Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Siapin popcorn dl
 
-Prize?-

Hani



Kak Alliya



--

"Di, lu laporan udah kelar kan?" tanyaku kepada Adi.

"Ah, Bay. Tolong dong bilangin ke kak Liya minta kompromi, sumpah laporan minggu ini banyak banget" balas Adi.

"Lagian lu gimana sih, Di? Kan dikasih waktu seminggu dari kemaren" balasku.

"Tau lu, Di. Kalah rajin lu sama Andre" canda Hani.

"Gua sih no comment, ya. Eh anjir udah jam segini, gua cabut duluan dah gua harus ketemu dosen, duluan ya" ucap Andre yang kemudian langsung beranjak keluar dari warteg.

"Yoo, tiati bro" balasku dan aku, Adi, dan Hani kembali melanjutkan makan kami.

"Gua masih aneh dah Bay ngeliat lu ama Andre malah jadi temenan sekarang" ucap Adi.

--

Jujur, aku juga masih tidak percaya kini aku berteman dekat dengan Andre. Semenjak Andre tahu kalau aku merupakan anggota forum dan pecinta West Ham United, sikap dia kepadaku berubah sangat drastis. Namun Hani tidak terlihat kebingungan melihatku dan Andre kini berteman, malah dia senang melihatnya, lagipula dengan kini Andre berteman denganku, perlakuan Andre ke Hani juga berubah dari yang sebelumnya Andre sering menggoda Hani ketika mereka berpapasan. Andre juga berjanji kepadaku bahwa Hani akan aman-aman saja.

"Tenang aja, Bay. Gua pastiin Hani bakal aman-aman aja" ucap Andre kala itu.

"Kenapa lu tiba-tiba jadi berubah drastis gini?"

"Cause you're the part of our family now, dan gua gabakal nyari masalah sama 'saudara' gua sendiri" balasnya juga kala itu.

Mungkin bagi orang lain, ini terdengar hanya sebagai upaya Andre untuk membuatku membiarkan dia bisa mendekati Hani, namun aku melihat kejujuran di matanya saat dia mengucapkan itu. Tapi tentu saja aku tidak akan melepas Andre begitu saja, oleh karena itu aku meminta bantuan Olivia sahabat Hani untuk menjadi pendamping Hani.

--

(back to current timeline)

"Gua juga gatau, Di. Perubahan sikapnya dari sebulan ini juga berubah drastis ke gua sama Hani, jadi semoga aja ini bukan upaya dia buat nikung gua" balasku.

"Lagian juga si Andre lagi deketin si Oliv, kok. Udah kamu jangan kepikiran ya sayang" ucap Hani kepadaku.

Sore ini, aku, Adi, dan Hani sudah tidak ada kelas, jadi kami bisa langsung pulang, namun aku yang menjadi koordinator praktikum harus bertemu dengan kak Liya untuk mengumpulkan laporan mingguan, dan karena Adi belum selesai, aku harus menunggu dia menyelesaikan laporannya di warteg ini.

"Ahhh akhirnya selesai juga. Kalo harus tulis tangan kayak gini, kelar semester tangan kita keriting ini fix" ucap Adi kelelahan.

"Yaudah, gua sung cabut aja ya" balasku.

"Sayang, aku mau ikut dong" ucap Hani.

"Ikut kemana?"

"Ketemu kak Liya, pengen reuni hehehe" balas Hani, dan akhirnya Hani ikut denganku menuju ke tempat janjianku dengan kak Liya, di sebuah warung kopi di dekat kosannya.

Singkat cerita, kami sudah sampai di warung kopi yang dimaksud, dan kak Liya yang sudah melihat Hani dari kejauhan langsung berlari menuju Hani dan Hani juga berlari menghampiri kak Liya dan mereka berpelukan ceria.

"HANIIII!!!"

"KAK LIYAAA!!!"

Setelah mereka selesai berpelukan, mereka berdua langsung menduduki tempat yang kak Liya duduki tadi. Aaaah sepertinya sebuah kesalahan aku mengajak Hani bertemu dengan kak Liya, aku hanya berniat untuk memberikan laporan mingguan anak-anak, dan kemudian langsung pulang, namun karena kini mereka berdua malah bereuni, sepertinya aku akan berada di warkop ini dalam waktu yang cukup lama.

"Kak, masih mau laporannya, nggak?" ucapku kesal.

Ucapanku pun membuat Hani dan kak Liya tertawa.

"Hahahahahaa, ohiyaa lupa kan tujuan awalnya mau ngasih laporan yah, sini aku ambil laporannya" ucap kak Liya mengambil laporan anak-anak yang ada di genggamanku.

"Hehehe, maaf yahh sayangg" ucap Hani mencubit-cubit pipiku.

Meski aku sudah memberikan laporannya ke kak Liya, sepertinya Hani dan kak Liya masih ingin berbincang, dan daripada aku gabut menunggu mereka, lebih baik aku ikut ke dalam perbincangan mereka saja.

Kami mengobrol ria selama kurang lebih 30 menit, dan langit terlihat sudah mulai menggelap, jadi aku mengajak Hani untuk pulang.

"Han, udah gelap tuh, pulang sekarang, yuk?" ajakku.

"Wah, iya, yaudah deh, kapan-kapan kita nongkrong lagi yaa kak!" balas Hani.

"Ehh, bentar, Bay. Aku lupa ada yang mau aku omongin, nih gara-gara ada Hani jadi malah ngobrol kan" ucap kak Liya menahanku.

"Aaaa kenapa lagi, kak?" ucapku sebal, aku ingin pulanggg :(

"Jadi, tadi pak Jarwo dosen matkul ini nyuruh aku kasihtau ke kamu kalo kamu disuruh ikut olimpiade debat di Pulau seribu Pura sana, nanti kamu disuruh ikut pelatihan juga untuk dua minggu kedepan sampe hari lomba nya, terus pak Jarwo juga ngomong kalo katanya aku disuruh bantu cari dua partner buat nemenin kamu" ucap kak Liya menjelaskan.

