Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Beyond the Boundaries-

Bella



Mamah



=====

"Fyuhh.. Akhirnya selesai juga ngemas barangnya" ucapku lega setelah selesai mengemas barang-barangku.

"Lagiann kakak punya barang di kamar banyak banget, ngeribetin aja" balas Bella kesal karena aku tidak kuat jika aku harus membereskan semua ini sendiri, jadi aku meminta tolong Bella.

"Ya maaf sih, dek. Nanti malah lebih lama loh berangkatnya" jawabku sambil mengelus-elus kepalanya.

--

Hari ini adalah hari dimana kami akan berpindah tempat tinggal dari kota Planet Luar menuju kota Benteng. Jujur aku masih merasa tidak enak dan berat jika kami harus pindah dari rumah ini, namun aku juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayah sudah mengambil keputusan. Lagipula semenjak Bella diberitahu kalau kami akan pindah, Bella mulai kembali menjadi dirinya yang riang dan ceria lagi, jadi ini juga merupakan tindakan yang benar dari Ayah.

Meski sempat mengalami kendala, Mamah juga akhirnya pindah ke rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari rumah baru kami berkat koneksi dari Ayah. Dengan ini, Mamah tidak perlu bepergian jauh-jauh ke tempat kerjanya yang lama dan bisa pulang kerumah lebih cepat. Yah meski aku dan Bella hanya akan berada di rumah ini selama sebulan karena kami akan berangkat kuliah, kurasa dalam waktu sebulan cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

--

"Permisi mas Bayu, yang ini barang-barangnya udah bisa diangkut?" tanya salah satu bawahan Ayah yang diminta Ayah untuk membantu memindahkan barang-barang.

"Oh udah mas, udah semua ini" balasku.

"Oke mas kalo gitu, mas Bayu sama dek Bella nya juga kalo bisa keluar dulu ya, soalnya kita mau ngangkut kasur, meja, sama lemari juga" kembali ucap orang itu dan aku dan Bella beranjak keluar dari kamarku dan kami pindah ke taman kecil yang ada di bagian belakang rumah kami.

Selama kami berdua duduk disini, aku terus memerhatikan sekeliling rumah dan mengingat semua memori yang ada di rumah ini. Ahhh, aku jadi ingat dulu aku dan Bella sering bermain bola di taman ini dan aku juga ingat kami pasti akan selalu berlari ke taman ini jika sedang hujan dan bermain. Aku memerhatikan ruang makan dan aku menjadi teringat saat Bunda mengajariku membaca dan menghitung di meja itu dan Bella sedang menggambar di depanku. Mengingat ini semua rasanya aku menjadi semakin berat untuk meninggalkan rumah ini, namun dalam hidup kita juga harus bisa untuk melangkah kedepan atau kita akan terus berada di posisi yang sama seumur hidup kita.

Bella sepertinya menyadari lamunanku dan dia langsung menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Kak, kakak masih kepikiran, ya?"

"Hah? Nggak kok, kakak lagi nge-rewind aja"

"Nggak papa kali kak kalo kakak masih kepikiran, nanti juga lama-lama kita juga terbiasa kokk pasti, okeh? Ccupphh..." ucap Bella yang dilanjut dengan kecupan di pipiku.

Aku tidak menjawab perkataan Bella, namun aku hanya mengelus-elus kepala Bella yang sudah tertutup oleh jilbabnya. Semenjak aku dan Bella berciuman kala itu, Bella menjadi tidak menahan diri untuk tiba-tiba mencium pipiku atau kadang bibirku, dan aku yang tadinya merasa aneh karena transisi Bella yang makin manja denganku kini sudah mulai terbiasa dengan tindakannya. Kami terus berada di posisi ini sampai akhirnya karena belum selesai juga kami berdua tertidur sejenak hingga Mamah membangunkanku.

"Kak, bangun hey, kok kalian berdua malah tidur lagi, sih?" tanya Mamah membangunkanku dan Bella.

"Hmm? Ya gimana nggak tidur, Mah? Sekarang aja masih jam 7an, kita nungguin pindahin barang-barangnya juga ngantuk kali" balasku.

"Hahahaha, yaudah ayo kita berangkat, barang-barang udah dikemas semua" jawab Mamah dan kami langsung beranjak menuju mobil yang sudah dipanaskan oleh karyawan Ayah.

Bella pun langsung beranjak keluar dari rumah, dan disusul dengan Mamah. Sebelum aku keluar dari rumah ini, aku kembali melihat-lihat rumahku dan kini sangat perbedaannya ketika rumahku masih dipenuhi dengan perabotan dan berbagai pajangan yang ada dengan kondisi rumahku yang sekarang sudah kosong. It really pains me to see this but it's time to go. Even though we won't be here anymore, the memories will be in our heart forever.

"Bunda aku pergi dulu ya" ucapku pelan kepada rumah ini seolah rumah ini adalah Bunda.

Aku langsung beranjak menuju mobil Mamah dimana ada Bella yang sudah menunggu. Kami berdua akan mengendarai mobil Mamah berdua sedangkan Ayah dan Mamah berada di mobil Ayah beserta beberapa karyawan Ayah yang tidak berada di mobil pengangkut barang.

"Kakak kok lama?" tanya Bella saat aku memasuki mobil.

"Abis liat-liat rumah lagi tadi" jawabku.

Bella tidak menjawab perkataanku, dia hanya mengelus-elus pahaku dan menatapku dengan tatapannya yang seolah mengatakan "Semuanya bakal baik-baik aja kok, kak".

Aku membalas tatapannya, dan aku mulai menggenggam tangannya yang sedang berada di pahaku. Aku dan Bella mulai menggerakkan kepala kami hingga makin berdekatan, dan akhirnya kami kembali berciuman.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Kami berciuman tidak lama karena kami takut terlihat oleh orang diluar. Aku melepas ciumanku dan ketika aku melihat kedepan, mobil Ayah sudah tidak terlihat yang menandakan mobil Ayah sudah jalan.

"Pokoknya kalo nanti kita ketinggalan jauh salah kamu, ya" ucapku meledek Bella.

"Dih kok jadi salah aku, sih? Kakak juga tadi deketin kepala kakak ke kepala aku" balas Bella sambil memukul tanganku, kami berdua tertawa dan setelah itu kami langsung berangkat menuju rumah baru kami.

--

Kami sudah sampai di rumah baru kami, dan hal pertama yang terbesit di pikiranku adalah: benar kata Ayah, rumahnya jauh lebih besar dari rumah kami yang lama. Meski tidak semegah dan sebesar rumah Hani, rumah ini juga bisa dibilang sangat besar. Tanpa berpikir panjang, aku dan Bella langsung menuju kedalam rumah baru kami, dan kulihat bagian dalam rumah ini yang juga jauh lebih megah dari rumah kami yang lama.

"Ihh kakk bagus bangettt" ucap Bella kegirangan sambil menggandeng tanganku.

"Iya, iya, bagus banget ya. Terus ini kamar aku sama Bella di sebelah mana, Yah?" tanyaku ke Ayah.

"Kamar kalian berdua ada diatas, kak. Kamar yang dibawah ada dua buat kamar Ayah sama Mamah, satunya buat pembantu nanti" balas Ayah yang sedang membantu memindahkan barang-barang.

"Kakk liat kamar kita yukk" ajak Bella sambil menarik tanganku membawaku ke tangga.

"Iyaa iyaa, kamu ngga sabaran banget sih" jawabku yang kewalahan dengan kesenangan Bella.

"Jangan lama-lama liat-liatnya, bantuin turun-turunin barang buat kamar kalian juga" ucap Ayah saat kami menaiki tangga, namun tidak kami jawab.

Kami langsung berjalan ke lantai atas, dan di lantai ini sepertinya terdapat kamar lain selain kamarku dan Bella karena aku melihat ada beberapa pintu lagi. Kuasumsikan kalau itu akan dijadikan kamar tamu atau akan dijadikan tempat Ayah bekerja. Aku dan Bella mengelilingi seluruh ruangan yang ada di lantai ini sampai akhirnya kini tinggal kamar kami berdua yang belum kita lihat. Aku dan Bella tidak kebingungan untuk mencari yang mana kamar kami karena ternyata Ayah sudah menandakan kamar kami dengan tulisan di pintu.

"Ih kak kamar kita sebelahan" ucap Bella yang masih kegirangan.

"Iya, Bel. Kamu jadi nggak perlu naik tangga lagi kalo minta dikelonin hahaha" ledekku yang membuat Bella cemberut, dan setelah itu kami langsung memasuki kamar kami masing-masing.

Ternyata Ayah menyuruh orang untuk mengecat kamarku kembali, karena tembok kamarku berwarna Claret di dua sisi, dan Biru di dua sisi lainnya, kedua warna ini merupakan warna dari West Ham United. Jadi ternyata Ayah juga sudah menyiapkan ini dari jauh-jauh hari.

"Dasar Ayah" ucapku dalam hati sambil menepuk jidatku.

Aku juga melihat ada satu pintu lagi di kamarku, sepertinya ini adalah kamar mandi. Akupun langsung beranjak masuk ke ruangan itu, dan aku kaget ternyata Bella juga sedang ada di dalam kamar mandi ini.

"Loh, Bella?!" teriakku yang kebingungan meski tidak terlalu kencang.

"Kamar mandi kita nyambung kak, hahaha" balas Bella yang tertawa.

Kami tidak melakukan banyak hal di lantai atas karena Ayah sudah meneriaki kami berdua untuk turun dan membantu memindahkan barang.

--

Tak terasa kami sudah selesai memasukkan barang-barang kedalam rumah kami, dan kini kamarku sudah sudah terisi penuh dan tidak kosong. Aku tidak dibantu oleh karyawan Ayah saat aku menata kamarku, jadi aku merasa sangat puas dengan usahaku sendiri. Sebagian besar ruangan di rumah ini juga sudah diisi dengan furniture-furniture yang kami bawa dari rumah kami. Pekerjaan ini berjalan dengan cepat berkat Ayah yang membawa kurang lebih 6-7 bawahannya untuk membantu mengisi rumah ini, dan kini mereka semua sudah berangkat pulang.

Sekarang sudah jam 2 siang, karena kelelahan menata kamarku, aku berniat untuk tidur siang. Namun tiba-tiba Mamah memanggilku untuk turun kebawah.

"Kakk! Turun kebawah sinii!" teriak Mamah dari lantai bawah.

"Kenapa Mahh??" tanyaku sambil teriak.

"Udahh turun kebawah dulu sinii" kembali suruh Mamah, dan dengan rasa malas aku berjalan ke lantai bawah.

Saat aku turun kebawah, kulihat Mamah sedang mengobrol dengan lelaki yang sepertinya seumuran denganku. Mamah pun langsung menyuruhku untuk segera berkenalan dengan mereka.

"Kak, kenalin ini tetangga baru kamu" ucap Mamah.

"Bayu" ucapku memperkenalkan diri.

"Ikhsan" jawabnya, dan setelah kami berdua berkenalan, Mamah meninggalkan kami berdua untuk berbincang.

Dari obrolan ini, aku mengetahui kalau umur mas Ikhsan berbeda 2 tahun denganku, dan dia masih menjadi mahasiswa di kampus yang bisa dibilang salah satu yang terbaik di Indonesia di Bumi Pasundan. Di jalan ini juga ternyata masih ada beberapa anak muda lagi yang seumuran dengan kami berdua juga. Selain itu, ternyata tak jauh dari sini ada lapangan Bola dan penduduk komplek ini sering mengadakan ajang main bareng tiap minggu sore. Mas Ikhsan pun mengajakku untuk ikut bermain sore nanti.

"Mau ikut nggak, Bay? Lu bisa main bola kan?" tanya mas Ikhsan.

"Bisa kok, mas. Tapi nanti samper gua lagi aja ya, takutnya gua ketiduran" balasku, dan setelah mas Ikhsan mengiyakan, dia langsung beranjak keluar dari rumahku dan aku langsung kembali ke kamarku.

--

Singkat cerita, kini kami sudah berada di lapangan. Disini, mas Ikhsan juga memperkenalkanku ke bapak-bapak komplek yang ikut bermain, dan mas Ikhsan juga memperkenalkanku dengan tiga teman baruku: Rafly, mas Riza, dan Alif. Kami berlima mengobrol sejenak dan mereka menanyakan hal-hal umum kepadaku. Benar saja, mereka tidak percaya kalau aku adalah pendukung West Ham United, namun mereka tahu kalau salah satu influence yang membuatku mencintai West Ham adalah film Green Street.

Kami kini sudah memulai permainan. Pertandingan ini tidak seberat seperti saat aku bertanding pada kompetisi tahunan di kampus yang kini telah dimenangkan oleh kampusku dua tahun berturut-turut, jadi kini aku bermain lebih santai. Tentu saja aku bermain sebagai Regista seperti biasanya, sehingga aku tidak perlu banyak berlari mengejar bola dan lebih mengandalkan passing, dribbling, serta kemampuanku membaca permainan. Peranku sebagai Regista pun terbayar karena kami menang dengan skor 5-0, dan aku berkontribusi dalam dalam dua gol lewat tendangan bebas dan tiga assist dari umpan jauhku hingga orang-orang di timku sering memanggilku Pirlo.

"Eh Pirlo oper sini!"

"Pirlo awas ke press!"

"Pirlo angkat kedepan bolanya!"

Kini kami sudah menyelesaikan pertandingan, dan kami beristirahat dibawah pohon yang rindang. Kami mengobrol ria dan terkadang para bapak-bapak RW kami memujiku atas gaya mainku.

"Kalo ada Pirlo mah bisa menang liga mingguan terus ini kita ya hahahah" ucap salah seorang.

"Iya, ya. Kamu telat datengnya sih, Bay. Tadi pagi kita udah kalah di semifinal" lanjut orang lainnya.

"Iya pak saya tadi pagi masih sibuk mindah-mindahin barang soalnya, saya gatau juga kalo ada liga-ligaan disini" balasku dengan sopan dan setelah itu kami lanjut mengobrol ria.

Disaat kami mengobrol, kulihat mas Riza sedang memperhatikan sesuatu, dan Alif pun langsung menanyakan apa yang sedang dia perhatikan.

"Buset dah lu udah kayak kesambet, lagi liatin apaan lu?" tanya Alif ke mas Riza.

"Itu tuh, gila tuh cewe cakep banget" jawab mas Riza sambil menunjuk kearah perempuan, dan ternyata perempuan itu adalah Bella.

"Oooh Bella?" tanyaku.

"Hah lu kenal, Bay?" tanya mas Riza kepadaku.

"Gimana nggak kenal, dia adek gua mas" jawabku yang membuat Alif, Rafly, mas Ikhsan dan mas Riza kaget.

"Hah serius lu?" tanya mereka berempat bersamaan.

"Iyee"

"Wah gila menang banyak dong lu Bay, udah nyokap cakep adek cakep juga hahaha" ucap mas Ikhsan yang membuat kami berlima tertawa.

"Hahaha, ya gitu deh mas, yaudah gua cabut duluan ya, udah gelap ini" ucapku pamit.

"Loh buru-buru banget, Bay. Yaudah tiati ya, inget besok selasa main lagi ya" balas mas Ikhsan dan setelah itu aku langsung mendatangi Bella.

"Kamu udah lama?" tanyaku.

"Iya, tadi Mamah cerita kakak main bola terus aku nonton" balas Bella.

"Oooh gitu, yaudah ayok pulang, udah jam segini" ajakku dan kami berdua langsung jalan pulang.

--

Aku langsung menghempaskan tubuhku di kasurku, dan aku hanya bengong melihat langit-langit kamarku sambil merenung. You know what? This is not that bad at all. Mungkin aku akan cukup lama beradaptasi disini, tapi sepertinya lingkungannya juga cukup baik dan orang-orangnya juga ramah. Yah setidaknya kami akan mendapatkan ketenangan di daerah yang tidak seramai daerah rumahku yang lama. Selain itu, lokasi yang tidak jauh dari lapangan bola ini sepertinya akan membuatku cepat betah disini.

Setelah aku merasakan keringatku sudah kering, aku memutuskan untuk ke kamar mandi. Namun saat aku memasuki kamar mandi, kulihat Bella kini sedang berada di bilik shower sedang membilas tubuhnya yang sudah bugil meski tidak terlihat sepenuhnya karena kacanya yang berembun.

"Kakakkk kok nggak ngetok duluu??" tanya Bella yang kulihat sedang menutupi payudaranya dengan tangannya.

"Ya gimana, dek? Kita udah harus mulai terbiasa begini juga, lagian salah ini Ayah naro kita di kamar yang kamar mandinya nyambung. Udah buruan kamu selesain mandinya, nggak keliatan kok dari sini" jawabku dan kemudian aku beranjak ke wastafel untuk melakukan apa yang kubisa dulu sambil menunggu Bella mandi.

Aku memutuskan untuk menyikat gigiku dan mencuci wajah terlebih dahulu, dan setelah aku selesai, Bella masih belum selesai mandi. Tiba-tiba, muncul ide isengku untuk ikut masuk ke dalam bilik shower. Entah apa yang kupikirkan saat ini, tapi aku tetap melakukannya. Aku membuka handukku dan langsung memasuki bilik shower dan Bella terkejut karena kini dia melihatku bugil dan aku juga melihat hal yang sama.

"Ihhh kak Bayuu ngapain sihhh?!" ucap Bella yang terkejut.

"Kamu mandi lama banget ngapain, sih? Sambil nyari dragonball?" jawabku yang ikut kesal, dan Bella yang tadinya menutupi kedua payudaranya kini melepaskan tutupannya.

"Abis seger banget abis keringetan mandi, malah jadi PW aku hehehe" balas Bella tertawa.

"Hih kamu tuh, yaudah buruan selesain mandinya, udah mau maghrib. Kamu hadep sana kakak hadep kesini" ucapku mengingatkan Bella dan menyuruh Bella berbalik membelakangiku.


Aku langsung menyabuni seluruh tubuhku, dan selama aku menyabuni tubuhku, kuperhatikan tubuh Bella yang bugil ini dari refleksi kaca yang menghadap kearah tubuh Bella. Ternyata adik kecilku kini sudah bertumbuh menjadi wanita yang cantik, manis, dan memiliki tubuh yang indah. Payudaranya yang mulus namun tidak terlalu besar itu sangat menggoda, dan selangkangannya yang bersih dari bulu itu terlihat sangat imut. Aku terus memerhatikan tubuh indah Bella, namun aku mulai sadar dan aku langsung berbalik melihat kearah tembok saat aku membilas sabun dari tubuhku.

Disaat aku membilas tubuhku, tiba-tiba Bella malah memelukku dari belakang. Aku yang tadinya kaget langsung kembali berusaha untuk tetap tenang dan aku memegang kedua tangan Bella yang sedang melingkari perutku dan mengelus-elusnya.

"Kak"

"Iya?"

"Kakak betah kan disini?" tanya Bella.

"Selama kamu juga betah disini, kakak nggak bakal komplain kok, kamu betah nggak?"

"Betah kok, kayaknya lingkungannya ramah juga" jawab Bella yang tak kujawab, dan Bella makin mempererat pelukannya dan payudaranya makin tertekan di punggungku.

"Aku sayang kakak" ucap Bella yang makin menempelkan kepalanya di punggungku.

"Hati-hati jangan ngomong kayak gitu mulu, nanti kakak bosen loh dengernya" balasku dan aku membalikkan badanku kemudian aku mulai memeluk Bella dibawah guyuran air shower ini.

"Nyaman banget, kak"

"Hahahaha, terserah kamu aja lah, dek"

Kadang saat kami berpelukan, aku menggoyang-goyangkan tubuhnya seolah kami sedang menari, dan kadang juga aku meremas pantatnya yang cukup besar hingga Bella menjerit kecil. Aku melepas pelukanku dan kini tanganku kupindahkan untuk mengelus-elus kepalanya, dan kini kami berdua mulai bertatapan. Aku mengelus-elus wajah manisnya hingga Bella tersipu malu, dan entah karena dorongan siapa aku langsung menyosor bibir Bella dan kami mulai berciuman.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Tanganku kini kupindahkan ke pantatnya dan aku mulai meremas-remas pantatnya hingga Bella sedikit menggelinjang.

"Ccupphh... Ahh kakk...."

Bella terus memeluk tubuhku. Setelah aku puas meremas-remas pantatnya, kutampar-tampar kecil yang membuat Bella menjerit kecil.

"Plakk..."

"Ccupphh... Ummhh.... Ccupphh..."

Tanpa ba bi bu, aku langsung mengangkat tubuh Bella dan kemudian aku langsung menyandarkan tubuh Bella di kaca bilik shower ini. Bella pun juga sudah menyilangkan kakinya di punggungku dan menaruh tangannya di pundakku.

Setelah puas berciuman di posisi ini, aku yang masih menggendong Bella beranjak keluar dari bilik shower dan memindahkan Bella menuju kabinet wastafel di depan kaca. Aku menaruh Bella dan tanpa melepas ciuman kami, aku mulai merogoh payudaranya dan kuremas-remas pelan.

"Ccupphh... Ahhh kakakk...."

Aku melepas ciumanku, dan aku langsung mengarahkan ciumanku ke kedua payudara Bella. Aku tidak langsung mengenyot putingnya, namun aku menjilati seluruh bagian payudaranya dulu. Setelah aku memastikan payudara Bella sudah terjilati tanpa ada titik yang tertinggal, baru aku menghisap-hisap putingnya.

"Ahhh... Kakk... Ummhhh.... Enakkk... Ahhhh...." desah Bella.

Aku menghisap-hisap putingnya bergantian, dan puting yang tidak kuhisap kupilin-pilin.

"Ahh... Kakk pentill akuu jangan ditarik-tarikk... Uhhh..."

Setelah aku puas bermain dengan payudaranya, aku langsung memindahkan tanganku dan meraba memeknya, dan ternyata memeknya sudah cukup becek. Berhubung waktu juga sudah mepet dengan maghrib, aku berniat untuk mulai memasukkan kontolku ke memeknya. Entah apa yang akan kulakukan, tapi yang ada di pikiranku saat ini hanya ingin memuaskan hasratku yang sudah tidak tersalurkan semenjak ngentot dengan Hani saat Ayah pulang.

Aku mulai mengarahkan kontolku kearah memek Bella yang mungil, namun Bella yang tiba-tiba membuka matanya langsung menahan tubuhku ketika aku ingin mulai memasukkan.

"Kakkk jangannn" ucap Bella lirih yang membuatku langsung sadar, what have I done?

"Kenapa, dek?" tanyaku yang mulai merasa tidak tenang.

"Aku takut" balasnya.

"Takut kenapa, sayang?"

"Takut sakit, kak, titit kakak jauh lebih gede dari punya Derrick" jawab Bella yang membuatku kaget namun lega.

"Loh, harusnya makin gede makin enak tau" balasku dengan nada bercanda supaya Bella tidak tegang.

"Ihh masa, sih? Kemaren aja Derrick yang tititnya nggak segede kakak malah sakit rasanya" jawabnya yang membuatku ingin tertawa karena kepolosan Bella.

"Nggak, kok, dek. Kemaren kamu sakit karena Derrick yang mainnya kasar, bukan karena ukurannya yang bikin sakit" ucapku sambil mengelus-elus pipinya.

"Masa, sih?"

"Kamu mau nyoba?" tanyaku memancing.

"Ummmm, tapii... Janji nggak sakit ya, kak" ucap Bella.

"Iyaa" balasku, dan setelah mendapat persetujuan dari Bella, aku langsung menggesek-gesekkan kontolku di bibir memeknya.

"Ummhh... Mmmhh... Ummhh..." desah pelan Bella yang mulai merasa keenakan.

"Gimana? Enak, nggak?" tanyaku yang diacuhkan oleh Bella.

Setelah memeknya sudah sangat basah, barulah aku mulai memasukkan kepala kontolku ke dalam memeknya. Gila, baru kepalanya saja yang masuk, rasanya sesak banget. Kurasa sepertinya ini memek tersempit kedua yang akan kucoba setelah memek Hani.

"Ummmhhh... Kakakkk...." desah Bella yang mulai merasa keenakan.

Sambil berusaha untuk memasukkan lebih dalam, aku menggoyang-goyangkan kontolku supaya memeknya terbiasa dengan ukuran kontolku. Kini kontolku sudah masuk setengahnya, dan rasanya kontolku sangat terjepit dengan memek Bella yang sempit ini.

"Dek, kakak hentakkin semuanya, ya? Tahan sedikit, kayaknya yang ini bakal sakit" ucapku mengingatkan Bella, dan setelah Bella mengangguk, aku langsung menghentakkan kontolku dalam-dalam.

"AHHH..." lenguh Bella yang cukup kencang ketika aku memasukkan kontolku sepenuhnya.

Aku mendiamkan kontolku sebentar di memeknya sambil aku menciumi bibir dan memainkan payudara Bella. Setelah memek Bella mulai terbiasa dengan ukuran kontolku, baru aku menggoyang memeknya pelan dengan tempo yang konstan.

"Ahhh... Kakakk... Ummhhh..." desah Bella keenakan.

"Hhh... Hhhh... Gimana, dekk?? Masih sakit nggak??" tanyaku saat aku menggenjot memeknya.

"Ummhh... Nggakk kakk... Ahhh... Enakkk.... Mmmhh... Titiitt kakakk enakkk..." jawab Bella yang sudah tidak menahan perkataannya lagi.

"Bisa lebih enakk tauu" balasku yang membuat Bella kebingungan, dan ketika Bella baru mau bicara, aku langsung mempercepat genjotanku hingga Bella makin menggelinjang.

"AHHH... KAKKK... ENAKKK... TITITT KAKAKK ENAKKK BANGETTT... AHHH... ENNAKKK..." jerit Bella yang tidak begitu kencang, dan Bella kini membenamkan wajahnya ke pundakku.

"Hhhh... Hhhh... Iyaaa dekkk... Memekk kamuu jugaa enakkk..." balasku yang juga merasa sangat keenakan.

"Ummhh kakk... Berenttii duluu... Akuu mauu pipisss... Ahhh..." desah Bella yang akan mencapai orgasme pertamanya.

Aku menghiraukannya, dan aku makin mempercepat genjotanku secepat yang kubisa hingga Bella makin menggelinjang seperti cacing kepanasan.

"Ahhh kakk... Akuu.... Akuu pipisss... UMMHHH..." desah Bella yang mencapai orgasme pertamanya (mungkin pertama kali di hidupnya) dan cairan orgasmenya mengguyur kontolku.

Setelah orgasmenya mereda, Bella yang tadinya menaruh kepalanya di pundakku langsung merebahkan tubuhnya hingga bersandar pada kaca.

"Hhhh... Hhhh... Cape banget kakk" ucap Bella terengah-engah.

"Udah selesai belom istirahatnya?" tanyaku yang ingin memasukkan kontolku lagi.

"Loh belom selesai?" balik tanya Bella.

"Kakak belom keluar, dek" balasku singkat.

Bella kemudian mengangguk, dan aku kembali memasukkan kontolku ke memeknya. Kali ini tidak sesusah pertama kali karena memeknya sudah mulai terbiasa meski masih sangat sempit.

"Ahhh...." lenguh Bella ketika kontolku kembali masuk ke memeknya.

Aku tidak berpikir panjang dan langsung menggenjot memeknya dengan cepat supaya aku bisa cepat mencapai ejakulasi, dan Bella kembali menggelinjang keenakan.

"Ahhh kakkk... Cepetinn kayakk yang tadii... Yang tadii enakk bangettt...." ucap Bella sambil mendesah memintaku untuk mempercepat goyanganku.

Aku hanya mengangguk, dan aku menarik tubuh Bella supaya tubuhnya lebih dekat kepadaku, setelah itu aku langsung mempercepat genjotanku secepat yang kubisa.

"Ahhh... Iyaa kakkk... Kayakk ginii... Enakk bangettt... Ummmhh..." desah Bella kenikmatan.

"Hhhh... Hhhh... Mau pindah ke kamar, nggak??" tanyaku tanpa menghentikan genjotan.

"Ummmhh.. Kamarr akuu ajaaa... Udahh akuu kuncii..." jawab Bella, dan tanpa melepas kontolku, aku mengangkat tubuh Bella dan membawanya ke kamarnya.

Aku langsung menghempaskan tubuh Bella ke kasur, dan aku langsung menggenjot memeknya.

"AHHH KAKK... TERUSSS... AHHHH..." jerit Bella, namun langsung kutahan.

"Ssttt.. Jangan berisikk, nanti kedengeran orang dirumahh" ucapku mengingatkan.

"Ummhh... Nggakk ada orang kakk... Mamah sammaa Ayahh lagii keluarr ketemu kliennn... Ummhhh..."

Aku yang mulai merasa lega kembali menggenjot memeknya dengan cepat, dan kedua tanganku kini kugunakan untuk memainkan payudara Bella.

"Ummhhh... Kakakk bandell... Adekknyaa sendirii diajak sekss... Anhhh..." canda Bella yang diselingi dengan desahan nikmatnya.

"Hhh... Hhhh... Adekk kakakk juga bandelll... Mauu ajaa dientott kakaknyaaa..." balasku yang membuat Bella malu dan menutup wajahnya dengan bantal.

"Mmmhh... Kakk.... Terusss... Akuu mauu pipiss lagiii... Ummmhh..." ucap Bella yang tertahan bantal.

Aku terus menggenjot memeknya hingga Bella makin melemas karena tak kuat menahan kenikmatannya, dan aku juga mulai merasa kalau sebentar lagi aku akan keluar.

"Hhhh... Dekk... Kakakk udahh mauu keluarrr..."

"Ummhh... Iyaaa kakkk... Ahhh... Jangann didalemm yaaa... Akuu nggakk mauu hamilll... Mmmhhh..."

Aku mempercepat genjotanku menuju kecepatan maksimum, dan Bella sudah mencapai orgasme keduanya.

"AHHH KAKK... AKUU PIPISS LAGIII.... AHHHH..." jerit Bella dan Bella sudah mencapai orgasme keduanya.

Aku langsung mencabut kontolku dari memeknya yang membuat cairan orgasmenya membasahi selimut Bella yang berada diatas kami, dan aku langsung mengocok-kocok kontolku dengan tanganku sambil memainkan payudara Bella.

"Ummhh... Kakakk keluarr dekk... Ahhhh..." lenguhku saat aku ejakulasi.

Berhubung sudah cukup lama pejuku tidak kukeluarkan, kontolku memuntahkan peju yang sangat banyak hingga membanjiri perut Bella, bahkan ada yang menyentuh payudaranya. Bella yang baru pertama kali mengalami hal ini pun langsung langsung mengambil tisu yang berada di meja di samping kasurnya karena jijik.

"Ihhh kakakk kok dikeluarinn di perut akuu sihh??? Jijikk tauuu!!" teriak Bella protes kepadaku dengan tatapan kejijikannya ketika melihat pejuku yang melimpah.

"Biasa aja kali, kak Hani aja malah sering nampung sperma kakak di mulut dia" jawabku keceplosan dan aku yang langsung menyadarinya pun langsung menutup mulut.

"Yahh ketauan dehh hahahah, kakak sering ya sama kak Hani?" ledek Bella.

"Sering, sih. Apalagi kalo lagi masa-masa kuliah" balasku yang sudah merasa bodoamat dan dibalas dengan tawa Bella.

Setelah pejuku dibersihkan sepenuhnya oleh Bella, aku langsung menindih tubuhnya dan aku ikut berbaring. Bella pun langsung mendorong tubuhku dan kini kami berdua berbaring berhadapan sambil aku mengelus-elus wajah Bella.

"Kak"

"Iya"

"Kakak jangan kepikiran, yah. Nggak usah merasa bersalah lagi kakak udah ngajakin aku seks" ucap Bella yang malah membuatku kepikiran.

"Kamu ngomong begitu kakak malah kepikiran, Bel"

"Ihhh, nggak perluu, aku nggak merasa dirugiin kokk, nggak kayak pas kejadian kemaren" jawab Bella menenangkanku.

"Tapi tetep aja, dekkk.." jawabku yang kemudian langsung dipotong oleh Bella.

"Nggak, kak, nggak papa kokk, nggak usah dipikirinn, mungkin kalo bukan karena kakak aku bakal selalu berpikir kalo seks itu sakit, jadi kakak nggak usah kepikiran lagi, yah? Ccupphh..." potong Bella dan Bella langsung mencium pipiku.

"Nggak gituu, dekk..." kembali jawabku yang kembali diinterupsi oleh Bella.

"Udah, udah, pokoknya kalo kakak masih kepikiran aku bilangin ke Ayah sama Mamah kalo kakak merkosa aku, gimana?" ancam Bella yang membuatku tertawa.

"Hahahaha ampun, deh. Iya udah iya, sebisa mungkin nggak kepikiran lagi, okey?" balasku yang membuat Bella tersenyum, dan tiba-tiba terdengar suara azan yang kami langsung beranjak ke kamar mandi untuk mandi sekaligus mandi wajib, namun kali ini aku menggunakan kamar mandi yang berada di luar kamar.

Malamnya, Ayah dan Mamah menyuruhku dan Bella untuk menyusul mereka berdua di Mall yang tidak terlalu jauh dari rumah baruku, dan kami memutuskan untuk makan malam disana sambil mencari-cari barang-barang yang kami inginkan. Setelah itu kami langsung pulang, dan sesampainya dirumah, aku dan Bella langsung berjalan menuju kamar kami masing-masing. Namun ketika kami berada di depan pintu kamarku, Bella menahan tanganku.

"Kenapa, dek?" tanyaku.

Bella tidak menjawab perkataanku, namun Bella langsung menarik tanganku dan mencium pipiku.

"Ccupphh, good night, kak" ucapnya yang dilanjut dengan senyuman manisnya.

"Good night, dek, udah sana tidur, udah malem" balasku dan Bella langsung beranjak masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamarku, aku langsung membuka celana jins ku hingga kini aku hanya mengenakan boxer dan kaus, dan setelah aku menyalakan AC, aku langsung menghempaskan tubuhku di kasur dan tak lama kemudian aku tertidur pulas.

Rumah baru, suasana baru, and I just went beyond another boundaries.

-To be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd