Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gairah Umi (No SARA)

Petualangan dengan siapa yang harus kita bahas?


  • Total voters
    255
  • Poll closed .
Bimabet
Ternyata Abi sudah di rumah dan mengeluh sakit, mungkin kelelahan dan gula darahnya naik, Umi tampak gelisah mungkin khawatir pada suaminya itu. Setelah sampai di depan rumah, Umi segera masuk ke rumah menemui Abi, akupun menyusul masuk menuju ke kamar Abi, setelah masuk kamar Abi ku lihat Abi sedang berbaring, ku salami dan terasa Abi lemas.

"Kita ke Rumah Sakit aja Yah Bi" ajak Umi pada Abi yang dijawab dengan anggukan oleh Abi.

"Adi siap siap yah, tolong bawakan pakaian ganti" perintah Umi yang mencoba memapah Abi.

Kami bawa Abi ke UGD Rumah Sakit dekat rumah, Abi sudah sering berobat di rumah sakit itu, jadi sudah banyak yang Abi dan Umi kenal, baik dokter maupun perawat yang ada. Ketika sudah dapat penanganan di ruang UGD kemudian diputuskan dirawat agar Abi pulih dan dirawat maksimal, ruang perawatan kelas VIP dipilih Umi agar tidak terganggu oleh pasien lain, ruangan VIP sendiri dilengkapi sofa dan kasur untuk penunggu pasien dan ruangan yang cukup luas hingga membuat nyaman penghuninya, letak ruangan yang kami tempati berada di ujung lorang.

Setelah penanganan Abi terlihat stabil namun masih lemas tapi Alhamdulilah tidak sampai komplikasi.

"Makasih ya sayang" Ucap Abi kepada Umi yang duduk di kursi tunggu di samping Umi.

"Iya Abi, cintakuuu sayangku, rehat yah jangan kecapean" jawab Umi sambil mengusap kepala dan mengecup kening Abi. Umi saat ini memakai kaos lengan panjang longgar, celana panjang hitam dan kerudung instan lebar, walaupun sederhana tampilannya namun tetap cantik bergaya seperti anak ABG.

Aku memperhatikan mereka berdua, sungguh Umi luar biasa bisa tetap menunjukan sayangnya pada Abi.

"Tok tokk... Assalamualaikum, mohon maaf permisi, ada dokter Spesialis Penyakit Dalam akan melakukan pemeriksaan" ujar seorang perawat perempuan yang memakai seragam perawat berwarna putih dengan celana panjang hijau dan berjilbab putih segi empat. Ia memperkenalkan diri sebagai Ns. Lia Nurhikmah, perawat penaggung jawab ruangan VIP.

"Iya mba silahkan" jawab Umi berdiri mempersilahkan perawat melakukan pemeriksaan dasar kemudian masuk juga seorang dokter, sang dokter memperkenalkan diri sebagai dr. Herman, wajahnya terhalang masker yang ia kenakan.

"Maaf ini Nisa yah?" Ujar dokter tersebut pada Umi, kemudian melepas masker yang Ia gunakan.

"Hemm Herman alumni UPC (Universitas Panca Cenut) yah? Teman Hendra?" Balas Umi mengkonfirmasi.

"Iyaa. Astagaa, kamu gak ada kabar?" Sambung dr. Herman.

Setelah melakukan pemeriksaan, Umi dan dr. Surya terlihat mengobrol panjang dan berbagi nomor WA, tampak cukup akrab pembicaraan mereka. Setelah dokter pergi Umi bercerita kalau dokter Herman adalah teman Om Indra. Sementara si Perawar adalah Lia, ku ketahui dari papan nama yang tersemat di bajunya.

"Jadi dokter Herman itu teman nongkrong Hendra, jadi kalau Umi lagi pacaran sama Hendra dulu ya suka diajak nongkrong bareng geng Surya" jelas Umi, memang sejak Umi putus denga Om Indra dan Hijrah, komunikasi dengan banyak teman lama yang ada hubungan dengan Om Indra juga terputus.

Abi setelah meminum Obat, terlihat beristirahat setelah dipijit oleh Umi.

"Nak, Umi mandi dulu yah, kamu jagain Abi yah" ucap Umi, memang sedari kemarin malam Abi dibawa ke Rumah sakit, Umi belum sempat mandi dan berganti pakaian.

Setelah mandi Umi berganti pakaian santai namun cukup seksi menurutku, dengan kaos hitam ketat yang membentuk lekuk tubunya, terutama dadanya yang membusung menampakan dua buah payudaranya, Umi nampak memakai Bh yang bisa terlihat walaupun terhalang kaos yang ia kenakan, mungkin karena di RS dan bersama Abi, jadi ia tak berana tampil seksi di depanku, sedangkan bawahnya Umi memakai rok longgar lemper/pisket yang menutupi montok pantatnya, terlihat garis celana dalam yang Umi pakai.

Sampai malam tak ada kejadian istimewa, Umi begitu telaten merawat Abi, membantu membersihkan badan, membantu ke toilet hingga menyuapi Abi makan, sedangkan aku hanya membantu sekedarnya dan juga kuliah siang harinya. Walaupun ku tahu kebinalan Umi di belakang Abi, aku selalu berharap Umi dan Abi bahagia dalam pernikahannya, aku merasa tak mau kehilangan mereka berdua. Umi tampak kelelahan hingga ketika malam Umi tertidur di sofa, ku coba memindahkan Umi ke kasur untuk penunggu pasien, ketika ku angkat Umi malah terbangun dan menolak dipindahkan.

"Emmm eh nak, gak papa, Umi di sini aja" pinta Umi yang terlihat mencoba menyadarkan diri.

"Gak papa Mi, yuk" ajakku memaksa dan memangku Umi, Ia hanys tersenyum dan melihat ke posisi Abi yang tertidur. Setelah ku rebahkan kami saling tatap dan seolah Umi mengerti apa yang ku mau, ia memejamkan mata dan membiarkan bibir kami bertemu.

"Emmmuuahh, rehat ya Mi" ucapkau setleh mengecup bibirnya. Ketika ku akan beranjak Ia menahan kepalaku dan seolah berbicara dalam diamnya, ku mengerti kami berciuman lagi.

"Emmuuaahh emmuuah" saling membelit lidah dan menyedot seolah mencari sesuatu.

Ku peluk Umi dan iapun melingkarkan tanganku dileherku seolah tak mau aku lepas, kemudian tangan Umi seolah mengarahkan tanganku ke dadanya, ku bisa merasakan kenyal dadanya yang masih terbungkus kaos dan Bhnya.

Ku angkat kaosnya hingga melewati dadanya dan Bh ku lepaskan kaitanya hingga ku leluasa meremas remas dua buah payudara indah milik Umi, ku tak pedulikan Abi yang terbaring di samping tanjang kami, karena ku tahu setelah diberi obat, Abi akan tidur dengan pulas.

Ku angkat rok pisket umi hingga tampak celana dalamnya, ku elus paha mulus umi dan memeknya yang masih terhalang celana dalam.

"Emmmuahh aakhh naakk, nakkaaal emang kamuuhhhh" ucap Umi menahan desahannya dan ia membuka sendiri celana dalam yang ia kenakan, ku elus memek Umiku ini, ku gesek dengan jari dan memasukan kedua jariku.

"Anakmu kangen memek Umi" ucapku ke Umi.

Karena ku lihat Umi sudah sangat terangsang ku buka celana panjangku bersama celana dalamku, kontolku sudah sangat tegang dan siap memompa memek Umi, ku arahkan Umi duduk bersimpu di depan kakiku atau lebih tepat wajahnya di depan selangkanganku dan kemudian Ia membasahi kontolku dengan ludahnya dan ia mengocoknya dengan tangan lembut.

"Ini kontol jagoan Umi, ngangenin" ucap Umi sambil mengocok kontolku.

"Sruulllff srullllpp aahh sllrruuff" suara dari bibir Umi yang memanjakan kontolu.

"Akhh nikmaat masyaaaall...." sungguh kemampuan Umi dalam menyepong kontol semakin lihai.

Setelah dirasa sudah basah ku ingin segera memasukan kontolku ke memek Umi, ku arahkan Umi menungging berpegangan ke tempat tidur Abi, sambil memperhatikan kondisi Abi.

"Bleesssshhh Akhh" Kontolku masuk ke memek Umi dengan mudah secara perlahan, Batang kontolku serasa masuk ke labirin yang ku buka dengan perlahan.

"Akhhj Al.....Akkaa... nikmat sayang, entot Umi, Zinahi Umi" ucap Umi padaku di depan Abi yang tertidur.

Ku semakin bersemangat memaju mundurkan kontolku, ku remas tetek Umi yang menggantung bebas bergoyang mengikuti hentakan dari tubuhku.

"Akahah Sub.......na....., akkhh memek Umi nikmaat akkh" pujikuu atas nikmat yang sedang ku rasakan.

"Cepetiiinn sayang,, umi mau nyampee" pinta Umi yang menahan gejolak dalam diri.

"Iya mi... akhhh akhh, aku cepetin biar bareng" ucapku sambil menikmati adanya kedutan dan membuaat Umi terlihat mengelinjang menahan nikmaat. Sementara semakin ku percepat sodokankku hingga kontolku terasa akan memuntahkan pejunya.

"Aakhhh umiiiiiii aaakhh, samppeee" ujarku merasakan kedutan nikmat di batang kontolku.

Crooottt crroooootthh crrootthhhh....

"Alham...aah nikmat banget mi" sambil ku hentak gentakaan kontolku menutaskan sisa spermaku. Kami berciuman sambil terengah engah menikmati kenikmatan yang baru saja diraih. Umi dan aku ambruk di kasur sebelah Abi yang masih terlelap, aku makin sayang dengan Umi yang bisa begitu memberikan kenyamanan padaku. Ketika tengah malam Umi dan Abi terlelap dalam mimpinya masing-masing, ku lihat wajah Umi yang kelelahan setelah pergumulanku dengannya, ku selimuti badanya dan ku kecup kening Umi, karena suntuk dan ingin mencari udara segar ku hendak keluar RS menuju tempat yang banyak para pedangang kaki lima berjualan, ketika ku keluar kamar dan berjalan di koridor ruangan ku lihat seorang perawat berjalan ke arah ruangan perawatan Abi.

"Malam mba Lia, mau ke kamar 6 yah?, saya bangunkan dulu, udah pada tidur!" Tanyaku ketika berpapasan, ia tampak bingung menjawab pertanyaanku dan menatapku dengan pandangan aneh.

"Maaf ya Mas jadi ganggu waktu istirahat Mas, Tadi satu jam lalu saya udah ke ruangan Bapak tapi kayaknya Mas dan Ibu mas lagi pada sibuk jadi saya balik lagi, pas lihat Mas udah keluar kamar berarti udah selesai yah?" jawabnya lugas membuat ku kaget dan terbengong karena malu, berarti dia lihat aku dan Umi ngewe.

"Maaf mba Lia, jadi liat tadiii ituu akuuu?" Tanyaku konfirmasi dengan rasa malu yang memuncah.

"Liat atuh mas... yaudah udah pada gede kok, santai aja" jawabnya, sambil berjalan meninggalkanku. Ku kejar jalannya agar bisa menyusul dan mendampingi pemeriksaan yang akan dilakukannya. Umi tetap ku biarkan tertidur karena hanya memeriksa tensi dan pengambikan darah untuk cek kadar gula saja.

Ketika Mba Lia bertugas dan sedikit menungging ku coba sedikit menggoda karena tak tampak di balik rok celana putihnya garis celana dalam, apakah ia tidak menggunakannya ya. Ku pura pura membantu dan berpura pura tak sengaja menyentuh pantatnya. Ia terlihat biasa saja dan tak menunjukan respon menolak atau marah bahkan dia tersenyum manis padaku ketika ku menakalinya. Setelah pemeriksaan dasar pada Abi selesai dilakukan maka Mba Lia pun kembali ke tempat perawat jaga, setiap hari sepertinya tiga orang yang bertugas di kelas VIP ini.

Pagi hari aku ada kuliah dan terpaksa meninggalkan Umi menaga Abi sendirian, sempat bertemu binaanya Umi di kampus yaitu Dilla dan Ajeng yang menanyakan kabar Umi, kemudian mereka masukanku ke grup khusus akhwat binaan Umi untuk memperlancar komunikasi dan meminta bantuan. Setelah selesai urusan kampus, ku segara menuju rumah sakit lagi dengan membawa beberapa keperluan yang Umi titip.

Ketika ku sampai ruangan perawatan Abi, ternyata Umi baru saja selesai solat dan masih duduk bersimpu berdoa menghadap kiblat yang searah jendela kamar dan membelakangi pintu masuk, sementara Abi lagi-lagi tertidur dengan pulasnya, mungkin sudah minum obat.

Ku dekati Umi kemudian ku peluk dari belakang serta ku kecup pipinya.

"Emmuuah Umi solehah, cantik" ucapku pada Umi yang kaget sedang berdoa dan berdzikir.

"Astagfirullah Naakk, bikin Umi kaget, dasar nakal, emmuuah" malah mencium bibirku dan tersenyum dengan manis, kemudian ku balas lagi dengan ciuman yang dalam sambil tanganku menggapai buah dadanya dari luar mukena yang Ia kenakan, terasa Umi hanya menggunakan Bh saja.

"Emmuuahh... akhh. Umi jadi sangek kalau liat Umi pakai mukena tipis gini" bisikku pada Umi yang masih duduk di atas sajadahnya.

"Astagfiru........., dasar kamu anak mesum" balas Umi.

"Biarin nakal, yang penting suka kan" Ucapku sambil mendorong Umi agar nungging dengan kedua tangan tertumpu pada lantai yang terlapisi sajadah yang ia gunakan.

"Ahh.. mau ngapain sayang?" Ujar Umi keheranan namun tetap mengikuti arahanku untuk menungging.

"Lagi kepengen Umi, mumpung Abi masih bobo" ucapku berbisik sambil ku angkat bawahan mukena Umi, ternyata Umi menggunakan celana dalam seksi yang hanya menutupi bagian vital saja berwarna hitam.

Ku remas remas pantat Umi yang direspon dengan desahan halus dari Umi.

"Emmmuuah aaahh aaahh" desah Umi tertahan takut Abi bangun.

Ku tarik agar celana dalamnya turun hingga lepas dari kakinya kemudian ku elus elus memek Umi.

Kemudian ku berbaring di bawah selangkangan Umi untuk menjilati memek Umi.

Slrrruuuffttt slruuffftt akhh" ucapku

"Akhhhh sssssttt aakhh" desah umi menikmati.

Setelah cukup basah langsung ku bersimpuh membuka celana dan hanya ku pelorotkan saja, ku ludahi kontolku agar juga basah dan sejurus kemudian ku gesekan kontolku ke memek Umi, serta ku tekan perlahan.

Bleeeeesshhhh... ku tahan desahku agar tak mengganggu Abi istirahat. Ku genjoot perlahan namun dalam dan sesekali cepat. Akhn. Nikmat sekali rasanya.

"Akhhh akhhh akhh akhhhhh akhhh"

"plookkk plookk ploookk" suara hentakan aduan tubuhku dan Umi sambil ku berciuman dengan Umi hingga kami mencapai orgasme bersamaan.

"Akhhh sampeee sayang, akhh akaaahhh crooottt croooootttthh crooootthh" hentakan badanku dengan kuat ke Umi, entah capat sekali ku rasakan ejakulasi. Mungkin karena tegang ngentot Umi dekat sekali dengan Abi serta di tempat yang tidak biasanya. Ku berdiri membersihkan sisa cairan ke toilet sedangkan Umi mengusap memeknya dengan tisu yang tersedia dan berganti pakaian. Tak lama kemudian ada yang datang untuk pemeriksaan, dokter Herman dan perawat, Lia tampak sedang memeriksa Abi. Ku perhatikan Lia memakai seragam perawat berwarna putih putih dengan rok span ketat panjang yang ia kenakan serta dilengkapi Jilbab putih di kepalanya.

"Bagaimana dok? Perkembangan Suami saya?" Tanya Umi pada dokter Herman. Hari ini Umi memakai kaos putih ketat yang menunjukan lekuk tubuh dan samar Bh warna hitam yang terlihat, sedangkan bawahnyan ia memakai celana kullot warna coklat dengan kerudung pasmina coklat, seperti anak muda nih Umiku tampil bergaya jilboobs.

"Bagus, kalau besok makin membaik boleh pulang" jawab dokter herman.

"Alhamdulilaah, maksih dok" ucap Umi dengan senyum manis diwajahnya.

"Kalau begitu saya lanjut periksa pasien yang lain dulu, kalau ada hal yang mau ditanyakan bisa ke saya langsung" tutup dokter Herman.

Setelah dokter pergi, Umi izin ingin ke luar RS mencari makanan, tadinya aku yang menawarkan diri namun Umi bergeming ingin tetap ia yang membeli makanan.

Ketika Umi ke luar dan Abi tertidur, Mba Lia masuk kamar perawatan membawa obat buat Abi, ia menjelaskan banyak hal tentang obat yang diberikan, karena aku takut salah dan tak mengerti ia pun memberikan nomor hp pribadinya untuk diriku agar bisa menanyakannya langsung jika diperlukan. Saat memperhatikan mba merapihkan tempat tidur dan memberikan pemeriksaan dasar ke Abi, ia membungkuk dan kadang menungging memperlihatkan pantanya yang tertutup rok span ketat, lagi-lagi hal itu membuat birahiku naik lagi, semakin ku perhatikan garis celana dalam yang ia kenakan, semakim hal itu membuat gairah birahi dalam diriku meninggi karena tampilan perawat yang lumayan seksi nih. Ku coba curi-curi kesempatan menggoda Mba Lia, Kadang aku sengaja berdiri rapat dengan Mba Lia dan sedikit menempelkan badan hingga aku bisa mencium wewangian dari tubuhnya.

"Ada yang bisa dibantu Mba?" Tawarku pada Mba Lia yang sedang mencoba mengganti alas tidur Abi.

"Tak ada Mas, makasih yah" ucapnya diiringi senyum manis padaku. Ingin ku tubruk saja Mba Lia dan memperkosanya, namun pasti hal tersebut akan jadi masalah, setelah kelar melaksanakan tugasnya, Mba Lia ke luar kamar, ketika menutup pintu ia kembali menoleh ke belakang dan melemparkan senyum manisnya padaku.

Selang beberapa lama, Umi kembali ke kamar, namun tidak sendirian, ternyata dokter Herman datang bersama Om Indra, memang Abi sudah kenal juga dengan Om Indra sebagai rekanan kerja usaha Umi yang mau dirintis, Umi menceritakan bahwa tadi dokter Herman bertemu dengan Om Indra, karena saling kenal dengan Umi dan Abi, maka Umi ajak ke sini sekaligus mau menengok Abi yang sakit. Sebelumnya kata Umi mereka telah makan bersama di restoran samping Rumah Sakit.

"Semoga sehat selalu ya Pak" ucap Om Indra ke Abi yang masih berbaring, mungkin masih lemas.

"Iya Pak Indra, terimakasih, maaf jadi merepotkan bawa ginian segala" Jawab Abi, sambil meletakan bungkusan parcel buah di meja pasian.

"Ia pak tak apa-apa, sekaligus saya ucapkan terimakasih atas izin Bapak ke Bu Nisa untuk menjadi pimpinan di unit usaha yang kami buat, semoga hasilnya membawa berkah bagi semua" lanjut Om Indra.

"Saya yang berterimakasih atas kepercayaan Bapak ke istri saya, saya senang istri saya yang masih muda ini bisa mulai mandiri, maklum saya juga sudah mendekati usia pensiun, jadi Alhamdulikah Allah kasih jalan atas rezeki yang diberikan" ucap Abi yang tampak berkaca-kaca.

Setelah obrolan cukup panjang terjadi Om Indra dan dokter Herman izin pamit dan pergi dari ruangan perawatan Abi, kemudian Umi izin ke ruang kerja dokter Herman untuk konsultasi terkait kesehatan dan perpulangan Abi, hal itu tak membuatku merasakan sesuatu yang mencurigakan dan tampak biasa saja, namun 30 menit kemudian aku lihat ada pesan dari mba Lia.

Mba Lia : Assalamualaikum, mas maaf coba lihat ini

Aku : alaikumsalam iya mab? Lihat apa?

Kemudian terlihat sebuah video dengan durasi hanya 50 detik, video itu memperlihatkan seorang perempuan dengan dua orang laki-laki, astagfirullah, orang-orang itu adalah Umi, Om Indra dan Dokter herman. Mereka sedang thresome, Umi yang hanya tinggal mengenakan jilbabnya terlihat sedang menungging berpegangan pada Om Indra, berciuman dan mengocok kontol Om Indra, sedangkan di belakangnya ada dokter Herman yang sudah melepaskan celananya dan masih mengenakan stelan kemeja serta jas dokter putihnya.

Kontol dokter herman panjang menembus belahan memek Umi yang bersih dari bulu membuat terlihat jelas di video, kontol besar dan panjang dokter Herman maju mundur di lubang memek Umi yang indah. Umi terlihat sangat menikmati, benar-benar Umi telah sangat binal di tangan Om Indra.

Mba Lia : Bener bener yah Ibu kamu...

Aku : maaf mba, Om Hendra sama Umi emang udah biasa, itu mantan pacarnya dulu

Mba Lia : Iya mas, aku tak peduli latar belakangnya tapi tak menyangka saja, heheh. Umi kamu kuat layani dua orang sekaligus.

Aku : memang ibu saya hypersex mba. Mohon dimaklum.

Mba Lia : santai Mas, dokter Herman emang suka gitu, di sini perawat juga banyak yang udah kena godaan dokter itu.

Aku : waahh keren tu dokter, Mba juga udah kena godaanya?

Mba Lia tak membalas pesanku, padahal ku sangat menunggu responnya, namun tak lama ada yang datang ke kamar perawatan, ternyata itu Mba Lia yang terlihat membawa perlengkapan.

"Asslamualaikum mas, maaf ganggu" sapa Mba Lia padaku, ia menggunakan seragam perawat putih putih dengan bawahan rok span putih.

Ia terlihat tersenyum padaku, kemudian menyapa Abi.

"Siang Pak, maaf mengganggu, tensi dulu yah" sapanya pada Abi, tak disangka Ia sudah di sini untuk menunaikan tugasnya.

"Iya suster, oya kapan boleh pulang?" Tanya Abi pada mba Lia.

"Nanti dokter Herman yang memutuskan pak, tadi saya lihat sedang ketemu istri Bapak di ruangannya, mungkin sedang diskusi kesehatan Bapak" jelas mba Lia yang tersenyum padaku penuh arti.

"Ohhh.. Umi lagi gak ada ya Di?" Tanya Abi dengan wajah ke arahku.

"Iya Bi, tadi setelah dari sini ketemu dokter Herman sama Om Indra" jawabku yang gugup.

"Oh... sama Pam Indra juga, Pak Indra baik ya di orangnya?" Tanya Abi tentang Om Indra

"Iya Bi Alhamdulikah dipertemukan dengan orang Baik, katanya Om Indra sama Pak Dokter Herman dulu teman baik Umi" jelasku pada Abi agar tidak memiliki prasangka buruk pada mereka.

"Yaudah bantuin Abi mau ke toilet" pinta Abi sambil mencoba berdiri beranjak dari tempat tidurnya menuju toilet.

Aku dan mba Lia pun serentak membantu Abi berdiri dan kemudian Abi pergi ke toilet meninggalkan aku dan mba Lia.

"Mba tadi liat langsung?" Pancingku pada mba Lia.

"Ia mas... duh dua hari ini liat kelakuan kamu dan ibumu bikin pusing kepala" jawab mba Lia.

"Maaf ya Mba, mohon jaga rahasia kami" pintaku padanya.

"Ia mas, in sya Allah. Semua pasti punya rahasia, kita saling jaga" jawab mba Lia menenangkan.

"Tadi gak nyangka saja Ibu mas begitu liar, saya tak sanggup merekamnya.hehe" ucapnya sambil tertawa ringan.

"Maaf ya mba, Ia dan pak Indra sudah biasa bahkan punya grup sendiri terkait itu" jawabku.

"Maksud mas?" Tanya Mba Lia

"Heemm.. coba nanti mba ikut kajian liqo sama Umi saya, pasti mba suka" ucapku memancing agar Mba Lia tertarik.

"Kegiatannya biasa hari Ahad/minggu, jadi kayaknya mba bisa ikutan. Bisa juga ajak teman teman mba" tambahku menjelaskan.

"Baiklah nanti dipertimbangkan, insya Allah" ucapnya.

Tak lama Umipun kembali bersama dokter Herman dengan pakaian agak lecek, aku dan mba Lia bersikap seperti biasanya meski mengerahui perbuatan mereka.

"Alhamdulilah, kata dokter Herman, Abi boleh pulang, Ia kan dok?" Ucap Umi meyakinkan.

"Iya, tolong urus ya Suster administrasi dan lainnya" ucap dokter Herman yang dibalas oleh anggukan Mba Lia.

Setelah mengurus segala bentuk proses ke luar RS kami pun sempat berpamitan ke dokter Herman di ruang dokter, ketika aku membawa barang bawaan Abi yang sudah mendahului aku dan Umi pergi menuju Lobi, ku lihat dari kejauhan Umi berciuman dengan Dokter Herman, mungkin itu tanda perpisahan darinya.

Kebinalan Umi semakin menjadi-jadi, aku yang hanya anaknya tak punya kuasa penuh atas tingkahnya, entah apalagi yang akan terjadi.

Hari inipun Umi ada pertemuan dengan binaanya di rumah Dilla, namun karena Abi baru pulang dari RS jadi diubah lokasinya di rumah Abi lagi...

Keseruan apalagi yang akan ku alami.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd