Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 56



K
etika Mbak Ayu ke belakang untuk membuatkan juice lemon buatku, aku berbisik ke telinga Manti yang sudah jadi istriku, “Nanti kalau Mbak Ayu jatuh cinta padaku, lalu ia berpisah dengan suaminya gimana ?”

“Aku ijinkan. Yang penting istri Papa tidak boleh lebih dari empat orang, “ sahut Manti.

“Kok bisa mengijinkan punya istri empat orang ? ” tanyaku

“Karena ayahku juga istrinya empat orang. Tapi bundaku istri yang pertama,“ sahutnya, “Secara biologis, lelaki memang takkan cukup dengan satu wanita. Karena itu daripada selingkuh dan sembunyi - sembunyi, lebih baik diijinkan poligami kan ?”

Tak lama kemudian Mbak Ayu datang lagi dengan juice lemon panas seperti yang kuinginkan, “Silakan adik iparku tersayang, “ kata Mbak Ayu sambil tersenyum menggoda.

Juice lemon panas itu pun menggodaku. Lalu kuteguk sedikit, sementara Manti dan Mbak Ayu masuk ke dalam kamar utama. Entah mau merundingkan apa mereka itu. Yang jelas, cukup lama mereka berada di dalam kamar utama, sampai juice lemonku habis, mereka belum muncul juga.

Sampai akhirnya terdengar suara istriku, “Papa ... ! Sini dong ... !”

“Iya, “ sahutku sambil berdiri dan melangkah ke pintu kamar utama itu.

Dan ... aku menyaksikan sebuah surprise ... Manti dan Mbak Ayu sudah telanjang dan menelentang berdampingan di atas bed.

“Papa Sayang ... silakan pilih mau yang mana dulu ... tapi nanti gantian ya. Jangan biarkan yang belum kebagian ngiler sendiri ... “ kata Manti sambil mengusap - usap memeknya yang belakangan ini bersih terus dari bulu jembut. Padahal dahulu jembutnya lebat sekali.

Sasaran pertamaku tentu saja istriku dahulu. Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Lalu menjilati memeknya dengan lahap, sementara tangan kananku asyik meraba - raba memek Mbak Ayu.

Mbak Ayu tampak senang karena aku masih sempat mencolok - colok memeknya pada saat mulutku sedang menggasak memek adiknya.

Bahkan ketika aku mulai membenamkan kontolku ke dalam liang memek Manti, Mbak Ayu terduduk sambil memperhatikan gerakan kontolku yang mulai maju mundur di dalam memek adiknya, seperti gerakan pompa manual.

Pada saat aku sudah benar - benar mengentot istriku, Mbak Ayu mendekatkan duduknya sambil mengangkangkan kedua kakinya. Aku mengerti bahwa dia ingin agar tanganku bisa memainkan memeknya lagi.

Kali ini tanganku bukan cuma menggerayangi memek Mbak Ayu, tapi juga menjawil - jawil toket gedenya, lalu telunjuk dan jari tengahku mengentot liang memeknya. Karuan saja Mbak Ayu kelihatan seperti yang sudah dimabuk nafsu birahi.

Akhirnya kucabut kontolku dari liang memek Manti dan mendorong Mbak Ayu agar menelentang di samping adiknya. Aku tidak menjilati memek Mbak Ayu, karena sudah basah akibat aksi jariku tadi. Langsung saja kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Mbak Ayu yang sudah menjadi kakak iparku itu.

Aku tidak tahu apakah pasangan lain ada yang mengalami seperti yang sedang kualami ini atau tidak. Yang jelas, aku benar -- benar bergairah menyetubuhi mereka secara bergantian begini. Kadang aku mengentot Manti, lalu pindah ke atas perut Mbak Ayu, pindah lagi ke memek Manti dan pindah lagi ke memek Mbak Ayu.

Bahkan ketika mereka ingin ganti posisi menjadi posisi doggy, mereka menungging berdampingan. Lalu aku melakukan hal seperti tadi. Berlutut sambil mengentot memek Manti, kemudian pindah lagi ke memek Mbak Ayu.

Baik Manti mau pun Mbak Ayu benar - benar memanjakanku. Mereka tidak pernah complain sedikit pun. Mereka hanya mendesah dan merintih histeris ketika entotanku mulai gencar.

Ketika aku mau ejakulasi, Manti menyuruhku dicrotkan di dalam liang memek kakaknya. Karena yang sedang ngebet ingin hamil adalah Mbak Ayu. Sementara Manti berkeinginan untuk menangguhkan dulu kehamilan selama beberapa bulan ke depan.

Pada malam itu juga Manti memperlihatkan suatu kejutan. Bahwa kami bertiga keesokan sorenya akan terbang ke Bangkok dan akan berada di Thailand selama seminggu. Kemudian terbang ke Tokyo dan akan tinggal di Jepang selama seminggu. Setelah dari Jepang, kami akan terbang ke Seoul dan akan tinggal di Korea Selatan selama seminggu juga. Dari Korea Selatan, kami akan terbang ke Manila dan akan tinggal di Filipina selama seminggu juga. Semuanya sudah diatur oleh biro perjalanan langganan Manti.

Jadi kami benar - benar berbulan madu, dengan dua wanita bersamaku.




Beberapa minggu kemudian ....

Saat itu aku sedang berada di ruang kerja hotelku. Berjam - jam aku memantau perkembangan bursa saham yang belakangan ini sedang fluktuatif. Kadang naik sedikit, kadang turun drastis. Karena itu aku tak ingin membeli saham baru, Mendingan istirahat dulu dari bisnis yang sedang negatif itu. Padahal keuanganku sudah sangat kuat untuk menambah sahamku sebanyak mungkin. Tapi untuk sementara ini mendingan danaku mendingan dijadikan investasi properti, yang jauh lebih aman.

Tiba - tiba ada call dari Danke alias Dadang.

Lalu :

Danke : “Gue bingung nih soal Mamih. Hapenya gak aktif terus. Kenapa ya ?”

Aku : “Menurut kabar selentingan sih lagi di luar negeri. “

Danke : “Iya gue juga udah pernah dengar rumor itu. Tapi gak tau benar gak tau tidak. “

Aku : “Gak usah terlalu ngotot ngandalin si Mamih. Kan dia juga butuh istirahat. “

Danke : “Loe bisa ngomong gitu lantaran udah punya usaha lain. Sedangkan gue ?”

Aku : “Kalau loe mau punya penghasilan tetap, datang aja ke hotel gue. “

Danke : “Oh iya ... gue dengar loe udah punya hotel segala ya. “

Aku : “Iya. Loe mau kerja di perusahaan gue gak ?”

Danke : “Ijazah gue cuma SMA, bisa dijadiin apa gue di perusahaan loe ?”

Aku : “Gampang ... nanti kita bicarakan di darat. Ntar alamat hotelnya gue WA-in.”

Kemudian kukirim alamat hotelku lewat WA.

Beberapa saat berikutnya, Danke sudah muncul di ruang kerjaku.

Sebagai pembicaraan utama, aku akan mengangkat Danke sebagai wakilku di pabrik garment. Tugasnya hanya harus mengawasi kegiatan pabrikku itu. Danke setuju dan menyatakan siap untuk mewakiliku di pabrik garment.

Tentu saja banyak masalah yang kusampaikan padanya, tentang apa saja yang harus dilakukannya di pabrik garmentku. Danke pun mengerti kelihatannya.

Setelah masalah penempatan Danke di pabrik garmentku selesai, Danke mujlai membicarakan topik lain. Tentang mama gue masturbasi terus dan sebagainya. Danke juga bilang kalau mamanya kangen berat sama aku dan sering nanya - nanyain aku yang sudah lama gak ke rumahnya.

“Iya. Sering juga dia nelepon gue. Tapi gue memang lagi sibuk sekali. Belum punya waktu untuk nengok mama loe, “ sahutku, “Ohya ... gue punya usul ... gimana kalau kita mother swap aja ?”

“Maksud loe tukeran sama ibu tirimu ?”

“Sama ibu kandung gue. Soalnya gue juga bingung ... sama bingungnya dengan loe dahulu, yang sering melihat mama loe masturbasi dan sebagainya. “

“Ibu kandung ?! Bukannya ibu kandung loe sudah almarhumah ?” tanya Danke heran.

“Panjang ceritanya Dank. Pokoknya ibu gue masih hidup, masih segar bugar ... tapi waktu itu tempat tinggalnya jauh di seberang lautan. Sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Setelah suaminya meninggal, aku baru tau lewat adiknya. Bahwa ibu gue masih hidup. Yang bilang sudah meninggal akibat kapal yang ditumpanginya tenggelam itu cuma kabar bohong. Karena Ayah sedang murka pada ibu gue saat itu. “

“Ogitu ... mmm ... gue masih ingat ibu loe biasa dipanggil Tante Mala kan ?”

“Iya. Nama lengkap ibu gue itu Rosmala. Loe masih ingat sama ibu gue ?”

“Masih. Terus di mana dia sekarang ? Rujuk lagi sama ayah loe ?”

“Kagak. Ibu gue malah sama sekali gak mau dipertemukan sama Ayah. Karena itu gue tempatkan Ibu di sebuah rumah. Nanti kita ke rumahnya. Biar loe lihat sendiri seperti apa ibu gue sekarang. Tapi ingat ... nanti loe harus bilang bahwa kita punya huubnghan bisnis aja gitu. Sama sekali jangan bilang profesi kita yang sebenarnya. “

“Ya iyalah. Itu kan harus dirahasiakan. “

“Ayo deh kita ke rumah Ibu. Untuk penjajakan aja dulu. Loe bawa mobil ?”

“Bawa, “ sahut Danke.

“Loe ikutin mobil gue aja ya, “ kataku.

“Iya, “ Danke mengangguk.

Sebelum berangkat kuatur dulu beberapa trik untuk dilakukan di rumah Ibu nanti. Danke cuma mengangguk - angguk. Pertanda setuju dengan kiatku.

Pokoknya akan kuatur agar Danke standby di rumahku, sementara aku akan mengurus “bisnis”ku (yang sebenarnya aku akan berada di rumah Danke) selama sehari semalam. Danke tak boleh pulang sebelum aku datang lagi nanti. Begitulah kesepakatannya.

Tentang bagaimana cara untuk merayu Ibu, aku pasrahkan kepada Danke. Karena dalam hal merayu wanita, Danke punya jam terbang yang lebih tinggi daripadaku.

Lalu kujalankan mobilku, diikuti oleh mobil Danke ... mobil hadiah dariku itu.

Sejam kemudian sedan hitamku sudah kuhentikan di depan sebuah rumah paling megah pada clusternya. Rumah yang sudah kuberikan kepada Ibu.

Aku duluan masuk ke dalam, lewat pintu depan yang tidak dikunci. Menghampiri Ibu yang sedang bersolek di depan meja riasnya.

“Asep ?! Baru saja ibu mau nelepon kamu, karena udah kangen berat sama anak kesayangan ibu, “ ucap Ibu sambil berdiri. Memelukku dan cipika - cipiki denganku.

“Ibu masih ingat Tante Pia yang rumahnya tidak jauh dari rumah Ayah dahulu ?” tanyaku.

“Mmmm ... ooooh iya. Yang anaknya teman dekat kamu itu ?” Ibu balik bertanya.

“Iya. Anak Tante Pia itu bernama Dadang. Sekarang dia di depan tuh. “

“Owh ... diajak ke sini anak Bu Pia itu ?”

“Iya Bu. Aku punya hubungan bisnis dengannya. Tapi nanti aku mau nitip dia di sini. Menunggu aku datang lagi besok. Gak apa - apa kan ?”

“Ya gak apa - apa. Kamar kan banyak yang kosong. Di samping ada kamar kosong. Di atas juga ada kamar - kamar kosong. “

Setelah Ibu keluar dari kamarnya, kupanggil Danke yang masih berdiri di teras depan.

Nah ... ini anaknya Tante Pia itu Bu, “ kataku sambil memegang tangan Danke di depan Ibu.

“Owh ... ini sahabat Asep sejak kecil dahulu ya ?” cetus Ibu ketika Danke alias Dadang mencium tangan Ibu. “Ohya ... siapa namanya tadi ? Dangdang .... “

“Dadang Tante, “ sahut Danke.

“Iya Dadang ... udah dewasa jadi ganteng gini ya ?” ucap Ibu sambil menepuk bahu Danke.

“Tante Mala juga makin cantik, karena jadi montok. Seingatku dahulu Tante kurus. Tapi sekarang jadi makin mantap, “ kata Danke.

Aku cuma tersenyum mendengar ucapan Danke yang mulai menebar “racun” kepada Ibu. Dan racun itu benar - benar termakan oleh Ibu. Karena Ibu jadi tersipu - sipu malu.

Lalu melepaskan tangan Danke dari genggamannya dan mempersilakan Danke duduk.

Dan aku mulai bersandiwara, “Oke Dang. Loe tunggu di sini sampai gue pulang ya. “

“Kira - kira berapa lama loe ngurusnya Sep ?” tanya Danke yang juga mulai bersandiwara juga.

“Mungkin besok sore juga udah pulang. Kalau ada kendala, nanti gue call deh, “ sahutku. Lalu aku menghampiri sofa yang diduduki oleh Ibu, “Titip Dadang dulu di sini ya Bu. “

“Iya, “ Ibu mengangguk sambil tersenyum ceria.

“Tempatkan Dadang di mana saja yang Ibu anggap tepat. Mau di kamar yang di samping kamar Ibu boleh. Mau di atas juga boleh. “

“Iya, iya ... “ sahut Ibu masih dengan senyum ceria. Dan aku tak tahu apa yang tengah bermukim di benak Ibu saat itu.

Yang jelas, sesaat kemudian aku sudah berada di dalam mobilku lagi. Bahkan sudah menjalankannya kembali, menuju ke luar pintu gerbang kompleks perumahan elit itu.

Tidak ada urusan bisnis yang akan kutempuh. Saat itu mobilku sedang diarahkan menuju rumah Tante Pia, ibunya Danke.

Dibutuhkan waktu sejam lebih untuk mencapai rumah Danke itu. Dan seperti biasa, aku sudah membekal sekotak parfum impor. Oleh - oleh buat Tante Pia yang berbody aduhai itu.

Ketika aku sedang fokus nyetir dan ingin cepat tiba di rumah Danke, tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiiiiiing ... !

Aku memang tak mau memasang ringtone yang ribut. Supaya tidak menarik perhatian orang lain kalau sedang berada di area publik.

Yang call adalah nomor tidak dikenal. Siapa ya ? Jangan - jangan cuma penipu minta ini dan itu. Tapi kuterima juga call itu.

Lalu :

“Hallo ... !”

“Ini Yosef kan ?”

“Betul. “

“Ini mamih Sef. “

“Ooooh ... Mamih ?! Ke mana aja ? Mamih menghilang selama ini. “

“Aku sedang di Italia Sef. Tapi aku ingat terus sama kamu. Karena kamu sedang melaksanakan program yang lima[puluhdelapan orang itu kan ?”

“Gak apa - apa. Kalau Mamih sedang di luar negeri, lupakan saja program itu. “

“Tapi masih ada beberapa orang penting yang sudah kujanjikan Sef. Nanti akan kukirimkan nama dan alamat mereka semua, termasuk tanggal pertemuannya. Nanti terserah kamu apakah mau ditemui atau tidak. “

“Iya deh. Mamih ke Eropa kok gak ngajak - ngajak sih ? Padahal kalau aku diajak, aku takkan minta dibayarin tiket pesawat dan akomodasi selama di Eropa kok. “

“Aku juga dibawa dan dibiayai orang lain Sef. Mana berani aku ngajak kamu ?”

“Yang bawa Mamih cowok ya ?”

“Iya. Lelaki bule yang kelihatan serius sama aku. “

“Wow ... Mamih mau nikah sama orang bule ?”

“Iya. Sekarang ini dia sedang ngurus surat - suratnya. Karena perkawinan antar negara banyak syaratnya. “

“O begitu ya, “sahutku sambil teringat Gabby yang sedang pulang ke negaranya dulu, khusus untuk mengurus surat - surat menuju pernikahan antar negara seperti yang sedang diurus oleh calon suami Mamih itu.

Setelah hubungan seluler dengan Mamih ditutup, datang WA dari Mamih. Isinya sederet nama wanita yang ingin menggunakan “jasa”ku, berikut alamat tempat pertemuan dan hari beserta tanggalnya.

Yang membuatku terkejut adalah nama wanta di deretan paling atas. Namanya Utami. Tempat pertemuannya di sebuah villa berikut alamat lengkapnya. Yang membuatku kaget, jadwal waktunya itu ... pas hari ini jam 7 malam. Ketika kulihat jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 4 sore. Berarti 3 jam lagi aku harus menemui wanita bernama Utami itu ... !

Dan itu berarti aku takkan bisa menemui mamanya Danke yang biasa kupanggil Tante Pia itu ... !

Lalu apa yang sedang Danke lakukan dengan ibuku ? Apakah dia berhasil mendapatkan Ibu ? Hmmm ... aku merinding ketika membayangkan kontol Danke sedang membenam ke dalam liang yang dahulu mengeluarkan sekujur tubuhku waktu masih bayi merah.

Aku tidak tahu sudah sampai di mana aksi sahabatku itu.

Lalu kubelokkan mobilku menuju pelataran parkir sebuah rumah makan Sunda. Mudah - mudahan makanan favoritku tersedia di rumah makan ini. Sayur kacang merah asam manis, bakar ikan nila, goreng paru kripsi, emping dan sambal dadakan.

Ternyata semuanya ada. Tapi aku harus menunggu, karena ada pesanan yang harus dibuat dulu.

Maka ketika aku sedang menunggu makanan dihidangkan, iseng - iseng aku mengirim WA untuk Danke. Isinya singkat saja : - Sukses Bro ? -

Jawaban dari Danke lumayan mengejutkan : -Suksessss ... ! Gak sampai sepuluh menit sejak loe berangkat, gue udah diajak masuk ke kamarnya. Ini baru selesai ronde pertama Bro -

Ternyata Danke sangat cepat gerakannya. Hmmm ... aku malah membayangkan seperti apa adegannya pada waktu kontol Danke sedang mengentot memek ibu kandungku ... aku merinding - rinding dibuatnya.

Tapi aku masih iseng mengirim WA lagi : -Enak gak ?-

Jawabannya seolah sedang memanas - manasiku : - Luar biasa enaknya Bro. Legit dan hangat. Pokoknya sangat nikmaaaaaat ! Gue harus ucapkan terima kasih sama loe, karena sudah dikasih m*m*k yang sesuai dengan selera gue -

Balasku : - Syukurlah kalau enak sih. Loe boleh nikmatin ibu gue sekenyangnya -

Batinku tercekam membaca semua itu. Tapi niatku cuma satu : Ingin membuat semangat hidup Ibu bangkit kembali.

Lalu datang lagi WA dari Danke : -Terus gimana dengan mama gue ? -

Balasku : -Maaf Bro, gue gak bisa ke rumah loe. Soalnya mendadak ada tugas dari Mamih. Sebentar lagi gue harus menemui klien yang sudah membooking gue. Soal mama loe, tenang aja. Begitu selesai dengan klien, gue akan ke rumah loe -

Danke : -Haaaa?! Mamih udah muncul lagi ?-

Aku : -Udah. Tapi dia sedang berada di Italia. Mau kawin sama bule-

Danke : -Terus ?-

Aku : -Gak terus - terus. Itu masalah pribadi. Bukan urusan kita-

Danke : -Maksud gue, apakah Mamih masih akan melanjutkan kegiatan seperti biasanya atau mau berhenti ? -

Aku : -Gak tau. Gue hanya harus ladeni wanita - wanita yang udah bayar sama Mamih. Ke depannya gue juga gak tau bakal gimana jadinya -

Danke : -Owh ya udah dulu ya. Soal mama gue gak apa - apa gak ditengok sekarang. Yang penting dalam waktu dekat loe harus puasin dia. Ini ibu loe udah keluar dari kamar mandi. Gue mau ngentot dia lagi ya-



Aku tidak membalasnya. Karena merasa serba salah untuk menjawabnya. Biarlah Ibu dipuasi oleh Danke sepuas - puasnya. Karena Ibu belum tua - tua benar. Baru 45 tahun. Tentu masih membutuhkan sentuhan lelaki.

Makanan sudah dihidangkan oleh pelayan rumah makan. Aku pun mulai menyantap makanan pesananku. Dengan pikiran ke sana - sini.

Aku tak sekadar makan sore di rumah makan itu. Tapi sengaja ingin menghabiskan waktu barang sejam di rumah makan itu. Makanya setelah selesai makan, aku meminta kopi hitam tanpa gula ke pelayan rumah makan.

Lalu aku duduk berlama - lama, sambil menikmati kopi pahitku seteguk demi seteguk.

Setelah jam tanganku menunjukkan pukul 18.00 barulah aku meninggalkan rumah makan itu, menuju ke alamat villa itu.

Villa itu terletak di daerah yang sering dilanda banjir di daerah sekitarnya. Sebenarnya aku kurang suka dengan daerah itu. Tapi seingatku, villa - villa di sana terletak di ketinggian. Meski sedang dilanda banjir, mungkin villa - villanya tidak kebanjiran.









26. Bu Utami



S
eperti yang sudah kujelaskan terdahulu, ada beberapa orang wanita yang membookingku tapi semuanya sangat tidak mengesankan. Karena itu aku tak mau menceritakan kisah bersama wanita - wanita arogan yang merupakan 1 grup itu.

Maka wanita yang harus kutemui di villa sore ini termasuk wanita yang ke 26.

Jam 18.55 mobilku sudah tiba di depan villa kecil yang berada di daerah ketinggian. Sementara daerah di sekitarnya sering dilanda banjir itu.

Hari sudah mulai gelap ketika aku tiba di depan villa mungil itu.

Tidak ada mobil terparkir di depan villa itu. Maka ketika mobilku diparkir di depan teras villa, mobilku tidak ada ”teman”nya.

Seorang wanita setengah baya berperawakan tinggi langsing, mengenakan celana legging hitam dan mantel panjang berwarna coklat tua berdiri di ambang pintu villa.

“Yosef ?” tanyanya.

“Iya, “ sahutku sopan, “ Dengan Bu Utami ?”

Wanita itu mengangguk. Lalu mengajakku masuk ke dalam villa mungil itu.

Di dalam villa yang diterangi boglam aku agak kaget setelah bentuk wajah wanita itu tampak jelas di mataku. Dia Bu Pratiwi ... ! Mantan kepala sekolahku di SMP dahulu ... ! Ya ... jelas sekali, ada tahi lalat kecil di atas bibirnya ... tak salah lagi ... dia adalah mantan kepsek di SMP dahulu. Nama Utami pasti cuma nama samaran. Seperti nama Yosef yang selalu kusandang dalam dunia pergigoloanku.

Tapi mengingat profesiku bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, aku pura - pura tidak mengenalnya saja.

Dan ... aku jadi sangat bersemangat untuk melaksanakan “tugas”ku kali ini. Karena wanita setengah baya yang cantik itu bukan orang biasa di mataku.

Maka ketika pintu sudah ditutup dari dalam, ketika Bu Pratiwi berdiri dengan senyum manis di depanku, aku pun mulai mendekap pinggangnya, “Ibu cantik sekali ... “ ucapku.

“Yosef juga tampan sekali ... “ sahutnya sambil mengangsurkan bibir sensualnya ke dekat bibirku.

Dengan penuh nafsu kupagut dan kulumat bibir mantan kepsekku itu. Ia pun melingkarkan lengannya di leherku, lalu balas melumat bibirku. Aroma penyegar mulut tersiar ke penciumanku, membuat gairahku semakin bergejolak.

Lalu ia melepaskan mantel cokelatnya, sehingga kelihatan ia mengenakan baju kaus hitam, seperti celana leggingnya.

Ketika ia duduk di atas sofa ruang tengah dan berusaha untuk melepaskan celana leggingnya, aku bertanya, “Perlu bantuan ?”

Ia mengangguk sambil berkata, “Iya, tolong lepaskan celana leggingku. “

Aku berjongkok sambil menarik kedua sisi celana legging hitam itu, sampai terlepas dari kedua kaki putih mulus Bu Utami alias Bu Pratiwi itu. Sementara Bu Utami sedang melepaskan baju kaus hitamnya.

Sesaat kemudian tinggal bra dan celana dalam serba putih yang masih melekat di tubuh wanita berkulit putih mulus itu. “Di dalam kamar aja yuk. Aku udah horny berat. Ingin secepatnya merasakannya, “ ucapnya sambil berdiri.

“Merasakan apa Bu ?” tanyaku sambil melangkah di sampingnya, dengan lengan melingkari pinggangnya yang sudah tak tertutup apa - apa lagi.

“Merasakan wikwik denganmu, “ sahutnya sambil mencubit perutku dengan kerlingan mata beningnya.

Sesungguhnya aku juga sangat bergairah, ingin segera merasakan memek mantan kepsek SMPku. Tapi aku berusaha untuk tetap bersikap tenang. Dan tetap berpura - pura tidak mengenalnya.

Ketika wanita cantik berperawakan tinggi langsing tapi tidak kurus itu sudah tinggal mengenakan celana dalam saja, aku pun melepaskan busanaku sehelai demi sehelai. Tinggal celana dalam saja yang masih melekat di badanku, supaya seimbang dengan keadaan Bu Utami.

Kemudian aku merayap ke atas perut Bu Utami yang sudah menelentang di atas bed.

“Aku sudah dua tahun hidup menjanda. Dan ini akan menjadi yang pertama kalinya bakal wikwik lagi ... karena aku memang sudah lama menginginkannya. Tapi baru sekarang punya kesempatan, “ ucap mantan kepsekku yang masih tetap cantik itu.

Lalu kupagut dan kulumat bibir wanita itu, sementara tangan kiriku mulai meremas toket kanannya yang ternyata masih padat dan “layak remas” itu.

“Payudara Ibu seperti belum pernah menyusui bayi, “ bisikku.

“Memang aku belum pernah hamil Yos, “ sahutnya.

Aku jadi teringat Bu Anjani, mantan kepsek SDku yang sering luluh dalam gumulanku itu. Sekarang mantan kepsek SMPku pula yang akan kusetubuhi. Apakah aku boleh berbangga karena kedua orang penting itu bisa kutaklukkan ?

Entahlah. Yang jelas aku mulai menggumuli wanita setengah baya yang masih penuh pesona itu. Namun tampaknya ia sudah tak sabaran lagi. Ketika aku sedang menggumulinya, tangan Bu Utami menyelinap ke balik celana dalamku. Memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini sambil memekik tertahan, “Maaaaak ... penismu luar biasa panjangnya Yos ... ! ”

“Ibu gak suka penis panjang ?” tanyaku sambil menciumi pipi hangatnya.

“Justru bikin penasaran. Pengen secepatnya dimasukin ke dalam veggyku, “ sahutnya sambil memelorotkan celana dalamnya sampai terlepas. Lalu memelorotkan celana dalamku pula. Dan memegang kontol ngacengku dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Sementara aku pun mulai menggerayangi memek yang jembutnya berbentuk segitiga, salah satu sudutnya ada di atas kelentitnya.

Namun sebelum aku melangkah lebih jauh, Bu Utami mendorong dadaku, sehingga aku celentang. Dan Bu Utami langsung “melahap” kontolku. Mengulumnya, mengurut - urutnya dan menggelutkan lidah di dalam mulutnya.

Aku diamkan saja ia bertindak sekehendak hatinya. Karena Client is King. Buat Bu Utami yang seorang wanita, Client is Queen.

Sebenarnya aku tidak terlalu suka di-felatio. Karena kalau aku dioral, biasanya staminaku jadi berkurang. Pada waktunya penetrasi bisa ejakulasi lebih cepat dari yang kuharapkan.

Tapi kubiarkan saja Bu Utami mengoral kontolku dengan lahapnya. Sementara aku membayangkan sedang dioral oleh orang hutan ... hihihi ... kurang ajar aku ya ? Tapi itu memang kiatnya, agar aku tidak merasakan enaknya dioral, lalu bisa perkasa pada waktu benar - benar mengentot liang memek pasangan seksualku.

Kontolku sudah berlumuran air liur Bu Utami yang senang ngemut sambil mengocok kontolku yang tidak masuk ke dalam mulutnya.

Akhirnya Bu Utami berjongkok dengan memek berada di atas kontolku. Lalu ia menurunkan memeknya, sambil memegangi kontolku yang moncongnya sudah ditempelkan ke mulut memek wanita setengah baya itu.

Lalu ... perlahan - lahan kontolku membenam ke dalam liang memek Bu Utami yang turun terus, sampai mentok. Ya, setelah moncong kontolku mentok di dasar liang memek mantan kepsek SMPku itu, maka spontan memeknya diangkat lagi. Lalu diturunkan kembali. DIangkat lagi, diturunkan kembali. Dan begitu seterusnya.

Bu Utami mulai beraksi laksana wanita penunggang kuda. Awalnya dia seperti ngeri - ngeri menurunkan bokongnya yang lumayan semok. Begitu moncong kontolku sudah bersentuhan dengan dasar liang memeknya, cepat ia mengangkat bokongnya kembali.

Tapi lama kelamaan ia memaksakan diri agar kontolku masuk semua, tidak disisakan sedikit pun. Tapi setiap saat kontolku “berdesakan” dengan dasar liang memeknya, Bu Utami meringis sambil menahan nafasnya. Lalu ketika bokongnya diangkat, ia mendesah ... aaaaaaaaahhhhh .... ! Lalu bokongnya diturunkan lagi, membuat mulutnya ternganga sambil menahan nafas .... aaaaaaaaaaaa ...... !

Maka suara yang terlontar dari mulut Bu Utami hanya “ Aaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaahh .... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaahhhhh ... aaaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaahhhhh ... !”

Itu pun tak berlangsuing lama. Karena pada suatu saat ia menarik bokongnya tinggi - tinggi, sehingga kontolku terlepas dari cengkraman liang memeknya.

Lalu ia menggulingkan badannya di atas bed, jadi menelentang sambil mengusap - usap memeknya. “Ayo lanjutkan begini aja dulu ... “ ajaknya.

Aku mengangguk sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek Bu Utami alias Bu Pratiwi. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong kontolku. Dan melesak masuk sedikit demi sedikit ke dalam liang memek Bu Utami yang terasa sempit sekali ini.

Kini aku yang dominan di atas perut wanita setengah baya yang masih kelihatan cantik itu. Kontolku mulai maju mundur seperti tengah memompa liang memek mantan kepsek SMPku itu.

Awalnya ayunan kontolku perlahan dulu. Makin lama makin kupercepat, sampai pada batas kecepatan standar.

Desahan dan rintihan Bu Utami pun mulai terdengar, “Yoseeef .... oooooo ....ooooooh ... Yooooossss ... aaaaaaaa ... aaaaaaaaah ... Yoseeeef .... aaaaaaa ... aaaaaahhhhhh ... Yooooossss .... aaaaaaaaaaah .... Yossss ... aaaaaaaaaaaahhhhh .... aaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaahhhhh ... “

Aku laksana panglima yang sedang hadir di medan perang. Dan aku berkewajiban untuk memenangkan pertarungan kekuatan ini. Karena kemenanganku harus menjadi kepuasan Bu Utami.

Maka kulengkapi entotanku dengan jilatan dan gigitan lembut di leher jenjangnya yang mulai keringatan namun harum parfum tersiar ke penciumanku. Sementara tangan kiriku mulai meremas toket kanannya yang tidak kecil tapi juga tidak gede alias berukuran sedang - sedang saja.

“Dudududuuuuuhhh .... Yooooossss ... penismu memang luar biasa panjangnya Yos ... ini sa ... sangat enaaaak .... Yoooooossss .... ta ... tapi rasanya aku takkan lama lagi juga lepas Yoooosss ... “

“Lepasin aja Bu. Aku paling suka menikmati wanita yang sedang orgasme, “ sahutku yang lalu menggencarkan entotanku dengan garangnya.

Tak lama kemudian Bu Utami mulai berkelojotan. Lalu mengejang tegang. Aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai terasa menyundul dasar liang memek Bu Utami yang terasa sedang berkedut - kedut indah.

Aku malah asyik memperhatikan ekspresi wajah mantan kepsek SMPku yang sedang menyeringai ... lalu matanya terpejam ... lalu terbuka lagi sambil melepaskan nafasnya yang barusan tertahan 2-3 detik.

“Oooooh ... indah sekali Yos ... “ ucapnya.

“Memang Ibu sangat layak untuk menikmati indahnya dunia ini ... “ sahutku yang hampir saja keceplosan menyebutkan nama asli wanita itu.

Tapi memangnya kenapa kalau aku terang - terangan saja menyebutkan nama aslinya ? Aku memang punya profesi sebagai gigolo, profesi yang harus dirahasiakan. Tapi proifesi Bu Utami pun harus dirahasiakan, makanya dia memakai nama samaran segala.
Makasih apdet nya bro @Otta...
Met taon baru 2022....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd