Chapter II: Training Days
Hanya dalam beberapa menit setelah Syifa dan Mira memasuki Balai Pelatihan ini, mereka sudah harus menjalani pelatihan, karena konon ada permintaan mendadak dari seorang klien penting Balai tersebut. Sebelumnya, tentu saja, mereka menandatangani kontrak untuk bekerja dan disalurkan oleh Balai itu.
Hari pertama, pelatihan yang mereka dapatkan masih biasa2 saja, seperti pelatihan Bahasa Inggris, pengenalan barang2 dan bahan2 tertentu disertai pembersih yang cocok, etiket jamuan khas Arab, dan memasak beberapa menu khas Arab, yang bahkan amat berbeda dengan masakan Arab yang ada di Indonesia.
"Eh, Syif, koq yang ikut pelatihan cuman kita berdua ya?" tanya Mira pada pagi hari ketiga, "coba deh perhatiin, yang lain kayaknya selalu masuk ke ruangan lain, kamarnya juga beda dengan kita, koq aku ngerasa kayak lagi dipingit"
Syifa hanya mengangkat bahunya saja.
"Nggak tahu, Mir, mungkin ada hubungannya ama pemesanan khusus dari Abu Dhabi itu kali?"
"Aku agak takut nih, Syif, kan aku nggak bisa bahasa Arab, dan kayaknya kita juga nggak diajarin bahasa Arab"
"Mungkin ntar kali, Mir"
Mira lalu bercermin dan memantaskan diri. Saat itu mereka memang baru saja mandi, sehingga baru memakai celana dalam saja, dengan berbalut handuk.
"Susuku gede juga ya, Syif" kata Mira sambil meremas payudaranya sendiri.
"Lha, gimana sih, koq yang punya malah nggak nyadar?"
"Dulu nggak gitu pede aku, Syif, punya susu gede gini?"
"Kenapa, Mir?"
"Soalnya jadi kayak diliatin orang terus gitu, dari bapak2 ampe kakek2, berasa kayak pengen menerkam"
Syifa tersenyum, lalu mendekat di belakang Mira. Tiba2, dari belakang, Syifa memegang payudara Mira, lebih tepatnya setengah meremasnya.
"Iya, gede, empuk pula, enak diremesnya"
"Isssh... Kamu ngeremes susu nggak bilang2"
"Ukurannya berapa, Mir?"
"36D... AAAHH!"
Mira memekik pelan saat Syifa memainkan payudaranya, bahkan melepas handuk yang saat itu dikenakannya. Kini Mira sudah nyaris telanjang, dengan payudaranya diremas oleh Syifa dari belakang. Syifa tampak memainkan pentil Mira yang besar dan berwarna menghitam.
"Jangan dimainin ah, malu..."
"Bagus gini koq malu, Mir?, gede ini, enak dicubit2"
"Aaaah... Issshh... Jelek, Syif... Ahh... Item gini"
"Hihihi, banyak dikenyot ya?"
"I-Iya, entah kenapa dari dulu tiap punya pacar pada sukanya ngenyot... Aaaah..."
Syifa terkekeh saat meremas puting hitam Mira dengan agak keras, lalu ditariknya puting itu ke depan, sebelum akhirnya dilepaskan. Mira memegangi putingnya yang masih panas akibat perlakuan Syifa itu.
"Nakal kamu, sama2 punya juga"
"Beda lah, punyaku kan nggak segede punyamu"
Syifa membuka handuknya, dan kini kedua2nya sama2 nyaris telanjang dengan hanya memakai CD tipis saja.
"Aku ngiri ama susumu, pentilnya bisa bagus gini," kata Mira sambil memencet puting Syifa, "nggak kayak punyaku, item"
"Tapi punyamu putingnya gede, Mir, enak buat dikenyot"
"Apaan, lha punyamu bisa kenceng gini" Mira ganti meremas payudara Syifa, "putingnya mungil tapi mancung"
Mira langsung mencucup payudara Syifa, membuatnya mendesah. Suasana menjadi agak panas sejenak, hingga Syifa mendorong pelan kepala Mira sehingga terlepas dari payudaranya. Mereka saling berpandangan, sebelum kemudian sama2 tertawa.
"Kita ngapain sih ya?"
"Nggak tahu, jarang ngentot kali, makanya jadi jablay"
"Eh, udah hampir jam 8 nih, kita ada pelatihan kan?"
"Oh iya, ayuk, pakai baju, jangan sampai telat"
Buru2 mereka pun memakai beha dan pakaian seragam mereka, dengan jilbab instan yang bisa dipakai dengan cepat. Mereka kemudian buru2 menuju ke ruang pelatihan mereka yang biasa, di sudut jauh balai itu, berbeda dengan calon2 TKI yang lain.
Hari ini tampaknya akan berlalu seperti kemarin saja. Bahasa Inggris di awal, lalu etiket, dan disusul istirahat selama 1 jam. Walau begitu, setelah istirahat, bukannya akan ikut pelatihan memasak, petugas yang masuk malah memanggil mereka.
"Mbak2 kalau sudah siap ikut saya ya" kata si petugas.
"Lho, nggak di sini, Mas, pelatihannya?" tanya Syifa.
"Nggak, soalnya kudu pakai peraga, Mbak"
Syifa dan Mira segera mengikuti petugas itu, yang bernama Anwar, menyusuri koridor kecil yang belum pernah dilihat sama sekali oleh mereka. Keduanya heran bahwa Balai ini seolah menyimpan banyak sekali rahasia.
Anwar kemudian membuka sebuah pintu, lalu menyuruh mereka berdua untuk masuk. Mira, yang masuk terlebih dahulu tampak kaget, karena ruangan itu ditata sebagaimana sebuah istana Arab, tapi dengan sebuah ranjang terbuka berlapis satin, dan sebuah bak mandi besar mirip kolam yang terbenam di lantai.
"Ini ruangan apa ya, Mas?"
"Ruangan ini dipesan khusus klien kami, soalnya mereka meminta nggak sembarangan pekerja, Mbak"
"Yang di Abu Dhabi itu ya, Mas?"
"Iya, makanya kalian penting banget buat latihan di sini"
"Omong-omong, latihan apa ya?"
"Dilihat saja nanti ya, Mbak"
Begitu ketiganya sudah masuk, Anwar segera menutup dan mengunci pintu masuk. Setelah itu dia memberikan isyarat pada interkom, dan dari pintu lain, masuklah dua orang Arab ke dalam ruangan itu, mereka tampak menggunakan jubah mandi saja. Syifa dan Mira jelas terkejut dengan kehadiran mereka.
"Mbak, ini Khaleed dan Suhail, mereka bakal menjadi peraga kalian buat pelatihan ini" kata Hendra, "and, Gentlemen, this are Ms. Syifa and Mira, they will be sent to Abu Dhabi by the end of this week"
"Oh, hi, nice to meet you all"
Syifa dan Mira agak terpaku saat kedua orang ini mengajak mereka bersalaman. Khaleed tampak berusia setengah baya dengan tubuh agak tambun, kepala agak botak dan kumis yang lebat. Sementara Suhail terlihat lebih muda, tinggi, kekar, dengan rambut kriwil dan kumis serta jenggot yang terpotong rapi. Walau begitu, satu yang diperhatikan oleh Syifa dan Mira adalah rambut di badan mereka yang lebat.
"Pelatihan kali ini adalah memberi pelayanan kepada mereka berdua. Nanti salah satu akan memijat, sementara yang satunya memandikan." kata Anwar
"Hah? Memandikan? Yang bener?" Mira tak percaya pendengarannya.
"Iya, itu masuk dalam kontrak kami, mereka maunya full service, maklum, klien besar"
"Ih, nggak mau ah, masa mandiin?" kata Mira.
"Inget lho, kalau nggak mau ikut pelatihan, ada konsekuensinya"
Mira mendengus. Sesuai kontrak yang telah mereka tanda tangani, bila mereka menolak mengikuti pelatihan wajib, maka mereka akan didenda sebesar 75 juta karena melanggar klausul. Apalagi ini adalah klien khusus, yang sepertinya benar2 dimanjakan oleh Balai ini.
Suhail yang pertama membuka baju mandinya, dan Mira serta Syifa memekik, karena ternyata di balik baju mandi itu, Suhail sudah tidak memakai apa2 lagi, sehingga penisnya yang berukuran besar terlihat menggantung. Dia kemudian masuk ke dalam kolam mandi, disusul oleh Khaleed yang juga langsung bertelanjang dan duduk di meja pijat berlapis satin. Penis Khaleed terlihat tak sebesar Suhail, namun tetap saja lebih besar daripada ukuran penis standar orang Indonesia.
"Syif, kamu yang pijat saja ya, aku yang mandiin"
"Ah, kamu itu, milihnya koq yang mudaan"
"Aku nggak bisa mijet, Syif" Mira memohon, "mau ya, please?"
"Ya udah, sana ke kolam"
"Makasih, Syifa cantik"
Mira dan Syifa pun mulai ke posisinya masing2. Pada saat itu juga, Anwar pun pamit meninggalkan ruangan, "supaya lebih enak", begitu katanya.
"Don't worry, I'm going to be easy on you" kata Khaleed kepada Syifa, "I've done this a lot of time"
"Yes, Sir"
"Now grab that oil, please, then smear it on all my body"
Syifa mengangguk, kemudian mengambil minyak dari kendi yang telah disiapkan, sementara Khaleed sudah berbaring tengkurap, menunjukkan punggung lebarnya yang penuh rambut hitam, kelabu, dan putih.
"Rub it on me, be gentle"
"Yes, Sir"
Pelan-pelan, minyak itu dituangkan ke telapak tangan Syifa terlebih dahulu sebelum akhirnya dengan lembut namun bertenaga diurapkan ke punggung Khaleed.
"You are very good, I'll give you best score"
"Thank you, Sir" kata Syifa malu2
"Okay, carry on, I'll tell you the next step when you've done"
Syifa mengangguk sambil tersenyum. Walau tak begitu tampan, tapi Khaleed ini cukup ramah. Dia kemudian melihat ke arah Mira yang sedang bersiap2 untuk memandikan Suhail.
Di kolam, Suhail bersandar pada sandaran khusus untuk duduk di kolam mandi ini, kemudian Mira berjengkit di belakangnya, perlahan-lahan mengusap tubuh Suhaeel dengan handuk halus. Karena air di kolam ini bening, maka Mira pun bisa melihat penis Suhaeel yang agak naik, mengambang di air. Pemandangan itu membuatnya tidak fokus.
"Ouch! It hurts!"
Mira terkejut dan buru2 menarik tangannya meminta maaf. Rupanya karena tidak berkonsentrasi, dia tak sengaja mencabut beberapa rambut pada dada Suhail.
"Be careful, okay?"
"Yes, Sir, I'm sorry"
Suhail tampak agak kesal. Dia kemudian memberi isyarat supaya Mira ganti menggosok punggungnya. Karena masih agak syok, Mira melakukannya terlalu pelan dengan tangan yang masih agak gemetaran.
"Can you go faster?? I can't feel anything from your rub!"
"Yes, I'm sorry"
Mira dengan gemetaran mempercepat gosokannya, tapi akibatnya malah mencabut beberapa bulu di punggungnya. Suhail berteriak kesakitan, dan Mira pun mundur beberapa langkah. Melihat Mira yang mundur, Suhaeel pun memberi isyarat untuk maju.
"Come here"
Dengan takut2 Mira maju, tiba2 Suhail berdiri, sehingga kini tubuh telanjangnya terpampang di hadapan Mira. Saking takjubnya, Mira sampai melongo melihat ukuran penis Suhail yang jumbo.
"I think we need another arrangement here"
Suhail kemudian memanggil Khaleed dan berbicara dalam bahasa Arab, yang tak dimengerti oleh Mira. Namun Khaleed tampak tak tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Suhail. Sejenak mereka berdiskusi dalam bahasa Arab, sehingga Syifa pun turut berhenti sejenak. Kemudian setelah beberapa kali bertukar kata, Suhail akhirnya mengangkat tangannya tanda setuju.
"What's the matter?" tanya Syifa pada Khaleed.
"Nothing, please continue"
"Yes, Sir"
"Alright, now rub my back of the body gently, from the heels, then going up to the back. Your pressure is good, keep it up"
"Yes"
Syifa mulai memijat mulai dari tumit Khaleed, menekan sambil diputar2. Karena otot Khaleed agak keras, dia pun menggunakan sikunya, dan itu membuat lengan seragamnya kotor oleh minyak.
"Your clothes bother you?"
"I can lift..." Syifa memeragakan menyingsingkan lengan bajunya.
"Or you can just took it off"
"So, naked?"
"Only if you're comfortable with it"
Awalnya Syifa hanya menyingsingkan lengan bajunya saja, tapi kemudian jilbabnya pun juga jatuh2 dan terkena minyak, begitu pula minyak pun terciprat hingga mengotori seragam dan juga roknya.
"You okay I take clothes off?"
"If you don't mind, I don't mind"
Syifa mendengus, kemudian meloloskan gamis seragam dan roknya, sehingga hanya menggunakan beha dan CD saja. Kemudian dia mulai kembali memijat Khaleed. Dalam hati dia berpikir, apa mungkin memang disengaja seperti ini ya, supaya dia harus membuka baju saat memijat.
Di kolam, Mira dengan takut2 berdiri menunduk sementara Suhail tampak memandangi Mira dari kepala hingga kaki. Walau sudah berusaha menutupi, namun Suhail bisa melihat bahwa Mira berusaha curi2 pandang pada penisnya yang berukuran jumbo.
"You have to be more focused, understand?"
"Y-Yes, Sir"
"Now, do you lose your focus on this?"
Suhail menunjuk ke arah penisnya. Mira terkejut tiba2 ditodong seperti itu, tapi pelan2 dia pun mengangguk. Dengan isyarat matanya, Suhail menyuruh Mira agak mendekat.
"You may do what you like with it, so that you're no longer disturbed" Suhail memegang penisnya dan mengarahkannya ke Mira.
"R-Realy, Sir?"
"Yes, go ahead"
Pelan2, dan dengan jantung berdegup kencang Mira pun mendekati Suhail, lalu dengan tangan gemetaran, dia memegang penis Suhail. Penis itu agak berjengkit saat disentuh, membuat Mira agak gemas. Belum tegang saja sudah sebesar ini bagaimana kalau sudah tegang?
Dia kemudian duduk bersimpuh di depan penis Suhail, sambil memegangnya dengan kedua tangan. Kepalanya kemudian diangkat, menatap ke wajah Suhail, yang tanpa bicara mengangguk, seolah sudah tahu apa yang diinginkan oleh Mira.
Mira agak ragu2 membuka mulutnya, kemudian mengarahkan kepala penis jumbo itu ke bibirnya. Pertama dia kecup2 kecil, kemudian lidah mungilnya dijulurkan untuk menggelitik lubang kencing Suhail, sebelum kepala jamur raksasa itu dia tempelkan di bibir untuk dikulum2. Mira bisa merasakan penis itu membesar, mendesak genggamannya hingga jari2nya merenggang. Tapi Suhail tampak tak bergeming, padahal sepengetahuan Mira, cowok paling tidak tahan kalau lubang kencingnya digelitik dengan lidah.
Tiba2 Mira merasakan dua tangan perkasa Suhail mencengkeram kepalanya, lalu mendorongnya maju, sehingga penis jumbo itu bergerak merayao masuk ke tenggorokan. Mira berusaha memundurkan kepalanya, tapi tangan Suhail terlalu kuat. Dia pun memukul2 perut six-pack Suhail, namun pria Arab ini seolah tak bergeming.
Dengan perlahan, dia mengendalikan gerakan kepala Mira hingga penis itu masuk, dan menggelitik pangkal tenggorokannya, membuat Mira melotot, berupaya menarik napas, tapi gagal. Matanya menjadi merah berair, dan ingus encer pun keluar pula dari hidungnya. Setelah dirasa mentok, Suhail mengeluarkannya, juga pelan2. Mira berusaha membuka mulutnya lebar2, tapi ukuran penis yang kini sudah tegang sempurna itu amat pas dengan lubang mulut Mira yang mungil. Baru saat kepala penisnya keluar dari tenggorokan, Mira bisa menarik napas panjang, hingga menimbulkan suara menyeruput karena cairan yang keluar dari hidungnya turut pula tersedot.
Sementara itu, selagi ditarik keluar, penis itu juga merangsang reaksi alami dalam tubuh Mira untuk muntah, namun sebelum itu terjadi, Suhail kembali memasukkan penisnya hingga menyumbat tenggorokan, membuat cairan muntahannya tertahan dan Mira pun merasa tenggorokannya bagai terbakar, kemudian jalur napasnya kembali tertutup. Hal itu dilakukan oleh Suhail beberapa kali hingga tubuh Mira berasa kaku, dan matanya memutih, barulah Suhail dengan cepat menarik penisnya dari mulut Mira.
HUEEEEKKK!!!!
Materi lambung berhamburan keluar, sebagian dari mulut, sebagian dari hidung, dan asamnya membuat mulut, leher, serta hidung Mira berasa terbakar. Matanya berlingang air, mengalir nyaris tanpa henti, sementara muka Mira sudah berubah menjadi merah padam.
"You still curious?" ejek Suhail.
"N-Noo...."
"Alright then, now stand up"
Mira berusaha mencari pijakan untuk berdiri, dan tiba2 tangan kekar si Suhail menariknya dan menahannya supaya tetap berdiri. Kali ini tangan itu tak bertindak sekasar tadi.
"Now, I will teach you a lesson, but you must take your clothes off"
Mira hanya mengangguk saja. Toh baju, jilbab, dan roknya juga kini sudah kotor karena muntahannya tadi. Pelan2 dia pun membuka bajunya hingga kini dengan hanya memakai pakaian dalam, dia berdiri di hadapan Suhail.
"Take off all"
Agak ragu Mira untuk menurutinya, tapi kemudian dia membuka beha-nya, membuat payudaranya yang berukuran 38D terpapar, lengkap dengan puting besarnya yang hitam. Suhail tampak tersenyum sambil manggut2, membuat Mira agak tenang, dan akhirnya meloloskan celana dalamnya, sehingga dia pun bugil total di hadapan Suhail.
"You have a nice body" kata Suhail.
Belum sempat Mira menjawab, Suhail dengan lembut merangkulnya, kemudian membawanya masuk ke dalam kolam. Dia lalu mendudukkan Mira ke tempat tadi Suhail duduk. Mira agak bingung dengan apa yang terjadi, apalagi saat Suhail tiba2 mengambil handuk basah dan mengelap badannya.
"Watch the force I use to rub the body"
Suhail menggosok badan Mira dengan mantap, tidak terlalu halus, dan juga tidak terlalu kasar, dan dia juga melakukannya membuat gerakan2 melingkar, sehingga Mira pun merasa rileks dibuatnya.
"Don't sleep okay, you have to pay attention"
Mira mengangguk. Suhail mengangkat tangan Mira, kemudian menggosok ketiaknya dari belakang, terasa geli, namun sekaligus nikmat. Kemudian Suhail tampaknya melihat2 tubuh Mira sejenak sebelum akhirnya dia duduk menempel di belakang Mira, dan tangannya yang memegang handuk diletakkan pada vagina Mira yang berbulu lebat. Pada posisi ini, Mira bisa merasakan penis Suhail ditekan di punggungnya, dari tulang ekor hingga hampir mencapai punggung atas.
"On a hairy part, do like this"
Tangan Suhail pun bergerak pada vagina Mira secara melingkar, kemudian digosokkannya dengan kekuatan yang pas sehingga Mira merasakan gosokannya, tapi rambut kemaluannya tak ikut tertarik. Jantungnya pun berdetak semakin kencang, karena gosokan itu merangsang klitorisnya. Belum sempat bergerak, Suhail langsung menahan dada Mira, sehingga tangan kirinya mencengkeram payudara kanan Mira, memainkannya.
"Aaaahh... Isssh... N-no... P-Please... Aaaaahhh"
"Pssst! Relax, just enjoy"
Mira pun tak punya pilihan lain selain menikmati saat vagina dan putingnya dimainkan bersamaan. Dia menyandarkan punggungnya pada dada Suhail, sehingga penis Suhail tertekan dan Mira merasakan penis itu berdenyut2 seolah hidup.
Saat melemparkan pandangan ke sisi lain ruangan, Mira melihat Syifa kali ini tengah melayani Khaleed yang kini sudah dalam posisi telentang. Penis Khaleed menegak bagaikan menara, mengkilap karena minyak, dengan Syifa yang telanjang mengurutnya pelan dan telaten, dari pangkal ke ujung, dari pangkal ke ujung, dengan jari2nya yang lentik. Badan Syifa pun telah ikut terlumuri oleh minyak, sehingga tubuhnya yang putih mengkilap disinari oleh cahaya lampu jingga.
Mira menelan ludah melihat pemandangan itu, dan dia pun beberapa menggigit bibir bawahnya. Penis yang tegak bagai menara mercu suar itu tampak memanggil untuk dimasukkan ke dalam vaginanya, tapi dia agak aneh karena jantungnya semakin kencang berdetak melihat Syifa yang berlumuran minyak. Syifa tampak begitu ahli, begitu piawai, dan tubuhnya sempurna, dengan minyak pijat yang melumurinya seolah memancarkan keindahan tubuh yang bagaikan dewi.
Namun Mira segera tersentak saat klitorisnya kembali tergosok oleh handuk Suhail. Dia menggerakkan handuknya memutar dengan sesekali menekan ke vagina Mira yang bibirnya terasa semakin membuka. Gerakan handuk itu pun semakin lama semakin cepat hingga...
"Aaaah... Aaaahh... Noo..."
Di saat Mira hampir mencapai puncak, Suhail tiba2 saja menghentikan gerakannya, kemudian menarik tangannya dan berdiri. Mira terkejut. Rasanya bagaikan orang yang terbang tinggi melayang tapi tiba2 dihempaskan jatuh ke tanah. Napasnya tersengal2, dan detak jantungnya kini bergerak tidak karuan. Dia hanya menatap Suhail saja, tidak mengerti apa yang terjadi.
"You've learned your lesson, now do it on me"
"W-Wha... But I..."
"Come on, break is over, now it's time to practice what you've learned"
Suhail pun memaksa Mira untuk berdiri, kemudian meletakkan handuk di tangannya, dan menyuruhnya melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Suhail tadi. Di tengah birahinya yang terputus, Mira tentu saja masih agak mendongkol. Bayangkan saja rasanya seperti orang yang tidak jadi bersin, atau sudah mulas tapi tidak bisa buang air besar, mungkin hampir seperti itulah rasanya. Dengan agak menggerutu, Mira pun langsung mengusap punggung Suhail.
"Good, now that's more like it"
Mira menggosok dengan tetap merengut. Sementara itu dia melirik pada Syifa, ingin tahu yang dilakukan. Mira langsung tertegun karena kini posisi Syifa tengah duduk di dada Khaleed, dengan menghadap pada penis Khaleed yang masih berdiri dengan perkasanya. Tubuhnya agak menjuntai sehingga seolah vagina dan anusnya dihidangkan pada Khaleed. Syifa masih mengurut penis Khaleed dengan kedua tangan, dari pangkal ke ujung, pangkal ke ujung, bergantian namun dengan tempo yang semakin cepat, seperti orang yang sedang menimba, tapi dalam posisi terbalik.
Khaleed tampak mulai mengerang, tapi entah kenapa dia menahannya. Ini justru membuat Syifa semakin bersemangat untuk membuat penis ini meledakkan isinya. Genggamannya kini dipererat, dan gerakannya dipercepat, ini membuat Khaleed sampai menggepalkan tangannya amat erat.
"E-Enough, please, enough!" Khaleed berteriak sambil menepuk pantat atas Syifa.
"But you not cum?"
"No need, please, stop, enough..."
Syifa langsung melepaskan genggamannya, dan penis itu langsung berputar berkedut2 seperti ulat pisang, namun tak mengeluarkan isinya, hanya pelan2 berhenti sembari melemas. Syifa pun langsung turun, masih belum mengerti apa yang terjadi. Dia jelas tahu bahwa orgasme tertahan adalah sesuatu yang paling tidak enak, tapi entah kenapa Khaleed menolak saat Syifa hendak membuatnya orgasme.
"But why?" tanya Syifa.
"Not yet the time, I'll tell you later. For now, we strict on training"
Khaleed segera turun dari ranjang pijat itu, entah apa yang dia rasakan menahan orgasme seperti itu, Syifa tidak habis pikir. Dia kemudian berbicara pada Suhail dengan bahasa Arab, yang kali ini Suhail tampak protes, tapi kemudian dia menyuruh Mira berhenti menggosoknya, dan bersama Khaleed, dia pun keluar dari ruangan itu.
Mira berjalan mendekati Syifa. Tubuh Mira masih basah, sementara Syifa masih berkilat oleh minyak, dan keduanya diliputi kebingungan luar biasa.
"Koq mereka pergi, Syif?"
"Nggak tahu, Mir, padahal si Khaleed itu udah mau keluar, malah nyuruh berhenti"
"Heh? Masa? Bisa gitu ya?"
"Nggak tahu"
"Malah aku yang kentang ini, si Suhail nggosok memekku ampe mau keluar, tiba2 berhenti... Duh, mana masih gatel lagi ini"
Pintu tiba2 terbuka, dan mereka berdua pun terkejut karena yang masuk bukanlah Khaleed atau Suhail, melainkan Anwar. Syifa dan Mira buru2 menggunakan tangan mereka untuk menutupi dada dan kemaluan. Anwar tampak amat terkejut, dan sejenak dia terpaku melihat kedua wanita ini telanjang di hadapannya.
Tiba2 saja Mira langsung menubruk Anwar yang terpaku, dan langsung membuka retsleting celananya dengan Anwar tak bisa berbuat apa2 untuk menghentikan.
"Mbak.. Jangan, Mbak..."
"Please, Mas, saya sudah nggak tahan..."
Sekali tarik, celana panjang dan celana dalam Anwar pun melorot, dan kali ini tampaklah penisnya yang berukuran tak ada seperlimanya dari penis dua orang Arab tadi, masih belum tegang sepenuhnya. Mira segera mengoral penis itu, sehingga lama2 mengeras sempurna, lalu setelah dirasa keras, dia berbalik, dan dalam ketepatan sempurna, penis itu dimasukkan ke dalam vaginanya, masih dalam posisi kedua orang ini berdiri.
"Aaaah... Mbaaakk..."
"Mas diem aja, biar saya aja yang gerak. Syif, pegangin dia, dong"
Syifa langsung bergerak dan memegangi Anwar, sementara Mira membungkuk, dan menggerakkan pantatnya maju mundur sambil mendesah. Lucu sebenarnya kalau melihat Anwar yang dicabuli oleh kedua wanita ini, apalagi posisi mereka tidak memungkinkan, namun karena Mira tengah dilanda birahi, semua seolah tak penting, dan...
"Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh...."
Mira langsung ambruk menungging setelah melepaskan lenguhan yang keras dan panjang. Karena ulah dari Suhail tadi, birahinya sudah terburu naik, sehingga sebentar saja dia sudah bisa mencapai klimaks.
Anwar melihat dengan takut2, dengan penisnya masih mengacung tegak, bergerak naik turun sambil menetes2kan cairan pelumas, tidak tahu apa yang harus dilakukan, hingga Syifa berlutut dan memegang penis itu.
"Mas belum keluar kan ya? Saya bantuin ya"
"Eh, tapi..."
"Sudah Mas, anggap aja ini rezeki"
Syifa mengocok penis Anwar dengan kecepatan yang stabil, dan karena masih ada sisa minyak pijat pada tangannya, penis itu bergerak dengan mulus keluar masuk genggamannya. Anwar agak takjub melihat penisnya seolah membesar melebihi ukuran normal, sampai kemudian terasa kedutan bagai gelombang kejut yang bergerak dari pangkal ke ujung, menghimpun kekuatan. Syifa, yang tahu apa artinya, langsung mempercepat gerakannya, dan...
CROOT! CROOT! CROOT! CROOT! CROOT!
Penis Anwar menembakkan sperma yang putih, kental dan lengket ke wajah Syifa, yang masih terus mengocok hingga kedutannya melemah, kemudian dilepaskan. Anwar pun langsung jatuh tersimpuh, merasakan seolah tiada tenaga yang menahan kakinya untuk tetap berdiri. Syifa sendiri hanya mengusap sperma yang ada di mukanya dengan tangan, kemudian sedikit menjilatnya.
"Mas, lama nggak dikeluarin ya?" kata Syifa
"I-Itu tadi yang pertama, Mbak..."
"Heh?? Masa?? Jadi kamu masih perjaka!?" teriak Mira.
Muka Anwar tampak memerah, mungkin agak menahan malu, sementara Mira dan Syifa malah tertawa cekikikan melihatnya, karena tingkah Anwar sekarang mirip anak perawan yang baru saja kehilangan kegadisannya. Mira kemudian merangkak mendekati Anwar, lalu menangkap penisnya yang terkulai lemas. Diremasnya perlahan, lalu dipukul2 kecil dengan telunjuk seperti ibu yang akan memarahi anaknya.
"Sekarang kamu udah gede ya, udah bisa bikin anak, jangan suka ngaceng sembarangan ya"
Syifa dan Mira lalu tertawa terbahak2 sementara muka Anwar bagaikan kepiting rebus, dan untuk saat ini dia berharap bisa menghilang pergi dari sini.