"Ah, gabisa yang lain aja apa, kak?" balasku.

"Nggak bisa, Bay. Kata bapaknya karena nilai kamu yang paling tinggi diangkatan kamu sejauh ini, sama poin keaktifan kamu di kelas juga gede soalnya" bantah kak Liya.

Ah sial, mungkin seharusnya aku tidak perlu terlalu aktif di dalam kelas.

"Yaelah, yaudah deh, terus dua orangnya lagi siapa, kak? Adi sama Sindy aja dong pliss" ucapku memohon karena aku yakin dengan Adi dan Sindy, kami bertiga akan menjadi trio mematikan, namun langsung ditolak mentah-mentah oleh kak Liya.

"Nggak, nggak! Yang ada mereka berdua malah pacaran disana nanti. Aku sih baru kepikirannya si Rangga, dia juga aktif kan di kelas kamu? Sama yang satunya lagi belum aku pikirin, kayaknya cewek tapi dari kelas lain" ucap kak Liya.

Ah, kenapa harus Rangga? Dia memang aktif di kelas, namun dia aktif menjadi penjilat. Dia hanya berusaha terlihat aktif dimata dosen demi mendapatkan nilai tambahan. Selain itu, aku dan Rangga juga sekelas saat semester dua kemarin, dan dia pernah membuatku dan Hani menjadi anak yang bermasalah di mata salah satu dosenku.

"Ah kalo sama Rangga nggak mau deh aku, percuma nyapein batin doang" ucapku menolak ajuan kak Liya.

"Ih kenapa, sih? Yaudah deh, gimana kalo untuk laporan buat tiga minggu kedepan, kamu nggak perlu kerjain, tapi kamu harus ikut. Gimana?" tawar kak Liya.

"Wah tawarannya lumayan nih. Yaudah nanti aku pikir-pikir lagi deh ya kak"

"Okedehh kalo begitu. Yaudahh sana katanya mau pulang, keburu maghrib loh" ucap kak Liya kegirangan dan setelah itu kak Liya menyuruh aku dan Hani pulang, dan setelah kami berpamitan dengan kak Liya, kami langsung pulang dan tentu saja aku mengantar Hani pulang terlebih dahulu.

Di jalan, aku tidak terlalu banyak mengobrol dengan Hani, tapi tiba-tiba Hani bertanya kepadaku.

"Sayang"

"Iya, kenapa?"

"Kak Liya tuh kaya cewek perfect gitu nggak, sih? Udah cantik, pinter, karismatik, goals banget deh" ucap Hani kepadaku.

"Hmmm, kalo kamu ngejabarinnya gitu, iya sih kak Liya cewek perfect. Tapi...."

"Tapi apa?" tanya Hani.

"Mau segimana perfectnya dia, ada yang menurut aku lebih perfect dari kak Liya"

"Siapa tuh?"

"Namanya Hanindya Nur Khairunnisa" ucapku sambil menepuk-nepuk pahanya, aku melihat wajah Hani dari spion motorku dan kulihat wajahnya tersipu malu dan tiba-tiba, Hani memelukku dari belakang.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di apartemen Hani dan aku mengantarkan Hani sampai kedepan pintu aoartemennya. Hani menyuruhku untuk mampir terlebih dahulu, namun aku menolaknya karena aku ingin langsung mandi dikosanku.

"Sayang, kamu nggak mau mampir dulu?" tanya Hani.

"Nggak dulu deh ya, sayang. Aku soalnya pengen langsung mandi ini, aku keringetan bau kecut nih"

"Oooh, yaudah deh kalo gitu. Hati-hati di jalan yaa!" balas Hani, dan sebelum aku kembali turun kebawah, aku mencium bibir Hani singkat.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Aku melepaskan ciumanku dan aku langsung beranjak pulang.

--

(dua minggu kemudian)

Aku sudah menyiapkan barang-barang yang akan kubawa untuk mengikuti olimpiade. Kami akan berangkat ke kota pahlawan terlebih dahulu sebelum akhirnya kita berpindah ke pesawat menuju Pulau Seribu Pura. Mungkin jika dalam waktu lain, aku akan senang jika bepergian ke pulau ini. Namun kali ini tidak karena aku datang kesana bukan untuk berwisata tapi untuk lomba, jelas aku tidak akan menikmatinya. Ditambah lagi, tadinya Hani ingin menemaniku kesana, tapi hal tersebut tidak jadi terwujud karena Hani tiba-tiba harus pulang kerumahnya di ibukota karena ada urusan mendadak. Untuk membuat Hal menjadi lebih buruk, pak Jarwo memutuskan untuk memilih Rangga sebagai salah satu partnerku, dan Zahra yang memohon-mohon ke pak Jarwo untuk memilih dia sebagai orang ketiga yang akan ditunjuk. FYI, Zahra sangat menyukai Rangga, dan sifatnya yang genit selalu mencari celah untuk bisa berduaan dengannya.

"Hhhhh this is gonna be a long trip" pikirku.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di pulau seribu Pura ini, dan kami langsung menuju ke hotel tempat dimana kami akan menginap. Pak Jarwo yang memang sangat royal kepada anak didiknya pun menyewakan masing-masing dari kami satu kamar hotel. Aku sebelumnya juga sudah berbicara ke pak Jarwo kalau aku ingin menyewa kamar sendiri karena tidak mau sekamar dengan Rangga karena kekesalanku dengannya, namun pak Jarwo akhirnya memutuskan untuk menyewakan kami kamar untuk sendiri-sendiri.

Kami akan berada di hotel ini selama satu malam, dan kami akan baru kembali ke kota kami esok paginya. Kami sampai di hotel ini sekitar jam 12 dan olimpiade debat kami akan dimulai jam 6 sore di hotel yang sama, jadi masih ada waktu bagi kami untuk beristirahat dan latihan untuk debat nanti.

"Baik, jadi ini kan masih jam 12, jadi silahkan Bayu, Rangga, Zahra, dan Alliya istirahat dulu dikamar masing-masing, nanti jam 2 kita ketemu lagi dibawah buat latihan debat nanti" ucap pak Jarwo.

"Baik pak" balas kami semua.

Kami langsung beranjak ke kamar masing-masing, kecuali Zahra yang selalu berusaha untuk mengajak Rangga untuk mencari makan keluar.

"Rangga, temenin aku nyari makan keluar yuk hehehe" ucap genit Zahra.

"Ah apaan sih, ajak Bayu aja sana"

"Kagak, kagak ada. Mager gua" balasku membantah dan aku langsung menuju ke kamarku.

Sesampainya di kamarku, aku langsung menaruh barang-barangku di lantai dan langsung menghempas badanku di kasur. Entah kenapa aku sudah tidak mempunyai rasa semangat lagi untuk berada disini, mungkin karena aku harus berurusan dengan dua orang yang sangat tidak kusuka. Aku mulai memejamkan mataku, dan tiba-tiba dering di hapeku berbunyi.

"Waduh, Hani nelpon video call" ucapku dalam hati dan langsung mengangkat teleponnya.

"Haloo sayang" sapa Hani.

"Haloo"

"Kamu baru nyampe hotel, ya?"

"Iyaa, gila pak Jarwo jadinya mesen kamar satu-satu buat yang lain, dong" ucapku.

"Wah banyak banget duit dia, ya? Btw aku mau minta pendapat kamu dongg" balas Hani.

"Minta pendapat apa??"

Hani langsung menyandarkan hapenya entah dimana dan berdiri agak kebelakang untuk membuat seluruh badannya masuk kedalam jangkauan kamera. Kulihat Hani sedang menggunakan gamis berwarna peach yang agak ketat hingga membuat kelangsingan tubuhnya terlihat jelas, dan kepalanya ditutupi oleh hijab berwarna pink, ahhh manis banget sih Hani.

"Menurut kamu outfit aku kalo ke kondangan kaya gini manis, nggak?" tanya Hani.

"Saking manisnya orang bisa diabetes ngeliat kamu nanti" candaku.

"Hih apasih hahaha, tapi beneran kan? Manis, nggak??"

"Iyaa sayangg, benerann manis" balasku.

"Hehehe owkayy, ohiya tadi Ummi nitip salam, kata Ummi kalo kamu lagi nggak lomba mah disuruh ikut acaranya" ucap Hani.

"Wah kayaknya Ummi kangen ama aku yah hahahah" candaku, mungkin memang Ummi kangen, kangen dengan kontolku.

"Hahahaha, yaudah kamu kalo mau istirahat dulu, semangat lombanya yaaa! Nanti aku kasih hadiah deh mau menang mau kalah" ucap Hani menyemangatiku.

"Terimakasihh, yaudah aku mau tidur dulu yaa, dadahh! Sayang Hani" ucapku.

"Sayang Bayu jugaa"

Setelah Hani mematikan teleponnya, akupun langsung tidur

--

Aku terbangun karena dering hapeku yang kembalu berbunyi kencang, dan kulihat ternyata kak Liya yang menelponku.

"Halo, kak?"

"Bayu kamu dimana?" tanya kak Liya.

"Di kamar, kak"

"Buruann sinii! Kan harus latihan duluu!" ucap kak Liya dan setelah itu kak Liya mematikan telponnya.

Aku yang masih kebingunan pun mengecek jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 2:30 siang. Oh tidak, aku telat latihan! Akupun langsung berdiri dan bergegas turun ke lobby. Sesampainya di lobby, kulihat sudah ada kak Liya dan pak Jarwo di meja restoran, namun tidak kulihat adanya Rangga dan Zahra.

"Akhirnyaa kamu dateng juga, kemana aja kamu?" tanya pak Jarwo.

"Jetlag, pak" candaku membuat pak Jarwo dan kak Liya tertawa.

"Hahahaha gimana orang beda zona waktunya cuma sejam bisa jetlag" balas pak Jarwo.

"Ini Rangga sama Zahra nya kemana?" tanyaku.

"Rangga aku telpon nggak diangkat, si Zahra juga tapi aku liat di Whats*pp nya online pas aku telepon" ucap kak Liya menjelaskan.

"Yah ampun deh, apa mereka masih pada tidur ya?" tanya pak Jarwo.

"Nggak sih, pak. Paling emang merekanya aja yang males" balasku.

"Yah susah kalo sudah begini, yasudah kita tunggu sampe mereka dateng aja kalo gitu, kita makan dulu aja sekarang" ajak pak Jarwo dan kami bertiga memesan makanan yang tentu saja dibayari oleh pak Jarwo.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4:00 dan akhirnya muncul Rangga dan Zahra, namun bukan dari lift, melainkan dari pintu masuk hotel yang menandakan daritadi mereka berdua sedang pergi keluar.

"Hmmm cakep ye, udah bentar lagi lombanya lu pada malah ngelayab kemana tau" ucapku kesal.

"Lah jangan salahin gua, Bay. Kan lu liat tadi Zahra yang ngajak gua keluar" balas Rangga.

"Dih kok jadi salah aku, kamu yang daritadi kerjaannya ngelama-lamain mulu" bantah Zahra.

"Udah, udah, jangan malah berantem. Lombanya sebentar lagi loh" ucap pak Jarwo menenangkan kami dan kami memulai latihan.

Latihan debat pun dimulai. Aku yang memang memahami tentang topiknya bisa menjawab pertanyaan dari pak Jarwo dengan mudah, begitu pula dengan Zahra yang sebenarnya cukup menguasai topik juga. Namun Rangga, yang dari awal kami memulai latihan hanya terpaku kepada hapenya, selalu kewalahan jika pak Jarwo memberikan dia pertanyaan. Aku yang kesal melihatnya pun langsung mengambil paksa hapenya dan memberikannya ke kak Liya. Rangga yang tidak terima pun langsung membentakku.

"Bay siniin gak hape gua?!?" teriak Rangga.

"LATIHAN DULU BARU LU MAIN HAPE!" balasku membentak.

"NGGAK POKOKNYA GUA GAMAU SERIUS LATIHAN KALO HAPE GUA BELOM BALIK"

"KAPAN SIH LU LATIHAN SERIUS, UDAH DUA MINGGU KITA LATIHAN LU KERJAANNYA CABUT-CABUTAN, SEKALINYA DATENG MANTENGIN HAPE DOANG"

Perseteruan aku dan Rangga sepertinya memancing perhatian orang-orang di sekitar kami, dan sebenarnya itu merupakan gerakan yang bodoh, dengan ini orang yang bisa menjadi lawan kami yang bisa saja berada disini, bisa mengetahui titik lemah kita, yaitu di Rangga. Akhirnya pak Jarwo menenangkan kami berdua.

"Ssst, sudah jangan berisik, nanti malah diliat ama calon peserta lainnya" ucap pak Jarwo.

Akupun kembali duduk, namun Rangga yang sepertinya sangat kesal langsung pergi begitu saja meninggalkan kami berempat.

"Ah bodo, lah. Males gua" ucap Rangga yang kemudian berjalan menuju ke elevator.

"RANGGA, KESINI NGGAK KAMU" bentak pak Jarwo namun tidak dihiraukan oleh Rangga.

"Hhhhh, makin ribet deh ini urusan" ucap kak Liya yang sepertinya mulai stres.

"Kalo kakak waktu itu ngerekomendasiin Adi sama Sindy ke pak Jarwo, pasti gabakal kayak gini ceritanya kak" ucapku kesal ke kak Liya.

"Hadehh bapak malah jadi buang-buang duit kesini, yasudah berhubung sepertinya kamu sama Zahra sudah siap, latihan kita sudahin saja, silahkan balik ke kamar masing-masing untuk istirahat dan siap-siap, tapi kalo bisa si Rangga kalian latih dulu ya" ucap pak Jarwo.

"Lu aja ya, Zah. Itung-itung kan lu jadi bisa berduaan sama Rangga eheheh" candaku kepada Zahra.

"Ihh Bay kamu peka banget sihh eheheh, yaudah nanti aku coba latih si Rangga nya dulu ya" ucap Zahra kegirangan, dan setelah itu kami membubarkan diri.

--

Perlombaan sudah selesai, dan tentu saja, kami mengalami kekalahan. Lawan kami terlalu kuat, sepertinya mereka sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari, atau persiapan mereka jauh lebih matang dari kami. Sebenarnya aku dan Zahra masih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan memberikan pertanyaan yang membuat mereka kewalahan juga, namun peran Rangga di tim kami hanya seperti feeder untuk para tim lawan. Tim lawan yang menyadari titik lemah kami akhirnya menyerang titik tersebut secara habis-habisan dengan memberi pertanyaan ke Rangga dengan syarat aku dan Zahra tidak boleh membantu. Hasilnya? Jawaban Rangga sangat bodoh dan konyol hingga membuat seluruh audiens tertawa.

"Zah katanya lu udah ngajarin Rangga" bisikku.

"Udahh, tapi Rangga nya kayak biasa aja males-malesan" balas bisik Zahra.

Perdebatan diakhiri dengan kedua kubu saling bersalaman. Setelah bersalaman, aku yang sudah sangat kesal pun langsung turun dari panggung. Pihak acara juga memberiku konsumsi, namun aku yang sudah sangat kesal pun mengambilnya dan langsung membantingnya ke lantai keras-keras. Perlakuanku ini menjadi pusat perhatian dan aku kembali berjalan menuju pintu keluar dan langsung menuju ke elevator. Rangga yang menyadari kekesalanku pun berlari mengejarku hingga kedepan elevator.

"Bay! Bay!" teriak Rangga.

Aku tidak menghiraukannya.

"Bay gua minta maaf, Bay!" kembali teriak Rangga dan kini Rangga sudah berada di belakangku.

Rangga pun memutar badanku dan aku langsung mengayunkan pukulan keras mengenai kepalanya hingga membuat Rangga terjatuh.

"Udah telat" ucapku yang membuat Rangga terdiam, dan tak lama setelah itu pintu elevator terbuka dan aku beranjak masuk ke dalam elevator.

Sesampainya di kamarku, aku langsung membuka jas dan dasiku, kemudian aku menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan setelah itu aku sholat. Selesai sholat, aku langsung menelentangkan badanku di kasur sebentar namun Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku yang sebenarnya masih malas pun langsung membukakan pintu dan ternyata kak Liya yang mengetuk.

"Loh kak Liya? Kenapa kak?" tanyaku.

"Nggak, kok. Mastiin kamu masih emosi atau nggak doang" balasnya.

"Oooh, nggak kok kak, lagian juga kan aku keselnya sama Rangga doang, aman udah" balasku.

"Heumm yaudah kalo gitu, gausah terlalu dipikirin yang tadi, oke? Anggep aja pengalaman pertama, maaf udah harus ngebikin kamu dipasangin sama Rangga" ucap kak Liya dan setelah aku mengiyakannya, aku menutup pintu dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai mandi dan baru mengenakan kaus, kulihat Hani meneleponku via video call dan aku langsung mengangkatnya.

"Haloo" ucap Hani yang kulihat masih menggunakan mukena.

"Halooo, baru selesai sholat, ya?"

"Hehehe, iyaa, kamu udah sholat?"

"Udahh tadi"

"Alhamdulillahh, calon imam yang baik, hehehe. Gimana tadi? Menang ngga??" tanya Hani.

"Nggak usah nge expect yang tinggi-tinggi kalo ada Rangga ya hahaha" balasku.

"Loh, jangan-jangan kalian kalah gara-gara dia"

"Yak betull 100" balasku bercanda.

"Hahahaah, yaudah gapapa, pengalaman pertama kan"

"Iyaaa, tapi aku masih dapet hadiah, kan?" tanyaku bercanda.

"Mau preview hadiah nya dulu?" tanya Hani.

"Bolehh" balasku.

Hani kemudian mengangkat mukenanya sampai ke dada dan kulihat Hani tidak menggunakan apa-apa dibalik mukenanya.

"Hah kamu telanjang?" tanyaku.

"Hehehe, iyaa. Sengaja buat ngasih tau ke kamu" ucap Hani.

"Dihh kok pacar aku jadi nakal begini sih"

"Gapapah pengen ngegoda kamu ajah"

Aku yang memang masih belum mengenakan celana pun langsung membalik kamera hape dan menunjukkan kontolku yang sudah berdiri tegak.

"Ihh itu kok udah gede ajaa" ucap Hani kaget.

"Iya nihh, harusnya kan kalo yang punya nya kemaren ikut kesini lagi dimainin sama yang punya" ledekku.

"Iya nihh, aku jadi kepengen ngeliatnya" ucap Hani.

Mungkin ini saatnya untuk mengajarkan Hani tentang Video Call Sex.

"Sayang"

"Iya, Sayang? Kenapa?"

"Mau coba VCS, nggak?" tanyaku.

"Hah VCS itu apa?" tanya Hani yang memang masih cukup polos.

"Itu loh yang kayak kita video call tapi saling mainin kelamin masing-masing"

"Ihh nggak mau, ah! Aku maunya kalo main beneran sama kamu" tolak Hani.

"Yah, tapi aku udah berdiri, nih" ucapku memelas.

"Hmm, yaudah sebentar yah" ucap Hani yang kemudian mematikan teleponnya.

Tak lama kemudian, muncul notifikasi chat dari Hani dan saat kubuka, ternyata isinya adalah foto. Foto dia sedang bercermin di kamar mandi hanya menggunakan kimono handuk yang tidak diikat, membuat payudaranya yang tidak besar namun indah terekspos. Oh my god, kontolku ngaceng makin keras. Tak lama setelah itu, Hani kembali meneleponku via Video Call.

"Gimana, seksi nggak? Hehehe" tanya Hani.

"Bangettt"

"Hihihi, yaudah kalo mau keluarin pake yang itu ajah, tapi jangan dipake buat sekarang, yah. Nanti kamu malah ketiduran" ucap Hani, dan setelah Hani mengganti baju dengan gamis yang dia unjukkan tadi siang, kami melanjutkan teleponan kami sampai kurang lebih jam 8:00.

Disaat sambil teleponan dengan Hani, aku sambil membuka Inst*gram, dan kulihat kak Liya membuat story, kubuka dan isinya terlihat seperti kak Liya sedang mengekspresikan kegalauannya.

"Ini kak Liya bikin story sedih gini kenapa, deh?" tanyaku.

"Waduh, nggak tau deh, tapi emang kak Liya kemaren curhat masalah dia sama pacarnya" ucap Hani.

"Masalah apa?"

"Kepooo, hihihi. Ehh ini aku udah mau jalan ke kondangannyaa" ucap Hani.

"Dih masa gitu, okeyy, hati-hati di jalan yaaa"

"Iyaa sayang, dadahh"

"Dadahh"

Setelah itu Hani mematikan teleponnya.

Aku berniat untuk langsung tidur saja, namun perutku yang kosong membuatku sangat lapar. Aku yang daritadi belum mengenakan celana pun berdiri menuju ke tasku untuk mengambil celana, dan setelah itu akupun langsung bergegas keluar hotel untuk mencari makanan.

Karena disini agak sulit untuk mencari makanan yang halal, aku memutuskan untuk membeli makan fast-food saja. Disaat aku mengantri, muncul notifikasi chat dari Hani.

"Sayang, itu kak Liya ternyata abis putus sama mantannya, soalnya mantannya ketauan selingkuh"

Akupun membalasnya.

"Yaampun kasian banget, terus sekarang kak Liya nya gimana?"

"Dia lagi sedih banget nggak mau keluar kamar katanya, kamu lagi beli makan apa?" tanya Hani.

"Mc*, eheheh" balasku.

"Hmmm junk food lagi yah, kalo gitu kamu beli dua ajaa sama buat kak Liya satu, temenin dia dulu yah sayang, kasian dia perlu temen yang bisa ngehibur"

"Oooh, okeyy" ucapku.

"Yaudahh nanti kabarin aja yah kalo kak Liya nya udah baikan, aku mau hunting makanan di kondangan dulu ehehehe, dadahh" balas Hani.

--

Aku jadinya membeli dua paket nasi, dua burger, dan dua es krim. Aku memasuki hotel, dan setelah menaiki elevator menuju ke kamar kak Liya, aku tadinya hendak langsung menuju ke kamarnya, namun kulihat pak Jarwo dan Zahra yang sedang berbincang di depan pintu kamar Zahra yang memang selantai dengan kamar kak Liya. Aku ingin menyapanya, namun sepertinya percakapan mereka mengandung privasi, jadi aku langsung mengumpat di balik tembok untuk menguping.

"Yah pak, mau gimana lagi? Kayaknya juga si Rangga nya nggak tertarik sama saya, deh. Dia lebih tertarik sama kak Liya kayaknya" ucap Zahra.

"Yah saya juga sebenernya nggak kaget, sih. No offense ke kamu, tapi ya wajar kalo dia suka sama Alliya, dia cantik, pinter lagi. Siapa sih yang nggak mau?" balas pak Jarwo.

"Kalo bapak disuruh milih aku sama kak Liya bapak milih mana?"

"Kamu, soalnya bisa bapak ewe, hehehe" balas pak Jarwo.

Hah? Jadi ternyata...

"Ihh si bapak mah, yaudahh janji kan tetap janji pak, bapak udah ngebolehin saya ikut biar bisa deket sama Rangga, bapak boleh entotin saya sampe puas malem ini, kayak perjanjian kita kemaren" ucap Zahra.

Oh, shit. Pantas saja Zahra bisa tiba-tiba dipilih oleh pak Jarwo.

"Iyaa, nanti bapak kesini jam 10 yah sayang, ccupphh..." ucap pak Jarwo yang kemudian mengecup bibir Zahra.

Setelah Zahra masuk ke kamarnya, pak Jarwo berjalan menuju ke arah elevator, dan karena takut jika dia tahu aku mendengar, aku mengumpat dibalik pilar yang ada di dekatku. Pak Jarwo pun memasuki lift, dan aku langsung bergegas menuju kamar kak Liya.

Aku mengetuk pintunya, dan agak lama kemudian, kak Liya keluar dari kamarnya menggunakan piyama dan kerudung bergo, dan kulihat matanya memerah sembab.

"Loh, Bayu? Kenapa?" tanya kak Liya.

"Makan dulu, kak. Tadi Hani nelpon katanya kakak nggak mau keluar kamar, terus sama Hani disuruh beliin makan buat kakak" balasku.

"Ihh si Hani mah daridulu nggak berubah-berubah, yaudah makasih yah, Bay" ucap kak Liya dan kak Liya langsung menutup pintunya, namun kutahan.

"Bay, kenapa sih?" tanya kak Liya.

"Mau bareng nggak makannya?" tanyaku.

"Hmmm, boleh deh" balas kak Liya dan kemudian kak Liya membukakan pintu.

Kak Liya langsung duduk di kursi sofa yang berada di ujung kamar, dan menaruh makanannya di meja kecil diantara dua kursi tsrsebut. Aku menyusulnya dan langsung mengambil foto untuk kukirim ke Hani. Kak Liya yang memang sudah lapar tidak menahan diri dan langsung memakan burger yang kubelikan.

"Sett buru-buru amat kak" candaku.

"Aslii laper hehehe" balas kak Liya.

Kami tidak berbicara banyak saat makan, dan setelah kami menghabisi makanan kami, baru kami memulai untuk mengobrol.

"Hani cerita apa aja sama kamu, Bay?" tanya kak Liya.

"Katanya kak Liya sedih abis diselingkuhin, terus kak Liya sedih banget sampe nggak mau keluar kamar" balasku.

"To the point banget tuh anak ya kalo cerita"

"Emang kak kebiasaan" balasku, dan kemudian terjadi keheningan sebentar sebelum akhirnya kak Liya kembali membuka suara.

"Bay"

"Iya kak?"

"Maafin aku yah"

"Loh kenapa?" tanyaku.

"Maafin aku udah nggak bisa ngeyakinin pak Jarwo kalo Adi sama Sindy cocok buat nge tim in kamu"

"Yah, yaudah lah ya, kak. Lagian juga kalo kakak tau alesan sebenernya kenapa pak Jarwo bisa tetep milih Rangga sama Zahra pasti kakak juga paham" balasku.

"Aku tau, kok" ucap kak Liya.

"Loh, kok? Kakak tau dari mana?" tanyaku.

"Waktu itu aku pernah mau masuk ke ruangannya pak Jarwo, terus ternyata ada Zahra, aku tadinya pengen masuk, cuma denger percakapan mereka, aku malah takut terus pulang" balas kak Liya.

"Walah, sama aja aku dapet info nya dari nguping tadi" jawabku.

"Hahahaha, tadi aja pak Jarwo ke kamar aku tau, katanya ngajak makan keluar, cuma aku udah takut duluan jadi aku tolak" balas kak Liya.

"Dih kan kalo sama pak Jarwo enak makannya mahal kak" candaku.

"Mahal iya, biaya temenin makannya juga mahal tapi hahaha" ucap kak Liya dan kami berdua tertawa terbahak-bahak, dan setelah itu kembali terjadi kesunyian, dan kak Liya kembali membuka pembicaraan baru.

"Bay"

"Kenapa, kak?"

"Aku itu sebenernya cantik nggak, sih?" tanya kak Liya.

"Cantik kok, cuma kalo dibandingin sama Hani, no offense, kakak kalah jauh kalo menurut aku" balasku yang membuat dia tertawa.

"Hahahaha, iya lah, jelas. Pas dia masih di fakultas kita aja banyak banget kating-kating yang mau deketin dia, bahkan yang ampe S2 juga ada yang mau seriusin dia, beruntung banget kamu, Bay" balas kak Liya.

"Emang kenapa kakak tiba-tiba nanya begitu kak?" tanyaku yang membuat kak Liya terdiam, dan tiba-tiba dia malah menangis.

"Loh, loh, kok malah nangis kak? Aku salah tanya atau gimana?" tanyaku yang berdiri menghampirinya untuk memenangkan dia.

"Hikss... Hiksss... Ngg... Nggak kokk nggak apa-apa, aku cuma stres aja, mas Rizky udah ngeduain aku" ucap kak Liya yang masih menangis.

"Yah, mungkin emang dari dasarnya dia aja yang emang begitu kali, kak" ucapku menenangkan.

"Hikss... Hikss... Iyah, mungkin aku udah kemakan omongan dia duluan yah" balasnya.

"Udahh gausah dipikirin kak, kalo makin kakak pikirin kakak malah makin stres nanti" ucapku menenangkan.

"Iyah, tenang aja. Kan kalo gini juga aku jadi bisa lebih terbuka ke mas Surya"

"Mas Surya siapa lagi, kak?" tanyaku bingung.

"Dia anak dari kenalan orangtua aku, polisi. Dia mau seriusin aku, cuma aku masih percaya sama mas Rizky waktu itu, sebenernya juga dia tau kalo ada yang deketin aku, tapi dia gatau orangnya yang mana, makanya dia marah-marah, cuma aku balik marah-marah karena aku juga sebenernya tau kalo dia main sama cewek lain, baru banget tadi berantemnya" ucap kak Liya menjelaskan.

"Oalahh, ternyata mas Rizky se brengsek itu ya?" tanyaku.

"Iya, Bay. Apalagi aku juga denger dari temennya katanya pas dia balik kesini, dia ketahan di stasiun gara-gara ketauan megangin pantat cewe pas dia desek-desekan keluar kereta" jawab kak Liya.

Wait, jangan-jangan.....

"Kak, aku boleh liat fotonya mas Rizky, nggak?" tanyaku spontan.

"Kenapa tiba-tiba kamu jadi antusias gitu, Bay?"

"Please kak, aku mau liat dulu foto orangnya"

"Iyaa, iyaa, nih. Untung belom aku apus-apusin" ucap kak Liya memberikan hapenya kepadaku.

Aku langsung melihat fotonya, dan ternyata benar. DIA ORANG YANG MENGAMBIL CELANA DALAM HANI. Aku yang speechless pun langsung menjatuhkan hape kak Liya dan memegang kepalaku.

"Bay, kenapa Bay?" tanya kak Liya.

"Kak, cewek yang kakak maksud itu Hani kak, mas Rizky orang yang nyabulin Hani, Aaaahh dunia kenapa sempit banget, sih?" ucapku stres.

Kak Liya ternyata tidak kalah speechless. Dia langsung terjatuh dan duduk di lantai sambil memegangi kepalanya, dan dia mulai menangis kencang.

"Loh kak, kenapa?"

"Aku kesel, Bay. KESEL. BISA-BISANYA DIA NGELECEHIN HANI JUGA PADAHAL AKU UDAH NGASIH DIA APA YANG DIA MAU"

"Iya udah kak, paham kok aku, tenang aja okey?" ucapku menenangkan.

"JANGAN NGEHARAP AKU TENANG, BAY. AKU UDAH NGASIH DIA KEPERAWANAN AKU YANG SEHARUSNYA BUAT CALON SUAMI AKU NANTI TAPI DIANYA MASIH AJA KAYAK GITU, AH BODOH BANGET SIH AKU" teriak kak Liya dan akhirnya aku langsung memeluknya untuk menenangkan dirinya, dan aku mengelus-elus kepalanya yang masih tertutup bergo.

"Ssstt, udah-udah, gaada gunanya kalo kakak marah-marah, percuma, kakak marah juga kan nggak bisa ngebalik waktu" ucapku menenangkan kak Liya sambil mengelus-elus kepalanya.

"Hikss... Hikss... Maafin mas Rizky ya, Bay. Andai aja aku tau dari dulu kalo dia nyabulin Hani, pasti aku udah nyudahin hubungan aku sama dia dari dulu" ucap kak Liya.

Kak Liya melepaskan pelukannya, dan kami berdua saling bertatapan. Aku menghapus air matanya yang berada di pipinya, dan setelah itu, wajah kami makin berdekatan, makin mendekat, dan akhirnya kami mulai berciuman. Aku memagut bibirnya pelan, dan dia pun membalas pagutanku. Kami berciuman di posisi ini tidak begitu lama sampai akhirnya kak Liya menarikku untuk berciuman di kasur.

Setelah kami pindah ke kasur, ciuman kami berubah menjadi sangat liar. Tak lama kemudian, kak Liya mengangkat kausku dan membukanya, dan aku membuka kancing-kancing piyama nya dan ternyata kak Liya sudah tidak menggunakan apa-apa dibaliknya. Ciumanku pun berpindah ke payudaranya yang agak lebih besar dari punya Hani.

"Mmppshh... Ahhh Bayy..." desah kak Liya.

Sambil aku menciumi payudaranya, kak Liya menurunkan celana beserta celana dalamnya, hingga kini hanya tersisa bergo dan atasan piyamanya. Aku yang menyadari kak Liya sudah menurunkan celananya pun ikut menurunkan celanaku beserta celana dalamnya, mengekspos kontol besarku ke kak Liya.

"Oh my god" ucap kak Liya.

"Kenapa, kak?"

"Punya kamu gede banget"

"Emang punya mas Rizky kecil?" tanyaku.

"Jauh kalo dibandingin sama punya kamu, langsung masukkin aja yah, Bay. Aku udah basah banget" jawab kak Liya yang kemudian menyuruhku untuk memasukkan kontolku ke memeknya.

"Kakak yakin?" tanyaku.

"Please, Bay. Temenin aku malem ini" ucap kak Liya memohon.

Akupun mengiyakannya, dan langsung meludahi tanganku untuk melumasi kontolku sebelum aku memasukkannya ke memek kak Liya. Baru aku memasukkan ujung kontolku, kak Liya melenguh kencang.

"Uhhh....." lenguh kak Liya.

Aku mulai memperdalam kontolku di memeknya, dan memeknya ternyata masih sempit, meski tidak sesempit Hani. Setelah kontolku masuk sepenuhnya, aku mulai menggenjot pelan memeknya.

"Uhhh.. Bayy..." desah kak Liya.

Setelah kak Liya mulai terbiasa, baru aku mempercepat genjotanku, membuat kak Liya makin keenakan.

"Ahhh... Bayuuu..... Enakkk bangettt... Kontol kamuu enakkk... Jauhhh darii punyaa Rizkyy bangsattt ituuu... Ahhhh" ucap kak Liya sambil mendesah.

"Ahhh iyaa kakkk, memekk kakakk jugaa enakkk bangettt" balasku, dan setelah itu kami kembali berciuman.

Sudah 15 menit aku menggenjot memeknya, dan aku mulai bosan dengan posisi ini. Akupun mencabut kontolku.

"Mmppshhh... Uhhh bayy kok dicabutt??" tanya kak Liya.

"Ganti gaya, kak. Doggy style" ucapku dan kak Liya langsung memindahkan posisinya menjadi menungging.

Aku tidak berpikir lama dan langsung memasukkan kontolku dan menggenjotnya cepat. Di sela-sela aku menggenjot memeknya, tak lupa kutampar-tampar pantatnya dan membuat kak Liya menjadi makin menggila.

"AHHH... BAYUUU... ENAK BANGETTT, UDAHH GEDEE TAHAN LAMA BANGETT JUGAAA... AHHH... HANII PASTII PUAS BANGETTT... AHHH AKU KELUARRR" teriak kak Liya dan tak lama setelah itu kak Liya mencapai orgasme pertamanya.

Aku membiarkan kak Liya bernapas sejenak, sebelum akhirnya kembali menggenjot memeknya pelan.

"Uhhh... Aku nggak pernah sampe senikmat inii kalo sama Rizky... Mmmhhh..." ucap kak Liya yang kemudian membuka piyamanya, dan disaat dia hendak membuka bergonya, aku tahan.

"Bergonya jangan dibuka, kak. Gemes aku liatnya" ucapku.

"Hihh, yaudah deh, yaudahh lanjuttt cepetinn genjotannyaaa" ucap kak Liya dan akupun kembali mempercepat genjotanku.

Sudah 20 menit aku mengentoti kak Liya di posisi ini, dan entah berapa kali kak Liya sudah mengalami orgasme, kak Liya sudah mulai kelelahan.

"Hhhh.... Hhhh... Bayyy... kamu kokk nggakk keluarr-keluarrr sihhh" tanya kak Liya.

"Hhhh... Inii akuu udahh mauu keluarrr kakkk... Hhhh... Hhhh.... Akuu keluarinn dimanaa??" tanyaku.

"Dii mulut akuu ajaa sinii... Hhhh... Hhhhh... Akuu pengenn ngerasainn nyepongg kontolll gedeee.... Hhhh.... Hhhh..." ucap kak Liya.

Akupun mencabut kontolku dan kak Liya memindahkan badannya. Kini kepala kak Liya berada di depan kontolku. Kak Liya tidak menahan diri dan langsung melahap kontolku. Wah, aku tidak menyangka kalau kak Liya bisa sejago ini menyepong kontol.

"Ahhhh... Enakk kakk..." desahku.

"Chlokkhh... Chlokhh... Enakan sepongan aku apa Hani, nih?? Chlokhh... Chlokhh..." ucap kak Liya setelah melepas sepongannya sebentar dan kembali menyepong kontolku.

"Hhhh... Tetep Hani sihh kakk, tapi kakakk juga jagoo bangettt..." ucapku sambil mengelus-elus kepala kak Liya.

Kak Liya mempercepat sepongannya dan kini spermaku sudah mau keluar.

"Hhhhh... Kakkk... Akuu udah mau keluarrr...." desahku dan kak Liya makin mempercepat sepongannya, hingga akhirnya aku mencapai ejakulasiku.

"Ahhhh akuu keluarr kakkk" lenguhku.

Kak Liya menampung spermaku di mulutnya dan setelah aku selesai menyemprotkan spermaku ke mulutnya, kak Liya melepas seponganku dan memperlihatkan pejuku yang ditampung di mulutnya. Setelah itu, barulah dia menelan semua pejuku.

Karena kelelahan, kak Liya langsung membaringkan badannya di kasur dan akupun menyusulnya. Kami berpelukan sebentar, sampai akhirnya kak Liya membuka suara.

"Bay"

"Iya, kak?"

"Pokoknya whatever happens in this room, stays in this room, yah? Jangan sampe ketauan kalo kita abis ngentot" ucap kak Liya.

"Siapp bang jago, hehehe" candaku.

Kak Liya hanya tersenyum mendengarnya, sebelum akhirnya kak Liya menyuruhku untuk kembali ke kamarku.

"Yaudah, Bay. Buruan balik ke kamar kamu sana, nanti ribet kalo papasan sama pak Jarwo pas dia ke kamar Zahra" ucap kak Liya, dan aku tidak langsung mengenakan bajuku, tapi aku ke kamar mandi dahulu untuk membersihkan badan, dan setelah aku selesai mandi, kulihat kak Liya yang sudah kembali mengenakan piyamanya sedang memainkan hapenya di kursi dekat kasur, dan aku yang masih ngaceng karena kedinginan pun iseng menghampiri kak Liya dan memukul kepalanya menggunakan kontolku, dan hal itu membuat kak Liya kaget.

"Ihh Bayu apaan sihhh?!?" teriak kak Liya namun aku hanya tertawa-tawa.

Setelah aku mengenakan pakaianku, akupun pamit dengan kak Liya untuk kembali ke kamarku.

"Kak aku balik ke kamar aku yah" ucapku.

"Bay"

"Kenapa, kak?" tanyaku.

"Maaf, yah, malah bikin kita berdua ngentot tadi" jawab kak Liya.

"Kalo ngentot tadi bikin kak Liya jadi makin tenang, aku nggak keberatan kok" balasku yang membuat kak Liya tersenyum, dan setelah itu aku keluar dari kamar hotel kak Liya menuju elevator.

Elevatornya kini sudah sampai di lantai ini, dan setelah pintunya terbuka, kulihat pak Jarwo berada di dalam elevator.

"Loh, pak? Mau ngapain, pak? Bukannya kamar bapak di lantai bawah?" tanyaku iseng, karena ku tau pasti dia ingin ke kamar Zahra.

"Ehh.. Ini... Si Zahra katanya minta beliin obat... Misi ya nak" ucap pak Jarwo gelagapan dan langsung berjalan menjauhiku menuju kamar Zahra.

Sesampainya di kamarku, aku langsung menghempaskan badanku di kasur, dan kulihat Hani masih belum membalas chatku. Namun tak lama kemudian Hani membalas chatku.

"Ehhh maaf sayangg, aku baru sempet megang hapee, gimana kak Liya? Udah mendingan belom dia?" tanya Hani melalui chat.

"Iyaa gapapa kok, udah mendingan kok kak Liya, udah bisa diajak bercanda" balasku.

"Alhamdulillahh kalo begitu" balas Hani.

"Sayang, there's something you need to know" ucapku.

"Apa?"

"Cowok yang megang pantat kamu di stasiun, itu mantannya kak Liya"

"Are you serious?" tanya Hani.

"100% sure"

"Yaampun, terus respon kak Liya gimana pas kamu ceritain?" tanya Hani.

"Marah, cuma aku tenangin, aman kok" balasku.

"Alhamdulillah kalo gitu. Yaudahh kamu tidur sanaa, kan besok flight nya pagi" ucap Hani.

"Iyaaa ini aku mau tidur kok"

"Okedehhh, good nightt sayang, luv u"

"Good nightt sayang, luv u too Han" balasku, dan kemudian aku langsung tidur.

-To be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd