Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bagian 2


Vita terbangun dengan kondisi telanjang. Sisa sperma Lucky yang tidak tertampung di mulutnya belepotan di sekitar bibir dan pipinya. Lengket.

Vita meraba sisa sperma itu dengan jari lalu dijilatnya.

"Kurang ajar Lucky, ninggalin aku gitu aja pas lagi nyenyak-nyenyaknya tidur", omel Vita

Sejenak kemudian ia tersenyum. Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu di kamar tidurnya sendiri. Persetubuhan yang ingin segera diulanginya.

Andai saja Lucky belum menikah, tentu Vita menginginkan dia untuk tinggal bersamanya.

Dan Revan.. tak penting, suami seperti dia, pasti selalu mengijinkan Vita berbuat apa saja. Sesuai dengan janjinya saat sebelum pesta pernikahan dulu.

Vita beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Sejenak ia berhenti di depan cermin besar dan menatap tubuh telanjangnya.

"Tak buruk, masih bisa menaklukkan beberapa lelaki incaranku", gumam Vita

Ia lalu memasuki kamar mandi. Menyalakan shower pada level hangat dan mulai menikmati pijatan-pijatan air hangat yang jatuh di permukaan kulitnya.

Sensasi nyaman itu membuatnya sedikit melamun. Ingatannya melayang kembali pada 7 tahun yang lalu saat pesta pernikahannya usai.

***

Hari ketiga setelah pernikahan


"Van", ujar Vita

"Hmmm..", Revan yang sedang menikmati secangkir kopi di lounge hotel tempat mereka berbulan madu menjawab kalem.

"Kamu masih inget kan, janji kamu sebelum pernikahan kita?"

"Janji yang mana?"

"You'll do everything for me, setelah peristiwa kamu dan Claudia", Vita tersenyum manis

Revan menghela nafas panjang. Ditatapnya wajah Vita dengan dalam.

"Yap, so what do you want me to do", jawab Revan.

"Actually i don't want you to do something", Vita menggenggam tangan Revan

Revan memandang Vita dengan tatapan tak mengerti.

"I want you to do nothing when i do something", lanjut Vita

"Maksudnya?", Revan makin tak mengerti.

"Aku pengen kebebasan. Dan aku pengen kamu menepati janjimu dengan memberikan aku kebebasan melakukan hal yang aku suka".

"Kebebasan yang seperti apa maksudmu?", Revan agaknya mulai menangkap maksud Vita

"Actually, aku pengen kamu ngerasain kecemburuan yang sama saat aku memergoki kamu dengan Claudia", Vita menatap Revan dengan tajam.

Revan menelan ludah. Sejenak kemudian ia menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa di lounge tersebut.

"Okay, i get it. Aku tahu arah tujuan pembicaraan kita".

"You want some revenge, do you?", Kali ini Revan yang ganti menatap Vita dengan tajam.

Vita tersenyum. Tatapan tajam Revan ini lah yang dulu membuat Vita jatuh cinta kepadanya. Namun cintanya berbuah kecemburuan luar biasa ketika melihat Revan bersama wanita lain.

Tak bisa dipungkiri, Vita juga pernah beberapa kali melakukan petting dengan rekan sekantornya. Tetapi ia merasa lebih berhak cemburu daripada Revan. Bukankah perempuan lebih berhak dimaafkan daripada lelaki

"Gentleman stands with his words", Vita mengerling nakal

Revan mengedikkan bahunya. Sambil menghela nafas panjang, ia memberikan isyarat setuju kepada Vita.

Senyum lebar Vita mengiringi persetujuan Revan.

"Tapi kali ini, hanya kali ini saja. Sekali dibalas sekali, oke", Revan memberikan syarat.

"Just watch", jawab Vita.

Revan mengalihkan pandangannya ke keremangan malam di luar lounge. Perasaannya campur aduk. Ia hanya bisa berharap semoga tidak akan berubah menjadi lebih buruk.

***

Vita tersenyum puas. Ia akhirnya mendapatkan persetujuan Revan. Hati kecilnya sangat ingin melihat Revan merasakan kecemburuan luar biasa sama seperti yang ia rasakan saat memergoki Revan mencumbu Claudia.

Setelah ngobrol dengan Revan di lounge, mereka sempat kembali ke kamar. Namun Vita ingin segera memulai rencananya. Dengan alasan ingin mencari beberapa oleh-oleh di sekitaran hotel ia keluar dari kamar dan melarang Revan untuk ikut.

Kali ini ia sudah berdiri di depan hotel. Vita menggunakan hijab merah muda, dipadu dengan gamis dan cardigan. Tak terlalu berbeda dengan pakaiannya sehari-hari. Hanya kali ini, ia sengaja tak menggunakan pakaian dalam.

Tanpa bra dan celana dalam, ia merasa agak kikuk. Namun ada perasaan aneh yang menyelimutinya. Serasa setiap yang memandang dirinya seolah tahu bahwa dibalik gamisnya tak ada lagi kain yang melapisi kulitnya.

Beberapa kali gesekan antara gamis dengan putingnya juga membuatnya terangsang. Ia yakin bahwa putingnya telah menegang. Untung saja cardigan yang dipakainya berhasil menutupi gunung kecil yang mencuat di dadanya.

Dan ia juga meyakini bahwa gamis dengan bahan wolfis yang dipakainya akan membentuk bulatan pantatnya secara sempurna karena tak tertutup celana dalam. Dalam hatinya ia berharap orang-orang menyadari bahwa ia tidak menggunakan pakaian dalam sama sekali.

Dengan langkah lembut ia berjalan menuju luar hotel. Agak grogi sebenarnya karena lagi-lagi gesekan puting payudara membuat Vita agak terangsang, sementara jalan keluar hotel berupa tangga menurun yang makin membuat guncangan payudaranya bergerak liar.

Namun belum setengah ia menuruni tangga tiba-tiba sebuah suara lelaki memanggilnya.

"Vit... Vita kan?", ujar suara tersebut

Vita menoleh, dari dalam hotel nampak wajah yang sangat familiar di ingatannya.

"Lucky..., hey.. kok disini?", jawab Vita

Lucky, lelaki dari masa lalu Vita. Semasa kuliah mereka berpacaran. Beberapa kali mereka juga sempat bercumbu. Dan hubungan mereka berakhir baik-baik karena Lucky melanjutkan studi ke Jerman dan mereka sama-sama memutuskan untuk tidak menjalani hubungan jarak jauh.

"Gw ada proyek disekitar sini", jawab Lucky sambil menjabat tangan Vita.

Namun kedatangan Lucky ternyata membuat Vita berfikir lain. Rencananya membuat cemburu Revan akan menjadi lebih mudah dengan kehadiran Lucky.

Alih-alih menyambut jabatan tangan Lucky, Vita justru mencondongkan tubuhnya sembari tangannya menyingkirkan cardigannya ke samping lalu memeluk Lucky dengan mesra.

Lucky tentu saja menyambut mesra pelukan Vita. Bahkan ia sempat menyadari bahwa Vita tak menggunakan bra dibalik gamisnya, karena tonjolan puting Vita dapat ia rasakan menyentuh dadanya.

"Lama ga ketemu, kangen gw", ujar Vita

"Gw jg kangen Vit, lama banget ya".

Obrolan itu mereka lakukan sambil terus berpelukan.

Lucky lalu menggandeng Vita kembali menuju lounge.

Keduanya memilih tempat di sebuah sudut yang agak terlindung dari pandangan tamu hotel yang berlalu lalang.

"Sorry ya gw ga bisa hadir ke nikahan elo dulu Ki", Vita membuka pembicaraan

"Dan gw juga sama, ga bisa hadir di nikahan elo kemaren", jawab Lucky sambil nyengir

"Jadi sekarang kita sama-sama yah, udah ada yang punya", lanjut Lucky

"Yup, cuman kan meski udah ada yang punya ga ada juga kan yang ngelarang kita ngobrol kayak gini", jawab Vita

Lucky tersenyum memandang Vita. Ia masih ingat dulu saat masih berpacaran dengan Vita. Meski tak sampai melakukan persetubuhan, tetapi setiap inci tubuh Vita telah pernah ia jelajahi.

Matanya menelusuri tubuh Vita dari atas ke bawah. Makin cantik dan makin berisi. Dan tatapannya berhenti pada puting payudara Vita yang menonjol jelas dibalik gamisnya. Sepertinya Vita sengaja mengekspos putingnya karena cardigannya ia tarik agak ke samping.

Vita paham dengan tatapan mata Lucky yang berhenti di dadanya.

"Eits, kok mandangnya gitu sih Ki".

Lucky gelagapan lalu cengengesan.

"Elo ga pakai daleman Vit?", tanya Lucky blak-blakan.

Vita tersenyum tipis lalu mendekatkan kepalanya ke arah Lucky.

"Kenapa ga elo cek sendiri aja", bisiknya mesra.

Vita kemudian menarik tangan Lucky ke arah payudaranya. Sebuah sentuhan lembut tangan Lucky membuat Vita seperti tersengat listrik.

Lucky pun merasakan sebuah sensasi luar biasa ketika menyentuh puting dibalik gamis tersebut.

"Beneran ga pake lo", Lucky menatap wajah Vita, sementara tangannya belum mau lepas dari aktivitas peremasannya.

"Kan elo udah ngerasain sendiri", jawab Vita

"Gila lo Vit, nekad amat", Lucky tertawa kegirangan.

"Udahan Ki, ga enak ama yang lewat", Vita menepis tangan Lucky.

"Nah suami elo kemana", ujar Lucky

"Ga takut apa istri secantik elo, tanpa pake daleman keluar sendirian malam-malam gini".

"Gw udah ijin kok Ki", jawab Vita.

"Suami elo tau, kalo elo keluar kamar ga pake daleman?", tanya Lucky menyelidik

"ya engga sih, cm gimana ya ceritanya", Vita agak terdiam sebentar lalu melanjutkan dengan menceritakan kepada Lucky perjanjiannya dengan Revan

Lucky mendengarkan cerita Vita dengan seksama.

"Nah berarti rejeki gw donk ketemu sama elo malam ini", ujar Lucky ketika Vita telah menuntaskan ceritanya.

"Yup, dengan kehadiran elo, mempermudah pembalasan gw ke Revan", jawab Vita.

"Jadi ga sabar gw pengen liat puting elo yang ga ketutupan apa-apa", Lucky menyeringai

"Eits tapi tunggu dulu, ga seru kalo Revan ga liat aktivitas kita donk", Vita mengerling nakal.

Lucky mengangguk setuju.

Vita lalu mengambil handphone dari tasnya dan menelpon Revan.

"Van, ini aku ada ketinggalan kartu member store di koperku. Tolong bawain kebawah donk, aku nunggu di lounge, yang paling sudut ya", Vita lalu menutup teleponnya setelah mendengar Revan mengiyakan perintahnya.

Vita lalu berpindah dari tempat duduknya. Kini ia memposisikan dirinya duduk membelakangi Lucky di sofa yang sama dengan yang diduduki Lucky. Ia sekarang seperti sedang dipangku oleh Lucky.

Vita menggenggam tangan Lucky di pangkuannya. Jari-jari Lucky yang tertutup genggaman tangan Vita mulai mengelus memek Vita yang masih tertutup gamisnya.

Lucky dapat merasakan rambut-rambut halus di sekitar memek Vita yang ikut tergesek oleh jarinya.

Vita menyandarkan kepalanya kebelakang, tepat di dada Lucky.

Mungkin bagi yang hanya sekedar lewat mengira mereka hanya duduk dan berpelukan saja, namun bila diperhatikan, ujung gamis Vita nampak agak tertarik-tarik ke atas akibat gesekan jari Lucky.

Wajah Vita terasa memerah panas. Sensasi ketika memeknya dielus oleh Lucky ditempat umum seperti ini membuat dadanya bergemuruh. Birahinya meninggi. Namun ia harus menahannya sampai Revan sampai di tempatnya menunggu.

***

Revan celingak-celinguk mencari dimana Vita. Namun sedari tadi matanya tak menemukan sosok Vita dimanapun.

Namun hey...

Di sebuah sudut lounge matanya menangkap sosok seorang wanita dengan baju mirip seperti yang dipakai Vita tadi, hanya saja, wanita ini sedang dipeluk dari belakang oleh seorang lelaki.

Degh... Revan bergetar. Apakah Vita telah memulai rencana balas dendamnya sekarang.

Untuk memastikan, ia mendekati kedua sejoli tersebut.

Dan benar saja, ia melihat Vita dengan wajah penuh birahi sedang dipangku oleh seorang lelaki lain.

"Hai Van, udah nyampe aja, kesini donk gabung ama kita", panggil Vita tanpa beranjak dari posisinya.

Revan mendekat. Dadanya bergejolak. Vita tersenyum.

"Kenalin, ini Lucky", Vita mengenalkan kepada Revan

Tangan Lucky menjabat Revan dan segera disambut oleh Revan. Lalu Lucky kembali memposisikan tangannya seperti semula, kali ini tanpa ditutup oleh genggaman tangan Vita.

Revan melihat dengan jelas tangan lelaki itu mengelus memek istrinya dari luar gamisnya, dan nampak jelas bahwa Vita sudah tidak mengenakan celana dalam.

Belahan memek Vita menyeplak di gamisnya. Ditambah dengan jari Lucky yang kini mulai menusukkan jarinya ke dalam memek itu sehingga sebagian kain gamisnya ikut masuk ke dalam liang peranakan Vita.

Kali ini tangan Vita bergerak ke belakang, mengelus tonjolan batang kontol milik Lucky yang sedari tadi telah menggembung.

Revan terjajar ke belakang. Ia merasa tubuhnya gemetar didera gemuruh di dadanya. Di satu sisi ia marah melihat istrinya bercumbu dengan lelaki lain di depan matanya. Namun sementara di sisi lain, ia merasakan birahi ketika melihat wajah istrinya yang merah padam menahan nafsu.

Vita nampak menoleh ke arah Lucky. Kedua bibir mereka bertemu dengan lembut. Mereka berciuman di depan mata Revan. Tangan Lucky meremas pelan payudara Vita.

"Vit, Ki, sorry, mending kalian nyari tempat deh, ga enak disini", Revan agak terkaget ketika ia tanpa sadar justru menyuruh mereka meneruskannya di tempat lain.

Vita tersenyum penuh kemenangan menatap Revan. Ia lalu berdiri merapikan gamisnya yang sebagian masuk ke memeknya. Menghadap ke Lucky dan membelakangi Revan. Sempat dengan cepat Lucky mencium payudara Vita dari luar lalu menyedotnya hingga nampak gamis pada bagian dada Vita basah dan semakin memperjelas puting Vita yang sudah tegak menantang.

Vita menutup putingnya dengan cardigan yang dipakainya. Dengan mata sayu ia menggandeng Lucky.

"Van, kami pakai kamar kita ya, kamu mending ikut sekalian deh, daripada tidur diluar ntar, kunci kamar kan cuman satu", ujar Vita

Revan mengangguk lalu mengikuti mereka berdua yang bergandengan mesra.

Beberapa kali Lucky menampar pantat Vita, yang tentunya terlihat dengan jelas oleh kedua mata Revan yang berjalan dibelakang mereka.

***

Revan menutup pintu kamar. Ia lalu mengambil tempat di sebuah kursi di depan meja rias.

"Van, kamu diem disini ya, jangan kemana-mana", ucap Vita sambil mencium bibir Revan dengan birahi.

Vita lalu mengambil beberapa kain kerudungnya. Diikatnya tangan Revan di sandaran kursi, kemudian begitu juga dengan kaki Revan.

Revan hanya diam saja melihat tubuhnya diikat dengan erat oleh istrinya.

Vita lalu mengambil celana dalam yang dipakainya tadi sore di kamar mandi. Disumpalkannya di mulut Revan, lalu ditutupnya dengan kain jilbabnya.

Revan sebenarnya tidak ingin mulutnya disumpal, namun reaksinya kalah cepat oleh tangan cekatan Vita.

Vita lalu berdiri membelakangi Revan. ia mulai gemulai bergoyang, sementara Lucky menghampiri Vita dan memeluknya dari depan dengan mesra.

Kedua insan itu berpagutan dengan mesra. Lucky meremas pantat Vita dengan sesekali menyelipkan gamisnya di lubang anus milik Vita.

Ciuman Lucky lalu mulai turun ke payudaranya Vita. Kepala Vita mendongak ke atas merasakan kenikmatan sedotan Lucky di putingnya.

Lidah Lucky membasahi kain gamis Vita, terus turun hingga ke belahan memek Vita. Kali ini Vita mengangkangkan kakinya dan menarik gamisnya ke atas.

Memek Vita yang telah basah dengan itil yang sudah mencuat membuat Lucky menelan ludah. Dengan sigap lidah Lucky bekerja. Beberapa kali lidahnya menyelusup masuk ke liang memek Vita.

Vita menggelinjang keras dan menjambak rambut Lucky. Dengan tak sabar, Vita meloloskan gamisnya turun ke bawah hingga kini ia telanjang tanpa melepaskan jilbabnya.

Lucky kembali berdiri. Ia ciumi bibir Vita sementara tangannya mengobel memek Vita dengan cepat.

Vita semakin mengangkangkan kakinya sementara tangannya menyelusup ke celana milik Lucky mencari batang yang dirindukannya.

Meski dengan mata terpejam merasakan kenikmatan, rupanya tangan Vita dengan akurat mampu menemukan kancing-kancing baju dan resleting celana Lucky. Satu demi satu dilepasnya baju Lucky hingga keduanya kini berpelukan telanjang.

Revan melihat pemandangan itu dengan perasaan yang aneh Baru kali ini ia meraskaan dadanya bergetar keras. Ingin ia berlari dan ikut beradu merasakan memek istrinya. Tetapi ikatan yang dibuat Vita ternyata cukup kuat menahannya.

Ia mencoba berontak namun tetap sia-sia.

Vita tersenyum mendengar suara berisik dari usaha Revan melepaskan diri dari ikatannya.

Vita lalu berbalik menghampiri Revan. Dengan menungging ia mencium bibir Revan yang masih tertutup kain jilbabnya.

Revan merasakan kenikmatan luar biasa ketika tangan Vita mengelus batang kontolnya.

"Ki, masukin dari belakang donk", perintah Vita kepada Lucky.

Dengan sigap Lucky memposisikan diri dibelakang pantat Vita.

Dengan sekali sentakan, kontol Lucky masuk ke memek Vita yang sudah basah luar biasa.

Revan menghadapi wajah Vita yang terhentak-hentak karena dorongan Lucky dengan sangat dekat. Beberapa kali bibir Vita bahkan sempat mencium kain jilbab yang menutupi bibir Revan.

Vita lalu agak menurunkan kepalanya. Ia perosotkan celana suaminya, lalu mengurut batang kontol Revan yang sudah tegak menjulang.

"Harusnya kamu cemburu Van, tapi sepertinya kami malah menikmati persetubuhanku", ujar Vita.

Revan menyadari keanehan itu.

Belum sempat ia menurunkan tegangan kontolnya, Vita justru malah memasukkan kontol Revan kedalam mulutnya.

Sedotan mulut Vita membuat Revan menegang.

Lucky yang melihat kejadian itu, justru semakin semangat menggenjot Vita.

Tak berapa lama tubuh Vita seperti membusur dan melepaskan kulumannya dari kontol Revan.

Rupanya Vita telah mencapai orgasme terlebih dahulu.

Revan kecewa karena Vita melepaskan kulumannya, padahal sebentar lagi ia pun hampir melepaskan spermanya.

Lucky lalu menggendong Vita dan membawanya ke ranjang. Vita nampak membisiki sesuatu di telinga Lucky.

Sejurus kemudian Lucky menghampiri Revan, lalu menggeser kursi Revan hingga membelakangi ranjang.

Revan ingin protes namun mulutnya tersumpal celana dalam dan jilbab Vita.

Kali ini Revan hanya bisa mendengar lenguhan dan rintihan kenikmatan Vita istrinya.

***
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd