Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Makasi apdet nya bro @Otta ...
Part 60


S
etelah mengeringkan badan dengan handuk, aku dan ibuku meninggalkan kamar mandi. Dalam keadaan sama - sama telanjang bulat.

“Sekarang kamu sudah puas, karena sudah menggauli ibu ?” tanya Ibu sambil merebahkan diri di atas bed.

“Belum puas Bu. Kan aku belum ngecrot, “ sahutku sambil mengusap - usap memek Ibu.

“Oh, iya ya ... tapi ibu mah udah lepas tadi. “

“Kan ada yang disebut multi orgasme. Bisa berkali - kali orgasme, “ sahutku sambil meletakkan moncong kontolku di mulut memek Ibu yang ternyata masih basah. Mungkin karena baru mengalami orgasme di kamar mandi tadi.

“Kenapa ini harus terjadi ya Sep ?” tanya Ibu dengan pandangan tertuju ke langit - langit kamar utama.

“Karena kita terlalu lama berpisah. Ibu menghilang pada saat aku masih usia TK. Ketemu lagi setelah aku dewasa, Ibu pun sudah berubah sekali, dari wanita kurus kering jadi wanita yang cantik sekaligus seksi ini. Mungkin sama dengan legenda Sangkuriang yang sejak kecil sudah merantau, lalu setelah dewasa berjumpa lagi dengan Dayang Sumbi yang awet muda. Sehingga Sangkuriang tidak percaya kalau Dayang Sumbi itu ibunya sendiri, “ sahutku sambil membenamkan kontolku ke dalam liang memek Ibu yang luar biasa lezatnya ini.

“Sangkuriang kan gak sampai wikwik sama Dayang Sumbi.... Ooo ... oooo ... oooooh ... sudah masuk lagi Seeeep .... “

“Kalau diibaratkan makanan, memek Ibu ini gurih dan terasa asam garamnya. Memek Ibu memang paling enak di antara memek - memek yang pernah kunikmati. “

“Kontol kamu juga luar biasa panjangnya. Makanya pasti banyak cewek yang ketagihan kalau udah merasakan bedanya dengan kontol cowok lain. “

“Jadi Ibu gak menyesal karena sudah ena-ena denganku ?”tanyaku sambil mulai mengayun kontolku. Bermaju mundur di dalam liang memek Ibu pelan - pelan dulu.

“Menyesal sih nggak. Karena ibu juga masih membutuhkan sentuhan lelaki. Cuma heran aja, kenapa semuanya ini bisa terjadi. Dan kalau tau bakal jadi begini, ibu takkan membiarkan Dadang nidurin ibu. “

“Santai aja Ibu sayaaang ... aku lagi ingin menghayati nikmatnya memek Ibu ... benar - benar luar biasa enaknya ... uuuugh ... uuuugh ... “ sahutku sambil mempercerpat entotanku.

“Semua memek juga pasti enak rasanya, “ Ibu masih bicara juga.

“Tapi ... uuuugh ... memek Ibu paling enak dari semua memek yang pernah kucobain. “

Ibu cuma tersenyum. Lalu menciumi pipiku.

Sementara aku mulai memperlakukan Ibu sebagaimana biasanya kuperlakukan kepada wanita - wanita lain. Bahwa ketika entotanku semakin gencar, aku mulai menjilati leher jenjang Ibu, disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Sementgara tanganku mulai meremas - remas toket gedenya yang belum gembyor, bahkan lagi enak - enaknya buat kuremas.

Ibu pun tak mau kalah. Ibu mulai menggeol - geolkan pantatnya dengan sangat lincahnya. Memutar - mutar dan meliuk - liuk seolah sedang membentuk angka delapan. Sehingga kontolku terasa diombang ambing ke kanan, ke kiri, ke atas dan ke bawah. Namun aku tetap melancarkan entotanku tanpa berhenti di tengah jalan.

Bahkan pada suatu saat mulutku menyeruduk ke ketiak Ibu yang sudah keringatan dan harum deodoran. Lalu kujilati dan kusedot - sedot ketiak Ibu sekuatnya. Sehingga Ibu mulai “oleng”. Geolannya terkadang berubah menjadi geliatan tak terkendalikan. Bahkan pada suatu saat Ibu mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat, dengan nafas tertahan. Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai menabrak dasar liang memek Ibu. Lalu kurasakan sesuatu yang indah itu, bahwa liang memek Ibu mengedut - ngedut kencang, disusul dengan gerakan yang seolah ingin memuntahkan kontolku dari dalam liang memeknya. Namun tentu saja kupertahan sekuatnya.

“Aaaaaaaaaaaahhhhhh .... “ nafas Ibu dilepaskan kembali. Lalu Ibu terkulai lunglai. Membuatku kasihan dan semakin sayang padanya.

“Nanti aku harus melepaskan di mana Bu ?” tanyaku sebelum menggerakkan kembali kontolku.

“Di dalam aja Sayang, “ sahut Ibu, “aman kok ... ibu takkan hamil lagi. “

“Ibu sudah disterilkan ?” tanyaku.

“Nggak. Cuma dipasangi alat KB. Karena sejak melahirkan kamu, ibu gak mau hamil dan melahirkan lagi. Anak ibu sudah cukup dua orang. Jenis kelaminnya pun lengkap. Cowok ada cewek ada. “

“Iiiii ... iyaaaa Buuuu .... “ sahutku tak kuasa lagi menahan ejakulasiku yang sejak tadi kutahan - tahan.

Lalu kontolku mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Cretttt ... crooooooooooottttt ... cretcretttttt .... crooooooooooooooottt ... crooooooooottttt ... crooooooooooooooooooooooottttttt .... !

Ketika menyadari aku sedang ejakulasi, Ibu mendekapku erat - erat. Sambil memperhatikan wajahku yang sedang menyeringai dan meringis.

Sebenarnya aku masih bisa menahannya, agar durasi ngentotku lebih lama lagi. Tapi aku tidak tega membiarkan ibu tersiksa. Barangkali dua kali orgasme sudah cukup baginya.



Tiga hari tiga malam aku bersama Ibu “istirahat” di villaku.

Bisa dibayangkan apa saja yang terjadi selama berada di villa hadiah dari Tante Sharon itu.

Pernah aku mengemukakan niatku untuk mengundang Danke dan ibunya ke villaku. Biar bisa foursome, aku main dengan Tante Pia, Danke dengan Ibu. Lalu mungkin saja nanti tukaran partner, aku dengan Ibu, Danke dengan ibunya.

Tapi Ibu menolak, “Jangan ah ... rahasia kita cukup kita berdua saja yang tahu. Kalau kamu mau nidurin ibunya Dadang, silakan saja. Tapi jangan bawa - bawa ibu. “

Kurasa Ibu benar. Rahasia kami, cukup kami berdua saja yang tahu. Keluarga dekat pun jangan sampai tahu. Apalagi orang luar.

Dalam perjalanan menuju rumah Ibu, aku masih sempat bertanya, “Sekarang apa saja yang Ibu inginkan dan belum tercapai ?”

“Ibu sih cuma ingin punya usaha sendiri. Jangan cuma menadahkan tangan padamu Sep, “ sahut Ibu.

“Ibu pengen usaha dalam bidang apa ? “ tanyaku.

“Apa aja. Asal jangan usaha yang terlalu sibuk, “ sahutnya.

“Bagaimana kalau buka usaha toko pakaian ? Istilah di sini factory outlet. Disingkat FO. Ibu cukup duduk mengawasi. Yang kerja kan pegawai nantinya. “

“Mau Sep ... mauuuu ... “

“Iya. Nanti kita lihat tokonya yang baru selesai dibangun. “

“Sudah ada tokonya ?”

“Sudah, “ aku mengangguk, “Letaknya cukup strategis. Mudah - mudahan aja Ibu bisa mengelolanya. “

Lalu aku menujukan sedan baruku menuju bangunan untuk FO yang baru selesai seminggu yang lalu itu. Memang aku belum punya calon untuk mengelola FO itu. Maka keinginan Ibu itu kusambut dengan hati senang. Kapan lagi aku mau menyenangkan hati ibuku kalau bukan sekarang, pada saat aku sedang lumayan mapan ini.

“Aduuuh ... tokonya keren banget Seeep ... !” seru Ibu setelah turun dari mobil di pelataran parkir FO itu.

Apalagi setelah berada di bangunan 2 lantai yang ukurannya lebih besar daripada FO yang dipegang oleh Mama Lanny. Karena lahannya memang cukup luas, sehingga aku leluasa membangunnya. Bahkan lahan untuk parkir pun cukup luas, sehingga konsumen takkan sulit mencari tempat parkir lagi kelak.

“Waduuuuuh ... kalau tempatnya seluas ini, modalnya pun harus banyak Sep, “ kata Ibu kelihatan bingung setelah melihat - lihat keadaan di dalam, termasuk keadaan di lantai dua.

“Soal itu sih jangan takut , “ sahutku, “Nanti Tante Sharon akan menyuplai segala yang bisa dijual di sini. Pokoknya, begitu pembukaan, FO ini akan penuh dengan barang yang layak untuk dijual di sini. “

“Oh, jadi pakai sistim konsinyasi gitu ?” tanya Ibu.

“Iya. Nanti Ibu hanya diwajibkan membayar barang yang sudah laku terjual saja. “

“Wah enak dong. Jadi kita gak usah keluar modal lagi. “

“Iya. Yang penting kita harus jujur dan disiplin. Setiap mentransfer dana ke rekening perusahaan Tante Sharon, jumlahnya harus sesuai dengan jumlah barang yang sudah terjual. Jangan sampai ada tunggakan. Karena kalau kita dinilai kurang jujur, Tante Sharon akan menyetop pengiriman barang. “

“Iya. Dalam bidang usaha sih kejujuran dan kedisiplinan itu paling penting, “ kata Ibu dengan nada serius.

“Soal ini itunya nanti kita bicarakan dengan tenang. Yang penting Ibu siapkan mental dan fisik saja dulu. Karena usaha di sini bukan main - main lagi. Pakaian yang akan dijual pun bukan pakaian murahan. Semuanya diperuntukkan bagi orang yang dompetnya tebal, “ kataku.

“Nyari pegawai bagaimana ?”

“Gampang itu sih. Tinggal pasang iklan, nanti berduyun - duyun pelamar kerja berdatangan. Nanti aku yang akan mewawancarai mereka. Pokoknya aku yang akan menyaringnya. Karena kita hanya butuh sepuluh sampai duapuluh pegawai saja. “

“Iya, atur - atur aja Sep. Pokoknya ibu siap untuk ditempatkan di sini. Hihihiii ... akhirnya anak ibu sendiri yang membuka jalan usaha yang sudah lama diidam - idamkan. “

Dalam perjalanan menuju rumah Ibu, aku mewanti - wanti agar Ibu bersikap dan berperilaku profesional setelah toko itu dibuka kelak. Ibu cuma mengiyakan saja.

“Nanti kalau ada kekurangan apa - apa, Ibu jangan segan minta padaku ya, “ kataku.

“Kekurangan apa Sep ? Transfer dari Asep bertubi - tubi datangnya. Dipakai makan setahun pun takkan habis, “ sahut Ibu.

Setelah mengantarkan Ibu ke rumahnya, aku pun langsung pamitan, karena sudah 3 hari aku tidak pulang ke hotelku.

Tapi anehnya, belakangan ini aku ingat Anggraeni terus. Sehingga akhirnya aku mengubah arah mobil baruku, jadi menuju rumah Anggraeni.

Memang setelah kunilai -nilai selama ini, Anggraeni itu punya sifat tenang dalam menghadapi apa pun. Bahkan ketika aku membuka rahasia yang paling krusial, bahwa aku sering berhubungan seksual dengan ibunya, Anggraeni hanya tersenyum manis. Lalu berkata, “Soal itu sih aku udah tau Kang. Dan aku malah senang karena secara tidak langsung bisa membahagiakan Mama. “

Karena itu setiap kali aku berkunjung ke rumah Anggraeni, aku bebas melakukan apa pun. Bebas melakukan hubungan seks dengan Anggraeni mau pun dengan ibunya yang belakangan kupanggil Mama Ida. Karena aku sudah terang - terangan akan menikahi putrinya.

Itulah yang sangat menyenangkan bagiku. Karena kalau aku begitu datang masuk ke dalam kamar Anggraeni, maka Mama Ida takkan berani mengganggu. Dan kalau aku langsung masuk ke dalam kamar Mama Ida, giliran Anggraeni yang tidak berani mengganggu, karena Anggraeni tahu bahwa aku sedang memuasi nafsu birahi ibunya. Demikian pula sebaliknya, kalau aku sedang berada di dalam kamar Anggraeni, Mama Ida tak berani mengganggu, karena sudah memaklumi apa yang sedang terjadi antara aku dan puterinya.

Itulah sebabnya aku merasa hubunganku dengan Anggraeni harus dilanjutkan ke jenjang pernikahan yang diakui oleh negara. Sehingga paling tidak, seminggu sekali aku suka menyempatkan diri “apel” ke rumah Anggraeni.

Satu - satunya yang tak pernah kulakukan adalah menyetubuhi mereka dalam waktu yang sama alias threesome FFM. Karena Mama Ida tidak mau threesome, Anggraeni pun sama, tidak mau.

Tapi terkadang aku suka menyetubuhi mereka dalam hari yang sama. Hanya saja aku melakukannya secara rolling. Setelah puas di kamar Anggraeni, aku masuk ke kamar Mama Ida. Untuk menyetubuhinya juga. Tentu saja hal ini kulakukan kalau aku tidak sedang menyiapkan stamina untuk meladeni wanita yang sudah membookingku lewat Mamih.



Anggraeni menyambut kedatanganku di ambang pintu depan, dengan senyum manisnya yang senantiasa meluluhkan hatiku.

“Wow ... sudah ada mobil baru lagi Kang ?” tanyanya.

Aku cuma mengangguk dengan senyum juga. Lalu mengecup bibir Anggraeni di ambang pintu. Dan langsung masuk ke dalam kamar Anggraeni.

Lalu aku duduk di sofa kamar Anggraeni.

Setelah menutupkan kembali pintu kamarnya, Anggraeni duduk di samping kiriku. Dan langsung berkata, “Teh Mayang tinggal di sini. Gak apa apa ?”

“Kakakmu yang tinggal di Jakarta itu ?”

“Iya., “ sahut Anggraeni, “Dia mau nyari kerja di sini aja katanya. “

“Lalu pekerjaannya yang di Jakarta gimana ?”

“Udah resign. Udah gak tahan sama ibu bossnya yang luar biasa bawelnya. “

“Terus dia tinggal di rumah ini ?”

“Iya. Sejak seminggu yang lalu dia tinggal di sini. Kalau untuk menetap permanen, tentu saja aku harus minta ijin sama Kang Asep dulu. “

“Terus sekarang di mana tidurnya ?”

“Di kamar yang paling belakang itu. “

“Kamar yang paling belakang itu kan kecil sekali. Karena tadinya juga disediakan untuk pembantu, “ kataku.

“Biar ajalah. Teh Mayang nyaman - nyaman aja kok. Buat dia, asal ada tempat tidur dan bisa menyimpan koper pakaiannya aja, “ kata Anggraeni.

“Mau lama dia tinggal di sini ?” tanyaku

“Gak tau. Mungkin kalau sudah dapet kerja dia akan nyari kos - kosan yang dekat dengan tempat kerjanya, “ sahut Anggraeni, “Kang Asep bisa nyariin kerja buat dia ?”

“Ijazah terakhirnya dari mana ?” aku balik bertanya.

“Dia tamatan akademi parawisata dan perhotelan. “

“Usianya berapa tahun ?”

“Dia dua tahun lebih tua dariku. Jadi sekarang usianya duapuluhsatu tahun. “

“Mana dia sekarang ?” tanyaku.

“Ada di dapur. Mau disuruh ke sini ?” tanya Anggraeni.

“Ya kenalan aja dulu sambil wawancara. Siapa tau ada kerjaan yang cocok untuknya. “

“Iya Kang, kalau bisa sih tolongin dia. Karena kalau diam di sini tanpa kerjaan, bakal musingin Mama juga. Aku panggil dia dulu ya Akang Sayang ... “ Anggraeni mengecup bibirku, lalu bangkit berdiri dan melangkah ke luar kamar.

Tak lama kemudian Anggraeni kembali lagi ke dalam kamar, sementara di belakangnya ada seorang cewek bertubuh tinggi “besar” mengenakan celana jeans pendek yang robek - robek (yang disengaja darei pabriknya), sementara atasannya mengenakan baju kaus berwarna biru tua polos yang ketat, sehingga seolah mencetak sepasang toket gedenya.

“Ini Teh Mayang Kang, “ kata Anggraeni sambil mempersilakan kakaknya maju ke depan.

Aku pun berdiri untuk berjabatan tangan dengan Mayang, sambil menyebutkan nama masing - masing.

Karena hanya ada 1 sofa di dalam kamar Anggraeni ini, maka Anggraeni mempersilakan Mayang duduk di sampingku. Sementara Anggraeni sendiri duduk di kursi yang berhadapan dengan meja tulisnya.

Sebenarnya hatiku masih merassa kaget, karena bentuk body Anggraeni jauh beda dengan kakaknya ini. Anggraeni bertubuh tinggi langsing, sementara Mayang ini berperawakan tinggi gede. Dari luar baju kaus biru tuanya saja aku bisa membayangkan betapa gedenya sepasang toket Mayang itu. Dan pada waktu mau duduk sesofa denganku, bokong gedenya pun sudah bisa kubayangkan dari luar celana pendek jeans yang sengaja dirobek - robek itu. Seolah memamerkan kulit.

“Aku harus nyebut apa ya ? Kalau nyebut Kang Asep ... kan aku lebih tua. Sebut Dek Asep aja kali ya. Karena calon suami adikku, “ kata Mayang.

“Sebut namaku aja, gak usah pakai Dek, “ sahutku.

Anggraeni ikut bicara, “Di kantor namanya Yosef. Bukan Asep. “

“Ohya ?! “ Mayang seperti meminta klarifikasi padaku.

Maka sahutku, “Di hotelku banyak karyawan yang namanya Asep. Supaya tidak tertukar, kuperkenalkan saja namaku sebagai Yosef. “

Mayang mengangguk - angguk sambil bergumam, “Oke ... Yosef ... “

“Mau dibikinin kopi pahit Kang ?” tanya Anggraeni sambil berdiri.

“Boleh, “ aku mengangguk, “Yang kental kopinya ya. “

Anggraeni mengiyakan, lalu keluar dari kamar.

Jujur ... melihat cara duduk Mayang yang melipat lututnya di atas sofa, membuatku gemes. Ingin merayapi paha putih mulus yang terpamerkan itu.

Mumpung gak Anggraeni, aku mengusap betisnya sambil bertanya, ‘Di Jakarta kerja sebagai apa ?”

“Kerja serabutan di sebuah restoran besar, “ sahutnya sambil tersenyum. Padahal aku sedang mengusap - usap pahanya yang tidak tertutupi celana pendek jeansnya.

“Kalau kerja di hotelku, inginnya ditempatkan di bagian apa ?” tanyaku lagi.

Mayang menjawab setengah berbisik, “Kalau bisa sih bawa aku ke hotel Yosef. Tapi kalau bisa, Eni. Bilang aja apa gitu. “

Aku tidak mau menilai jiwa Mayang. Tapi dari cara menatap dan tersenyumnya pun aku sudah bisa menduga, bahwa Mayang langsung kesengsem olehku.

Lalu kenapa Mayang ingin kubawa ke hotelku ?

Maka aku bertanya dengan setengah berbisik pula, “Mau ngapain di hotelku nanti ?”

“Terserah Yosef, mau diapain juga aku siap, “ sahutnya sambil mencubit tanganku yang sedang merayapi pahanya.

Terdengar bunyi langkah Anggraeni mendekat. Aku pun cepat menjauhkan tanganku dari paha Mayang.

Mayang melihat Anggraeni datang lagi dengan secangkir kopi panas, langsung berdiri sambil berkata kepada adiknya, “Aku diajak melihat - lihat jenis pekerjaan apa di hotel Yosef. Mudah - mudahan ada yang cocok denganku. Aku mau ganti baju dulu ya. “

“Iya Teh, “ Anggraeni mengangguk sambil tersenyum. Lalu meletakkan secangkir kopi itu di meja kecil depan sofa yang kududuki.

Lalu Anggraeni duduk di sampingku lagi sambil berkata, “Titip Teh Mayang ya Kang. Mudah - mudahan ada job yang cocok dengannya. “

“Iya. Pasti ada yang bisa dikerjakannya. Kalau dia gak cocok kerja di hotel, kan bisa kutempatkan di pabrik garmentku, “ sahutku sambil membelai rambut Anggraeni yang tergerai lepas. Seolah sedang memperlihatkan kasih sayangku padanya. Padahal otak ngeresku sedang berpikir, seperti apa tubuh Mayang kalau sudah ditelanjangi ya ? Bahkan lebih ngeres lagi, benakku berpikir ... “apem” Mayang kayak apa ya ?

Beberapa saat kemudian Mayang muncul lagi, mengenakan gaun span abu - abu polos sudah bermake up tipis pula. Wow, dia semakin cantik saja kelihatannya. Makin seksi juga, karena gaunnya lumayan ketat, menggambarkan tubuh seksinya pula.

Ketika aku mau membawa Mayang di mobilku, Anggraeni tampak tulus melepaskanku bersama kakaknya. Mama Ida pun ikut mengantarku sampai dekat mobilku sambil berkata kepada Mayang, “Mudah - mudahan Yosef bisa menempatkanmu May. “

Mayang cuma mengangguk - angguk dengan senyum ceria. Lalu masuk ke dalam mobil deep brownku.

“Wah ... teralami juga naik mobil terpopuler di kalangan orang tajir sedunia ini, “ ucap Mayang sambil mengusap - usap dashboard mobil baruku.

Aku cuma tersenyum di belakang setir yang sedang kukemudikan.

“Yosef percaya cinta pada pada pandangan pertama ?” tanya Mayang tiba - tiba.

“Percaya, “ aku mengangguk, “Emangnya kenapa ?”

“Jujur aja ya ... begitu melihat Yosef di kamar Eni tadi, aku langsung jatuh hati sama Yosef. “

“Berarti nyambung, “ sahutku, “Aku juga punya perasaan seperti itu. “

Mayang bertepuk tangan dua kali sambil berseru, “Asyiiiik ... kalau gitu gak usah ada sandiwara lagi di antara kita ... !”

“Di Jakarta punya pacar gak ?”

“Boro - boro pacaran. Dari pagi sampai larut malam sibuk di kitchen terus. “

“Tapi pacaran sih pernah kan ?”

“Pernah sih. Tapi sekadar pacaran ... mmm ... cinta monyet. “

“Udah diapain aja sama pacarnya ?”

“Namanya juga cinta monyet. Paling jauh cipika - cipiki. “

“Berarti sekarang masih virgin ?”

“Iya dong. “

“Tapi sekarang gak jomblo lagi ya. “

“Mmmm ... hihihiiii ... iyaaa ... kan bakal punya Yosef. “

“Terus kita mau ke mana dulu sekarang ? Mau bicarakan masalah pekerjaan atau pacaran dulu ?”

“Kan tadi juga aku udah langsung ngomong di kamar Eni. Terserah Yosef, mau diapain juga aku siap. “

“Kalau diuji virginity siap ?” tanyaku nekad.

“Langsung hari ini ujiannya ?” Mayang balik bertanya.

“Kalau iya bagaimana ?”

“Asal jelas aja kelanjutannya gak apa - apa. “

“Masalah pekerjaan ? “

“Iya ... masalah pekerjaan dan status pribadiku nanti. “

“Status pribadi ?”

“Iya. Setelah ujian pembuktian virginity, selanjutnya gimana gitu. Apakah aku akan dijadikan yang kedua setelah Eni atau gimana ... “

“Eni pernah bilang kalau aku akan menjadikannya istri keempat ?”

“Iya, pernah, “ sahut Mayang sambil mengangguk.

“Jadi kalau untuk dijadikan istri, sudah maksimal. Tapi tanpa status istriku pun aku akan bersikap adil. Kalau Eni kuberikan sesuatu, maka aku pun akan memberikan sesuatu pula buat Teh Mayang. “

Mayang mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku sambil berbisik, “Jangan panggil Teteh dong sama aku. Panggil nama aja langsung. “

Lalu ... Mayang mengecup pipi kiriku. Disusul dengan bisikan lagi, “Yosef bikin gemes. “

Setibanya di hotelku, sedan baruku diparkir berdampingan dengan sedan hitamku. Mungkin pada suatu saat kedua mobilku ini harus disimpan di garasi rumahku yang kubeli dari Bu Lia kemudian sudah selesai menjadi rumah 3 lantai dan cukup besar itu.

Begitu turun dari mobil, Mayang memperhatikan hotel baruku yang sudah selesai itu. Tinggal kelistrikannya saja yang sedang dipasang di sana - sini.

“Aku ingin bekerja di hotel aja Yos, “ ucap Mayang sambil memegang tanganku, “Hotelnya megah dan sangat menggiurkan. “

Sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggang Mayang, aku berkata perlahan, “Mayang juga sangat menggiurkan. “

Mayang tersipu - sipu dengan mata mengerling manja. Membuatku tambah gregetan.

Lalu kubuka pintu kamar pribadiku. Dan mengajak Mayang masuk ke dalamnya.

“Ini kamar yang tidak bernomor. Tidak disewakan. Karena kamar ini kamar pribadiku. “

“Pantesan besar sekali kamarnya. Jadi aku akan dieksekusi di situ ?” tanya Mayang sambil menunjuk ke arah bed.

“Iya, “ sahutku, “Tapi Mayang harus tahu dulu, bahwa kamar ini berdampingan dengan ruang kerjaku dan ruang tamu owner hotel ini. “

Kubuka pintu menuju ruang kerjaku. Lalu menuntun Mayang menuju ruang kerjaku. Dari situ kuajak Mayang duduk di ruang tamu owner hotel.

“Pacaran mah di sini juga aman dan nyaman, “ kataku sambil menarik tangan Mayang untuk duduk di sampingku. Tapi Mayang malah duduk di atas sepasang pahaku. Sehingga aku pun menyambutnya dengan dekapan di pinggangnya.

“Memang Mayang sudah siap untuk menjadi milikku ?” tanyaku.

“Dimiliki oleh cowok setampan dan sesukses Yosef sih siap banget. Asal jangan habis manis sepah dibuang aja, “ sahut Mayang sambil mengangsurkan bibirnya ke dekat bibirku.

Tentu saja kesempatan ini takkan kusia - siakan. Kupagut bibir Mayang ke dalam ciuman lengketku, yang dilanjutkan dengan saling lumat dengan hangatnya.

Beginilah perjalanan kehidupanku. Selalu mendapatkan cewek dengan mudahnya. Makanya heran kalau melihat orang lain yang selalu menemui kesulitan pada waktu ingin mendapatkan cewek yang didambakannya.

Bahkan ketika sedang saling lumat ini, tanganku mulai merayapi paha Mayang. Lalu kuselundupkan tanganku ke balik span dressnya. Dengan mudahnya tanganku menjamah pangkal pahanya. Bahkan mudah pula menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Sehingga dengan mudah pula aku menjamah kemaluan Mayang yang bersih dari bulu memek ini.

Menurut pengakuannya, Mayang ini masih perawan (masih perlu kubuktikan). Sehingga aku tidak berani menyelusupkan jadiku ke celah memeknya. Aku hanya berani mengelus - elus kelentitnya yang terasa sudah tegang.

“Mayang benar masih perawan ?” tanyaku.

“Ya iyalah. Aku takkan sembarangan memberikan kesucianku pada cowok yang belum jelas masa depannya. Oooooh ... Yosss ... ini geli sekali ... tapi enak Yosss ... “ Mayang memelukku erat - erat, karena aku mulai gencar mengelus - elus itilnya yang sudah tegang ini.

“Kalau benar - benar masih perawan, aku harus menjilati memek Mayang sampai basah kuyup. Untuk memudahkan penisku memasuki memek Mayang nanti, “ kataku sambil menghentikan elusan ujung jariku pada kelentit kakaknya Anggraeni ini.

Mayang malah mencium bibirku dengan mesranya. Lalu terdengar suara perlahan dan bergetar, “Lakukanlah apa yang seharusnya dilakukan. Tapi bagaimana kalau nanti ada yang nyelonong masuk ke sini ?”

“Takkan ada yang berani masuk ke ruang tamu big boss. Kecuali yang kepengen dipecat, “ sahutku sambil mendudukkan Mayang di sofa.

Mayang pun ngerti sendiri. Ia melepaskan celana dalamnya, lalu menyingkapkan gaun spannya sampai ke perutnya, sehingga memek tembemnya tampak jelas di mataku.

Tadinya aku ingin langsung menjilati memek Mayang. Tapi tiba - tiba aku berubah pikiran. Jadi ingin melakukannya di kamar pribadiku. Selain daripada itu, lampu senter kecilku ada di kamar pribadiku. Lampu senter untuk menyorot memek Mayang nanti, supaya yakin perawan tidaknya kakaknya Anggraeni itu.

“Ayo di kamarku aja. Biar Mayang lebih tenang, “ ajakku sambil meraih pergelangan tangannya dan menuntunnya ke dalam kamar pribadiku.

Mayang menurut saja. Mengikuti langkahku dengan senyum di bibir sensualnya.

Di dalam kamar pribadiku, Mayang tidak kuajak ke atas bed. Melainkan kuminta dia merebahkan diri di atas meja makan yang terbuat dari kayu jati kokoh itu.

“Kenapa harus di atas meja ?” tanyanya sambil naik juga ke atas meja makan.

“Biar mengesankan. Karena ini pengalaman pertama bagimu kan ?”

“Iya. Ciuman bibir aja baru pertama kalinya tadi, “ sahutnya.

Aku menanggalkan pakaianku sehelai demi sehelai. Hanya celana dalam yang masih kubiarkan melekat di badanku. Menurut para pakar seksuologi, sebelum bersanggama, sebaiknya cowok itu jangan langsung telanjang. Lebih seksi kalau mengenakan celana dalam.

“Mayang telanjang dong, “ ucapku ketika kulihat Mayang masih mengenakan gaun span abu - abunya.

“Harus telanjang ?” tanyanya.

“Ya iyalah. Biar lebih seru. “

“Mmmm ... oke deh. Demi Yosef tercinta, aku ikut aja, “ kata Mayang sambil melepaskan gaunnya. Disusul dengan pelepasan behanya. Sementara celana dalamnya mungkin ketinggalan di ruang tamu tadi. Tapi biarlah, itu masalah kecil, gak usah dipikirin.

“Wow ... tubuhmu memang indah dan sangat menggiurkan Yang, “ aku berdiri di dekat meja makan, sambil mengusap - usap sepasang toket gede Mayang, perut kempisnya dan bokong semoknya juga karena ia masihg rebah miring.

“Iya ... panggil Yang aja. Jangan panggil May seperti mamaku, “ sahutnya.

“Emangnya kenapa ?”

“Kalau manggil Yang, kan seolah memanggil Sayang atau Ayang. Hihiiiiihiii ... “

Mayang menurut saja ketika kuminta celentang, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai. Sementara bokong semoknya berada di bagian pinggir meja.

Aku pun menarik sebuah kursi untuk duduk menghadapi memek tembem itu.

Sambil duduk di kursi, di antara kedua kaki Mayang yang terjuntai ke lantai. Lalu kungangakan mulut memek Mayang selebar mungkin, sambil menggigit lampu senter kecil yang sudah kunyalakan.

“Iiih ... pake lampu senter segala ?!” cetus Mayang ketika aku serius memperhatikan keadaan di dalam celah menuju liang memek gadis bertubuh aduhai itu. Aku tidak menjawabnya, karena masih menggigit lampu senter kecilku.

Memang masih terkatup rapat celah memek Mayang itu.

Maka kuletakkan lampu senter kecilku di meja sambil berkata, “Barusan cuma memeriksa hymen Mayang. “

“Hymen itu selaput dara ya ?” tanyanya.

“Iya, “ sahutku.

“Masih ada kan ?” tanyanya.

“Aku bukan dokter. Tapi semoga aja masih ada, “ sahutku sambil mengusap - usap memek tembem Mayang. Menepuk - nepuknya juga sejenak. Lalu mulailah mulutku beraksi, untuk menjilati memek kakaknya Anggraeni itu.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd