Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 62



Ketika sedang menurunkan celana dalam hitamnya, Bu Ivone bertanya, “Coba tebak berapa tahun umurku ?”

“Di bawah tigapuluh Bu, “ sahutku untuk menyenangkan hati Bu Ivone, padahal tebakan asliku di bawah 35 tahun.

“Salah, “ ucapnya sambil mengusap - usap memeknya yang berbulu jarang dan tipis, “Usiaku tigapuluhsatu tahun. Yosef sendiri udah berapa tahun umurnya ?”

“Sembilanbelas tahun Bu. “

“Pantesan masih muda banget keliatannya. Pernah meladeni wanita yang lebih tua dariku ?”

“Kebanyakan lebih tua dari Ibu. Di atas empatpuluh tahunan. “

“Ohya ? Eh ... lepasin dong celana dalamnya. Biar adil. Aku kan udah telanjang. “

Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu kulepaskan celana dalamku. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng ini tak tertutup apa - apa lagi.

“O my God !” Bu Ivone mengepit sepasang pipinya dengan kedua telapak tangannya. “Kontol Yosef ... panjang sekali ... !”

Lalu Bu Ivone memegang kontol ngacengku dengan tangan gemetaran. “Pantesan Yosef paling top di grup Mamih. Karena selain paling tampan, kontolnya juga sepanjang ini ... bikin gemesssss ... “ ucapnya sambil mengusap - usap moncong kontolku.

Bahkan lalu Bu Ivone menciumi leher dan moncong kontolku. Lalu memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.

Aku yang sedang berdiri di samping bed, sementara Bu Ivone duduk di pinggiran bed, mulai merasakan nikmatnya dioral oleh wanita cantik bertoket kecil dan berbokong gede itu.

Tapi pada dasarnya, aku suka jilmek, tapi kurang suka disepong. Karena pada waktu bersetubuh, bisa ejakulasi prematur. Maka ketika aku merasa Bu Ivone terlalu lama menyepong, aku berkata, “Nanti kalau ngecrot di mulut Ibu gimana ?”

“Jangan dong ... “ sahut Bu Ivone sambil mengeluarkan kontolku dari mulutnya. “Ngecrotnya kan harus di sini, “ Bu Ivone mengusap - usap memeknya sambil celentang di atas bed.

Tanpa basa - basi lagi aku merayap ke atas perut Bu Ivone, untuk mencium dan melumat bibirnya, sambil meremas toket kecilnya yang tergenggam oleh tanganku. Memang tepat dugaanku. Toket kecil begini awet kencangnya. Meski usia Bu Ivone sudah 31 tahun, toketnya pasih padat dan mancung kedua pentilnya.

Bu Ivone tampak senang dengan seranganku. Ia balas melumat bibirku dengan lahapnya. Dan ketika aku melorot turun, ia berkata, “Langsung masukin aja ya. Jangan dijilatin dulu. Soalnya udah basah. “

“Langsung masukin ?”

“Iya. Udah gak sabar, ingin tau seperti apa rasanya dientot sama kontol sepanjang itu. “

Aku tersenyum mendengar ucapan wanita berkulit putih mulus itu. Lalu kucolek - colekkan moncong kontolku di antara kedua labia mayora Bu Ivone. Hanya untuk menyelidiki kebasahan memek wanita itu. Ternyata memang sudah basah seperti yang dikatakannya sendiri barusan.

Maka kudorong kontolku sekuat mungkin. Dan mulai membenam sedikit demi sedikit.

Setelah kopntolku masuk separohnya, aku pun menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket mungil yang masih sangat enak diremas itu.

Lalu mulailah entotku “bekerja” seperti pompa manual. Bermaju mundur di dalam jepitan liang memek Bu Ivone.

Lalu suara Bu Ivone mulai terdengar, “Adudududuuuh ... kontolmu sampai mentok - mentok terus di dasar liang memekku Yossss ... ooooooh .... ini luar biasa Yooosss ... “

Aku tidak menyahutnya. Karena mulai asyik mengayun kontolku, sambil menciumi dan menjilati leher Bu Ivone.

“Sekalian cupangin leherku Yoss ... “ pintanya pada suatu saat.

“Gak apa - apa ada bekasnya nanti ?” tanyaku.

“Gak apa - apa. Suamiku sedang di luar negeri. Ooooohhhh Yoooossss ... rasanya kok nikmat sekali Yossss ... moga - moga aku bisa hamil ... karena sekarang sedang berada di dalam masa subur Yossss ... “ sahutnya.

Aku tidak menyahut, karena sedang menyedot - nyedot leher Bu Ivone sekuat mungkin. Sampai meninggalkan bekas merah padam di lehernya.

Inilah duniaku. Dunia untuk memuasi birahi wanita dalam beragam usia dan status. Ada yang gadis, ada yang janda, ada pula yang bersuam seperti Bu Ivone ini. Semuanya harus kupuasi. Mumpung usiaku baru 19 tahun. Kalau usiaku sudah di atas 30 tahun, mungkin aku takkan seperkasa ini. Apalagi kalau sudah 50 tahun ke atas, keperkasaan ini mungkin hanya tinggal kenangan belaka.

Hangatnya tubuh mulus Bu Ivone, harumnya parfum yang digunakan, cantiknya wajah bini orang ini, membuatku sangat bergairah untuk mengentot dan mengentotnya terus.

Ketika aku semakin gencar mengentotnya, rintihan - rintihan histeris Bu Ivone pun semakin lama semakin menjadi - jadi. “Yooosssss ... ooooo ... oooo ... ooooohhhhhhh ... Yoooossss ... baru sekali ini aku merasakan nikmatnya dientot kontol sepanjang ini Yoooossss ... ooooohhhh ... ooooohhhh ... ooooooo .... ooooohhhhh ... oooooooooo ... oooooooooh ... Yooosssss ... ini luar biasa nikmatnya Yossssssss ... ooooohhhhhhhhhh ... aku pasti ketagihan untuk sering ketemuan lagi denganmu Yoooossss ... ooooohhhh ... sambil cupangin terus leherku sebanyak mungkin Yosssssss .... “

Bu Ivone tak sekadar merintih - rintih histeris, tapi juga mulai menggeol - geolkan bokong super semoknya. Memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku dibawa terombang - ambing, seperti perahu dihantam badai di tengah samudera.

Namun aku laksana kapal selam tenaga nuklir, yang takkan kalah diterpa badai. Tetap teguh maju mundur di dalam liang memek Bu Ivone. Masih sambil mencupangi lehernya.

Di luar udara sangat dingin. Tapi aku dan Bu Ivone sudah sama - sama berlepotan keringat. Terkadang aku harus memejamkan mata, karena keringat yang masuk ke mataku perih juga rasanya.

Sebenarnya aku masih cukup tangguh mempertahankan durasi ngentotku. Tapi pada suatu saat Bu Ivone berkata terengah, “Dudududuuuuhhhh ... Yooooosssss ... aku mau lepas Yoooooossssss ... kalau bisa, barengin Yosss ... ooooh ... mau lepassssss .... “

Mendengar ucapan itu aku pun cepat menggencarkan entotanku. Kontolku maju mundur dan maju mundur dengan cepatnya. Sampai menimbulkan bunyi plak plok dari arah selangkangan kami yang bertabrakan terus menerus.

Sampai akhirnya Bu Ivone mengejang tegang, sambil menahan nafasnya. Dengan perut sedikit terangkat. Pada saat itu pula kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Sampai terasa moncong kontolku menyundul dasar liang memek Bu Ivone.

Lalu terasa liang memek wanita itu mengedut - ngedut erotis, lalu disusul oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil menembak - nembakkan lendir birahiku.

Cretttt ... crooooooooooooottttttttt ... crooooooooooooooooooooottttttttttt ... cret ...crettt ... craaaaaaaaaaaaaaatttttttt .... craaaaaaaaaaaaaaaaaaattttttt ... !

Tubuh Bu Ivone terasa gemetaran setelah air maniku termuntahkan semua di liang memeknya. Lalu ia melumat bibibrku dengan lahapnya, disusul dengan ucapan lirihnya, “Gak nyangka aku bisa merasakan kejantanan yang senikmat ini. Kenikmatan yang tidak bisa diukur oleh apa pun .... hmmmm ... mudah - mudahan Yosef berhasil menghamiliku ya. “

Aku cuma mengiyakan. Lalu menarik kontolku perlahan - lahan. Tapi Bu Ivone menekan pantatku. “Jangan dicabut dulu Yos ... aku masih ingin menghayati semuanya ini. “

Bu Ivone memang tampak sedang menghayati persetubuhan yang telah selesai ini. Akibatnya ... diam - diam aku pun jadi bernafsu lagi. Bu Ivone pun menyadarinya. “Ngaceng lagi ?!” cetusnya.

Aku mengangguk. Lalu kuayun lagi kontolku pelan - pelan. Dan Bu Ivone minta ganti posisi.

Tentu saja aku suka berganti posisi menjadi posisi doggy. Sehingga aku bisa menepuk - nepuk pantat gedenya, meski harus berlutut dan mengentotnya lagi ....



Keesokan paginya Bu Ivone curhat padaku. Tentang orang tuanya yang kaya raya. Tentang suaminya yang awalnya cuma pengangguran, lalu dimodali oleh orang tua Bu Ivone. Dan banyak lagi yang diceritakan olehnya, meski semua itu ranah pribadinya.

Bu Ivone juga menuturkan tentang suaminya yang mandul, tentang spermanya yang tidak sempurna dan tentang beberapa petualangan suaminya yang diketahui olehnya. Bahkan diam - diam ia tahu bahwa suaminya terbang ke luar negeri bersama sekretarisnya. Karena itu Bu Ivone ingin membalasnya, karena ia juga bisa berselingkuh. Dan kalau kelak ia hamil olehku, ia sudah siap untruk bercerai dengan suaminya.

Namun semuanya itu memang ranah pribadinya, sehingga aku gak tega untuk mengurai selengkapnya di sini. Termasuk alasan Bu Ivonne menginap di villa kayu yang bukan miliknya sendikri itu. Padahal ia punya villa di Puncak. Tapi villa itu suka dipakai oleh keluarga suaminya, sehingga ia memilih villa kayu yang biasa disewakan untuk umum itu. Sekaligus ingin bernostalgia, karena pada masa remajanya Bu Ivone sering menginap di villa kayu itu bersama teman - temannya.

Yang jelas, aku dibayar dengan setumpuk uang dollar Amerika.

Apakah aku gembira mendapatkan bayaran itu ? Aku memang mengucapkan terima kasih berkali - kali. Padahal hatiku biasa - biasa saja. Karena setumpuk dollar itu bukan sesuatu yang luar biasa bagiku kini. Bahkan nanti mungkin akan kuberikan kepada orang yang membutuhkannya.

Lalu kenapa aku masih jadi gigolo juga ? Jawabannya singkat saja, masih senang “mencicipi” memek baru ... !



Sudah 2 minggu Mama Ida dan kedua puterinya tinggal di rumah barunya. Tapi aku belum pernah menengok mereka. Karena itu pada suatu sore menjelang malam, aku bersiap - siap untuk menuju rumah baru mereka. Sengaja aku tidak menghubungi mereka dulu. Supaya kedatanganku jadi kejutan buat mereka.

Ketika mobilku tiba di depan rumah itu, hari sudah mulai gelap. Lalu aku masuk ke pekarangan depan sambil melongok - longok ke dalam. Tirai jendela kaca belum ditutupkan. Berarti mereka belum pada tidur. Lalu aku melangkah ke pintu depan. Kulihat Mama Ida sedang nonton televisi di ruang keluarga. Anggraeni dan Mayang mungkin ada di kamarnya masing - masing.

Perlahan kubuka pintu depan yang ternyata belum dikunci. Lalu berjalan mengendap - endap ke arah Mama Ida yang sedang asyik nonton televisi.

Karena kalah oleh suara televisi, Mama Ida tidak sadar bahwa aku sudah berada di sampingnya. Tentu saja ia kaget sekali ketika aku tiba - tiba duduk di samping kanannya.

“Sttt ... !” aku meletakkan telunjuk di depan mulutku, “Pada ke mana Eni dan Mayang ?” tanyaku setengah berbisik.

“Baru aja mereka berangkat ke mall. Eni mau beli dompet, Mayang mau beli pakaian dalam katanya, “ sahut Mama Ida.

Mendengar ucapan Mama Ida, aku langsung berdiri lagi untuk mengunci pintu depan dan menutup tirainya sekalian. Lalu kembali lagi ke sofa yang diduduki oleh Mama Ida. Dan duduk di samping kanannya lagi. Dengan tangan langsung menyelundup ke balik daster putihnya. “Udah kangen sama aku kan ?” tanyaku setelah tanganku tiba di pangkal paha Mama Ida.

“Ya iyalah. Sudah hampir sebulan Yosef gak pernah nidurin mama, “ sahut wanita setengah baya itu.

“Aku juga udah kangen sama empot ayam Mama ... “ kataku ketika tanganku sudah berada di balik celana dalam Mama Ida. “Tapi aku kan sibuk terus. Bagaimana sudah selesai angkut - angkut barangnya dari rumah lama ke sini ?”

“Sudah ... oooooohhhh .... kalau sudah dibeginiin mama langsung kepengen Yos, “ cetus Mama Ida ketika telunjuk dan jari tengahku sudah diselundupkan ke dalam celah memeknya.

“Di sini aja ya mainnya, “ kataku.

“Gak tenang di sini mah. Di kamar aja. Biar bisa telanjang bulat. “

“Gak ah. Di sini dulu. Biar mengesankan. Nanti lanjutin di kamar. “

Akhirnya Mama Ida mengalah. Ia diam saja ketika celana dalamnya dipelorotkan olehku. Bahkan lalu Mama Ida menurunkan kancing zipper celana denimku. Lalu menyembulkan kontol ngacengku setelah menurunkan celana denim dan celana dalamku.

Dan ... Mama Ida menyingkapkan daster putihnya, lalu menduduki kontolku. Mengangkat bokongnya sesaat, untuk mengarahkan kontolku ke memeknya. Kemudian ia menurunkan lagi bokongnya. Lalu ... Mama Ida memelukku sambil mengayun bokongnya, naik turun dan naik turun terus, sehingga kontolku dibesot - besot oleh liang memeknya yang bisa empot - empotan seperti pantat ayam betina ditiup dari jarak dekat ... !

“Oooooh ... Mamaaaa ... uuuuuuh .... empot ayamnya ini yang bikin aku selalu ketagihan ... Mamaaaa ... oooooh .... “ cetusku di tengah dengus - dengus nafasku.

“Panjangnya kontol Yosef jugaaaa ... bikin mama ketagihaaaan ... Yooossss ... sampai ujung dunia pun mama cari ... takkan menemukan cowok yang memuaskan seperti Yosef iniiiii ... oooooohhhhh ... Yoseeeeeef ... ini terasa sekali ... mentok - mentok terus di dasar sumur mamaaaaaa ... Yoooossssss .... “ rintih Mama Ida histeris di tengah aksi mplok - mplokan di atas pangkuanku ... terus - terusan membesot dan memelintir kontolku.

Sambil mengayun bokong gedenya, Mama Ida masih sempat juga melepaskan dasternya lewat kepalanya. “Kalau gak telanjang, rasanya gak sempurna ya, “ ucap Mama Ida sambil berusaha melepaskan baju kausku, sementara aku berusaha untuk menanggalkan celana denim dan celana dalamku.

“Iya Mama ... kalau telanjang begini kan lebih sip. Bisa mainin toket Mama, bisa melukin bokong semok Mama dan sebagainya. “

“Wah hujan tuh di luar, “ kata Mama Ida sambil celingukan.

“Iya, “: sahutku sambil mendekap pinggang Mama yang duduk di atas sepasang pahaku, dengan liang memek masih menjepit kontolku. “Malah membuat suasana lebih romantis lagi Mam. “

Mama Ida tersenyum manis. Lalu mengayun kembali bokong semoknya.

“Memek mama masih neak nggak ?” tanya Mama Ida ketika ayunan bokongnya masih perlahan.

“Masih sangat enak, Mama. Makanya aku ke sini juga, karena ingin merasakan memek Mama yang bisa empot ayam. Kalau bisa sih ajarin Eni dan Mayang biar bisa empot ayam juga memeknya. “

“Empot ayam sih gak bisa diajarkan ... karena tidak semua memek bisa empot - empotan begini. Memek mama juga empot - empotan sendiri, bukan digerakkan oleh mama ... ooooohhhh ... ini jadi semakin enak Yoooossssss ... benar - benar enaaaak ... memang benar bunyi hujan menambah romantisnya kita ya. “

“Iya Mam. Terutama karena kita udah telanjang. Kan orang bilang sip pake telor, kurang sip buka kolor. Berarti yang sip itu yang telanjang bulat. “

Tiba - tiba kulihat sesuatu yang mengejutkan. Mayang dan Anggraeni muncul dari pintu samping, dalam keadaan basah kuyup ... ! Mungkin mereka kehujanan dan masuk lewat pintu samping. Karena pintu depan dikunci, tirainya pun sudah kututupkan tadi. Mereka muncul dari belakang Mama Ida yang tengah mengayun bokongnya sambil merintih - rintih histeris. Mereka meletakkan telunjuk di depan mulutnya masing - masing. Sebagai isyarat agar aku jangan membuat Mama Ida menyadari kehadiran mereka.

Aku menganggukj sambil memeluk leher Mama Ida erat - erat, agar Mama tidak bisa menoleh ke belakang. Mama Ida tetap asyik mengayun bokongnya, tanpa menyadari kehadiran kedua puterinya yang sudah duduk bersila di atas karpet, di belakang Mama Ida.

“Yoooossss ... ooooo .... ooooooh Yooooosssseeeeefffff ... mama memang sudah gila pada kontolmu ini ... selalu bikin mama ketagihan ... Yooooossss .... mama udah mau lepas Yooooosssss ....” rintih Mama Ida pada saat Mayang dan Anggraeni sedang melucuti pakaian mereka yang basah kuyup. Sehingga mereka pun telanjang bulat seperti ibu mereka.

Mama Ida mulai klepek - klepek. Lalu mengejang di atas pangkuanku ... dengan memek berkedut - kedut, lalu bergerak seperti ular melilit kontolku. Kemudian Mama Ida terkulai dalam dekapanku. Padahal aku belum ngecrot.

“Udah selesai Mam ?” tanya Mayang sambil berdiri di belakang ibunya.

Mama Ida terkejut dan menoleh. “Lho ... kalian kok sudah pulang ? Dalam keadaan telanjang gitu pula ... “ tanya Mama Ida sambil mengangkat bokongnya, sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

“Gak jadi ke mall. Takut kehujanan di tengah jalan. Lalu putar balik. Dan setelah hampir tiba di depan rumah, hujan benar - benar turun dengan derasnya, “ sahut Anggraeni.

“Lalu kenapa kalian bisa masuk ?” tanya Mama Ida sambil mengenakan kembali dasternya.

“Lewat pintu garasi. Kan kunci pintu garasi kami bawa, untuk masukin motor, kalau - kalau Mama udah bobo. Gak taunya Mama lagi ena-ena ... hihihiiiii ... “

Memang ini kejadian pertama. Kejadian Mama Ida bersetubuh denganku, disaksikan oleh kedua puterinya. Mama Ida selalu menolak kalau kuajak threesome FFM dengan Anggraeni. Alasannya ... Mama Ida tidak suka ada orang ketiga menyaksikannya bersetubuh, meski orang ketiga itu anaknya sendiri.

Tapi kali ini bahkan disaksikan oleh orang ketiga dan keempat ... !

“Ya udah ... kalian lanjutkan deh. Yosef belum ngecrot tuh, “ kata Mama Ida sambil melangkah menuju pintu kamarnya.

“Mau di mana ? Di atas karpet apa di kamar kalian ?” tanyaku.

Mayang malah menunjuk ke arah pintu kamar Mama Ida yang masih terbuka.

“Mau di kamar Mama ?” tanyaku perlahan.

Mayang dan Anggraedni mengangguk. Lalu aku melangkah bersama mereka ke kamar Mama Ida.

“Lho ... kok malah pada ke sini ?” tanya Mama yang baru naik ke atas tempat tidurnya.

“Mereka ingin di sini, “ sahutku, “Biarin aja ya Mam. Nanti sambil ajarin mereka tentang ena-ena secara benar ... “

“Ya udah ... terserah kalian ... “ kata Mama sambil turun lagi dari bed, lalu duduk di atas satu - satunya sofa yang ada di dalam kamarnya.

Mayang dan Anggraeni tersenyum - senyum, lalu pada naik ke atas bed ibu mereka.

“Mau siapa dulu ?” tanyaku ketika Mayang dan Anggraeni sudah sama - ssama celentang dan berdampingan di atas bed.

“Teh Mayang dulu deh, “ sahut Anggraeni.

Aku menoleh ke arah Mama Ida yang masih duduk di atas sofa. “Mama sini dong. Biar bisa ngajarin mereka, “ ajakku.

“Yang begituan gak usah diajarin juga nanti mereka pada bisa sendiri, “ sahut Mama Ida sambil berdiri. Dan akhirnya naik juga ke atas bed.

Kutarik daster Mama Ida dan melepaskannya lewat kepalanya.

“Mama kan orgasmne. Masa harus telanjang lagi ?” tanya Mama Ida.

“Pokoknya Mama harus telanjang juga. Siapa tau nanti horny lagi, “ sahutku sambil menarik celana dalam Mama Ida sampai terlepas dari kedua kakinya.

Akhirnya Mama Ida pun celentang di samping Mayang.

Kuusap - usap memek Mama Ida, memek Mayang dan memek Anggraeni. “Kalau seperti ini terus, aku akan merasa dimanjakan. Karena di rumah ini aku punya tiga memek yang rasanya tiada bandingannya, “ kataku sambil merenggangkan kedua paha Mayang.

Lalu aku menelungkup di antara kedua kaki Mayang, dengan wajah berada di atas memeknya. Dengan nafsu yang belum tuntas terlampiaskan, kujilati memek Mayang sambil mengulurkan tanganku ke atas, untuk meremas toket gedenya.

Beberapa menit aku menjilati memek Mayang, sampai akhirnya aku merasa sudah cukup basah dan bisa melakukan penetrasi. Lalu kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Mayang. Dan kudorong kontolku sekuatnya.

Kontolku melesak masuk ke dalam liang memek Mayang, sedikit demi sedikit, karena memek Mayang belum sering “kupakai”. Sehingga liang memeknya masih terasa super sempit, meski sudah dijilatin dulu.

Aku mulai mengayun kontolku dalam suasana fantastis. Karena aku mengentot Mayang didampingi oleh Mama Ida di sebelah kananku dan Anggraeni di sebelah kiriku.

Mayang pun mulai mendesah - desah dengan mata terpejam - pejam. “Aaaaaaaaaahhh .... aaaaaaaaaaahhh ... Yoooooooosssss .... aaaaaaaahhhhh ... aaa ... aaaaaaaaaahhh ... Yooooooossssss ..... aaaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaahhhhh ... oh Mamaaaaaaaaa ... ini enak sekali Maaaam .... oooooohhhhh Mamaaaa ... oooooohhhhhhhh ... ooooooo ... Yooooooosssssss ... ooooohhhhh .... Yooooossseeeeffff .... ooo ... ooooohhhhhhhhh ... Maaamaaaaa .... ooooooooooohhhhhhh .... “

Mama Ida yang sering disebut - sebut oleh anaknya, lalu memiringkan badannya ke arah Mayang, untuk memainkan pentil toket anaknya yang bodynya aduhai itu. Hal itu cukup membantu. Karena Mayang jadi merem - melek dibuatnya.

Makin lama entotanku makin lancar. Karena liang memek Mayang sudah agak merekah. Sehingga aku bisa menggenjot kontolku segarang mungkin, sambil menjilati lehernya.

Sementara tangan kananku masih bisa untuk meremas toket Mama Ida dan tangan kiriku meremas toket Anggraeni. Ini fantastis sekali. Aku jadi merasa dimanjakan oleh mereka bertiga.

Tapi Anggraeni memang masih rendah jam terbangnya. Baru belasan menit aku mengentotnya, tiba - tiba ia berkelojotan. Lalu mengejang tegang dan ... orgasme ... ! Tapi aku tak kecewa. Karena di sebelah kiriku ada Anggraeni yang sudah siap dientot juga.

Setelah Mayang terkulai lunglai, aku pindah ke atas perut Anggraeni. Aku sudah hafal jalan menuju surga di antara kedua pangkal paha Anggraeni. Sehingga tanpa harus menjilati memeknya terlebih dahulu, aku bisa membenamkian kontolku ke dalam liang memek Anggraeni yang sudah kuhafal seperti apa rasanya.

Sementara itu Mama Ida sudah bertukar tempat dengan Mayang. Mama Ida tetap di sisi kananku, sementara Mayang jadi tergeletak di pinggir bed.

Kali ini suasananya lain lagi. Bahwa ketika aku mulai asyik mengentot Anggraeni, Mama Ida mendekatkan memeknya ke tangan kananku. Seolah minta dijamah olehku. Maka kukabulkan juga keinginan yang tidak dilisankan itu. Mengentot Anggraeni sambil menggerayangi memek Mama Ida. Bahkan sampai memasukkan 3 jari ke dalam liang memeknya. Telunjuk, jari tengah dan jari manisku jadi merasakan lagi empot - empotannya liang memek Mama Ida. Hal itulah yang membuatku ketagihan pada Mama Ida. Karena dia punya “sesuatu” yang langka.

Aku masih mengentot Anggraeni dengan gencarnya. Rintihan - rintihannya pun mulai berkumandang di dalam kamar Mama Ida ini. “Ooooooooo ..... ooooooh ... Kang Yosef ... aku sangat mencintaimu Kaaaaaang ... oooooh ... Kaaaaang ... oooooooooohhhhhhh .... Kang Yoseeeeeeef ... ooooooh ... Kaaaaaaaaang ... ooooooooh .... Kaaaaaaaang ... oooooooh ..... oooooooo ..... ooooooooh ... Kaaaaaaaaang .... “

Mama Ida pun mulai berdesah - desah, karena sambil mengentot puterinya, aku masih bisa menggesek -gesek kelentit calon mertuaku.

Anggraeni lebih kuat bertahan kalau dibandingkan dengan Mayang. Namun akhirnya dia orgasme juga, dengan tubuh bersimbah keringat. Sementara aku masih bertahan, tapi sudah “mendekati” detik - detik ejakulasi juga. Namun aku berusaha mempertahankannya, karena ingin ngecrot di dalam memek Mama Ida.

Maka setelah Anggraeni orgasme, aku pindah ke atas perut Mama Ida. Perpindahan ini membuat detik - detik gawatku jadi menjauh lagi. Sehingga aku mampu bertahan agak lama di atas perut Mama Ida.

Kini giliran Anggraeni dan Mayang menyaksikan ketrampilan ibu mereka dalam menggeol - geolkan bokong semoknya. Memutar - muitar dan meliuk - liuk menyerupai angka delapan.

Aku pun semakin gencar mengentot Mama Ida, sambil menjilati lehernya. Bahkan ketika sengaja kucupangi lehernya, calon mertuaku diam saja. Sehingga aku benar - benar mencupangi leher Mama Ida, sementara kontolku tetap gencar “memompa” liang memek yang punya empot ayam itu.

Kali ini aku merasa sukses. Karena ketika Mama Ida membisiki telingaku, bahwa dia mau orgasme lagi, aku pun sedang berada di detik - detik krusialku.

Maka dengan garang kugenjot kontolku secepat mungkin. Mama Ida pun semakin gila - gilaan menggeolkan pantat gedenya.

Dan pada suatu saat .... ketika Mama Ida mengejang sambil menahan nafasnya, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai menabrak dan mendesak dasar liang memek calon mertuaku.

Lalu ... ketika liang memek Mama Ida berkedut - kedut, kontolku pun mengejut - ngejut sambil menembak - nembakkan peluru lendirku.

Crettttt ... croooooooooooooooooootttttttt ... cretcrettttt ... crooooooooooooooootttttttttt ... croooooooooooooooooooooooooottttttttt .... !

“Aduuuuuh ... air maninya banyak banget Yossss ... “ bisik Mama Ida.

Memang benar. Ketika kucabut kontolku dari liang memek Mama Ida, tampak air maniku membludak ke luar dari mulut memek calon mertuaku.

Anggraeni dan Mayang cuma bengong menyaksikan semuanya itu.

Tapi Mama Ida memang “kreatif”. Dia memegang kontolku yang sudah lemas ini sambil berkata pada kedua puterinya, “Lihat ... kontol Yosef sudah lemas begini. Tapi masih bisa dibuat ngaceng lagi. Caranya begini nih ... “

Mama Ida memasukkan kontol lemasku ke dalam mulutnya. Lalu ia menyepongnya. Menyelomoti kontol lemasku laksana anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli.

Anggraeni dan Mayang menyaksikan aksi ibu mereka dengan sorot serius.

Dan memang beberapa saat kemudian kontolku sudah ngaceng lagi.

Setelah merasa “siap tempur” lagi, aku menjauhkan kontolku dari mulut Mama Ida. Dan kini giliran Mayang untuk kuentot lagi.

Ini merupakan ronde kedua bagiku. Dengan sendirinya aku jadi lebih tangguh daripada ronde pertama tadi.



Malam itu merupakan malam paling fantastis bagiku. Karena sepanjang malam aku menyetubuhi Mama Ida dan kedua puterinya. Sampai kami sama - sama terkapar lunglai. Dan tertidur dengan nyenyaknya, dalam keadaan telanjang semua.

Tentu saja peristiwa indah itu akan kukenang sepanjang hayat dikandung badan.

Keesokan paginya aku terbangun ketika Mama Ida dan kedua puterinya sudah bangun duluan dan pada sibuk di dapur.

Aku pun turun dari bed dan melangkah ke dalam kamar mandi.

Setelah mandi sebersih mungkin, kukenakan kembali pakaianku.

Tiba - tiba data ng WA dari Mama Lanny, isinya : -Mama mau melahirkan. Bisa Asep pulang dulu untuk mengantarkan mama ke rumah sakit bersalin ?-

Aku terkejut dan langsung membalas : -Bisa Mam. Sekarang juga aku pulang-

Lalu bergegas aku keluar dari kamar Mama Ida. Dan menghampiri calon mertuaku yang sedang masak di dapur, dibantu oleh Mayang dan Anggraeni.

“Nah Yosef udah bangun. Ini lagi dimasakin buat sarapan pagi, “ kata Mama Ida.

“Gak usah repot - repot Mam. Aku harus berangkat sekarang. Ada rekan bisnis yang sudah menungguku dari tadi. AKu memang lupa pagi ini ada janji mau ketemuan dengannya. “

“Lho ... jadi gak mau sarapan pagi dulu ?” Mama Ida tampak kecewa.

“Terima kasih Mam. Kalau aku terlalu lambat, bisa jelek nanti hubungan bisnisku dengan orang itu. Aku berangkat dulu ya, “ kataku yang kususul dengan mencium bibir Mama Ida. Lalu kucium juga bibir Anggraeni dan bibir Mayang.

Sesaat kemudian aku sudah melarikan sedan deep brownku menuju rumahku sendiri. Rumah megah hadiah dari Tante Sharon itu.

Memang aku sangat bersemangat kali ini. Karena istri Ayah mau melahirkan.
Mau melahirkan anakku ...!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd