Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Ada nanti hu. Asep dan Dadang tukaran catatan pribadi.
Di catatan pribadi Dadang itulah ada kisahnya dengan

Tante Mala (ibunya Asep).
Tolong fokus Asep, masih banyak gadis dan janda yang perlu merasakan ular di bawah pusarmu:mami::mami::mami:
 
Terlambat baca updatenya. Terima kasih suhu @Otta
Semoga suhu tetap sehat dan updatenya lancar terus
 
Part 59




W
anita muda bernama Regina itu sangat mengesankan bagiku. Dia tampak sangat menikmati semua perlakuanku padanya. Ketika moncong kontolku sedang menyundul dasar liang memeknya, ia selalu menanggapinya dengan pekikan ...aaaaw ... ! Tapi bibir sensualnya selalu menyhunggingkan senyum, lengkap dengan kedua kempot (lesung pipit) di sepasang pipinya.

Ketika aku menjilati lehernya yang sudah keringatan, ia bahkan berkata terengah, “Sekalian cupangin dong leherku ... ayooo ... cupangin ... “

“Nanti ada bekasnya, gak dimarahin sama suami Mbak ?” tanyaku sambil menghentikan entotanku sejenak.

“Itu sih urusanku. Sekarang kita urus masalah kita berdua aja. Aku senang digigit - gigit begitu, makanya aku minta dicupangin. Ayo dong Yos Sayang ... cupangin leherku sebanyak mungkin. “

Akhirnya kukabulkan juga keinginan Mbak Gina itu. Tetap mengentotnya sambil menyedot - nyedot lehernya sekuat mungkin.

Mungkin Mbak Gina sangat menikmati aksi mencupangi lehernya itu. Karena ia jadi sering mengejang, menggeliat dan memejamkan matanya, diiringi desah nafasnya yang semakin memburu, “Hhhhhhhhhheeeehhhhhh .... hhhhhhhaaaaaaaaaaahhhhhh ... hhhhhhhheeeeeehhhhhh .... haaaaaaaaaaahhhhhhhhh .... hhhhhhhheeeeehhhhhhhh ... hhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh .... “

Bahkan pada suatu saat Mbak Gina berkelojotan sambil bersuara panik, “Ooooohhhhhh .... Yoooossssssss ... aku ... udah mau lepasssss ... ka ... kalau bisa barengin Yossssss ... barengin yaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaa .... “

Suaranya terhenti, karena ia sedang menahan nafasnya. Aku sendiri sebenarnya sedang menahan detik - detik krusialku, dengan kata lain sudah dekat - dekat ngecrot. Hanya saja aku berusaha menahannya dengan caraku sendiri. Namun mendengar ajakan Mbak Gina untuk mencapai puncak kenikmatan secara berbarengan, aku pun spontan teringat pesan Bu Haryani. Bahwa aku jangan menahan - nahan ejakulasiku. Karena yang terpenting bagi Mbak Gina adalah semprotan sperma segarku, untuk membuahi telurnya (kalau telurnya sedang muncul di dalam rahimnya).

Maka dengan gencar kugenjot kontolku yang sedang maju mundur di dalam liang memek Mbak Gina yang super legit itu.

Lalu ... ketika sekujur tubuh Mbak Gina mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai menyundul dasar liang memek Mbak Gina.

Pada saat itulah terasa liang memek wanita muda yang hitam manis itu mengedut - ngedut, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Cretttttttt .... crooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooootttttttt ... crettttttttttttt ... crooooooooooooooooooooooottttt ... cretttt ... croooooooooooooooooooooooootttt ... !

Lalu aku terkapar lunglai dalam pelukan Mak Regina. Dengan tubuh sama - sama bermandikan keringat.



Setelah bersih - bersih, Mbak Gina mengenakan kembali busananya. “Aku memang tidak membutuhkan seks yang abis - abisan. Yang penting aku membutuhkan sperma Yosef, untuk membuahi sel telurku, “ katanya sambil tersenyum.

Lalu Mbak Gina berkata lagi, “ Nanti kalau mau ketemuan lagi, langsung ke villaku aja ya. Alamatnya kan udah kukasih tadi. Mudah - mudahan Yosef berhasil menghamiliku. Kalau anaknya cowok, pasti setampan ayahnya. “

Kemudian Mbak Gina berbisik di dekat telingaku, “Begitu dokter manyatakan aku positif hamil, spontan aku akan menghadiahimu sedan sport persis seperti punyaku itu. Mungkin hanya warnanya yang berbeda. “

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.



Bu Haryani terheran - heran ketika Mbak Gina pamitan mau pulang. “Lho kenapa buru - buru gitu ? “

Mbak Gina tersenyum datar sambil menyahut, “Punya suami sudah tua itu laksana punya bayi Mbak. Sekarang pasti dia sudah menunggu - nunggu untuk makan malam bersama. Kalau aku terlambat pulang, kadang dia bisa bercucuran air mata. “



Dengan Bu Haryani pun aku tidak habis - habisan. Karena dia merasa takut kalau janin di dalam kandungannya terlalu banyak guncangan. Dan aku mengikuti saja apa yang diinginkannya.

Tapi malam itu aku dipaksa harus tidur di rumah Bu Haryani. Tanpa berusaha main lagi dalam ronde kedua.

Esok paginya, aku hanya ngobrol dengan Bu Haryani. Ngobrol dengan wanita yang satu itu memang mengasyikkan. Sehingga tanpa terasa hari pun mulai sore lagi. Aku pun diijinkan pulang, karena Bu Haryani sendiri akan pulang ke kotanya.



Waktu mau meninggalkan rumah Bu Haryani, wanita yang perutnya belum buncit itu berkata, “Berarti sekarang ada dua mobil yang harus dibawa sama Yosef. Apakah perlu kusuruh sopirku untuk membawa salah satu mobilmu Yos ?”

Aku menjawab, “Gak usah Bu. Biar aku bawa pulang sendiri mobilku. Yang lama kubawa pulang dulu, lalu balik lagi ke sini naik taksi. Sopir sebaiknya jangan terlalu banyak tau tentang kita. Jadi dia gak usah tau juga rumahku di mana. “

“Iya, iyaaa ... pendirianmu benar Yos. Sopirku gak usah terlalu banyak tau tentang masalah pribadi kita, “ Bu Haryani mengangguk - angguk.

Sepintas aku seperti bijaksana. Padahal sebenarnya aku tak mau rahasiaku bocor, seandainya mobilku diantarkan ke hotel. Untuk sementara aku tidak mau ketahuan oleh klien, bahwa aku ini seorang pengusaha juga. Cukuplah mereka tahu kalau aku ini seorang gigolo saja.

Maka beberapa saat kemudian aku sudah menjalankan sedan hitamku di jalan aspal, menuju hotelku. Setelah memarkir mobilku di tempat parkir owner hotel, aku menggunakan taksi untuk kembali ke rumah Bu Haryani lagi. Untuk membawa sedan berwarna deep brown yang harganya jauh lebih mahal daripada sedan hitamku. Aku bahkan takkan berani memakai sedan deep brown made in England itu ke rumah istriku. Karena aku tahu Manti tak mau menananam investasinya dalam bentuk kendaraan mahal. Padahal kalau dia mau, beli pesawat jet pribadi pun dia mampu. Karena aku semakin tahu betapa banyaknya harta Manti itu. Tanahnya bukan sekadar di pulau Jawa, tapi tersebar di selujruh nusantara dan di luar negeri. Sehingga kalau kunilai - nilai, sebenarnya Manti itu lebih tajir daripada Tante Sharon mau pun Mbak Mona.

Setibanya di rumah Bu Haryani lagi, aku menghampirinya dan berkata, “Bu ... aku hanya bisa mengucapkan beribu - ribu terima kasih atas kebaikan Bu Har dengan menghadiahkan mobil yang tedramat mahal itu. Semoga rejeki Bu Har melimpah ruah terus dan terutama semoga kandungannya tetap sehat sampai lahir dengan selamat kelak. “

Bu Har memelukku sambil berkata setengah berbisik, “Sebenarnya aku ini sudah menjadi milikmu Yos. Jadi ... apa yang telah kuberikan padamu belum seberapa. Nanti kalau anak kita sudah lahir, masih ada hadiah yang akan kuberikan padamu. “



Entah kenapa, ketika aku mengemudikan sedan teramat mahal itu di jalan aspal, mataku sempat berkaca - kaca juga. Aku terharu pada keberuntunganku sendiri, yang seakan tiada habisnya dikucuri harta terus dari wanita - wanita kelas atas itu. Belum lagi Mbak Gina, yang sudah menjanjikan bakal menghadiahiku sebuah sedan sport yang sama persis dengan sedan sport miliknya. Tapi, aaah, aku takkan mikir yang jauh - jauh dulu. Belum tentu pula Mbak Gina langsung hamil olehku.

Mendingan aku mikirin semua yang sudah kumiliki saja. Semua harus kurawat dengan baik. Sampai kapan pun takkan ada yang kujual.

Kali ini aku tidak menuju hotelku. Karena aku sudah berjanji untuk “pulang” ke rumah Ibu sore ini.

Edannya mobil super mahal ini, enak sekali mengemudikannya. Sehingga tanpa terasa aku sudah tiba di depan rumah Ibu.

Ketika aku turun dari mobil deep brown itu, terdengar suara Danke di belakangku, “Anjriiittttttttt ! Mobil loe ganti lagi dengan mobil yang jauh lebih mahal Sep ?”

“Nambah, bukan ganti, “ sahutku sambil tersenyum.

“Edan. Ini dibeli secara cash ?” tanya Danke sambil mengusap - usap sedan baruku.

“Sebenarnya gue gak pernah beli mobil Dang. Semuanya pemberian orang yang pada baik hati padaku, “ sahutku.

“Jadi sedan hitam dan yang ini pemberian orang ?” Danke memandangku dengan sorot kurang percaya.

“Iya ... nih BPKBnya .... kalau mobil cicilan tak mungkin ada BPKBnya sebelum lunas. “

“Edan ... kalau hadiahnya sebuah mobil super mahal gini, kebayang tajirnya orang yang menghadiahkan mobil ini Sep. “

Tiba - tiba kupegang bahu Danke sambil bertanya perlahan, “Tadi malam berapa ronde lagi sama ibu gue ?”

“Nggak Sep. Dia gak mau terlalu sering, katanya. “

“Aaah, masa ?! “

“Tanyain aja sendiri kalau loe gak percaya sih. “

“Ogitu ya. Tapi gue minta loe secara rutin datang ke sini. Paling tidak seminggu sekali gitu. “

“Loe juga harus berbuat sama. Harus sering nengok mama gue. “

Aku cuma mengangguk - angguk. Lalu melangkah menuju teras depan. Dan masuk ke dalam rumah yang sudah kuberikan kepada ibuku ini.

Danke mengikuti langkahku sambil berkata, “Gue mau langsung cabut ya. “

“Ngapain sih buru - buru amat ? Memangnya ada klien yang udah booking ?”

“Gue suka kasihan sama Mama, kalau ditinggal lama - lama suka kuatir ini - itu. Takut ada orang jahatlah, takut gue ada apa - apa lah. “

“Kalau mau lama - lama, kan tinggal telepon mama loe. Biar dia tenang. “

“Udah ditelepon juga tetep aja mama gue sih gitu. Sorry gue mau pulang aja ya. “

Aku menyerahkan 20 lembar uang merah sambil berkata, “Nih ... buat beli bensin. “

“Wow, terima kasih Sep. Gue emang lagi butuh duit, “ Danke memasukkan uang itu ke dalam dompetnya. Lalu berkata, “Gue mau pamitan dulu sama Tante Mala. “

Lalu Danke membuka pintu kamar Ibu. Aku jengah sendiri. Pasti ada “sesuatu” yang dilakukan oleh Ibu dan Danke sebagai “tanda” perpisahan. Karena itu aku langsung melangkah ke ruang makan. Mengambil air mineral sebotol. Lalu meminumnya di depan meja makan.

Entah apa yang dilakukan oleh Danke di dalam kamar Ibu. Yang jelas agak lama dia di sana. Lalu muncul lagi sambil melambaikan tangannya padaku, “Gue pulang Bro !” ucapnya.

“Ya, ati - ati di jalan, “ sahutku.

Ibu pun muncul dari dalam kamarnya. Tampak beda dari biasanya. Berdandan dan bermake up. Sehingga tampak lebih cantik dari biasanya.

“Gak tau kamu udah pulang Sep, “ kata Ibu sambil melangkah ke belakang kursi yang sedang kududuki. Lalu Ibu memijat - mijat bahuku sambil berkata, “Ibu jadi malu padamu. “

“Kenapa malu ? Apa yang telah terjadi itu normal Bu, “ sahutku sambil bangkit berdiri dan melangkah ke kamar depan. Kamar yang biasa kupakai kalau sedang singgah di rumah ini.

Ibu mengikutiku. Lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamarku.

“Aku mau nyobain mobil baru, “ kataku, “Ibu mau ikut ?”

“Haaa ?! Kamu beli mobil baru Sep ? Terus mobil yang hitam itu dikemanain ?”

“Ya disimpan aja di hotelku. Ayo ikut aja Bu. Gak usah dandan lagi. Segitu juga udah cantik. “

“Mau ngajak ke mana Sep ?”

“Ke villaku. “

“Wah, kamu punya villa segala ?”

“Punya dua malahan. Yang satu sih jauh jaraknya dari sini. Sekarang kita ke villa yang dekat aja. “

“Iya, ibu mau ikut. Pengen ngerasain mobil barumu. Pengen tau juga villamu. “

“Bawa baju untuk ganti Bu, “ kataku, “Nanti kita nginep di villa barang dua atau tiga malam. “

“Iya, “ sahut Ibu dengan nada bersemangat. Lalu bergegas dia keluar dari kamarku dan masuk ke dalam kamarnya.

Tak lama kemudian Ibu sudah muncul sambil menyeret koper biru yang baru kubelikan seminggu yang lalu. Kuangkat koper dan kuletakkan di bagasi mobil baruku. Kemudian kubuka pintu kiri depan untuk Ibu masuk ke dalam.

“Oh iya, ibu lupa ... belum pesan sama si Titin, “ kata Ibu.

“Mau pesan apa ? ” tanyaku.

“Agar jangan ngeluyur ke mana - mana selama kita di villa. “

“Biar aku aja yang nasehatin dia, “ kataku sambil turun lagi dari mobil yang sudah kuhidupkan mesinnya.

Lalu bergegas masuk ke dalam rumah Ibu. “Tiiiin .... Titiiiin ... “ seruku.

Titin setengah berlari menghampiriku. “Ada apa Den ?”

“Ibu dan aku akan ke luar kota. Kamu jangan keluar dari rumah ya. Diam aja sambil nonton tivi di sini. “

“Iya Den. “

“Ini uang buat jajan kamu, “ kataku sambil menyerahkan 5 lembar uang merah.

“Terimakasih Den. Terima kasih, “ Titin gembira sekali menyambut uang 500 ribu itu.

“Ingat ... jangan main ke luar ya. Jagain rumah baik - baik. “

“Iya Deeen ... “

Aku keluar lagi dari rumah Ibu. Dan langsung masuk ke dalam mobilku yang sudah dinyalakan mesinnya.

“Ini mobil sampai gak kedengaran mesinnya. Pasti mobil mahal ya, “ kata Ibu ketika aku sudah menjalankan sedan deep brown-ku.

“Harganya kira - kira duabelas kali lipat sedan hitam itu Bu, “ sahutku.

“Haaaa ?! Semahal itu ? “

“Mahal juga dikasih orang yang sayang sama aku. Bukan beli pake duit sendiri. “

“Dari siapa ? Dari Manti ? “

“Bukan. Kalau Manti sih gak mau beli mobil mahal - mahal. Padahal kalau dia mau, beli pesawat jet pribadi juga bisa. “

“Tapi yang ngasih mobil ini wanita kan ?”

“Kok Ibu bisa tau. “

“Kan tadi kamu ngomong dikasih orang yang sayang sama kamu. “

“Iya Bu. Kebetulan banyak yang sayang sama aku. Sedan hitam itu juga pemberian orang. Bukan beli sendiri. Yah, nikmati saja kebaikan mereka itu. “

“Tapi kalau Manti tau mobil ini pemberian wanita, apa dia takkan cemburu ?”

“Gak Bu. Manti bahkan sudah mengijinkanku nambah istri tiga orang lagi. “

“Hah ?! Masa begitu ?”

“Soalnya sebelum mengenal Manti, aku sudah kenal mereka duluan. Bahkan ada cewek bulenya segala. Sekarang sedang pulang ke negaranya, untuk menguruskan surat - surat yang diperlukan oleh pemerintah di sini. “

“Terus bagaimana dengan agamanya ? “ tanya Ibu.

“Dia sudah jadi mualaf sebelum terbang ke negaranya. “

“Oh, sukurlah. Dia janda apa gadis ?”

“Gadis Bu. Ada lagi calon istriku yang masih gadis. Anak Bu Ida. Ibu tau kan Bu Ida ?”

“Bu Ida ?! Yang angkuh itu ?”

“Itu dahulu. Sekarang baik Bu Ida mau pun anaknya tunduk sepenuhnya padaku. “

“Siapa nama anak Bu Ida itu ?”

“Namanya Anggraeni. Cantik kok Bu. Kalau hotel baruku sudah selesai, dia akan kutugaskan di hotel itu. Sekarang dia masih harus mempelajari buku - buku tentang hotel dan manajemennya. “

Ibu mengangguk - angguk.

“Terus bagaimana dengan Dadang Bu ?” tanyaku tiba - tiba beralih ke topik lain.

“Bagaimana apanya ?”

“Ibu benar - benar puas sama dia ?”

“Jangan ngomong soal dia dong Sep. Ibu malu menceritakannya. Bahkan ibu menyesal juga, kenapa itu harus terjadi. Soalnya Dadang bilang disuruh sama Asep. Makanya ibu manut aja karena percaya bahwa dia disuruh sama Asep. “

“Memang aku yang menyuruhnya. Karena dahulu juga Dadang menyuruhku menggauli ibunya yang sering kepergok sedang masturbasi. “

“Haaa ?! Kamu pernah begituan sama Bu Pia ?”

“Sering Bu. Makanya kapan - kapan kita ajak Dadang dan Tante Pia untuk nginap di villa yang jauh letaknya itu. Biar rame nanti. Ibu wikwik sama Dadang, aku sama Tante Pia. “

“Wah, wah wah ... ternyata kamu sering nidurin Bu Pia, lalu kamu nyuruh Dadang nidurin ibu ... maksudnya supaya impas ?”

“Bukan gitu. Aku hanya ingin membuat semangat hidup Ibu bangkit kembali. Lalu kenapa aku memilih Dadang ? Karena dia bisa menjaga kerahasiaan kita. Makanya kupilih dia. Tapi aku kan belum pernah lihat Dadang seperti apa kalau menggauli perempuan. Makanya aku nanya sama Ibu, apakah Dadang itu memuaskan gak ?”

“Kalau dalam urusan biologis sih tentu aja ibu puas digauli sama anak muda kayak Dadang yang masih sedang - sedangnya tangguh. “

“Lalu kenapa tadi malam Ibu menolak digauli lagi sama dia ?”

“Ah, ibu gak mau sering - sering. Di hari pertama saja sampai empat kali dia nidurin ibu. Kontolnya ngaceng lagi, ngaceng lagi ... hihihiiiiii ... “

“Lalu kenapa Ibu merasa menyesal telah membiarkan Dadang menggauli Ibu ?”

“Menyesal aja, karena rasanya ibu jadi perempuan binal. Tapi penyesalan itu memang selalu datang belakangan. Makanya biar ajalah. Kan semuanya telanjur sudah terjadi. “

“Tenang aja Bu. Aku hanya ingin agar semangat hidup Ibu bangkit kembali. Jangan merenung - renung terus. “

Beberapa saat kemudian sedan baruku membelok ke pekarangan villaku, villa hadiah dari Tante Sharon itu.

“Waaah ... ini villamu Sep ?” tanya Ibu ketika mobil baruku berhenti di dekat teras depan villaku.

“Iya, “ sahutku sambil mematikan mesin mobilku. Lalu turun dari mobil.

“Megah sekali villamu Sep, “ kata Ibu ketika kubuka pintu di sebelah kirinya. Lalu Ibu pun turun dari mobil.

Mang Harja muncul sambil membawa serangkaian kunci. “Selamat sore Boss, “ ucapnya sambil agak membungkuk sopan.

“Sore. Sehat Mang ?”

“Alhamdulillah sehat Boss. “

“Ini ibuku Mang. “

“Ooooh ... iya. Baru sekali ini beliau diajak ke sini ya ... “

“Iya. Tadinya kan beliau jauh di seberang lautan. “

“Ooooh ... “ Mang Harja memmbuka pintu depan, lalu masuk ke dalam villa. Untuk menyalakan semua AC dan peralatan elektronik lainnya.

Aku pun mengikutinya sambil menyerahkan uang untuk kebutuhan sehari - harinya. Mang Harja membungkuk sopan sambil mengucapkan terima kasih, kemudian berlalu.

Ibu pun kuajak masuk ke dalam villa.

“Biasanya villa itu kecil - kecil. Ini kok gede banget villanya Sep, “ kata Ibu sambil mengamati keadaan di dalam villaku. Semuanya diamati. Bahkan kulkas dan mesin cuci pun dipegang - pegang.

Bagian berikutnya mengandung incest. Untuk yang tidak menyukainya, silakan skip saja.

Ketika memasuki kamar utama yang paling luas ukurannya, aku merebahkan diri di atas bed sambil berkata, “Kamar ini dipakai sama delapan orang juga bisa masuk. Karena bednya ada empat. “

“Iya. Istrimu sering diajak ke sini ?” tanya Ibu.

“Belum pernah. Soalnya aku takut kalau dia nanya sejarah villa ini. “

“Memangnya sejarah villa ini bagaimana ?”

“Ini pemberian istri seorang konglomerat yang merasa bahagia sekali karena aku sudah berhasil menghamilinya. Dan semua itu atas ijin suaminya. Jadi hubunganku dengan wanita itu bukan hubungan gelap. “

“Suaminya sendiri tidak bisa menghamilinya ?”

“Iya Bu. Sudah tua ... jauh lebih tua dari Ayah. “

“Terus, setelah hamil, dihadiahkannya villa ini padamu ?”

“Bukan hanya villa dan hutan pinus di belakang sana, “ sahutku, “Dia juga menghadiahkan rumah super megah, mobil dan modal untuk berbisnis saham. “

“Mobil hitam itu dari dia ?”

“Bukan mobil itu Bu. Mobil dari dia kusimpan di kota lain yang ada cabang perusahaanku. “

“Baik sekali wanita itu ya. “

“Ceu Imas juga dijodohkannya sama dia Bu. Suami Ceu Imas itu rekan bisnisnya yang kebetulan sudah ditinggal mati sama istrinya. Kalau gak ada Tante Sharon, mungkin Ceu Imas masih melarat sampai sekarang. “

“Ooo ... nama wanita itu Sharon ?”

“Iya Bu. “

“Terus ... anaknya sudah lahir belum ?”

“Sudah. Anak laki - laki. “

“Hihihiii ... jadi sebenarnya kamu sudah punya anak Sep. “

“Tapi aku sudah menandatangani perjanjian. Bahwa aku takkan mengganggu gugat anak itu sampai kapan pun. Jadi anak itu secara resminya adalah anak suami Tante Sharon. Bukan anakku. Karena aku kan cuma dijadikan pejantan ... hehehee ... ”

“Silaturahmi dengan Sharon itu masih tersambung sampai sekarang ?”

“Masih Bu. Dia kan ingin punya anak lagi. “

“Ohya ?! Sekarang sudah hamil lagi ?”

“Belum. Makanya masih sering ketemuan. Untuk berusaha agar dia bisa hamil lagi. “

“Terus ... kamu pernah bilang bahwa calon istrimu sebenarnya ada enam orang. Tapi kamu baru menerangkan yang empat orang itu. Lalu ada siapa lagi calonmu ?”

“Anak kembar Bi Mita. Mereka akan kunikahi dua - duanya. “

“Bi Mita adik ayahmu ?”

“Iya, “ aku mengangguk, “Tapi kelihatannya takkan bisa nikah secara resmi dan diakui negara. Paling juga mereka akan kunikahi secara siri aja. “

“Iya ... ibu ingat sekarang. Mita melahirkan anak kembar, gak lama setelah kamu lahir. Lucu - lucu anaknya. Tapi memangnya diijinkan sama Mita untuk menikahi dua - duanya ?”

“Diijinkan. Soalnya kedua anak kembar itu ke mana - mana harus bareng. Beli baju harus sama persis. Jadi memang harus dinikahi dua - duanya. Supaya tidak ada yang merasa kehilangan saudaranya.“

“Pasti cantik - cantik anak kembar itu, karena ibunya pun cantik, “ kata Ibu.

“Sekarang kita cari makan dulu, “ kataku, “Ibu udah lapar kan ?”

“Belum lapar benar. Lagian ibu pengen mandi dulu. Hari ini belum mandi sore. “

“Ayo kalau gitu kita mandi bareng. Aku ingin sambil nostalgia masa kecil. “

“Iya, “ Ibu mengangguk sambil mencubit pipiku, “ibu jadi ingat kata seorang paranormal di Manado. Kan ibu ingat sama kamu terus, karena takut terlantar, gak ada yang ngurus. Tapi apa kata paranormal itu ? “

“Apa katanya ?”

“Dia bilang begini, anak ibu justru akan sukses kalau tidak dimanjakan baik sama ayah mau pun sama ibunya. Biarkan saja dia hidup mandiri sejak kecil. Dia akan menjadi orang yang kaya raya. “

“Begitu ya. “

“Iya, “ sahut Ibu, “Tadinya ibu antara percaya dan tidak percaya. Tapi sekarang terasa omongannya itu terbukti semua. “

Lalu aku dan Ibu melangkah ke kamar mandi yang berada di kamar utama. Kamar mandi ini tergolong diistimewakan, ada bathtubnya segala. Tapi Ibu tidak mau mandi di bathtub, karena pernah terjadi tetangganya mati di bathtub, akibat ada arus listrik ke dalam air yang sedang merendamnya. Karena itu ia memilih untuk mandi pakai shower air hangat saja.

“Nanti sabunin punggungku ya Bu, “ kataku sambil menanggalkan celana panjang dan baju kausku (aku memang jarang memakai kemeja, kecuali kalau sedang mengenakan jas).

Pada saat itu pula Ibu menanggalkan gaunnya. Lalu juga kutang dan celana dalamnya. Sementara aku sudah tinggal mengenakan celana dalam saja.

Inilah yang mendebarkanku. Karena Ibu yang dahulu sering menyayangiku sangat berubah dengan Ibu yang sekarang. Kalau dahulu Ibu kurus kering, sekarang Ibu sudah jadi montok bohai. Sehingga perasaanku seolah berjumpa dengan sosok baru, meski aku memaksakan diri untuk menganggapnya benar - benar ibu kandungku.

Lalu kenapa ketika Ibu sudah telanjang bulat di depanku, ada perasaan yang lain di dalam batinku ? Perasaan sedang berhadapan dengan wanita setengah baya yang cantik dan sekaligus seksi ? Bukankah perasaan seperti ini tak boleh bermukim di dalam jiwaku ?

Entahlah. Yang jelas aku sudah terbiasa menghadapi wanita yang jauh lebih tua dariku. Dari yang setengah baya sampai yang STW. Maka tanpa ragu aku memeluk ibuku sambil membisikinya, “Aku bangga punya ibu yang begini cantik dan seksinya. “

Ibu tersenyum lalu menyahut, “Ibu juga bangga punya anak yang begini tampannya. Dengan ketampananmu, cewek yang bagaimana pun pasti bisa terpikat padamu. “

Lalu kupegang toket gede Ibu sambil bertanya, “Dahulu berapa lama Ibu menyusuiku ?”

“Cuma setahun, “ sahut Ibu, “Selanjutnya kamu lebih suka susu formula. “

Aku puas dengan jawaban itu. Lalu mendadak tanganku memegang memek Ibu yang ternyata bersih dari jembut, sambil berkata, “Memek Ibu seperti memek anak muda. Sering dicukur bersih gini Bu ?”

“Dadang tuh yang mencukur memek ibu. Katanya biar gampang menjilatinya. Biasanya sih gondrong ... udah ah ... jangan lama - lama megangin memek ibu Sep. Takut ada setan lewat. Ayo kita mandi dulu. Nanti gantian nyabunin ya. Ibu nyabunin kamu, terus kamu nyabunin ibu juga. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil melepaskan celana dalamku sebagai benda terakhir yang masih melekat di tubuhku. Setelah meletakkan celana dalam di kapstok, kuhampiri Ibu kembali.

Pada saat itulah Ibu terbelalak melihat kontolku yang sedang ngaceng ini. “Aseeep ... ! “ serunya tertahan, sambil memegang kontolku dengan tangan gemetaran, “Sejak kapan kontolmu jadi panjang sekali gini ?”

“Gak inget sejak kapan Bu. Mungkin sejak umurku tujuhbelas tahun kali, “ sahutku.

“Lalu kenapa kontolmu jadi ngaceng gini ? Jangan bilang kamu terangsang melihat ibu telanjang ya. ”

“Terangsang juga wajar Bu. Soalnya Ibu cantik, punya body yang aduhai pula. “

“Tapi ibu ini ibu kandungmu anakku. Yang mengandung dan melahirkanmu. Jadi jangan punya pikiran yang bukan - bukan ya Sayang, “ kata Ibu sambil membelai rambutku, “Ayo kita mandi dulu. Biar seger badannya ... otaknya juga ... “

Aku mengangguk dengan sikap pura - pura merajuk

Lalu air hangat shower utama dipancarkan dari atas kepala kami. Ibu pun mulai menyabuni punggungku, bokongku sampai paha, betis dan telapak kakiku tak ada yang terlewat.

Giliran menyabuni bagian depan badanku, ia terpana ketika menyabuni kontolku yang masih ngaceng juga. Terlebih setelah disabuni oleh kedua telapak tangan Ibu, semakin keras juga kontolku dibuatnya. Malah seperti sedang dikocok oleh ibuku.

Kemudian giliranku menyabuni bagian belakang tubuh Ibu. Fantasiku pun melayang - layang dibuatnya. Meski aku berkali - kali menindas fantasi ini, tidak bisa. Terlebih ketika sedang menyabuni bagian depan badan Ibu, hasratku jadi merajalela. Maka ketika sedang menyabuni memek Ibu yang katanya dicukur bersih oleh Dadang, aku sengaja menuangkan sabun cair sebanyak mungkin untuk menyabuni memeknya.

Ibu membuang muka, seperti tidak mau berpandangan denganku. Sehingga Ibu tidak sadar ketika kontolku sudah diarahkan ke mulut memeknya.

Tapi ketika aku mau mendorong kontolku, Ibu mendorong dadaku, “Jangan Sep. Jangan ... ! “ ucapnya seperti ketakutan.

“Cuma mau memasukkannya saja, untuk membuktikan kata - kata Dadang. “

“Memangnya Dadang ngomong apa ?”

“Dia bilang memek Ibu enak sekali. Boleh kan aku membuktikannya ya Bu. Cuma mau membuktikan kata - kata si Dadang. Aku hanya ingin menyelidik, memasukkan kontolku, lalu akan kucabut lagi. Setelah tau rasanya, aku akan mencabutnya lagi. Takkan kuentotkan. Boleh ya Bu ... “ ucapku dengan nada memohon.

Ibu menatapku sesaat. Lalu berkata, “Beneran cuma memasukkan lalu langsung mencabutnya lagi ya. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil mendesakkan Ibu ke dinding. Lalu meletakkan lagi moncong kontolku di mulut memek Ibu yang sudah sangat licin oleh sabun cair, sementara shower sudah dimatikan dulu pancarannya.

Kali ini Ibu tidak meronta lagi. Sehingga dengan mudah kontolku membenam ke dalam liang memeknya. “Duuuuuh ... si Dadang benar ... memek Ibu ini ... enak sekali ... jadi pengen nyobain seperti apa rasanya kalau kuentotin ya Bu. Sebentar aja, takkan sampai ngecrot ... “

“Do ... dosa Sep. “

“Di dunia ini mana ada manusia yang steril dari dosa Bu, “ ucapku sambil menarik lagi kontolku. Tapi tidak mencabutnya seperti janjiku, melainkan membenamkannya lagi ... blessss ... menariknya lagi ... srttttt ... membenamkan lagi ... blessss ... “

“Udah Sep ... udah ... jangan dibeginiin ... ibu ini ibu kandungmu Nak. Udah ... ooooooooh ... Seeep ... kamu nakal ... “ rintih Ibu sambil memejamkan matanya, tapi tanpa rontaan sedikit pun. Bahkan lalu ia memelukku erat sekali. Padahal aku sudah benar - benar mengentotnya. Sambil menjilati lehernya pula.

“Da ... Dadang nggak bohong. Memek Ibu memang luar biasa enaknya, “ sahutku sambil berpegangan pada kedua toket gede Ibu.

“Udah Sep ... udaaaah ... oooooh ... kenapa Asep harus lakukan ini ?”

“Karena aku sangat sayang sama Ibu ... “

“Udah Aseeep ... udaaaaaah ... “ cetus Ibu. Namun dengan pelukan semakin erat. Tidak berontak lagi. Mungkin diam - diam Ibu sedang merasakan nikmatnya pergesekan kontolku dengan liang memeknya. Karena kontolku mulai cepat menyodok - nyodok liang memek Ibu.

Bahkan pada suatu saat Ibu merintih ... “Aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaah ... Aseeeep ... kita ini benar - benar sedang bersetubuh Seeeeep ... ini dosa Seeeep ... tapi ... kenapa kontolmu enak sekali Seeeep ... aaaaaaaah ... ini dosa Sep ... dosaaaa ... “

Kusahut, “Biar aja dosanya aku yang menanggung Bu ... oooooh ... memek Ibu luar biasa enaknyaaaaaa .... uuuughhhh ... belum pernah aku merasakan memek yang seenak ini Buuu ... “

Tiba - tiba Ibu mengejang tegang sambil menahan nafasnya, sambil meremas - remas rambutku. Pasti Ibu mau orgasme. Maka kutancapkan kontolku sampai terasa menumbuk dasar liang memek Ibu. Lalu terasalah kedutan - kedutan liang memek Ibu, yang disusul dengan gerakan seperti spiral ... seperti ular melilit badan kontolku, lalu berupaya untuk memuntahkan kontolku dari dalam liang memek Ibu. Tapi aku bahkan semakin mendesakkan kontolku yang sedang mendorong dasar liang memek Ibu.

“Udah dulu Sep, “ kata Ibu lirih, sambil mendorong dadaku dengan kuatnya. Kontolku pun terlepas dari liang memek Ibu.

Lalu kami melanjutkan mandi. Membilas air sabun dengan air hangat shower.

Ketika Ibu memegang kontolku, Ibu bertanya, “Kontolmu kok masih ngaceng gini Sep ? “

“Kan belum ngecrot Bu. “

Ibu menatapku dengan senyum yang lain dari biasanya. Lalu mencium pipiku dan berbisik, “Kasihan anak kesayangan ibu ... nanti aja lanjutin di atas bed ya Sayang. “

Aku mengangguk. Lalu mencium pipi Ibu sambil menyahut, “Aku jadi semakin sayang sama Ibu. Sayang sekali. “
 
Part 59




W
anita muda bernama Regina itu sangat mengesankan bagiku. Dia tampak sangat menikmati semua perlakuanku padanya. Ketika moncong kontolku sedang menyundul dasar liang memeknya, ia selalu menanggapinya dengan pekikan ...aaaaw ... ! Tapi bibir sensualnya selalu menyhunggingkan senyum, lengkap dengan kedua kempot (lesung pipit) di sepasang pipinya.

Ketika aku menjilati lehernya yang sudah keringatan, ia bahkan berkata terengah, “Sekalian cupangin dong leherku ... ayooo ... cupangin ... “

“Nanti ada bekasnya, gak dimarahin sama suami Mbak ?” tanyaku sambil menghentikan entotanku sejenak.

“Itu sih urusanku. Sekarang kita urus masalah kita berdua aja. Aku senang digigit - gigit begitu, makanya aku minta dicupangin. Ayo dong Yos Sayang ... cupangin leherku sebanyak mungkin. “

Akhirnya kukabulkan juga keinginan Mbak Gina itu. Tetap mengentotnya sambil menyedot - nyedot lehernya sekuat mungkin.

Mungkin Mbak Gina sangat menikmati aksi mencupangi lehernya itu. Karena ia jadi sering mengejang, menggeliat dan memejamkan matanya, diiringi desah nafasnya yang semakin memburu, “Hhhhhhhhhheeeehhhhhh .... hhhhhhhaaaaaaaaaaahhhhhh ... hhhhhhhheeeeeehhhhhh .... haaaaaaaaaaahhhhhhhhh .... hhhhhhhheeeeehhhhhhhh ... hhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh .... “

Bahkan pada suatu saat Mbak Gina berkelojotan sambil bersuara panik, “Ooooohhhhhh .... Yoooossssssss ... aku ... udah mau lepasssss ... ka ... kalau bisa barengin Yossssss ... barengin yaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaa .... “

Suaranya terhenti, karena ia sedang menahan nafasnya. Aku sendiri sebenarnya sedang menahan detik - detik krusialku, dengan kata lain sudah dekat - dekat ngecrot. Hanya saja aku berusaha menahannya dengan caraku sendiri. Namun mendengar ajakan Mbak Gina untuk mencapai puncak kenikmatan secara berbarengan, aku pun spontan teringat pesan Bu Haryani. Bahwa aku jangan menahan - nahan ejakulasiku. Karena yang terpenting bagi Mbak Gina adalah semprotan sperma segarku, untuk membuahi telurnya (kalau telurnya sedang muncul di dalam rahimnya).

Maka dengan gencar kugenjot kontolku yang sedang maju mundur di dalam liang memek Mbak Gina yang super legit itu.

Lalu ... ketika sekujur tubuh Mbak Gina mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai menyundul dasar liang memek Mbak Gina.

Pada saat itulah terasa liang memek wanita muda yang hitam manis itu mengedut - ngedut, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Cretttttttt .... crooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooootttttttt ... crettttttttttttt ... crooooooooooooooooooooooottttt ... cretttt ... croooooooooooooooooooooooootttt ... !

Lalu aku terkapar lunglai dalam pelukan Mak Regina. Dengan tubuh sama - sama bermandikan keringat.



Setelah bersih - bersih, Mbak Gina mengenakan kembali busananya. “Aku memang tidak membutuhkan seks yang abis - abisan. Yang penting aku membutuhkan sperma Yosef, untuk membuahi sel telurku, “ katanya sambil tersenyum.

Lalu Mbak Gina berkata lagi, “ Nanti kalau mau ketemuan lagi, langsung ke villaku aja ya. Alamatnya kan udah kukasih tadi. Mudah - mudahan Yosef berhasil menghamiliku. Kalau anaknya cowok, pasti setampan ayahnya. “

Kemudian Mbak Gina berbisik di dekat telingaku, “Begitu dokter manyatakan aku positif hamil, spontan aku akan menghadiahimu sedan sport persis seperti punyaku itu. Mungkin hanya warnanya yang berbeda. “

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.



Bu Haryani terheran - heran ketika Mbak Gina pamitan mau pulang. “Lho kenapa buru - buru gitu ? “

Mbak Gina tersenyum datar sambil menyahut, “Punya suami sudah tua itu laksana punya bayi Mbak. Sekarang pasti dia sudah menunggu - nunggu untuk makan malam bersama. Kalau aku terlambat pulang, kadang dia bisa bercucuran air mata. “



Dengan Bu Haryani pun aku tidak habis - habisan. Karena dia merasa takut kalau janin di dalam kandungannya terlalu banyak guncangan. Dan aku mengikuti saja apa yang diinginkannya.

Tapi malam itu aku dipaksa harus tidur di rumah Bu Haryani. Tanpa berusaha main lagi dalam ronde kedua.

Esok paginya, aku hanya ngobrol dengan Bu Haryani. Ngobrol dengan wanita yang satu itu memang mengasyikkan. Sehingga tanpa terasa hari pun mulai sore lagi. Aku pun diijinkan pulang, karena Bu Haryani sendiri akan pulang ke kotanya.



Waktu mau meninggalkan rumah Bu Haryani, wanita yang perutnya belum buncit itu berkata, “Berarti sekarang ada dua mobil yang harus dibawa sama Yosef. Apakah perlu kusuruh sopirku untuk membawa salah satu mobilmu Yos ?”

Aku menjawab, “Gak usah Bu. Biar aku bawa pulang sendiri mobilku. Yang lama kubawa pulang dulu, lalu balik lagi ke sini naik taksi. Sopir sebaiknya jangan terlalu banyak tau tentang kita. Jadi dia gak usah tau juga rumahku di mana. “

“Iya, iyaaa ... pendirianmu benar Yos. Sopirku gak usah terlalu banyak tau tentang masalah pribadi kita, “ Bu Haryani mengangguk - angguk.

Sepintas aku seperti bijaksana. Padahal sebenarnya aku tak mau rahasiaku bocor, seandainya mobilku diantarkan ke hotel. Untuk sementara aku tidak mau ketahuan oleh klien, bahwa aku ini seorang pengusaha juga. Cukuplah mereka tahu kalau aku ini seorang gigolo saja.

Maka beberapa saat kemudian aku sudah menjalankan sedan hitamku di jalan aspal, menuju hotelku. Setelah memarkir mobilku di tempat parkir owner hotel, aku menggunakan taksi untuk kembali ke rumah Bu Haryani lagi. Untuk membawa sedan berwarna deep brown yang harganya jauh lebih mahal daripada sedan hitamku. Aku bahkan takkan berani memakai sedan deep brown made in England itu ke rumah istriku. Karena aku tahu Manti tak mau menananam investasinya dalam bentuk kendaraan mahal. Padahal kalau dia mau, beli pesawat jet pribadi pun dia mampu. Karena aku semakin tahu betapa banyaknya harta Manti itu. Tanahnya bukan sekadar di pulau Jawa, tapi tersebar di selujruh nusantara dan di luar negeri. Sehingga kalau kunilai - nilai, sebenarnya Manti itu lebih tajir daripada Tante Sharon mau pun Mbak Mona.

Setibanya di rumah Bu Haryani lagi, aku menghampirinya dan berkata, “Bu ... aku hanya bisa mengucapkan beribu - ribu terima kasih atas kebaikan Bu Har dengan menghadiahkan mobil yang tedramat mahal itu. Semoga rejeki Bu Har melimpah ruah terus dan terutama semoga kandungannya tetap sehat sampai lahir dengan selamat kelak. “

Bu Har memelukku sambil berkata setengah berbisik, “Sebenarnya aku ini sudah menjadi milikmu Yos. Jadi ... apa yang telah kuberikan padamu belum seberapa. Nanti kalau anak kita sudah lahir, masih ada hadiah yang akan kuberikan padamu. “



Entah kenapa, ketika aku mengemudikan sedan teramat mahal itu di jalan aspal, mataku sempat berkaca - kaca juga. Aku terharu pada keberuntunganku sendiri, yang seakan tiada habisnya dikucuri harta terus dari wanita - wanita kelas atas itu. Belum lagi Mbak Gina, yang sudah menjanjikan bakal menghadiahiku sebuah sedan sport yang sama persis dengan sedan sport miliknya. Tapi, aaah, aku takkan mikir yang jauh - jauh dulu. Belum tentu pula Mbak Gina langsung hamil olehku.

Mendingan aku mikirin semua yang sudah kumiliki saja. Semua harus kurawat dengan baik. Sampai kapan pun takkan ada yang kujual.

Kali ini aku tidak menuju hotelku. Karena aku sudah berjanji untuk “pulang” ke rumah Ibu sore ini.

Edannya mobil super mahal ini, enak sekali mengemudikannya. Sehingga tanpa terasa aku sudah tiba di depan rumah Ibu.

Ketika aku turun dari mobil deep brown itu, terdengar suara Danke di belakangku, “Anjriiittttttttt ! Mobil loe ganti lagi dengan mobil yang jauh lebih mahal Sep ?”

“Nambah, bukan ganti, “ sahutku sambil tersenyum.

“Edan. Ini dibeli secara cash ?” tanya Danke sambil mengusap - usap sedan baruku.

“Sebenarnya gue gak pernah beli mobil Dang. Semuanya pemberian orang yang pada baik hati padaku, “ sahutku.

“Jadi sedan hitam dan yang ini pemberian orang ?” Danke memandangku dengan sorot kurang percaya.

“Iya ... nih BPKBnya .... kalau mobil cicilan tak mungkin ada BPKBnya sebelum lunas. “

“Edan ... kalau hadiahnya sebuah mobil super mahal gini, kebayang tajirnya orang yang menghadiahkan mobil ini Sep. “

Tiba - tiba kupegang bahu Danke sambil bertanya perlahan, “Tadi malam berapa ronde lagi sama ibu gue ?”

“Nggak Sep. Dia gak mau terlalu sering, katanya. “

“Aaah, masa ?! “

“Tanyain aja sendiri kalau loe gak percaya sih. “

“Ogitu ya. Tapi gue minta loe secara rutin datang ke sini. Paling tidak seminggu sekali gitu. “

“Loe juga harus berbuat sama. Harus sering nengok mama gue. “

Aku cuma mengangguk - angguk. Lalu melangkah menuju teras depan. Dan masuk ke dalam rumah yang sudah kuberikan kepada ibuku ini.

Danke mengikuti langkahku sambil berkata, “Gue mau langsung cabut ya. “

“Ngapain sih buru - buru amat ? Memangnya ada klien yang udah booking ?”

“Gue suka kasihan sama Mama, kalau ditinggal lama - lama suka kuatir ini - itu. Takut ada orang jahatlah, takut gue ada apa - apa lah. “

“Kalau mau lama - lama, kan tinggal telepon mama loe. Biar dia tenang. “

“Udah ditelepon juga tetep aja mama gue sih gitu. Sorry gue mau pulang aja ya. “

Aku menyerahkan 20 lembar uang merah sambil berkata, “Nih ... buat beli bensin. “

“Wow, terima kasih Sep. Gue emang lagi butuh duit, “ Danke memasukkan uang itu ke dalam dompetnya. Lalu berkata, “Gue mau pamitan dulu sama Tante Mala. “

Lalu Danke membuka pintu kamar Ibu. Aku jengah sendiri. Pasti ada “sesuatu” yang dilakukan oleh Ibu dan Danke sebagai “tanda” perpisahan. Karena itu aku langsung melangkah ke ruang makan. Mengambil air mineral sebotol. Lalu meminumnya di depan meja makan.

Entah apa yang dilakukan oleh Danke di dalam kamar Ibu. Yang jelas agak lama dia di sana. Lalu muncul lagi sambil melambaikan tangannya padaku, “Gue pulang Bro !” ucapnya.

“Ya, ati - ati di jalan, “ sahutku.

Ibu pun muncul dari dalam kamarnya. Tampak beda dari biasanya. Berdandan dan bermake up. Sehingga tampak lebih cantik dari biasanya.

“Gak tau kamu udah pulang Sep, “ kata Ibu sambil melangkah ke belakang kursi yang sedang kududuki. Lalu Ibu memijat - mijat bahuku sambil berkata, “Ibu jadi malu padamu. “

“Kenapa malu ? Apa yang telah terjadi itu normal Bu, “ sahutku sambil bangkit berdiri dan melangkah ke kamar depan. Kamar yang biasa kupakai kalau sedang singgah di rumah ini.

Ibu mengikutiku. Lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamarku.

“Aku mau nyobain mobil baru, “ kataku, “Ibu mau ikut ?”

“Haaa ?! Kamu beli mobil baru Sep ? Terus mobil yang hitam itu dikemanain ?”

“Ya disimpan aja di hotelku. Ayo ikut aja Bu. Gak usah dandan lagi. Segitu juga udah cantik. “

“Mau ngajak ke mana Sep ?”

“Ke villaku. “

“Wah, kamu punya villa segala ?”

“Punya dua malahan. Yang satu sih jauh jaraknya dari sini. Sekarang kita ke villa yang dekat aja. “

“Iya, ibu mau ikut. Pengen ngerasain mobil barumu. Pengen tau juga villamu. “

“Bawa baju untuk ganti Bu, “ kataku, “Nanti kita nginep di villa barang dua atau tiga malam. “

“Iya, “ sahut Ibu dengan nada bersemangat. Lalu bergegas dia keluar dari kamarku dan masuk ke dalam kamarnya.

Tak lama kemudian Ibu sudah muncul sambil menyeret koper biru yang baru kubelikan seminggu yang lalu. Kuangkat koper dan kuletakkan di bagasi mobil baruku. Kemudian kubuka pintu kiri depan untuk Ibu masuk ke dalam.

“Oh iya, ibu lupa ... belum pesan sama si Titin, “ kata Ibu.

“Mau pesan apa ? ” tanyaku.

“Agar jangan ngeluyur ke mana - mana selama kita di villa. “

“Biar aku aja yang nasehatin dia, “ kataku sambil turun lagi dari mobil yang sudah kuhidupkan mesinnya.

Lalu bergegas masuk ke dalam rumah Ibu. “Tiiiin .... Titiiiin ... “ seruku.

Titin setengah berlari menghampiriku. “Ada apa Den ?”

“Ibu dan aku akan ke luar kota. Kamu jangan keluar dari rumah ya. Diam aja sambil nonton tivi di sini. “

“Iya Den. “

“Ini uang buat jajan kamu, “ kataku sambil menyerahkan 5 lembar uang merah.

“Terimakasih Den. Terima kasih, “ Titin gembira sekali menyambut uang 500 ribu itu.

“Ingat ... jangan main ke luar ya. Jagain rumah baik - baik. “

“Iya Deeen ... “

Aku keluar lagi dari rumah Ibu. Dan langsung masuk ke dalam mobilku yang sudah dinyalakan mesinnya.

“Ini mobil sampai gak kedengaran mesinnya. Pasti mobil mahal ya, “ kata Ibu ketika aku sudah menjalankan sedan deep brown-ku.

“Harganya kira - kira duabelas kali lipat sedan hitam itu Bu, “ sahutku.

“Haaaa ?! Semahal itu ? “

“Mahal juga dikasih orang yang sayang sama aku. Bukan beli pake duit sendiri. “

“Dari siapa ? Dari Manti ? “

“Bukan. Kalau Manti sih gak mau beli mobil mahal - mahal. Padahal kalau dia mau, beli pesawat jet pribadi juga bisa. “

“Tapi yang ngasih mobil ini wanita kan ?”

“Kok Ibu bisa tau. “

“Kan tadi kamu ngomong dikasih orang yang sayang sama kamu. “

“Iya Bu. Kebetulan banyak yang sayang sama aku. Sedan hitam itu juga pemberian orang. Bukan beli sendiri. Yah, nikmati saja kebaikan mereka itu. “

“Tapi kalau Manti tau mobil ini pemberian wanita, apa dia takkan cemburu ?”

“Gak Bu. Manti bahkan sudah mengijinkanku nambah istri tiga orang lagi. “

“Hah ?! Masa begitu ?”

“Soalnya sebelum mengenal Manti, aku sudah kenal mereka duluan. Bahkan ada cewek bulenya segala. Sekarang sedang pulang ke negaranya, untuk menguruskan surat - surat yang diperlukan oleh pemerintah di sini. “

“Terus bagaimana dengan agamanya ? “ tanya Ibu.

“Dia sudah jadi mualaf sebelum terbang ke negaranya. “

“Oh, sukurlah. Dia janda apa gadis ?”

“Gadis Bu. Ada lagi calon istriku yang masih gadis. Anak Bu Ida. Ibu tau kan Bu Ida ?”

“Bu Ida ?! Yang angkuh itu ?”

“Itu dahulu. Sekarang baik Bu Ida mau pun anaknya tunduk sepenuhnya padaku. “

“Siapa nama anak Bu Ida itu ?”

“Namanya Anggraeni. Cantik kok Bu. Kalau hotel baruku sudah selesai, dia akan kutugaskan di hotel itu. Sekarang dia masih harus mempelajari buku - buku tentang hotel dan manajemennya. “

Ibu mengangguk - angguk.

“Terus bagaimana dengan Dadang Bu ?” tanyaku tiba - tiba beralih ke topik lain.

“Bagaimana apanya ?”

“Ibu benar - benar puas sama dia ?”

“Jangan ngomong soal dia dong Sep. Ibu malu menceritakannya. Bahkan ibu menyesal juga, kenapa itu harus terjadi. Soalnya Dadang bilang disuruh sama Asep. Makanya ibu manut aja karena percaya bahwa dia disuruh sama Asep. “

“Memang aku yang menyuruhnya. Karena dahulu juga Dadang menyuruhku menggauli ibunya yang sering kepergok sedang masturbasi. “

“Haaa ?! Kamu pernah begituan sama Bu Pia ?”

“Sering Bu. Makanya kapan - kapan kita ajak Dadang dan Tante Pia untuk nginap di villa yang jauh letaknya itu. Biar rame nanti. Ibu wikwik sama Dadang, aku sama Tante Pia. “

“Wah, wah wah ... ternyata kamu sering nidurin Bu Pia, lalu kamu nyuruh Dadang nidurin ibu ... maksudnya supaya impas ?”

“Bukan gitu. Aku hanya ingin membuat semangat hidup Ibu bangkit kembali. Lalu kenapa aku memilih Dadang ? Karena dia bisa menjaga kerahasiaan kita. Makanya kupilih dia. Tapi aku kan belum pernah lihat Dadang seperti apa kalau menggauli perempuan. Makanya aku nanya sama Ibu, apakah Dadang itu memuaskan gak ?”

“Kalau dalam urusan biologis sih tentu aja ibu puas digauli sama anak muda kayak Dadang yang masih sedang - sedangnya tangguh. “

“Lalu kenapa tadi malam Ibu menolak digauli lagi sama dia ?”

“Ah, ibu gak mau sering - sering. Di hari pertama saja sampai empat kali dia nidurin ibu. Kontolnya ngaceng lagi, ngaceng lagi ... hihihiiiiii ... “

“Lalu kenapa Ibu merasa menyesal telah membiarkan Dadang menggauli Ibu ?”

“Menyesal aja, karena rasanya ibu jadi perempuan binal. Tapi penyesalan itu memang selalu datang belakangan. Makanya biar ajalah. Kan semuanya telanjur sudah terjadi. “

“Tenang aja Bu. Aku hanya ingin agar semangat hidup Ibu bangkit kembali. Jangan merenung - renung terus. “

Beberapa saat kemudian sedan baruku membelok ke pekarangan villaku, villa hadiah dari Tante Sharon itu.

“Waaah ... ini villamu Sep ?” tanya Ibu ketika mobil baruku berhenti di dekat teras depan villaku.

“Iya, “ sahutku sambil mematikan mesin mobilku. Lalu turun dari mobil.

“Megah sekali villamu Sep, “ kata Ibu ketika kubuka pintu di sebelah kirinya. Lalu Ibu pun turun dari mobil.

Mang Harja muncul sambil membawa serangkaian kunci. “Selamat sore Boss, “ ucapnya sambil agak membungkuk sopan.

“Sore. Sehat Mang ?”

“Alhamdulillah sehat Boss. “

“Ini ibuku Mang. “

“Ooooh ... iya. Baru sekali ini beliau diajak ke sini ya ... “

“Iya. Tadinya kan beliau jauh di seberang lautan. “

“Ooooh ... “ Mang Harja memmbuka pintu depan, lalu masuk ke dalam villa. Untuk menyalakan semua AC dan peralatan elektronik lainnya.

Aku pun mengikutinya sambil menyerahkan uang untuk kebutuhan sehari - harinya. Mang Harja membungkuk sopan sambil mengucapkan terima kasih, kemudian berlalu.

Ibu pun kuajak masuk ke dalam villa.

“Biasanya villa itu kecil - kecil. Ini kok gede banget villanya Sep, “ kata Ibu sambil mengamati keadaan di dalam villaku. Semuanya diamati. Bahkan kulkas dan mesin cuci pun dipegang - pegang.

Bagian berikutnya mengandung incest. Untuk yang tidak menyukainya, silakan skip saja.

Ketika memasuki kamar utama yang paling luas ukurannya, aku merebahkan diri di atas bed sambil berkata, “Kamar ini dipakai sama delapan orang juga bisa masuk. Karena bednya ada empat. “

“Iya. Istrimu sering diajak ke sini ?” tanya Ibu.

“Belum pernah. Soalnya aku takut kalau dia nanya sejarah villa ini. “

“Memangnya sejarah villa ini bagaimana ?”

“Ini pemberian istri seorang konglomerat yang merasa bahagia sekali karena aku sudah berhasil menghamilinya. Dan semua itu atas ijin suaminya. Jadi hubunganku dengan wanita itu bukan hubungan gelap. “

“Suaminya sendiri tidak bisa menghamilinya ?”

“Iya Bu. Sudah tua ... jauh lebih tua dari Ayah. “

“Terus, setelah hamil, dihadiahkannya villa ini padamu ?”

“Bukan hanya villa dan hutan pinus di belakang sana, “ sahutku, “Dia juga menghadiahkan rumah super megah, mobil dan modal untuk berbisnis saham. “

“Mobil hitam itu dari dia ?”

“Bukan mobil itu Bu. Mobil dari dia kusimpan di kota lain yang ada cabang perusahaanku. “

“Baik sekali wanita itu ya. “

“Ceu Imas juga dijodohkannya sama dia Bu. Suami Ceu Imas itu rekan bisnisnya yang kebetulan sudah ditinggal mati sama istrinya. Kalau gak ada Tante Sharon, mungkin Ceu Imas masih melarat sampai sekarang. “

“Ooo ... nama wanita itu Sharon ?”

“Iya Bu. “

“Terus ... anaknya sudah lahir belum ?”

“Sudah. Anak laki - laki. “

“Hihihiii ... jadi sebenarnya kamu sudah punya anak Sep. “

“Tapi aku sudah menandatangani perjanjian. Bahwa aku takkan mengganggu gugat anak itu sampai kapan pun. Jadi anak itu secara resminya adalah anak suami Tante Sharon. Bukan anakku. Karena aku kan cuma dijadikan pejantan ... hehehee ... ”

“Silaturahmi dengan Sharon itu masih tersambung sampai sekarang ?”

“Masih Bu. Dia kan ingin punya anak lagi. “

“Ohya ?! Sekarang sudah hamil lagi ?”

“Belum. Makanya masih sering ketemuan. Untuk berusaha agar dia bisa hamil lagi. “

“Terus ... kamu pernah bilang bahwa calon istrimu sebenarnya ada enam orang. Tapi kamu baru menerangkan yang empat orang itu. Lalu ada siapa lagi calonmu ?”

“Anak kembar Bi Mita. Mereka akan kunikahi dua - duanya. “

“Bi Mita adik ayahmu ?”

“Iya, “ aku mengangguk, “Tapi kelihatannya takkan bisa nikah secara resmi dan diakui negara. Paling juga mereka akan kunikahi secara siri aja. “

“Iya ... ibu ingat sekarang. Mita melahirkan anak kembar, gak lama setelah kamu lahir. Lucu - lucu anaknya. Tapi memangnya diijinkan sama Mita untuk menikahi dua - duanya ?”

“Diijinkan. Soalnya kedua anak kembar itu ke mana - mana harus bareng. Beli baju harus sama persis. Jadi memang harus dinikahi dua - duanya. Supaya tidak ada yang merasa kehilangan saudaranya.“

“Pasti cantik - cantik anak kembar itu, karena ibunya pun cantik, “ kata Ibu.

“Sekarang kita cari makan dulu, “ kataku, “Ibu udah lapar kan ?”

“Belum lapar benar. Lagian ibu pengen mandi dulu. Hari ini belum mandi sore. “

“Ayo kalau gitu kita mandi bareng. Aku ingin sambil nostalgia masa kecil. “

“Iya, “ Ibu mengangguk sambil mencubit pipiku, “ibu jadi ingat kata seorang paranormal di Manado. Kan ibu ingat sama kamu terus, karena takut terlantar, gak ada yang ngurus. Tapi apa kata paranormal itu ? “

“Apa katanya ?”

“Dia bilang begini, anak ibu justru akan sukses kalau tidak dimanjakan baik sama ayah mau pun sama ibunya. Biarkan saja dia hidup mandiri sejak kecil. Dia akan menjadi orang yang kaya raya. “

“Begitu ya. “

“Iya, “ sahut Ibu, “Tadinya ibu antara percaya dan tidak percaya. Tapi sekarang terasa omongannya itu terbukti semua. “

Lalu aku dan Ibu melangkah ke kamar mandi yang berada di kamar utama. Kamar mandi ini tergolong diistimewakan, ada bathtubnya segala. Tapi Ibu tidak mau mandi di bathtub, karena pernah terjadi tetangganya mati di bathtub, akibat ada arus listrik ke dalam air yang sedang merendamnya. Karena itu ia memilih untuk mandi pakai shower air hangat saja.

“Nanti sabunin punggungku ya Bu, “ kataku sambil menanggalkan celana panjang dan baju kausku (aku memang jarang memakai kemeja, kecuali kalau sedang mengenakan jas).

Pada saat itu pula Ibu menanggalkan gaunnya. Lalu juga kutang dan celana dalamnya. Sementara aku sudah tinggal mengenakan celana dalam saja.

Inilah yang mendebarkanku. Karena Ibu yang dahulu sering menyayangiku sangat berubah dengan Ibu yang sekarang. Kalau dahulu Ibu kurus kering, sekarang Ibu sudah jadi montok bohai. Sehingga perasaanku seolah berjumpa dengan sosok baru, meski aku memaksakan diri untuk menganggapnya benar - benar ibu kandungku.

Lalu kenapa ketika Ibu sudah telanjang bulat di depanku, ada perasaan yang lain di dalam batinku ? Perasaan sedang berhadapan dengan wanita setengah baya yang cantik dan sekaligus seksi ? Bukankah perasaan seperti ini tak boleh bermukim di dalam jiwaku ?

Entahlah. Yang jelas aku sudah terbiasa menghadapi wanita yang jauh lebih tua dariku. Dari yang setengah baya sampai yang STW. Maka tanpa ragu aku memeluk ibuku sambil membisikinya, “Aku bangga punya ibu yang begini cantik dan seksinya. “

Ibu tersenyum lalu menyahut, “Ibu juga bangga punya anak yang begini tampannya. Dengan ketampananmu, cewek yang bagaimana pun pasti bisa terpikat padamu. “

Lalu kupegang toket gede Ibu sambil bertanya, “Dahulu berapa lama Ibu menyusuiku ?”

“Cuma setahun, “ sahut Ibu, “Selanjutnya kamu lebih suka susu formula. “

Aku puas dengan jawaban itu. Lalu mendadak tanganku memegang memek Ibu yang ternyata bersih dari jembut, sambil berkata, “Memek Ibu seperti memek anak muda. Sering dicukur bersih gini Bu ?”

“Dadang tuh yang mencukur memek ibu. Katanya biar gampang menjilatinya. Biasanya sih gondrong ... udah ah ... jangan lama - lama megangin memek ibu Sep. Takut ada setan lewat. Ayo kita mandi dulu. Nanti gantian nyabunin ya. Ibu nyabunin kamu, terus kamu nyabunin ibu juga. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil melepaskan celana dalamku sebagai benda terakhir yang masih melekat di tubuhku. Setelah meletakkan celana dalam di kapstok, kuhampiri Ibu kembali.

Pada saat itulah Ibu terbelalak melihat kontolku yang sedang ngaceng ini. “Aseeep ... ! “ serunya tertahan, sambil memegang kontolku dengan tangan gemetaran, “Sejak kapan kontolmu jadi panjang sekali gini ?”

“Gak inget sejak kapan Bu. Mungkin sejak umurku tujuhbelas tahun kali, “ sahutku.

“Lalu kenapa kontolmu jadi ngaceng gini ? Jangan bilang kamu terangsang melihat ibu telanjang ya. ”

“Terangsang juga wajar Bu. Soalnya Ibu cantik, punya body yang aduhai pula. “

“Tapi ibu ini ibu kandungmu anakku. Yang mengandung dan melahirkanmu. Jadi jangan punya pikiran yang bukan - bukan ya Sayang, “ kata Ibu sambil membelai rambutku, “Ayo kita mandi dulu. Biar seger badannya ... otaknya juga ... “

Aku mengangguk dengan sikap pura - pura merajuk

Lalu air hangat shower utama dipancarkan dari atas kepala kami. Ibu pun mulai menyabuni punggungku, bokongku sampai paha, betis dan telapak kakiku tak ada yang terlewat.

Giliran menyabuni bagian depan badanku, ia terpana ketika menyabuni kontolku yang masih ngaceng juga. Terlebih setelah disabuni oleh kedua telapak tangan Ibu, semakin keras juga kontolku dibuatnya. Malah seperti sedang dikocok oleh ibuku.

Kemudian giliranku menyabuni bagian belakang tubuh Ibu. Fantasiku pun melayang - layang dibuatnya. Meski aku berkali - kali menindas fantasi ini, tidak bisa. Terlebih ketika sedang menyabuni bagian depan badan Ibu, hasratku jadi merajalela. Maka ketika sedang menyabuni memek Ibu yang katanya dicukur bersih oleh Dadang, aku sengaja menuangkan sabun cair sebanyak mungkin untuk menyabuni memeknya.

Ibu membuang muka, seperti tidak mau berpandangan denganku. Sehingga Ibu tidak sadar ketika kontolku sudah diarahkan ke mulut memeknya.

Tapi ketika aku mau mendorong kontolku, Ibu mendorong dadaku, “Jangan Sep. Jangan ... ! “ ucapnya seperti ketakutan.

“Cuma mau memasukkannya saja, untuk membuktikan kata - kata Dadang. “

“Memangnya Dadang ngomong apa ?”

“Dia bilang memek Ibu enak sekali. Boleh kan aku membuktikannya ya Bu. Cuma mau membuktikan kata - kata si Dadang. Aku hanya ingin menyelidik, memasukkan kontolku, lalu akan kucabut lagi. Setelah tau rasanya, aku akan mencabutnya lagi. Takkan kuentotkan. Boleh ya Bu ... “ ucapku dengan nada memohon.

Ibu menatapku sesaat. Lalu berkata, “Beneran cuma memasukkan lalu langsung mencabutnya lagi ya. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil mendesakkan Ibu ke dinding. Lalu meletakkan lagi moncong kontolku di mulut memek Ibu yang sudah sangat licin oleh sabun cair, sementara shower sudah dimatikan dulu pancarannya.

Kali ini Ibu tidak meronta lagi. Sehingga dengan mudah kontolku membenam ke dalam liang memeknya. “Duuuuuh ... si Dadang benar ... memek Ibu ini ... enak sekali ... jadi pengen nyobain seperti apa rasanya kalau kuentotin ya Bu. Sebentar aja, takkan sampai ngecrot ... “

“Do ... dosa Sep. “

“Di dunia ini mana ada manusia yang steril dari dosa Bu, “ ucapku sambil menarik lagi kontolku. Tapi tidak mencabutnya seperti janjiku, melainkan membenamkannya lagi ... blessss ... menariknya lagi ... srttttt ... membenamkan lagi ... blessss ... “

“Udah Sep ... udah ... jangan dibeginiin ... ibu ini ibu kandungmu Nak. Udah ... ooooooooh ... Seeep ... kamu nakal ... “ rintih Ibu sambil memejamkan matanya, tapi tanpa rontaan sedikit pun. Bahkan lalu ia memelukku erat sekali. Padahal aku sudah benar - benar mengentotnya. Sambil menjilati lehernya pula.

“Da ... Dadang nggak bohong. Memek Ibu memang luar biasa enaknya, “ sahutku sambil berpegangan pada kedua toket gede Ibu.

“Udah Sep ... udaaaah ... oooooh ... kenapa Asep harus lakukan ini ?”

“Karena aku sangat sayang sama Ibu ... “

“Udah Aseeep ... udaaaaaah ... “ cetus Ibu. Namun dengan pelukan semakin erat. Tidak berontak lagi. Mungkin diam - diam Ibu sedang merasakan nikmatnya pergesekan kontolku dengan liang memeknya. Karena kontolku mulai cepat menyodok - nyodok liang memek Ibu.

Bahkan pada suatu saat Ibu merintih ... “Aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaah ... Aseeeep ... kita ini benar - benar sedang bersetubuh Seeeeep ... ini dosa Seeeep ... tapi ... kenapa kontolmu enak sekali Seeeep ... aaaaaaaah ... ini dosa Sep ... dosaaaa ... “

Kusahut, “Biar aja dosanya aku yang menanggung Bu ... oooooh ... memek Ibu luar biasa enaknyaaaaaa .... uuuughhhh ... belum pernah aku merasakan memek yang seenak ini Buuu ... “

Tiba - tiba Ibu mengejang tegang sambil menahan nafasnya, sambil meremas - remas rambutku. Pasti Ibu mau orgasme. Maka kutancapkan kontolku sampai terasa menumbuk dasar liang memek Ibu. Lalu terasalah kedutan - kedutan liang memek Ibu, yang disusul dengan gerakan seperti spiral ... seperti ular melilit badan kontolku, lalu berupaya untuk memuntahkan kontolku dari dalam liang memek Ibu. Tapi aku bahkan semakin mendesakkan kontolku yang sedang mendorong dasar liang memek Ibu.

“Udah dulu Sep, “ kata Ibu lirih, sambil mendorong dadaku dengan kuatnya. Kontolku pun terlepas dari liang memek Ibu.

Lalu kami melanjutkan mandi. Membilas air sabun dengan air hangat shower.

Ketika Ibu memegang kontolku, Ibu bertanya, “Kontolmu kok masih ngaceng gini Sep ? “

“Kan belum ngecrot Bu. “

Ibu menatapku dengan senyum yang lain dari biasanya. Lalu mencium pipiku dan berbisik, “Kasihan anak kesayangan ibu ... nanti aja lanjutin di atas bed ya Sayang. “

Aku mengangguk. Lalu mencium pipi Ibu sambil menyahut, “Aku jadi semakin sayang sama Ibu. Sayang sekali. “

Serangan fajar ! Terimakasih suhu @Otta
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd