Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

HYPNOTHERAPY

Hypnotherapy
by MirzaAli
Chapter 3

Hari ini gw sama Syifa lagi di kafe, buat study date. Syifa sih yang sebenernya belajar sementara gw lebih banyak ngeliatin badan semoknya dia. Mubazir kalo ga gw tonton badan sebagus dia ini, apalagi toketnya.

"Ada yang aneh to dari badanku yang?" Syifa mengalihkan pandangannya dari buku ke gw. Dari tadi kayaknya dia sadar gw terus-terusan ngeliatin badannya dia.

"Engga i, lha kenapa?."

"Gapapa." Balas Syifa yang lanjut membenamkan dirinya ke bukunya lagi.

Dari gelagatnya Syifa, gw bisa tangkep kalo dia risih diliatin sama gw, mengira kalo gw ngeliatin tubuhnya yang gemuk, apalagi toketnya yang gede banget itu. Syifa benci toketnya.

Setengah lima sore gw menganter Syifa pulang ke rumahnya. Tante Ratih belum pulang, masih di kantor. Ada sekitar waktu setengah jam-an lebih buat gw hipnotis Syifa.

"Sejak kemarin kamu apa nimbang berat badanmu?"

"Ngga."

"Kenapa?"

"Karena itu ga berguna untuk bantu aku ngurangin berat badan."

"Kenapa gitu?"

"Karena angka di timbangan itu ngga bisa dipercaya. Banyak hal yang bisa bikin angkanya jadi berbeda tiap saat."

"Terus yang bisa dipercaya siapa?"

"Kamu."

"Kenapa aku?"

"Karena kamu tujuannya ngehipnotis aku untuk ngebantu nurunin berat badan, jadi penilaianmu pasti objektif, ngga kayak timbangan yang bisa salah."

Perfect.

Langkah selanjutnya adalah menelanjangi Syifa. Step by step.

Pakaian yang sekarang di pake Syifa adalah tipikal outfit sehari-harinya, hoodie dan jeans oversize.

"Kenapa kamu selalu pake outfit oversize?"

"Buat nyembunyiin badanku."

"Kenapa kamu pengen nyembunyiin badanmu?"

"Karena badanku gemuk."

"Kamu juga pengen nyembunyiin badanmu itu dari pacarmu?"

"Iya."

"Kamu pengen aku nilai seberapa cantik kamu kan?"

"Iya."

"Terus kalo kamu nutupin badanmu gitu, aku suruh gimana nilainya?"

"Emm.." Syifa menjawab, "Soalnya kamu selalu ngeliatin badanku terus, ngeliatin toketku. Aku tau aku itu jelek, gemuk, dekil. Kamu ngeliatin aku terus pasti karena kamu malu sama badanku, apalagi toketku yang keged-"

"Diem." Gw mengangkat satu jari gw di mulut. Syifa kalo sekali ngelantur begitu bakalan terus-terusan gaada hentinya. "Kalo kamu nutupin badanmu, aku gabisa nilai seberapa cantik kamu dengan objektif. Iya apa ngga?"

"Iya..."

"Jadi solusinya?"

"Aku pake baju yang lebih terbuka."

"Nah itu tau."

Gw tentu aja gabisa nyuruh Syifa pake tanktop sama celana pendek tiap jalan-jalan, yang ada gw digaplok Mamanya. Tetep harus pake jilbab kalo keluar. Tapi kalo didalem rumah...

"Kamu punya jilbab yang pendek gitu?'

"Punya."

"Baju yang ngepas di badan kamu? yang agak ketat ada?"

"Ada satu atau dua."

"Okay."

Seenggaknya Syifa punya baju yang ketat lah. Baju lainnya bisa dibeli nanti.

Gw sebenernya bisa ngebangunin Syifa sekarang, tapi gw pengen ngeliat seberapa jauh gw bisa mensugesti Syifa.

"Biar aku bisa nilai kamu secara objektif, kamu ngga boleh nyembunyiin badanmu kan?"

"Heem."

"Kenapa?"

"Untuk nilai seberapa cantik aku, terus untuk ngeliat aku udah turun berat badannya apa belum, jadi badanku ga boleh ditutup-tutupi gitu."

"Penilaianku ke kamu harus akurat. Itu penting. Ulangi kata-kataku."

"Penilaianmu ke aku harus akurat. Itu penting."

"Kamu ga akan pake corset kan?"

"Ngga."

"Kenapa?"

"Karena corset bisa ngebuat bentuk tubuhku jadi beda, kamu ga bisa nilai aku dengan akurat nanti."

"Beha itu juga ngebuat bentuk tubuh jadi beda kan?"

"I-iya..."

"Kamu percaya sama aku seratus persen. Ulangi kata-kataku."

"Aku percaya sama kamu seratus persen."

"Beha ngebuat bentuk tubuhmu jadi beda. Ulangi."

"Beha ngebuat bentuk tubuhku jadi beda."

"Sama kayak corset."

"Sama kayak.... corset."

Syifa kayak ga yakin, tapi dia masih nurut ngulangi kata-kata gw.

"Agar aku bisa nilai tubuh kamu dengan akurat, kamu ga boleh pake beha. Ulangi."

"Agar kamu bisa nilai tubuhku dengan akurat, aku... aku g- ga..."

Gw menyuruh Syifa berhenti. Kayaknya gw terlalu memaksa Syifa kali ini. Toh, Tante Ratih nanti juga lama-lama curiga kalo anaknya tiba-tiba gapake beha kemana-mana.

Tapi gw masih punya satu ide.

"Kalo kamu tidur kamu apa pake beha?"

"Engga."

"Kenapa?"

"Karena ga nyaman buat tidur."

Bingo.

"Dihipnotis itu mirip juga kayak lagi tidur kan?"

"Iya."

"Dihipnotis itu kan waktu dimana kamu ga bisa inget apa-apa, waktu dimana kamu ga sadar apa yang terjadi di sekitarmu."

"Heem."

"Sama kayak tidur kan?"

"Iya."

"Agar dietmu itu bisa berjalan lancar dan efektif, kamu harus dalam kondisi senyaman mungkin. Ulangi kata-kataku."

"Agar dietku itu bisa berjalan lancar dan efektif, Aku harus dalam kondisi senyaman mungkin waktu dihipnotis."

"Ulangi lagi."

"Agar dietku itu bisa berjalan lancar dan efektif, Aku harus dalam kondisi senyaman mungkin waktu dihipnotis."

"Apa yang bakal membuat kamu jadi lebih nyaman pas dihipnotis?"

"Rebahan pas dihipnotis."

Gw bahkan ga kepikiran soal itu.

"Lainnya?"

"Dikamar, dikasurku."

Kalo ini mah gw juga setuju.

"Lainnya lagi?"

Syifa lalu menyebutkan beberapa hal lain yang bisa membuatnya lebih nyaman saat dihipnotis. Gw mencatet semuanya di hp, untuk referensi kedepan.

"Sekarang kalo kamu ga pake beha pas dihipnotis, kamu bakalan lebih nyaman ga?"

"Iya."

"Pas saat sesi hypnotherapy selanjutnya, kamu bakalan pake kaos ketat, celana pendek sama ga pake beha. Kamu bakal mikir kalo itu semua idemu. Ulangi kata-kataku."

"Pas sesi hypnotherapy selanjutnya, aku bakalan pake kaos ketat, celana pendek sama ga pake beha. Aku bakal mikir kalo itu semua ideku."

"kamu bakal curiga ngga kalo saat sesi hypnotherapy selanjutnya kamu pake baju yang lebih 'terbuka' kayak gitu?"

"Ngga."

****

Besoknya.

Tante Ratih yang selalu pulang jam lima sore lebih di hari kerja membuat gw lebih leluasa menghipnotis Syifa di rumahnya.

Obsesi Syifa sama berat badannya membuat gw berpikir kalo itu pasti ada alesannya, mungkin perutnya buncit dikit atau gimana.

Nope.

Kaos item dan shortpants yang ia pake hari ini nunjukin bahwa tubuhnya memang bener-bener sempurna. Kulitnya putih bersih dari ujung kaki sampe wajahnya. Perutnya pun datar bahkan ada garis-garis abs yang tercetak di balik kain tipis kaosnya.

Gw jarang ngomongin bokongnya Syifa (gw lebih terfokus ke toket jumbonya dia) tapi ngeliat dia pake hotpants sepaha-

Gila.

Semok, montok, bahenol. Kalian tau foto cover majalah Kim Kardashian yang ada gelas champagne di atas pantatnya?

Bedanya, pantatnya Syifa ini natural. Tanpa editan, tanpa operasi. Entah gimana dia bisa dapet pantat dan toket sebesar Mamanya tapi engga ikut jadi gemuk berlemak.

Tiap ia jalan bokongnya yang montok menonjol itu melenggak-lenggok bergoyang seakan-akan ngundang setiap orang yang ngeliatnya buat grepe bokongnya. Nampar bokongnya. Ngentot bokongnya.

Dan toketnya?

Toket brutalnya itu sekarang keliatan lebih gede daripada yang gw bayangin. Gw gatau sejak kapan Syifa punya kaos item yang ia pake sekarang ini, karena selain sizenya yang kekecilan, bahannya pun juga cukup tipis sehingga gw samar-samar bisa ngeliat pentilnya dibalik kaos itu. Kalau aja warna kaosnya bukan item, pasti warna areolanya akan keliatan.

Gw tentu pura-pura biasa aja sewaktu Syifa duduk didepan gw. Dipikirannya dia pacarnya itu mandang dirinya jelek, dan gw masih pengen Syifa berpikiran seperti itu terus. Baru saat dia udah gw hipnotis, gw puas-puasin ngeliat badannya.

"Apa yang kamu rasain sekarang?"

"Aneh." Jawab Syifa. "Malu."

"Malu? kenapa?"

"Aku ga biasanya pake baju ketat kaya gini, biasanya pake yang sizenya gede. Ini kayak terlalu terbuka..."

"Pas mandi juga terbuka kan?"

"Kan beda, itu ada tujuannya."

"Ini juga ada tujuannya." Gw mengingatkan Syifa. "Kamu pengen nurunin berat badan kamu kan?"

"Iya."

"Kamu copot baju untuk mandi kan? Lha sekarang kamu pake baju kaya gini untuk nurunin berat badan kamu. Itu tujuannya sekarang kamu pake baju ini, iya kan?"

"Iya."

"Tujuanmu pake baju ini apa?"

"Aku pake baju kayak gini buat ngebantu nurunin berat badan."

"Ulangi lagi."

"Aku pake baju kayak gini buat ngebantu nurunin berat badan."

"Sekarang kamu paham kenapa penting kamu pake baju kaya gini?"

"Iya, paham."

"Kamu suka pake baju kaya gini?"

"Engga."

"Kenapa?"

"Aku benci sama badanku."

Ngedengerin Syifa ngeluh betapa jelek tubuhnya itu sama aja kayak Mozart ngeluh dia gabisa main piano, atau Christian Bale ngomong bahwa aktingnya itu jelek banget.

How can she not she how beautiful she is?

Kalian mungkin mikir solusi terbaiknya adalah ngeyakinin Syifa untuk ngga ngebenci badannya. Bahwa semua laki-laki yang ga ngaceng ngeliat dirinya itu antara gay atau impoten.

Tapi kalo gw ngelakuin itu, Syifa bakal berhenti minta gw untuk ngehipnotis dia. Setolol apa gw mau ngelakuin itu?

Rasa rendah diri, dan insecurenya Syifa adalah kunci gw bisa mengontrol dia selamanya.

"Aku bakal ngasi kamu nilai 1-10," Ucap gw. "10 dari 10 itu berarti kamu cantik banget, sempurna. Sebaliknya kalo 0 dari 10 berarti kamu itu jelek, orang-orang ngeliat kamu itu jijik."

"Iya."

"Menurut kamu, kamu ngasi nilai berapa untuk dirimu sendiri?"

"Tiga." Ucap Syifa. "Tiga dari sepuluh."

Otaknya abis kejedot tembok apa gimana? negatif banget jadi orang.

"Betul." Gw membenarkan penilaian Syifa. "Kamu itu 3 dari 10."

Syifa ga menunjukkan ekspresi tidak setuju, atau terkejut. Cuma menerima apa yang gw katakan, dia percaya bahwa dia memang sejelek itu.

"Selama beberapa minggu selanjutnya, aku bakal nilai ulang kamu tiap sesi hypnotherapy. Kalo nilaimu naik diatas tiga itu berarti berat badanmu turun, dan hypnotherapynya berhasil. Tapi kalo nilaimu turun dibawah tiga berarti kamu ngelakuin sesuatu yang salah. Paham?"

"Paham."

"Satu-satunya cara agar nilaimu bisa naik dari angka tiga adalah nuruin berat badanmu. Kamu harus bener-bener serius."

"Aku serius."

"Kamu harus sanggup ngelakuin apa aja demi nurunin berat badan kamu."

"Aku sanggup ngelakuin apa aja demi nurunin berat badan aku."

"Kamu harus percaya aku lebih daripada siapapun, kalau ngga, dietmu bakal gagal."

"Aku percaya kamu lebih dari siapapun."

Suara mobil yang memasuki rumah membuat gw mengakhiri sesi hypnotherapynya Syifa. Tante Ratih sudah pulang.

"Assalamualaikum." Tante Ratih masuk rumah mendapati gw dan Syifa sedang nonton tv di ruang tamu.

"Waalaikumsalam." Ucap gw dan Syifa berbarengan. Gw dan Syifa lalu mencium tangan Tante Ratih.

"Gimana Rif, kuliahnya? Tante denger bla, bla, bla..." Tante Ratih duduk di samping gw dan Syifa.

Gw ga mendengarkan celotehan Tante Ratih. Dari jarak sedekat ini, yang gw perhatiin cuma satu, toketnya Tante. Gw bingung gimana kancing-kancing kemeja Tante Ratih bisa kuat menahan toket sebesar itu dan ga pecah amburadul.

Kontol gw yang ngaceng ngeliat Syifa tadi, kini berganti ngaceng ngeliat toket yang gw tebak ga ditutupi oleh beha dibalik kemejanya Tante Ratih itu.

"Rif?"

"Ah, gimana Tan?"

"Hadeh, kamu itu malah ngelamun ga dengerin omongan Tante ya." Tante Ratih menjitak kepala gw pelan.

"Hehehe, maaf Tan." Gw hanya cengar-cengir. Sekilas gw ngeliat Tante Ratih tersenyum ketika sadar bahwa gw lebih fokus ke toketnya daripada celotehannya, entah cuma imajinasi gw atau beneran.

"Huh, dasar kamu ya." Ucap Tante Ratih sambil mencopot kaos kakinya. Sekilas Tante melirik ke arah Syifa "Tumben pake baju pendek?" Tanyanya kepada Syifa.

"Ah, i-iya Mah, pengen aja, kan cuma dirumah juga." Jawab Syifa malu-malu, pipinya memerah.

"Hmm." Tante Ratih nampaknya ga memprotes, toh dirinya aja suka bikin ngaceng laki-laki diluaran sana. Masa anaknya pake baju ketat dikit dimarahin. Kan hipokrit. "Yaudah, Mama mau mandi dulu ah."

"Oh iya Tan, mau di hypnotherapy kapan lagi?" Gw mengingatkan Tante Ratih. Udah dua hari gw belum ngehipnotis dia.

"Wah, kapan-kapan aja ya Rif, Tante capek banget. Weekend aja yah?"

Sebelum gw sempet membales, Tante Ratih udah keburu pergi ke kamar mandi. Menggagalkan rencana gw untuk menghipnotisnya hari ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd