Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 53





Setelah selesai makan di ruang makan pribadiku, Tante Lien duduk di sofa yang tidak jauh dari meja makanku.

Aku menelepon kitchen dulu, minta agar meja makanku dibersihkan kembali.

Lalu aku duduk di samping Tante Lien.

“Tante, “ ucapku, “besok pagi aku harus terbang ke Surabaya, untuk mengurus bisnisku di kota itu. Sebaiknya Tante ikut aku ke Surabaya. Nanti dari Surabaya Tante bisa terbang ke Manado untuk menjemput Ibu. “

Tante Lien terdiam sejenak. Lalu berkata, “Asep ... kalau seperti itu, aku pasti letih sekali nanti. Bayangin aja, aku kan baru tiba di kota ini. Lalu harus terbang ke Manado ... terbang lagi ke Miangas ... lalu naik speedboat ke pulau kecil tempat ibumu tinggal. Lalu aku harus balik lagi ke sini untuk mengantarkan ibumu. “

“Terus Tante maunya gimana ?” tanyaku.

“Ibumu bisa terbang sendirian di sini. Ibumu masih kuat kok. Kan ibumu belum tua - tua amat. Baru empatpuluhlima tahun. “

“Ibu punya hape ?”

“Punya. “

Lalu kuambil hapeku dan kuserahkan kepada Tante Lien. “Coba Tante telepon Ibu sekarang. Biar aku tau apa yang diinginkan oleh Ibu. Soal biaya tiket, sekarang juga bisa kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

Tante Lien mengangguk. Lalu memijat beberapa angka di hapeku.

“Keluarin suaranya, supaya aku bisa ikut dengar, “ kataku.

Tante Lien mengangguk dan mengikuti permintaanku :

Lalu terdengar suara wanita ... suara ibu kandungku ... !

“Hallo ... maaf ini siapa ya ?”

“Ini Lien Kak. “

“Ohya. Gimana Lien ? Sudah ketemu sama Asep ?”

“Sudah. Ini Asep ada di depanku. Kak Mala mau bicara sama dia ?”

“Iya ... iya ... “

Tante Lien menyerahkan hape padaku.

“Hallo Bu ... ini Asep, “ kataku dengan jantung berdegup kencang.

“Ooooh ... Aseeeep ... anakku sayang ... gimana keadaanmu sekarang ? Sehat - sehat aja Nak ?”

“Sehat Bu. Semoga Ibu juga sehat ya, “ sahutku dengan mata berkaca - kaca.

“Sehat Sep. Ibu senang sekali dapat berita dari Imas tadi, yang bilang kamu sudah sukses. Ibu bahagia sekali mendengarnya. “

“Iya Bu. Tadinya aku mau minta tolong Tante Lien untuk menjemput Ibu ke sini. Tapi Tante Lien bilang, bakalan capek jemput Ibu, lalu balik lagi ke sini. Jadi ... bagaimana kalau Ibu terbang sendirian ke sini ? Nanti duit untuk beli tiket dan sebagainya akan kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

“Iya. Kasian juga tantemu kalau harus bolak - balik begitu. Biar ibu terbang sendirian ke sana. Tapi makan waktu lama. Karena ibu sekarang tinggal di pulau kecil yang dari Manado juga jauh lagi. “

“Iya Bu. Tante Lien sudah bicara soal itu. Pokoknya kalau sudah tiba di bandara, aku dan Tante Lien akan menjemput Ibu ke bandara. Gimana ... bisa Bu ?”

“Jemput di bandara juga gak usah Sep. Ibu bisa nyari alamatmu nanti. SMSkan aja alamat tempat tinggalmu sekarang. Tapi ingat Sep ... Ayah jangan dikasihtau ya. Ibu tak mau berjumpa dengan dia lagi. “

“Iya Bu. Nomor rekening tabungan Ibu kan ada sama Tante Lien. Sekarang juga akan kutransfer dana untuk biaya perjalanan Ibu. “

“Iya, terima kasih anakku sayang. “

Setelah hubungan seluler dengan Ibu ditutup, aku meminta nomor rekening Ibu kepada Tante Lien. Lalu lewat mobile banking aku mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening ibuku.

Lalu muncul pemberitahuan dari bank, bahwa nominal yang kutransfer sudah masuk ke rekening Ibu.

“Tante gak bawa pakaian ganti ?” tanyaku kepada Tante Lien yang masih duduk di sofa.

“Bawa, “ sahut Tante Lien, “Tasnya disimpan di kantor security. “

Mendengar pengakuan Tante Lien itu aku langsung memijat nomor security office. Lalu kusuruh petugas security agar membawa tas Tante Lien ke ruang kerjaku.

Lalu kuambilkan tas itu dari ruang kerjaku. “Sekarang Tante mau nginap di sini kan ?” tanyaku sambil menyerahkan tas yang kujinjing kepada Tante Lien.

“Terserah Asep. Tugas tante kan udah selesai. Menemui Imas sudah. Menemui Asep juga udah. “

“Tapi aku besok mau ke Surabaya. Gimana ? Mau ikut ?” tanyaku.

“Ya kalau diajak pasti ikutlah. Tapi di Surabaya nanti Tante harus ngerjain apa ?” Tante Lien balik bertanya.

“Gak usah ngerjain apa - apa. Tante bisa duduk manis aja di hotel, sementara aku mau meeting dengan pengusaha - pengusaha dari Jatim. “

“Iya deh, “ sahut Tante Lien sambil duduk di pinggiran bed, untuk melepaskan jaket kulitnya yang sejak datang tadi melekat terus di badannya.

Tiba - tiba aku menyaksikan sesuatu yang “lain”. Bahwa di balik jaket kulit itu Tante Lien mengenakan semacam kaus singlet tipis berwarna coklat muda. Dan ... bentuk toket gedenya tampak jelas di balik kaus singlet itu.

Si dede gak kenal kompromi. Langsung bangun setelah menyaksikan sesuatu yang merangsang itu. Tanganku pun seperti disedot daya magnetis, langsung mendekat ke bagian yang berputing di puncaknya itu. Tapi telapak tanganku hanya mendekat, tak berani memegangnya.

Tapi Tante Lien justru menarik tanganku dan menyelinapkannya ke balik baju yang mirip kaus singlet itu sambil berkata, “Peganglah ... toket tante masih bagus nggak ?”

Telapak tanganku yang sudah menempel di permukaan toket kiri adik ibuku itu spontan meremasnya perlahan. “Masih kencang gini Tan ... “ ucapku perlahan.

“Ya iyalah. Tante kan rajin senam dan lari pagi. “

“Pantesan ... “ gumamku sambil mengeluarkan tanganku dari baju kaus singlet tipis itu.

“Yang kupakai ini sejenis bikini. Bukan kaus singlet. Lebih praktis soalnya. Tanpa harus mengenakan beha dan celana dalam lagi, “ kata Tante Lien.

“Coba lihat seperti apa bentuk bikininya, “ ucapku.

Tante Lien mengangguk. Lalu melepaskan celana jeansnya.

Memang benar. Yang tadi kusangka kaus singlet wanita itu ternyata bikini yang terbuat dari bahan kaus. Jadi dengan bikini itu Tante Lien tak usah memakai bra dan celana dalam lagi.

“Kalau mau melepaskannya bagaimana ?” tanyaku dengan nada serius.

“Bisa ditarik ke bawah, bisa ditarik ke atas juga, “ sahutnya.

“Di tarik ke atas ? “ tanyaku bingung.

“Iya, “ sahut Tante Lien sambil menelentang dengan kedua kaki mengangkang di pinggiran bed, “kan ada kancing perekat di bawah meki tante Sep. Coba buktikan deh. “

Sebenarnya aku sudah tahu bahwa pakaian ada yang kancingnya pakai kancing perekat. Tapi aku pura - pura bego dan memegang kancing perekat yang berada di bawah kemaluan Tante Lien. Niatku cuma satu, ingin melihat seperti apa memek Tante Lien yang berperawakan tinggi bohay itu.

Lalu kubuka kancing perekat yang berbentuk segi empat itu. Dan ... kulihat sebentuk mulut memek yang masih terkatup, sementara labia mayoranya tersembul keluar.

Tante Lien diam saja sambil memandang plafon kamar pribadiku yang terbuat dari kayu jati itu. Begitu pula ketika aku sedang meraba - raba labia mayoranya, ia diam saja.

Tapi ketika kuselinapkan jari tengahku ke dalam celah memek Tante Lien, terdengar suaranya, “Seeeep .... !”

“Kenapa Tante ?” tanyaku.

“Gak kenapa - kenapa ... tapi kalau sudah dicolok - colok gitu, pasti tante jadi kepengen Sep ... “

“Kepengen apa ? ” tanyaku lagi, pura - pura bodoh.

“Kepengen di ... digituin ... “

“Pengen dicobain dalemannya ? “ tanyaku sambil membuka mulut memek yang tebal labia mayoranya itu. Lalu menyelusupkan telunjuk dan jari tengahku ke dalamnya.

“Iya. Hihihiiii ... memangnya Asep mau ?” tanyanya dengan mata tetap menatap plafon kamar pribadiku.

“Tante sendiri mau nggak ? ”

“Mau. Tapi jangan sampai ibumu tau nanti. “

“Tentu aja ini akan jadi rahasia berdua Tante, “ sahutku sambil memaju mundurkan telunjuk dan jari tengahku di dalam celah memek Tante Lien.

Tante Lien tetap memandang ke atas. Tak mau memandang ke arahku. Mungkin karena dia malu padaku, karena biar bagaimana pun aku ini keponakannya. Tapi ketika celah memek Tante Lien sudah basah, diam - diam kupelorotkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng ini tak tertutup apa - apa lagi.

Lalu, ketika Tante Lien masih menatap ke atas, kuletakkan kepala kontolku di ambang mulut memek tanteku yang sudah basah ini. Lalu kudorong sekuatnya dan ... blessssss ... kontolku mulai membenam ke dalam liang memek tanteku. Semua ini kulakukan dalam posisi berdiri agak membungkuk di lantai bertilamkan karpet merah. Sementara Tante Lien tetap celentang mengangkang dengan bokong semoknya berada di atas pinggiran bed.

“Duuuududuuuuuh ... ini apa yang dimasukin ke dalam memek tante Sep ?” tanya Tante Lien dengan mata tetap memandang ke atas.

“Kontolku Tante. Kan tante tadi bilang daleman Tante pengen dicobain sama aku. “

“Haaaa ?! Kontolmu sudah dimasukin Sep ? ” Tante Lien mulai memandang ke arahku. Sambil menarik bikininya ke atas, sampai lepas lewat kepalanya. Sehingga tubuh tanteku yang putih mulus itu jadi telanjang bulat kini.

Aku pun melepaskan baju kausku, lalu berusaha untuk melepaskan celana panjang dan celana dalamku.

Setelah sama - sama telanjang bulat, kami bergerak ke tengah bed, tanpa melepaskan kontolku dari liang memek Tante Lien. Setelah berada di tengah bed, aku bisa fulll berada di atas badan Tante Lien. Sehingga aku bisa meremas toketnya sambil mengayun kontolku.

Pada awalnya Tante Lien terlihat canggung. Tapi beberapa menit kemudian ia mulai menggeol - geolkan pantat semoknya, dengan gerakan seperti membentuk angka delapan. Sehingga kontolku mulai terombang - ambing sesuai dengan geolan pantat semok tanteku.

Semuanya itu Tante Lien lakukan sambil merintih - rintih histeris.

“Ooooooo ... oooooh ... Seeep ... ooooohhhh ... akhirnya tante bisa merasakan kontol anak muda yang masih belasan tahun gini ... ternyata beda rasanya ... karena ereksinya sempurna ... keras sekali kontolmu Seeep ... ooooohhhh ... gak nyangka aku bakal dientot oleh keponakanku sendiri .... ooooohhhh ... ooooooooo .... oooooohhhh .... Seeeeep ... kontolmu kok panjang sekali Seeep ... sampai gak bisa masuk semuanya yaaa ... oooooo.... ooooh .... “

“Tapi ... uuuuughhhh .... enak kan dientot sama kontol panjang ... uuuuughhhhh ... “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku.

“Iiiii .... iiiiyaaaa ... luar biasa enaknya Seeeep ... jauh lebih enak daripada dientot mantan suamiku dahulu ... karena terasa kontolmu terus - terusan menyundul dasar liang memekku Seeeep ... oooooh .... Seeeep ... gak nyangka keponakanku punya kontol segini panjangnya ... ooooh ....Seeeep ... entot terus Seeeep ... entooooooottttttt ... entooooooootttttttt teruuuuuusssss Seeeeeeeep ...... oooooh ... enaaaak sekaliiiiiiiiiii ... Seeeep ... kontolmu enaaaaaaaak .... “

“Memek Tante juga licin tapi legit ... uuuuughhhhh ....luar biasa enaknya Tanteeeee .... memek Tante enaaaaaakkkkkkk ! ”

“Stttt ... jangan terlalu keras. Nanti kedengaran ke luar Sep. “

“Kamar ini kedap suara. Kita menjerit - jerit juga takkan terdengar ke luar. Nih aku mau teriak yaaaa ... hooooooiiii ! Aku lagi ewean sama Tanteeee ... ternyata ngewe Tante ini enaaaaaakkkkk !!! Ewean ini enaaaaaaaaakkkkk !!!”

“Huuuuushhhh ... jangan terriak - teriak gitu ah. Tante jadi hilang rasa nih, enaknya jadi hilang ... ” ucap Tante Lien sambil membungkam mulutku dengan telapak tangannya.

Aku menahan tawaku. Lalu melanjutkan persetubuhan tanpa rencana ini.

Bokong Tante Lien pun bergeol - geol kembali. Membuat kontolku ditarik ke sana - sini, dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek tanteku.

Aku pun mulai menanggapinya dengan meremas toket kanannya yang masih layak remas, sambil menjilati lehernya yang mulai keringatan, disertai dengan gigitan - gigitan kecil.

Hal ini membuat Tante Lien semakin mendesah - desah dan merintih -rintih histeris :

“Hhhhhhhhh ... Seeeeep ... pantaslah kamu punya banyak cewek ... hhhhhh ... semua yang kamu sentuh biiiii ... bisa membuatku ... seperti melayang - layang gini Seeep ... oooooo .... ooooohhhhh .... Aseeeeep .... enak sekali Seeeep ... iyaaaaaaa ... ooooooh .... iyaaaaaa .... tante pasti ketagihan Seeeep .... oooooh ... kamu memang sangta perkasa Seeep ... ooooohhhhh .... entot lebih keras lagi Seeeep ... tante sudah hampir lepas niiiiiii ... entot yang kerassss ... iyaaaaaaa ... iyaaaa .... entooooooottttttt ..... entoooooooottttt .... aaaaaaaa.... aaaaaaaahhhhh ... Aseeeeeep ........ “

Suara Tante Lien tidak terdengar lagi karena ia sedang menahan nafasnya sambil mencengkram sepasang bahuku. Lalu ia menjambak rambutku pada saat liang memeknya mengedut - ngedut di puncak orgasmenya.

Lalu ia menggeliat dan terkapar lemas sambil memejamkan matanya. Entotanku pun kuhentikan sejenak. Untuk menikmati indahnya liang memek Tante Lien yang masih mengedut - ngedut, sambil mengalirkan lendir libidonya ke sekujur kontolku.

Tak lama kemudian kelopak mata Tante Lien terbuka. Menatapku dengan sayu sambil berkata lirih, “Terima kasih Sep .... ternyata kamu bukan cuma tampan, tapi juga perkasa sekali ... ini pertama kalinya tante rasakan lagi sejak menjanda ... sejak setahun yang lalu ... tapi ... kamu belum ngecrot ya ? ”

“Belum. Santai aja Tante. Nanti setelah Tante orgasme tiga kali, baru aku akan ejakulasi, “ sahutku sambil mengusap - usap pipi Tante Lien yang keringatan.

“Emang bisa ? Tante tak pernah merasakan orgasme lebih dari satu kali. “

Kucabut kontolku dari liang memek Tante Lien. Lalu merebahkan diri di sampingnya, dengan kontol yang masih ngaceng.

Tante Lien sudah pulih kembali. Tanpa disuruh ia berjongkok sambil memegang kontolku. “Gilaaaa ... kontolmu memang panjang sekali Sep, “ ucapnya sambil memegang kontolku. Sambil mengarahkannya ke mulut memeknya.

Lalu Tante Lien menurunkan bokongnya, sehingga kontolku membenam lagi ke dalam liang memeknya yang masih basah dan licin itu.

Lalu Tante Lien mulai mengayun bokong semoknya. Dengan sendirinya liang memek tanteku membesot - besot kontolku dengan lincahnya.

Dalam posisi WOT ini ada yang lucu. Bahwa ketika pertama kalinya bokong Tante Lien diturunkan, ketika moncong kontolku mentok di dasar liang memeknya, Tante Lien seperti kaget. Dan ketika ia melanjutkan ayunan bokong sedmoknya, ia tak berani menurunkan bokongnya terlalu jauh. Mungkin takut dasar liang memeknya “menabrak” moncong kontolku lagi.

Namun kelucuan ini tak berlangsung lama. Karena setelah beberapa menit ia mengayun bokonbgnya dengan cara seperti itu, akhirnya dia menurunkan bokongnya sampai kontolku terbenam sepenuhnya di dalam liang memeknya. Dan moncong kontolku jadi sering “berdesakan” dengan dasar liang memeknya.

Akibatnya, beberapa menit kemudian Tante Lien ambruk ke atas dadaku, di saat tengah menikmati orgasme keduanya ... !

“Oooooh ... kontolmu memang terlalu enak Sep ... tante udah lepas lagi barusan, “ kata Tante Lien lirih.

“Terus ... lanjutkan jangan ?”

“Iiiiih ... ya lanjutkan dong. Pengen ngerasain disemprot sama air mani anak muda. Pasti hangat dan nikmat rasanya, “ sahut Tante Lien sambil menggulingkan badannya ke samping, sehingga kontolku tercabut dari liang memeknya.

Tadinya aku mengajak Tante Lien melanjutkannya dalam posisi doggy. Tapi Tante Lien menolak. Mungkin karena sudah merasa letih. Tante Lien mengajakku melanjutkannya dalam posisi missionary lagi. Dia menelentang sambil mengusap - usap memeknya yang pasti sudah becek di dalamnya.

Tanpa buang - buang waktu, kumasukkan lagi kontol ngacengku ke dalam liang memek Tante Lien yang memang masih basah oleh lendir libidonya. Tapi tidak terlalu becek.

Ketika aku mulai mengentot liang memek legit itu, Tante Lien pun tampak bersemangat lagi untuk meladeni entotanku. Dengan menggeol - geolkan bokong semoknya lagi.

Maka kontolku mulai diobang - ambingkan lagi, laksana perahu kecil di tengah lautan. Kontolku dibawa ke kanan, ke kiri, ke atas dan ke bawah.

Namun aku tetap mempertahankan entotanku, tetap maju mundur di dalam jepitan liang memek Tante Lien. Meski Tante Lien edan - edanan menggeolkan pantatnya, aku tetap stabil mengentot liang memek yang licin namun legit itu.

Desahan dan rintihan histeris pun mulai berlontaran lagi dari mulut Tante Lien. “Oooooh ... Seeep ... oooooh .... ooooo ..... ooooooh .... ini luar biasa indahnya Seeeep ... ayooo entot tante sepuasmu Seeep ... kontolmu memang luar biasa enaknyaaaaa ... entoooot teruuuuussss .... entooooooootttttt ... entoooooooooooootttttttttt .... iyaaaaa ... iyaaaaaa ... oooooh .... ooooooo .... ooooooohhhhhh ... gak nyangka kamu seperkasa ini Seeeep ... entottttttttttt ... entooooooooooooooootttttt .... “

Di tengah rintihan histeris itu, aku masih sempat menggoda tanteku, “Kita ini lagi ngapain Tante ?”

“Lagi eweaaaan ... ewean sama keponakan yang gagah perkasa, “ sahutnya.

“Enakan mana diewe sama aku dan diewe sama mantran suami Tante ?”

“Enakan diewe sama kamu Sayaaaaaaang .... ooooooh .... Aseeeeeep .... entot terus Seeeeeeep ... makin lama makin enak nih Seeeeep ... “

Lalu aku membisiki telinganya, “Heunceut Tante juga enak sekaliiii ... “

“Hihihiiiii ... heunceut .... udah lama gak dengar istilah itu .... heunceut beureum ... heunceut badag ... heunceut bekeh ... heunceut molongo .... hihihiii ... aaaaaah .... Seeeeep .... Aseeeeep ... ini kayaknya aku mau lepas lagi Seeeep ... “

“Aku juga Tante ... kayaknya udah deket - deket mau ngecrot nih ... “ sahutku sambil mempercepat entotanku. Seolah sedang memompa liang heunceut Tante Lien dengan gencarnya. Sehingga terdengar suara kecipak - kecipuk dari dalam memek Tante Lien yang sudah becek ini.

“Ayo barengin Sep ... barengiiin ... ooooohhhhh ... Aseeeeeeeeeeeepppp .... “ Tante Lien menggeliat sambil menahan nafasnya. Lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang.

Pada saat yang sama kutancapkan kontolku yang sudah hampir ngecrot ini sedalam mungkin. Sampai terasa moncong kontolku mendorong dasar liang memek Tante Lien.

Pada saat itu Tante Lien meremas sepasang bahuku, sementara aku pun meremas sepasang toket gedenya.

Lalu terasa benar liang memek Tante Lien mengedut - ngedut, disusul oleh mengejut - ngejutnya kontolku yang tengah menyemprotkan lendir pejuhku ...

Croooooooooootttttttt ... crettttt ... crooooooooooooooooooooooootttttttttt ... cretcretttt ... crooooooooooooooootttttttttttttt ... croooooooooooottttttttt ... !

Lalu aku terkulai di atas perut Tante Lien yang sudah duluan terkulai lemas.

“Beneran tiga kali orgasme, “ ucap Tante Lien setelah kontolku melemas dan terlepas sendiri dari liang memek Tante Lien.

“Gimana rasanya diewe keponakan Tante ? “ tanyaku sambil menepuk - nepuk memek Tante Lien yang bersih dari bulu. Ikut trend masa kini.

“Luar biasa nikmatnya. Nanti kalau tante ketagihan gimana ?” tanyanya.

“Gampang. Besok di Surabaya bisa dilanjutkan. “

“Tante takkan ikut ke Surabaya Sep. Mau nginep di rumah Imas aja. Mumpung lagi di kota ini. Lagian kalau kamu masih di Surabaya lantas ibumu datang, gimana ?”

“Beneran gak mau ikut nih ?” tanyaku.

“Iya Sayang. Nanti setelah kamu pulang dari Surabaya kan bisa ngewe tante lagi. ”

“Ya udah. Sekarang aku mau mandi dulu ah. Biar nyenyak tidurnya. “

“Tante juga mau mandi, “ kata Tante Lien sambil membuka tas pakaiannya.

“Di dalam kamar mandi banyak kimono Tante. Gak usah bongkar tas itu. Semuanya tersedia di kamar mandi. “

Tante Lien mengangguk. Lalu mengikuti langkahku menuju kamar mandi, dalam keadaan sama - sama telanjang bulat.

“Tuh ... kimono dan handuk seratus persen baru tinggal pilih. Sabun, sikat gigi dan odol juga tinggal pilih, “ kataku setelah berada di dalam kamar mandi.

Biasanya kalau sudah mandi bareng begini, pasti aku berusaha untuk melakukan “sesuatu”. Tapi mengingat besok pagi mau terbang ke Surabaya, aku tidak melakukannya.

Bahkan ketika aku tidur bersama Tante Lien pun, aku tidak berusaha menggodanya. Supaya besok pagi aku terbang ke Surabaya dalam keadaan benar - benar fresh.



Keesokan paginya kami menggunakan 2 taksi. Yang satu untuk Tante Lien menuju rumah Ceu Imas, yang satu lagi untukku menuju bandara. Tentu saja aku sudah mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening tabungan Tante Lien. Untuk kebutuhannya di kota ini.

Tiket pesawat terbang dan booking kamar hotel five star di Surabaya sudah diatur semua oleh sebuah biro perjalanan.

Ketika pesawat mendarat di bandara Juanda Sidoarjo, hari masih pagi. Mudah -mudahan tidak terlambat tiba di hotel yang sudah kubooking. Dari bandara menuju hotel itu kupakai taksi. Dan tiba di hotel ketika jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10.15 pagi. Tidak terlambat, karena janjinya akan ketemuan dengan calon buyer jam 11 pagi.

Setelah meletakkan koper pakaian di dalam kamar yang terletak di lantai 7, kukenakan pakaian formal. Berjas dan berdasi. Kemudian turun ke lantai satu. Karena janjiannya akan ketemuan di lobby hotel.

Di lobby aku mencari - cari wanita yang mengenakan gaun orange dengan motif bunga teratai merah di bagian dadanya.

Ada ! Seorang wanita setengah baya yang cantik, mengenakan gaun berwarna orange dengan motif bunga teratai di bagian dadanya, tampak sedang duduk di sofa yang melingkari lobby merapat ke dinding. Aku pun menghampirinya.

“Bu Davina ?” tanyaku sopan.

“Oh, betul. Ini dengan Dek Yosef ?” tanyanya sambil berdiri.

“Betul Bu, “ sahutku sambil menjabat tangannya yang halus dan hangat. “Ibu bawa rombongan berapa orang ?” tanyaku.

“Aku datang sendirian Dek. “

“Wah kalau hanya kita berdua yang mau berunding, gak usah pakai meeting room. “

“Ya iyalah. Buat apa nyewa meeting room mahal - mahal. Lalu di mana kita mau merundingkannya ? Di sini aja ?”

“Kalau Ibu tidak berkeberatan, mendingan di kamarku saja, di lantai tujuh. “

“Boleh, “ sahutnya. Lalu ia melangkah di sampingku menuju pintu lift.

Begitu masuk ke dalam lift, harum parfum yang dikenakan oleh calon buyer tanah itu tersiar ke penciumanku. Hanya ada kami berdua di dalam lift.

Ketika lift mulai bergerak, tiba - tiba Bu Davina berbisik ke telingaku, “Nanti di kamar jangan perkosa aku ya. “

Aku kaget mendengar bisikan itu. Lalu menjawab sekenanya, “Owh ... seumur hidup aku belum pernah memperkosa Bu. Kecuali ... “

“Kecuali apa ?” tanyanya.

“Kecuali kalau Ibu yang menginginkannya. Hihiii ... maaf ... just a joke. “

Bu Davina malah tersenyum sambil mencubit perutku. Mudah - mudahan aja bisnisnya lancar ya. Biar moodnya datang. “

“Siap Bu. “

Setelah berada di dalam kamar di lantai 7 itu, Bu Davina kuajak berunding di depan meja makan. “ Selain di Mojokerto dan Banyuwangi, apakah ada tanah lainnya lagi yang mau dijual ? ” tanyanya.

“Banyak Bu. Semuanya ada seratusduapuluhtiga bidang, “ sahutku sambil men-start laptopku.

“Haaaa ? Di mana aja ?”

Sebagai jawaban, kuperlihatkan monitor laptopku sambil berkata, “Ini semua aset yang ada di Jawa Timur. “

Bu Davina memperhatikannya dengan serius. “O my God ... lahan - lahannya ada di daerah strategis semua Dek. Lantas semuanya mau dijual ?”

“Iya Bu. Bukan hanya yang di Jawa Timur. Yang di Jawa Tengah juga mau dijual semua. “

“Ada yang di Jawa Tengah segala ? Coba lihat daftarnya. “

Aku mengangguk. Lalu mengotak atik laptopku, sampai muncul daftar lahan yang di Jawa Tengah. Semuanya punya Mbak Manti, yang sudah dikuasakan penuh padaku mau dijual atau diapakan juga.

“Yang di Jawa Tengah malah lebih banyak ya, “ kata Bu Davina sambil memperhatikan monitor laptopku.

“Iya Bu. Yang di Jateng ada seratuslimapuluhtujuh bidang. “

“Tapi sertifikat aslinya tidak dibawa semua kan ?”

“Dibawa semua. Karena tadinya aku mau mencari buyer lain, kecuali kalau Ibu mau membelinya semua. “

“Aku sudah hafal semua harga pasaran tanah baik di Jatim mau pun di Jateng. Coba hitung semua Dek. Kalau ditotalkan jadi berapa harga untuk semua tanah di kedua propinsi itu. “

Aku mengeluarkan kalkulator dari dalam tas kerjaku. Kalkulator yang bisa menghitung sampai trilyunan.

Ketika Bu Davina sedang menghitung dengan oret - oretan di buku notesnya, aku pun menghitung lewat kalkulator besarku.

Sampai lebih dari seperempat jam aku menghitung, akhirnya muncul deretan angka sebagai harga semua tanah yang di Jatim dan Jateng itu. Lalu kuperlihatkan deretan angka yang tampil di kalkulatorku kepada Bu Davina.

Wanita cantik itu mengangguk - angguk sambil berkata, “Hampir sama nominalnya dengan hitunganku. “

“Sedikit di bawah harga pasaran Bu, “ kataku.

“Begitu ya. “

“Mau dibeli semua Bu ?”

“Ya, “ Bu Davina mengangguk sambil tersenyum, “Kebetulan dananya ada kalau segitu sih. Tapi aku mau bicara jujur ya. “

“Mengenai apa Bu ? “

Tiba - tiba Bu Davina memegang tanganku, “Dek Yosef punya daya pesona yang bikin aku gemes. Sepertinya kita harus charge dulu, supaya semangat bisnis kita berkobar. “

“Bukannya mau menyelesaikan masalah bisnis dulu Bu ?”

“Masalah tanah sudah deal. Besok pagi kita ke notaris untuk menyelesaikan semuanya. Tapi sekarang aku ingin dicharge dulu sama Dek Yosef ... “

“Jadi sekarang Ibu yang mau memperkosa aku ? Hihiiiihiii ... “

“Iya. Dek Yosef punya apa sih ? Belum pernah aku langsung gemes begini sama cowok, “ kata Bu Davina sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu mencium bibirku dengan hangatnya.

Diam - diam kuturunkan kancing zipper celana panjangku, lalu kusembulkan kontolku yang sudah ngaceng ini sambil berkata, “Punya ini Bu ... “

“O my God ... “ Bu Davina terbelalak sambil menggerakkan tangannya ke arah kontolku yang sedang menunjuk ke arah wanita yang kutaksir usianya 35 tahunan itu.

“Ini sih dua kali ukuran normal, “ kata Bu Davina sambil memegang kontolku dengan tangan agak gemetaran.

“Ayolah ... siapa takut ?” cetusnya sambil melepaskan kontgolku dari genggamannya. Lalu ia menghampiri bed sambil menanggalkan gaun orangenya. Bahkan celana dalamnya juga dilepaskan. Tinggal beha putih yang masih melekat di badannya.

Jujur, aku terkejut mengalami semuanya ini. Karena tadi aku hanya memikirkan bisnis semata. Tapi sekarang aku jadi fokus ke arah tubuh indah yang tinggal mengenakan beha saja itu. Sementara memeknya yang hanya berjembut di bagian atasnya sebesar kartu domino seolah strip hitam saja itu, seolah sedang menantangku untuk mengentotnya ... !

Aku memang sering, sering sekali mendapatkan kejutan seperti ini. Tapi sepanjang tidak ada pihak yang dirugikan, apa salahnya kalau kuikuti saja alur yang sudah tersurat di lembaran kehidupanku ini ?
Dapat duit, dapat memek .... Asep emang top
 
Part 55



T
adinya aku berpikir masalah penting itu menyangkut transaksi dengan Bu Davina. tapi ternyata bukan. Mbak Manti menjelaskan masalah penting itu :

“Aku kan punya kakak, yang biasa kupanggil Mbak Ayu. Dia itu sudah tujuh tahun menjadi istri seorang pengusaha yang usianya jauh lebih tua. Tapi sampai saat ini belum punya anak juga, “ kata Mbak Manti di awal penuturannya.

“Terus ?” tanyaku.

Mbak Manti menghelka nafas, lalu berkata, “Dia sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis. Tapi ternyata dia normal. Yang jadi masalah adalah suaminya itu. Mungkin karena sudah terlalu tua atau bagaimana, entahlah. Bahkan suaminya sudah mengijinkan kakakku untuk mencari lelaki lain yang biusa menghamilinya. Asalkan jangan sembarangan lelaki. Harus yang tampan dan yakin tidak penyakitan, supaya anaknya kelak bagus dan sehat. “

“Terus apa hubungannya denganku sehingga Mama menceritakan masalah pribadi dan dianggap sangat penting itu ?” tanyaku.

“Aku mau minta tolong padamu Honey, “ sahut Mbak Manti sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Dengan kalimat yang lebih jelas lagi, aku minta tolong untuk menghamili kakakku itu Honey. “

“Mama gak salah ngomong nih ?”

“Tentu tidak. Dia bahkan sudah menunggu di salah satu kamar di rumah ini. “

“Haaa ?! “ aku terkaget - kaget, “Mama tau kan kalau untuk membuat hamil itu tidak selalu sukses seketika. “

“Iya, tau. Kalau belum sukses, Papa harus selalu datang ke sini di setiap masa suburnya. “

“Tapi kita kan mau menikah Beib. Apakah hal itu takkkan jadi masalah dalam hubungan cinta kita nanti ?”

“Tidak. Dia kan kakak kandung yang sangat menyayangiku. Jadi untuk sementara anggaplah dia istri keduamu Honey. Aku rela dan ikhlas ... untuk menolong kakak yang sangat kusayangi itu. Please ... jangan tolak permintaan tolongku ini ya. “

Aku terdiam. Permintaan tolong ini agak aneh bagiku. Tapi aku tak pernah menolak apa pun yang diinginkan oleh Mbak Manti itu. Lagian apa susahnya ngentot perempuan ?

“Setuju ?” tanya Mbak Manti sambil meremas tanganku.

“Aku tak pernah membantah apa pun yang Mama inginkan/ “

“Berarti sudah setuju kan ?”

“Tapi Mama harus berjanji bahwa kelak cinta kita jangan sampai retak di tengah jalan ya.”

“Bukan cuma takkan meretakkan cinta kita. Aku malah berjanji akan semakin mencintai dan menyayangimu setelah permintaanku dilaksanakan. “

“Serius ya, “ ucapku sambil membelai rambut Mbak Manti.

“Aku sangat serius Honey. Kan aku sudah sering bilang, dirimu adalah pelabuhan terakhirku. “

Lalu Mbak Manti berdiri sambil meraih pergelangan tanganku. “Ayo kita temui Mbak Ayu yang sudah menunggumu Honey, “ ucapnya sambil melangkah ke lorong yang di kanan kirinya berderet pintu - pintu.

Lalu Mbak Manti membuka salah satu pintu.

Seorang wanita setengah baya, mengenakan blouse putih dan rok mini berwarna biru peacock tampak sedang duduk di sofa, lalu berdiri setelah aku dan Mbak Manti masuk ke dalam kamar itu.

“Ini calon suamiku Mbak. Dan sekarang aku meminjamkannya pada Mbak, karena aku sangat sayang sama Mbak Ayu, “ kata Mbak Manti sambil mempersilakanku berkenalan dengan kakaknya yang bernama Ayu itu.

“Memangnya kamu benar - benar ikhlas meminjamkan calon suamimu yang setampan dan semuda ini Ti ?” tanya Mbak Ayu kepada adiknya.

“Kalau sama orang lain tentu tidak ikhlas. Tapi sama Mbak Ayu tersayang, aku ikhlas meminjamkannya, “ sahut Mbak Manti.;

Lalu Mbak Manti melangkah ke arah pintu lagi sambil berkata, “Biar tenang dan nyaman, kunci aja pintu ini Mbak. Aku takkan mengganggu. Semoga Mbak Ayu benar - benar bisa hamil yaaa ... “

Lalu Mbak Manti keluar dan menutupkan pintu itu dari luar.

Tinggallah aku dan wanita yang bernama Ayu itu. Seperti yang sudah dikatakan oleh adiknya, Mbak Ayu langsung menguncikan pintu kamar itu. Sehingga Mbak Manti takkan bisa masuk ke dalam kamar ini sebelum “urusan”ku dengan Mbak Ayu “selesai”.

“Manti memang seorang wanita yang baik hati dan pemurah. Kamu beruntung mendapatkan calon istri seperti dia, “ kata Mbak Ayu yang lalu duduk di samping kiriku, dengan bertumpang kaki. Sehingga paha kanannya terbuka full, tidak tertutup oleh rok mininya.

Dalam sekejap mata pun aku bisa menilai bahwa Mbak Ayu kalah cantik kalau dibandingkan dengan Mbak Manti. Tapi Mbak Ayu lebih seksi, dengan tubuh tinggi gedenya, membuatku ingin secepatnya menelanjangi kakak Mbak Manti ini.

“Benarkah Mbak belum pernah hamil ?” tanyaku sambil merayapkan tanganku ke paha putih mulusnya.

“Benar, “ sahutnya sambil melingkarkan lengan kanannya di pinggangku, membuatku berani melanjutkan gerayanganku ke arah pangkal pahanya, “Umurku sudah tigapuluhenam tahun. Tapi punyaku masih rasa gadis ... hihihiii ... “

Ucapan itu diakhiri dengan menurunkan tumpangan kakinya. Lalu kedua kakinya direnggangkan ... seolah mempersilakanku menggerayanginya lebih jauh.

Dan tanganku memang ingin menggerayangi lebih jauh sampai ke pangkal pahanya yang terasa hangat. Lalu menyelinap ke balik celana dalamnya, sampai menyentuh memeknya yang terasa tidak berjembut.

Pada saat itulah Mbak Ayu memagut bibirku ke dalam ciuman lengketnya, yang lalu kutanggapi dengan lumatan ... sehingga akhirnya kami saling lumaty bibir, sementara jari tanganku sudah menyelinap ke dalam celah memek Mbak Ayu.

Setelah bibir kami menjauh, aku berkata, “Memek yang bersih dari bulu gini enak jilatinnya. “

“Kalau mau jilatin silakan aja, “ sahut Mbak Ayu sambil melepaskan celana dalamnya. Lalu duduknya agak maju, sehingga setengah dari bokongnya tidak di atas sofa lagi.

Aku pun duduk di atas karpet tilam lantai, di antara kedua kaki Mbak Ayu.

“Biasanya jembutku lebat. Tapi Manti menyuruhku membersihkannya. Takut diketawain oleh cowok semuda Yosef, “ ucapnya ketika aku masih mengusap - usap memek Mbak Ayu yang lebih tembem daripada memek Mbak Manti.

“Hmmm ... memang kalau plontos gini seolah menantang untuk diciumi dan dijilatin, “ sahutku yang diakhiri dengan menciumi memek tembem yang menyiarkan harum parfum mahal ke penciumanku. Lalu kungangakan kedua labia mayoranya dan kuijilati bagian dalamnya yang berwarna pink itu.

Gila ... rasanya bagian dalam memek Mbak Ayu ini memang enak sekali untuk dijilati. Entah apa bedanya dengan memek lain. Namun jelas aku jadi lahap sekali menjilatinya. Sementara Mbak Ayu hanya mengusap - usap rambutku yang sudah agak gondrong ini.

Namun ketika ujung jempol kiriku mulai mengelus - elus kelentitnya yang sudah kutemukan, Mbak Ayu mengepak - ngepakkan tangannya ke sofa. Dengan kedua kaki mengejang - ngejang.

“Oooooh .... oooooo .... oooooh .... oooooooohhhhhh .... Yossseeeeeefffff .... ooooooo ... oooooh .... ja ... jangan terlalu lama jilatinnya Yosss ... nanti keburu becek gak enak lho ... oooooh ... Yoooosssss ... ooooooh ... udahan dulu Yooosssss ... masukin aja punya Yossssss ... “

Mbak Ayu mendorong dahiku agar menjauh dari memeknya. Lalu ia berdiri dan bergegas melangkah ke arah bed. Di situlah ia melepaskan blouse putihnya. Lalu juga rok mini dan behanya. Sehingga tubuh seksinya langsung telanjang bulat.

Aku pun tak mau buang - buang waktu lagi. Karena kontolku sudah ngaceng berat. Maka kulepaskan seluruh busanaku, sampai telanjang bulat seperti Mbak Ayu.

Kemudian aku pun naik ke atas bed bertilamkan seprai beludru merah hati ini. Di mana Mbak Ayu sudah menelentang sambil mengusap - usap memeknya, seolah ingin segera kuterkam. Aku pun berlutut sambil meletakkan kepala kontolku di bagian yang berwarna pink itu. Namun tiba - tiba Mbak Ayu terduduk sambil memegang kontolku dengan mata terbelalak, “Astagaaaa ... pantesan Manti cinta setengah mati sama Yosef ... ternyata senjata Yosef sepanjang ini ?! Wah .... wikwik sama yang sangat panjang gini sih pasti kenyang. Hihihiiiii ... ayo masukin Yos ... “

Lalu Mbak Ayu menelentang kembali, sambil merenggangkan kedua belah pahanya.

Aku cuma tersenyum. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Ayu yang berwarna pink itu.

Lalu kudorong kontolku sekuatnya. Ternyata benar, umur 36 tahun tapi memeknya masih rasa gadis. Liang memek Mbak Ayu masih sempit sekali. Untung aku sudah menjilatinya tadi, sehingga sedikit demi sedikit kontolku bisa melesak masuk ke dalam liang memek kakak Mbak Manti ini. Sampai mentok dik dasarnya.

“Anjaaaay ... sampai mentok gini. Gak bisa masuk semuanya ya ?” cetus Mbak Ayu sambil merentangkan kedua tangannya.

“Iya, “sahutku, “ Kalau dipaksakan sih bisa masuk semua, tapi takut Mbak kesakitan nanti. “

“Ya udah ... lama kelamaan juga pasti bisa masuk semua, “ kata Mbak Ayu sambil mendekap pinggangku.

Aku pun mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang sempit Mbak Ayu.

“Memang benar ... Mbak ini rasa gadis, “ cetusku ketika entotanku masih perlahan, “Suka minum jamu ya ?”

“Nggak pernah minum jamu. Aku gak suka yang pahit - pahit. “

“Terus diapain biar sempit begini ?”

“Gak diapa - apain. Memang jarang dipakai aja. Suamiku kan sudah tua. Pada masa pengantin baru juga cuma seminggu sekali bisanya. Makin lama makin jarang. Sekarang bisa sebulan sekali aja udah untung. “

Aku tidak menanggapinya lagi, karena mulai asyik mengentot liang memek yang masih sempit tapi sudah terlicinkan ini. Makin lama memang liang memek Mbak Ayu makin beradaptasi dengan ukuran kontolku. Ketika aku mendorongnya, kontolku bisa masuk semuanya. Karena liang memek Mbak Ayu bukan terbuat dari tembok.

Dan setiap kali moncong kontolku “berdesakan” dengan dasar liang memek Mbak Ayu, wanita 36 tahunan itu menahan nafasnya, lalu mendesah “Aaaaaa .... aaaa ... aaaahhh .... Yooossss ... aaaaaa ... aaaaah .... Yossssss ... aaaa .... aaaaah ... “

Suaranya seperti ditahan - tahan. Perlahan sekali. Mungkin takut terdengar oleh adiknya di luar kamar ini.

Namun ketika aku sudah mulai menggencarkan entotanku, pantat semoknya pun mulai bergeol - geol dengan lincahnya. Sementara rintihan - rintihan histerisnya pun mulai tak terkendalikan lagi.

“Oooo ... oooooh ... Yooooossss ... oooooooo ... ooooooh ... Yoooossss ... ra ... rasanya ... ini wikwik yang paling nikmat dalam hidupku ... ta ... tapi ... mungkin aku takkan tahan lama ... ini ... sudah mulai terasa ... ma ... mau lepasssss ... entot terus Yosssss .... ini luar biasa enaknyaaaa ... Yoooosssss ... ooooh Yooooossssss ... aku ... mau lepassss ... Yoooosssss .... “

Kali ini aku tidak ingin merasakan gerakan reflex liang memek pasangan seksualku. Karena aku sedang enak - enaknya mengayun kontolku sambil meremas - remas toket gede Mbak Ayu.

Lalu Mbak Ayu mengejang tegang di puncak orgasmenya. Namun aku tetap gencar mengentotnya. Karena mengentot liang memek Mbak Ayu ini, oh, luar biasa nikmatnya.

Walau pun begitu, aku tak mau ejakulasi prematur (menurut levelku).

Sambil mengayun kontol, aku malah mulai asyik menjilati leher Mbak Ayu yang sudah basah oleh keringat, disertai gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

Hal ini membuat rintihan Mbak Ayu menjadi - jadi lagi : “Aaaaaaaa .... aaaaaaaahh ... Yooooosssss ... apa pun yang Yosef sentuh ... membuatku gila Yosss .. gila sama kontolmu ... gila sama lidah dan bibirmu ... gila sama mulutmu ... semuanya nikmaaat Yosss ... aaaaa ... aaaaaahhhhh ... luar biasa eee ... enaknyaaaa ... kalau dengan Yosef ... wikwik sehari semalam pun aku maaaauuuu ... Yooooosssss ... ooooooh ... Yooooooosssss .... “

Terlebih lagi setelah aku menjilati ketiak kirinya, sambil meremas toket kanannya pula, Mbak Ayu pun semakin klepek - klepek dibuatnya.

“Adududuuuuuh .... Yoseeeef ... ini semakin enak Yoooossss ... pasti aku bakal lepas lagi nih Yoooossss ... ooooooooooooooohhhh .... ooooooooohhhhh .... Yoseeeeeeeeffff ... aku mau lepas lagi .... “

“Ayo barengin lepasnya Mbak .... uuuughhhh ... aku juga mau ngecrooootttt ... “ sahutku yang memang mulai merasakan betapa enaknya liang memek sempit yang hangat dan licin ini.

“Iyaaaaa ... barengin Yooosss ... biar nikmaaaaaaaat ... “ Mbak Ayu mulai berkelojotan. Dan ketika ia sedang mengejang sambil menahan nafasnya, aku pun sudah menancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai terasa mendorong dasar liang memek kakak Mbak Manti itu.

Lalu detik - deitk indah itu kurasakan. Liang memek Mbak Ayu berkedut - kedut kencang. Lalu ada gerakan seperti spiral, seolah ingin memuntahkan kontolku ke luar. Namun pada saat itu pula kontolku mengejut - ngejut sambil menembak - nembakkan lendir kenikmatanku.

Creeetttt ... croooooooooooooootttttt ... croooooooooooooooooooottttt ... croooootttt ... cretcretttt ... croooooooooooooooooooootttttttttttt ... !

Mbak Ayu memelukku erat - erat. Lalu terkulai di bawah himpitanku yang juga sudah terlunglai - lunglai.

Sesaat kemudian, ketika aku mencabut kontolku dari liang memek Mbak Ayu, wanita itu cepat menutup mulut memeknya dengan telapak tangannya. “Sperma Yosef takkan kubiarkan mengalir ke luar ... biar jasdi anak, “ ucapnya.

“Kalau mau jadi anak, wikwiknya harus di masa subur, “ sahutku.

“Sekarang aku sedang berada di masa subur Yos, “ kata Mbak Ayu, “Dua hari yang lalu aku baru bersih mens. “

“Lebih bagus lagi kalau pada masa subur, Mbak harus kugauli tiap hari. Karena telur wanita sulit memprediksi harinya secara tepat. Yang jelas pada masa subur itu akan ada telur yang siap dibuahi. Tapi entah pada hari keberapa telur itu munculnya. “

“Yosef kok kayak udah pengalaman sekali. Memangnya pernah menghamili perempuan ?”

“Pernah ... tiga orang wanita sudah kuhamili. Semuanya atas permintaan suaminya masing - masing. “

“Terus kenapa Manti belum hamil juga ya ? Bukankah Yosef sudah sering menggaulinya ?”

“Dia kan pasang alat KB Mbak. Dia hanya mau hamil kalau sudah resmi menikah denganku. “

“Ogitu ... “

Tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Cepat kuambil hape dari saku celanaku. Ternyata call dari Bu Davina. Lalu :

“Hallo Bu ... “

“Udah dicek saldo di rekening perusahaan sampeyan ? Sisa pembayaran sudah kubayar lunas tuh. “

“Ohya ?! Sudah selesai AJBnya ?”

“Sebenarnya belum selesai sih. Baru seperempatnya yang selesai. Tapi karena semuanya berjalan lancar, aku percaya saja bahwa semuanya akan berjalan lancar. Karena itu kubayar lunas saja, biar gak ada beban di antara kita. “

“Iya Bu. Terima kasih. Sebentar lagi akan kucek. “

Setelah hubungan seluler dengan Bu Davina ditutup, aku mengepalkan tanganku sambil berseru “Yesssssss ... !”

Lalu lewat hape kucek saldo rekening perusahaanku. Benar saja. Saldoku jadi “gajah bengkak” ... ! Dengan dana segunung gitu, apa pun bisa kulakukan. Beli pesawat jet pribadi 3 buah pun bisa.

Tapi aku tak mau seroyal itu. Aku harus tetap jadi manusia yang low profile. Bahkan kedua mobilku pun pemberian dari Tante Sharon dan Mbak Mona. Kalau tidak diberi oleh mereka, mungkin aku akan tetap mencukupkan diri dengan bersepeda, atau paling mahal aku hanya akan membeli sebuah motor bebek. Karena aku tak mau jadi sorotan publik. Tak mau disebut orang tajir melintir.



Ketika aku keluar dari kamar itu, Mbak Manti memeluk dan mencium bibirku. “Bagaimana ? Sukses ?”tanyaku.

“Iya sukses, “ sahutku, “Tapi kalau serius mau hamil, sepanjang masa subur itu harus digauli tiap hari Mam. “

“Iya. Nanti kalau kita sudah nikah, hal itu bisa Papa lakukan dengannya. “

“By the way, Bu Davina sudah membayar lunas. “

“Oh ya ?! Cepat sekali ya. “

“AJBnya baru selesai seperempatnya. Tapi dia merasa punya beban kalau tidak segera dibayar lunas. “

“Baguslah. Lagian semua sertifikat itu gak ada satu pun yang bodong. Semuanya asli dan bisa dibuktikan kebenarannya. “

Aku mengangguk sambil meremas tangan Mbak Manti.

“Pergunakanlah dana itu untuk mengembangkan perusahaan - perusahaanmu Honey. “

“Iya Mam. “

Tiba - tiba Mbak Manti membisiki telingaku, “Masih kuat untuk menggauliku ?”

“Masih. Barusan kan to the point aja. Makanya tidak lama selesainya. “

Lalu aku diajak masuk ke dalam kamar Mbak Manti.

“Aku jadi horny berat, gara - gara ngebayangin apa yang sedang terjadi di antara Papa dengan kakakku tadi, “ kata Mbak Manti sambil menanggalkan gaun rumahnya.

Dan begitulah ... aku menyetubuhi calon istriku yang cantik dan baik hati itu. Bahkan kali ini aku habis - habisan melakukannya. Sampai lebih dari dua jam aku mengentot Mbak Manti. Maklum ini adalah ronde keduaku, tentu durasinya jauh lebih lama daripada ronde pertama.

Aku bahkan menginap di rumah Mbak Manti.

Keesokan paginya, aku mengajak Mbak Manti ke kotaku. Aku akan memperlihatkan rumah yang kubeli dari Mbak Masitoh dan sudah direnovasi menjadi rumah megah dan besar itu.

Tapi aku merahasiakannya dulu kepada Mbak Manti. Setelah tiba di rumah besar dan sangat megah itu, barulah aku berkata padanya. “Meski pun tidak seberapa nilainya buat Mama ... tapi rumah ini akan kujadikan mahar pernikahan kita nanti. Rumahnya masih kosong, karena aku tidak berani membeli sembarangan perabotan. Nanti Mama sendiri yang bisa memilih perabotannya, yang sesuai dengan level dan selera Mama. “

“Waduuuuh ... rumah sebesar dan semegah ini sangat berharga bagiku Honey. Dindingnya dilapisi marmer, kamarnya besar - besar, ada kolam renangnya juga. Sedikit pun aku tak menduga kalau Papa sudah menyiapkan mahar yang sangat mahal ini. “

“Jadi setelah menikah, Mama harus tinggal di sini nanti. Bagaimana ?”

“Iya. Kalau sudah menjadi istrimu, tentu saja aku harus ikut suami. Soal perabotan rumah, gak usah dipikirin. Nanti sebagian perabotan di rumahku akan dipindahkan ke sini setelah kita menikah. Sebagian yang bisa dibeli di kota ini nanti aku aja yang membelinya. “

“Iya. Pokoknya aku tidak mau membelikannya karena takut ditertawakan nanti sama Mama. “

“Ah, jangan berpikir sejauh itulah. Aku takkan pernah menertawakan apa pun yang Papa berikan padaku. Lagian rumah ini mantap sekali. Aku malah sangat terkesan oleh semuanya. Terutama oleh kolam renangnya, luas sekali. Tak kalah sama kolam renang umum. Bisa dipakai oleh puluhan orang. “

“Syukurlah kalau Mama senang sih. Ohya, sekarang Mama mau kukenalkan pada ibu kandungku. Bersedia ?”

“Mau. Kan Papa pernah cerita bahwa ibu Papa sudah meninggal, tapi ternyata masih ada ya. Aku jadi penasaran, ingin bertemu dengan ibumu Honey.”

Kepada Mbak Manti, aku memang sudah menceritakan latar belakang keluargaku. Bahwa aku punya ibu tiri dua orang. Sedangkan ibuku sudah meninggal kata ayahku. Tapi baru - baru ini aku mendapat berita bahwa ternyata ibuku masih ada tapi jauh sekali di Indonesia paling utara, dekat perbatasan dengan Filipina.

Semua itu sudah kuceritakan kepada Mbak Manti. Begitu juga ketika Ibu sudah berada di kotaku, diceritakan juga kepada Mbak Manti.

Tak lama kemudian Mbak Manti sudah berada di dalam sedan hitamku yang kujalankan menuju perumahan elit di luar kota itu. Menuju rumah yang sudah kuberikan kepada Ibu itu. Namun sebelum menuju perumahan di luar kota itu, Mbak Manti ngajak beli pizza dan burger dulu sebagai oleh - oleh untuk Ibu.



Ibu tampak kaget ketika melihatku datang bersama seorang wanita. Lalu kujelaskan kepada Ibu siapa wanita cantik yang kubawa ke rumah Ibu itu, “Kenalkan dulu Bu. Ini calon menantu Ibu yang beberapa hari lagi akan kunikahi. “

“Ini calon istrimu Sep ? Masya Allah ... cantiknyaaaa ... “ Ibu memeluk Mbak Manti dan disusul dengan cipika - cipiki.

Kemudian Ibu mengajak Mbak Manti duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

“Kenapa gak bilang - bilang mau bawa calon istrimu ? “ tanya Ibu padaku, “Kalau tau kalian mau datang, tentu ibu akan masak - masak buat nyuguhin calon mantu. “

“Aaaah ... gak usah repot - repot Bu. Dengan ketemu sama Ibu aja hatiku sudah senang, “ sahut Mbak Manti.

“Bukan repot - repot, ibu hanya ingin memperlihatkan perasaan bahagia saja, karena didatangi calon mantu yang begini cantiknya. “

“Ibu muji terus. Padahal Ibu sendiri cantik, “ kata Mbak Manti sambil mengusap - usap punggung tangan Ibu yang sedang dipegangnya dengan tangan satunya lagi.

Tiba - tiba Mbak Manti menoleh padaku, “Oleh - olehnya ketinggalan di mobil ?” tanyanya.

“Oh iya ... lupa, “ sahutku sambil bergegas menuju mobilku yang terparkir di pinggir jalan.

Kantong kertas tebal yang tersimpan di seat belakang mobil kubawa, kemudian kuberikan kepada Ibu, “Ini oleh - oleh dari dia Bu. “

“Waduuuh ... apa ini Nak Manti ?” tanya Ibu.

“Cuma makanan aja Bu. Tadi mendadak sih diajak ke sininya, jadi gak sempat nyari oleh - oleh yang bagus. ”

Ibu tampak senang sekali melihat sikap dan perilaku Mbak Manti. Sehingga waktu kami pamitan, Ibu masih sempat menasehati kami berdua, “Semoga cinta kalian abadi sampai tua renta kelak ya. “

“Amiiin, “ sahutku serempak dengan Mbak Manti.

Dalam perjalan kembali ke kota Mbak Manti, calon isteriku itu berkata, “Mulai saat ini hapus aja istilah Mbak untukku. Gak enak rasanya calon suami memanggilku Mbak. Apalagi kalau sudah menikah nanti.

“Iya Mama Sayang, “ sahutku sambil tersenyum.

Dengan demikian, sejak saat itu aku menghilangkan istilah Mbak kepada calon istriku. Langsung menyebut namanya saja.



Beberapa hari kemudian akad nikah dilaksanakan di rumah Manti yang megah dan besar itu. Ayah dan ibu Manti hadir. Tentu saja walinya adalah ayah Manti itu.

Dari pihakku hanya Ibu, Tante Lien dan Ceu Imas bersama suaminya yang hadir. Upacara akad nikah itu dilaksanakan secara sederhana, karena tidak mengundang orang luar. Hanya keluarga yang menghadirinya. Selain seperangkat alat shalat dan perhiasan, maharku disebutkan juga ... sebuah rumah siap huni di kotaku.

Rumah besar itu memang sudah dilengkapi segala perabotannya sebelum akad nikah dilaksanakan. Karena seusai akad nikah dan makan bersama, aku akan membawa Manti ke rumah itu.

Sorenya para tamu bubar, pulang ke rumahnya masing - masing. Ibu, Tante Lien dan Ceu Imas pun pulang. Kebetulan mereka bisa muat di mobilnya Ceu Imas.

Aku pun siap - siap untuk kembali ke kotaku.

Pada saat itulah Manti membisiki telingaku, “Mbak Ayu mau diajak, gak apa - apa ?”

Aku agak kaget mendengarnya. Karena sudah terbayang kalau Mbak Ayu diajak, bisa terjadi “sesuatu” nanti di rumah yang sudah menjadi mahar untuk istriku itu.

Tapi aku tak bisa mengatakan tidak kepada istriku yang sudah melimpahkan dana segitu besarnya padaku. Bahkan jumlah dana pelunasan dari Bu Davina itu jauh lebih besar daripada seluruh harta yang sudah kumiliki sebelumnya.

Bukan hanya membawa Mbak Ayu. Dua orang pembantu setia yang sudah terbiasa melayani Manti pun diajak serta. Sehingga di seat belakang diduduki oleh tiga orang. Oleh Mbak Ayu dan kedua pembantu itu. Sementara istriku duduk di depan.

Biasanya mobil pengantin itu dihias dengan kertas dan bunga yang berwarna warni. Tapi mobilku tidak dihiasi apa pun. Bahkan pernikahanku dengan Manti tadi, hanya dihadiri oleh keluarga dekat kedua belah pihak. Tidak ada pesta besar - besaran. Padahal kalau Manti mau, mudah saja baginya untuk menyelenggarakan pesta semewah apa pun.

Di belakang mobilku, ada mobil Manti yang dikemudikan oleh sopirnya. Membawa pakaian Manti yang banyak sekali. Seat belakang dan bagasinya sampai penuh sesak oleh busana Manti yang sudah menjadi Nyonya Asep sekarang.

Mobil Manti cuma mobil Jepang yang sudah dirakit di Indonesia. Manti bilang, investasi dalam bentuk mobil adalah investasi paling bodoh. Karena harga mobil makin lama akan makin melorot harganya. Sedangkan investasi dalam bidang properti, makin lama akan makin mahal pasarannya. Manti pun pernah bilang padaku, bahwa tanah itu takkan hilang walau dibom sekali pun. Beda dengan mobil, kalau sudah masuk jurang, selesailah riwayatnya.

Aku seprinsip dengan istriku dalam soal itu. Makanya aku selalu ingin low profile. Tak usah pamer harta pada publik. Bahkan kalau tidak dikasih oleh Tante Sharon dan Mbak Mona, mungkin aku masih suka naik motor bebek atau sepeda sekali pun.

Lalu kenapa aku menikah dengan Manti ? Bukankah aku sudah berjanji untuk menikahi Gabby, Dhea, Anggraeni, Tina dan Tini ?

Apakah karena Manti luar biasa tajirnya, sehingga aku melupakan mereka semua ? Tidak. Aku hanya mengikuti apa yang sudah tersurat dalam takdirku.

Memang Manti sudah sedemikian banyaknya mengalirkan dana padaku. Tapi hal itu sebagai bukti betapa tulus dia mencintaiku. Karena itu aku akan mengiyakan usul mengenai apa saja darinya, sebagai tanda aku pun mencintainya. Hanya dengan itu aku bisa membalas segala kebaikannya.



Setibanya di rumah yang sudah kujadikan mahar untuk Manti itu, sang sopir sibuk mengangkut pakaian majikannya, dari mobil jepang itu ke dalam rumah yang kubeli dari Mbak Masitoh dan sudah direnovasi besar - besaran itu. Sehingga sang sopir berkomentar, “Wah ... ini rumah laksana istana saja ... “

Sopir yang usianya sudah kepala 5 itu bernama Momon. Dan Manti biasa memanggilnya Mang Momon.

Sopir dan kedua pembokat bernama Esih dan Yuyun itu mendapat kamar masing - masing di belakang. Karena rumah itu memang besar sekali. Kamarnya sampai belasan. Belum lagi yang di lantai atas.

Kamar utama diisi oleh aku dan Manti. Kamar di sampingnya diisi oleh Mbak Ayu.

Dan inilah masalahnya. Bahwa Mbak Ayu diajak oleh Manti, karena sebelum hamil Mbak Ayu akan tetap tinggal di rumah ini, katanya. Kalau sudah positif hamil, barulah Mbak Ayu akan pulang ke rumahnya. Dan menurut pengakuan Mbak Ayu, semua itu sudah direstui oleh suami yang usianya sudah 68 tahun itu.

Dunia oh dunia ... sudah sedemikian berwarna - warninya dunia ini sekarang. Aku tak bisa membayangkan seperti apa rasanya kalau istriku ingin hamil lalu kubiarkan dihamili oleh orang lain. Apakah kalau aku sudah tua renta akan seperti itu juga ?

Amit - amit ... semoga aku tidak seperti itu.

Manti belakangan ini memang dipasangi alat KB. Tapi seminggu sebelum akad nikah, alat KB itu sudah dilepaskan. Karena ia pun ingin cepat hamil, seperti keinginan kakaknya.

“Ceritanya malam ini kita sedang berbulan madu ya ?” cetus Manti ketika kami sedang duduk di sofa ruang keluarga.

“Iya Manti Sayang ... “ sahutku sambil mengecup pipinya.

Ketika Mbak Ayu muncul, Manti memanggilnya, “Sini Mbak ... “

Mbak Ayu menghampiri kami. Lalu duduk di sebelah kananku, sementara Manti duduk di sebelah kiriku. “Nggak ganggu pengantin yang sedang bulan madu nih ?” tanya Mbak Ayu.

“Ganggu apa ? Kan sebelum Mbak hamil, anggap aja Yosef punya istri dua orang. Aku dan Mbak Ayu, “ sahut Manti.

“Jadi aku harus ngapain ?” tanya Mbak Ayu.

“Pokoknya sebentar lagi kita bertiga akan berada di dalam kamar itu. Dan kita bewrtiga harus telanjang bulat. Nanti terserah Yosef mau diapain kita berdua ini.”

Aku tertawa,“Hahahaaaaaa ... aku jadi laksana seorang raja yang akan menggauli permaisuri dan selirnya. “
Tetap semangat ban Asep ....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd