Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gairah Umi (No SARA)

Petualangan dengan siapa yang harus kita bahas?


  • Total voters
    255
  • Poll closed .
Pagi ini ku sambut dengan rasa syukur, walaupun dikagetkan dengan fakta bahwa semalam Umi didatangi Om Indra dan hari ini pun Umi minta diantar oleh ku ke salon milik Om Indra. Fakta ini membuat persepsi diriku masih negatif dengan Om Indra, cemburu dan rasanya masih belum rela harus berbagi Umi dengannya.

"Malam Om Indra datang Jam berapa Mi?" Tanyaku pada Umi membuka pembicaraan saat sarapan bersamanya.

"Jam 7 malam kayaknya Di, kenapa?"

"Masih sore yah! Kalau Ayu pulang jam berapa?" sambungku

"Jam 8 malam kayaknya, sempat ketemu Ayu dan Om Indra, ngobrol juga, kamu mainnya bikin Ayu kelelahan". jawab Umi sambil menghabiskan nasi goreng yang ia buat untukku juga.

"Ayu tampaknya tertarik bekerja di tempat Om Indra, mungkin nanti mau magang katanya di tempatnya" timpal Umi menjelaskan.

"hemmm" gumamku dengan dibarengi anggukan entah tanda apa, namun aku jadi penasaran dengan tempat kerja Om Indra.

Abi besok baru pulang katanya, jadi di rumah masih tetap sepi sampai besok tanpa ada Abi, sehingga otak mesumku terus berkembang makin luas dengan ide gilanya dan punya waktu yang banyak untuk menggoda Umi, seperti tiba-tiba memeluk atau meremas bagian sensitifnya. Mungkin karena capek habis menggarap Ayu kemarin aku tidak berniat entot Umi pagi ini, apalgi Umi juga sudah digarap oleh Om Indra, pasti hal tersebut mengurangi hasrat untuk bercinta.

Setelah mandi dan berdandan cukup lama, Umi akhirnya sudah siap berangkat dengan pakaian syari yang biasa digunakan lengkap dengan kaos kaki, kaos tangan serta cadarnya. Seperti biasa ketika Umi berjalan di depanku untuk naik ke Mobil, aku usil meremas pantat Umi untuk memastikan pakaian dalamannya, apakah pakai atau tidak, ternyata Ia tidak memakai celana dalam, nakal nih emang Umi.

"aaawww nakal kamu di" kaget Umi ketika ku remas pantatnya.

"Umi yang nakal ini, gak pake daleman yah?" Kawabku sambil ku peluk Umi dari belakang dan ku remas remas buah dadanya dari luar gamis yang Ia kenakan.

"Duh, nanti lecek loh baju Umi" sanggahnya dan ku hentikan kejailanku.

Pasti Umi punya rencana nakal ini di tempat Om Indra. Sungguh tak akan ada yang menyangka sekilas di balik gamis anggun Umi, Ia tak menggunakan pakaian dalam, rasanya sangekku mulai kembali muncul namun aku tahan agar hari ini bisa berjalan lancar dan ku tuntaskan saja di rumah nanti.

Kami selama di mobil banyak membicarakan terkait rencana liburan bersama binaannya, mungkin acara rihlahnya tak akan jauh-jauh dahulu, mengingat masing-masing binaan Umi punya kesibukan maka kemungkinan lokasi yang akan dituju adalah pantai namun tidak jauh dari Jakarta, secara rinci lokasi belum diputuskan di daerah mana, persiapan harus Umi lakukan untuk kegiatan itu, termasuk agenda ke Om Indra sekarang juga mau meminta rekomenfasi terkait lokasi villa, Om Indra punya Villa pribadi milik keluarga di daerah selatan Banten, semoga bisa dapat dukungan dari Om Indra jadi tak perlu ada biaya sewa villa.

Sesampainya di salon Om Indra, seperti biasa kami disambut oleh pegawainya yang ramah, yaitu Fani, terlihat ada beberapa pelanggan yang sedang dilayani. Aku diminta Umi menunggu di ruang khusus tamu salon, sementara Umi masuk ke ruangan Om Indra, kemudian Mba Fani datang membawa minum dan beberapa cemilan, Ia terlihat anggun dengan gamis lebar warna putih dan kerudung segi empat warna cream lebar juga namun tipis, jadi aku bisa melihat samar rambut Fani yang Ia kuncir, begitu juga gamisnya, jika diperhatikan secara seksama samar terlihat warna celana dalamnya, hal itu terlihat ketika Mba Fani membungkuk menyimpan makanan di Meja, apakah semua pegawai di sini berpakaian begininyah, bikin penasaran!

selanjutnya Mba Fani duduk di sebrang sofa dari tempat aku duduk, tampaknya Mba Fani adalah pekerja senior di sini, ku ajak ngobrol Fani terkait banyak hal dan dari obrolan itu aku tahu Fani dari salah satu daerah yang cukup jauh dari Ibu kota, beberapa pegawai di sini juga satu daerah dengan Fani, Om Indra menyediakan tempat tinggal buat para pegawainya sebuah rumah kos tak jauh dari sini dan itu gratis untuk semua pegawai Om Indra.

"Oya, Umi Nisa emang dulu sering ke sini?" tanyaku pada Fani.

"Sering, sering banget dulu, apalagi sebelum menikah, masih pacaran sama Pak Indra, hampir tiap hari ke sini, bantu bantu juga, jadi dulu aku kira Mba Nisa bakal nikah sama Pak Indra, hehe. Walaupun beda kyakinan tapi mereka tampak cocok" jawab Fani.

"Oh. Terus pas waktu itu kamu lihat Umi sedang..." pancingku yang mengisyaratkan gerakan BJ.

"Hehehe sudah biasa itu di sini mah, Pak Indra sama Mba Nisa sering begutuan dari dulu, bahkan suka terang-terangan di tempat ini, emang Pak Indra suka pamer kemesraan sih, bikin kita para pegawanya iri hehe" sambil malu tertawa.

"Emang Mas Adi belum tahu?" Tanya Fani tampak heran.

"Tahu apa mba?" Jawabku juga heran.

"Ohh belum tahu yah, yaudah nanti juga tahu" jawab Fani dengan dibalut senyum manisnya. Tak lama Fani dapat panggilan dari bosnya dan diminta ajak Aku juga masuk ke ruangannya, aku pun beranjak mengikuti Fani, ku perhatikan gamis Fani tipis agak menerawang itu menggodaku dan ingin ku sergap dan remas pantatnya, ketika pintu terbuka ku kihat Umi sedang dipangku menghadap Om Indra dengan hanya menggunakan Jilbab lebarnya yang menutupi kepala hingga pinggang, terlihat kontol Om Indra yang masih menacap masuk di memek Umi.

Terlihat Umi tersenyum manis padaku namun wajah lelah terpancar darinya, tentu Umi lelah karena sering aku ajak ngentot namun biasanya Umi tetap semangat dan bergairah, mungkin permainan dengan Om Indra begitu melelahkan hingga Umi terlihat begitu kelelahan, memang kalau dihitung dari aku datang sudah dua jam mereka bergumul, pasti melelahkan.

"Duduk di, Fani ambilkan minum yah" perintah Om Indra, kemudian Umi bangkit dan kontol Om Indra terlihat mengkilat karena cairan cinta mereka, sedangkan Umi duduk di sampinya dengan melipat kakinya dan tersenyum padaku.

"Terimakasih ya Adi, sudah memberikan waktu pada Om untuk melepas kangen pada Umimu, Om janji akan menjaganya" lanjut Om Indra sambil merangkul Umi dan mencium keningnya.

"Iya Om sama-sama" jawabku pada Om Indra yang menimbulkan sebuah rasa di dada entah apa ini namanya.

Fani masuk membawa satu botol bergambar anggur yang asing bagiku namun ku tebak mungkin itu minuman beralkohol, terlihat dingin beserta dua gelas berisi es batu, ketika Fani membungkuk di sebelah sofa tempat duduk Om Indra untuk meletakan apa yang dia bawa, Om Indra mengangkat bawahan gamis Fani.

"Coba lihat tato kamu fani!"perintah Om Indra, kemudian Fani mengangkat bawahan gamisnya hingga pinggang dengan menungging dan memperlihatkan gstring yang Ia kenakan, Om Indra mengelus elus paha Fani, kemudian Umi berdiri dan melihat bagian bokong Fani, ternyata di bagian bawah pantatnya ada sebuah tato ukuran kecil dengan sebuah initial 'IC'. Paha Fani indah tak kalah dengan Umi, ingin ku ikut mengelusnya.

"Oh itu yah Mas tatonya? Imut juga, nanti Aku ajak tato mereka" ucap Umi sambil mengelus pantat Fani dan juga memeknya dan membawa minum anggur yang di gelas dan meminumnya.

"Umi mau ditato?" Tanyaku heran karena takut Umi punya keinginan ditato.

"Enggak sayang, bukan buat Umi, kalau ditato nanti pasti dimarahi Abi" jawabnya, sambil kembali menenggak minuman yang ada di tangannya.

"Adi mau coba?" Tawar Umi padaku untuk meminum anggur yang disediakan.

"Apa tuh Mi? 'Amer' yah" selidikku mencoba memastikan.

"iya, enak loh" Umi meyakinkan padaku untuk ikut meminumnya.

"Enggak mi, Emang Umi sudah biasa?" Tanyaku menyelidik.

"Lumayan sering sih, apalgi kalau dulu pas pacaran ma Indra" jelasnya sambil kembali memasukan air itu ke mulutnya. Sebinal apa sebenarnya Umiku itu, sungguh pemandangan yang membuatku campur aduk melihat Umi yang begitu binal.

"Oh. Jadi Umi dah biasa ya, alhamdulilaah kalau Umi gak ditato, Adi kira Umi mau" Syukurku karena bukan Ia yang akan ditato, terus siapa yah? Biarlah bukan urusanku.

Umi tanpak memperhatikan tubuh Fani terutama bagian pantatnya, mungkin dia sedang mengamati tato yang ada di bagian tubuhnya itu.

"Akhh...." Fani menahan rangsangan tiba-tiba yang diberikan Umi berupa elusan di selangkangannya, sementara aku hanya bingung melihat kejadian ini.

"Kenapa Fani? Sangek yah?" Goda Umi yang berjalan lenggak lenggok tanpa busana kecuali Jilbab lebarnya.

"Maaf tidak Bu. Tak sengaja mendesah karena kaget" bela Fani.

"Oke. Maksih Fani, boleh turunkan gamisnya" pinta Umi yang kemudian dituruti Fani hingga gamisnya seperti semula.

"Oya Di, Umi mau temani Om Indra dulu yah makan siang sekaligus ketemu rekanan Om Indra mau ada acara, kamu di sini saja yah" ucap Umi padaku, sungguh jika aku berhadapan dengan Om Indra aku tak berdaya, Umi tampak begitu dikuasi oleh Om Indra.

"Iya Mi, nanti Adi tunggu di sini saja" jawabku

"Nanti ditemani Fani, bisa diajak keliling aja yah Fan" timpal Om Indra

"Baik pak, siap" jawab Fani sigap.

Ku dekati Umi yang sedang mengambil pakaian yang ia lepaskan.

"Umi hati-hati yaah" ucapku khawatir pada Umi.

"Iya nak, santai aja. Om Indra baik kok, Umi dah kenal lama, jadi kamu tenang aja, Umi lagi coba buat bantu Abi kamu biar punya penghasilan tambahan, jadi Umi berbisnis dan dibantu Om Indra" papar Umi mencoba menenangkanku.

Ku peluk Umi dari belakang dan Umi merespon dengan berbalik dan berciuman. Sejuk sekali rasanya berada di dekapan Umi, rasa sayang begitu mengalir darinya, ku elus elus punggung tekanjang Umi, mencoba memeluk lebih dalam lagi.

"Makasih Mi, hati-hati yah" cemasku pada Umi.

"Iya sayang tenang saja, Umi akan jaga diri, kayak mau apa aja? eheh" Umi coba menenangkanku, kemudian kembali berciuman.

"Nanti main aja sama Fani, Kata Om Indra dia paling oke di sini" hibur Umi yang entah apa maksud darinya yang pasti ku tangkap maksudnya adalah melayani seperti memberi informasi atau makanan dan lainnya.

Umi masuk ke toilet membersihkan diri, begitupun Om Indra yang terlihat sudah rapih lagi. Merekapun pergi meninggalkanku dan Fani di ruangan kerja Om Indra, kemudian Fani mendekat padaku dengan membawa minuman yang ku duga adalah anggur atau miras.

"Minum mas, jangan khawatir, Bu Nisa pasti baik baik saja kok, saya juga Alhamdulilah dengan Om Indra diperlakukan dengan baik" jelas Fani padaku.

"Aku tak minum itu Fan, ada air biasa aja gak?" Jawabku menolak tawaran Fani.

"Ada mas, Fani ambilkan yah" Sambil beranjak meninggalkan Aku yang duduk dan masih memikirkan Umi.

Semoga betul Umi baik-baik saja di tangan Om Indra, semoga. Amin...

"Ini mas, minum yah" Tawar Fani dengan senyum yang manis dengan balutan gamis yang juga enak dipandang.

"Mau dipijat gak Mas?" Kembali Fani memberikan tawaran yang menggiurkan padaku untuk sejenak melupakan kekhawatiranku pada Umi.

"Oh ada jasa pijat juga?" Timpalku kaget karena tidak melihat ada ruangan pijat di salon ini.

"Oh ada, memang terpisah lokasinya tapi ada pintu akses dari sini, Itu!" Sambil menunjuk ke arah pintu di dekat meja kerja Om Indra.

"Oh. Boleh ke sana?" Tanyaku penasaran pada Fani.

"Kuncinya hanya di pegang Pak Indra kalau dari sini, harus dari depan, agak memutar" jelas Fani.

"Lah tadi kenapa nawarin?, orang gak bisa ke sana" ucapku pada Fani sedikit kesal.

"Maksud Fani, Fani yang pijitin mas" sanggahnya dengan ekspresi wajah genit menggoda.

"Nanti lain kali aku izin ke Pak Indra deh, nanti di ajak ke sana" sambung Fani.

"Nanti aja Fan pijitnya, gak pegal kok" tolakku menjaga diri agar tak tergoda Fani.

"Om Indra sukses yah, banyak unit usahanya" ku coba mencari mengalihkan pembicaraan dan mencoba mencari informasi lebih banyak tentang Om Indra.

"Setahu Fani banyak mas, Ini salon aja ada tiga cabang di kota lain, terus yang di sini semisal panti pijat, karoke, kafe dan pusat kebugaran gitu mas, terus mau buka unit bisnis lain juga" jelas Fani dengan meyakinkan.

"Sangat sukses menurut Fani mah, karyawan di salon ini saja ada 10, Pak Indra bisa memberikan penghidupan pada kami, udah cakep, kaya raya, baik hati dan tidak sombong... heemm. Andaikan aku Mba Nisa" khayal Fani yang mengagumi Pak Indra.

"Duh kamu bisa aja menghayal begitu, siapa tahu jodoh kan, gak ada yang tahu" jawabku mencoba memberikan harapan.

Obrolan kami cukup panjang dan aku lupa belum solat duhur.

"Lupa Fan, belum solat, ada musola atau tempat solat?" Tanyaku pada Fani.

"Ada Mas, Pak Indra menyediakan untuk kita sarana cukup lengkap termasuk Musola, mari saya antar, Fani juga mau solat" Fani bersemangat menjelaskan kemudian mengarahkan ke luar ruangan Om Indra menuju ruangan lain.

"Fani masih suka solat?" Ledekku pada Fani sambil bercanda berjalan bersamanya.

"Astagfirullah, mas ini, gini-gini Fani masih solehah loh" jawabnya sambil terawa.

"Solehot kamu mah Fani" timpalku meledek lagi.

terlihat beberapa pegawai Om Indra yang sedang beristirahat, ada yang masih berhijab dan gamis lengkap ada juga yang tinggal memakai baju seksi berupa tengtop dan celana pendek, bahkan ada yang hanya memakai celana dalam dan Bh saja, awal mereka terkejut karena ada laki laki di tempat ini, Fani dengan segera menjelaskan dan mereka tampak biasa sopan serta ramah padaku.

"Maaf ya Mas, di sini kita emang begitu, jadi sembarangan kalau berpakaian karena merasa hanya perempuan saja, padahal Om Indra suka memberi pengarahan agar kita tampil baik di depan orang luar, tapi karena Mas sudah dianggap orang dalam Pak Indra kita gak khawatir" jelas Fani yang coba menjawab keanehan apa yang aku lihat.

Banyak cerita dan penjelasan dari Fani yang cukup mengagetkan, bahwa mayoritas pegawai yang ada di salon ini adalah memiliki latar belakang yang beragam, Fani sendiri adalah lulusan sekolah berbasis agama, bertemu dengan Om Indra atas rekomendasi sesepuh di kampunya, kemudian dia dilatih banyak hal termasuk masalah kecantikan hingga sekarang bisa membantu Om Indra di salon ini.

Tibalah aku dan Fani di sebuah ruangan yang dijadikan musola, tidak terlalu luas namun cukup untuk tempat ibadah. Terlihat pula ada rekannya Fani yang juga akan solat.

"Tempat wudunya di sana yah?" Ucapku meyakinkan.

"Oh iya, benar mas" jawab Fani sambil membuka jilbab dan gamisnya dan menyisakan dalaman saja, begitupula rekannya, mereka seperti tidak sungkan ada aku, Waaduh.

"Biar bersih mas, Takut ada kotoran nempel mas, jadi ya pakai mukenanya saja terus cuma daleman saja yang dipakai kadang bahkan gak pakai apa apa lagi" terang Fani kemudian berwudu, posisi ini ku lihat dia agak menungging membuat pantatnya terlihat sangat erotis, aestaga benar-benar tempat ini membuatku pusing kepalang.

"Oh iya iya, begitu yah" timpalku seadanya. Ku coba hapus fikiran kotor di kepalaku dan mencoba fokus untuk ibadah.

Kami pun solat berjamaah, setelah selesai aku salaman dengan Fani tapi tidak menyentuhnya karena masih ragu ragu dan menghormatinya, dia pun hanya tersenyum dan tertawa. Kemudian Fani berdiri dan melepas Mukenanya, tersisa Bh dan celana dalam Fani, sungguh seksi.

Aku cek hp dan ada pesan dari Umi, pesan menanyakan aku sudah makan atau belum, kemudian aku telpon Umi.

"Assalamualaikum Umi, haloo?" Tanyaku ketika Umi menjawab panggilan telponku.

"Aakhh aalaaikumsalam.... akhh. Iya naaakk akhh, bentaar yahh... Nanti Umi bentaaaar lagiii baaliiikk ini lagiii di toilet..." jawab Umi singkat kemudian memutuskan panggilan telponku. Sedang apa Umi yah desah-desah, sudah lah, pasti Umi baik-baik saja.

"Saya ke toilet dulu ya Mas" tetiba Fani membuyarkan lamunanku, kemudian Ia ke luar Musola begitu juga dengan rekannya yang ku tahu namanya Putri dengan hanya memakai dalaman saja, sungguh bikin hasratku bangkit, ingin ku terkam saja dari belakang namun sungguh aku harus kuat, kemudian tak lama Fani kembali ke Musola dan memakai gamis dan kerudung lebarnya.

"Mas lapar gak?, makan yuk, Fani sudah pesan makanan" ucapnya padaku.

"Ih kamu mah, gak enak merepotkan, terimakasih sudah layani saya dengan baik" ucapku sambil beranjak hendak ke luar Musola, begitup Fani yang sudah rapih seperti semula.

Ketika berjalan ke luar Musola Fani menyampaikan pesan dari Om Indra.

"Heheh, tenang mas, Pak Indra bilang kalau Ia memang diminta agar Fani layanin Mas Adi, apapun yang Mas Adi minta, apalagi cuma belikan makanan" sambil tersenyum menggoda dan mengedipkan mata.

Ku menatapnya dengan dalam seolah menyakinkan bahwa aku tak salah dengar, Fani hanya mengangguk dan tersenyum.

Kudekatkan wajahku dan ku pegang tangannya hingga kami semakin rapat

dan berpelukan, kecupan kecupan ringan di bibirnya ku berikan dengan diiringi elusan dan remasan dipunggungnya, ku lanjutkan dengan ciuman mendalam dengan membuka mulut kami dan beradu lidah, saling hisap dan membagi air liur satu sama lainnya. Tanganku menyibakan jilbab lebarnya dan membuka tiga kancing gamis yang ada di depan dada Fani, ku keluarkan satu payudara Fani yang pas ditanganku untuk digenggam, tidak terlalu besar tidak pula kecil. Ku jilati ujung payudaranya kemudian ku hisap.

"Makasih ya Fan. Emmmuuaah. Aah" ucapku sambil menikmati empuknya

Kami berani melakukan itu, berpelukan di koridor jalan ke ruang utama, beberapa karyawan melewatu kami, mereka hanya melihat dengan senyum manis dan kadang menyapa Fani yang sedang menerima cumbuanku di dadanya, sungguh nikmat bercumbu di lihati orang yang lewat membuat hasratku membara.

"Akhh Mass akhh.. nikmat..." erang Fani yang bersandar ke tembok.

"Siang kak, maaf" Sapa seseorang pada Fani, kulihat sejenak menoleh ke arah suara, ternyata datang dari Putri, pegawai Om Indra juga yang tadi ketemu di musola.

"Eh Putri, kenapa?" Ucap Fani, sambil mengelus kepalau dan kembali mengarahkan ke Payudaranya agar aku tak perlu hiraukan kedatangan Putri.

"Lanjutin saja sayang, gak papa kok, di sini sudah biasa, lanjutin ya masss.." Ajak Fani yang tak khawatir karena kami kepergok sedang mesum.

"Ini kak ada telpon dari Pak Indra, katanya tadi telpon ke nomor kakak tak ada respon" ujarnya, memang sedari tadi tak keliatan Fani membawa hp. Kemudian dia mengambil Hp dari rekannya itu, semntara aku yang masih terkaget hanya menahan malau dan melanjutkan aksiku menikmati payudara Fani dan sesekali ia mendesah menikmatinya sambil menjawab panggilan dari bosnya, Obrolan yang terjadi antara Fani dan Om Indra yang ku dengar adalah tentang dokumen perjanjian dengan beberapa mitra usaha Om Indra, sepertinya ada tender yang sedang coba Om Indra dapatkan. Selanjutnya aku tak fokus dengarkan obrolannya karena ku terus menjelajahi indah tubuhnya, ia secara profesional menjawab pertanyaan dari Om Indra. Obrolan mereka yang dapat ku dengar sertabdapat ku ketahui adalah Om Indra menanyakan tentangku dan Fani bagaiman dan sedang apa, Fani jawab bahwa aku sedang dilayani olehnya, kemudian panggilan telpon diakhiri.

"Yuk lanjut sayang" sambil Fani menarik badanku untuk berpelukan dan berciuman, Ku respon ciuman Fani dengan membuka mulut dan bermain lidah seolah mencari sesuatu.

"Serrrruuuffuu... aakhh emmmhh" sambil ku remas remas dua payudara yang sudah ku keluarkan karena gamisnya ku buka hingga pinggang dan Bh sudah terlepas entah ke mana.

"Akhh. Enak mas... akhh teruss, ke ruangan aku yuk Mas" pinta Fani yang mengajak aku ke sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang kerja yang ada sofanya. Ku lanjutkan pergumulan kami di ruangan itu hingga tuntas. Fani ku arahkan duduk mengangkang memperlihatkan memeknya yang indah berbulu tipis yang dirawat, gamis dan dalamanya sudah ku lepaskan, tinggal jilbab lebarnya saja yang masih menempel di kepala dengan bentuk yang sudah acak-acakan, namun hal itu terlihat sangat eksotis bagiku yang menyukai akhwat berjilbab lebar. Kemudian ku elus-elus memeknya dengan lembut, sembari berciuman dengannya. "Maaf ya Mas, aku gak kuat ngomong kasar, akhh anjjjiiingg nikmaatt" ucap Fani yang merespon seranganku di memeknya yang basah. Aku berjongkok mengarahkan mulutku untuk mengecup vaginanya, ku jilati dan masukan jari.

"Akhh sayang, nikmaat banget, akhh bangsaat kamu maass, nikmat bangeet" terasa rambutku dijambak dan kepalaku diremas-remas olehnya. Puas menikmati lezatnya memek Fani, ku arahkan kontolku yang tegang ke mulutnya agar basah dan bisa masuk dengan mudah ke memeknya.

"suurrfff, emmuuaj" dengan lihai Fani memaju-mundurkan kepala agar konrolku masuk ke mukutnya dengan mudah, sesekali ia menyedoot kontolku seolah mencari cairan keluar dari lobangnya, indah sekali.

"enaaak kontolmu mas, penuh mulutku" ucapnya sambil mengocok kontol pakai tangannya. Ku tarik badanku agak menjauh hingga kontolku keluar dari mulutnya, ku ciumi bibirinya dan kembali bermain lidah, sambil ku siapkan kontolku masuk ke memeknya.

"Aku masukin ya sayang" bisikku sambil mengarahkan kontol tegangku ke memeknya.

"Bleessssshh Bismi..........." akhh nikmat sekali memeknya, walau terasa longgar tapi masih berasa menghisap, becek dan nikmat.

"aaakhh anjiiiing nikmaaaat" ucap kasar Fani, mungkin begitu karakter dia menikmati sebuah kenikmatan duniawi ini.

"Plooookll ploookll akahh plookk" suara hentakan badanku.

"Nikmaaat sayang?" Sambil ku cium dan remas dua payudaranya secara bergantian.

"akahh nikmaaat mass akahh berengsek kamu mas,,, nikmat banget kontol kamu" jawabnya dengan mata 'merem-melek' seolah tak kuasa menerima kenikmatan yang ku berikan. Ku minta Fani menungging dan menggenjotnya dar belakang.

"Bleeessshh akhh gilaa mass anjiiinhgh akhh Subha......., nikmat, kahh. Ciumann emmmuuuuhajh" rancaunya menahan nikmat, ku cium dan remas remas payudaranya.

Setelah beberapa menit permainanku dengan Fani berakhir, tiga kali ku alami orgasme di dalam memeknya.

"Akhhhhn Fan.... aku sampaaaaaiii akhh crrroootttt" aku pun lemas menikmati orgasme ini. Fani pun terlihat mengelinjang seperti orang yang kejang-kejang mencapai orgasme.

"Akuu jugghhaa mass akhhh ajiiing aakhh memek aaakuuu muncraaat" ucapnya terbata-bata menikmati orgasme juga tampaknya.

Permainan Fani bergitu luar biasa namun tidak mampu melampaui permainan Umi, sungguh terlalu aku malah teringat Umi, apakah ini karena aku sayang dan cinta kepadanya.

Pergumulan dengan Fani sungguh sangat nikmat, ku peluk lagi Fani dan menikmati sisa kenikmatam yang kami alami, senyum dari Fani sungguh manis dan membuatku merasa tenang dan nyaman.

"Terimakasih ya Mas" ujar Fani yang masih ku dekap dan ku usap-usap rambutnya yang masih terhalang Jilbabnya.

"Sama-sama mba, saya yang terimakasih sudah dilayani hingga sperti ini" jawabku

"Iya mas. Sudah kewajiban saya melaksanakan perintah Pak Indra dan ini sungguh nikmat, pengalaman yang sangat memuaskan" jawab Fani padaku.

"Kamu patuh banget ya sama Om Indra?" Selidikku sambil tetap merangkul Fani yang meletakan kepalanya di atas dadaku.

"Bagi kami yang bekerja di sini atau khususnya aku, Pak Indra adalah orangtua kami dan penolong kami, ketika saya lulusa sekolah orangtua sangat berharap padaku agar kehidupan keluarga berubah jadi lebih baik, terutama hutang yang banyak dari Ayahku yang suka berjudi dan investasi tak jelas, hampir rumah kami disita namun Pak Indra mau menanggung semua hutang keluargaku, aku diajak ke Ibu Kota kemudian beliau memberikan pekerjaan di sini, terus boleh kuliah juga, alhamduliah sebentar lagi aku wisuda mas" cerita Fani dengan nampak bulir sir mata di matanya berkaca kaca seprti air mata yang akan jatuh. Terasa Iba dan hanyut dengan cerita Fani, namun aku takut Fani dimanfaatkan oleh Om Indra. Maka ku beranikan diri bertanya padanya.

"Terus, maaf apakah kamu diperkosa atau dimanfaatkan sama Om Indra?" Selidikku menduga Om Indra memanfaatkan mereka hingga menjadi binal.

"Enggak mas, Pak Indra tak pernah memaksa, kami selalu diberikan pilihan, jika tak mau tak masalah, bagi yang tak mau ikut program Om Indra setelah pelatihan bisa keluar dan bebas bekerja di mana saja, banyak temanku juga begitu, namun karena kebaikan Pak Indra kami sukarela membantu bahkan melayani kemauan Pak Indra" lanjut penjelasan Fani yang membuat fikiran negatif tentang Om Indra terkikis. kemudian ada panggilan masuk dari Umi, ku angkat dan ternyata Umi sudah kembali dan ada di ruangan Om Indra.

"Ke ruang Om Indra yuk Mba, udah datang kayaknya" ajakku pada Fani dan berusaha beranjak dengan sisa tenaga yang kami miliki dan membereskan pakaian yang kami pakai.

"Duluan ya mas, aku ganti baju dulu, tadi gamisku rusak mas tarik paksa pas

"Tok tokk, Assalamuakaikum" ucapku ketika memasuki ruang Om Indra, ku lihat Umi sedang duduk di sofa menikmati anggur yang diberikan Fani ketika kami datang, mereka kompak menjawab salamku.

Ku duduk di samping Umi dan mengambil gelas yang Ia pegang kemudian mencium pipinya.

"Emuuah Umi udah dari tadi datang?" Tanyaku pada Umi.

"Udah 10 menitan lah Di, lama nunggu kamu entotan sama Fani" jawab Umi.

"Heheh, enggak kok mi, tadi mulainya telat" jawabku malu-malu sambil coba mencium bau minuman dari permentasi anggur yang ku pegang.

"Coba deh di, lama lama enak kok" ucap Umi mencoba mengajari.

"Nanti oleng loh mi, takut, kan gak boleh juga,heheh" jawabku sekenanya.

"Lah kamu zinah aja udah kamu nikmatin, nanggung nakalnya di" ledek Umi

"Iya mi... emmmm pahiiittt" sedikit menjerit yang tertahan karena merasa aneh dengan minuman yang ku seruput tadi.

"Heheh. Nanti juga biasa, ni coba dari mulut Umi" ucapnya dan aku meneriam cairan dari mulut Umi. Ku nikmati dan rasakan memang berbeda sampai akhirnya Umi yang menghentikan sendiri.

"Udah lah, lanjut di rumah Di" sambung Umi, kemudian berdiri dan dan mendekat ke Om Indra, akupun mengikuti dan duduk di samping kursi di depan meja kerja Om Indra.

Pembicaraan sekarang menjadi serius, Om Indra yang ditemani oleh sosok akhwat yang baru ku nikmati tubuhnya yaitu Fani, serius mendampingi Om Indra yang sesekali tersenyum padaku.

Pada intinya Om Indra akan membuka unit usaha baru berupa butik atau gerai pakaian muslimah, karena saat ini pakian muslimah sedang populer digunakan bahkan oleh orang yang tak biasa memakainya, Om Indra meminta Umi untuk jadi managernya dan aku juga diminta membantunya. Sebenarnya ini tawaran yang mengiurkan karena investor yang tadi ditemui menyetujui unit usaha ini dan mereka meminta Umi yang langsung mengelola. Umi meminta waktu untuk izin pada Abi, hal yang ku sukai dari Umi salah satunya adalah hal ini, walaupun Ia binal begitu dengan diri ku dan Om Indra namun dia tetap berusaha jadi istri yang solehah untuk suaminya.

Kami pulang dari kantor Om Indra, Umi juga menyampaikan bahwa Om Indra mengizinkan Villa yang di daerah Banten Selatan untuk dipakai acara rihlah binaan Umi, ia berkomunikasi dengan para binaanya melalui grup WA untuk persiapan acara tersebut, akupun dimasukan ke grup tersebut karena akan ikut dalam rihlah.

Akankah Umi semakin menunjukan kebinalannya?

Akankah usaha bersama Om Indra lancar?

Bagaiaman dengan 'rihlah' binaan Umi?

Tunggu edisi berikutnya!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd