BAB 16
Karin sedang mengenakan pakaiannya setelah mandi, siang itu, Karin akan ke kampus untuk mengambil jadwal kuliahnya, Bram sendiri sudah berangkat ke kantor, karin tak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya saat berganti pakaian.
“Kamu ngapain di kamar papah?” Karin terkejut mendengar suara itu, Karin menoleh ke arah suara, rupanya Rico tengah berdiri dekat pintu kamar, “sejak kapan kamu disana, kamu mengintipku ya,” ujar Karin dengan nada kesal.
“Aku tanya kenapa kamu di kamar papah?” suara Rico terdengar keras, Karin menoleh.
“Kenapa emang, gak boleh? Sekarang ini adalah kamarku.” Ujar Karin menantang.
“Apa!!” Rico membelalakan matanya, Karin menghampiri Rico, dan mendorong tubuh suaminya keluar kamar.
“Aku mau ganti pakaian, kamu keluar sana!” hardik Karin dengan keras, mau gak mau Rico agak mundur, setelah Rico mundur Karin kemudian menutup pintu, dikuncinya pintu kamar itu, Karin mendengus kesal, namun dia kemudian kembali bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.
Setelah rapih, Karin keluar kamar, celingak-celinguk karin tak menjumpai Rico, Karin mengangkat bahu, dan berjalan keluar, tiba-tiba tangan Karin ditarik seseorang, hampir saja Karin terjatuh.
“Apa-apaan sih kamu?” teriak Karin.
“Apa yang kamu lakukan di kamar papah, kenapa kamu bilang itu kamar kamu sekarang?” tanya Rico dengan nada geregetan.
“Lepaskan aku! atau aku teriak nih.” ujar Karin.
Rico melepaskan tangan istrinya itu.
“Sudah jelas kan, masa kamu tanya lagi, bukankah papah udah kasih kamu surat pembatalan nikah?” ucap Karin.
“Lalu apa hubungannya kamu di kamar papah? tunggu..tunggu, maksud kamu..” Rico tak meneruskan ucapannya.
“Ya, surat itu sudah kamu tanda-tangani kan? Berarti pernikahan kita gak pernah ada, sekarang papah adalah kekasihku, aku ingin menikah dengan papah setelah surat pembatalan nikah resmi keluar.” Ucap Karin dengan lugas.
“Apa!! Kamu mau menikah dengan papah, apa kamu sudah gila?” wajah Rico terlihat gusar.
“Kenapa emang? Apa hakmu bilang aku gila, yang gila itu kamu, pernikahan kita ini kamu anggap sandiwara dan sayangnya, aku sangat bodoh mau terlibat dengan pernikahan sandiwara ini, sekarang aku sudah tak ingin bersandiwara lagi, aku mencintai papah, dan aku akan menikah dengan papah, asal kamu tahu, papah juga mencintai aku.” Ujar Karin lagi.
Rico terhenyak, pantatnya terhempas ke sofa.
“Apa yang sedang terjadi ini,” ucapnya dalam hati.
“Aku mau berangkat kuliah dulu, ingat kalau kamu menarik tanganku seperti tadi lagi, aku tak akan segan-segan mengadukan kepada papah,” Karin kemudian meninggalkan Rico yang terbengong tak percaya mendengar semua perkataan istrinya itu.
“Kenapa tiba-tiba Karin seberani itu ya sama gue, apa beneran yang dia omongin itu,” Rico meremas rambutnya.
“Tapi mungkin juga, lalu apa alasan papah menyuruh gue tanda tangan surat pembatalan nikah? Apa karena papah yang ingin menikahi Karin, kok jadi begini?” Rico mengucek-ngucek rambutnya.
***
Alex memarkirkan mobilnya di parkiran kampus, rencananya dia akan menjemput gebetan barunya, malam minggu kemaren alex berkenalan dengan seorang gadis cantik, rupanya gadis itu adalah mahasiswa di kampus ini, alex janji dengan gadis itu untuk pergi ke puncak siang ini.
Alex keluar dari mobil sportnya, dia sejenak memperhatikan penampilannya di kaca spion, Alex bersiul menuju kelas gadis itu, beberapa gadis yang sedang berlalu-lalang menatap ke Alex, sebagai playboy kelas kakap, alex tau benar karakter gadis-gadis itu, mereka tak lebih hanyalah para gold digger.
“Mas, kalau fakultas ekonomi sebelah mana ya?” tanya Alex pada seorang mahasiswa yang sedang berdiri didepannya, mahasiswa yang ditanya Alex menunjuk ke suatu gedung.
“Disana bang, itu yang warnanya merah tua itu fakultas ekonomi, kalau disebelahnya, yang gedung biru itu fakultas teknik,”
Alex melangkah menuju gedung yang ditunjuk, tiba-tiba Alex melihat sosok perempuan yang dikenalnya, Alex melihat sosok itu dengan tajam, setelah memastikan bahwa sosok itu memang benar orang yang dikenalnya, Alex menghampiri orang itu.
“Hai.” Sapa Alex sambil menyentuh pundak gadis didepannya, gadis itu menoleh.
“Kamu Karin kan?” tanya Alex kemudian.
Karin mengernyitkan jidatnya, sepertinya dia pernah melihat cowok didepannya ini, tapi Karin lupa.
“Pasti kamu lupa ya, soalnya kita jarang ketemu ya, tapi aku gak lupa ama kamu, aku Alex, sepupu Rico,” Alex berkata ramah.
“Ya ampun, ya mas Alex, maaf ya aku lupa, bener-bener kita jarang ketemu, tapi aku juga tadi sempet bingung, kayaknya pernah liat tapi dimana, maaf ya mas Alex.” Ucap Karin.
“Thats okey, kita ketemu pas di pernikahan kamu, tapi aku pernah liat kamu saat resepsi untuk keluarga di rumah om Bram,” ujar Alex.
“Ya, ya mas, eh ya mas Alex kuliah disini?” tanya Karin, Alex terkikik.
“Sepertinya gadis ini sangat lugu, masa gue masih kuliah.” Pikir Alex dalam hati.
“Ohh gak, aku udah 28 tahun, udah lama aku lulus kuliah hehehe, oh ya kamu kuliah disini,” tanya Alex.
“Aku baru mau kuliah mas, ini mau ambil jadwal kelas,” jawab Karin.
“Ternyata istri Rico ini cantik juga ya, kulitnya bersih, dan sangat menggemaskan,” ucap alex dalam hati, seketika tujuannya untuk bertemu gebetan barunya terlupakan.
“Kenapa mas alex, kok liatin saya terus?” tanya Karin mengagetkan lamunan Alex.
“Ehh, gak apa-apa, saya kesini mau ketemu teman, kebetulan teman saya dosen disini, oh ya kamu abis ambil jadwal kelas apakah ada acara lain?” tanya Alex.
“kayaknya aku langsung pulang mas, kenapa emang?” Karin balas bertanya.
“Apa bawa mobil?” tanya Alex lagi.
“Tadi aku diantar sama supir, tapi supirnya aku suruh pulang lagi, soalnya aku kan gak tau apakah lama atau tidak, paling naik taksi aja,” jawab Karin.
“Kalau gitu, kita pulang bareng aja, kebetulan aku mau ajak makan, kamu belum makan kan, sekalian mau traktir kamu, anggap aja ucapan perkenalan sebagai keluarga heheh,” ujar Alex.
“Ehmm gimana ya mas.. bukannya mas Alex ada janji ama kawan mas Alex?” Tanya Karin.
“Ohh kayaknya gak hari ini,” jawab Alex enteng.
Sejenak Karin memperhatikan Alex yang tersenyum padanya.
“Ya udah oke, sebentar ya, aku mau minta stempel dulu sama dosen pengajar,” ujar Karin kemudian.
“Ok, aku tunggu disini.” Ujar Alex menyeringai.
***
“Apa!! Kamu yakin?” Bram terlihat gusar.
“Valid pak, agendanya tentang laporan keuangan palsu yang terjadi di proyek kalimantan, sepertinya sudah ada beberapa pemegang saham yang setuju dilakukan RUPS,” Irwan menjelaskan sambil tertunduk, dia merasa gentar menatap langsung ke wajah bosnya itu.
Rahang Bram mengepal, matanya menatap laporan yang di sampaikan oleh Irwan, sesaat kemudian dihempaskannya tubuhnya ke senderan sofa.
“Aku benar-benar sudah pusing dengan kelakuan anak brengsek itu! Teserahlah, mau dicopot kek, aku udah gak mau tahu!” Bram menyalakan rokoknya.
“Tapi pak, rasanya ini memang rencana Mr X pelan-pelan ingin mendekati kursi bapak.” Ujar Irwan dengan nada perlahan.
Bram menatap wajah bawahannya itu.
“Mr X? maksudmu..ohh benarkah? Biarlah..kita ikuti saja rencananya, sekarangpun saya tak bisa berbuat apa-apa, kesalahan Rico sangat jelas, benarkan?” tanya Bram pada Irwan.
“Ya pak, saya mengerti posisi bapak yang sulit, saya juga tak tahu harus berkata apa.” Jawab Irwan kembali menunduk.
“Ya sudah, nanti biar saya pikirkan dulu, sudah sana kamu kembali ke tempat.” Ujar Bram sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Baik pak, saya permisi dulu.” Irwan berpamitan, kemudian meninggalkan ruangan bosnya itu.
***
“Kamu mau makan apa? iparku yang cantik.” tanya Alex pada Karin yang duduk disebelahnya.
Karin memikirkan sesuatu, baru saja dia ingin menjawab, hp di tasnya berbunyi.
“Sebentar, ada telpon.” Ujar Karin, sesaat kemudian Karin tersenyum mengetahui siapa yang menelponnya.
“Hallo pah... Ya baru aja selesai, gimana?...ohh.. oke deh karin segera kesana....Ya.ya..Karin tahu kok tempatnya, oke see you bye.” Karin tersenyum, wajahnya sumringah, dia kemudian memasukkan kembali handphonenya ke tas.
“Telepon dari siapa? Seneng banget kayaknya.” Tanya Alex sambil melirik Karin.
“Ehmm, maaf mas Alex, apa bisa anterin aku ke mega kuningan? Sori mas Alex, mungkin makan siangnya kapan-kapan ya.” Jawab Karin.
Alex melirik karin yang sedang merapihkan wajahnya.
“Loh kenapa?” tanya Alex lagi.
“Gak apa-apa, bisa gak mas Alex anterin aku ke mega kuningan, kalau gak bisa aku naik taksi aja.” Jawab karin.
“Wait, wait, tentu aja bisa, oke aku anterin ke sana ya, apa yang nelpon tadi Rico?” Alex penasaran.
Karin menatap Alex dengan cemberut, Alex tersenyum.
“Oke, oke aku anterin ya,” Alex segera mengarahkan mobilnya menuju ke tempat yang diinginkan Karin.
***
“Thanks ya mas Alex.” Pamit Karin setelah turun dari mobil Alex.
“Sama-sama kakak ipar, heheh, tapi lain kali janji ya, makan siang sama aku.” Ujar Alex.
Karin mengangguk dan tersenyum, Alex terus memperhatikan Karin yang berjalan masuk ke dalam gedung.
“Ternyata kamu cantik juga ya, tapi dia ketemu ama siapa ya? Pah? Tadi kedengarannya dia memanggil papah sama yang nelpon, tapi kalau bukan Rico apa mungkin maksudnya om Bram? Tapi kalau benar om Bram, kenapa si Karin kayak orang ketemu ama pacar ya?” Alex bertanya-tanya dalam hati, kemudian tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkannya, Alex kemudian melajukan mobilnya meninggalkan kawasan itu.
***
Karin celingukan di pintu masuk restoran mewah, matanya mencari-cari orang yang ingin dia temui, akhirnya dia melihat Bram melambaikan tangan padanya, Karin membalas dengan tersenyum, dia menghampiri meja Ayah mertuanya itu.
“Selamat datang sayang, kamu naik apa,” tanya Bram pada kekasih cantiknya itu.
“Karin tadi diantar mas Alex pah.” Jawab Karin.
“Alex? Kok bisa?” Tanya Bram kemudian.
Karin menceritakan pertemuannya dengan Alex di kampus, tak lupa Karin juga menceritakan pertemuannya tadi di rumah dengan Rico, dan Karin juga menceritakan pertengkarannya dengan Rico.
“Jadi Rico sudah tau rencana kita?” tanya Bram tak terkejut mendengar cerita menantunya yang cantik itu.
Karin hanya mengangguk dengan ekspresi menggemaskan. Bram tertawa lebar melihat ekspresi Karin, dijentiknya hidung Karin.
“Ok, kita pesen makanan yuk, papah udah laper nih, kamu aja yang pesen,” ucap Bram.
Karin kemudian melihat menu-menu makanan, tak lama pelayan datang mencatat pesanan Karin.
“Rin, gimana kalau kita jalan-jalan, papah mumet liat si Rico dirumah.” Ajak Bram, Karin bertopang dagu menatap kekasihnya yang sekaligus mertuanya itu.
“Ke pulau lagi pah?” tanya Karin.
“Ha-ha-ha, gak ke pulau kemaren, kita ke Bali yuk.” Jawab Bram
“Hah!!, sekarang pah, langsung berangkat?” tanya Karin lagi, matanya membulat menggemaskan.
Bram mengangguk, “ya kenapa emang.”
“Ehmm, baju ganti kan gak bawa?” ucap Karin.
“Beli aja disana!” ujar Bram.
“Hah?” Karin melongo.
Melihat gadis cantik didepannya melongo, Bram tertawa lagi, ekspresi Karin sangat menggemaskan dan lucu di mata Bram, seolah segala persoalan yang membuatnya pusing di kantor hilang saat menatap Karin.
"Permisi kak."
Beberapa pelayan datang membawakan pesanan mereka, pelayan-pelayan tersebut dengan cekatan meletakkan makanan dan minuman di meja, setelah selesai mereka kemudian meminta diri secara sopan.
“Ya udah kita makan dulu, nanti abis makan kita langsung berangkat.” Ujar Bram tersenyum.
“Oke! Siapa takut?” ujar Karin mencibir jenaka pada Bram, kembali Bram tertawa melihat tingkah Karin.
BERSAMBUNG