juvon
Guru Semprot
Part II : Perpisahaan dan Pertemuan
Keesokan harinya...
"kau terlihat sangat kusut sekali hans ?", ucap mamaku.
"iya mam... otakku buntu untuk menyelesaikan novel ini !", jawabku.
"kau butuh suasana baru untuk menyegarkan kembali pikiranmu !", saran mamaku.
"itu juga yang menjadi alasanku untuk melakukan perintah kakek !", paparku.
"apa kau sudah berkemas ?", tanya lagi mamaku.
"yaa.. hanya kurang satu yang belum !", ucapku.
"apa itu hans ?", tanya mamaku.
"jemputan... mereka lama sekali, aku bisa mati dalam kebosanan karena menunggu mereka !", jawabku dengan canndaan.
Inilah pekerjaan sampinganku jika aku memiliki waktu luang, aku sangat senang menggoreskan penaku pada lembaran kertas untuk sekedar meluapkan semua pemikiranku. cerita yang aku tulis tentu saja cerita fiktif, tapi aku sengaja membumbuinya dengan kehidupanku yang sebenarnya supaya terkesan hidup dan mampu membawa pembacanya masuk kedalam cerita yang ku buat. cukup banyak novel yang telah di torehkan oleh sayatan penaku, tapi untuk novel yang saat ini aku tulis, aku sangat kebinggungan untuk memberikan sentuhan di bagian akhir ceritanya, mungkin karena hampir 75% cerita nya adalah kisah nyata yang diambil dari kehidupanku. ahh... kita lihat saja nanti apakah aku akan mampu menyelesaikannya atau tidak.
"hi.. makanlah dulu dan istirahatkan pikiranmu !", ucap mamaku.
"thanks mam.. apa kau memasak sup piranha lagi mam, hahaha.. !", ucapku meledek mama.
"kau salah... kali ini papamu yang memasak !", saut mamaku.
"ohh nice.. aku harap, aku tidak kerasukan setelah makan masakannya, hahaha.. !", ujarku dengan canda.
Aku peluk mamaku untuk berjalan meninggalkan balkon rumah dan menuju ke meja makan untuk sarapan dengan keluargaku, di rumah yang lumayan besar ini aku hanya tinggal bertiga dan di temani oleh 3 pelayan yang setia menemani keluarga ini sejak lama. kebersamaan adalah kunci dari keharmonisan keluarga ini, kita selalu melakukan semua bersama-sama dan dengan menghilangkan unsur paksaan membuat kita menjadi sangat mandiri dalam mengambil keputusan, keluarga yang sangat hebat.
Langkah demi langkah menuntut kami ke arah meja makan, dimana disana telah tersaji hidangan yang cukup banyak, sepertinya akan ada pesta di rumah ini karena hidangan ini terlalu berlebihan untuk kapasitas anggota keluarga rumah ini. aroma harum yang khas dari masakan papa pun menyengat hidungku dan ingin sekali aku mengumbar nafsu makan ku dengan melahap semua makanan ini. di rumah ini papaku terkenal akan masakannya yang khas dan racikan tangannya terkenal sampai ke ujung kota ini, tapi hal ini berbanding terbalik dengan mamaku, dia tidak bisa memasak walaupun papa sudah mengajarinya bertahun-tahun lalu, hahahaha... wanita yang beruntung !.
"wow.. aroma ini sangat menusuk hidungku, sangat khas sekali !", ucapku memuji masakan papa.
"duduklah dan nikmati saja !", ucap papaku.
"apa semua ini tidak terlalu berlebihan, atau akan ada pesta dirumah kita sebelum kepergianku !", ucapku.
"aku sengaja membuat ini semua, supaya kau akan selalu merindukan masakanku !", ucap papaku.
"makanlah sepuasmu, kita akan lalui hari ini dengan perut yang kenyang !", ucap lagi papaku.
"pot roast, taco, burrito, pie.. wow banyak sekali, aku tak yakin perutku bisa memuat semua makanan ini !", ucapku.
"ini yang special... lobster bakar margarine, dengan tambahan beberapa rempah akan membuatnya lezat, hasil karyaku yang terbaru, khusus kubuat untuk anakku, hehehe.. !", ucap papaku dengan menunjukan makanan specialnya.
"ehm.. sepertinya kalian sengaja menyuapku dengan makanan ini supaya aku tidak jadi pergi !", ucapku dengan menyindir mereka.
Hahaha... gelak tawa mewarnai seisi ruangan ini, kami pun bersama-sama menyantap sajian hidangan yang bertebaran di meja ini dengan lahapnya, tak lupa aku pun mengajak ketiga pelayan di rumah ini untuk duduk di meja makan yang sama dengan kami, aku sengaja berbagi perasaan bahagia ini kepada mereka agar mereka menganggap keluargaku adalah keluarga mereka juga, dengan begini mereka akan selalu betah ada di rumah ini.
"Tin.. tin.. tin.. ", suara klakson mobil terdengar dan menghentikan sejenak aktifitas makan kami, salah satu pelayan kami pun segera menuju ke pintu depan untuk melihat siapakah tamu yang datang ke rumah ini.
"sepertinya jemputanmu sudah datang !", ucap mamaku.
"seperti biasa, mereka selalu datang disaat yang tiak tepat !", ucapku sambil melahap makanan.
"maaf tuan, jemputan anda sudah datang !", ucap salah satu pelayan kami.
"terima kasih.. duduklah dan selesaikan makananmu dulu !", ucapku kepada pelayan itu.
"jangan biarkan seseorang menunggumu hans.. bukankah mereka bisa mati kebosanan karena menunggumu !", ucap mamaku.
"hahaha... itu kata-kataku mam, seharusnya kau ijin dulu sebelum menggunakannya !", candaku kepada mamaku.
Aku pun menghentikan acara makanku dan segera menemui orang yang sedang menungguku diluar sana, ku berjalan menyusuri ruangan demi ruangan untuk sampai di halaman luar, aku melihat mobil jemputanku sudah tiba, mereka adalah orang suruhan kakek yang di tugaskan untuk menjemputku dari rumah dan mengantarku untuk bertemu dengan kakek di kediamannya.
Setelah aku memasukan semua barang bawaanku kedalam mobil dan aku telah bersiap untuk berangkat, ku hampiri orang tua yang sedang menyaksikan diriku di depan pintu. ku lihat air mata keluar dari kedua bola mata mamaku, raut muka yang penuh haru membuat cuaca yang cerah ini terasa sangat sendu.
"hi mam... berhentilah menangis, aku akan selesaikan ini dengan cepat !", ucapku.
"dan aku akan bawa wanita yang ada di novelku itu ke rumah ini, aku berjanji kepadamu !", ucapku lagi.
"aku akan selalu merindukanmu hans !", ucap mamaku dengan tangisan yang tak terbendung.
Aku pun memeluk erat mamaku untuk sekedar meringankan bebannya dan menghentikan tetesan air matanya, ku basuh air matanya dari wajah bijaknya, lalu kutebarkan senyumanku untuk membuatnya ceria kembali. setelah mama mampu tersenyum kembali aku pun memeluk papaku dengan kehangatan seorang anak, kedekap keras tubuhnya dengan sedikit perkataan untuknya.
"jika aku kembali nanti, kau harus mengajariku cara memasak lobster seperti itu !', ucapku dengan berbisik lirih.
"pasti, karena kau muridku yang sangat pandai menyerap ilmu memasakku !", ujar papaku.
"apakah kau ingin bilang kalau mama tidak pandai memasak !", ucapku bercanda.
"haha.. sudahlah, berhati-hatilah. dan jangan harap aku akan menangis seperti mamamu !", ucapnya.
"yaa.. kau harus menyimpan air matamu untuk kedatanganku, aku jamin kau akan menangis saat melihat aku kembali nanti !", ucapku.
Setelah selesai dengan kedua orang tuaku, tak lupa aku pun mengucapkan salam perpisahan kepada ketiga pelayan di rumahku, ku pandangi satu persatu dari mereka dan terliaht wajah layu menahan kesedihan akan kehilangan diriku, aku berharap mereka bisa menjaga orang tuaku saat aku tidak ada di rumah ini lagi. ku ayunkan kaki ku meninggalkan mereka, dan lambaian tanganku sebagai salam terakhir perpisahan ini.
Apa aku terlalu berlebihan menggambarkannya, tergambar satu kesan kalau aku sedang maju kedalam medan perang di mana nyawaku menjadi taruhannya, hahaha... aku pergi bukan untuk hal bodoh semacam itu, tapi tidak tau kenapa aku merasakan sedikit ketakutan, rasa yang lama tidak pernah aku rasakan, yaa... aku merasakan kalau semua ceritaku akan segera berakhir dengan tangisan. tangisan seperti apa, aku juga tidak tau pasti karena cerita masih belum tamat.
Perjalanan kami pun sangat membosankan dengan tidak adanya tegur sapa dari kami, semua terlihat sangat formal sehingga terlihat ada dinding pembatas antara diriku dan mereka. selama 3 jam perjalanan ini akhirnya aku pun telah tiba di kediaman kakekku, aku pun memasuki rumah itu dengan orang suruhan kakek ada di depanku. ku ikuti langkah mereka sampai menuju pada suatu ruangan dimana kakek terlihat sedang menungguku disana.
"apa kabar hans ?", sapa kakekku.
"ohh.. mungkin sedikit sedih !", ucapku.
"kau pasti sudah memikiran tentang hal ini sebelumnya, kakek yakin akan keputusan yang kau buat !", ucap kakekku.
"haha.. aku binggung kenapa harus aku yang kalian pilih ?", tanyaku kepada kakek.
"karena kau satu-satunya orang yang tidak terlacak olehnya !", jawab kakekku.
"tentu saja.. karena aku bukan dari keturunan keluarga ini dan aku juga lama menimba ilmu di london !", ucapku.
"kakek mengandalkanmu, silakan kau tentukan sendiri aturanmu dan apa pun itu kakek akan usahakan untukmu !", ucap kakekku.
"oh.. apa saja yaa ! bagaimana jika aku minta Mei Xiang dan Shandy Ananta menemaniku, aku sangat mempercayai mereka, dengan adanya mereka aku bisa bekerja dengan cepat dan tepat sasaran !", pintaku kepada kakek.
"tentu saja aku akan mengijinkannya.. tapi sepertinya mereka akan menyusulmu nanti, karena aku sudah memesankan tiket untuk satu orang, atas namamu !", ucap kakek.
"baiklah.. kalau begitu, lebih baik aku menunggu di bandara saja karena aku ingin memakan roti boy sebanyak-banyaknya !", ucapku.
"hahaha.. ku harap nafsu makanmu tidak menghentikan laju otakmu !", sindir kakekku.
Aku pun melakukan pelukan hangat sebagai salam perpisahan dengan kakekku, orang tua itu memang sangat ambisius sekali akan rencananya, semuanya sengaja dia lakukan untuk membuat dirinya kembali di akui, dasar orang tua bukannya mikirin akhirat tapi malah menggumbar hasrat akan ambisi duniawinya.
Dengan diantar oleh orang suruhan kakek, aku pun menuju bandara untuk terbang ke tempat dimana orang yang aku cintai berada, mungkin saja dia sedang menungguku disana, aku akan memberinya sedikit kejutan dengan kedatanganku, aku pun mencoba menggodanya lewat pesan BBM,
"hi.. sedang apa ?", tulis pesanku.
"hi yank.. aku sedang membuat tulisan tangan untuk ku buat jadi novel !", balasnya.
"ohh.. apa kau ingin bersaing dengan ku untuk jadi seorang penulis !", balasku kepadanya.
"hahaha.. penulis wanita tuh terkenal dari penulis pria, karena wanita selalu menumpahkan seluruh perasaannya dalam karya-karyanya, kalau penulis cowok pasti mereka akan menahan diri karena mereka tidak ingin pembaca masuk terlalu dalam ke dalam ceritanya !", balasannya panjang lebar.
"terkadang menahan diri itu di perlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seperti menahan rindu untuk mendapatkan sebuah pertemuan yang indah !", balasku.
"ahh.. kau terlalu puitis, sampai-sampai otakku berhenti berpikir, hehehe... !", balasnya lagi.
"udah dulu yaa.. aku ada meeting sebentar lagi !', balasku kepadanya.
"ok... I love u !", balasnya dengan cepat.
"i love u too !", balasku untuk mengakhiri chatingan kami.
Terlalu lama aku menunggu keberangkatan pesawatku, aku sendiri disini tanpa seseorang pun menemaniku, aku tidak pernah mendengar ada orang yang mati akan kebosanan tapi jika hal ini terus terjadi kepadaku mungkin aku adalah orang itu, hahaha... pemikiran macam apa ini.
"Pesawat DelayAir dengan nomor penerbangan BC090JNS siap untuk di berangkatkan, bagi para penumpang harap memasuki jalur yang telah di tentukan ", nama yang sangat aneh untuk sebuah maskapai penerbangan, tapi biarlah, ini kan hanya sebuah cerita. aku hanya perlu mengikuti kemauannya, dengan masuk ke dalam pesawat dan terbang menuju kota tujuanku selanjutnya, tentu saja berharap dia tidak mengarang cerita akan menjatuhkan pesawat ini di tengah perjalanan.
Pesawat ini membawa terbang menuju ke kota tempat dia berada, detik-detik pertemuanku kian dekat dan sangat mendebarkan, hal ini memicu detak jantungku kian kuat dan kencang. setlah hampir seharian aku terbang dan transit akhirnya pesawat ini landing di bandara tujuan akhirku, aku pun terus berjalan keluar untuk menunggu jemputan dan orang suruhan kakekku, selepas keluar dari pintu bandara terlihat dua sosok pria sedang menungguku dan mereka pun membawaku masuk kedalam mobil, di ajaknya aku berjalan menelusuri jalanan kota ini, kenangan demi kenangan terlantun di memoriku.
Kota ini sudah banyak berubah semenjak kepergianku lima tahun yang lalu, kulihat sebuah bangunan yang penuh akan kenangan indahku dengannya juga mulai terkikis dan usang, tergantikan oleh bangunan-bangunan yanag baru, aku sekarang berada di kota ini, kota yang sangat aku cintai, kota di mana semua ini akan dimulai.
"maaf.. apakah bisa kalian membawaku ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum kalian membawaku ke hotel !", pintaku kepada kedua pesuruh kakek.
"baiklah tuan.. kemana kita akan menuju ?", tanya pesuruh kakek.
"tolong bawa aku ke alamat ini !", ucapku dengan menyodorkan secarik kertas berisi alamat.
Mereka pun membawaku ke alamat tujuanku, aku sudah tidak sabar melihatnya lagi setelah sekian lama kita tidak bertemu secara langsung, mungkin ini akan menjadi kejutan terindah untuknya, kecantikannya membuat tidak bisa melupakannya. saat aku memasuki sebuah blok perumahan, aku menyuruh kedua orang ini untuk menghentikan mobilnya dan aku pun mengawasi sebuah rumah dari kejauhan. tak lama berselang munculah sosok gadis ayu dengan paras yang sangat aku kenal, dia mulai masuk kedalam mobil dan akan keluar rumah, aku menyuruh kedua orang ini untuk mengejar mobil itu dan menghentikannya.
Di tengah perjalanan tidak jauh dari rumah gadis tersebut, kedua pesuruh kakek menghentikan laju mobil gadis itu dengan memotong llintasan jalannya. kita pun berhenti dan gadis itu pun keluar dari mobil dengan wajah yang terlihat sangat kesal menghampiri mobil yang aku tumpangi, aku yang melihat dia mendekati mobilku membuka pintu mobil dan keluar untuk menemuinya.
"hi.. lama tak jumpa !", sapaku halus.
"kau.. !", ucapnya sangat terkejut.
Dia pun dengan cepat mendekatiku dan memelukku sangat erat, terasa tubuhku sangat sesak karena pelukannya, ku lihat raut wajah penuh dengan kegembiraan melihat kedatanganku, namun sayang paras ayu nya harus ternodai oleh air mata kebahagiannya. ku basuh air mata itu untuk meredakan rasa rindunya.
"aku mencintaimu hans !", ucapnya lirih.
"aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu !", balas ucapku.
Pertemuan yang sangat mengejutkan untuknya, kisah kita pun di mulai lagi mulai saat ini !.
Next Part : Merajut Masa Lalu
Keesokan harinya...
"kau terlihat sangat kusut sekali hans ?", ucap mamaku.
"iya mam... otakku buntu untuk menyelesaikan novel ini !", jawabku.
"kau butuh suasana baru untuk menyegarkan kembali pikiranmu !", saran mamaku.
"itu juga yang menjadi alasanku untuk melakukan perintah kakek !", paparku.
"apa kau sudah berkemas ?", tanya lagi mamaku.
"yaa.. hanya kurang satu yang belum !", ucapku.
"apa itu hans ?", tanya mamaku.
"jemputan... mereka lama sekali, aku bisa mati dalam kebosanan karena menunggu mereka !", jawabku dengan canndaan.
Inilah pekerjaan sampinganku jika aku memiliki waktu luang, aku sangat senang menggoreskan penaku pada lembaran kertas untuk sekedar meluapkan semua pemikiranku. cerita yang aku tulis tentu saja cerita fiktif, tapi aku sengaja membumbuinya dengan kehidupanku yang sebenarnya supaya terkesan hidup dan mampu membawa pembacanya masuk kedalam cerita yang ku buat. cukup banyak novel yang telah di torehkan oleh sayatan penaku, tapi untuk novel yang saat ini aku tulis, aku sangat kebinggungan untuk memberikan sentuhan di bagian akhir ceritanya, mungkin karena hampir 75% cerita nya adalah kisah nyata yang diambil dari kehidupanku. ahh... kita lihat saja nanti apakah aku akan mampu menyelesaikannya atau tidak.
"hi.. makanlah dulu dan istirahatkan pikiranmu !", ucap mamaku.
"thanks mam.. apa kau memasak sup piranha lagi mam, hahaha.. !", ucapku meledek mama.
"kau salah... kali ini papamu yang memasak !", saut mamaku.
"ohh nice.. aku harap, aku tidak kerasukan setelah makan masakannya, hahaha.. !", ujarku dengan canda.
Aku peluk mamaku untuk berjalan meninggalkan balkon rumah dan menuju ke meja makan untuk sarapan dengan keluargaku, di rumah yang lumayan besar ini aku hanya tinggal bertiga dan di temani oleh 3 pelayan yang setia menemani keluarga ini sejak lama. kebersamaan adalah kunci dari keharmonisan keluarga ini, kita selalu melakukan semua bersama-sama dan dengan menghilangkan unsur paksaan membuat kita menjadi sangat mandiri dalam mengambil keputusan, keluarga yang sangat hebat.
Langkah demi langkah menuntut kami ke arah meja makan, dimana disana telah tersaji hidangan yang cukup banyak, sepertinya akan ada pesta di rumah ini karena hidangan ini terlalu berlebihan untuk kapasitas anggota keluarga rumah ini. aroma harum yang khas dari masakan papa pun menyengat hidungku dan ingin sekali aku mengumbar nafsu makan ku dengan melahap semua makanan ini. di rumah ini papaku terkenal akan masakannya yang khas dan racikan tangannya terkenal sampai ke ujung kota ini, tapi hal ini berbanding terbalik dengan mamaku, dia tidak bisa memasak walaupun papa sudah mengajarinya bertahun-tahun lalu, hahahaha... wanita yang beruntung !.
"wow.. aroma ini sangat menusuk hidungku, sangat khas sekali !", ucapku memuji masakan papa.
"duduklah dan nikmati saja !", ucap papaku.
"apa semua ini tidak terlalu berlebihan, atau akan ada pesta dirumah kita sebelum kepergianku !", ucapku.
"aku sengaja membuat ini semua, supaya kau akan selalu merindukan masakanku !", ucap papaku.
"makanlah sepuasmu, kita akan lalui hari ini dengan perut yang kenyang !", ucap lagi papaku.
"pot roast, taco, burrito, pie.. wow banyak sekali, aku tak yakin perutku bisa memuat semua makanan ini !", ucapku.
"ini yang special... lobster bakar margarine, dengan tambahan beberapa rempah akan membuatnya lezat, hasil karyaku yang terbaru, khusus kubuat untuk anakku, hehehe.. !", ucap papaku dengan menunjukan makanan specialnya.
"ehm.. sepertinya kalian sengaja menyuapku dengan makanan ini supaya aku tidak jadi pergi !", ucapku dengan menyindir mereka.
Hahaha... gelak tawa mewarnai seisi ruangan ini, kami pun bersama-sama menyantap sajian hidangan yang bertebaran di meja ini dengan lahapnya, tak lupa aku pun mengajak ketiga pelayan di rumah ini untuk duduk di meja makan yang sama dengan kami, aku sengaja berbagi perasaan bahagia ini kepada mereka agar mereka menganggap keluargaku adalah keluarga mereka juga, dengan begini mereka akan selalu betah ada di rumah ini.
"Tin.. tin.. tin.. ", suara klakson mobil terdengar dan menghentikan sejenak aktifitas makan kami, salah satu pelayan kami pun segera menuju ke pintu depan untuk melihat siapakah tamu yang datang ke rumah ini.
"sepertinya jemputanmu sudah datang !", ucap mamaku.
"seperti biasa, mereka selalu datang disaat yang tiak tepat !", ucapku sambil melahap makanan.
"maaf tuan, jemputan anda sudah datang !", ucap salah satu pelayan kami.
"terima kasih.. duduklah dan selesaikan makananmu dulu !", ucapku kepada pelayan itu.
"jangan biarkan seseorang menunggumu hans.. bukankah mereka bisa mati kebosanan karena menunggumu !", ucap mamaku.
"hahaha... itu kata-kataku mam, seharusnya kau ijin dulu sebelum menggunakannya !", candaku kepada mamaku.
Aku pun menghentikan acara makanku dan segera menemui orang yang sedang menungguku diluar sana, ku berjalan menyusuri ruangan demi ruangan untuk sampai di halaman luar, aku melihat mobil jemputanku sudah tiba, mereka adalah orang suruhan kakek yang di tugaskan untuk menjemputku dari rumah dan mengantarku untuk bertemu dengan kakek di kediamannya.
Setelah aku memasukan semua barang bawaanku kedalam mobil dan aku telah bersiap untuk berangkat, ku hampiri orang tua yang sedang menyaksikan diriku di depan pintu. ku lihat air mata keluar dari kedua bola mata mamaku, raut muka yang penuh haru membuat cuaca yang cerah ini terasa sangat sendu.
"hi mam... berhentilah menangis, aku akan selesaikan ini dengan cepat !", ucapku.
"dan aku akan bawa wanita yang ada di novelku itu ke rumah ini, aku berjanji kepadamu !", ucapku lagi.
"aku akan selalu merindukanmu hans !", ucap mamaku dengan tangisan yang tak terbendung.
Aku pun memeluk erat mamaku untuk sekedar meringankan bebannya dan menghentikan tetesan air matanya, ku basuh air matanya dari wajah bijaknya, lalu kutebarkan senyumanku untuk membuatnya ceria kembali. setelah mama mampu tersenyum kembali aku pun memeluk papaku dengan kehangatan seorang anak, kedekap keras tubuhnya dengan sedikit perkataan untuknya.
"jika aku kembali nanti, kau harus mengajariku cara memasak lobster seperti itu !', ucapku dengan berbisik lirih.
"pasti, karena kau muridku yang sangat pandai menyerap ilmu memasakku !", ujar papaku.
"apakah kau ingin bilang kalau mama tidak pandai memasak !", ucapku bercanda.
"haha.. sudahlah, berhati-hatilah. dan jangan harap aku akan menangis seperti mamamu !", ucapnya.
"yaa.. kau harus menyimpan air matamu untuk kedatanganku, aku jamin kau akan menangis saat melihat aku kembali nanti !", ucapku.
Setelah selesai dengan kedua orang tuaku, tak lupa aku pun mengucapkan salam perpisahan kepada ketiga pelayan di rumahku, ku pandangi satu persatu dari mereka dan terliaht wajah layu menahan kesedihan akan kehilangan diriku, aku berharap mereka bisa menjaga orang tuaku saat aku tidak ada di rumah ini lagi. ku ayunkan kaki ku meninggalkan mereka, dan lambaian tanganku sebagai salam terakhir perpisahan ini.
Apa aku terlalu berlebihan menggambarkannya, tergambar satu kesan kalau aku sedang maju kedalam medan perang di mana nyawaku menjadi taruhannya, hahaha... aku pergi bukan untuk hal bodoh semacam itu, tapi tidak tau kenapa aku merasakan sedikit ketakutan, rasa yang lama tidak pernah aku rasakan, yaa... aku merasakan kalau semua ceritaku akan segera berakhir dengan tangisan. tangisan seperti apa, aku juga tidak tau pasti karena cerita masih belum tamat.
Perjalanan kami pun sangat membosankan dengan tidak adanya tegur sapa dari kami, semua terlihat sangat formal sehingga terlihat ada dinding pembatas antara diriku dan mereka. selama 3 jam perjalanan ini akhirnya aku pun telah tiba di kediaman kakekku, aku pun memasuki rumah itu dengan orang suruhan kakek ada di depanku. ku ikuti langkah mereka sampai menuju pada suatu ruangan dimana kakek terlihat sedang menungguku disana.
"apa kabar hans ?", sapa kakekku.
"ohh.. mungkin sedikit sedih !", ucapku.
"kau pasti sudah memikiran tentang hal ini sebelumnya, kakek yakin akan keputusan yang kau buat !", ucap kakekku.
"haha.. aku binggung kenapa harus aku yang kalian pilih ?", tanyaku kepada kakek.
"karena kau satu-satunya orang yang tidak terlacak olehnya !", jawab kakekku.
"tentu saja.. karena aku bukan dari keturunan keluarga ini dan aku juga lama menimba ilmu di london !", ucapku.
"kakek mengandalkanmu, silakan kau tentukan sendiri aturanmu dan apa pun itu kakek akan usahakan untukmu !", ucap kakekku.
"oh.. apa saja yaa ! bagaimana jika aku minta Mei Xiang dan Shandy Ananta menemaniku, aku sangat mempercayai mereka, dengan adanya mereka aku bisa bekerja dengan cepat dan tepat sasaran !", pintaku kepada kakek.
"tentu saja aku akan mengijinkannya.. tapi sepertinya mereka akan menyusulmu nanti, karena aku sudah memesankan tiket untuk satu orang, atas namamu !", ucap kakek.
"baiklah.. kalau begitu, lebih baik aku menunggu di bandara saja karena aku ingin memakan roti boy sebanyak-banyaknya !", ucapku.
"hahaha.. ku harap nafsu makanmu tidak menghentikan laju otakmu !", sindir kakekku.
Aku pun melakukan pelukan hangat sebagai salam perpisahan dengan kakekku, orang tua itu memang sangat ambisius sekali akan rencananya, semuanya sengaja dia lakukan untuk membuat dirinya kembali di akui, dasar orang tua bukannya mikirin akhirat tapi malah menggumbar hasrat akan ambisi duniawinya.
Dengan diantar oleh orang suruhan kakek, aku pun menuju bandara untuk terbang ke tempat dimana orang yang aku cintai berada, mungkin saja dia sedang menungguku disana, aku akan memberinya sedikit kejutan dengan kedatanganku, aku pun mencoba menggodanya lewat pesan BBM,
"hi.. sedang apa ?", tulis pesanku.
"hi yank.. aku sedang membuat tulisan tangan untuk ku buat jadi novel !", balasnya.
"ohh.. apa kau ingin bersaing dengan ku untuk jadi seorang penulis !", balasku kepadanya.
"hahaha.. penulis wanita tuh terkenal dari penulis pria, karena wanita selalu menumpahkan seluruh perasaannya dalam karya-karyanya, kalau penulis cowok pasti mereka akan menahan diri karena mereka tidak ingin pembaca masuk terlalu dalam ke dalam ceritanya !", balasannya panjang lebar.
"terkadang menahan diri itu di perlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seperti menahan rindu untuk mendapatkan sebuah pertemuan yang indah !", balasku.
"ahh.. kau terlalu puitis, sampai-sampai otakku berhenti berpikir, hehehe... !", balasnya lagi.
"udah dulu yaa.. aku ada meeting sebentar lagi !', balasku kepadanya.
"ok... I love u !", balasnya dengan cepat.
"i love u too !", balasku untuk mengakhiri chatingan kami.
Terlalu lama aku menunggu keberangkatan pesawatku, aku sendiri disini tanpa seseorang pun menemaniku, aku tidak pernah mendengar ada orang yang mati akan kebosanan tapi jika hal ini terus terjadi kepadaku mungkin aku adalah orang itu, hahaha... pemikiran macam apa ini.
"Pesawat DelayAir dengan nomor penerbangan BC090JNS siap untuk di berangkatkan, bagi para penumpang harap memasuki jalur yang telah di tentukan ", nama yang sangat aneh untuk sebuah maskapai penerbangan, tapi biarlah, ini kan hanya sebuah cerita. aku hanya perlu mengikuti kemauannya, dengan masuk ke dalam pesawat dan terbang menuju kota tujuanku selanjutnya, tentu saja berharap dia tidak mengarang cerita akan menjatuhkan pesawat ini di tengah perjalanan.
Pesawat ini membawa terbang menuju ke kota tempat dia berada, detik-detik pertemuanku kian dekat dan sangat mendebarkan, hal ini memicu detak jantungku kian kuat dan kencang. setlah hampir seharian aku terbang dan transit akhirnya pesawat ini landing di bandara tujuan akhirku, aku pun terus berjalan keluar untuk menunggu jemputan dan orang suruhan kakekku, selepas keluar dari pintu bandara terlihat dua sosok pria sedang menungguku dan mereka pun membawaku masuk kedalam mobil, di ajaknya aku berjalan menelusuri jalanan kota ini, kenangan demi kenangan terlantun di memoriku.
Kota ini sudah banyak berubah semenjak kepergianku lima tahun yang lalu, kulihat sebuah bangunan yang penuh akan kenangan indahku dengannya juga mulai terkikis dan usang, tergantikan oleh bangunan-bangunan yanag baru, aku sekarang berada di kota ini, kota yang sangat aku cintai, kota di mana semua ini akan dimulai.
"maaf.. apakah bisa kalian membawaku ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum kalian membawaku ke hotel !", pintaku kepada kedua pesuruh kakek.
"baiklah tuan.. kemana kita akan menuju ?", tanya pesuruh kakek.
"tolong bawa aku ke alamat ini !", ucapku dengan menyodorkan secarik kertas berisi alamat.
Mereka pun membawaku ke alamat tujuanku, aku sudah tidak sabar melihatnya lagi setelah sekian lama kita tidak bertemu secara langsung, mungkin ini akan menjadi kejutan terindah untuknya, kecantikannya membuat tidak bisa melupakannya. saat aku memasuki sebuah blok perumahan, aku menyuruh kedua orang ini untuk menghentikan mobilnya dan aku pun mengawasi sebuah rumah dari kejauhan. tak lama berselang munculah sosok gadis ayu dengan paras yang sangat aku kenal, dia mulai masuk kedalam mobil dan akan keluar rumah, aku menyuruh kedua orang ini untuk mengejar mobil itu dan menghentikannya.
Di tengah perjalanan tidak jauh dari rumah gadis tersebut, kedua pesuruh kakek menghentikan laju mobil gadis itu dengan memotong llintasan jalannya. kita pun berhenti dan gadis itu pun keluar dari mobil dengan wajah yang terlihat sangat kesal menghampiri mobil yang aku tumpangi, aku yang melihat dia mendekati mobilku membuka pintu mobil dan keluar untuk menemuinya.
"hi.. lama tak jumpa !", sapaku halus.
"kau.. !", ucapnya sangat terkejut.
Dia pun dengan cepat mendekatiku dan memelukku sangat erat, terasa tubuhku sangat sesak karena pelukannya, ku lihat raut wajah penuh dengan kegembiraan melihat kedatanganku, namun sayang paras ayu nya harus ternodai oleh air mata kebahagiannya. ku basuh air mata itu untuk meredakan rasa rindunya.
"aku mencintaimu hans !", ucapnya lirih.
"aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu !", balas ucapku.
Pertemuan yang sangat mengejutkan untuknya, kisah kita pun di mulai lagi mulai saat ini !.
Next Part : Merajut Masa Lalu
Terakhir diubah: