sex sama siapanya asal aja selama masih masuk ke jalan cerita, dan berhubung sebelumnya juga ane udah sampein kalo last part ini bakal lebih fokus ke cerita daripada ke sex nya, ane jujur masih susah buat masukkin sex kedalem updatenya, let alone milih siapa yang bakal terlibat, so... Sorry to let you guys down :((

Anyways, jika ngga ada kendala, next update bakal ane up setelah buka puasa, semoga selalu setia menunggu dan semoga tetap lancar puasanya bagi yang menjalankan :Peace:
 
Lahiya kalo bacanya yang last part doang, kalo abis baca last part kepancing baca2 part yang lain gimana hayo wkwkwk


Seperti yang pernah ane bilang sebelumnya, ane kadang masukkin sex sama siapanya asal aja selama masih masuk ke jalan cerita, dan berhubung sebelumnya juga ane udah sampein kalo last part ini bakal lebih fokus ke cerita daripada ke sex nya, ane jujur masih susah buat masukkin sex kedalem updatenya, let alone milih siapa yang bakal terlibat, so... Sorry to let you guys down :((

Anyways, jika ngga ada kendala, next update bakal ane up setelah buka puasa, semoga selalu setia menunggu dan semoga tetap lancar puasanya bagi yang menjalankan :Peace:
Okree suhuu ditunggu next updatenya
 
Dibanding dibilang tulus atau baik si abbi lebih ke egois sih, tapi justru ini lebih real sikapnya...emang kebanyakan manusia egois
 
Awal mula arya ngewe hani dan dijadiin budak, bakal ada pov.nya gk nih hu😁😁
 
Ekse sama Bella yg pas di hotel kmren seru hu dengan Bella lupa pkek bra nya jdi dek dek gimn gtu wkwk
jdi kepo si Bella di kantor dinsadarin gk ya gk pkek bra wkkw
ya kli aja Hani lgi kangen kan hu setelah isap2 jdi ksihan SM Bayu wkwk
 
Part yang di tunggu tunggu.
Thanks buat TS

Akankah bayu ngasih pelajaran ke rafael juga?
 
-End of the Road-

Hani


Bella


Ina


=====

"Eh, eh, kalian kesinian sedikit dongg"

"Yaampun, ini udah berlebihann asli"

"Udahh ih kan jarang-jarang bisa begini"

"Tauu kamu mah"

"Iya dehh iyaa"

"Ayoo dong say cheeseee"

*Cekrek...*

Lagi-lagi, Sindy mengambilkan foto untukku dan Hani. Entah sudah berapa kali dia mengambil foto ini, namun melihat Hani yang terlihat bahagia seperti ini, aku pasrah saja.

"Gimana? Udah bagus foto yang ini?" Tanyaku ke Sindy.

"Udah kok, Bay, mau gimana juga kalo fotonya jelek pasti gara-gara kamu, bukan Hani" Ledek Sindy kepadaku yang membuat kami semua tertawa.

-----

Kini, semua beban yang kurasakan sudah seperti hilang terbawa angin. Kondisi Hani semakin lama sudah semakin membaik, dan gejala panic attack-nya pun juga sudah nyaris tidak pernah kambuh.

Pertemuan Abbi dengan mas Surya pun juga membuahkan hasil. Akhirnya, demi menghentikan semua dendam yang ada, Abbi memutuskan untuk bertanggungjawab atas segala yang sudah Arya lakukan. Dimulai dari keluargaku yang sempat dihantui oleh ketakutan yang mendalam dengan mengganti rugi semua kerusakan yang sudah Arya perbuat.

Abbi pun juga bertemu dengan keluarga Alm. Dimas. Tentu saja mereka sangat marah kepada Abbi karena Arya juga sudah membunuh anak dari kedua pasangan ini, dan meski terdapat perselisihan yang cukup panjang, Abbi pun juga akhirnya memberanikan diri untuk bertanggungjawab untuk membiayai biaya pendidikan kedua adik dari Alm. Dimas sendiri ini.

Terakhir, Abbi juga memberikan sejumlah uang kepada pihak hotel yang sudah Arya gunakan untuk melakukan aksinya, dan dari yang kudengar, pemberian Abbi menyelamatkan hotel itu dari kebangkrutan. Intinya, Abbi benar-benar bersungguh-sungguh untuk menghentikan lingkaran kebencian yang ada ini.

Selain itu, aku juga sudah memutuskan untuk kembali bekerja di tim sepakbola. Dengan bantuan pak Ben, aku akan direkomendasikan ke tim lama pak Ben, Legia Warzawa di Polandia, dan sekarang, pak Ben masih terus membujuk pihak klub untuk menarikku.

Aku juga memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen yang sama dengan yang Rama tinggali sekarang. Di umurku yang sudah seperempat abad ini, aku juga ingin untuk bisa hidup sendiri, dan Ayah juga benar-benar mendukung keputusanku, dan rencananya, di apartemen ini lah aku akan menikmati masa-masa awal pernikahanku dengan Hani, meski aku masih belum berpikir untuk meneruskannya ke tahap tersebut.

------

"Hahahaha, parah banget kamu, Sin, ih, kalo Adi aku katain begitu juga pasti kamu marah" Balik canda Hani.

"Lah aku mah emang udah tau kalo Adi jelek, iya ngga, Di?" Ledek Sindy kepada calon suaminya sendiri.

"Ah udah no comment dah" Jawab Adi sewot yang membuat kami semua tertawa.

Saat ini, aku, Adi, Rama, Andre, Hani, Bella, Sindy, dan Ina sedang berada di amusement park yang berada di utara ibukota ini. Aku mengajak mereka semua juga karena aku ingin Hani bisa bersenang-senang bersama dengan teman-temannya, setelah cukup lama Hani sendirian.

"Yaudah, ini udah mau malem juga, balik sekarang aja yok" Ajak Rama berhubung hari juga sudah mulai gelap.

"Yaelah, buru-buru banget lu, masih takut dicariin emak?" Ledek Adi yang kembali membuat kami semua tertawa.

"Tai, lu mah enak weekend libur, gua kerja kagak ada liburnya pisan" Jawab Rama sewot, dan selagi mereka tertawa, aku yang sedari tadi sedang merangkul Hani pun bertanya kepasanya.

"Kamu gimana? Kamu mau pulang sekarang?" Tanyaku ke Hani.

"Nggak, sih, tapi aku pengen makan dulu" Jawabnya.

"Woy, ibu bos mau makan dulu nih sebelum balik!" Teriakku ke mereka yang membuat Hani kesal.

"Ih, kamu tuh harus banget teriak apa?" Ucapnya kesal.

"Loh, kan ini faktual tau" Jawabku sambil mencubit-cubit pipinya.

"Ihhh udahhh, Bayuuuu" Ucapnya kesal yang malah membuatku makin gemas.

Akhirnya, setelah debat yang cukup panjang, kami memutuskan untuk pergi keluar, dan kami memutuskan untuk makan bersama di sebuah restoran Pizza.

Tak banyak hal yang kami lakukan, hanya mengobrol-ngobrol santai, dan kami juga sedikit mem-bully Ina yang merupakan 'anak baru' di kalangan kami. Yah untungnya juga Ina merupakan anak yang supel, jadi tak perlu waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan gaya bercandaku, Rama, Adi, dan Andre yang kadang suka kelewat batas.

Di saat seperti ini, aku juga selalu memerhatikan kondisi Hani. Hani pelan-pelan mulai bisa kembali menjadi perempuan yang riang dan memberi atmosfer positif diantara kita. Tentu tak hanya aku juga yang menyadari ini, tapi yang lain juga yang tahu terkait kejadian 'itu' juga sangat senang melihat kondisi Hani yang seperti ini.

-----

Singkat cerita, kami sudah selesai makan, dan kami memutuskan untuk pulang. Kami semua berpisah karena Bella menginap dengan Andre, Adi harus mengantar Sindy pulang ke kost-an nya, dan aku, Rama, dan Ina yang semobil harus mengantar Hani pulang dulu.

Kami semua pun berpisah di luar restoran, namun saat aku baru mau memasuki mobil, aku tidak melihat adanya Hani di dekat mobilku. Seketika pun aku langsung mencarinya, dan aku melihat Hani yang baru beranjak dari pintu keluar sedang menenteng seloyang pizza.

"Loh, buat siapa?" Tanyaku ke Hani.

"Buat Arya, dia suka banget pizza ini soalnya" Jawabnya yang membuatku terdiam.

Rencana Abbi berjalan dengan lancar, hingga sampai sekarang Hani pun bahkan belum tau kalau Arya menjadi dalang dibalik ini semua. Hani juga terlihat begitu memerhatikan adiknya, yang membuatku makin merasa bingung apakah aku harus berterus terang kalau adiknya sendiri yang sudah menyakitinya.

"Kasian aku ngeliat Arya dikurung gitu dihukum sama Abbi, bahkan aku aja sampe sekarang nggak tau alesannya apa" Jelasnya.

"Sayang, aku pengen banget ngomong ini semua ke kamu, cuma aku nggak mau juga kalo aku harus ngorbanin kebahagiaan kamu, maaf aku nggak bisa ngomongin ini sekarang" Ucapku dalam hati selagi aku termenung.

Sepertinya cukup lama aku terdiam, dan akhirnya Rama yang kesal pun langsung memecahkan lamunanku.

"Woy, bego, buruan udah malem ini" Ucap Rama memecahkan lamunanku.

"Oh iya, ayo dah jalan" Jawabku, dan kami pun beranjak jalan.

Di jalan juga, kami mengobrol banyak. Kami membercandakan apa saja yang bisa membuat kami tertawa, dan kadang kami juga saling mengejek satu sama lain. Sehingga perjalanan yang panjang ini tak terasa dan kini kami sudah sampai di rumah Hani.

"Loh, Abbi sama Ummi lagi nggak ada, sayang?" Tanyaku ke Hani melihat tidak ada salah satu mobil Abbi.

"Iyaa, Abbi sama Ummi katanya mau ketemu klien, malem ini juga udah jalan pulang, sih" Jawabnya, dan setelah memarkirkan mobilku, aku dan Hani langsung turun dari mobil.

Baru ketika aku turun dari mobil pula, mang Ucup pun langsung membukakan pintu pagar menyambut kami.

"Ehh neng Hani, mas Bayu, udah pulang?" Tanyanya.

"Iya nih mang, untung nggak macet juga jalannya" Jelasku.

"Ihh ini neng Hani teh bawa pizza buat mang Ucup?" Tanya mang Ucup melihat Hani membawa pizza.

"Bukan mangg, ini buat Arya" Jelasnya, dan mendengar kata Arya, mang Ucup langsung menatap kearahku dengan raut kebingungan, namun aku hanya memberi kode untuk tetap tenang.

"Sebenernya aku juga kasian sama dia, aku aja bahkan ampe sekarang nggak tau apa alesan Abbi ngehukum Arya sampe separah itu" Lanjut Hani, namun kami kembali terdiam.

"Emang sebenernya ada apa, sih?" Tanya Hani, dan dengan cepat, sesuai instruksi Abbi, aku langsung berpura-pura tidak tahu.

"Aku juga kurang tau, sih, emang Abbi nggak ngasih tau kamu?" Balik tanyaku.

"Yah, kata Abbi sih, masalah laki-laki, jadi kata Abbi aku lebih baik nggak ikut campur," Jelasnya menceritakan kebohongan Abbi

"Yah, begitulah, tapi aku kasian banget ngeliat dia harus dikurung di gudang gitu, pasti kan kondisi psikologisnya juga nggak bakal baik-baik aja" Lanjut Hani.

"Yah, intinya gitu deh, ayo kamu mau ikut ngasih pizza nya ke Arya atau nggak?" Kembali tanya Hani.

"Nggak deh, kamu kasih ke Arya dulu ajaa, aku tunggu disini" Jawabku, dan Hani pun langsung menurut, dan bersamaan dengan Hani memasuki rumah, Rama menghampiriku dan mang Ucup.

"Mang, gimana kondisi Arya?" Tanyaku ke mang Ucup yang memegang penuh pengawasan Arya.

"Wah, mas Arya teh bener-bener patuh, mas, mas Arya teh juga nggak pernah ngelawan kalo disuruh-suruh mah" Jelas mang Ucup.

-----

Sebagai hukuman atas apa yang sudah Arya lakukan, Abbi memindahkan ruang tidur Arya ke gudang yang berada di dekat kolam renang dan kamar Arya yang kuhancurkan kala itu dialihfungsikan menjadi gudang.

Arya juga harus mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di rumah Hani yang besar. Dimulai dari mencuci piring, menguras kolam, mengurusi tanaman, mencuci mobil, dan lain-lain.

Selain itu, Arya juga tidak diperbolehkan terhubung dengan dunia luar. Arya tidak boleh menggunakan gadget, TV, dan bahkan Arya juga tidak boleh mendengarkan radio atau membaca koran. Kemudian, jika Abbi dan Ummi sedang tidak ada dirumah, Arya akan kembali dikurung di dalam gudang itu sampai mereka berdua pulang, dimana urusan makanan bisa diberi melewati lubang yang Ucup buat.

Pada ujungnya, Arya tetap diperlakukan seperti di penjara, tapi, dengan begini Abbi bisa memastikan keamanan anaknya.

------

"Emang jadinya Arya dihukum gimana sama Abbi?" Tanya Rama kepadaku dan mang Ucup.

"Ya gitu, Ram, kaya dikurung gitu sih jatohnya, kayak ditahan dalem ruangan" Jelasku.

"Lah kalo gitu sama aja kayak dipenjara, dong? Kenapa nggak dipenjara aja sekalian?" Kembali tanya Rama.

"Yah, kata Abbi sih, Abbi cuma mau mastiin anaknya nggak bakal kenapa-napa, apalagi lu tau kan catetan kriminalnya Arya gimana, baru sehari aja udah bisa dipukulin sama yang udah senior di dalem penjara dia" Jelasku mengenai mengapa Abbi tidak memasukkan Arya ke penjara.

"Yah, nggak asik, ah" Canda Rama.

"Ohiya, mas Bayu, ikut saya ke pos satpam yu mas" Ajak mang Ucup, dan bersama dengan Rama, aku mengikutinya.

Di dalam posnya, terdapat sebuah TV, dimana TV itu menyambung ke sebuah CCTV, dan CCTV tersebut merupakan CCTV yang berada di kamar Arya.

"Ini, mas, pantau mas Arya dulu, takutnya teh, malah berontak" Jelas mang Ucup.

Dari TV ini, aku melihat Arya yang sedang duduk terdiam hanya menatap ke tembok selagi tangannya memegang kepalanya. Arya benar-benar terlihat sangat murung, namun, dia pantas menerima ini semua.

Tak lama kemudian, terlihat lubang yang berada di tembok dibuka, dan langsung terlihat seseorang memasukkan piring ke lubang itu, dan piring itu diisikan oleh seloyang pizza. Berarti orang itu adalah Hani.

Hani juga terlihat berusaha melihat ke Arya dari lubang itu, dan meski aku tidak bisa mendengarkan dari sini, aku tahu saat ini Hani sedang berusaha untuk mengajak Arya mengobrol. Namun, Arya tidak menjawab sedikitpun perkataan Hani. Cukup lama Hani berusaha mengajak adiknya berbicara, namun akhirnya Hani menyerah, dan Hani kembali menutup lubang yang menghubungkan dirinya dengan adiknya.

Namun, tak lama setelah Hani pergi meninggalkan Arya, tiba-tiba, Arya terlihat memukuli tembok dengan sangat agresif berkali-kali, dan tak lama setelah itu, Arya berhenti, dan tiba-tiba Arya terlihat menangis.

"Mas Bayu, mas Arya teh selalu begitu kalo abis ketemu sama neng Hani, mas" Jelas mang Ucup.

Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, entah rasa bersalah yang benar-benar besar, kemarahan atas rencananya yang gagal, atau mungkin malah psikologisnya yang mulai buruk karena harus dikurung seperti ini.

Namun, bagi Abbi, hanya ini cara yang bisa menunjukkan betapa salahnya perbuatan Arya, dengan tetap menjaminkan keselamatannya.

Tak lama kemudian pun, Hani kembali keluar, dan terlihat matanya yang begitu berkaca-kaca, dan ketika Hani melihatku pun, Hani langsung berlari memelukku.

"Loh, kenapa, Han?" Tanyaku terkejut.

"Hikss... Hiksss... Aku nggak tegaa... Ngeliat Arya kayak gitu... Hiksss.. Hiksss..." Ucapnya yang tiba-tiba menangis.

"Hikss... Hiksss... Emang Arya salah apaa... Sampe dia harus dihukum kayak gitu sama Abbi... Hikss... Hiksss..." Lanjutnya yang masih memelukku.

Selagi Hani memelukku pun, aku, Rama, dan mang Ucup saling menatap, bingung apa yang harus kita lakukan, namun aku dengan cepat langsung berimprovisasi.

"Yah... Kalo Abbi tega merlakuin Arya sekejam ini, berarti apa yang Arya lakuin udah parah banget, kan?" Tanyaku ke Hani.

"Udah, it's okay, semuanya pasti ada alesannya kok" Jelasku ke Hani sembari mengelus-elus kepalanya, dan Hani yang mulai tenang kini melepaskan pelukannya.

"Yah, mungkin aku nanti mau nyoba ngomong ke Abbi, kasian juga Arya kalo harus dikurung kayak begitu" Ucap Hani.

"Yaudah kalo gitu, kamu mau langsung pulang?" Kembali tanya Hani.

"Iya, aku juga perlu nganter Ina pulang dulu sama Rama" Jelasku.

"Oooh oke kalo gitu, yaudah aku masuk duluan yaa" Balas Hani.

"Iyaa, aku pulang ya"

"Iyaa sayang, hati-hati di jalan, okay?"

Setelah itu, Hani pun kembali masuk kedalam rumahnya, sementara aku memastikan Hani sudah masuk kedalam rumahnya terlebih dahulu.

"Hani belom tau, Bay?" Tanya Rama kepadaku.

"Kalo gua cerita ke Hani, lu bayangin bakal seberapa terpukulnya dia, Ram, lu liat kan tadi gimana dia khawatir banget sama adeknya?" Balik tanyaku.

"Tapi mau sampe kapan lu sama bokapnya Hani nutupin ini dari dia?" Balas Rama kembali bertanya.

"Well I don't know, gua cuma nurutin perintah dari Abbi doang" Jawabku.

"Terus, apa udah ketemu semua siapa yang udah kerjasama sama Arya?" Ucap Rama lagi-lagi bertanya.

"Kata Abbi udah biar itu urusan Abbi sama mas Surya, amanah Abbi sekarang cuma nyuruh gua jagain Hani sampe dia sembuh total" Jawabku, dan Rama hanya mengangguk paham.

"Bentar ya, Ram, gua pengen coba ngeliat keadaan Arya dulu" Ucapku ingin mengecek keadaan Arya, namun Rama bersikeras untuk ikut.

"Gua ikut, bahaya kalo lu ditinggal sendirian" Ucapnya yang kubiarkan, dan melewati samping rumah, kami beranjak ke gudang di samping kolam renang ini.

Gudangnya begitu kecil, mungkin hanya sekitar 2x4 m, yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kamar Arya yang sebelumnya. Selain itu juga, meski terdapat banyak sirkulasi udara, semua itu terdapat di atas-atas tembok sehingga yang menghubungkan Arya dengan dunia luar hanyalah sebuah lubang untuk memberi makanan.

Aku dan Rama pun langsung beranjak kesitu, dan setelah membuka lubang itu, aku melihat Arya yang masih menangis terisak.

"Ya, ini gua, Bayu" Ucapku memanggilnya, dan mendengar suaraku, Arya berhenti menangis, meski masih tidak mau melihat kearahku dan Rama.

"Kak Hani pasti belom tau tentang ini semua, kan?" Tanya Arya yang sudah berhenti menangis.

"Belom, gua sama Abbi udah sepakat buat ngerahasiain ini dari dia, demi kebaikan Hani juga" Jelasku.

"Hani bener-bener sayang sama lu, bro, nggak nyangka gua ternyata elu yang udah ngelakuin ini semua" Sambung Rama.

Ucapan Rama membuat Arya kembali terdiam, dan Arya pun juga masih tidak mau melihat kearah kami berdua.

"Gimana, Ya? Sekarang lu paham kan apa yang kakak lu rasain? Harus terkurung nggak terhubung dengan dunia luar" Kembali tanyaku, namun tidak Arya jawab.

"Percayalah, gua sebenernya masih nggak puas ngeliat lu yang masih aman di bawah naungan Abbi gini, gua ingin lu harus tanggungjawab-in apa yang udah lu lakuin," Lanjutku.

"Tapi setidaknya dengan cara ini, Abbi berharap lu bisa jera, dan lu bisa ngebuang kebencian lu ke keluarga lu sendiri dengan nggak ngebuang lu ke penjara" Jelasku, dan penjelasanku akhirnya membuat Arya menoleh kepadaku.

"Bay, dengerin gua, please lu berhenti ngebahas itu" Ucap Arya.

"Banyak hal yang gak lu ketahuin di luar sana, dan ketika waktunya tiba, entah dari gua atau dari diri lu sendiri, lu akan tau kenapa gua ngelakuin ini semua," Jelas Arya.

"Tapi, sekarang gua lega, karena semuanya sudah selesai" Lanjutnya.

"Ya, gua paham kok kenapa lu ngelakuin itu, believe it or not, kita pernah punya masalah yang sama," Jawabku.

"Kita sama-sama pernah ditolak mentah-mentah impiannya oleh kedua orangtua kita sendiri, tapi bedanya gua punya alternatif lain untuk bisa nyentuh impian gua" Jelasku.

"Tapi gua lega, karena hukuman Abbi ini perlahan ngebuat lu sadar, meski baru sebulan semenjak Abbi mulai ngehukum lu" Lanjutku menjelaskan, dan Arya pun terlihat tersenyum sebelum kembali membuang muka.

"Ya, inget, gua masih marah atau bahkan benci sama lu, tapi gua juga udah nggak dendam sama lu, dan gua harap lu bisa ngebuang dendam lu juga" Ucapku mengakhiri pembicaraan kami, dan setelah itu, aku menutup kembali lubang ini.

Setelah lubang ini tertutup, aku langsung kembali mengunci lubang ini dengan gembok, dan kami berdua langsung beranjak pergi.

"Gila, Bay, nggak nyangka gua adeknya sendiri yang ngelakuin ini, padahal keliatannya juga kek anak baik-baik dah" Ucap Rama.

"Iya, Ram, gua juga kaget, tapi kalo anak baik-baik kayak dia aja udah sampe segila itu, bayangin segimana terpukulnya dia sampe rela ngelakuin semua ini" Jawabku, dan setelah itu kami kembali beranjak ke pos satpam, dan setelah berpamitan dengan mang Ucup, kami segera memasuki mobilku.

"Lama banget kalian, ngapain dulu?" Tanya Ina.

"Kompleks dah pokoknya" Jawab Rama, dan setelah kami menyalakan mesin, Rama yang bergantian menyetir mobilku sekarang melihat ke sesuatu.

"Ngeliatin ape, lu?" Tanyaku.

"Itu, Bay, asli tuh mobil keren banget classic gitu" Jawab Rama menunjuk sebuah mobil VW K*mbi di ujung jalan.

"Kenapa, mau kamu, Ram? Tanya aja ke orangnya mau dibayarin atau ngga" Tanya Ina.

"Pengen, cuma orang sekarang mah udah pada ngerti barang-barang klasik, harganya pasti bisa di-selangit-in" Jawab Rama.

"Yaudah, ayo, udah malem, jalan ayo" Ucapku ke Rama, dan Rama langsung menancapkan gasnya.

Namun, baru ketika ingin belok keluar gang, Rama melihat kearah indikator bensin dan melihat bensin mobilku yang sudah mengedip.

"Eh, Bay, isi bensin dulu, ya, ngedip ini" Ujar Rama.

"Yaudah, kan keluar gang ada pom bensin, isi disana dulu aja" Jawabku, dan Rama pun mengangguk paham.

Kami pun sampai di pom bensin, dan baru ketika kami berhenti, Ina langsung beranjak keluar dari mobil.

"Na, kemana lu?" Tanyaku.

"Ke toilet bentar, kak, udah nggak tahan gue" Jawabnya, dan kami hanya mengiyakan.

Tak butuh waktu lama untuk kami selesai mengisi bensin, namun berhubung Ina yang belum selesai di toilet juga, kami memutuskan untuk memarkirkan mobilku dulu.

"Eh, Bay, bentar deh gua mau ke mart dulu, mau beli rokok bentar" Ucap Rama.

"Yaudah, gua nunggu sini aja ya"

Rama pun kemudian beranjak pergi, dan disaat yang bersamaan, Ina datang menghampiriku.

"Loh, Rama kemana?" Tanyanya.

"Beli rokok katanya" Jawabku singkat, dan Ina hanya mengangguk paham sembari ikut menyandar di mobil di sampingku.

"Kak Hani cakep banget, dah" Ucapnya out of nowhere yang mengejutkanku dan membuatku tertawa.

"Hahahaha, kenapa, insecure lu?" Tanyaku.

"Iya lah, jelas, kak Hani kaya, cantik, baik, semua cewek juga pasti insecure banget ngeliat dia" Jelas Ina.

"Gua juga jadi mikir kak, apa iya ada orang setega itu sampe bisa ngejahatin dia" Lanjut Ina yang menghentikan tawaanku.

"Yah, namanya hidup, pasti ada aja masalah, Na" Jawabku.

Baru kami selesai mengobrol, tiba-tiba, dering hapeku berbunyi, dan aku melihat ada orang yang tidak di dalam kontakku meneleponku.

"Eh, bentar, Na, ada yang nelfon" Ucapku sembari berjalan menjauhi Ina.

"Halo, ini siapa, ya?" Sapaku menanyakan siapa ini.

"Bayu.... Bayu.... Bayu..." Ucap orang misterius ini dengan nada yang cukup berat.

Siapa orang ini?

"Maaf, ini siapa?" Kembali tanyaku.

"Bayu... Bayu... Gimana? Apa lu udah seneng, ketika semua masalah lu udah selesai?" Balik tanyanya yang membuat diriku tersentak kaku.

Siapa dia? Bagaimana dia bisa tahu kalau saat ini aku memiliki banyak masalah yang baru saja kuselesaikan?

Apa jangan-jangan...

"Apa kalian anak buah Arya?" Tanyaku.

Pasti ini mereka, dua orang yang selama ini masih on the run. Entah bagaimana caranya Arya bisa masih melakukan komunikasi dengan mereka, tapi sepertinya, Arya memang masih ingin terus melakukan rencananya.

"Bayu... Bayu... Apa lu pikir, ketika semua pion sudah habis, permainan catur itu akan berakhir?"

*DEGGG....*

Jangan-jangan... Selama ini....

"Permainan itu akan terus berlanjut, dan setelah pion-pion itu habis termakan, para raja dan menteri-menterinya yang akan bergerak untuk mengalahkan musuh" Kembali ucap orang itu.


Berarti... Selama ini... Arya hanyalah menjadi orang suruhan mereka, dan Arya bukanlah dalang dibalik semua ini, dan Arya juga yang menjadi lapisan terdepan untuk melindungi mereka?


"What do you want?" Tanyaku ke mereka.


"You to suffer"


*DEGGG...*


"Selama ini, lu udah selalu berputar keliling dunia untuk mencari pion-pion yang selama ini lu cari, dan lu bahkan nggak aware apa yang ada di dekat lu selama ini, sampe lu nggak tau, ada pion musuh yang ada di deket lu" Jelasnya, dan seketika, aku mulai panik, dan aku benar-benar gelisah melihat ke sana-sini.


Rama pun dari kejauhan melihatku yang gelisah ini, dan Rama langsung berlari menghampiriku. Ina pun juga ikut datang kepadaku untuk memerhatikan kondisiku.


"Bay, kenapa, Bay?!" Tanya Rama yang berlari menghampiriku.


"Kak Bayu, lu nggak papa, kan?!" Tanya Ina yang juga mendatangiku.


Aku tidak tahu harus melakukan apa, dan aku hanya membalas pertanyaan mereka dengan menyalakan speakerphone-ku.


"Dan lu juga perlu tau, Bay, ketika pion sudah mencapai daerah musuh, pion itu akan naik pangkat, dan bisa berubah menjadi petinggi yang selama ini dia lindungi" Ucap orang itu, dan perkataan itu benar-benar memberi goosebumps kepadaku, Rama dan juga Ina.


Tunggu, tunggu.... Apa maksudnya?


"Dan ketika pion itu sudah tidak ada gunanya, pemain nggak akan sungkan untuk numbalin pion yang sudah berubah itu" Jelasnya.


BERARTI... SEKARANG TUJUAN MEREKA ADA DI....


"Anyway, nice house" Kembali ucapnya, dan terdengar suara notifikasi dari Whats*pp-ku.


Tanpa mematikan teleponnya pun, aku langsung membuka hapeku, dan aku melihat nomor orang asing mengirimkanku sebuah foto, dan ketika aku melihat foto itu... Jantungku rasanya seperti berhenti.


Foto ini... Rumah ini... INI KAN RUMAH HANI?!?!


"Skakmat" Kembali ucapnya sementara aku, Rama, dan Ina benar-benar terkejut setengah mati.


"WOY, KALO SAMPE LU BERANI NYENTUH HANI ATAU ARYA SEDIKITTT AJA, GUA B--" teriakku, namun dia kembali memotong ucapanku.


"Lu mau apa? Apa lu seyakin itu kalo lu bisa ngejar kita?" Kembali tanyanya yang membuatku terdiam.


"Face it, Bay, mau sejauh apapun lu mengambil langkah, kita akan selalu berada di depan lu..." Lanjutnya.


Aku benar-benar frustasi, aku tidak tahu harus mengambil langkah apa lagi, aku terus berputar melihat kearah sekitar, sampai...


..... Aku melihat, ada sesosok orang, menggunakan pakaian serba hitam, dan juga mengenakan topeng pegulat yang menutupi seluruh wajahnya kecuali mata, hidung dan mulut, sedang menatap kearahku sembari menaruh hape disamping telinganya di seberang jalan.


"..... Jauhhh di depan lu"


"BAY, BAY, BAY, MOBIL ITU KAN..." Ucap Rama yang juga menyadari kemana aku melihat, dan dia juga menunjukkan jarinya kearah sesuatu.


"BAY, ITU KAN MOBIL YANG TADI!!" teriak Rama, dan aku langsung melihat disamping orang itu, terlihat mobil VW yang Rama idamkan tadi.


"BANGSATTT!!" teriakku yang langsung mematikan teleponnya, dan aku langsung berlari mengejar mereka.


Namun, ketika aku makin mendekat, setelah juga dilalui oleh berbagai kendaraan lainnya, mobil itu sudah tidak ada, bersama dengan orang itu.


"RAMA, RAMA!!" teriakku ke Rama.


"KEJAR MOBIL TADI, JANGAN SAMPE DIA LOLOS!!"


"Kenapa, Bay?!" Tanya Rama yang sama paniknya denganku.


"KITA DIJEBAK!! ARYA BUKAN PELAKU UTAMANYA SELAMA INI!!" jelasku.


"UDAH! TADI MOBILNYA NGEHADEP KE ARAH SANA, LU CARI MOBIL ITU, KEJAR DIA, GUA NYUSUL" teriakku.


"LU MAU KEMANA DULU?!" Tanya Rama.


"GUA PERLU MASTIIN DI RUMAH HANI DULU, BISA JADI TADI CUMA GERTAKAN" jelasku, dan Rama dan Ina langsung paham, dan mereka segera memasuki mobilku, sementara aku langsung berlari secepat yang kubisa menuju ke rumah Hani.


Tidak, tidak mungkin, tidak boleh, tidak bisa. Aku harus bisa menemukan siapa dalang dari semua ini, dengan tetap melindungi Hani dan juga Arya. Aku berlari sekuat tenagaku dan secepat yang kubisa, dan ketika dari kejauhan aku bisa melihat kondisi rumah Hani....... Aku terlambat.


Rumah Hani sudah terlihat sangat kacau. Bahkan baru dari depannya saja, sudah menandakan sesuatu sudah terjadi. Aku kalah cepat, dan mereka berhasil mempermainkanku.


"BANGSATT!!!!"


Aku terus berlari, dan ketika aku sampai di depan rumah Hani, aku benar-benar tersentak kaget. Aku melihat mang Ucup yang sudah babak belur sedang mengerang kesakitan dan terbaring di lantai. Mereka sudah bisa memasuki rumah Hani.


"Mang Ucup!!" Teriakku sembari berlari ke mang Ucup.


"Mang Ucup nggak papa?!" Tanyaku sembari membantunya bangkit.


"Mas... Mas Bayu... Tadi teh... Ada yang masuk kesini mas... Mereka... Bawa neng Hani sama mas Arya, mas!!" Jelas mang Ucup.


"ARRGHHHH!!! KITA KECOLONGAN LAGI, BANGSATT!!" teriakku begitu frustasi.


Kini, Hani sudah dibawa oleh mereka, dan entah apakah Rama bisa mengejar mereka, semuanya kini tergantung oleh Rama.


"Mang Ucup kok bisa kelepasan mereka?!" Tanyaku ke mang Ucup.


"Mas Bayu... Mang Ucup tadi teh... Lagi muter... Pas mang Ucup balik... Mereka udah ngebawa neng Hani sama mas Arya, mas..." Jelasnya.


"Tadi teh... Mang Ucup udah coba lawan mereka pake silat sakti mang Ucup... Tapi mang Ucup kalah, mas Bayu..." Lanjutnya.


"Aduhhh, terus apa Arya juga ikut mukulin mang Ucup juga?" Tanyaku.


"Nggak, mas Bayu, malah mereka teh ngiket tangan mas Arya, neng Hani juga teh digendong sama mereka, mas" Jelas mang Ucup.


"Aduhhh, yaudah deh, aku boleh minjem motor mang Ucup? Aku perlu ngejar VW yang udah ngebawa Hani sama Arya" Balasku, namun mang Ucup terlihat seperti terkejut.


"Loh, mereka nggak kabur pake VW, mas, mereka kabur bawa mobilnya Abbi" Jelas mang Ucup, dan aku langsung melihat ke arah carport, dan aku baru sadar hanya tersisa mobil Ummi sementara mobil double cabin milik Abbi sudah tidak ada.


Berarti... Ini jebakan.


"OH, SHITTT!!!"


Akupun dengan cepat langsung kembali mengeluarkan hapeku, dan aku langsung menghubungi Rama.


Apa jangan-jangan... Ini yang Arya maksud sebagai 'semuanya sudah selesai'?


"Halo, Bay?! Bay kita kelepasan mobilnya, Bay! Mobilnya udah ilang nggak tau kemana!" Ucap Rama yang sudah mengangkat teleponku.


"RAM, MOBIL ITU JEBAKAN, RAM!! HANI SAMA ARYA NGGAK ADA DISITU, MEREKA KABUR BAWA MOBIL ABBI!!" Teriakku memberitahu Rama lewat telepon.


"ANJING, KITA KECOLONGAN?! TERUS GIMANA CARANYA KITA BISA NYARI DIMANA MOBILNYA?!" balas teriak Rama.


"Aduh, sumpah, gua juga bingung harus gimana, Ram" Jawabku begitu frustasi, mereka tidak meninggalkan jejak sama sekali pula.


"Umm... Anu... Mas Bayu..." Ucap mang Ucup yang kini sudah berdiri.


"Tadi teh... Mang Ucup udah ngelempar hape mang Ucup ke bok belakang mobil Abbi... Jadi mang Ucup mikirnya kalo mang Ucup nggak kuat ngejar, mereka kemananya teh, masih bisa ketauan" Jelas mang Ucup.


"Alhamdulillah! Ram, Ram, udah puter balik, ikutin arah gua kemana! Nanti gua kirim share live location gua ke lu, oke?!" Ucapku ke Rama.


"Oooh, iya, iya, Bay!! Apa kita perlu bawa orang kesana?!" Tanya Rama.


"Iyaa! Bilangin ke Adi sama Andre, kita perlu kesana! Bilang juga ke mereka, bawa polisi, bawa ambulans, bawa Power Rangers, kita perlu siapin semuanya buat kesana!" Jelasku, dan setelah Rama paham, Rama mematikan hapenya.


"Yaudah mang Ucup, mang Ucup pasti punya kunci serep mobil Ummi, kan?!" Tanyaku ke mang Ucup.


"Iya, mas!! Apa saya perlu ikut juga??" Balik tanya mang Ucup.


"Udah, mang Ucup disini aja, kabarin Abbi sama Ummi lewat telepon rumah, bilang, kalo kita dijebak, dan Arya bukan pelaku sesungguhnya, oke?!" Jelasku, dan mang Ucup pun langsung mengangguk paham.


Mang Ucup pun langsung memberikan detil hapenya, dan juga nomer teleponnya. Dengan ini, aku bisa melacak posisi hape mang Ucup dan setelah lokasinya ditemukan, aku langsung menaiki mobil Ummi dan menancapkan gas untuk mengejar mereka.


-----


Lokasi kami terpisah cukup jauh, bahkan dengan aku yang menyetir dengan sangat cepat ini mereka masih bisa berjarak jauh di depanku. Namun, aku tidak menyerah, sebisa mungkin aku harus bisa menghadang mereka, meski akhirnya, aku tidak bisa melakukan itu.


Setelah pengejaran yang cukup panjang, akhirnya aku melihat lokasi mereka berhenti di suatu lokasi, dan dengan cepat aku bergerak ke lokasi itu. Tapi, saat kulihat dari Z*nly, Rama masih cukup jauh, dan kulihat posisi Adi dan Sindy berada di dekat rumah sakit sementara Andre dan Bella berada di dekat kantor polisi, meski posisi kami semua masih berjauhan.


Akupun sampai di lokasi mereka. Lokasinya masih berada di samping jalan besar, tapi mereka seperti memasuki sebuah gang yang berada di sisi jalan, dan ketika aku memasuki gang yang mengarah ke mereka, ternyata itu bukan gang, melainkan pintu masuk untuk ke sebuah rumah kecil yang memiliki halaman cukup besar.


Akupun langsung memberhentikan mobil Ummi disini, dan aku mendekati mereka dengan jalan kaki.


Perlahan aku mendekati rumah itu, dan aku melihat dari kejauhan, Arya yang kedua tangannya terikat di sebuah palang sedang dipukuli oleh dua orang berotot, dimana ada satu orang di belakangnya yang menontoni Arya sedang disiksa.


Aku bingung harus gimana. Kalau aku menunggu yang lain, entah sampai kapan Arya bisa bertahan, namun, aku juga tidak yakin jika aku bisa menangani mereka sendirian. Lagipula, aku juga tidak melihat ada Hani disitu.


Aku harus cepat mengambil keputusan, dan aku memutuskan untuk berharap teman-temanku akan datang secepatnya selama aku menangani mereka yang di dalam.


Akupun langsung melihat sekitar, dan aku melihat ada sebuah bambu yang belum dipoles tergeletak, dan aku ambil itu untuk kujadikan senjata.


Setelah aku pikir aku sudah siap, aku langsung berlari coming in hot, dan aku langsung mendobrak pintunya.


*BRAKKK...*


Tentu saja, semua orang terkejut melihatku disini, dan selagi mereka masih terkejut, aku memanfaatkan momen ini untuk menyerangi mereka dengan bambu ini.


*BUGGG... BUGGG... BUGGG...*


Pukulanku bisa memecahkan posisi mereka, dan selagi mereka kewalahan, aku terus menyerangi mereka tanpa memberi mereka sedetik pun untuk pergi ataupun melawan balik.


Aku terus menyerangi mereka, sampai akhirnya, mereka tumbang, dan aku mendapatkan sedikit waktu untuk melepaskan Arya dari ikatan ini selagi mereka masih berusaha bangkit.


"Arya, lu nggak papa, kan?!" Tanyaku sembari membuka ikatannya.


"Uhuk... Uhuk... Bay... Sakit banget, Bay..." Ucapnya mengerang kesakitan.


"Lu masih kuat berantem nggak, Ya?!" Kembali tanyaku, dan Arya hanya menggangguk, dan setelah ikatannya terlepas, kami langsung menghadap ke arah lawan kami.


"Hahahaha... Bayu... Bayu... Seperti biasanya, lu bener-bener nggak kenal takut, dalam kondisi kalah jumlah pun, lu masih berani ngelawan siapapun lawan lu" Ucap orang yang kutaksir sebagai pemimpin dari kedua orang berotot ini.


"Yah, ini juga nggak begitu berat, 2 lawan 3" Jawabku.


"Hahahha, lu salah, Bay, bukan 2 lawan 3, tapi 4 lawan 1" Balas orangnya, dan seketika aku memahami apa yang orang itu bilang, aku menoleh kearah Arya, dan sebelum aku bisa melihatnya, Arya sudah menyikut kepalaku.


*BUGG...*


Pukulan Arya pun membuatku tumbang, dan seketika aku tumbang, terdengar suara tawaan dari ketiga orang yang sudah memukuli Arya tadi.


Mereka mentertawakanku, karena menurut mereka, aku sudah jatuh kedalam jebakan mereka, tapi yang tidak mereka tahu, aku sudah menduga kalau ini akan terjadi.


Pukulan Arya tidak keras, namun aku tetap 'menjual' aktingku ke mereka dengan pura-pura tumbang, dan mereka mempercayainya. Di kesempatan ini pula, aku bisa mengulur waktu supaya Rama, Adi, dan Andre bisa cepat menyusul, dan aku juga bisa mendengarkan percakapan mereka, dengan ini aku sebisa mungkin akan mendapatkan informasi yang akan kugunakan untuk menjatuhkan mereka.


Aku belajar dari pengalaman saat aku bermasalah dengan mas Rizky dulu, dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.


"Hahahah, gua tau, lu emang ternyata masih bisa kita percayain, Ya" Ucap orang itu sembari menepuk-nepuk pundak Arya.


"Sorry banget, Ya, kalo lu tadi kesakitan pas kita pukulin" Ucap orang yang tadi memukuli Arya.


"Yaa lagian juga pukulan lu nggak keras-keras banget, kok, santai" Jawab Arya.


"Yaudah, sekarang orang ini mau kita apain?" Tanya salah satu yang lainnya.


"Apa kita siksa dulu aja kayak Arya tadi?"


"Jangan, inget kita masih punya satu misi lagi, jadi cepet pingsanin Bayu dulu" Jelas 'bos' mereka.


"Iya, udah, buru, pake ini" Ucap pria berotot itu yang menyerahkan sebuah balok kayu yang cukup panjang kepada bosnya.


"Nggak, jangan gua" Tolak bos itu.


"Loh, kenapa, bos? Bukannya bos yang nunggu momen ini?" Tanya anak buahnya.


"Nggak sekarang, mending..."


"....Kita serahin ini ke Arya" Jelas bosnya.


"Ayo, Ya, lu pasti nunggu momen ini, kan? Sekarang lu punya kesempatan buat ngebales apa yang udah dia lakuin ke lu" Lanjut bosnya itu.


Namun, aku langsung menginterupsi pembicaraan mereka.


"Uhuk... Uhuk... Ya... Jangan dengerin mereka... Entah apa yang mereka janjiin ke lu... Ujung-ujungnya setelah lu udah nggak berguna lagi... Mereka bakal ngebuang lu... Sama kayak mereka ngebuang Dimas suruhan mereka... Lu pasti tau kan??..." Ucapku pura-pura masih merasa kesakitan.


Namun, sepertinya Arya lebih mempercayai mereka, dan Arya pun mulai mengangkat balok kayu itu untuk mengambil ancang-ancang untuk memukulku.


"Pastiin lu kenain kepalanya, Ya"


Akupun juga dengan diam-diam meraih bambu yang sedari tadi kugunakan sebagai senjataku. Sekarang, tinggal penentuan antara siapa yang lebih cepat, aku atau Arya.


Arya juga mulai mengambil ancang-ancang, dan aku juga sudah meraih bambu itu tanpa sepengetahuan mereka. Aku sudah siap.


Namun tiba-tiba....


*BUGGG...*


Arya mengarahkan ayunannya bukan kearahku, tapi ke arah orang yang sedari tadi disebut sebagai 'bos'. Pukulan Arya juga tepat mengenai kepalanya yang masih tertutupi oleh sebuah topeng/masker pegulat.


Setelah 'bos' terjatuh, Arya kembali mengayunkan balok itu ke arah kedua pria berotot itu. Mereka yang masih terkejut itupun tidak bisa berkutik, dan Arya berhasil memorakmorandakan mereka.


Apa yang sebenarnya sedang terjadi?


"Hhhh... Hhhh... Arya... Setelah apa yang udah kita kasih ke lu... Lu masih berani ngebangkang??... LU LUPA SAMA PERJANJIAN KITA, HAH?!" Teriak 'bos'.


"INI UDAH BUKAN BAGIAN DARI PERJANJIAN KITA!!" teriak Arya, yang kembali membuatku terdiam bingung.


"LU INGET, PERJANJIAN KITA CUMA UNTUK NGEJATOHIN BAYU DARI KESUKSESANNYA, TAPI KENAPA KALIAN JUGA UJUNG-UJUNGNYA NYAKITIN KAKAK GUA?! APA HUBUNGANNYA KAK HANI DARI INI SEMUA?!" teriak Arya yang mengejutkanku.


Hah? Jadi...


"Heh, lu bener-bener nggak tau diri, ye! Lu berani ngomong begitu setelah lu yang udah kita kasih semua uang yang kita dapetin lewat kakak lu, hah?!" Balas teriak orang itu.


"Dan kalo lu lupa, tujuan kita adalah 'Menghancurkan Bayu sampai ke akarnya', dan lu tau kan kalo kakak lu itu udah bagian dari hidup dia?!" Lanjutnya berteriak.


"Apa hubungannya sama lu merkosa kakak gua, sampe lu ngambil semua harta yang kakak gua punya, hah?! KALO LU EMANG PENGEN NGANCURIN BAYU LEWAT KAK HANI, KENAPA NGGAK LU COBA REBUT DIA DARI BAYU KALO GITU?!" balas Arya.


"GUA BAHKAN HARUS RELA NGELIAT KAKAK GUA SENDIRI DIRUSAK SAMPE KE OTAK OLEH KALIAN, DAN GAADA YANG BISA GUA LAKUIN SELAIN NUTUPIN SEMUA RASA SEDIH GUA NGELIAT KAKAK GUA SAMPE MENDERITA KAYAK GITU, ANJINGG!!" Jelas Arya.


Jadi selama ini... Arya sebenarnya peduli dengan kakaknya, dan dia juga terpukul oleh kondisi kakaknya, namun dia harus menutupi kesedihannya untuk kelancaran rencananya?


"GUA BAHKAN HARUS NANGGUNG BEBAN SEBAGAI IMPOSTER LU DEMI KELANCARAN RENCANA KITA, YANG DIMANA GUA BAHKAN GATAU KALO LU JUGA BERGERAK UNTUK NYAKITIN KAKAK GUA DARI AWAL!!" Jelas Arya yang membenarkan dugaanku tadi.


"Dan lu inget perjanjian kita, 'kalo diantara kita ada yang ketangkep, kita kelarin rencana kita', lu inget kan?! Dan kenapa, lu masih ngejalanin rencana kita?! Gua akhirnya bisa tenang ngeliat kakak gua bisa senyum lagi, dan gua nggak perlu ngebawa beban berat yang tai ini lagi, anjing!!" Lanjut Arya, namun, 'bos' itu kembali menyangkal.


"Iya, emang ada perjanjian itu, tapi, perjanjian itu nggak berlaku kalau ada yang ketangkep dengan unsur kesengajaan" Jawabnya yang membuat Arya terdiam.


"Arya, kita nggak bego, menurut lu buat apa kita nyuruh lu ngitung waktu estimasi dari tiap pintu sampe ke tangga di rumah lu, hah?! Harusnya lu juga bisa tau waktu yang lu punya untuk bisa ngejalanin aksi lu!!" Lanjutnya.


"Lu pasti sengaja nunggu seseorang naik keatas untuk nangkep basah elu, karena lu udah nggak kuat nanggung beban lu lagi, kan?!" Jelasnya.


"Dan buat apa lu ngomong ke kita di hari sebelum lu ketangkep, kalo kita udah harus gerak lagi, dan lu terang-terangan ngomong kalo mungkin lu akan ketangkep malem itu, hah?! Kita nggak bego, Ya!!" Lanjutnya lagi.


"Semua ini lu lakuin, karena LU UDAH NGGAK KUAT NGEBAWA BEBAN YANG BERAT LAGI!!" teriak sang bos.


"Lu salah, gua ngelakuin ini semua, karena gua tau seberapa salahnya gua udah nyakitin kakak gua sendiri, orang yang paling perhatian sama gua" Jawab Arya yang membuatku terdiam.


"Arya, lu inget, kita punya musuh yang sama, disitu" Ucap sang bos menunjuk kearahku, dan Arya juga langsung menjawab perkataannya.


"Iya, Bayu emang musuh kita, tapi kalo lu udah nyakitin kakak gua, lu udah juga jadi musuh gua, paham?" Jawab Arya yang memberiku goosebumps.


"Gua udah banyak nyakitin keluarga gua sendiri dengan nganggep Bayu sebagai musuh, dan sekarang, gua punya kesempatan buat ngambil keputusan yang benar" Ucap Arya yang membuatku terdiam, dan tak lama setelah Arya berbicara seperti itu, Rama dan Adi tiba-tiba masuk melewati pintu yang sama dan menghajar ketiga orang tadi.


Rama dan Adi yang masih merupakan energi baru pun bisa menghajar mereka bertiga dengan mudah, dan setelah itu, Arya menjatuhkan balok kayunya. Kemudian, Arya berbalik menghadap kearahku, dan Arya menjulurkan tangannya mengajakku berdiri.


"Ayo, Bay, bangun, musuh masih belom kalah" Ucapnya, dan aku yang benar-benar terkejut ini membutuhkan waktu untuk meresponnya, namun aku akhirnya menerima tawarannya.


"Bay, maaf tadi gua harus mukul lu dari belakang dulu" Jelasnya sembari aku berdiri.


"Iya, santai, gua udah punya pengalaman sama begituan kok" Jawabku setelah sudah berdiri.


"Jadi itu yang lu maksud 'semuanya udah selesai'? Dengan lu ngorbanin diri lu sendiri supaya mereka nggak nyentuh Hani lagi?" Tanyaku ke Arya, yang tidak Arya jawab, namun tiba-tiba dia memeluk tubuhku.


"Ya, lu kenapa, Ya?"


"Hikss... Hiksss... Maafin gua Bay... Gua yang udah ngebawa penderitaan ke kak Hani... Ke lu... Ke keluarga gua... Maafin gua Bay... Hiksss... Hiksss..." Ucapnya terisak.


"Udah, udah, jangan sekarang, kita masih punya waktu nanti buat ngomongin ini, oke? Sekarang, Hani ada dimana?" Tanyaku


"Kak Hani ada di--" Jawabnya yang terpotong, karena tiba-tiba, kepala Arya terpukul oleh sebuah sledgehammer yang membuatnya langsung tersungkur.


*BUGGG...*


"ARYAA!!" teriakku yang sangat terkejut melihat Arya terpental kesamping.


Akupun langsung melihat kearah kiriku, dan aku langsung melihat ada empat orang lagi yang sama mengenakan topeng seperti yang lainnya, dimana salah satunya adalah orang yang baru saja meng-knock Arya.


Satu orang lagi juga melancarkan pukulan lurus dengan tangan yang menggunakan knuckle kepadaku, dan aku bisa menghindarinya. Namun, aku kehilangan keseimbangan karena aku tersandung oleh tubuh Arya, dan meski aku bisa menghindari pukulannya, aku terjatuh, dan pukulannya sedikit menggores kepalaku.


*SRETT...*


Akupun dengan cepat langsung bangkit, dan aku langsung mengambil balok kayu yang tadi digunakan Arya. Setelah itu, empat orang itu memecah kelompoknya menjadi dua, dua orang melawanku, sisanya melawan Rama dan Adi.

Aku yang sudah dikuasai amarah pun langsung mulai maju, dan mereka juga melakukan hal yang sama. Dengan cepat, mereka bisa membuka formasi sehingga kini mereka berdua berada di kedua sisiku, dan mereka menyerangiku dari kedua sisi.


Namun, aku masih bisa menghindar, dan ketika aku tidak bisa menghindar, aku menggunakan balok kayu ini sebagai tameng, dan ketika mereka sedikit goyah setelah kesakitan memukul balok kayu ini, aku memanfaatkan momentum untuk melakukan serangan balik.


*BUGG... BUGGG... BUGGG...*


Tak butuh waktu lama bagiku untuk menghabisi mereka berdua, dan karena aku begitu terbawa nafsu menyerangi mereka, sampai-sampai aku tidak sadar kalau kepalaku kini sudah berlumuran darah.


Aku sudah selesai menghabisi kedua orang yang sudah terkapar ini dengan mudah, namun disisi lain, Rama dan Adi kewalahan, terlihat mereka berdua yang terpukul mundur, dan membiarkan kedua orang yang tadi baru datang membantu tiga orang yang ada dari awal, dan mereka juga kulihat sedang membopong bosnya, dan mereka sepertinya ingin melarikan diri.


Namun, aku dengan cepat bisa memahami kemana mereka mengarah, ke arah belakang dimana penghubung ke belakang berada di sampingku. Mereka ingin melarikan diri lewat pintu yang sepertinya ada di belakang.


Akupun dengan cepat langsung berlari menghampiri mereka, dan aku langsung menginterupsi pelarian mereka dengan fokus utamaku ada pada bosnya. Aku ingin tahu, siapa dalang dibalik semua ini.


Interupsikupun langsung membuatku dan bosnya ini terpental ke sebuah meja, dan setelah aku menghadang bosnya, Rama dan Adi dengan cepat langsung ikut menyerang.


"RAM, DI, INI POLISI MASIH LAMA?! ANDRE DIMANA?!" tanyaku sembari terus menghajar bos mereka yang merupakan sasaran empuk karena aku menahan tubuhnya dengan tubuhku.


*BUGGG... BUGGG... BUGGG...*


"ANDRE HARUSNYA SEBENTAR LAGI NYAMPE BARENG SAMA AMBULANS!!" jelas Rama.


"POLISI HARUSNYA JUGA UDAH NYAMPE SAMA GUA, BAY!! TAPI TADI POLISINYA TIBA-TIBA ILANG!!" sahut Adi juga.


"HAH?! POLISI?!" teriak salah satu anak buah dari orang yang sedang kuhajar.


Aku terus memukuli kepala orang ini, dan ketika perlawanannya mulai mengurang, dengan sekuat tenaga, aku menarik topengnya yang sangat mengetat ini, namun cukup susah berhubung topeng ini terbuat dari karet dan pasti dibalik ini juga dipenuhi dengan keringat, yang akan membuatnya makin susah untuk dibuka.


Namun, mendengar kami menyebut polisi, mereka dengan sekuat tenaga berusaha cepat-cepat membungkam kami.


Rama pun langsung berhadapan dengan dua orang, dan tentu saja, Rama kewalahan karena Rama menggunakan tangan kosong. Mereka langsung menahan Rama, dan bergantian, mereka terus menyerang Rama yang tidak bisa menghindar.


Selain itu, Adi juga tidak bisa melawan dua orang sekaligus, dan akhirnya Adi diperlakukan seperti punching bag dan ketika Adi sudah tidak bisa melawan, mereka melempar Adi ke tembok dan kepala Adi lebih dulu mengenainya cukup kencang, sehingga Adi langsung tumbang.


Sementara aku, aku masih terus berusaha membuka topeng bosnya, namun, salah satu anak buahnya menarik tubuhku, dan aku langsung terhempas ke belakang.


*BRUKKK...*


Aku terjatuh dengan posisi kepalaku lebih dulu mengenai tanah, dan karena aku juga sudah kehilangan cukup banyak darah, aku merasakan sakit kepala yang hebat.


"AKHHH!!!" teriakku yang benar-benar dipenuhi oleh rasa sakit.


Selama aku berbaring ini, aku melihat kesamping dimana terdapat sebuah ruangan lagi yang terdapat sebuah lemari di bagian tengah ruangannya yang menghadap kearahku. Aku juga melihat, terdapat sebuah kaki yang cukup kecil dimana tubuhnya tertutupi oleh lemari itu sendiri.


Hani ada di ruangan ini!


Dengan sekuat tenaga pun, aku berusaha bangkit, namun, salah satu anak buah berusaha menarik kakiku. Tapi, posisi kakinya yang terbuka membuatku dengan mudah bisa menendang selangkangannya dari bawah yang tentu saja membawa 1000 penderitaan bagi semua laki-laki.


*BUGGG...*


"AKHHH... KONTOL GUAA!!" teriaknya setelah dia tumbang, dan dengan cepat aku langsung bangkit.


Setelah aku bangkit, aku melihat kearah Rama, dan tepat saat aku melihatnya, Rama sedang di-body slam ke sebuah meja, dan Rama terjatuh mematahkan meja tersebut dengan posisi tangannya tertekan oleh tubuhnya.


*KRAKKK...*


"AKHHHH!!!..."


Namun, aku punya prioritas lain, dan aku yakin Rama pun pasti paham. Aku langsung berlari kedalam ruangan ini.


Aku langsung berlari ke balik lemari ini, dan benar dugaanku, Hani sedang terbaring disini. Pakaiannya masih utuh seperti saat aku terakhir melihat Hani. Namun, terlihat begitu banyak sobekan di kaus lengan panjangnya dimana pada sobekan itu terdapat banyak luka, dan hal yang serupa sama terjadi di wajahnya.


"HANI!! KAMU NGGAK PAPA?!?!" Ucapku sembari berusaha membangunkan Hani.


Hani pun perlahan membuka matanya, dan terlihat wajahnya begitu lemas seperti sedang menahan rasa sakit.


"Bayu.... Itu kamu??..." Ucapnya lirih.


"Iyaa sayangg ini akuu, kamu nggak apa-apa, kan?!" Jawabku sembari mengelus-elus kepalanya.


Hani tidak langsung menjawab, dan tangan kanannya perlahan dia pindahkan, dan Hani menggenggam tangan kananku.


"Sayangg.... Sak... Kitt...." Kembali ucapnya lirih, seperti sedang merasakan penderitaan yang cukup dalam.


"Iyaa sayanggg, tahan dikitt lagi, sebentar lagi ambulans bakal datengg, okayy??" Ucapku terus berusaha menguatkan Hani dengan kekhawatiran yang begitu besar terhadap kondisinya sekarang.


Hani tidak berkata apa-apa lagi, tapi, dengan perlahan, Hani menggerakkan tangan kirinya, dan tiba-tiba, Hani menggunakan kain di ujung bajunya untuk mengelap wajahku yang berlumuran darah.


"Hani... Kamu..."


Hani terus menyapu seluruh darah yang berada di wajahku, dan setelah dia selesai, Hani tersenyum manis sembari mengelus-elus kepalaku.


"There... Much better..." Ucapnya lirih melihat wajahku yang kini bersih dari darah.


"Bay... Aku... Sayang... Kamu..." Kembali ucapnya lirih, namun, setelah Hani mengatakan itu....


.... Genggamannya di tangan kananku melemah, tangan kirinya perlahan terjatuh dari kepalaku, dan matanya perlahan terpejam, hingga kini, Hani tidak sadarkan diri.


"Hanii?!? HANI?!? HANIIII?!?!?!" Teriakku begitu frustrasi.


Aku terus berusaha membangunkannya, dengan menampar-nampar kecil wajahnya, menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun hasilnya nihil.


"SAYANGG!! AYO BANGUN, SAYANGG!! SAYANGGG!!!"


Aku yang makin panik pun langsung menempelkan telingaku di dadanya, dan aku sedikit lega ketiika aku tahu jantungnya masih berdetak. Tapi Hani memerlukan perawatan secepatnya, kalau tidak, akan berbahaya.


Dengan cepat, aku langsung bangkit dan mengangkat tubuh Hani. Setelah itu, aku berniat untuk langsung membawanya pergi, dan disaat itu pula, aku mendengar suara derapan kaki yang cukup banyak ke arah belakangku, menandakan kalau mereka ingin melarikan diri.


Akupun langsung berniat untuk membalikkan badan, namun, sebelum aku sempat, aku mendegar seseorang berteriak.


"BOSS!! JANGAN MAKE ITU DISINI, BOS!! DISINI MASIH DI DEKET JALAN RAYA!!!" teriaknya.


Akupun langsung ingin menoleh, dan ketika baru sedikit aku menggerakkan kepalaku, aku mendengar Rama dari sisi lain rumah berteriak.


"BAY!! BELAKANG LU, BAY!!" teriak Rama, dan aku langsung menoleh dengan cepat, dan setelah aku melihat sang bos menodongkan pistol kearahku.


PISTOL?!?!


Aku yang begitu panik pun dengan cepat langsung menjatuhkan tubuhku, dan aku juga menahan tubuh Hani agar dia tidak terbentur tanah, dan setelah itu, aku langsung menutupi tubuhnya.


Tak lama kemudian, bunyi itu pun terdengar.


*DORRR... DORRR... DORRRR...*













*Bruk...*


"ARYAAAAA!!!"


Hah? Kenapa Rama berteriak 'Arya'?


JANGAN-JANGAN....


Aku dengan cepat kembali menoleh ke belakang, dan benar dugaanku, Arya tergeletak di lantai tepat di depanku, dan penembaknya juga terlihat sudah setengah melewati pintu keluar di belakang.


"BANGSATTT!!"


Akupun langsung berlari mengejar mereka, namun ketika aku sampai di pintu belakang, aku tak melihat ada siapapun di pekarangan belakang ini, hanya sebuah tembok yang cukup tinggi.


Melihat ini pun, aku langsung menaiki tembok ini, dan benar dugaanku, mereka kabur melewati tembok ini, dan menggunakan mobil lagi-lagi berbeda.


Mereka berhasil melarikan diri.


Namun, aku tidak memprioritaskan mereka. Mereka sudah tidak mungkin dikejar, dan aku benar-benar khawatir dengan kondisi Arya.


Akupun kembali masuk kedalam rumah, dan aku melihat Rama yang kini sudah berada di samping tubuh Arya yang terbaring di tanah.


Arya terlihat begitu parah. Dirinya berkejang-kejang, wajahnya begitu berkeringat, dan tubuhnya terlihat begitu tegang.


"ARYA, AYO TAHAN, YA!! LU KUAT, YA!!" teriak Rama sembari menggenggam tangannya begitu erat.


"Hhhh... Hhhh... Hhhh... Hhhh... Hhhh..."


"Ram, gimana?! Arya ketembak dimana?!" Tanyaku yang kemudian ikut berjongkok disampingnya.


"Punggung, Bay! Bisa fatal ini!!" Jawabnya yang membuatku makin panik.


"ADUHH, ARYA, AYO, YA!! LU KUAT, YAA!!" Ucapku yang ikut menggenggam tangannya.


"Hhhhh... Hhhhh... Hhhhh... Hhhhh... Bayy... Gua nggak kuat Bay... Hhhhh... Hhhh...." Ucap Arya terengah-engah.


"ARYA LU JANGAN NGOMONG BEGITU!! AYO LU JUGA HARUS YAKIN LU KUAT!!" teriak Rama.


"Arya lu ngapain pasang badan, si?! Gua udah langsung ngejatohin badan gua biar aman dari kekeran dia, Ya!!" Tanyaku.


"Hhhh.... Hhhhh... Hhhh... Gua cuma ngelakuin apa yang menurut gua bisa ngelindungin kalian berdua.... Hhhh... Hhhh... Semuanya terjadi cepet banget gua cuma punya waktu detikan buat mikir.... Hhhh... Hhhhh...." Jelasnya.


"Udah, udah, kalo gitu jangan banyak omong sekarang, oke? Udahh, tahann, tahann, dikit lagi ambulan sampe, okee??" Ucapku terus menyemangatinya.


"Hhhh... Hhhh... Bayy.... Tolong... Sampein permintaan maaf gua ke kakak gua... Hhhh... Hhhh... Tolongg..." Ucap Arya yang baru saja kusuruh untuk diam.


"Yaa, udahh, lu yang nyampein ke Hani sendiri kalo lu udah mendingan, oke??" Kembali ucapku terus berusaha meyakinkannya untuk tetap menahannya.


"Hhhh... Hhhh... Kak Bayu... Tolong... Jagain kak Hani ya... Gua udah nggak kuat... Hhhhh... Hhhhh... Maafff... Atas apa yang udah gua lakuin selama iniii... Hhhh... Hhhh... Kak Bayu... Gua udah nggak kuat kakk... Hhhh... Hhhhh...." Ucap Arya memanggilku dengan panggilan kakak.


"Arya, please, lu jangan aneh-aneh dulu, oke? tolong, Ya, lu harus bisa tetep positif, Ya" Terus ucapku, dan baru ketika aku berkata seperti itu, terdengar suara langkah kaki yang cukup banyak mengarah ke kami.


Akhirnya, bala bantuan datang.


"ASTAGFIRULLAH, ADIII!!!" teriak Sindy dari luar, pasti dia terkejut melihat Adi yang masih terkapar.


Tak lama kemudian juga, akhirnya, aku melihat Andre, Bella, dan Ina yang sepertinya menunggu di mobil selama Rama dan Adi memasuki rumah ini, menghampiri kami.


"YAAMPUN, ARYA KENAPA?!" tanya Bella yang kemudian langsung berlari menghampiri kami.


"Kamu sama Andre kemana aja, dek?!"


"Kita juga berusaha dateng secepet yang kita bisa kok, kakk!! Ini polisinya dimana?!" Balik tanya Bella.


"Nggak tau polisinya kemana!! Kita berangkat dari kantor polisi masih ada di belakang kita, tapi pas kita sampe polisinya udah nggak ada!!" Jelas Sindy.


"Aduhh, terus orangnya kemana?!" Tanya Andre.


"Udah pergi, Dre, mereka nembak Arya sebelum pergi, Arya ketembak tiga kali dipunggung!" Jelas Rama.


"Aduhh, sebentar, sebentar, gua panggil dulu medisnya, oke?!" Jawab Andre, dan aku juga langsung beranjak pergi menghampiri Hani.


Dengan cepat, aku langsung mengangkat tubuh Hani, dan aku langsung membawanya pergi ke ambulans yang sudah menunggu diluar.


"Dok, tolong, pastiin pacar saya baik-baik aja" Ucapku ke mereka.


Dengan sigap pula, tim medis langsung menangani Hani, dan setelah itu, aku langsung mengajak pihak medis lainnya untuk membawa stretcher untuk Arya dan Adi yang masih berada di dalam.


Selagi mereka memberi pertolongan kepada Arya dan Adi pun, aku menunggu di ambulans dimana mereka menaruh Hani dan aku juga terus memerhatikan wajahnya. Selagi aku memperhatikan Hani juga, Rama yang terus memegangi tangannya berjalan bersama Andre menghampiriku.


"Lu nggak kenapa-napa kan, Ram?" Tanyaku.


"Aman, Bay, tapi tangan gua patah kayaknya, lu gimana?" Balasnya.


"Aman kok, gua masih takut kalo Hani sama Arya kondisinya makin buruk" Jelasku.


"Jadi, sekarang gimana? Kita nggak punya jejak apa-apa buat nyari tau siapa pelakunya" Tanya Andre.


"No shit, sherlock, lu juga kemana aja? Lu kebiasaan dah kalo kondisi kayak gini telat dateng" Jelas Rama, dan Andre juga langsung menjelaskan apa yang terjadi, seperti yang Bella ceritakan.


"Andai polisi tadi nggak kesasar pas Adi sama Sindy kesini, pasti nggak gini ceritanya, Bay" Lanjut Rama berbicara kepadaku.


"Buset dah, udah stop dulu, si!! Lu liat itu Adi sama Arya lagi kenapa-napa! Pikirin mereka dulu, baru kita pikirin gimana langkah berikutnya!!" Balasku.


"Lagipula... Bahkan gua aja nggak familiar sama 'bos' mereka, Ram" Lanjutku.


Meski aku menyuruh Rama dan Andre untuk memikirkan kondisi Rama terlebih dahulu, di sisi lain, aku terus memikirkan siapa orang yang mereka panggil bos tadi. Rasanya orang itu tidak terlihat familiar. Aku tidak bisa mengenali siapa dia, dan karena itu, sekarang kemungkinannya kembali tersebar lebar seperti mentega yang ditabur pada roti.


Akhirnya, Adi dan Arya sudah dinaikkan ke stretcher, dan mereka berdua langsung dibawa ke ambulans yang berbeda dimana Arya bersama dengan Hani di ambulans ini. Aku juga langsung menghampiri Arya, untuk memastikan kalau dia masih baik-baik saja.


"Hhhh... Hhhh... Kak Bayu..." Ucapnya lirih.


"Udah, udah, tahan dulu, oke? Sekarang ada medis yang bakal nanganin lu" Ucapku terus menenangkannya.


"Hhhh... Hhhh... Kak... Anggep aja... Tindakan gua tadi... Sebagai pembuktian kalo gua juga udah ngebuang dendam gua... Hhhh... Hhhhh..." Ucapnya yang sedikit menggerakkan hatiku.


"Udahh, Arya, kita bisa ngomongin ini nanti, oke? Nanti kita ngomongin ini bareng sama Hani juga, ya? Yang penting sekarang lu pikirin diri lu dulu, baru kita bahas itu nanti, oke?" Jelasku, dan Arya hanya tersenyum sembari aku berjalan keluar dari ambulans


Setelah memastikan ketiganya sudah memasuki kedua ambulans yang Andre bawa, dan setelah kami sudah bisa, kami langsung beranjak masuk ke mobil yang kami bawa dan pergi ke rumah sakit.


Aku benar-benar dipenuhi oleh rasa takut dan khawatir saat ini, karena malam ini, mungkin bisa menjadi malam terakhir aku bisa bersama dengan orang yang kusayang sebelum dia akan meninggalkanku selamanya.


-To be Continued-
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd