CHAPTER 2: Awal Mula (2)
Rino memasuki rumah dengan perasaan yang campur aduk. Jalannya terlihat lemas seakan tubuhnya kehilangan tenaga. Ia menuruti saran dari Hendra untuk istirahat di rumah kontrakan Hendra terlebih dahulu, sekadar untuk menenangkan pikirannya hingga menunggu waktu jam pulang kantornya nanti.
Hukuman skors yang diberikan oleh perusahaannya sudah mulai berlaku sejak Rino keluar dari ruangan rapat tadi pagi. Dan ia tak mungkin langsung pulang ke rumahnya, atau istrinya akan bertanya-tanya. Untuk sekarang ia tak ingin istrinya mengetahui masalah dirinya sekarang.
Tangannya membuka kulkas dan melihat-lihat isinya. Sebuah botol wine yang masih tersegel menarik perhatiannya. Tanpa pikir panjang tangannya mengambil botol wine tersebut. Sebuah sofa panjang menjadi tempat bagi Rino untuk duduk. Bajunya sudah berantakan, dasinya sudah terlepas, dan rambutnya yang panjang tersisir rapi kini acak-acakkan. Sebuah batangan tembakau menghiasi sela-sela jarinya. Jika dilihat langsung kondisi Rino saat ini bisa dibilang memprihatinkan.
Ia meminum wine yang sebelumnya telah dibuka segelnya dengan sangat cepat, hingga kini isinya tersisa setengah dari botol besar tersebut. Efek alkohol mulai ia rasakan dalam tubuhnya, perlahan kesadarannya mulai hilang. Mulutnya mulai mengeluarkan ocehan-ocehan tidak jelas.
“Basuki bangsat! Berani-beraninya ngebentak gue. Anjing lo semua!” makinya dengan suara yang cukup keras. Ia kembali menenggak alkohol tersebut.
“Gue pastikan lo akan mati, Wakil Direktur ... hahahahahaha.”
Pintu rumah terbuka. Rino menyadari hal itu dan melihat siapakah yang sedang mengganggu waktu sendirinya. Sesosok perempuan cantik dengan balutan hijab dan gamis masuk dengan anggun menghampiri Rino.
Karena telah mabuk berat, penglihatan Rino menjadi buram dan tidak dapat melihat sosok perempuan tersebut dengan jelas.
“Istriku!” Ya. Hanya itu sosok yang ada di kepalanya saat ini.
“Istri? Mas siapa? Kenapa bisa ada di rumah Hendra?” Perempuan tersebut justru kebingungan dengan adanya Rino.
“Istriku sayang. Ini aku, Rino, suamimu.”
Rino mulai bangkit dari sofa. Dirinya langsung memeluk perempuan tersebut, seolah-olah memang benar itu adalah istrinya.
“E-eh ... mas lepasin.”
“Kok kamu bisa di sini? Pasti Hendra yang ngasih tau.”
“Hah? Mas, lepasin. Tolooooong.”
Pelukan Rino mulai lebih intens. Tangannya mulai diturunkan menuju pantat si perempuan, lalu meremasnya dengan lembut. Bibirnya mulai mencumbu bibir si perempuan dengan sangat lembut.
“Mmmhhh ... T-toll ... eemmphhh ....”
Kepala perempuan tersebut bergerak ke kanan kiri berusaha menghindari cumbuan Rino. Tangannya mencoba untuk menyingkirkan tangan besar Rino yang asik meremas pantatnya.
“Mmmmhhh ...,” lenguh si perempuan, merasakan nikmat dari cumbuan lembut Rino dan remasan pada pantatnya.
Puas mencumbu bibir si perempuan, Rino menurunkan cumbuannya ke arah leher walaupun masih tertutupi oleh jilbab panjang. Wangi strawberry langsung menyerbu penciuman Rino.
“Kamu ganti parfum, ya?” Setelah bertanya Rino kembali melanjutkan cumbuannya. Merangsang setiap inci dari tubuh si perempuan.
“Masshhh ... tolooongg ... lepasin ... Ahhhh.”
Tangan Rino beranjak dari pantat si perempuan. Membawa tubuh perempuan tersebut ke sofa.
“Tolooongggg.” Perempuan itu masih berontak dan mencoba melepaskan diri dari Rino.
Kini posisi Rino menindih tubuh si perempuan. Walaupun perempuan tersebut terus memberontak tetapi, seakan menjadi sia-sia. Karena tenaga yang dimilikinya tidak sebanding dengan tenaga Rino yang memiliki badan berotot.
Cumbuan Rino kembali berlanjut di sekitar leher si perempuan. Menikmati wangi strawberry yang menyucuk penciumannya. Sementara kedua tangannya mencoba untuk menyingkap jilbab yang menutupi bagian dada si perempuan. Perlahan tangannya meremas payudara perempuan tersebut dengan lembut, sesekali jarinya ia mainkan di sekitar puting.
“Mmmhhhh ... aaaahhhh ... masshhh.”
Tubuh perempuan tersebut berhenti berontak. Kini ia memilih mengikuti hawa nafsunya yang sedang terbakar api gairah. Tangannya ikut bergerilya di area selangkangan Rino, mencari-cari letat alat kawin Rino. Ia meremas-remas penis Rino dari balik celana kainnya, bisa ia rasakan bahwa batang tersebut sudah lumayan keras.
“Aaahhh ... ssshhh,” desis keduanya.
Ritsleting gamis perempuan itu mulai diturunkan oleh Rino. Beruntung letak ristsleting tersebut berada di bagian depan dada, sehingga tidak perlu repot-repot untuk mencari di bagian belakang. Setelah ritsleting tersebut terbuka penuh, nampaklah dua buah gunung kembar yang berukuran cukup besar, yakni 34C dengan ditutupi bra berwarna cream. Rino kembali meremas bongkahan payudara tersebut. Lelaki mana yang tidak gemas melihat payudara besar nan montok tersebut. Belum lagi kulit payudara tersebut yang sangat putih dan mulus, tanpa cacat sedikit pun.
Cumbuan Rino kembali turun ke area payudara. Tak hanya mencumbu, ia pun sesekali menggigit kecil payudara putih bak pualam itu.
“Ahhh ... mashh ... j-jangan digigit.”
Kedua insan manusia tersebut sama-sama saling memberikan rangsangan kepada lawan mainnya. Mereka seolah-olah berlomba dalam memberikan rangsangan terhebat.
Tangan si perempuan mulai membuka kancing celana Rino, dan langsung mengeluarkan penis tersebut dari sarangnya. Ia memijit-mijit pelan penis tersebut, sembari dikocoknya. Sebelah tangannya memainkan 2 bola yang menggantung di penis Rino, ia pun meremas-remas bola tersebut dengan lembut.
“Ssshhh ...,” desis Rino.
Cup payudara tersebut dibuka oleh Rino, hingga nampaklah keseluruhan bentuk payudara tersebut. Puting yang berwarna pink kecoklatan semakin membuat Rino gemas. Lidahnya langsung bermain-main di area puting sebelah kiri. Sementara tangannya aktif meremas-remas payudara sebelah kanan, sesekali ia memelintir puting tersebut. Hal tersebut memberikan sensasi yang amat nikmat bagi si perempuan.
“Ssshhh ... aaahh ... aku mau keluar, Mas.”
Tubuh perempuan tersebut bergelinjang, lalu tak lama tubuhnya menegang dan mulutnya mengeluarkan desahan panjang.
“Aaaahhhhhh ....”
Rino kemudian bangkit dari atas tubuh si perempuan, lalu membuka celananya sendiri hingga bagian bawah tubuhnya polos tak tertutupi apapun. Kemudian ia memposisikan dirinya berbaring menghadap si perempuan.
“Sini, By,” perintah Rino, sembari mengocok penisnya. Tubuhnya masih terpengaruh oleh alkohol.
Perempuan tersebut menuruti perintah Rino. Ia memposisikan dirinya nungging dengan posisi pantat lebih tinggi daripada kepalanya. Tangannya mulai memegang penis Rino, mengurut-urutnya sejenak. Lidahnya ia julurkan untuk menjilati lubang kencing Rino, mengitari topi penisnya, lalu lidahnya turun menjilati batang penis Rino yang berukuran cukup besar dan berurat. Tangan kirinya memainkan kedua buah zakarnya, sesekali ia remas-remas.
Rino hanya merem-melek menikmati sensasi jilatan si perempuan, tanpa ia ketahui bahwa sebenarnya yang sedang menjilati penisnya bukanlah istri sahnya.
“Aaaahhh ... enak banget sayang ... sssshh ....”
Selesai menjilati keseluruhan area penisnya, si perempuan mulai memasukkan batang penis tersebut ke dalam mulutnya. Kepalanya ia gerakkan naik turun, dalam mulutnya lidahnya pun ikut bermain. Sesekali lidahnya ikut menjilati ketika kepalanya bergerak turun melahap batang penis yang sudah sangat keras itu.
Slurrpp ... Slurrrpp ... Clopp ... Cloppp
Suara kuluman si perempuan terdengar jelas. Gerakan kepalanya semakin intens naik turun.
“Ugghh ... sayang enak banget seponganmu ... ughh ... makin binal aja kamu,” erang Rino, sesekali mulutnya berceloteh memuji keahlian istri palsunya dalam memuaskan pria.
Si perempuan memancarkan senyuman yang sirat akan makna di sela-sela kulumannya. Ketika di rasa penis tersebut sudah cukup basah dan sangat keras, ia menyudahi sesi kulumannya.
“Ayo, By. Kamu di atas, ya,” celoteh Rino.
Perempuan tersebut berdiri sejenak, menaikkan rok gamisnya hingga sebatas pinggang, melepas celana dalamnya yang telah basah kuyup karena cairan orgasmenya tadi, lalu menahan rok gamisnya dengan tangan kanannya. Tangan kirinya memegang batang penis Rino dan mengarahkannya ke lubang vaginanya, perlahan ia mulai menurunkan pinggulnya.
“Ugghh ... sempit banget, By.” Rino melenguh saat merasakan kepala penisnya perlahan menembus liang senggama si perempuan. Matanya memejam merasakan kenikmatan penetrasi.
“Aaahhh ... besaaarrr ... ssshhh.”
Seluruh kepala penis Rino telah masuk ke dalam lubang vagina si perempuan. Entah karena lubang si perempuan terlalu sempit, atau batang Rino yang cukup besar, proses penetrasi tersebut cukup lama dilakukan.
Kini seluruh batang penis Rino telah tertanam dalam lubang vagina si perempuan. Tubuh si perempuan kemudian mulai bergerak naik turun, memompa penis yang di dalam lubangnya untuk mendapat kenikmatan lebih.
“Aaahhh ... penuh, Mas ... kontol kamu gede ... ssshh ... mmhhh ....”
Tubuh si perempuan bergerak turun naik dalam tempo sedang. Hal itu membuat Rino tak sabaran. Ia memegang pinggul si perempuan, lalu pantatnya ikut bergerak naik turun. Awalnya Rino menggerakkan pantatnya dengan ritme pelan namun, ritme tersebut terus meningkat hingga kini gerakan pantatnya sangat cepat menumbuk lubang vagina si perempuan.
Plok ... Plok ... Plok ... Plok
Suara benturan kulit selangkangan terdengar nyaring seiring cepatnya gerakan Rino.
“Aaahhhh ... Maaaassss ... Pelaann ... Sshhh ... Aaahhh ... Aaahhhh .... Aku mau keluaaaarrr ....”
Rino tidak menghiraukan perkataan si perempuan, ia tetap menggerakkan pantatnya dengan cepat. Gelombang orgasme semakin mendekati si perempuan. Tubuhnya terayun-ayun mengikuti tumbukan pantat Rino. Payudaranya yang besar dan menyembul keluar ikut bergoyang seirama.
“Aku keluaaaarrrr ... Aaaaaaaaahhhhhh ....” Perempuan tersebut mendesah panjang. Menikmati gelombang orgasme keduanya yang luar biasa. Tubuhnya lemas menyender pada dada Rino. Dadanya terlihat turun naik mencari asupan oksigen.
Untunglah, Rino memberikan kesempatan untuk si perempuan beristirahat. Ia merubah posisinya menjadi missionary. Tubuh si perempuan dibaringkan di sofa, lalu kakinya ia buka lebar-lebar, hingga menampakkan bentuk vagina yang indah. Lubang tersebut masih terlihat sangat sempit, wajar saja jika agak susah untuk penetrasi tadi. Bulu-bulu halus tumbuh di sekitar vaginanya, kelihatan sekali bahwa si perempuan rajin mencukur serta merawat vaginanya.
Lidah Rino menjilati vagina si perempuan. Menikmati rasa asin cairan orgasme si perempuan, lalu menghisapnya habis.
“Aaahhhh ... Enaaakkk.”
Setelah puas menjilati sisa-sisa cairan orgasme, Rino beralih menuju bibir si perempuan. Ia melumatnya dengan lembut.
Cupp ...
Tangannya tentu saja tidak tinggal diam. Payudara besar milik si perempuan lagi-lagi menjadi bulan-bulanan mainan Rino. Bentuk payudara yang indah dengan dihiasi warna puting yang menggoda membuat semua lelaki tidak akan pernah bosan dan puas untuk memainkan dan meremas-remas.
Setelah dirasa cukup istirahatnya, Rino kembali memasukkan penisnya ke dalam lubang peranakan si perempuan. Kepala si perempuan mendongak ke atas, menikmati sensasi penetrasi di area bawah tubuhnya.
“Ugghhhh ...,” lenguh si perempuan.
“Legit banget memekmu, By,” ucap Rino, memuji keindahan vagina si perempuan. Kepala penisnya ia keluarkan lagi, lalu digesek-gesekkannya di lubang vagina.
Setelah masuk seutuhnya, Rino menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Sama seperti sebelumnya, pada awalnya ia bermain dalam tempo pelan. Namun, lama kelamaan tempo gerakan tersebut semakin meningkat. Tetapi, kemudian ia akan memelankan kembali tempo gerakannya, lalu mempercepat lagi, begitu seterusnya.
Plok ... plok ... plok
Tangan Rino masih aktif bermain-main di payudara si perempuan. Menambah sensasi kenikmatan bagi si perempuan. Putingnya ia pelintir-pelintir, lalu ditarik-tariknya
“Ssshhh ... Aaahhhh ... Ooohhhh ... Hmmpph ... Enak banget, Mas.”
Plok ... Plok ... Plok ...
Clop ... Clop ...
Bunyi tumbukan antar selangkangan semakin nyaring terdengar, ditambah dengan beceknya vagina si perempuan akibat orgasme yang barusan melandanya.
“Ooohhhh ... Masssshh ... Aku mau keluaaarr lagiiii ... Ughhhh ... Terusss mass ....”
Ritme pompaan Rino semakin cepat. Penisnya pun dirasa semakin menegang.
“Ooohhh ... Maaaasssssss ... Aku nyampeeeee ... Aaaahhhhh ....” Si perempuan tak peduli lagi jika ada yang mendengar lolongan desahannya, aktivitas sex ini terlalu nikmat untuk dihentikan.
Rino pun menggeram. Ia merasa dirinya pun akan segera keluar. Pompaan semakin ia percepat.
“Aaaaagghhhh ... Aku nyampee juga, By ... Aaahhh ... Oooooohhhhh ... Nikmat banget kamu.”
Rino menyemburkan spermanya di dalam lubang vagina si perempuan. Si perempuan tersebut ingin memprotes namun, dirinya sudah sangat lelah untuk sekadar mengeluarkan suara.
Kini hanya terdengar suara helaan napas dari keduanya. Rino sudah terbaring lemas di ujung sofa yang lain, saling berhadapan dengan si perempuan yang masih mengangkangkan kakinya lebar. Dari sela-sela lubang vaginanya mengalir sperma Rino yang tak dapat ditampung oleh vaginanya.
Akibat efek alkohol dengan dosis yang cukup tinggi dan kelelahan karna persetubuhannya dengan istri palsunya, sebentar saja Rino sudah terlelap. Penisnya yang mengkilap sudah mulai mengecil.
5 menit kemudian si perempuan mulai beranjak dari posisinya. Tenaganya perlahan sudah mulai terkumpul, walaupun tubuhnya masih sangat lelah. Ia membersihkan vaginanya yang belepotan sperma dan cairan orgasmenya sendiri dengan tissue basah yang dibawanya di dalam tas. Setelah dirasa bersih, ia kembali memakai celana dalamnya dan merapikan gamis serta jilbabnya yang terlihat cukup berantakan, terutama di bagian payudaranya.
Matanya melihat penis Rino yang telah mengecil. Dengan tenaga tersisa, ia kembali mengulum penis yang telah membuatnya orgasme sebanyak 2x tersebut. Membersihkan sisa-sisa sperma dan bekas cairan orgasmenya yang membekas di penis tersebut.
Setelah di rasa bersih, ia kemudian memakaikan kembali celana dalam serta celana milik Rino. Ia merapikan sisa-sisa persetubuhan tadi, sebisa mungkin ia tidak meninggalkan jejak atas aktivitas sex barusan.
Setelah itu ia pergi meninggalkan Rino yang masih terlelap.
*****
Rino terbangun saat ponsel miliknya terus bergetar dan berbunyi.
“Bojoku” calling
Sontak Rino loncat dari pembaringannya, lalu dengan segera mengangkat panggilan telepon dari istrinya tersebut.
“Awhh,” ringisnya, kepalanya terasa pusing akibat efek alkohol yang diminumnya tadi.
“Kamu kenapa, By?” tanya istrinya dari seberang sana.
“Gak. Gak papa. Kesandung batu tadi. Kenapa nelpon, By? Tumben.”
“Aku boleh minta jemput, nggak?”
“Boleh dong.”
“Hehehe ... di cafe dekat kantor kamu kok.”
“Oke. Aku otw sekarang, ya.”
“Loh. Sekarang? Emang kamu udah selesai kerja?”
“I-itu .... Udah kok. Kamu tunggu di sana, ya. Aku langsung meluncur jemput bidadari.”
“Apaan deh hihi .... Aku tunggu, By.”
Setelah telepon dimatikan, Rino kembali meringis akibat pusing di kepalanya. Namun, tak ingin lebih berlama-lama, ia membereskan meja yang terlihat berhamburan dengan botol minuman alkohol dan bungkus rokok serta bekas-bekas puntung rokok yang telah dipakai.
Melihat botol alkohol yang telah tersisa sedikit, membuat hatinya menyesali perbuatannya tadi. Saat ini ia sudah melanggar janjinya kepada istrinya sendiri ketika mereka baru saja menikah 2 tahun yang lalu.
B E R S A M B U N G