"Plaaak"
"Aahh udah cukup ampun aduh"
Teriakan itu menggema keras
Terlihat seorang wanita berjilbab sedang menungging di atas pangkuan ki edo dangan bulatan pantat yang menyembul
Bulatan pantat itu terlihat merah karena tamparan keras ki edo
'"Makanya kamu jangan nakal lagi ya.. Sudah aku bilang ga usah ikut pngajian pengajian ga guna kaya gitu lagi, tugas kamu tu cukup melayani ku paham"
Ucap ki edo sambil terus menampar pantat wanita itu,
Irene pun tak bisa menahan air matanya untuk menetes...
"Ampun maaf tuan, aku ga akan mengulanginya lagi"..
Ucap irene dengan nada getir
Pantat bulatnya sudah benar benar merah, sangat kontras dengan tepian pantatnya yang putih mulus.
"Nah gitu dong, yaudah sekarang kamu boleh pulang"
Ki edo menarik kembali rok lebar kembang kembang sehingga pantat nya yang merah merona menjadi kembali tersembunyi
Irene pun di perbolehkan pulang oleh ki edo setelah sebelumnya diberikan ramuan khusus agar pelet ajian tetap bersemayam erat di batinnya
Sebelumnya memang irene tanpa di ketahui ki edo datang ke sebuah pengajian yang membuat dinding imannya meningkat, sehingga efek pelet dan gendam yang telah bersemayam dua tahun di dirinya sedikit terkoyak
****
Pagi ini, winda terlihat berbeda
Dia terlihat anggun' sedikit demi sedikit aku mulai tahu soal ilmu hitam yang di kirimkan ke istriku
Walaupun aku tak tahu siapa pengirimnya, namun ilmu kebatinan yang di ajarkan ustad firdaus kepadaku selama satu bulan ini membuat sikap istriku sedikit demi sedikit berubah
Kini dia lebih menurut kepadaku, ibadahnya pun mulai rajin
Namun sepertinya diriku kini di uji dengan ujian yang lebih berat
Nina yang tak lain adalah sepupu dari winda harus terpaksa tinggal di sini karena urusan pekerjaan
Walau dia terlihat sopan dan baik
Namun ntah kenapa selama beberapa hari dia di sini membuat diriku semakin resah
Dia seperti sering curi curi pandang kepadaku saat istriku tidak ada
Aku memang pernah bilang ke istriku utuk tidak membiarkan tetehnya itu tinggal lama di rumah kami, namun winda seperti tak menggubris
Aku terpaksa harus banyak aktif di luar rumah karena takut tergoda oleh wanita yang bukan muhrimku itu
Setelah aku selesai mengantarkan winda istriku ke stasiun kereta untuk kerja, aku memutuskan untuk kembali ke rumah sebentar untuk istirahat setelah itu pergi menontrol bisnisku
Namun tak seperti biasanya
Nina yang biasanya sudah siap siap berangkat kerja kini duduk manis di depan tv rumahku
Dia tak mengenakan pakaian kerja
Hanya mengenakan jilbab terusan panjang berwarna coklat serta kaus lengan panjang yang juga berwarna coklat
Kakinya pun dibalut kaus kaki ketat berwarna merah ati untuk menutupi auratnya serta celana panjang bahan yang agak ketat.
"Teteh ga kerja? "
Tanyaku heran
" eh iya, saya sedang ambil cuti fan. Kamu hari ini ada acara ga fan? Kalo teteh minta tolong boleh? "
Jawab nina dengan nada suara yng cukup menggoda
"Eh ia teh mau cek toko abis ini, ga sibuk bangt si teh emang mau minta tolong apa teh"...
Tanya ku heran
"Iya fan teteh minta anter kamu nemenin teteh belanja mau ga fan ke pasar? Soalnya kan agak ribet kalau harus naik ojek".
Ucap teh nina lagi
Teh nina memang hanya terpaut beberapa tahun libih tua dariku, walau begitu dia kini telah menjadi janda setelah bercerai dengan suaminya beberapa tahun silam
"Aduh maaf teh bukannya saya nolak. kan bukan muhrim, ga enak diliat orang, mending teteh naik ojek aja, ni mau aku pesenin"
Ucapku sedikit bimbang
"Eh ga usah fan ga usah, jadi kamu ga mau nih anterin teteh, ya sudah fan ga apa apa"
Jawabnya sambil sedikit mengubah raut wajahnya seakan terlihat kecewa
Aku memang tak sepenuhnya ingin menolak ajakan teh nina
Namun karena aku masih menjujung tinggi nilai agama yang melarang seseorang yang bukan muhrim bersama karena takut terjadi fitnah
Memang semenjak ustad fidaus membuka dan memasukan ilmu kebatinan kepadaku, nafsuku menjadi sering tak terkendali, maksud sebenarnya hal itu adalah untuk membuat istriku puas dan menikmati berhubuhan denganku dan menghapus ilmu hitam di tubuhnya secara perlahan, namun ini juga membuatku sering bernafsu melihat lawan jenis yang bukan muhrimku seperti teh nina
Apalagi pakaian yang di kenakan teh nina sedikit lebih modis di bandingkan istriku
Dia sering mengenakan celana panjang ketat dan kemeja ketat ketika pergi kerja dan dirumah walau tetap memakai jilbab panjang dan kaus kaki, namun itu cukup membuatku terangsang
Istriku ku larang keras mengenakan celana panjang dan pakaian ketat karena tak sesuai dengan syariat, namun untuk teh nina aku tak punya hak untuk melarangnya
Kini walau dalam ke munafikanku melarang pakaian itu, aku sedikit menunggu nunggu teh nina mengenakannya lagi.
Batin ku kini sering berkecamuk antara taat dengan syariat dan mengikuti hawa nafsuku
Namun sepertinya setan di hatiku sudah tidak lagi bodoh
" mmppph, emang teteh mau kepasar beli apa teh? "
Aku mulai menglah ke hawa nafsuku
" owh jadi kamu mau fan anterin teteh? Iya fan teteh mau beli pakaian fan"
Jawab teteh nina sembari bangkit dari duduknya dengan antusias
"Oh yaudah teh yuk saya anterin tapi jangan bilang bilang winda ya teh"
Ucap ku sambil melangkah menuju motorku