Garonk84
Semprot Sejati
- Daftar
- 5 May 2020
- Post
- 10.908
- Like diterima
- 52.771
nuhun kang @racebannon
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
DRAMA TAMAT GADIS DI DALAM FOTO (racebannon)
- Thread starter racebannon
- Start date
-
- Tags
- bastardverse drama racebannon
ThunderBlade3
Pendekar Semprot
- Daftar
- 16 Apr 2022
- Post
- 1.929
- Like diterima
- 9.359
Makasih apdetannya bro @racebannon
L-co
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 13 Apr 2018
- Post
- 2.096
- Like diterima
- 13.102
Makasih updatenya om @racebannon 
ariaprawira
Semprot Sejati
- Daftar
- 25 Nov 2020
- Post
- 10.800
- Like diterima
- 63.188
Makasih @racebannon
Sierpa73
Pertapa Semprot
- Daftar
- 4 May 2019
- Post
- 4.568
- Like diterima
- 27.333
Makasih ... @racebannon
bona_bona
Pertapa Semprot
mantaabbb... lanjjuuttt...
pussywillow
Semprot Holic
Makasih updatenya @racebannon
pandamen
Tukang Semprot
- Daftar
- 24 May 2014
- Post
- 1.402
- Like diterima
- 4.265
Wah kirain update pagi ini, ternyata udah dari semalem update. terimakasih updatenya suhu @racebannon
pelisaurus
Pertapa Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 4.204
- Like diterima
- 17.772
Sundul dulu coy
masganteng96
Kakak Semprot
- Daftar
- 29 Jan 2019
- Post
- 184
- Like diterima
- 496
Mantul sumantul mantul suhu RB... Karya suhu memang luar biasa spektakuler... Lancrutkan....
racebannon
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 8 Nov 2010
- Post
- 2.074
- Like diterima
- 16.695
GADIS DI DALAM FOTO
BAGIAN KETIGA PULUH DELAPAN
I LOVE YOU TOO
--------------------
--------------------
“CHEEERSS!!”
Buset. Kenceng banget. Minuman apa ini?
Rasanya sih gak tajem, tapi begitu dia masuk ke perut, gue jadi agak sedikit tipsy. Gak bisa kayak gini nih. Gue harus tetep kontorl. Eh. Kontol. Salah lagi. Kontrol. Haha.
Selain minumannya kenceng, musiknya juga kenceng.
“Gila-gila-gila” Jihan ngerangkul bahu gue dan Laura. “Pasangan centang biru”
“Hahahah” tawa gue, karena ga tau mau ngomong apa, takut salah ngomong karena otak sama bibir lagi engga begitu singkron.
“Aku gak bakal dicentang biruin deh kayaknya” teriak Laura, nyobain ngalahin suara musik elektronik yang dari tadi berdentum kenceng di tempat ini, tempat kita lagi ngerayain entah apa, bareng sama Tamara dan temen-temen influencernya, di salah satu club yang terkenal katanya di Jakarta Selatan ini. Katanya sih ini tempat punyanya Reggie, jadi malem ini clubnya ditutup untuk umum.
Cuma Tamara and the gank yang boleh masuk. Dan malem ini, gue, Laura, Jihan dan Benny boleh masuk, jadi bagian dari the gank. Karena emang malem ini malem perayaan kelarnya trip Tamara ke Spanyol. Kalo di kepala gue dan Laura sih, ngapain dirayain coba?
Tapi kalo menurut Jihan dan Benny, wah ini justru wajib dirayain dan wajib diikutin. Karena artinya ini alkohol gratis, dan Benny ada kesempatan cuci mata, dan mudah-mudahan ada cewek yang nyangkut ama dia.
“Lo ngomong apa??” Jihan teriak ke kuping Laura, karena tadi dia kayaknya ga bisa denger, musiknya terlalu kenceng.
“Aku gak bakal di centang biruin!”
“Kenapa? Sayang lho? Laki lo aja sekarang centang biru”
“Gak mau aja!”
“Nih buat yang centang biru!!” Benny ngasih ke gue sebotol bir dingin. Gue senyum dan gue langsung tenggak. Bangke. Di dalemnya udah dicampur gin kali ya? Rasanya gue apal banget. Tapi gue gak nolak. Gue tenggak sampe udah setengah botol.
Musik kedengeran makin kenceng, Laura sama Jihan ketawa ketiwi, dalam posisi Jihan ada di tengah gue dan Laura, dan tangan Jihan masih meluk atau ngerangkul pundak gue dan Laura.
Benny sekarang lagi sibuk celingukan, nyoba ngobrol sama siapapun yang mau diajak ngobrol.
Tamara ada di dance floor, dikelilingin sama cewek-cewek yang mungkin temen-temennya, dan Reggie? Reggie ada di meja pojok, cengengesan sambil ngerokok sama temen-temen cowoknya. Beberapa dari cowok itu mukanya familiar. Ya, mereka yang ngegangbang Tamara di video yang gue dan Laura tonton.
Geli rasanya. Kayaknya tar malem bakal ada adegan gangbang antara Tamara dan cowok-cowok itu lagi.
“Gue tinggal ya!” teriak Jihan di kuping gue.
“Mau kemana?”
“Mau cari cowok!”
“Good luck, jangan kegatelan” bales gue, di kuping Jihan.
Jihan pun ngeloyor, ninggalin gue dan Laura yang duduk terbenam di sofa. Laura lantas ngegeser pantatnya, dan nempel di gue. Dia masih minum cairan laknat yang tadi, dari gelas yang belom abis.
“Ini apa ya?” bisik Laura ke gue.
“Ga tau”
“Enak tapi, aku belom pernah minum ini”
“Cocktail apa lah entahlah” bales gue.
“Kalo aku minta lagi ke bartender gapapa kali ya?”
“Mau aku mintain?”
“Boleh”
Gue beranjak. Gue liat Benny lagi ngobrol sama cewek di ujung sana. Jihan lagi ngobrol ama cowok di ujung situ. Pemandangan yang ga asing. Udah biasa sih ini kalo gue hang out sama mereka. Gue jalan ke arah bartender dan ngasih kode buat dia. Kode buat ngisi gelas punya Laura, dengan substansi yang sama kayak tadi.
Gak pake lama, dia bikin itu minuman. Padahal kayaknya gue ga ngomong apa-apa. Yaudah lah, anggap ngerti aja. Setelah bilang makasih gue jalan balik ke arah sofa tempat Laura duduk dengan muka berbinar.
Crop top yang lucu, dengan rambut yang dikuncir ke belakang, bikin Laura malem ini keliatan makin seksi dan ngegemesin. Kayaknya dia lebih cocok jadi anggota girlband NewJeans deh daripada fotografer.
“Ini” gue duduk di samping Laura, dan dia ngegelendot ke tangan gue, nyamber minuman yang ada di tangan. Dan dia langsung minum tanpa ba-bi-bu. Waduh, kita berdua kayaknya agak tipsy ini.
Habis ngabisin minuman yang tadi, mukanya senyum sambil micingin matanya.
“Ini bukan yang tadi”
“Lah, gimana dong?” tanya gue.
“Gapapa tapi, enak kok”
Dia ngegelendot ditangan gue, sementara gue ngelanjutin ngabisin bir gue yang ada di meja, yang udah di spike sama gin di dalamnya. Somehow, karena musik yang hingar bingar, dan pengaruh alkohol, meja tempat gue dan Laura berada kayak terisolir dari lingkungan sekitar.
Semua udah sibuk sama urusannya masing-masing. Tamara masih bergerak dengan fluid di dancefloor. Jihan udah ga jelas kemana, dia dapet mangsa cowok kali, sementara Benny sekarang udah celingukan sendiri lagi. Biasa sih kalo dia, pasti gagal lagi ngobrol ama cewek.
“Mmm... Aku mau ke WC” dia bisik-bisik di telinga gue, tapi rasanya kok geli banget ya.
“Oke” gue bales singkat, sambil ngabisin isi botol yang tersisa.
“Temenin”
“Boleh”
Dia bangkit duluan, narik tangan gue dan gue langsung tanpa perlawanan berarti ngikutin dia ke WC. Seperti layaknya tempat-tempat umum, WC club ini ada di pojokan sana, di tempat yang agak tersembunyi. Ada pintu bar yang misahin antara area WC dan public area.
Gue masuk berdua sama dia ke dalam area itu. Disana sepi. Dia gak pake lama langsung masuk ke dalam satu ruangan yang gak ada orangnya. Musik kedengerannya disini agak amburadul, kedengeran banget bass nya kenceng, mungkin karena jaraknya ama DJ Booth dan Speaker-Speaker berisik itu lumayan agak jauh.
Gak ada siapa-siapa disini kayaknya. Dan malam ini, mungkin karena pengaruh alkohol sama suasanya yang mendukung, otak gue lari entah kemana.
Pintu tempat Laura tadi masuk kebuka, dia kayak mau keluar dari sana. Tapi gue cegat.
“Gak ada siapa-siapa disini” bisik gue.
“So?” dia senyum, kok kayaknya udah tau gue mau ngapain?
“Let’s do something naughty”
Gue masuk ke dalam, dan ngunci ruangan itu. Kita berdua, di bawah pengaruh alkohol, langsung cipokan dengan penuh nafsu. Tangan gue udah gak mikir lagi, dia langsung ngegerayangin boobsnya Laura, maksa benda favorit banyak laki-laki itu keluar dari sarangnya.
“Mmmnhhhh...” Dia melenguh pelan, berusaha untuk gak bersuara, tapi kayaknya dia cuek karena area ini sepi.
Ya, gue jadi inget, dulu gue pernah kayak gini di satu tempat. Udah tau lah sama siapa, jangan diungkit-ungkit. Emang ga pernah bener dulu kalo pacaran sama tu orang.
“Jangan lama-lama” bisik Laura, ketika bibirnya berhasil lepas dari bibir gue, dan dia mulai nyingkap crop topnya supaya gue bisa bebas ngeksplor area boobsnya.
Gue ngangguk dan gak pake lama, gue buka celana gue, sambil dibantu Laura. Celana gue udah jatoh sampe ke bawah, dan gak pake lama, gue dengan ganas ngegigitin dan nyiumin puting Laura yang menyembul, setelah dia nyingkap bajunya tadi.
Laura ngebantu gue untuk lebih excited lagi dengan berusaha megang kemaluan gue yang dari tadi udah berdiri. Tangannya masuk ke dalam celana dalam gue, mencoba megang dan ngocokin batang itu dengan gerakan yang amburadul.
Kondisi di dalam booth yang biasa dipake orang buat buang air ini chaos. Gue dan Laura udah gak beraturan.
“Nnn.... Sakit”
“Sorry”
Gue kayaknya ngegigit putingnya agak berlebihan. Dia meringis, sambil tetep ngocokin gue. Karena tangannya keliatan gak enak posisinya, gue ikut mlorotin celana dalam gue. Laura tanpa diminta langsung ngelepas celananya dan nurunin itu celana sekaligus celana dalamnya sampe ke kaki.
Tanpa aba-aba, gue tarik pinggangnya, dan muter badannya, supaya dia ngadep belakang. Dia langsung ngerti, dan bertumpu ke dinding, sambil ngebuka kakinya lebar, lalu dia nungging.
Gue pegang pahanya, dan langsung mencari jalan masuk.
“Sss... Ahh..” Laura meringis saat gue pelan-pelan merayap ke dalam badannya. Butuh waktu yang agak lama untuk masuk, karena mungkin dia belum begitu basah, atau emang posisi berdiri ini yang agak susah. Eh tapi waktu di Spanyol kok gampang-gampang aja kalo kita ngewe berdiri? Ah bodo amat.
“Mmmhh..” Laura ngegigit bibirnya, saat gue mulai bergerak maju mundur, ngegagahin dia. Dia merem dan berusaha gak bersuara, padahal gue cukup liar. Laura malam ini bikin gue sange luar biasa. Mungkin karena dandanannya? Mungkin karena suasananya? Atau mungkin kita berdua aja yang lagi kebawa sama nafsu.
Kita berdua bener-bener udah gak kekontrol. Gue bahkan udah gak mikirin pengaman lagi. Pokoknya langsung hajar.
Gue bisa ngerasain kalau Laura mengerang gak pake suara. Dari ekspresi wajahnya bisa keliatan kalo dia keenakan didominasi kayak gini di tempat umum.
Shit, ekspresi mukanya bikin gue bener-bener nafsu. Muka yang keliatan gak berdosa itu, yang selalu keliatan manis, cewek yang selalu keliatan lovable dan sopan, sekarang lagi ada di Toilet Club, lagi having unprotected sex sama pacarnya.
Pantat Laura ngegoda banget sih buat di spank. Tapi nanti suaranya kedengeran keluar. Ini aja gue gerak cepet gini juga hati-hati biar paha gue dan pahanya ga beradu, biar gak berisik kedengerannya.
“Nngg..” Laura keliatan gak tahan. Gue gak tau dia mau keluar apa engga, tapi gue kayaknya bentar lagi harus udahan. Dalam posisi kayak gini, gue gak bisa nahan lagi. Gue tetep megang pinggangnya, sambil gue gerakin terus adik gue itu di dalam badannya.
Emang sinting, gak pake pengaman, gak pake persiapan, langsung hajar. Gak bisa sering-sering begini, bisa-bisa nanti dia malah hamil duluan.
Wait.
Gue mendadak nyabut kemaluan gue itu dari dalam tubuhnya. Laura udah tau kalo gue mau keluar.
Dan tebak apa yang dia lakuin? Dia bersimpuh di depan gue, dan langsung masukin gue punya barang ke dalam mulutnya. Dia pegang sebentar, dan dia kocok sebentar, lalu...
“Fuck..”
Gue berbisik kecil, karena mendadak gue keluar di dalam mulut Laura. Laura narik penis gue keluar dari dalam mulutnya, dan dia berusaha supaya sperma gue gak tumpah dari mulutnya. Kayaknya dia gak bisa nelen, jadi dia dengan otomatis ngebuang itu ke kloset.
Gila.
“Hehe” tawa kecil Laura, yang mungkin suaranya kelelep di balik dentuman bass. Dia berusaha nyeka mulutnya pake tissue, dan sambil coba ngebenerin baju, dia naik ke atas dan nyium pipi gue pelan.
“I love you” bisiknya.
“I love you too”
--------------------
--------------------
BERSAMBUNG
BAGIAN KETIGA PULUH DELAPAN
I LOVE YOU TOO
--------------------
--------------------
“CHEEERSS!!”
Buset. Kenceng banget. Minuman apa ini?
Rasanya sih gak tajem, tapi begitu dia masuk ke perut, gue jadi agak sedikit tipsy. Gak bisa kayak gini nih. Gue harus tetep kontorl. Eh. Kontol. Salah lagi. Kontrol. Haha.
Selain minumannya kenceng, musiknya juga kenceng.
“Gila-gila-gila” Jihan ngerangkul bahu gue dan Laura. “Pasangan centang biru”
“Hahahah” tawa gue, karena ga tau mau ngomong apa, takut salah ngomong karena otak sama bibir lagi engga begitu singkron.
“Aku gak bakal dicentang biruin deh kayaknya” teriak Laura, nyobain ngalahin suara musik elektronik yang dari tadi berdentum kenceng di tempat ini, tempat kita lagi ngerayain entah apa, bareng sama Tamara dan temen-temen influencernya, di salah satu club yang terkenal katanya di Jakarta Selatan ini. Katanya sih ini tempat punyanya Reggie, jadi malem ini clubnya ditutup untuk umum.
Cuma Tamara and the gank yang boleh masuk. Dan malem ini, gue, Laura, Jihan dan Benny boleh masuk, jadi bagian dari the gank. Karena emang malem ini malem perayaan kelarnya trip Tamara ke Spanyol. Kalo di kepala gue dan Laura sih, ngapain dirayain coba?
Tapi kalo menurut Jihan dan Benny, wah ini justru wajib dirayain dan wajib diikutin. Karena artinya ini alkohol gratis, dan Benny ada kesempatan cuci mata, dan mudah-mudahan ada cewek yang nyangkut ama dia.
“Lo ngomong apa??” Jihan teriak ke kuping Laura, karena tadi dia kayaknya ga bisa denger, musiknya terlalu kenceng.
“Aku gak bakal di centang biruin!”
“Kenapa? Sayang lho? Laki lo aja sekarang centang biru”
“Gak mau aja!”
“Nih buat yang centang biru!!” Benny ngasih ke gue sebotol bir dingin. Gue senyum dan gue langsung tenggak. Bangke. Di dalemnya udah dicampur gin kali ya? Rasanya gue apal banget. Tapi gue gak nolak. Gue tenggak sampe udah setengah botol.
Musik kedengeran makin kenceng, Laura sama Jihan ketawa ketiwi, dalam posisi Jihan ada di tengah gue dan Laura, dan tangan Jihan masih meluk atau ngerangkul pundak gue dan Laura.
Benny sekarang lagi sibuk celingukan, nyoba ngobrol sama siapapun yang mau diajak ngobrol.
Tamara ada di dance floor, dikelilingin sama cewek-cewek yang mungkin temen-temennya, dan Reggie? Reggie ada di meja pojok, cengengesan sambil ngerokok sama temen-temen cowoknya. Beberapa dari cowok itu mukanya familiar. Ya, mereka yang ngegangbang Tamara di video yang gue dan Laura tonton.
Geli rasanya. Kayaknya tar malem bakal ada adegan gangbang antara Tamara dan cowok-cowok itu lagi.
“Gue tinggal ya!” teriak Jihan di kuping gue.
“Mau kemana?”
“Mau cari cowok!”
“Good luck, jangan kegatelan” bales gue, di kuping Jihan.
Jihan pun ngeloyor, ninggalin gue dan Laura yang duduk terbenam di sofa. Laura lantas ngegeser pantatnya, dan nempel di gue. Dia masih minum cairan laknat yang tadi, dari gelas yang belom abis.
“Ini apa ya?” bisik Laura ke gue.
“Ga tau”
“Enak tapi, aku belom pernah minum ini”
“Cocktail apa lah entahlah” bales gue.
“Kalo aku minta lagi ke bartender gapapa kali ya?”
“Mau aku mintain?”
“Boleh”
Gue beranjak. Gue liat Benny lagi ngobrol sama cewek di ujung sana. Jihan lagi ngobrol ama cowok di ujung situ. Pemandangan yang ga asing. Udah biasa sih ini kalo gue hang out sama mereka. Gue jalan ke arah bartender dan ngasih kode buat dia. Kode buat ngisi gelas punya Laura, dengan substansi yang sama kayak tadi.
Gak pake lama, dia bikin itu minuman. Padahal kayaknya gue ga ngomong apa-apa. Yaudah lah, anggap ngerti aja. Setelah bilang makasih gue jalan balik ke arah sofa tempat Laura duduk dengan muka berbinar.
Crop top yang lucu, dengan rambut yang dikuncir ke belakang, bikin Laura malem ini keliatan makin seksi dan ngegemesin. Kayaknya dia lebih cocok jadi anggota girlband NewJeans deh daripada fotografer.
“Ini” gue duduk di samping Laura, dan dia ngegelendot ke tangan gue, nyamber minuman yang ada di tangan. Dan dia langsung minum tanpa ba-bi-bu. Waduh, kita berdua kayaknya agak tipsy ini.
Habis ngabisin minuman yang tadi, mukanya senyum sambil micingin matanya.
“Ini bukan yang tadi”
“Lah, gimana dong?” tanya gue.
“Gapapa tapi, enak kok”
Dia ngegelendot ditangan gue, sementara gue ngelanjutin ngabisin bir gue yang ada di meja, yang udah di spike sama gin di dalamnya. Somehow, karena musik yang hingar bingar, dan pengaruh alkohol, meja tempat gue dan Laura berada kayak terisolir dari lingkungan sekitar.
Semua udah sibuk sama urusannya masing-masing. Tamara masih bergerak dengan fluid di dancefloor. Jihan udah ga jelas kemana, dia dapet mangsa cowok kali, sementara Benny sekarang udah celingukan sendiri lagi. Biasa sih kalo dia, pasti gagal lagi ngobrol ama cewek.
“Mmm... Aku mau ke WC” dia bisik-bisik di telinga gue, tapi rasanya kok geli banget ya.
“Oke” gue bales singkat, sambil ngabisin isi botol yang tersisa.
“Temenin”
“Boleh”
Dia bangkit duluan, narik tangan gue dan gue langsung tanpa perlawanan berarti ngikutin dia ke WC. Seperti layaknya tempat-tempat umum, WC club ini ada di pojokan sana, di tempat yang agak tersembunyi. Ada pintu bar yang misahin antara area WC dan public area.
Gue masuk berdua sama dia ke dalam area itu. Disana sepi. Dia gak pake lama langsung masuk ke dalam satu ruangan yang gak ada orangnya. Musik kedengerannya disini agak amburadul, kedengeran banget bass nya kenceng, mungkin karena jaraknya ama DJ Booth dan Speaker-Speaker berisik itu lumayan agak jauh.
Gak ada siapa-siapa disini kayaknya. Dan malam ini, mungkin karena pengaruh alkohol sama suasanya yang mendukung, otak gue lari entah kemana.
Pintu tempat Laura tadi masuk kebuka, dia kayak mau keluar dari sana. Tapi gue cegat.
“Gak ada siapa-siapa disini” bisik gue.
“So?” dia senyum, kok kayaknya udah tau gue mau ngapain?
“Let’s do something naughty”
Gue masuk ke dalam, dan ngunci ruangan itu. Kita berdua, di bawah pengaruh alkohol, langsung cipokan dengan penuh nafsu. Tangan gue udah gak mikir lagi, dia langsung ngegerayangin boobsnya Laura, maksa benda favorit banyak laki-laki itu keluar dari sarangnya.
“Mmmnhhhh...” Dia melenguh pelan, berusaha untuk gak bersuara, tapi kayaknya dia cuek karena area ini sepi.
Ya, gue jadi inget, dulu gue pernah kayak gini di satu tempat. Udah tau lah sama siapa, jangan diungkit-ungkit. Emang ga pernah bener dulu kalo pacaran sama tu orang.
“Jangan lama-lama” bisik Laura, ketika bibirnya berhasil lepas dari bibir gue, dan dia mulai nyingkap crop topnya supaya gue bisa bebas ngeksplor area boobsnya.
Gue ngangguk dan gak pake lama, gue buka celana gue, sambil dibantu Laura. Celana gue udah jatoh sampe ke bawah, dan gak pake lama, gue dengan ganas ngegigitin dan nyiumin puting Laura yang menyembul, setelah dia nyingkap bajunya tadi.
Laura ngebantu gue untuk lebih excited lagi dengan berusaha megang kemaluan gue yang dari tadi udah berdiri. Tangannya masuk ke dalam celana dalam gue, mencoba megang dan ngocokin batang itu dengan gerakan yang amburadul.
Kondisi di dalam booth yang biasa dipake orang buat buang air ini chaos. Gue dan Laura udah gak beraturan.
“Nnn.... Sakit”
“Sorry”
Gue kayaknya ngegigit putingnya agak berlebihan. Dia meringis, sambil tetep ngocokin gue. Karena tangannya keliatan gak enak posisinya, gue ikut mlorotin celana dalam gue. Laura tanpa diminta langsung ngelepas celananya dan nurunin itu celana sekaligus celana dalamnya sampe ke kaki.
Tanpa aba-aba, gue tarik pinggangnya, dan muter badannya, supaya dia ngadep belakang. Dia langsung ngerti, dan bertumpu ke dinding, sambil ngebuka kakinya lebar, lalu dia nungging.
Gue pegang pahanya, dan langsung mencari jalan masuk.
“Sss... Ahh..” Laura meringis saat gue pelan-pelan merayap ke dalam badannya. Butuh waktu yang agak lama untuk masuk, karena mungkin dia belum begitu basah, atau emang posisi berdiri ini yang agak susah. Eh tapi waktu di Spanyol kok gampang-gampang aja kalo kita ngewe berdiri? Ah bodo amat.
“Mmmhh..” Laura ngegigit bibirnya, saat gue mulai bergerak maju mundur, ngegagahin dia. Dia merem dan berusaha gak bersuara, padahal gue cukup liar. Laura malam ini bikin gue sange luar biasa. Mungkin karena dandanannya? Mungkin karena suasananya? Atau mungkin kita berdua aja yang lagi kebawa sama nafsu.
Kita berdua bener-bener udah gak kekontrol. Gue bahkan udah gak mikirin pengaman lagi. Pokoknya langsung hajar.
Gue bisa ngerasain kalau Laura mengerang gak pake suara. Dari ekspresi wajahnya bisa keliatan kalo dia keenakan didominasi kayak gini di tempat umum.
Shit, ekspresi mukanya bikin gue bener-bener nafsu. Muka yang keliatan gak berdosa itu, yang selalu keliatan manis, cewek yang selalu keliatan lovable dan sopan, sekarang lagi ada di Toilet Club, lagi having unprotected sex sama pacarnya.
Pantat Laura ngegoda banget sih buat di spank. Tapi nanti suaranya kedengeran keluar. Ini aja gue gerak cepet gini juga hati-hati biar paha gue dan pahanya ga beradu, biar gak berisik kedengerannya.
“Nngg..” Laura keliatan gak tahan. Gue gak tau dia mau keluar apa engga, tapi gue kayaknya bentar lagi harus udahan. Dalam posisi kayak gini, gue gak bisa nahan lagi. Gue tetep megang pinggangnya, sambil gue gerakin terus adik gue itu di dalam badannya.
Emang sinting, gak pake pengaman, gak pake persiapan, langsung hajar. Gak bisa sering-sering begini, bisa-bisa nanti dia malah hamil duluan.
Wait.
Gue mendadak nyabut kemaluan gue itu dari dalam tubuhnya. Laura udah tau kalo gue mau keluar.
Dan tebak apa yang dia lakuin? Dia bersimpuh di depan gue, dan langsung masukin gue punya barang ke dalam mulutnya. Dia pegang sebentar, dan dia kocok sebentar, lalu...
“Fuck..”
Gue berbisik kecil, karena mendadak gue keluar di dalam mulut Laura. Laura narik penis gue keluar dari dalam mulutnya, dan dia berusaha supaya sperma gue gak tumpah dari mulutnya. Kayaknya dia gak bisa nelen, jadi dia dengan otomatis ngebuang itu ke kloset.
Gila.
“Hehe” tawa kecil Laura, yang mungkin suaranya kelelep di balik dentuman bass. Dia berusaha nyeka mulutnya pake tissue, dan sambil coba ngebenerin baju, dia naik ke atas dan nyium pipi gue pelan.
“I love you” bisiknya.
“I love you too”
--------------------
--------------------
BERSAMBUNG
ThunderBlade3
Pendekar Semprot
- Daftar
- 16 Apr 2022
- Post
- 1.929
- Like diterima
- 9.359
Makasih apdetannya bro @racebannon
pelisaurus
Pertapa Semprot
- Daftar
- 16 Feb 2016
- Post
- 4.204
- Like diterima
- 17.772
Mantap
Thanks update nya om
Thanks update nya om
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
