Tak Terduga
"Pliss Mbak, ini prank kan?" aku masih berharap Mbak Arni dan Mas Dani ngerjain aku.
"Rileks aja Day...kami cuma mau bersenang senang sedikit, kamu juga akan merasakan kesenangan yang sama..." Mas Dani sudah berdiri tepat dibelakangku, kedua tangannya menyentuh bahuku, dan ada sedikit tekanan dan remasan disana. Sesaat aku terkesiap dengan apa yang Mas Dani lakukan, aku menatap Mbak Arni, dia malah tersenyum. Apakah Mbak Arni tahu kalo dulu aku sempat jatuh cinta sama Mas Dani? Aku sempat berfantasi seandainya aku menjadi pacar Mas Dani, ya, sebelum aku memutuskan menerima cinta Andre saat itu. Yeah back there...
"Ayolah Day, kami tau jauh dalam lubuk hatimu, kamu meronta ingin membebaskan rasa itu kan...?" dengan tenangnya Mbak Arni membalikan layar laptop kearahku dan... Owh my Gosh!!! Ternyata bukan tentang masa laluku tetapi mereka tau aku member FS dan mereka tau siapa aku, aku menelan ludah, berusaha menenangkan diri...Tidak, ini hanya mimpi, sesaat lagi aku akan terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhku.
"Jangan khawatir Day, your secret is safe with us, kami senang ternyata itu beneran kamu...
Berarti keinginan kami yang sudah lama terpendam bisa kami wujudkan..." Mas Dani berkata sambil terus meremas halus kedua pundakku. Keinginan? Yang terpendam?
"Apa maksud Mas Dani...?" penasaran dengan apa yang dikatakannya.
"Aku dan Mas Dani punya kebiasaan melihat perempuan lain bugil dan flirt dengan Mas Dani, itu membuat kehidupan sex kami semakin bergairah. Semenjak kuliah, kamu memang mencuri perhatian kami Day, tapi kami ga berani memintamu, khawatir kamu tersinggung..." aku benar benar ga percaya apa yang dikatakan Mbak Arni.
"Sampai beberapa minggu belakangan, aku dapat ini..." Mas Dani melanjutkan kalimat Mbak Arni.
"Release it Day, aku tau kamu pengen free kan?" lanjut Mas Dani. Release? Seandainya Mas Dani tahu he was my crush when we were young...
"Suami kamu ga tau kan?" Tanyanya.
Deg!!! Sesaat jantungku seolah berhenti berdetak, bagaimana jika Mas Herdi tau? Bagaimana reaksinya? Kepala ini rasanya mau meledak.
"Ga usah khawatir Day...Dia ga akan tau tau, unless..."
"Aku nolak permintaan kalian?" Kupotong kalimat Mas Dani dengan sangat pelan, nyaris berbisik.
"Ayolah Day, mana semangatmu, dipostingan ini kamu mengatakan bagaimana rasanya di 'sentuh' pria lain selain suamimu, rasa penasaranmu akan terjawab kan...?" Kata kata Mbak Arni ada benarnya juga, kapan lagi bisa merasakan hal itu, ya Mas Dani mungkin bisa nahan untuk tidak ngapa ngapain aku didepan Mbak Arni, tapi apa aku tahan? Disentuh oleh lelaki yang sempat kuimpikan?
Aku hanya mengangguk pelan.
Shit!!! Aku ga tahan kalau harus berkata tidak!!!
"Makasih Day, you're the best friend I ever had..."Mbak Arni langsung terlihat girang, mirip anak kecil yang diizinkan naik wahana berbahaya.
Mas Dani mengayunkan kedua tangan kearah kirinya seolah memberi panggung buatku.
Aku berdiri, dua tiga kali menarik nafas panjang, dan dengan tangan gemetar aku menurunkan rokku.
"Ehhh bentar" Mas Dani menahan tanganku, dan menariknya supaya aku berhenti menurunkan rokku. Sesaat aku lega, mungkinkah dia berubah fikiran?
"Let me do it..." Ahhh, aku hanya terbengong, menuruti perkataannya, dan Mbak Arni menatapku tanpa berkedip, terlihat ada ketegangan disana, tapi matanya memperlihatkan birahi yang menyala.
"Perlahan sayang..."katanya pada Mas Dani. Gila! Aku yakin ini bukan kali pertama mereka melakukan hal ini, ternyata boss sekaligus temenku ini out of the box, secara hijabnya tertutup rapat, panjang!!!
Perlahan kedua tangan Mas Dani menurunkan rokku.
"Ehhh lupa, aku rekam ya, biar ga usah berulang minta sama kamu, once is enough" sempet sempetnya Mbak Arni menyiapkan hpnya.
Aku mengangkat kakiku bergantian agar rok bisa dilepas.
Setelah menyimpan rok ku di kursi tempat aku duduk tadi, Mas Dani berjongkok disamping belakangku dan dia menyentuh bagian dalam pergelangan kakiku. Aku hanya memejamkan mata dan menahan gejolak birahiku dengan meremas kedua sisi kaosku, kenikmatan mulai mengoyak harga diriku, seolah terhempas jauh. Perlahan aku merasakan jemari Mas Dani bergerak menelusuri dari pergelangan kaki naik, sejenak melewati betisku, lanjut ke lutut bagian dalam, naik lagi menuju paha, aku menelan ludah, setelah pernikahanku IRL aku tidak pernah 'diapa apain' oleh lelaki selain suamiku, jelas aku menemukan perlakuan yang sangat berbeda, sesaat menyentuh paha atasku, aku semakin meremas ujung kaosku. Tidak!!! Jangan Miss V batinku.
Ternyata dia melewatkannya kedua telapak tangannya yang hangat memegang kedua sisi pinggangku, lalu mengangkat kaosku keatas, otomatis aku mengangkat kedua tanganku.
Kembali Mas Dani menyimpan kaos ku dikursi, terdengar langkah sepatunya seolah berlomba dengan detak jantungku saat ini. Dia memegang pinggangku lagi, mengarahkanku bergerak kekiri dan kanan...
"Santai Day...Kamu nikmatin aja, jangan tegang, rileks kan seluruh otot dan fikiran kamu..." Mas Dani berbisik tepat di telingaku, membuka ikatan rambutku, menyelipkan rambutku dikupingku, jemarinya memainkan daun telingaku membuat seluruh bulu kudukku meremang, dia menyadari hal itu, menyentuh bahuku dengan bibirnya mengarah ke tengkuk, kemudian belakang telingaku.
"Ahhh..." tak sengaja aku mendesah. Ku gigit bibirku agar tidak tambah mendesah, tapi semakin kutahan semakin naik birahiku.
"Lepaskan Day..." Kembali dia berbisik.
Tangannya bergerak meraba perutku, aku sedikit menggelinjang, aku memang penggeli, kata orang penggeli itu tanda gampang naik birahinya, yahhh mungkin benar juga. Kembali aku mendesah, aku mulai menikmati sentuhan Mas Dani. Tiba saat dia melepaskan pengait bra ku, terbukalah bagian atas ku, kembali dia berjalan menyimpan bra ku, entahlah, ketukan sepatunya membuatku tambah bergairah, masih ke posisi dibelakangku. Mungkin supaya tubuhku tidak terhalang saat direkam.
Tangannya mulai naik kearah payudaraku tapi tidak langsung meremasnya seperti kebanyakan lelaki, dengan telapak tangannya di menggesek gesek putingku dengan halus.
"Emmhhh ahhh hhhh hmmmhhh" aku hanya mendesah dan mendesah saja. Pinggulku masih bergoyang kekiri kekanan, aku bisa merasakan sesuatu yang mengeras dibalik celana katunnya, dengan sengaja dia menggesekan Mr P miliknya k bokongku. Dia berjalan kedepanku, meremas payudaraku dengan sedikit kasar.
"Awhhhh owhhhh" kali ini aku setengah mengerang, karena remasannya yang tiba tiba membuatku kaget, antara sakit dan nikmat yang kurasakan. Sambil terus meremas payudaraku, dia menunduk menempelkan bibirnya diantara belahan payudaraku, dan perlahan turun ke perut dan dia menggesekan hidungnya yang mancung ke Miss V ku, dan tetiba dia menggigitnya dari luar cd.
"Awhhh" kali ini aku memekik tertahan, tanpa sadar aku menjambak rambut nya.
"Hemmmh, bagus kamu menikmatinya" katanya sambil menurunkan cdku. Kali ini cd ku langsung dilemparnya, memposisikan kembali di belakangku. Tangan kanannya meremas dan memainkan putingku bergantian, sementara tangan kirinya menyelinap ke belahan Miss V, tubuh kami masih bergerak, seolah mengikuti irama, dia tidak langsung menyentuh klit, tapi menelusuri sisi belahan bergantian dan kemudian baru klit ku.
Tok tok tok! Suara pintu diketuk dan langsung dibuka dari luar.
"Permisi bu, ini kopi dan gorengannya..." Kang Ujang masuk, terlihat dia kaget dengan pemandangan didepannya, mau tak mau dia langsung melihat adeganku yang telanjang tengah dipeluk dari belakang oleh Mas Dani, karena posisi pintu ada disampingku. Aku terhenyak berusaha melepaskan diri dari Mas Dani, tapi Mas Dani menahanku kuat.
"Oh ya simpen disini saja Kang Ujang" ucap Mbak Arni. Aku melihat Kang Ujang begitu kikuk walaupun dia berusaha untuk bersikap wajar, saat Kang Ujang berjalan menuju meja, otomatis posisiku terlihat jelas dari luar ruangan, aku hanya pasrah bila ada orang lain yang melihatku dalam keadaan seperti ini, kulihat tidak ada orang diluar. Sesaat setelah Kang Ujang pergi perlahan Mas Dani melepasku.
"Aku mau lebih Day..." Seraya mengambilkan bajuku dia berbisik seolah ga mau istrinya mendengar bisikan itu...
Secepat kilat aku mengenakan kembali bajuku, mereka asik melihat video, adegan yang baru saja direkam. Namun selintas kulihat dari ujung mata Mas Dani mencuri pandangan kearahku, tatapan yang tak bisa kuartikan.
"Mbak, aku mau langsung pulang, kalau ada perubahan keinginan klien, email aja..." Setelah selesai merapikan rambutku, aku langsung melesat tanpa menunggu jawaban dari Mbak Arni.
"Day tunggu, biar kami anter, di luar hujan looh..." Terdengar samar suara Mas Dani, tapi aku tak menggubrisnya langsung keluar kantor, sepintas kulihat tatapan Topan dan beberapa karyawan lain mengikuti langkahku seolah mereka mengetahui apa yang terjadi dibalik pintu tadi...
Tarik nafas dulu....
Next
Driver 1