Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT GELOMBANG NESTAPA

sdh tegang2 liat situasi andi.....
eh pindah posisi....
terus berpencar....











eh lah dalah malah














KENTANG SUPER LAGI aduuuhhhh......









thx loh om atas UPADATENYA......










TERIMA KASIH DAN SALAM BAHAGIA,SEHAT SELALU OM SUHU......
 
Part 3




Dalam mobil pratoli yang membawa Arni menuju mabes kepolisian.


“Ar, aku harap kamu mau mengatakan posisi tempat istri komandan kita disembunyikan. Aku mohon, kamu katakan sebagai permohonan maaf kamu pada komandan kita atas pengkhianatan yang telah kamu lakukan padanya!!” Eka mulai mengintrogasi Arni dalam perjalanan.


Arni hanya terdiam sambil memandang ke keluar kaca jendela. Air mata menetes pada kedua sudut matanya sebagai ungkapan penyesalan. Kini ia harus menanggung akibat dari perbuatannya sendiri. Ulahnya yang hanya mencari kesenangan dengan cara menikmati narkoba, telah membuat hidup dan karirnya hancur berantakan.


“Ka, betapa bangganya aku waktu itu, ketika aku lolos seleksi calon bintara kepolisian. Aku bisa memberikan harapan dan kebanggaan pada bapakku. Cita-cita bapakku untuk menjadi polisi yang tak pernah terwujud, bisa aku wujudkan dalam diriku sendiri.” lirih Arni.


“Semasa mudanya, bapak mencoba mendaftarkan diri beberapa kali, tapi tidak pernah berhasil dan akhirnya bapak hanya bisa menjadi seorang security sebuah mall. Maka ketika ia mendengar kabar bahwa aku diterima, betapa senangnya bapak saat itu. Ia menceritakan kesuksesan putri kesayangannya pada semua kenalannya!!” Arni terus berbicara sambil menerawang melihat jalanan. Eka dan yang lainnya hanya diam mendengarkan.


“Aku mengenal Mas Diki saat tugas pertamaku menjaga sebuah bank. Mas Diki adalah seorang karyawan di bank tersebut, dan seiiring berjalannya waktu, ia meminangku dan mau menerima segala kekuranganku. Aaakkuu merasa bahagia mendapatkannya, tapi lihat… apa yang telah kuperbuat padanya.. Hhiikkss..” lanjut Arni lalu diam dan bibirnya mulai bergetar menahan sesal.


“Aku tidak bisa melepas pergaulanku semasa SMA dan itu semua menjadi awal dari kehancuran kebahagiaanku. Hiikkss..” Arni melanjutkan ceritanya sambil tak hentinya terisak.


Tak terasa mobil patroli yang membawa mereka pun sudah memasuki halaman Mabes Polisi.


Sesaat sebelum turun, Arni berkata, “Sampaikan maafku pada pak Surya. Dalam lubuk hatiku, aku mengakui bahwa ia adalah seorang komandan yang sangat aku hormati. Katakan pada dia, Hendrik sekarang menuju tempat persembunyiannya di daerah Banten tak jauh dari kota Pan******ng, di kaki gunung K*****. Cepatlah kejar dia sebelum dia lolos!!” ujar Arni lalu mengikuti Provost yang mulai menarik lengannya.


“Terima kasih Ar, akan kusampaikan permohonan maafnu pada komandan.” jawab Nanang. Eka yang sudah tak tahan melihat nasib Arni sahabatnya, akhirnya menangis di pundak Nanang.



Beberapa saat kemudian…


“Gimana Ka, kamu sudah dapat informasi?” tiba-tiba Surya bersama petinggi Provost berada di belakang mereka.


“Siiiap komandan, saya sudah mendapat informasinya!!” jawab Eka, dan berbarengan itu bunyi handphone Nanang berbunyi.




---ooo---​





Di kediaman Surya 1,5 jam sebelumnya…


Anton dan Bimbim menuruni tangga menuju tempat dimana sahabat mereka berkumpul.

“Ada informasi apa, Dai??” tanya Anton.

“Stttt…!!” Dai memberi kode agar Anton jangan bersuara. Anton pun langsung ikut mendengarkan percakapan antara Bang Iwan dengan Jimmy yang memang di loudspeaker.







“Gimana bang, apa ini merupakan kabar baik??” tanya Dai.

“Keliatanya begitu Dai, tapi..!!” ujar Bang Iwan sedikit menahan bicaranya.

“Kenapa, bang??” tanya Anton sedikit penasaran.

“Kedua adik lu, Ton, mereka ikut si Jimmy, gue khawatir kenapa-napa ama mereka!!”

“Apa??? Mereka tau bahwa ibu dan mamah diculik??” Anton mulai cemas.

“Itu dia..!! Gue sih minta si Jimmy untuk merahasiakan ini pada mereka, tapi kalo bener mereka berada di tempat persembunyian mereka, dan kedua ibu lu ada di sana, gue takut mereka bertindak sendiri!!” jawab Bang Iwan sambil menatap Anton dengan serius. Anton hanya bisa mendengus sambil mengusap wajahnya beberapa kali.

“Yang gue pikirkan si Putri, jika dia tau…!!” ujar Anton pelan. Tapi ia tidak menuntaskan omongannya karena langsung dipotong Guntur. “Dah Cing.. Lu jangan khawatirin dia, kan ditemani si Andi. Gue rasa dia mampu jagain si Putri!!”

“Bener kata si kebo, Cing. Lu udah tahu kapasitas si Andi untuk jagain Putri waktu di sekolah tadi. Jadi lu gak usah cemas, kita tunggu aja kabar dari mereka!!” Sakti menimpali omongan si Guntur.

“Yah.. mudah-mudahan gak terjadi apa-apa!!” Jawab Anton sambil menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

“Ton… Ada apa?” tiba-tiba Surya muncul di ruang tamu bersama beberapa anak buahnya. Lalu Surya duduk di hadapan Anton, dengan tatapan penuh curiga.

“Putri, pah. Tadi Andi mendengar beberapa percakapan anak buah Hendrik dan mereka ikut Jimmy untuk membuntuti mereka ke persembunyiannya!!” papar Anton.

Surya pun duduk lemas mendengar penjelasan anaknya.

“Bang, aku rasa abang gak usah cemas, percayakan pada anak buahku, bang!!” bujuk Bang Iwan.

“Betul om, Dai rasa om gak usah panik, ini bisa berakibat buruk pada langkah kita selanjutnya. Kita tunggu kabar saja dari mereka!!” timpal Dai.

“Yah, Om hanya bisa berharap tak terjadi apa-apa pada mereka!!” lirih Surya sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Terlihat beberapa rekan Surya menginterogasi sahabat Anton perihal kejadian yang terjadi di kediaman Surya.



35 menit telah berlalu, di saat Anton dan Surya yang cemas menunggu informasi.


Tiiit…tiiittt.. tiitttt…

Salah satu handphone anak buah Surya berbunyi, lalu dia membuka pesannya.

TERSANGKA TELAH KAMI AMANKAN, SEKARANG MELUNCUR KE MARKAS.

“Pak Surya, kita sudah mendapat kabar bahwa tersangka telah ditangkap dan sekarang sedang dibawa ke markas!!” ujarnya.

“Baik!! Kita langsung meluncur ke markas sekarang, kita musti korek informasi secepatnya!!” perintah Surya sambil langsung bangkit.

“Pah, siapa yang papah tangkap? Hendrik kah?” tanya Anton sambil menarik lengan Surya.

“Bukan, tapi anak buahnya!! Kami belum mendapat petunjuk di mana Hendrik berada. Mudah-mudahan dengan tertangkapnya dia, kita mendapat informasi.” Surya mengelengkan kepalanya.

“Siapa dia?” tanya Anton.

“Dia ternyata adalah anak buah papah yang sangat papah percaya, selain Eka. Namanya Arni, dia sengaja disusupkan menjadi anak buah papah untuk memata-matai papah dalam menangani kasus ini!!” ujar Surya.

“Arrrni..??? Bukankah itu sahabatnya Eka, pah? Kok bisa??” heran Anton.

“Itu yang akan papah selidiki. Yaudah Ton, papah pergi dulu!! Hubungi papah jika ada kabar tebaru dan ingat jangan bertindak gegabah. Untuk masalah Putri biar papah tangani, sementara ini papah yakin mereka pasti aman bersama teman Bang Iwan.” ujar Surya.

“Baik, pah.”

Surya pun pergi bergegas menuju kantor dinasnya.

“Ternyata perhitungan si Hendrik bener-bener!!” gumam Dai.



10 menit Surya berlalu.


Tuulalliittt… Tuulalliittt…

Handphone Bang Iwan berbunyi….

“Ton, Jimmy SMS.” teriak Bang Iwan sambil membacakan isinya.


“BANG, LOKASI SUDAH KAMI DAPATKAN, LETAKNYA DI PINGGIRAN KOTA B**** DI KAMPUNG S********* DI DAERAH C*****EUNG. DICURIGAI ADA DUA ORANG WANITA DI ANTARA MEREKA. KITA MENUNGGU INSTRUKSI SELANJUTNYA!!”


“Cing, kabar baik pengintaian Jimmy membuahkan hasil. Mereka telah mendapatkan lokasi dan yang paling penting ada dua orang wanita bersama mereka, pasti itu…” ujar Dai terpotong.

“Kenapa dua…?? Seharusnya tiga..!!” tanya Anton yang kurang puas dengan informasi yang mereka dapatkan.

“Coba bang, telpon mereka supaya lebih jelas.” ujar Sakti pada Bang Iwan. Bang Iwan pun lalu menelepon Jimmy, hingga…

“Mereka gak bisa dihubungi, di luar jangkauan. Mungkin gak ada sinyal di sana” ujar Bang Iwan.

“Ehhh Cing lu mau ke mana?” ujar Guntur saat melihat Anton bergegas keluar, lalu menahannya.

“Gue harus menyusul mereka, gue gak mau ada apa-apa dengan mereka.” ujar Anton menepis lengan Guntur agar jangan menghalangi langkahnya.

“Sebentar Cing, lu kasih kabar dulu ke papah lu, baru kita bertindak!!” cegah Dai.




---ooo---​




Kembali dimana Andi dan Putri berada…


Putri yang sedang duduk di bawah pohon jambu sambil mengutak-atik handphone papahnya.

“Ndi, di sini kok gak ada sinyal yah??” tanya Putri saat tau Andi menghampirinya.

“Ya iyalah, ini kan di gunung, sepanjang jalan tadi aku gak ngeliat tower!!” jawab Andi dengan acuh, pandangannya tetap mengitari sekeliling rumah yang mereka amati.

Putri meletakkan Handphone papahnya di pangkuannya. Matanya memandang wajah Andi.

Ndi, setiap memandang wajahmu kok aku terpesona ya, padahal kalo aku nilai, wajah kamu itu biasa aja. Aku merasa nyaman deket kamu. Setiap jauh dari kamu, kok aku rasanya kangen terus ya, tapi kalo pas deket begini, aku gak bisa mengungkapkan perasaanku ini. Apa kamu merasakan hal ini padaku??” gumam Putri dalam hati.

“Eh Put, aku ke sana dulu. Aku liat ada celah untuk masuk ke rumah itu.” ujar Andi. Ucapannya menyadarkan Putri, wajahnya merah merona ketika Andi memergoki dirinya sedang menatap dia.

“Euuuu.. ke mana??” gugup Putri.

“Kamu tunggu di sini, kamu sama Bang Brandy dan Bang Jimmy!!” Andi beranjak tanpa menunggu jawaban.

“Aku ikut…!!” Putri pun bangkit mengikuti.

“Tapi…!!” cegah Andi.

“Pokoknya ikut!!” paksa Putri.

“Terserah lah!!! Tapi kamu jangan berisik, berbahaya kalo ketauan!!” Andi pasrah, memang Andi tak bisa melarang keinginan Putri selama ini.

“Kan ada kamu yang selalu jagain aku. Ayooo cepet, mumpung penjaganya lengah!!” jawab Putri manja sambil menarik lengan Andi.

“Kenapa aku selalu luluh dengan sikap Putri, selalu ingin menjaganya dan tak ingin dirinya terluka. Apa aku menyukai dia?? Tapi dia anak Pak surya, orang tua angkatku. Akhhh.. buang jauh-jauh Ndi, kamu harus tau siapa dirimu dan tujuan kamu selama ini. Tapi aku janji Put, aku akan selalu menjaga kamu seumur hidupku!!” pikir Andi sambil mengikuti Putri yang menarik tangannya.

Mereka berdua mengendap-endap di pinggiran tebing yang rimbun oleh tanaman liar. Hal ini cukup melindungi dari pengawasan para penjaga sekaligus mempermudah mereka untuk menyelinap ke dalam rumah.

Akhirnya, mereka tiba pada sebuah jendela, keduanya mengintip dan melakukan pengintaian.

“Puuutt itu kan… Bangsat!!” ucap Andi tertahan saat melihat sosok seorang wanita yang meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman beberapa orang yang hendak memperkosanya.

“Maaaamaaah…!! Ndiii, itu maamaahhh!!! Cepet Ndi, bantuin diaa Ndiii!! Hikkss..!” Putri tak kalah terkejut dan panik saat melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Sosok wanita yang hendak diperkosa itu adalah Soffie, ibunya. Saat Putri hendak bergerak memasuki rumah, Andi langsung menahannya.

“Jangan gegabah Put, kamu liat, mereka membawa senjata api. Kita harus hati-hati.”

“Tapi Ndi, ituuu maaamaaah, hiikkks!!”

“Sabar Put, aku lagi mikir dulu musti berbuat apa. Coba kamu telepon papah atau SMS dia. Beritahu apa yang sedang terjadi, dan kirim sekalian alamat ini!!” ujar Andi. “Sekarang kita ke sana dulu, kita sembunyi sambil memikirkan langkah selanjutnya.” lanjutnya sambil menunjuk sebuah gudang kecil di pojok halaman. Putri pun akhirnya menuruti perkataan Andi.



Di dalam Gudang…


“Gimana kamu dah kirim pesan ke papah?” tanya Andi sambil mengamati sekeliling gudang, hingga akhirnya matanya tertuju pada suatu benda.

“Sudah, tapi aku gak tau apa kekirim ato nggak, sinyalnya lemah banget, Ndi!!” jawab Putri dengan wajah cemas.

“Sudahlah, kita tunggu dulu sebentar, mudah-mudah papah membacanya.”




---ooo---​




Di dalam rumah persembunyian…


Kelompok Hendrik menyekap Soffie dan Asih di kamar yang berbeda. Di salah satu kamar tempat Soffie disekap, beberapa anak buah Hendrik berusaha memperkosa Soffie dengan wajah beringas dan penuh nafsu.

“LEPASIN AKU BAJIIINGAN!!” Soffie terus meronta saat salah satu penyekapnya mencoba menindih tubuhnya dan mencumbunya.

“Diam saja Manis, kita lakuin seperti dulu lagi.” lelaki itu mencoba menciumi wajah Soffie.

“BAAANNGGGSSAAATTT!! LEPASKAAAAN!!!” Soffie berhasil menendang tubuh lelaki itu tetapi…

BREEEEEET…

Bagian lengan pakaian Soffie robek karena tertarik tangan lelaki itu yang tengah terjengkang. Akibatnya, bagian dada atas Soffie dan kedua buah dada yang terbungkus bra terpampang dan terlihat jelas oleh para lelaki lainnya. Tangan Soffie lalu menutupi buah dadanya dengan kedua tangan sambil meringkuk di atas lantai.

“Bener-bener masih mulus saja nih lonte, masih sama seperti waktu aku mencicipi tubuhnya dulu!!” ujar lelaki yang terjengkang tadi. Pandangannya berbinar penuh nafsu saat melihat tubuh Soffie yang bersih dan mulus. Ia pun bangkit dan memerintahkan beberapa orang untuk meringkusnya.

“JAUHI AKU BAJINGAAN!!” maki Soffie, tapi apa daya, dua orang langsung meringkusnya, lalu menelentangkan Soffie di atas lantai. Keduanya menahan tubuh Soffie yang terus meronta.

“Tenanglah cantik, masa kamu lupa dengan aku? Selagi kamu masih jadi lontenya si Apong, kamu telah melayaniku beberapa kali!!” ujar lelaki itu sambil melepaskan pakaiannya hingga terpampang jelas penis hitam yang telah mencuat di hadapan Soffie.

“Masih inget ini kan, lonte manisku??” ia bergerak mendekati Soffie sambil memegang penisnya yang hitam berbulu lebat. Lalu dengan cepat lelaki itu merobek sisa baju Soffie dan menarik paksa bra yang menutupi buah dadanya. Kini bagian atas tubuh Soffie sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

“JANGAN!!! LEPASIN AKU BAJINGAAN. HMMMMPPP…!” mulut Sofie langsung dilumat oleh bibir lelaki itu, sedangkan dua orang lain yang menahan tangan dan kaki Soffie terkekeh menyaksikan rekannya yang sedang mencoba memperkosa Soffie.

“ARRRRRGGGHHH… BAJINGAN HAMU!!” tiba-tiba lelaki itu menjerit kesakitan dan mendorong Soffie, bibirnya mengalirkan darah segar. Terlihat daging bibirnya terkoyak, akibat gigitan Soffie saat dia berusaha mencium bibir wanita itu.

“MMPUUUAAHHH!! RASAKAN ITU BAJINGAN…!!” dengan tatapan tajam, Soffie meludah, membuang sisa kulit bibir lelaki itu ke arahnya yang sedang meringis kesakitan.

PLAAAK! PLAAAKKK..!!! lelaki itu menampar Soffie dengan keras hingga pingsan tak berdaya.

“Jak, apa-apaan kamu!!” tiba-tiba lelaki berseragam polisi masuk ke dalam kamar.

“HUAAANGGSAAATTT!! HIIINNIII MENGHIIHIIT HIHIR AHU!!!” jawab lelaki yang bibirnya terkoyak sambil menutup mulut dengan tangannya, ternyata ia bernama Jaki.

“Halaah Jak, lagian kontol lu kagak bisa nahan konak, nah sekarang tanggung dah akibatnya. Boss Hendrik bilang kita jangan apa-apain dulu wanita ini, kita tunggu sampe waktunya bener-bener terkendali!!”

“Bhreengssseekkk!” ucap Jaki sambil meninggalkan kamar.

“Kalian temenin di sini bersama Jhoni dan yang lainnya, gue dapat perintah dari boss Hendrik agar membawa wanita satu lagi ke tempat yang berbeda; mereka harus disekap secara terpisah. Daan aku ingatkan… jangan pernah macam-macam!!” ancam lelaki itu, dan dijawab dengan anggukan yang lain.



---ooo---​



Dering SS HP Dai berbunyi.. Dai pun lalu membuka pesan yang masuk.

“KABAR BAIK, HENDRIK BERSEMBUNYI DI KAKI GUNUNG K****** DAERAH BANTEN. IA SENGAJA MEMISAHKAN DIRI AGAR TIDAK TERLACAK. KABAR BURUKNYA, TERNYATA HENDRIK MEMBAWA SALAH SATU WANITA.” – NANANG.

“Cing, kabar dari adek lu nih!!” ujar Dai sambil memperlihatkan isi pesan pada Anton.

“Gimana menurut lu?” lanjutnya.

Anton terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

“Gue yakin Renata bersama dia!!” ucap Anton. Ia menghembuskan nafas panjang untuk melepas kekhawatirannya dan mencoba berpikir jernih.

“Trus nyokap lu berarti dengan gerombolan yang di intai bang Jimmy.” potong Guntur.

“Yah gue yakin itu.” Anton menjawab dengan yakin.

“Jadi apa rencana kita!!??” tanya Sakti.

Sedikit menghembuskan nafasnya, Anton meraih handphone Dai dan menelepon Nanang.









“Ini yang gue suka dari seorang yang namanya Cacing, bukan lembek kayak tadi!!” ujar Guntur.

“Ok, Ton. Abang sekarang pergi menyusul Nanang, kalian hati-hati di sana.” ujar bang Iwan sebelum beranjak pergi.

“Tinggal kita berlima, tapi sebelum pergi, gue ucapkan terima kasih pada kalian semua yang sudah sering membantu gue.” ucap Anton.

“Gak usah dipikirkan, kita kan selalu bersama dalam situasi susah dan senang. Lu musti inget Cing, lu tuh pemimpin kita, jadi gue harap lu gak usah berlaku cemen kayak tadi yang mudah kepancing emosi.” timpal Dai.

“Oke! Gak perlu banyak sinetron, sekarang waktunya kita bertempur!” ujar Bimbim sambil menarik lengan Anton menuju mobil dan diikuti lainnya.



---oOo---​





Di waktu bersamaan, Surya sedang dalam perjalanan menuju Markas Kepolisan. Raut wajahnya terlihat keras dan kaku, menunjukkan bahwa hatinya sangat gelisah memikirkan kedua istri beserta putrinya.

Putri, kamu di mana, nak? Papah sangat khawatir, mudah-mudahan kamu selamat. Punya dosa apa aku ini sehingga semua masalah selalu terjadi pada keluargaku? Apa salah dan dosaku?? Soffie… Asih… aku mohon kalian bersabar, mas akan datang menyelamatkan kalian. Mas tak mau kehilangan kalian, khususnya kamu, Soffi, cukup sudah penderitaan yang kamu alami selama ini!!” dalam lamunan Surya.

Tanpa disadari….

“Komandan, kita dah sampai.” salah seorang anak buahnya menyadarkan lamunan Surya saat kendaraan memasuki pelataran parkir.

“Eughh, langsung aja kita parkir ke belakang, kita temui Eka di sana!!”

“Baik, komandan!!”

Beberapa saat kemudian…

“Dan itu mereka juga baru sampai.” salah seorang anak buahnya menunjuk mobil patrol yang baru terparkir.

“Kita parkir di sini saja.” perintah Surya dan langsung turun bergegas.

“Pak Surya.” tiba-tiba Irjen Seravi yang diikuti Kombes Blackdevil dan Kombes Virgous menghampiri.

“Siap komandan, kebetulan bapak ada di sini!!” jawab Surya.

“Yah.. tadi anak buahku sudah memberi tahu bahwa tersangka telah mereka tangkap, jadi kami langsung ke sini agar kita dapat langsung bergerak.” jawab Kombes Virgous

“Kita langsung saja ke sana!!” tanpa banyak bicara Irjen Seravi langsung mengajak Surya dan lainnya.

“Gimana Ka, kamu sudah dapat informasi?” tanya Surya membuat Eka sedikit terkejut.

“Siiiap komandan, saya sudah mendapat informasinya!!” jawab Eka, dan berbarengan dengan itu bunyi handphone Nanang berbunyi.

“Maaf Komandan, ada telpon masuk, saya minta izin meninggalkan tempat sebentar!!” pamit Nanang.

“Siapa yang nelpon kamu, Nang?” tanya Surya sedikit curiga.

“Euuu.. anu komandan kakak saya, kak Anton mungkin dia ada informasi!!” jawabnya sedikit ragu. Meskipun Surya adalah ayah tirinya, tapi dalam tugas Nanang tetap menghargai pangkat dan status sang ayah.

“Baiklah, aku tunggu kabarnya!!” Surya memberikan izin, lalu Nanang sedikit menjauh untuk menerima telepon.

“Maaf Komandan dia adalah putra keduaku!!” Surya menjelaskan agar para petinggi provost mengerti mengapa dia memberikan izin.

“Kami sudah tahu semuanya, jadi kamu tak usah khawatir, silahkan Briptu Eka apa yang kamu dapat?” ujar Seravi, dan akhirnya Eka menceritakan info yang ia dapatkan dari Arni.

“Hmm, ini sangat sesuai dengan info yang kita dapat, jadi kita bisa bergerak sekarang, komandan, team siap bergerak menunggu perintah.” ujar Kombes Blackdevil.


“Kamu telah koordinasi dengan yang memegang wewenang di sana kalau kita akan bergerak ke wilayah mereka??” tanya Irjen Seravi.

“Sudah dan kita tidak memberi tahu siapa DPO yang sedang kita cari karena terlalu banyak anggota kita yang terlibat. Kita tidak mau pergerebekan ini bocor pada tersangka.” papar Kombes Virgoust.

“Sebentar komandan, maksud komandan informasi apa yang sudah didapatkan??” tanya Surya tak mengerti.

“Ketika kamu pulang, atasan kamu langsung bercerita bawah sosok wanita yang satunya lagi itu adalah istrinya Hendrik, dan dia adalah sahabat istrinya komandan Dirga. Orangtua wanita itu, minggu lalu meminta tolong pada Dirga untuk menyembunyikan dia selagi masa gugatan perceraiannya beres, istrinya mengajukan cerai dengan alasan KDRT dan pelecehan….”


“Awalnya Dirga tak menduga kejadian sebenarnya, sampai ia melihat video yang ditemukan anak buah kamu ini. Akhirnya dia tahu bahwa istrinya ini hanya dimanfaatkan untuk nafsu syahwat dia dan kelompoknya. Di samping itu, perusahaan milik orangtuanya ternyata dijadikan tempat untuk pencucian uang hasil kejahatannya. Akuntan mereka yang membeberkan itu semua. Setelah tahu duduk perkaranya, Komandan Dirga langsung memanggil wanita itu tetapi tak bisa dihubungikan, sekarang hanya orang tuanya ada di dalam bersama akuntannya yang menemukan kejanggalan transaksi perusahaan. Dan Akhirnya kita dapat informasi, ternyata istana persembunyian mereka ada di kota yang Eka tadi bilang.” jelas Irjen Seravi, Surya hanya mangguk mangguk.

“Oke!! Karena personil kita sudah siap, kita pergi sekarang!!” lanjut Irjen Seravi.

“SEBENTAR KOMANDAN” tiba-tiba Nanang berlari mendekat dan menyela percakapan mereka.

“Ada apa kamu, Nang!!” tanya Surya.

“Anu pah, eh komandan, maaf barusan kak Anton menelepon dan memberi kabar bahwa eeuuu…!!” Nanang tak melanjutkan bicaranya, ia nampak sedikit ragu untuk mengatakannya.

“Apa yang kakakmu infokan, Nang? Gak usah formil, cepet katakan ke papah, kita sedang dikejar waktu!!” tekan Surya yang sudah membaca keraguan Nanang dan menduga kalau ada yang mengganjal hatinya.

Eka yang telah mengerti kekasihnya, lalu mendekati Nanang dan membisikan sesuatu. Nanang pun mengangguk pelan lalu memantapkan hati untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

“Anu pah, kak Anton sebenarnya melarang Nanang untuk tidak memberitahu papah karena dia ingin papah fokus mencari mamah dan ibu. Dia telah mendapat info bahwa mamah, ibu dan kak Renata diculik dan disembunyikan di tempat yang berbeda.” Nanang terdiam sejenak untuk menarik nafas panjang.

“Mereka membawa mamah dan ibu ke daerah Bo***, dan kak Renata dibawa Pak Hendrik kedaerah B*****. Kak Anton menyuruh Nanang berbagi tugas agar Nanang beserta kepolisian bergerak untuk menyelamatkan Mamah Soffie dan ibu ke daerah Bo***, tapi untuk alamat jelasnya Nanang belum diberitahu oleh Bang Iwan. Sekarang mereka sedang menunggu di gerbang tol, dan Kak Anton mengejar komandan Hendrik ke sana. Itu yang tadi Kak Anton bicarakan ke Nanang. Tadinya Nanang gak akan beritahu papah tapi melihat situasi yang berbahaya ini lebih baik Nanang beritahu papah, agar kak Anton Selamat.” Nanang mengakhiri laporannya.


“Duh Anton, kenapa kamu ceroboh, nak?” gumam Surya sambil menepuk jidatnya sendiri. Tindakan Anton sangat gegabah dan berbahaya serta tindakan ini sangat melawan hukum yang berlaku.

“Pah??” Nanang merasakan kekhawatiran Surya.

“Gakpapa Nang, kamu dah bener beritahu papah, berarti kamu peduli pada keselamatan kakak kamu.” ujar Surya lalu memandang pada atasannya dengan perasaan tidak enak atas keterlibatan Anton.

“Jika posisi saya sebagai Anton, saya pun akan melakukan begitu pak Surya!!” Tiba-tiba Irjen Dirga hadir di antara mereka dan ia tampaknya mengerti akan posisi Surya setelah -tanpa diketahui Surya- ikut mendengarkan laporan Nanang.

“Komandan, ini ada SMS dari Nomor Pribadi bapak ke saya!!” Tiba-tiba Eka pun menyela obrolan saat handphonenya menerima pesan dari nomor atasannya.

“Ohhh iya itu pasti dari Putri, aku ingat dia bawa handphoneku tadi, apa katanya?” Surya tiba-tiba teringat bahwa handphonenya dibawa oleh Putri.

Eka pun lalu membuka pesan yang diterima…


“KAK EKA, CEPETAN BERITAHU PAPAH, MAMAH DALAM BAHAYA!!


“Hanya segitu dan SMS-nya,” ujar Eka.

“Apa maksudnya ini Pak Surya?” tanya Irjen Seravi.

“Anu Ndan, saya lupa melapor, tadi Anton menceritakan bahwa Andi putra angkatku mendengar percakapan anak buah kita yang terlibat menerima perintah dari Hendrik. Ia bersama putriku mengikuti mereka bersama teman saya, hanya Anton tadi belum menerima kabar di mana mereka sekarang, dan mungkin setelah menerima kabar dia langsung menghubungi Nanang.” jelas Surya merasa tak enak hati karena info yang dia dapat tak segera dilaporkan.

“Kombes Virgous, coba cepat kamu selidiki siapa saja personil yang tadi pergi, cari info sedetil-detilnya. Kombes Black, kamu persiapkan dua team dengan persenjataan lengkap, kita harus bergerak ke dua tempat!!” ujar Irjen Seravi memerintahkan kedua anak buahnya.

“Siap, Ndan.” jawab mereka serempak dan lalu bergegas pergi.

“Eka dan Nanang, kalian cepat ikuti dan bantu mereka mendapatkan informasi dan persiapkan juga personil kita.” perintah Surya.

“Siap!!” Eka dan Nanang pun bergegas mengejar kedua perwira tadi.

Saat mereka pergi…


“Pak Surya, saya mengerti akan situasi yang terjadi akan keluarga Anda, tetapi kita sebagai aparat penegak hukum harus tetap menjalani prosedur yang ada. Jadi kalau ada info, tolong secepatnya beritahu kami, info sekecil apapun yang masuk itu sangat bermanfaat, apalagi ini untuk menyelamatkan nyawa. Untuk kali ini saya maafkan!!” Irjen Seravi mengingatkan Surya sebagai sesama anggota kepolisian.

“Terima kasih, Ndan!!” jawab Surya. Di tengah kegelisahan hatinya, ia merasa tenang karena ternyata masih ada rekannya yang peduli akan nasib dia dan keluarganya.




---oOo---




Dalam gudang persembunyian Putri dan Andi…




“Put, kamu udah SMS papah kamu belum!!?” tanya Andi sambil menghampiri Putri yang bersembunyi di sudut meja. Di tangannya, Andi memegang sebatang kayu, terlihat seperti gagang cangkul yang terlepas.

“Ndi.. hikkss Putri bingung mau SMS papa!!” Putri tiba-tiba menangis.

“Lah kan tinggal SMS saja, trus cari nomornya papah di situ!!” jawab Andi.

“Hiikks… iihhh Andi serius, inikan HP-nya papah yang Putri bawa, terus Putri harus SMS siapa coba?” sambil cemberut di sela tangisannya.

“Duh bener juga, oon banget aku ini.” ujar Andi sampil menepuk kepalanya berulang kali.

“Coba liat, ini tinggal ngirim, kan??” lanjutnya sambil meraih handphone dari tangan Putri.

“Hu’uh.” jawab Putri dengan wajah murung.

Diutak atik handphonenya oleh Andi dan matanya tertuju pada suatu nama.

“Nah Kak Eka!! Kirim aja ke Kak Eka, ia kan anak buah papah!!” ujar Andi dengan mata berbinar, lalu mengirimkan pesan itu.

“Iya Lak Eka, hiks..!!” jawab Putri dengan lemas, lalu tangannya memeluk kakinya yang ditekuk. Melihat kondisi Putri yang gelisah, Andi merasa ikut tidak tenang, lalu ia mendekati Putri dan duduk di sampingnya sambil merangkul gadis itu. Putri pun menyandarkan kepalanya pada dada Andi.

“Put, Andi janji ke kamu, Andi akan menyelamatin mamah Soffie. Andi gak mau liat kamu menangis kayak gini, liat aku!!” ujar Andi sambil membangunkan kepala Putri lalu mereka bertatapan. Andi tersenyum lalu mengusap air mata Putri yang mengalir pada kedua pipinya.

“Senyum dong, kan Andi dah janji.” ujar Andi sambil tersenyum padanya, Putri pun tersenyum membalasnya.

“Nah kan jadi cantik kalo tersenyum.” Andi memuji kecantikan Putri membuat wajah Putri merona karena menahan malu mendapat perlakuan Andi.

“Ihhhh… andi ledek Putri.” rajuknya menahan malu sambil mencubit pinggang Andi.

“Adduuuhh… sakit Put, ampun..!!” Andi mencoba manahan agar tak menjerit keras. Putri pun akhirnya melepaskan cubitannya, lalu kembali menyandarkan kepalanya pada dada Andi. Mereka pun terdiam dalam kesunyian, tenggelam dalam pikiran masing masing.


Satu jam kemudian…


“Makasih Ndi, kamu bener-bener baik ke Putri.” ujar Putri pelan.

Karena aku menyayangi kamu Put!!” jawab Andi dalam hati.

“Sekian lama aku hidup di panti asuhan dan sekarang aku bersyukur telah berkumpul dengan keluarga yang sangat menyayangiku. Mamah dengan segala penderitaannya, ia selalu memperhatikanku. Meskipun jarang bertemu, tapi aku tahu kalau mamah sayang aku. Papah juga sangat menyayangi aku, juga Ibu Asih telah begitu baik menerima dan menyayangi aku. Kak Anton, kak Nanang, juga kamu yang selalu perhatian ke aku….” Putri Melanjutkan ucapannya.

“Yah.. mereka sangat baik, sampe-sampe mereka mau menerima aku jadi bagian keluarganya.” terawang Andi.

“Ehhh, Put!!” Andi tiba-tiba tersentak, membuat Putri kaget dan kepalanya bangun dari sandarannya.

“Apaan??”

“Duh bego, kenapa gak SMS kak Anton saja, mana hapenya, aku mau SMS kak Anton.” ujar Andi sambil meraih handphone dari tangan Putri dengan cepat.




“Yaah.. baterenya habis, Ndi!!” keluh Putri.

“Mudah-mudahan SMS ke kak Eka terkirim.” jawab Andi dengan lemas, sambil bersandar lagi di pojok gudang.


Tiba tiba di depan Gudang…


“LEPASKAN KAMI BAJINGAN!!!” terdengar suara seorang wanita di luar.

“DIAM KAMU!!! KALO KAMU SAYANG AKAN NYAWA KAMU, IKUTI PERINTAH SAYA!!! KALIAN CEPAT BAWA WANITA INI, PISAHKAN DARI SATUNYA DAN BAWA KE VILLA HIJAU!!! SUMPAL MULUTNYA AGAR TIDAK BERTERIAK!!!” terdengar seorang lelaki bersuara. Dari balik pintu gudang, Andi dan Putri melihat bayangan sesosok yang menyeret tubuh seseorang.

“BAIK ‘Ndan!” beberapa langkah kaki terdengar mendekat ke arah Andi dan Putri.

“Ndi, Putri takut.” bisik Putri.

“Sttttt.. jangan bersuara, Put. Kamu di sini dulu, aku mau ngintip.” bisik Andi, lalu ia mengendap-endap mendekati sumber suara sambil memegang gagang cangkul tadi. Untungnya, ada jendela kecil di pintu gudang. Andi mengintip dari dalam dan ia langsung bisa mengenali sosok lelaki itu, ia adalah Broto yang Andi kenal di kepolisian. Nampak Broto sedang memegang Bu Asih yang sedang meronta; tangannya terikat dan mulutnya disumpal.

“Kalian berlima ikut aku menuju Villa Hijau, bagi dua kelompok dengan dua mobil agar tidak mencolok di mata warga. Sisanya, kalian tunggu di sini dan temani si Jaki!!” perintah Broto sambil mendorong tubuh Bu Asih ke arah kumpulan lelaki yang berjumlah sekitar 10 orang.

Berarti di sini ada 6 orang yang menyekap mamah Soffie, tapi Ibu Asih mau dibawa ke mana? Di mana Vila Hijau itu?” Pikir Andi.

“Ayo cepet, waktu kita sempit!! Cepat atau lambat, si Surya akan mengetahui tempat ini dan kalian cepat kembali ke tempat.” ujar Broto sambil berlalu, diikuti yang lainnya.


Setelah terlihat sepi Andi pun kembali ke Putri.

“Put kamu diem di sini, aku mau liat situasi dulu.” ujar Andi.

“Enggak mau, pokoknya Putri ikut! Putri gak mau jauh dari Andi!!”

“Put, berbahaya kalo ketauan, udah di sini aja yah.” bujuk Andi.

“Eenggak.” pelan Putri sambil melotot ke arah Andi. Meskipun pelan tapi intonasinya sedikit memaksa.

“Hadeuh, iya.. iya… kamu ikut tapi jangan jauh-jauh dari aku dan jangan berisik.” akhirnya Andi pun menyerah dan mengizinkan Putri mengikutinya.




---oOo---​





Satu jam sebelumnya…


Dikoridor markas kepolisian, Irjen seravi, Irjen Dirga dan Surya berjalan menuju pelataran. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Kombes Blackdevil.

“Lapor ‘Ndan, dua regu sudah siap menunggu perintah.” lapornya pada Irjen Seravi.

Dan bersamaan pula Kombes Virgous datang diikuti oleh Eka dan Nanang.

“Lapor ‘Ndan, situasi sangat gawat, ternyata Hendrik tak hanya merekrut para personil kita, tapi juga telah menyusupkan anak buahnya menjadi taruna muda dan mereka telah beraksi dengan mencuri beberapa pucuk senjata dan ratusan amunisi dengan cara memalsukan surat perintah.” ucap kombes Virgous pada Irjen Seravi.

“Sudah jelas mereka sudah siap melawan. Kombes Blackdevil, apakah personil kita sudah siap dengan persenjataan lengkap?” tanya Irjen Seravi.

“Siap ‘Ndan!!” jawabnya.

Irjen Seravi melirik Surya yang sedang menerima laporan dari Eka dan Nanang. Lalu Surya mendekati Irjen Seravi.

“Ndan, kami regu Unit Narkoba telah siap menerima perintah!!” lapor Surya; terdengar beberapa regu anak buah Surya berlarian berkumpul di pelataran.

“Baiklah!! Kombes Virgous, kamu pimpin regu kamu bersama regu AKBP Surya dan pergi ke daerah Bo***. Dan kamu Kombes Blackdevil, pimpin regu segera meluncur ke Ba**** dan bergabung dengan unit kita di sana.”

“Sebentar.. saya mau bicara.” Irjen Dirga menyela lalu mengajak Irjen Seravi menjauh seperti ada yang dibicarakan serius, lalu kembali lagi.

“Barusan saya sudah berbicara dengan Irjen Dirga, ia memohon agar dilibatkan untuk mengikuti kamu Kombes Blackdevil. Biar saya di sini mengurusi keterlibatan dia pada operasi ini.” jelas Irjen Seravi.

“Baik Komandan!” jawab kedua perwira menengah tersebut. Irjen Dirga dan Surya pun masuk ke dalam regu masing masing.

“Baiklah, sekarang laksanakan tugas kalian dan berhati-hatilah di sana. Kita pasti akan kontak senjata dengan mereka, tapi hindari seminimal mungkin hal-hal yang dapat melukai kalian dan masyarakat di sana.” Irjen Seravi memberikan aba-aba dengan lantang

“Siap, Komandan!!” dengan lantang mereka menjawab lalu berhamburan menaiki kendaraan, dan dengan cepat pergi menuju tempat target sasaran masing-masing.




---oOo---​




Sementara itu Andi dan Putri…


Dengan tongkat kayu di tangan, Andi berjalan pelan, mengendap-endap menyusuri setiap sisi bangunan; Putri mengekor dibelakangnya. Mereka mencari celah agar bisa masuk ke dalam rumah besar tersebut tanpa harus ketahuan oleh para penjaga. Mereka mengendap mulai dari samping depan hingga belakang rumah, sampai akhirnya mereka menemukan pintu belakang yang terbuka, terlihat seseorang sedang menyeduh kopi dekat meja.

Perhitunganku, kalo gak salah sisa mereka di sini ada 6 orang, 3 orang sedang asyik mengobrol di teras depan rumah, satu orang tadi ada di ruang tamu dan asyik menonton TV, satu orang lagi di dapur. Berarti sisa satu orang dan pasti dia bersama mamah Soffie.” Andi menganalisis keadaan dalam benaknya sambil terus mengamati keadaan sekitar. Terlihat dari jendela samping, seorang lelaki sedang asyik bergoyang mengikuti irama dangdut di sebuah acara televisi Talent Show, tak peduli dengan teriakan tawa temannya.

“Tapi di mana? Apa mungkin di lantai dua?” batin Andi sambil terus bergerak hingga akhirnya tiba pada balik tembok, dekat pintu belakang. Putri yang terus mengekor dan memegang baju Andi terlihat gemetaran karena takut.

“Ndi, kita balik lagi yuk, aku takut. Wajah mereka serem-serem, belom lagi mereka memegang senjata.” bisik Putri.

“Aku kan sudah bilang, kamu tunggu di sana, ini sangat berbahaya!!” kesal Andi pada Putri

“Kan aku gak mau kamu tinggalin, takut!!” dengan wajah imut memelas ketakutan.

“Yaudah, sekarang kamu ikutin aku aja dan jangan berisik! Sstttt… ayo kita masuk, liat penjaga itu sudah ke depan!!” ujar Andi ketika melihat lelaki itu sudah selesai menyeduh kopi dan membawanya pada rekan-rekannya di depan. Saking kerepotan membawa cangkir kopi, lupa untuk menutup pintu belakang hingga kesempatan ini dimanfaatkan Andi dan Putri untuk masuk ke dalam rumah. Hingga langkah mereka terhenti di balik tembok dapur.


“HEYY BERISIK!! KECILKAN VOLUMENYA!!!” teriak lelaki yang membawa kopi pada temannya yang sedang asyik berjoget.

“SUKA-SUKA GUE DONG, DARIPADA KAGAK BISA NGENTOTIN TUH CEWE MENDING JOGET AJA. EMANG KALIAN MAU DENGERIN DESAHAN CEWEK DI ATAS YANG LAGI DIGARAP SI JAKI? COLII SANAH JANGAN GANGGU GUE!!” jawabnya sambil semakin mengeraskan volume, membuat isi rumah jadi bising. Temannya hanya geleng-geleng kepala lalu beranjak ke depan.

Andi terus mengamati lelaki yang sedang berjoget hingga akhirnya Andi dan Putri menemukan moment untuk melewatinya dan bergerak menuju tangga.

“Sttt.. Ayo Put, pelan-pelan jalannya, jangan sampe ketauan ama tuh orang.” bisiknya sambil menarik lengan Putri. Dan akhirnya mereka pun dapat menaiki tangga.




---oOo---​



Dalam sebuah kamar di lantai dua yang tak berpintu..

Seorang lelaki yang bernama Jaki dengan mata yang penuh nafsu memandangi tubuh Soffie yang berada di atas tempat tidur; dadanya sudah tidak terbungkus pakaian. Soffie yang telah tersadar dalam pingsannya hanya bisa ketakutan, tubuhnya menjauh, meringkuk dengan tangan memutupi buah dadanya.

“Ayolah lonte, kita teruskan bermain-main lagi seperti tadi.” ujar Jaki dengan bibir sedikit bengkak akibat gigitan Soffie.

“MENJAUH KAMU ANJING!” maki Soffie pada Jaki.

“Kamu semakin berumur semakin cantik saja!! Sengaja aku bawa kamu ke atas supaya gak ada yang mengganggu kita hehe..” Jaki tertawa mesum, sambil membuka pakaiannya hingga bugil.

“MMAAAUUU AAAPPPAAA KAAMU?? PEERRRGI, KALLO ENGGAK AKU BUNUH KAMU!!” Soffie menyadari apa yang akan dia alami. Sejenak ia teringat akan pengalamannya dulu ketika hanya bisa menerima kenyataan, tapi sekarang dalam hatinya sudah bulat bahwa dirinya telah memiliki kehormatan dan kebanggaan atas suami dan keluarganya. Ia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan Surya meskipun itu harus dengan cara mempertaruhkan nyawa. Ia meraih sebuah lampu tidur di samping ranjang lalu diasongkan ke arah Jaki, tak peduli pada buah dadanya yang terpangpang.

“Jangan begitu manis, liat payudara kamu membuat aku jadi pengen mengemutnya.” ujar Jaki sambil melihat buah dada Soffie yang menggiurkan, kemaluannya yang hitam mulai tegak menegang membuat Soffie makin takut dan jijik. Dengan sigap, ia turun dan menjauh hingga sudut ruangan.

“Makin kamu menjauh, makin aku ingin merasakan kehangatan kamu, ayolah kita merengkuh kenikmatan lagi seperti dulu!!” ujarnya sambil perlahan mendekati soffie.

“AKU BUKAN YANG DULU, MENJAUH KAMU BANGSAT!! TOLOONG… TOLONG…!!” Soffie memukulkan gagang lampu tidur saat tubuh Jaki mendekat.

Tapi dengan cepat Jaki menahan tangan Soffie dan menepis gagang lampu hingga terlepas dari tangan wanita itu.

“TERIAK PUN GAK AKAN ADA YANG DENGAR, HMMPPPP..!!” sambil mendekap erat Soffie lalu menciuminya seluruh wajahnya.

BUUGGG.. BUUGGG..!!!





---oOo---





“Put, kamu diam di sini, perhatikan penjaga dan cepat beritahu aku jika salah seorang dari mereka menaiki tangga, aku akan meyelidiki setiap ruangan.” ujar Andi pada Putri.

“Tapi ‘Ndi, Putri takut.” jawab Putri.

“Kamu gak usah takut, percaya padaku. Liat itu penjaga lagi asyik berjoget sampe-sampe gak sadar kita telah melewatinya, berarti kamu aman.” ucap Andi sambil menunjuk ke bawah.

“Kita akan menyelamatkan ibu kamu, jadi kamu mau ‘kan jaga di sini.” dengan tersenyum meyakinkan Putri, akhirnya Putri pun menangguk.

Andi tersenyum dan memegang pipi kanan Putri dan cuuuup kening Putri diciumnya, membuat wajah Putri memerah menahan malu.

“Dah yah, aku mau ngecek keadaan dulu!!” Andi lalu bergerak beranjak tapi lengannya ditahan oleh Putri dan…


Cuuuup…!!


Putri mencium pipi Andi sambil berbisik, “Hati-hati, Ndi!!” Andi kaget menerima ciuman di pipinya; ia pun hanya bisa membalas dengan anggukan lalu beranjak dan mengendap-endap dengan gagang pacul di tangannya.


Andi melangkah perlahan sambil mengintip setiap ruangan di lantai dua, hingga matanya tertuju pada sebuah ruangan yang tak berpintu. Dengan hati-hati kedua tangannya mengangkat gagang pacul dan berjalan pelahan mendekati ruangan tersebut.


Matanya tiba-tiba terbelalak ketika melihat seorang lelaki yang tak berpakaian alias bugil sedang mendekap erat tubuh Soffie juga setengah bugil. Lelaki itu hendak mencoba memperkosa Soffie. Emosi Andi langsung naik melihat kejadian tersebut, ia langsung teringat akan pengalamannya dulu. Dengan cepat Andi berlari lalu mengayunkan gagang pacul ke arah rahang lelaki itu sekeras mungkin dari belakang.




BUGGG….BUGGG.. BUUUGGGGG!!!



Seperti orang yang kehilangan akal sehat, Andi memukulkan gagang cangkul sekeras-kerasnya, bertubi-tubi menghantam kepala lelaki yang hendak memperkosa Sofii sampai akhirnya ia ambruk dengan wajah hancur tak jelas dan tak sadarkan diri. Seperti ada sesuatu yang mempengaruhi keadaan psikologis Andi, ia terus memukuli sosok lelaki yang sudah tak berdaya itu dengan tanpa ampun. Andi pun menyeringai penuh kepuasan, seolah menikmati apa yang ia lakukan walaupun dari sudut matanya keluar airmata kesedihan.

“Hiiikkksss… Sudaaah, Ndii!! Cukup.. jangan kamu lumuri tangan kamu dengan darah lelaki ini, eling nak!!” Sofiie mencoba menghentikan Andi dengan memeluk tubuhnya. Andi pun menghentikan aksinya setelah didekap Soffie dari belakang, kedua tangannya yang berlumuran darah perlahan mulai turun, dan dileparkannya gagang cangkul dari genggamannya. Lalu kepalanya menunduk lemas dan tubuhnya mulai bergetar keras dalam pelukan Soffie. Meskipun terdengar hingar bingar suara musik dari bawah, Soffie bisa mendengar isakan tangis pada bibir Andi.

“Hiiiks.. Biik, maafin Andi jika Andi kuat pasti Andi bisa nyelametin bibi dari jebakan ibu hiiiks.” lirih Andi dengan mata yang terpejam seperti membayangkan sebuah kejadian di masa lalu.

“Andi, ini mamah, sayang. Kamu gak papa, kan?” Suara Soffie mulai menyadarkan Andi dari pikirannya yang menerawang.

“Mah…!!” dengan cepat Andi melepaskan diri lalu berbalik memeluk tubuh Soffie lalu menangis pelan.

“Maafin Andi, mah. Andi telat nolongin mamah Soffie. Hhiikss!!”

“Sudah, yah Ndi, hiikss.. mamah Soffie gak papa, makasih udah nolongin mamah, gak tau kalo gak ada Andi mungkin mamah..!!” jawab soffie sambil memeluk Andi lalu memperhatikan lelaki yang sudah terkapar di lantai.

“Maafin Andi juga selama ini terhadap mamah yang sering acuh, hikks!!”

“Sudahlah, Ndi. Kamu jangan cengeng, kita musti lari dari sini dan menyelamatkan ibu, eh Putri mana??” Soffie melepaskan pelukannya, bukannya menjawab tapi Andi malah memalingkan wajahnya saat melihat Soffie. Soffie baru tersadar bahwa bagian atas tubuhnya tak tertutup pakaian, lalu dengan cepat dia mengambil pakaian lelaki yang tergolek dan memakainya.

“Sudah Ndi, sekarang kamu boleh liat mamah!!”

“Iya, mah. Ayo mah kita pergi, Putri sudah menunggu di sana!!”


Belum juga selesai bicara…


“Maaamaaahh Hiikkss!!” Putri berlari kearah Soffie.

“Naakkk, kamu gak apa-apa, kan?” kedua tangan Soffie memegang kedua pipi Putri sambil menatap tajam.

“Enggak mah, ada Andi yang terus jagain Putri hiikss..!” jawab Putri sambil menangis bahagia melihat mamahnya baik-baik saja. Lalu ia memeluk erat tubuh Soffie, hanya Andi yang tersenyum melihat kebahagiaan Putri dalam dekapan Soffie

“Dah Put, kita harus cepet lari dari sini, entar lanjutin aja di rumah peluk-pelukannya. Kita harus segera menyelamatkan ibu.” Andi mengingatkan Putri.

“Iiihhh Andi.. bentaran dikit ganggu kebahagiaan Putri aja!!” Putri melepaskan pelukan dengan wajah cemberut.

“Marah nih ya.. udah aku tinggal nih.” ujar Andi mencoba menggoda Putri.

“Auuk akh seebbeell!!” ujar Putri dengan tangan didekap di atas perutnya, Soffie hanya tersenyum melihat kemanjaan Putri pada Andi.

“Ayo mah, biar kita duluan, tinggalin aja Putri di sini!!” Andi berjalan meninggalkan Putri diikuti Soffie yang mesem-mesem memperhatikan insan muda yang saling menggoda.

“Aaaannnndiiiiii!!!” ujar Putri dengan suara tertahan. Karena merasa gemas pada Andi, ia pun berlari tanpa suara mengejar Andi dan Soffie.




---oOo---​





Lengking suara sirene mobil patroli mengawal iring-ringan 10 mobil preman yang membawa pasukan penggerebegan, membelah kemacetan di gerbang keluar tol.

“Iwan, kenapa kamu gak langsung lapor ke saya, dan mengizinkan Anton bertindak sendiri!!” tanya Surya yang sedang duduk di salah satu mobil.

“Hehe… tak perlu laporan pun, abang pasti akan tahu, dan meskipun aku larang Anton, ia bakal tetap pergi. Aku pun yakin Anton akan menyelesaikannya.”

“Tapi kamu tahu kan emosi Anton?”

“Aku gak mau dia menyesal seperti sahabat baikku, bang. Tapi abang gak usah khawatir, Juned akan menyusul dia dan menjaganya.” lirih Bang Iwan sambil memalingkan wajahnya menghindari tatapan Surya. Surya pun terdiam karena perkataan Iwan memang ditujukan padanya, dia hanya menarik nafas.

Pikiran Surya pun melayang pada perkataan atasannya sebelum berpisah.





Saat melamun…


“Ndan, ada telepon dari seseorang di Polsek Cia**”. tiba-tiba Eka berujar sambil menyodorkan HPnya, dan Surya pun menerimanya.





“Ka, coba kasih isyarat agar kita berhenti dulu di persimpangan, kasih tahu mobil di belakang.” perintah Surya.

Setelah berhenti, Surya berjalan ke mobil belakang, dan berbicara serius dengan Kombes Virgoust. Kombes Virgoust pun menunjuk anak buahnya.

Tak lama kemudian Surya pun kembali ke mobilnya, “Wan, kamu pindah ke belakang, biar Kang Jajang ikut dengan saya!” perintahnya pada Bang Iwan.

“Maksud abang?” Iwan kurang mengerti.

“Kamu langsung meluncur ke alamat yang Jimmy kirim, saya titip istri dan putri saya pada kamu, selamatkan mereka!!” jelas Surya.

“Trus abang??” tanya Iwan.

“Ternyata mereka telah berpencar, dan kita musti bergerak serentak agar mereka tak lolos lagi.” ujar Surya.

“Baiklah Bang, Iwan ngerti, kita musti bergerak.” belum juga beres berbicara Iwan sudah bisa menangkap maksud Surya dan langsung bergegas ke mobil belakang.


Saat Surya masuk ke dalam mobil…


“Kita belok kekiri, menuju P****!!” perintah Surya pada Nanang yang mengendarai mobil.

“Lho, kita mau kemana, pah? Kan tujuan kita ke..!!” tanya Nanang, tapi sebelum selesai berkata, ia membelokan mobil dan akhirnya tiba di persimpangan G**** , mobil mereka lalu memisahkan diri diikuti oleh 3 mobil di belakangnya.

“Mereka telah berpencar, salah satunya membawa ke daerah P*****, tidak tahu ibu atau mamah yang mereka bawa, yang jelas kita harus berpencar juga untuk mengejar mereka.” jelas Surya.

“Dari mana Komandan tahu?” tanya Eka, ia masih memanggil komandan karena merasa gak enak pada 4 orang anggota Provost yang menyertai mereka.

“Tadi, ketika kamu memberikan berkas laporan, papah meminta bantuan.” ujar Surya.









bersambung ke part 4

Komen dl br baca.

Makasih mang Boski :beer:
 
Part 3




Dalam mobil pratoli yang membawa Arni menuju mabes kepolisian.


“Ar, aku harap kamu mau mengatakan posisi tempat istri komandan kita disembunyikan. Aku mohon, kamu katakan sebagai permohonan maaf kamu pada komandan kita atas pengkhianatan yang telah kamu lakukan padanya!!” Eka mulai mengintrogasi Arni dalam perjalanan.


Arni hanya terdiam sambil memandang ke keluar kaca jendela. Air mata menetes pada kedua sudut matanya sebagai ungkapan penyesalan. Kini ia harus menanggung akibat dari perbuatannya sendiri. Ulahnya yang hanya mencari kesenangan dengan cara menikmati narkoba, telah membuat hidup dan karirnya hancur berantakan.


“Ka, betapa bangganya aku waktu itu, ketika aku lolos seleksi calon bintara kepolisian. Aku bisa memberikan harapan dan kebanggaan pada bapakku. Cita-cita bapakku untuk menjadi polisi yang tak pernah terwujud, bisa aku wujudkan dalam diriku sendiri.” lirih Arni.


“Semasa mudanya, bapak mencoba mendaftarkan diri beberapa kali, tapi tidak pernah berhasil dan akhirnya bapak hanya bisa menjadi seorang security sebuah mall. Maka ketika ia mendengar kabar bahwa aku diterima, betapa senangnya bapak saat itu. Ia menceritakan kesuksesan putri kesayangannya pada semua kenalannya!!” Arni terus berbicara sambil menerawang melihat jalanan. Eka dan yang lainnya hanya diam mendengarkan.


“Aku mengenal Mas Diki saat tugas pertamaku menjaga sebuah bank. Mas Diki adalah seorang karyawan di bank tersebut, dan seiiring berjalannya waktu, ia meminangku dan mau menerima segala kekuranganku. Aaakkuu merasa bahagia mendapatkannya, tapi lihat… apa yang telah kuperbuat padanya.. Hhiikkss..” lanjut Arni lalu diam dan bibirnya mulai bergetar menahan sesal.


“Aku tidak bisa melepas pergaulanku semasa SMA dan itu semua menjadi awal dari kehancuran kebahagiaanku. Hiikkss..” Arni melanjutkan ceritanya sambil tak hentinya terisak.


Tak terasa mobil patroli yang membawa mereka pun sudah memasuki halaman Mabes Polisi.


Sesaat sebelum turun, Arni berkata, “Sampaikan maafku pada pak Surya. Dalam lubuk hatiku, aku mengakui bahwa ia adalah seorang komandan yang sangat aku hormati. Katakan pada dia, Hendrik sekarang menuju tempat persembunyiannya di daerah Banten tak jauh dari kota Pan******ng, di kaki gunung K*****. Cepatlah kejar dia sebelum dia lolos!!” ujar Arni lalu mengikuti Provost yang mulai menarik lengannya.


“Terima kasih Ar, akan kusampaikan permohonan maafnu pada komandan.” jawab Nanang. Eka yang sudah tak tahan melihat nasib Arni sahabatnya, akhirnya menangis di pundak Nanang.



Beberapa saat kemudian…


“Gimana Ka, kamu sudah dapat informasi?” tiba-tiba Surya bersama petinggi Provost berada di belakang mereka.


“Siiiap komandan, saya sudah mendapat informasinya!!” jawab Eka, dan berbarengan itu bunyi handphone Nanang berbunyi.




---ooo---​





Di kediaman Surya 1,5 jam sebelumnya…


Anton dan Bimbim menuruni tangga menuju tempat dimana sahabat mereka berkumpul.

“Ada informasi apa, Dai??” tanya Anton.

“Stttt…!!” Dai memberi kode agar Anton jangan bersuara. Anton pun langsung ikut mendengarkan percakapan antara Bang Iwan dengan Jimmy yang memang di loudspeaker.







“Gimana bang, apa ini merupakan kabar baik??” tanya Dai.

“Keliatanya begitu Dai, tapi..!!” ujar Bang Iwan sedikit menahan bicaranya.

“Kenapa, bang??” tanya Anton sedikit penasaran.

“Kedua adik lu, Ton, mereka ikut si Jimmy, gue khawatir kenapa-napa ama mereka!!”

“Apa??? Mereka tau bahwa ibu dan mamah diculik??” Anton mulai cemas.

“Itu dia..!! Gue sih minta si Jimmy untuk merahasiakan ini pada mereka, tapi kalo bener mereka berada di tempat persembunyian mereka, dan kedua ibu lu ada di sana, gue takut mereka bertindak sendiri!!” jawab Bang Iwan sambil menatap Anton dengan serius. Anton hanya bisa mendengus sambil mengusap wajahnya beberapa kali.

“Yang gue pikirkan si Putri, jika dia tau…!!” ujar Anton pelan. Tapi ia tidak menuntaskan omongannya karena langsung dipotong Guntur. “Dah Cing.. Lu jangan khawatirin dia, kan ditemani si Andi. Gue rasa dia mampu jagain si Putri!!”

“Bener kata si kebo, Cing. Lu udah tahu kapasitas si Andi untuk jagain Putri waktu di sekolah tadi. Jadi lu gak usah cemas, kita tunggu aja kabar dari mereka!!” Sakti menimpali omongan si Guntur.

“Yah.. mudah-mudahan gak terjadi apa-apa!!” Jawab Anton sambil menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

“Ton… Ada apa?” tiba-tiba Surya muncul di ruang tamu bersama beberapa anak buahnya. Lalu Surya duduk di hadapan Anton, dengan tatapan penuh curiga.

“Putri, pah. Tadi Andi mendengar beberapa percakapan anak buah Hendrik dan mereka ikut Jimmy untuk membuntuti mereka ke persembunyiannya!!” papar Anton.

Surya pun duduk lemas mendengar penjelasan anaknya.

“Bang, aku rasa abang gak usah cemas, percayakan pada anak buahku, bang!!” bujuk Bang Iwan.

“Betul om, Dai rasa om gak usah panik, ini bisa berakibat buruk pada langkah kita selanjutnya. Kita tunggu kabar saja dari mereka!!” timpal Dai.

“Yah, Om hanya bisa berharap tak terjadi apa-apa pada mereka!!” lirih Surya sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Terlihat beberapa rekan Surya menginterogasi sahabat Anton perihal kejadian yang terjadi di kediaman Surya.



35 menit telah berlalu, di saat Anton dan Surya yang cemas menunggu informasi.


Tiiit…tiiittt.. tiitttt…

Salah satu handphone anak buah Surya berbunyi, lalu dia membuka pesannya.

TERSANGKA TELAH KAMI AMANKAN, SEKARANG MELUNCUR KE MARKAS.

“Pak Surya, kita sudah mendapat kabar bahwa tersangka telah ditangkap dan sekarang sedang dibawa ke markas!!” ujarnya.

“Baik!! Kita langsung meluncur ke markas sekarang, kita musti korek informasi secepatnya!!” perintah Surya sambil langsung bangkit.

“Pah, siapa yang papah tangkap? Hendrik kah?” tanya Anton sambil menarik lengan Surya.

“Bukan, tapi anak buahnya!! Kami belum mendapat petunjuk di mana Hendrik berada. Mudah-mudahan dengan tertangkapnya dia, kita mendapat informasi.” Surya mengelengkan kepalanya.

“Siapa dia?” tanya Anton.

“Dia ternyata adalah anak buah papah yang sangat papah percaya, selain Eka. Namanya Arni, dia sengaja disusupkan menjadi anak buah papah untuk memata-matai papah dalam menangani kasus ini!!” ujar Surya.

“Arrrni..??? Bukankah itu sahabatnya Eka, pah? Kok bisa??” heran Anton.

“Itu yang akan papah selidiki. Yaudah Ton, papah pergi dulu!! Hubungi papah jika ada kabar tebaru dan ingat jangan bertindak gegabah. Untuk masalah Putri biar papah tangani, sementara ini papah yakin mereka pasti aman bersama teman Bang Iwan.” ujar Surya.

“Baik, pah.”

Surya pun pergi bergegas menuju kantor dinasnya.

“Ternyata perhitungan si Hendrik bener-bener!!” gumam Dai.



10 menit Surya berlalu.


Tuulalliittt… Tuulalliittt…

Handphone Bang Iwan berbunyi….

“Ton, Jimmy SMS.” teriak Bang Iwan sambil membacakan isinya.


“BANG, LOKASI SUDAH KAMI DAPATKAN, LETAKNYA DI PINGGIRAN KOTA B**** DI KAMPUNG S********* DI DAERAH C*****EUNG. DICURIGAI ADA DUA ORANG WANITA DI ANTARA MEREKA. KITA MENUNGGU INSTRUKSI SELANJUTNYA!!”


“Cing, kabar baik pengintaian Jimmy membuahkan hasil. Mereka telah mendapatkan lokasi dan yang paling penting ada dua orang wanita bersama mereka, pasti itu…” ujar Dai terpotong.

“Kenapa dua…?? Seharusnya tiga..!!” tanya Anton yang kurang puas dengan informasi yang mereka dapatkan.

“Coba bang, telpon mereka supaya lebih jelas.” ujar Sakti pada Bang Iwan. Bang Iwan pun lalu menelepon Jimmy, hingga…

“Mereka gak bisa dihubungi, di luar jangkauan. Mungkin gak ada sinyal di sana” ujar Bang Iwan.

“Ehhh Cing lu mau ke mana?” ujar Guntur saat melihat Anton bergegas keluar, lalu menahannya.

“Gue harus menyusul mereka, gue gak mau ada apa-apa dengan mereka.” ujar Anton menepis lengan Guntur agar jangan menghalangi langkahnya.

“Sebentar Cing, lu kasih kabar dulu ke papah lu, baru kita bertindak!!” cegah Dai.




---ooo---​




Kembali dimana Andi dan Putri berada…


Putri yang sedang duduk di bawah pohon jambu sambil mengutak-atik handphone papahnya.

“Ndi, di sini kok gak ada sinyal yah??” tanya Putri saat tau Andi menghampirinya.

“Ya iyalah, ini kan di gunung, sepanjang jalan tadi aku gak ngeliat tower!!” jawab Andi dengan acuh, pandangannya tetap mengitari sekeliling rumah yang mereka amati.

Putri meletakkan Handphone papahnya di pangkuannya. Matanya memandang wajah Andi.

Ndi, setiap memandang wajahmu kok aku terpesona ya, padahal kalo aku nilai, wajah kamu itu biasa aja. Aku merasa nyaman deket kamu. Setiap jauh dari kamu, kok aku rasanya kangen terus ya, tapi kalo pas deket begini, aku gak bisa mengungkapkan perasaanku ini. Apa kamu merasakan hal ini padaku??” gumam Putri dalam hati.

“Eh Put, aku ke sana dulu. Aku liat ada celah untuk masuk ke rumah itu.” ujar Andi. Ucapannya menyadarkan Putri, wajahnya merah merona ketika Andi memergoki dirinya sedang menatap dia.

“Euuuu.. ke mana??” gugup Putri.

“Kamu tunggu di sini, kamu sama Bang Brandy dan Bang Jimmy!!” Andi beranjak tanpa menunggu jawaban.

“Aku ikut…!!” Putri pun bangkit mengikuti.

“Tapi…!!” cegah Andi.

“Pokoknya ikut!!” paksa Putri.

“Terserah lah!!! Tapi kamu jangan berisik, berbahaya kalo ketauan!!” Andi pasrah, memang Andi tak bisa melarang keinginan Putri selama ini.

“Kan ada kamu yang selalu jagain aku. Ayooo cepet, mumpung penjaganya lengah!!” jawab Putri manja sambil menarik lengan Andi.

“Kenapa aku selalu luluh dengan sikap Putri, selalu ingin menjaganya dan tak ingin dirinya terluka. Apa aku menyukai dia?? Tapi dia anak Pak surya, orang tua angkatku. Akhhh.. buang jauh-jauh Ndi, kamu harus tau siapa dirimu dan tujuan kamu selama ini. Tapi aku janji Put, aku akan selalu menjaga kamu seumur hidupku!!” pikir Andi sambil mengikuti Putri yang menarik tangannya.

Mereka berdua mengendap-endap di pinggiran tebing yang rimbun oleh tanaman liar. Hal ini cukup melindungi dari pengawasan para penjaga sekaligus mempermudah mereka untuk menyelinap ke dalam rumah.

Akhirnya, mereka tiba pada sebuah jendela, keduanya mengintip dan melakukan pengintaian.

“Puuutt itu kan… Bangsat!!” ucap Andi tertahan saat melihat sosok seorang wanita yang meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman beberapa orang yang hendak memperkosanya.

“Maaaamaaah…!! Ndiii, itu maamaahhh!!! Cepet Ndi, bantuin diaa Ndiii!! Hikkss..!” Putri tak kalah terkejut dan panik saat melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Sosok wanita yang hendak diperkosa itu adalah Soffie, ibunya. Saat Putri hendak bergerak memasuki rumah, Andi langsung menahannya.

“Jangan gegabah Put, kamu liat, mereka membawa senjata api. Kita harus hati-hati.”

“Tapi Ndi, ituuu maaamaaah, hiikkks!!”

“Sabar Put, aku lagi mikir dulu musti berbuat apa. Coba kamu telepon papah atau SMS dia. Beritahu apa yang sedang terjadi, dan kirim sekalian alamat ini!!” ujar Andi. “Sekarang kita ke sana dulu, kita sembunyi sambil memikirkan langkah selanjutnya.” lanjutnya sambil menunjuk sebuah gudang kecil di pojok halaman. Putri pun akhirnya menuruti perkataan Andi.



Di dalam Gudang…


“Gimana kamu dah kirim pesan ke papah?” tanya Andi sambil mengamati sekeliling gudang, hingga akhirnya matanya tertuju pada suatu benda.

“Sudah, tapi aku gak tau apa kekirim ato nggak, sinyalnya lemah banget, Ndi!!” jawab Putri dengan wajah cemas.

“Sudahlah, kita tunggu dulu sebentar, mudah-mudah papah membacanya.”




---ooo---​




Di dalam rumah persembunyian…


Kelompok Hendrik menyekap Soffie dan Asih di kamar yang berbeda. Di salah satu kamar tempat Soffie disekap, beberapa anak buah Hendrik berusaha memperkosa Soffie dengan wajah beringas dan penuh nafsu.

“LEPASIN AKU BAJIIINGAN!!” Soffie terus meronta saat salah satu penyekapnya mencoba menindih tubuhnya dan mencumbunya.

“Diam saja Manis, kita lakuin seperti dulu lagi.” lelaki itu mencoba menciumi wajah Soffie.

“BAAANNGGGSSAAATTT!! LEPASKAAAAN!!!” Soffie berhasil menendang tubuh lelaki itu tetapi…

BREEEEEET…

Bagian lengan pakaian Soffie robek karena tertarik tangan lelaki itu yang tengah terjengkang. Akibatnya, bagian dada atas Soffie dan kedua buah dada yang terbungkus bra terpampang dan terlihat jelas oleh para lelaki lainnya. Tangan Soffie lalu menutupi buah dadanya dengan kedua tangan sambil meringkuk di atas lantai.

“Bener-bener masih mulus saja nih lonte, masih sama seperti waktu aku mencicipi tubuhnya dulu!!” ujar lelaki yang terjengkang tadi. Pandangannya berbinar penuh nafsu saat melihat tubuh Soffie yang bersih dan mulus. Ia pun bangkit dan memerintahkan beberapa orang untuk meringkusnya.

“JAUHI AKU BAJINGAAN!!” maki Soffie, tapi apa daya, dua orang langsung meringkusnya, lalu menelentangkan Soffie di atas lantai. Keduanya menahan tubuh Soffie yang terus meronta.

“Tenanglah cantik, masa kamu lupa dengan aku? Selagi kamu masih jadi lontenya si Apong, kamu telah melayaniku beberapa kali!!” ujar lelaki itu sambil melepaskan pakaiannya hingga terpampang jelas penis hitam yang telah mencuat di hadapan Soffie.

“Masih inget ini kan, lonte manisku??” ia bergerak mendekati Soffie sambil memegang penisnya yang hitam berbulu lebat. Lalu dengan cepat lelaki itu merobek sisa baju Soffie dan menarik paksa bra yang menutupi buah dadanya. Kini bagian atas tubuh Soffie sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

“JANGAN!!! LEPASIN AKU BAJINGAAN. HMMMMPPP…!” mulut Sofie langsung dilumat oleh bibir lelaki itu, sedangkan dua orang lain yang menahan tangan dan kaki Soffie terkekeh menyaksikan rekannya yang sedang mencoba memperkosa Soffie.

“ARRRRRGGGHHH… BAJINGAN HAMU!!” tiba-tiba lelaki itu menjerit kesakitan dan mendorong Soffie, bibirnya mengalirkan darah segar. Terlihat daging bibirnya terkoyak, akibat gigitan Soffie saat dia berusaha mencium bibir wanita itu.

“MMPUUUAAHHH!! RASAKAN ITU BAJINGAN…!!” dengan tatapan tajam, Soffie meludah, membuang sisa kulit bibir lelaki itu ke arahnya yang sedang meringis kesakitan.

PLAAAK! PLAAAKKK..!!! lelaki itu menampar Soffie dengan keras hingga pingsan tak berdaya.

“Jak, apa-apaan kamu!!” tiba-tiba lelaki berseragam polisi masuk ke dalam kamar.

“HUAAANGGSAAATTT!! HIIINNIII MENGHIIHIIT HIHIR AHU!!!” jawab lelaki yang bibirnya terkoyak sambil menutup mulut dengan tangannya, ternyata ia bernama Jaki.

“Halaah Jak, lagian kontol lu kagak bisa nahan konak, nah sekarang tanggung dah akibatnya. Boss Hendrik bilang kita jangan apa-apain dulu wanita ini, kita tunggu sampe waktunya bener-bener terkendali!!”

“Bhreengssseekkk!” ucap Jaki sambil meninggalkan kamar.

“Kalian temenin di sini bersama Jhoni dan yang lainnya, gue dapat perintah dari boss Hendrik agar membawa wanita satu lagi ke tempat yang berbeda; mereka harus disekap secara terpisah. Daan aku ingatkan… jangan pernah macam-macam!!” ancam lelaki itu, dan dijawab dengan anggukan yang lain.



---ooo---​



Dering SS HP Dai berbunyi.. Dai pun lalu membuka pesan yang masuk.

“KABAR BAIK, HENDRIK BERSEMBUNYI DI KAKI GUNUNG K****** DAERAH BANTEN. IA SENGAJA MEMISAHKAN DIRI AGAR TIDAK TERLACAK. KABAR BURUKNYA, TERNYATA HENDRIK MEMBAWA SALAH SATU WANITA.” – NANANG.

“Cing, kabar dari adek lu nih!!” ujar Dai sambil memperlihatkan isi pesan pada Anton.

“Gimana menurut lu?” lanjutnya.

Anton terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

“Gue yakin Renata bersama dia!!” ucap Anton. Ia menghembuskan nafas panjang untuk melepas kekhawatirannya dan mencoba berpikir jernih.

“Trus nyokap lu berarti dengan gerombolan yang di intai bang Jimmy.” potong Guntur.

“Yah gue yakin itu.” Anton menjawab dengan yakin.

“Jadi apa rencana kita!!??” tanya Sakti.

Sedikit menghembuskan nafasnya, Anton meraih handphone Dai dan menelepon Nanang.









“Ini yang gue suka dari seorang yang namanya Cacing, bukan lembek kayak tadi!!” ujar Guntur.

“Ok, Ton. Abang sekarang pergi menyusul Nanang, kalian hati-hati di sana.” ujar bang Iwan sebelum beranjak pergi.

“Tinggal kita berlima, tapi sebelum pergi, gue ucapkan terima kasih pada kalian semua yang sudah sering membantu gue.” ucap Anton.

“Gak usah dipikirkan, kita kan selalu bersama dalam situasi susah dan senang. Lu musti inget Cing, lu tuh pemimpin kita, jadi gue harap lu gak usah berlaku cemen kayak tadi yang mudah kepancing emosi.” timpal Dai.

“Oke! Gak perlu banyak sinetron, sekarang waktunya kita bertempur!” ujar Bimbim sambil menarik lengan Anton menuju mobil dan diikuti lainnya.



---oOo---​





Di waktu bersamaan, Surya sedang dalam perjalanan menuju Markas Kepolisan. Raut wajahnya terlihat keras dan kaku, menunjukkan bahwa hatinya sangat gelisah memikirkan kedua istri beserta putrinya.

Putri, kamu di mana, nak? Papah sangat khawatir, mudah-mudahan kamu selamat. Punya dosa apa aku ini sehingga semua masalah selalu terjadi pada keluargaku? Apa salah dan dosaku?? Soffie… Asih… aku mohon kalian bersabar, mas akan datang menyelamatkan kalian. Mas tak mau kehilangan kalian, khususnya kamu, Soffi, cukup sudah penderitaan yang kamu alami selama ini!!” dalam lamunan Surya.

Tanpa disadari….

“Komandan, kita dah sampai.” salah seorang anak buahnya menyadarkan lamunan Surya saat kendaraan memasuki pelataran parkir.

“Eughh, langsung aja kita parkir ke belakang, kita temui Eka di sana!!”

“Baik, komandan!!”

Beberapa saat kemudian…

“Dan itu mereka juga baru sampai.” salah seorang anak buahnya menunjuk mobil patrol yang baru terparkir.

“Kita parkir di sini saja.” perintah Surya dan langsung turun bergegas.

“Pak Surya.” tiba-tiba Irjen Seravi yang diikuti Kombes Blackdevil dan Kombes Virgous menghampiri.

“Siap komandan, kebetulan bapak ada di sini!!” jawab Surya.

“Yah.. tadi anak buahku sudah memberi tahu bahwa tersangka telah mereka tangkap, jadi kami langsung ke sini agar kita dapat langsung bergerak.” jawab Kombes Virgous

“Kita langsung saja ke sana!!” tanpa banyak bicara Irjen Seravi langsung mengajak Surya dan lainnya.

“Gimana Ka, kamu sudah dapat informasi?” tanya Surya membuat Eka sedikit terkejut.

“Siiiap komandan, saya sudah mendapat informasinya!!” jawab Eka, dan berbarengan dengan itu bunyi handphone Nanang berbunyi.

“Maaf Komandan, ada telpon masuk, saya minta izin meninggalkan tempat sebentar!!” pamit Nanang.

“Siapa yang nelpon kamu, Nang?” tanya Surya sedikit curiga.

“Euuu.. anu komandan kakak saya, kak Anton mungkin dia ada informasi!!” jawabnya sedikit ragu. Meskipun Surya adalah ayah tirinya, tapi dalam tugas Nanang tetap menghargai pangkat dan status sang ayah.

“Baiklah, aku tunggu kabarnya!!” Surya memberikan izin, lalu Nanang sedikit menjauh untuk menerima telepon.

“Maaf Komandan dia adalah putra keduaku!!” Surya menjelaskan agar para petinggi provost mengerti mengapa dia memberikan izin.

“Kami sudah tahu semuanya, jadi kamu tak usah khawatir, silahkan Briptu Eka apa yang kamu dapat?” ujar Seravi, dan akhirnya Eka menceritakan info yang ia dapatkan dari Arni.

“Hmm, ini sangat sesuai dengan info yang kita dapat, jadi kita bisa bergerak sekarang, komandan, team siap bergerak menunggu perintah.” ujar Kombes Blackdevil.


“Kamu telah koordinasi dengan yang memegang wewenang di sana kalau kita akan bergerak ke wilayah mereka??” tanya Irjen Seravi.

“Sudah dan kita tidak memberi tahu siapa DPO yang sedang kita cari karena terlalu banyak anggota kita yang terlibat. Kita tidak mau pergerebekan ini bocor pada tersangka.” papar Kombes Virgoust.

“Sebentar komandan, maksud komandan informasi apa yang sudah didapatkan??” tanya Surya tak mengerti.

“Ketika kamu pulang, atasan kamu langsung bercerita bawah sosok wanita yang satunya lagi itu adalah istrinya Hendrik, dan dia adalah sahabat istrinya komandan Dirga. Orangtua wanita itu, minggu lalu meminta tolong pada Dirga untuk menyembunyikan dia selagi masa gugatan perceraiannya beres, istrinya mengajukan cerai dengan alasan KDRT dan pelecehan….”


“Awalnya Dirga tak menduga kejadian sebenarnya, sampai ia melihat video yang ditemukan anak buah kamu ini. Akhirnya dia tahu bahwa istrinya ini hanya dimanfaatkan untuk nafsu syahwat dia dan kelompoknya. Di samping itu, perusahaan milik orangtuanya ternyata dijadikan tempat untuk pencucian uang hasil kejahatannya. Akuntan mereka yang membeberkan itu semua. Setelah tahu duduk perkaranya, Komandan Dirga langsung memanggil wanita itu tetapi tak bisa dihubungikan, sekarang hanya orang tuanya ada di dalam bersama akuntannya yang menemukan kejanggalan transaksi perusahaan. Dan Akhirnya kita dapat informasi, ternyata istana persembunyian mereka ada di kota yang Eka tadi bilang.” jelas Irjen Seravi, Surya hanya mangguk mangguk.

“Oke!! Karena personil kita sudah siap, kita pergi sekarang!!” lanjut Irjen Seravi.

“SEBENTAR KOMANDAN” tiba-tiba Nanang berlari mendekat dan menyela percakapan mereka.

“Ada apa kamu, Nang!!” tanya Surya.

“Anu pah, eh komandan, maaf barusan kak Anton menelepon dan memberi kabar bahwa eeuuu…!!” Nanang tak melanjutkan bicaranya, ia nampak sedikit ragu untuk mengatakannya.

“Apa yang kakakmu infokan, Nang? Gak usah formil, cepet katakan ke papah, kita sedang dikejar waktu!!” tekan Surya yang sudah membaca keraguan Nanang dan menduga kalau ada yang mengganjal hatinya.

Eka yang telah mengerti kekasihnya, lalu mendekati Nanang dan membisikan sesuatu. Nanang pun mengangguk pelan lalu memantapkan hati untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

“Anu pah, kak Anton sebenarnya melarang Nanang untuk tidak memberitahu papah karena dia ingin papah fokus mencari mamah dan ibu. Dia telah mendapat info bahwa mamah, ibu dan kak Renata diculik dan disembunyikan di tempat yang berbeda.” Nanang terdiam sejenak untuk menarik nafas panjang.

“Mereka membawa mamah dan ibu ke daerah Bo***, dan kak Renata dibawa Pak Hendrik kedaerah B*****. Kak Anton menyuruh Nanang berbagi tugas agar Nanang beserta kepolisian bergerak untuk menyelamatkan Mamah Soffie dan ibu ke daerah Bo***, tapi untuk alamat jelasnya Nanang belum diberitahu oleh Bang Iwan. Sekarang mereka sedang menunggu di gerbang tol, dan Kak Anton mengejar komandan Hendrik ke sana. Itu yang tadi Kak Anton bicarakan ke Nanang. Tadinya Nanang gak akan beritahu papah tapi melihat situasi yang berbahaya ini lebih baik Nanang beritahu papah, agar kak Anton Selamat.” Nanang mengakhiri laporannya.


“Duh Anton, kenapa kamu ceroboh, nak?” gumam Surya sambil menepuk jidatnya sendiri. Tindakan Anton sangat gegabah dan berbahaya serta tindakan ini sangat melawan hukum yang berlaku.

“Pah??” Nanang merasakan kekhawatiran Surya.

“Gakpapa Nang, kamu dah bener beritahu papah, berarti kamu peduli pada keselamatan kakak kamu.” ujar Surya lalu memandang pada atasannya dengan perasaan tidak enak atas keterlibatan Anton.

“Jika posisi saya sebagai Anton, saya pun akan melakukan begitu pak Surya!!” Tiba-tiba Irjen Dirga hadir di antara mereka dan ia tampaknya mengerti akan posisi Surya setelah -tanpa diketahui Surya- ikut mendengarkan laporan Nanang.

“Komandan, ini ada SMS dari Nomor Pribadi bapak ke saya!!” Tiba-tiba Eka pun menyela obrolan saat handphonenya menerima pesan dari nomor atasannya.

“Ohhh iya itu pasti dari Putri, aku ingat dia bawa handphoneku tadi, apa katanya?” Surya tiba-tiba teringat bahwa handphonenya dibawa oleh Putri.

Eka pun lalu membuka pesan yang diterima…


“KAK EKA, CEPETAN BERITAHU PAPAH, MAMAH DALAM BAHAYA!!


“Hanya segitu dan SMS-nya,” ujar Eka.

“Apa maksudnya ini Pak Surya?” tanya Irjen Seravi.

“Anu Ndan, saya lupa melapor, tadi Anton menceritakan bahwa Andi putra angkatku mendengar percakapan anak buah kita yang terlibat menerima perintah dari Hendrik. Ia bersama putriku mengikuti mereka bersama teman saya, hanya Anton tadi belum menerima kabar di mana mereka sekarang, dan mungkin setelah menerima kabar dia langsung menghubungi Nanang.” jelas Surya merasa tak enak hati karena info yang dia dapat tak segera dilaporkan.

“Kombes Virgous, coba cepat kamu selidiki siapa saja personil yang tadi pergi, cari info sedetil-detilnya. Kombes Black, kamu persiapkan dua team dengan persenjataan lengkap, kita harus bergerak ke dua tempat!!” ujar Irjen Seravi memerintahkan kedua anak buahnya.

“Siap, Ndan.” jawab mereka serempak dan lalu bergegas pergi.

“Eka dan Nanang, kalian cepat ikuti dan bantu mereka mendapatkan informasi dan persiapkan juga personil kita.” perintah Surya.

“Siap!!” Eka dan Nanang pun bergegas mengejar kedua perwira tadi.

Saat mereka pergi…


“Pak Surya, saya mengerti akan situasi yang terjadi akan keluarga Anda, tetapi kita sebagai aparat penegak hukum harus tetap menjalani prosedur yang ada. Jadi kalau ada info, tolong secepatnya beritahu kami, info sekecil apapun yang masuk itu sangat bermanfaat, apalagi ini untuk menyelamatkan nyawa. Untuk kali ini saya maafkan!!” Irjen Seravi mengingatkan Surya sebagai sesama anggota kepolisian.

“Terima kasih, Ndan!!” jawab Surya. Di tengah kegelisahan hatinya, ia merasa tenang karena ternyata masih ada rekannya yang peduli akan nasib dia dan keluarganya.




---oOo---




Dalam gudang persembunyian Putri dan Andi…




“Put, kamu udah SMS papah kamu belum!!?” tanya Andi sambil menghampiri Putri yang bersembunyi di sudut meja. Di tangannya, Andi memegang sebatang kayu, terlihat seperti gagang cangkul yang terlepas.

“Ndi.. hikkss Putri bingung mau SMS papa!!” Putri tiba-tiba menangis.

“Lah kan tinggal SMS saja, trus cari nomornya papah di situ!!” jawab Andi.

“Hiikks… iihhh Andi serius, inikan HP-nya papah yang Putri bawa, terus Putri harus SMS siapa coba?” sambil cemberut di sela tangisannya.

“Duh bener juga, oon banget aku ini.” ujar Andi sampil menepuk kepalanya berulang kali.

“Coba liat, ini tinggal ngirim, kan??” lanjutnya sambil meraih handphone dari tangan Putri.

“Hu’uh.” jawab Putri dengan wajah murung.

Diutak atik handphonenya oleh Andi dan matanya tertuju pada suatu nama.

“Nah Kak Eka!! Kirim aja ke Kak Eka, ia kan anak buah papah!!” ujar Andi dengan mata berbinar, lalu mengirimkan pesan itu.

“Iya Lak Eka, hiks..!!” jawab Putri dengan lemas, lalu tangannya memeluk kakinya yang ditekuk. Melihat kondisi Putri yang gelisah, Andi merasa ikut tidak tenang, lalu ia mendekati Putri dan duduk di sampingnya sambil merangkul gadis itu. Putri pun menyandarkan kepalanya pada dada Andi.

“Put, Andi janji ke kamu, Andi akan menyelamatin mamah Soffie. Andi gak mau liat kamu menangis kayak gini, liat aku!!” ujar Andi sambil membangunkan kepala Putri lalu mereka bertatapan. Andi tersenyum lalu mengusap air mata Putri yang mengalir pada kedua pipinya.

“Senyum dong, kan Andi dah janji.” ujar Andi sambil tersenyum padanya, Putri pun tersenyum membalasnya.

“Nah kan jadi cantik kalo tersenyum.” Andi memuji kecantikan Putri membuat wajah Putri merona karena menahan malu mendapat perlakuan Andi.

“Ihhhh… andi ledek Putri.” rajuknya menahan malu sambil mencubit pinggang Andi.

“Adduuuhh… sakit Put, ampun..!!” Andi mencoba manahan agar tak menjerit keras. Putri pun akhirnya melepaskan cubitannya, lalu kembali menyandarkan kepalanya pada dada Andi. Mereka pun terdiam dalam kesunyian, tenggelam dalam pikiran masing masing.


Satu jam kemudian…


“Makasih Ndi, kamu bener-bener baik ke Putri.” ujar Putri pelan.

Karena aku menyayangi kamu Put!!” jawab Andi dalam hati.

“Sekian lama aku hidup di panti asuhan dan sekarang aku bersyukur telah berkumpul dengan keluarga yang sangat menyayangiku. Mamah dengan segala penderitaannya, ia selalu memperhatikanku. Meskipun jarang bertemu, tapi aku tahu kalau mamah sayang aku. Papah juga sangat menyayangi aku, juga Ibu Asih telah begitu baik menerima dan menyayangi aku. Kak Anton, kak Nanang, juga kamu yang selalu perhatian ke aku….” Putri Melanjutkan ucapannya.

“Yah.. mereka sangat baik, sampe-sampe mereka mau menerima aku jadi bagian keluarganya.” terawang Andi.

“Ehhh, Put!!” Andi tiba-tiba tersentak, membuat Putri kaget dan kepalanya bangun dari sandarannya.

“Apaan??”

“Duh bego, kenapa gak SMS kak Anton saja, mana hapenya, aku mau SMS kak Anton.” ujar Andi sambil meraih handphone dari tangan Putri dengan cepat.




“Yaah.. baterenya habis, Ndi!!” keluh Putri.

“Mudah-mudahan SMS ke kak Eka terkirim.” jawab Andi dengan lemas, sambil bersandar lagi di pojok gudang.


Tiba tiba di depan Gudang…


“LEPASKAN KAMI BAJINGAN!!!” terdengar suara seorang wanita di luar.

“DIAM KAMU!!! KALO KAMU SAYANG AKAN NYAWA KAMU, IKUTI PERINTAH SAYA!!! KALIAN CEPAT BAWA WANITA INI, PISAHKAN DARI SATUNYA DAN BAWA KE VILLA HIJAU!!! SUMPAL MULUTNYA AGAR TIDAK BERTERIAK!!!” terdengar seorang lelaki bersuara. Dari balik pintu gudang, Andi dan Putri melihat bayangan sesosok yang menyeret tubuh seseorang.

“BAIK ‘Ndan!” beberapa langkah kaki terdengar mendekat ke arah Andi dan Putri.

“Ndi, Putri takut.” bisik Putri.

“Sttttt.. jangan bersuara, Put. Kamu di sini dulu, aku mau ngintip.” bisik Andi, lalu ia mengendap-endap mendekati sumber suara sambil memegang gagang cangkul tadi. Untungnya, ada jendela kecil di pintu gudang. Andi mengintip dari dalam dan ia langsung bisa mengenali sosok lelaki itu, ia adalah Broto yang Andi kenal di kepolisian. Nampak Broto sedang memegang Bu Asih yang sedang meronta; tangannya terikat dan mulutnya disumpal.

“Kalian berlima ikut aku menuju Villa Hijau, bagi dua kelompok dengan dua mobil agar tidak mencolok di mata warga. Sisanya, kalian tunggu di sini dan temani si Jaki!!” perintah Broto sambil mendorong tubuh Bu Asih ke arah kumpulan lelaki yang berjumlah sekitar 10 orang.

Berarti di sini ada 6 orang yang menyekap mamah Soffie, tapi Ibu Asih mau dibawa ke mana? Di mana Vila Hijau itu?” Pikir Andi.

“Ayo cepet, waktu kita sempit!! Cepat atau lambat, si Surya akan mengetahui tempat ini dan kalian cepat kembali ke tempat.” ujar Broto sambil berlalu, diikuti yang lainnya.


Setelah terlihat sepi Andi pun kembali ke Putri.

“Put kamu diem di sini, aku mau liat situasi dulu.” ujar Andi.

“Enggak mau, pokoknya Putri ikut! Putri gak mau jauh dari Andi!!”

“Put, berbahaya kalo ketauan, udah di sini aja yah.” bujuk Andi.

“Eenggak.” pelan Putri sambil melotot ke arah Andi. Meskipun pelan tapi intonasinya sedikit memaksa.

“Hadeuh, iya.. iya… kamu ikut tapi jangan jauh-jauh dari aku dan jangan berisik.” akhirnya Andi pun menyerah dan mengizinkan Putri mengikutinya.




---oOo---​





Satu jam sebelumnya…


Dikoridor markas kepolisian, Irjen seravi, Irjen Dirga dan Surya berjalan menuju pelataran. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Kombes Blackdevil.

“Lapor ‘Ndan, dua regu sudah siap menunggu perintah.” lapornya pada Irjen Seravi.

Dan bersamaan pula Kombes Virgous datang diikuti oleh Eka dan Nanang.

“Lapor ‘Ndan, situasi sangat gawat, ternyata Hendrik tak hanya merekrut para personil kita, tapi juga telah menyusupkan anak buahnya menjadi taruna muda dan mereka telah beraksi dengan mencuri beberapa pucuk senjata dan ratusan amunisi dengan cara memalsukan surat perintah.” ucap kombes Virgous pada Irjen Seravi.

“Sudah jelas mereka sudah siap melawan. Kombes Blackdevil, apakah personil kita sudah siap dengan persenjataan lengkap?” tanya Irjen Seravi.

“Siap ‘Ndan!!” jawabnya.

Irjen Seravi melirik Surya yang sedang menerima laporan dari Eka dan Nanang. Lalu Surya mendekati Irjen Seravi.

“Ndan, kami regu Unit Narkoba telah siap menerima perintah!!” lapor Surya; terdengar beberapa regu anak buah Surya berlarian berkumpul di pelataran.

“Baiklah!! Kombes Virgous, kamu pimpin regu kamu bersama regu AKBP Surya dan pergi ke daerah Bo***. Dan kamu Kombes Blackdevil, pimpin regu segera meluncur ke Ba**** dan bergabung dengan unit kita di sana.”

“Sebentar.. saya mau bicara.” Irjen Dirga menyela lalu mengajak Irjen Seravi menjauh seperti ada yang dibicarakan serius, lalu kembali lagi.

“Barusan saya sudah berbicara dengan Irjen Dirga, ia memohon agar dilibatkan untuk mengikuti kamu Kombes Blackdevil. Biar saya di sini mengurusi keterlibatan dia pada operasi ini.” jelas Irjen Seravi.

“Baik Komandan!” jawab kedua perwira menengah tersebut. Irjen Dirga dan Surya pun masuk ke dalam regu masing masing.

“Baiklah, sekarang laksanakan tugas kalian dan berhati-hatilah di sana. Kita pasti akan kontak senjata dengan mereka, tapi hindari seminimal mungkin hal-hal yang dapat melukai kalian dan masyarakat di sana.” Irjen Seravi memberikan aba-aba dengan lantang

“Siap, Komandan!!” dengan lantang mereka menjawab lalu berhamburan menaiki kendaraan, dan dengan cepat pergi menuju tempat target sasaran masing-masing.




---oOo---​




Sementara itu Andi dan Putri…


Dengan tongkat kayu di tangan, Andi berjalan pelan, mengendap-endap menyusuri setiap sisi bangunan; Putri mengekor dibelakangnya. Mereka mencari celah agar bisa masuk ke dalam rumah besar tersebut tanpa harus ketahuan oleh para penjaga. Mereka mengendap mulai dari samping depan hingga belakang rumah, sampai akhirnya mereka menemukan pintu belakang yang terbuka, terlihat seseorang sedang menyeduh kopi dekat meja.

Perhitunganku, kalo gak salah sisa mereka di sini ada 6 orang, 3 orang sedang asyik mengobrol di teras depan rumah, satu orang tadi ada di ruang tamu dan asyik menonton TV, satu orang lagi di dapur. Berarti sisa satu orang dan pasti dia bersama mamah Soffie.” Andi menganalisis keadaan dalam benaknya sambil terus mengamati keadaan sekitar. Terlihat dari jendela samping, seorang lelaki sedang asyik bergoyang mengikuti irama dangdut di sebuah acara televisi Talent Show, tak peduli dengan teriakan tawa temannya.

“Tapi di mana? Apa mungkin di lantai dua?” batin Andi sambil terus bergerak hingga akhirnya tiba pada balik tembok, dekat pintu belakang. Putri yang terus mengekor dan memegang baju Andi terlihat gemetaran karena takut.

“Ndi, kita balik lagi yuk, aku takut. Wajah mereka serem-serem, belom lagi mereka memegang senjata.” bisik Putri.

“Aku kan sudah bilang, kamu tunggu di sana, ini sangat berbahaya!!” kesal Andi pada Putri

“Kan aku gak mau kamu tinggalin, takut!!” dengan wajah imut memelas ketakutan.

“Yaudah, sekarang kamu ikutin aku aja dan jangan berisik! Sstttt… ayo kita masuk, liat penjaga itu sudah ke depan!!” ujar Andi ketika melihat lelaki itu sudah selesai menyeduh kopi dan membawanya pada rekan-rekannya di depan. Saking kerepotan membawa cangkir kopi, lupa untuk menutup pintu belakang hingga kesempatan ini dimanfaatkan Andi dan Putri untuk masuk ke dalam rumah. Hingga langkah mereka terhenti di balik tembok dapur.


“HEYY BERISIK!! KECILKAN VOLUMENYA!!!” teriak lelaki yang membawa kopi pada temannya yang sedang asyik berjoget.

“SUKA-SUKA GUE DONG, DARIPADA KAGAK BISA NGENTOTIN TUH CEWE MENDING JOGET AJA. EMANG KALIAN MAU DENGERIN DESAHAN CEWEK DI ATAS YANG LAGI DIGARAP SI JAKI? COLII SANAH JANGAN GANGGU GUE!!” jawabnya sambil semakin mengeraskan volume, membuat isi rumah jadi bising. Temannya hanya geleng-geleng kepala lalu beranjak ke depan.

Andi terus mengamati lelaki yang sedang berjoget hingga akhirnya Andi dan Putri menemukan moment untuk melewatinya dan bergerak menuju tangga.

“Sttt.. Ayo Put, pelan-pelan jalannya, jangan sampe ketauan ama tuh orang.” bisiknya sambil menarik lengan Putri. Dan akhirnya mereka pun dapat menaiki tangga.




---oOo---​



Dalam sebuah kamar di lantai dua yang tak berpintu..

Seorang lelaki yang bernama Jaki dengan mata yang penuh nafsu memandangi tubuh Soffie yang berada di atas tempat tidur; dadanya sudah tidak terbungkus pakaian. Soffie yang telah tersadar dalam pingsannya hanya bisa ketakutan, tubuhnya menjauh, meringkuk dengan tangan memutupi buah dadanya.

“Ayolah lonte, kita teruskan bermain-main lagi seperti tadi.” ujar Jaki dengan bibir sedikit bengkak akibat gigitan Soffie.

“MENJAUH KAMU ANJING!” maki Soffie pada Jaki.

“Kamu semakin berumur semakin cantik saja!! Sengaja aku bawa kamu ke atas supaya gak ada yang mengganggu kita hehe..” Jaki tertawa mesum, sambil membuka pakaiannya hingga bugil.

“MMAAAUUU AAAPPPAAA KAAMU?? PEERRRGI, KALLO ENGGAK AKU BUNUH KAMU!!” Soffie menyadari apa yang akan dia alami. Sejenak ia teringat akan pengalamannya dulu ketika hanya bisa menerima kenyataan, tapi sekarang dalam hatinya sudah bulat bahwa dirinya telah memiliki kehormatan dan kebanggaan atas suami dan keluarganya. Ia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan Surya meskipun itu harus dengan cara mempertaruhkan nyawa. Ia meraih sebuah lampu tidur di samping ranjang lalu diasongkan ke arah Jaki, tak peduli pada buah dadanya yang terpangpang.

“Jangan begitu manis, liat payudara kamu membuat aku jadi pengen mengemutnya.” ujar Jaki sambil melihat buah dada Soffie yang menggiurkan, kemaluannya yang hitam mulai tegak menegang membuat Soffie makin takut dan jijik. Dengan sigap, ia turun dan menjauh hingga sudut ruangan.

“Makin kamu menjauh, makin aku ingin merasakan kehangatan kamu, ayolah kita merengkuh kenikmatan lagi seperti dulu!!” ujarnya sambil perlahan mendekati soffie.

“AKU BUKAN YANG DULU, MENJAUH KAMU BANGSAT!! TOLOONG… TOLONG…!!” Soffie memukulkan gagang lampu tidur saat tubuh Jaki mendekat.

Tapi dengan cepat Jaki menahan tangan Soffie dan menepis gagang lampu hingga terlepas dari tangan wanita itu.

“TERIAK PUN GAK AKAN ADA YANG DENGAR, HMMPPPP..!!” sambil mendekap erat Soffie lalu menciuminya seluruh wajahnya.

BUUGGG.. BUUGGG..!!!





---oOo---





“Put, kamu diam di sini, perhatikan penjaga dan cepat beritahu aku jika salah seorang dari mereka menaiki tangga, aku akan meyelidiki setiap ruangan.” ujar Andi pada Putri.

“Tapi ‘Ndi, Putri takut.” jawab Putri.

“Kamu gak usah takut, percaya padaku. Liat itu penjaga lagi asyik berjoget sampe-sampe gak sadar kita telah melewatinya, berarti kamu aman.” ucap Andi sambil menunjuk ke bawah.

“Kita akan menyelamatkan ibu kamu, jadi kamu mau ‘kan jaga di sini.” dengan tersenyum meyakinkan Putri, akhirnya Putri pun menangguk.

Andi tersenyum dan memegang pipi kanan Putri dan cuuuup kening Putri diciumnya, membuat wajah Putri memerah menahan malu.

“Dah yah, aku mau ngecek keadaan dulu!!” Andi lalu bergerak beranjak tapi lengannya ditahan oleh Putri dan…


Cuuuup…!!


Putri mencium pipi Andi sambil berbisik, “Hati-hati, Ndi!!” Andi kaget menerima ciuman di pipinya; ia pun hanya bisa membalas dengan anggukan lalu beranjak dan mengendap-endap dengan gagang pacul di tangannya.


Andi melangkah perlahan sambil mengintip setiap ruangan di lantai dua, hingga matanya tertuju pada sebuah ruangan yang tak berpintu. Dengan hati-hati kedua tangannya mengangkat gagang pacul dan berjalan pelahan mendekati ruangan tersebut.


Matanya tiba-tiba terbelalak ketika melihat seorang lelaki yang tak berpakaian alias bugil sedang mendekap erat tubuh Soffie juga setengah bugil. Lelaki itu hendak mencoba memperkosa Soffie. Emosi Andi langsung naik melihat kejadian tersebut, ia langsung teringat akan pengalamannya dulu. Dengan cepat Andi berlari lalu mengayunkan gagang pacul ke arah rahang lelaki itu sekeras mungkin dari belakang.




BUGGG….BUGGG.. BUUUGGGGG!!!



Seperti orang yang kehilangan akal sehat, Andi memukulkan gagang cangkul sekeras-kerasnya, bertubi-tubi menghantam kepala lelaki yang hendak memperkosa Sofii sampai akhirnya ia ambruk dengan wajah hancur tak jelas dan tak sadarkan diri. Seperti ada sesuatu yang mempengaruhi keadaan psikologis Andi, ia terus memukuli sosok lelaki yang sudah tak berdaya itu dengan tanpa ampun. Andi pun menyeringai penuh kepuasan, seolah menikmati apa yang ia lakukan walaupun dari sudut matanya keluar airmata kesedihan.

“Hiiikkksss… Sudaaah, Ndii!! Cukup.. jangan kamu lumuri tangan kamu dengan darah lelaki ini, eling nak!!” Sofiie mencoba menghentikan Andi dengan memeluk tubuhnya. Andi pun menghentikan aksinya setelah didekap Soffie dari belakang, kedua tangannya yang berlumuran darah perlahan mulai turun, dan dileparkannya gagang cangkul dari genggamannya. Lalu kepalanya menunduk lemas dan tubuhnya mulai bergetar keras dalam pelukan Soffie. Meskipun terdengar hingar bingar suara musik dari bawah, Soffie bisa mendengar isakan tangis pada bibir Andi.

“Hiiiks.. Biik, maafin Andi jika Andi kuat pasti Andi bisa nyelametin bibi dari jebakan ibu hiiiks.” lirih Andi dengan mata yang terpejam seperti membayangkan sebuah kejadian di masa lalu.

“Andi, ini mamah, sayang. Kamu gak papa, kan?” Suara Soffie mulai menyadarkan Andi dari pikirannya yang menerawang.

“Mah…!!” dengan cepat Andi melepaskan diri lalu berbalik memeluk tubuh Soffie lalu menangis pelan.

“Maafin Andi, mah. Andi telat nolongin mamah Soffie. Hhiikss!!”

“Sudah, yah Ndi, hiikss.. mamah Soffie gak papa, makasih udah nolongin mamah, gak tau kalo gak ada Andi mungkin mamah..!!” jawab soffie sambil memeluk Andi lalu memperhatikan lelaki yang sudah terkapar di lantai.

“Maafin Andi juga selama ini terhadap mamah yang sering acuh, hikks!!”

“Sudahlah, Ndi. Kamu jangan cengeng, kita musti lari dari sini dan menyelamatkan ibu, eh Putri mana??” Soffie melepaskan pelukannya, bukannya menjawab tapi Andi malah memalingkan wajahnya saat melihat Soffie. Soffie baru tersadar bahwa bagian atas tubuhnya tak tertutup pakaian, lalu dengan cepat dia mengambil pakaian lelaki yang tergolek dan memakainya.

“Sudah Ndi, sekarang kamu boleh liat mamah!!”

“Iya, mah. Ayo mah kita pergi, Putri sudah menunggu di sana!!”


Belum juga selesai bicara…


“Maaamaaahh Hiikkss!!” Putri berlari kearah Soffie.

“Naakkk, kamu gak apa-apa, kan?” kedua tangan Soffie memegang kedua pipi Putri sambil menatap tajam.

“Enggak mah, ada Andi yang terus jagain Putri hiikss..!” jawab Putri sambil menangis bahagia melihat mamahnya baik-baik saja. Lalu ia memeluk erat tubuh Soffie, hanya Andi yang tersenyum melihat kebahagiaan Putri dalam dekapan Soffie

“Dah Put, kita harus cepet lari dari sini, entar lanjutin aja di rumah peluk-pelukannya. Kita harus segera menyelamatkan ibu.” Andi mengingatkan Putri.

“Iiihhh Andi.. bentaran dikit ganggu kebahagiaan Putri aja!!” Putri melepaskan pelukan dengan wajah cemberut.

“Marah nih ya.. udah aku tinggal nih.” ujar Andi mencoba menggoda Putri.

“Auuk akh seebbeell!!” ujar Putri dengan tangan didekap di atas perutnya, Soffie hanya tersenyum melihat kemanjaan Putri pada Andi.

“Ayo mah, biar kita duluan, tinggalin aja Putri di sini!!” Andi berjalan meninggalkan Putri diikuti Soffie yang mesem-mesem memperhatikan insan muda yang saling menggoda.

“Aaaannnndiiiiii!!!” ujar Putri dengan suara tertahan. Karena merasa gemas pada Andi, ia pun berlari tanpa suara mengejar Andi dan Soffie.




---oOo---​





Lengking suara sirene mobil patroli mengawal iring-ringan 10 mobil preman yang membawa pasukan penggerebegan, membelah kemacetan di gerbang keluar tol.

“Iwan, kenapa kamu gak langsung lapor ke saya, dan mengizinkan Anton bertindak sendiri!!” tanya Surya yang sedang duduk di salah satu mobil.

“Hehe… tak perlu laporan pun, abang pasti akan tahu, dan meskipun aku larang Anton, ia bakal tetap pergi. Aku pun yakin Anton akan menyelesaikannya.”

“Tapi kamu tahu kan emosi Anton?”

“Aku gak mau dia menyesal seperti sahabat baikku, bang. Tapi abang gak usah khawatir, Juned akan menyusul dia dan menjaganya.” lirih Bang Iwan sambil memalingkan wajahnya menghindari tatapan Surya. Surya pun terdiam karena perkataan Iwan memang ditujukan padanya, dia hanya menarik nafas.

Pikiran Surya pun melayang pada perkataan atasannya sebelum berpisah.





Saat melamun…


“Ndan, ada telepon dari seseorang di Polsek Cia**”. tiba-tiba Eka berujar sambil menyodorkan HPnya, dan Surya pun menerimanya.





“Ka, coba kasih isyarat agar kita berhenti dulu di persimpangan, kasih tahu mobil di belakang.” perintah Surya.

Setelah berhenti, Surya berjalan ke mobil belakang, dan berbicara serius dengan Kombes Virgoust. Kombes Virgoust pun menunjuk anak buahnya.

Tak lama kemudian Surya pun kembali ke mobilnya, “Wan, kamu pindah ke belakang, biar Kang Jajang ikut dengan saya!” perintahnya pada Bang Iwan.

“Maksud abang?” Iwan kurang mengerti.

“Kamu langsung meluncur ke alamat yang Jimmy kirim, saya titip istri dan putri saya pada kamu, selamatkan mereka!!” jelas Surya.

“Trus abang??” tanya Iwan.

“Ternyata mereka telah berpencar, dan kita musti bergerak serentak agar mereka tak lolos lagi.” ujar Surya.

“Baiklah Bang, Iwan ngerti, kita musti bergerak.” belum juga beres berbicara Iwan sudah bisa menangkap maksud Surya dan langsung bergegas ke mobil belakang.


Saat Surya masuk ke dalam mobil…


“Kita belok kekiri, menuju P****!!” perintah Surya pada Nanang yang mengendarai mobil.

“Lho, kita mau kemana, pah? Kan tujuan kita ke..!!” tanya Nanang, tapi sebelum selesai berkata, ia membelokan mobil dan akhirnya tiba di persimpangan G**** , mobil mereka lalu memisahkan diri diikuti oleh 3 mobil di belakangnya.

“Mereka telah berpencar, salah satunya membawa ke daerah P*****, tidak tahu ibu atau mamah yang mereka bawa, yang jelas kita harus berpencar juga untuk mengejar mereka.” jelas Surya.

“Dari mana Komandan tahu?” tanya Eka, ia masih memanggil komandan karena merasa gak enak pada 4 orang anggota Provost yang menyertai mereka.

“Tadi, ketika kamu memberikan berkas laporan, papah meminta bantuan.” ujar Surya.









bersambung ke part 4
Makasih updatenya suhu..... makin seru dan menegangkan.......
 
uch brebet
breeeetttt dah hahaha

Dirga pasti ini

Apaan om?
Ada apa dengan komandan dirga keliahatan resah?!:semangat::mantap:

Bininya om lagi lahiran... hihihi

ok suhu ane doain biar sukses

Aamiiin makasih doanya om!!

Baru baca maraton hu.....
Nunggu apdet
makasih dah singgah

di tunggu lanjutanya,,,, sudah di kondisikan
:semangat:
siap berangkat :polisi:

siap 86 meluncur

Ijin Merapat om

lah kemana aja om kelana baru nongol

makasih hu upny,,,,,,:beer:
kolor lepas kurang sempak di tunggu :pantat:

hihihi... masih betah om yang mengantung masih adem keanginan

huahahaha
 
Bimabet
breeeetttt dah hahaha



Apaan om?


Bininya om lagi lahiran... hihihi



Aamiiin makasih doanya om!!


makasih dah singgah



siap 86 meluncur



lah kemana aja om kelana baru nongol



hihihi... masih betah om yang mengantung masih adem keanginan

huahahaha

siap ditunggu om :baca:

ya di betah betahin biar tambah greget he'eh :klove:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd