Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Page 1 s.d 288 marathon.
Kesan= mantap, bikin duduk sambil berdiri(ngaceng) di tiap partnya.
Pesan= mohon dimunculin lg tante2 yg di part awal yg sukses hamil. Gimana kabarnya, paling tdk jd cameo jg gak papa. Dimunculin walau sebentar.
Terimakasih
 
Terakhir diubah:
Part 02





S
eperti yang diminta oleh Mamih, aku hanya mempersiapkan fisik dan mental sebaik mungkin selama seminggu di rumah Danke. Setiap pagi aku senam di samping kolam renang. Siangnya aku berenang.

Tapi tentu saja aku harus tahu diri, bahwa aku menumpang di rumah sahabat karibku. Bukan tinggal di rumah orang tuaku. Karena itu kalau sekadar masak nasi dan cuci piring, kukerjakan dengan ikhlas. Sedikitnya apa yang bisa kukerjakan di rumah Danke, kukerjakan. Begitu juga menyapu dan mengepel lantai, kukerjakan juga.

Seperti yang dianjurkan oleh Mamih, aku pun selalu minum vitamin dan suplemen tiap hari secara teratur, supaya badanku tetap sehat. Kebetulan Danke punya lemari obat berisi segala yang kubutuhkan. Danke menyuruhku minum persediaan vitamin dan suplemen itu, tanpa harus membelinya. Sementara duit pemberian Mamih kusimpan saja di dompet, supaya dompetku jangan kosong melompong. Itu pun mengikuti anjuran Danke.

Sampai pada suatu pagi, hape pemberian Danke berdering. Ternyata Mamih yang nelepon :

“Yosef ! Kamu beruntung. Nanti sore siap - siap ya. Kamu akan dibooking oleh Bu Sharon. Dia itu paling tajir di antara wanita - wanita pelanggan kita. “

“Siap Mamih. “

“Ingat ... walau pun dia tidak seksi, dia itu sangat tajir Sef. Jadi bersikaplah sesopan dan seramah mungkin ya. “

“Iya Mam. “

“Jam lima sore kamu harus sudah ada di rumahku. Nanti kamu akan dijemput oleh sopirnya. “

“Siap Mamih. “

“Ya udah gitu aja. Sebelum jam lima kamu harus sudah standby di salon ya. “

“Iya Mamih. “

Setelah mendapat telepon dari Mamih, aku bergegas menghampiri Danke di kamarnya. “Gue mau dibooking sama Bu Sharon nanti sore Dank, “ ucapku.

“Bu Sharon ?! Wah ... itu wanita tajir melintir Sef, “ kata Danke.

“Loe pernah dibooking sama dia ?” tanyaku.

“Belum, “ Danke menggeleng.

“Kata Mamih, Bu Sharon itu jelek ya ?”

“Ah siapa bilang. Bu Sharon itu cantik kok.Tapi dia jutek. Orangnya serius. Jarang tersenyum. Tapi yang jelas dia itu sangat kaya. Orang bilang hartanya takkan habis tujuh turunan. “

“Terus gue harus gimana ?”

“Harus sopan dan ramah, “ sahut Danke, “Bicara seperlunya aja. Jangan nanya - nanya hal yang bersifat pribadi. Misalnya ... tante punya suami ? Punya anak berapa ? Nah ... jangan sekali - sekali bertanya yang seperti itu. “

“Iya. “

“Pokoknya fokus untuk memuaskan nafsu birahi dia aja. Jadi urusan loe sama dia hanya ngentot memeknya. Itu aja. “

“Hahahaaa ... iya .... iyaaa .... “

“Kalau dibooking sore, mungkin loe bakal diajak nginap. Untuk persiapan, bawas aja pakaian untuk ganti. Gak usah banyak - banyak, bawa dua stel juga cukup. Untuk bawa pakaian dua stel aja sih pakai itu juga cukup, “ kata Danke sambil menunjuk ke sebuah tas kulit hitam yang tergantung di kapstok. Tas yang bisa dijinjing ataupun diselempangkan di leher.

“Boleh gue pinjem tasnya ?” tanyaku.

“Pakailah, “ Danke mengangguk, “Nanti kalau udah punya duit, bisa beli sendiri. “

Kemudian Danke menasehatiku. Tentang trik - trik untuk menghadapi perempuan setengah baya.

Setelah itu Danke pergi. Untuk berkencan dengan wanita yang telah membookingnya.

Kelihatannya Danke sudah terkenal di mata pelanggan grup Mamih. Sehingga hampir tiap hari ada saja wanita yang membooking Danke.

Mungkinkah aku bisa sesukses Danke kelak ? Entahlah.

Yang jelas, sebelum jam 5 sore aku sudah membawa tas kulit kecil pinjaman dari Danke, berisi dua stel pakaian. Lalu berangkat meninggalkan rumah Danke. menuju rumah Mamih yang perumahannya hampir berseberangan dengan perumahan Danke. Jam 5 kurang 10 menit aku sudah tiba di rumah yang bagian bawahnya dipakai untuk salon kecantikan itu.

Tepat jam 5 sore, sebuah mobil tua berhenti di depan rumah Mamih. Sopir mobil tua itu pun tampak sudah tua. Mungkin usianya sudah 60 tahun lebih. Dia hanya berbicara sebentar dengan Mamih. Kemudian Mamih menoleh padaku, “Tuh udah ada yang jemput. Ikut pak sopir ini aja. “

“Iya Mam, “ sahutku.

Sebenarnya aku bertanya - tanya di dalam hati : Kalau orang tajir, masa mobilnya udah tua gitu ? Apakah dia pelit sekali, sehingga untuk membeli mobil baru pun tidak mau ?

Tapi aku menindas tanda tanya itu. Karena aku hanya ingin melaksanakan “tugas” dari Mamih sebaik mungkin.

Lalu tanpa bicara sepatah pun aku masuk ke dalam mobil tua yang suaranya sudah prank - prenk - pronk itu.

Setengah jam lebih aku duduk di dalam mobil itu, tanpa bicara sepatah kata pun. Karena pak sopir tua itu pun tidak bicara apa - apa.

Ketika hari sudah mulai remang - remang menuju malam, pak sopir tua itu menghentikan mobil yang dikemudikannya. Lalu menunjuk sebuah sedan panjang ... panjang sekali (belakangan aku tahu bahwa sedan panjang itu disebut limousine), sambil berkata, “”Pindah ke mobil itu Dek. “

Sopir limousine yang konon pemiliknya bisa dihitung dengan jari di kota ini, juga sudah tua. Bahkan mungkin lebih tua daripada sopir mobil tua tadi. Ia membuka pintu belakang kanan dan mempersilakanku masuk.

Aku pun masuk ke dalam limousine itu. Lalu kutemukan beberapa hal di dalamnya. Bahwa di antara seat sopir dengan seat di belakang, dibatasi oleh dinding berkaca yang ditutup lagi oleh tirai. Bahwa di kanan - kiri jok yang kududuki juga ditutupi oleh tirai. Sehingga aku tidak bisa melihat ke luar. Dari luar pun takkan bisa melihat ke dalam. Hal lain yang kurasakan, betapa harumnya di dalam mobil mewah ini. Selain daripada itu, di belakang ini terasa luas sekali. Tidak seperti di dalam sedan biasa. Bahkan ada mejanya segala, yang bisa ditaruh minuman atau makanan.

Tapi yang terpenting, di dalam mobil itu ada seorang wanita yang kutaksir usianya di atas 30 tahun tapi di bawah 40 tahun. Mengenakan baju mantel panjang, seperti jubah, berwarna coklat tua.

Begitu aku duduk di samping kanannya, wanita itu menjabat tangannya, sambil menyapaku, “Kamu bernama Yosef kan ?”

“Betul Bu. “

“Namaku Sharon. Panggil tante aja, biar jangan terlalu kaku. “

“Iya Tante. “

Limousine yang kutumpangi pun mulai bergerak, entah mau menuju ke mana.

“Kata Mamih, kamu orang baru ya, “ kata Tante Sharon lagi

“Betul Tante. “

“Sama sekali belum pernah dibooking wanita lain ?”

“Belum pernah Tante. Ini yang pertama kalinya. “

“Aku sudah melihat foto telanjangmu dari Mamih, “ ucapnya sambil memegang celana jeansku, tepat pada bagian yang agak mengembung, karena diam - diam kontolku sudah mulai ngaceng. Akibat membayangkan apa yang bakal terjadi di antara wanita itu dengan diriku.

“Coba lihat penismu, “ ucapnya sambil memijat - mijat celana jeansku tepat di bagian kontolku yang sudah rada ngaceng ini.

Aku menoleh ka kanan kiriku, dengan sikap ragu.

“Jangan takut. Tiada yang bisa melihat kita. Kan sekelilingnya ditutupi tirai. Sopir juga takkan bisa melihat ke sini, “ kata Tante Sharon.

Mendengar ucapan Tante Sharon itu, aku pun menarunkan kancing zipper celana jeansku. Lalu kupelorotkan celana jeans berikut celana dalamku sampai ke lutut. Sehingga kontolku tidak telindungi apa - apa lagi.

Tante Sharon memegang kontolku sambil berkata, “O my God ... memang panjang sekali ! Inilah yang kucari - cari selama ini ... ! “

Tante Sharon tidak cuma memegang, tapi lalu mengelus - elus dan meremasnya perlahan. Sehingga kontolku spontan ngaceng berat.

Sesaat kemudian Tante Sharon menyalakan lampu di atas kepalanya. Lalu duduk menyandar ke pintu mobil yang lebar sekali itu. Dan merentangkan mantel jubahnya. Disusul dengan penyingkapkan gaunnya. Diikuti dengan pelepasan celana dalamnya ... sehingga .... oiii ... maaaak ! Aku bisa langsung menyaksikan memeknya yang bersih dari bulu jembut itu !

Aku terlongong dibuatnya. Memandang ke arah wajah Tante Sharon yang sedang tersenyum manis, lalu memandang ke arah memeknya yang sedang diusap - usap.

“Sentuhlah ... jangan cuma dipelototin, “ kata Tante Sharon.

Aku cuma tersenyum canggung, sambil mengamati manisnya wajah Tante Sharon.

Tiba - tiba Tante Sharon menarik kedua tanganku. Lalu memagut bibirku. Menciumku sambil menjulurkan lidahnya. Aku pun menyedot - nyedot lidah Tante Sharon, seperti yang sering kulakukan dengan Lilis dahulu. Cuma bedanya, mulut Tante Sharon ini tercium harum yang menyenangkan. Sehingga aku sangat bersemangat untuk menyedot - nyedot lidahnya. Terkadang Tante Sharon menyedot - nyedot bibir bawahku, yang kubalas dengan lumatan yang serupa.

Celana jeans dan celana dalamku sudah tertanggalkan, sehingga kontolku terasa sudah bertempelan dengan memek Tante Sharon.

Lampu pun dimatikan. Namun aku sadar bahwa Tante Sharon sedang memegang kontolku, sambil mencolek - colekkan ke celah memeknya yang hangat dan agak basah.

Bahkan pada suatu saat Tante Sharon berbisik di tengah kegelapan malam, “Doronglah sampai masuk ... “

Aku mengikuti perintah Tante Sharon. Mendorong kontolku yang sudah bertempelan dengan bagian basahnya memek Tante Sharon.

Sedikit demi sedikit kontolku membenam ke dalam liang memek Tante Sharon. Disambut dengan ciuman lengketnya lagi. Lalu menjulurkan lidahnya kembali, untuk kusedot - sedot, sambil mulai mengayun kontolku yang makin lama makin jauh membenam ke dalam liang memek wanita itu. Sampai akhirnya mentok di dasar liang memek Tante Sharon.

Lalu terdengarr suara Tante Sharon di dalam kegelapan, “Ooooh ... inilah yang kucari - cari selama ini Sef ... liang memekku termasuk panjang, dalam sekali, tidak dangkal seperti liang memek wanita lain pada umumnya. Tapi kontolmu berhasil menyentuhnya. Bahkan terasa sampai didorong begini .... tapi cabut dulu kontolmu ... nanti kita lanjutkan di villa. Biar lebih leluasa menikmatinya. “

Sebenarnya aku agak kecewa, karena sedang enak - enaknya menikmati kontolku yang sudah berada di dalam memek wanita itu. Tapi aku harus menurut pada apa pun yang dikehendakinya. Maka kucabut kontolku dari liang memek Tante Sharon. Lalu kukenakan lagi celana dalam dan celana jeansku dalam kedelapan.

Aku tidak tahu apakah Tante Sharon sudah mengenakan kembali celana dalamnya atau belum. Yang jelas ia melingkarkan lengan kanannya di pinggangku sambil berkata, “Nanti di villa, kamu bebas melakukan apa aja pada diriku Sef. Pokoknya selama di villa, kamu jangan canggung lagi ya. “

“Iya Tante, “ sahutku.

“Anggaplah aku ini kekasihmu, meski pun usiaku jauh lebih tua darimu. “

“Siap Tante. “

“Ohya ... sejak direkrut oleh Mamih, kamu sama sekali belum berkencan dengan pelanggan Mamih ?”

“Belum Tante. Ini untuk yang pertama kalinya. “

“Tapi kelihatannya kamu sudah berpengalaman. Sama siapa aja kamu punya pengalaman ?”

“Hanya satu orang Tante. Dengan saudara sepupuku yang usianya sepuluh tahun lebih tua dariku. “

“Pernah main sama lonte gak ?”

“Amit - amit. Belum pernah Tante. Satu - satunya wanita yang pernah kugauli hanya saudara sepupuku itu. Dan setelah dia menikah lagi, aku tak pernah menggaulinya lagi. Aku hanya sering main dengannya pada waktu dia masih janda. “

“Baguslah, “ sahut Tante Sharon, “Berarti darahmu masih bersih. “

Limousine yang sedang kami tumpangi meluncur terus. Namun tak lama kemudian terasa mobil ini membelok ke kiri, lalu berhenti.

“Udah sampai di villaku, “ ucap Tante Sharon sambil menepuk lututku.

Lalu pintu belakang kiri dibuka oleh pak sopir, Tante Sharon pun keluar dari mobilnya. Aku turun sendiri, tak perlu dibukakan dulu pintunya oleh pak sopir. Sambil menjinjing tas kecil pinjaman dari Danke, aku mengikuti langkah Tante Sharon. Masuk ke sebuah villa megah.

Setelah aku masuk, Tante Sharon pun menutup dan menguncikan pintu depan villa. Lalu memegang pergelangan tanganku dan menuntunku memasuki sebuah kamar yang serba mewah isinya.

Namun aku bersikap biasa - biasa saja. Tidak menengok ke sana - sini saking kagumnya melihat segala benda yang serba mewah di dalam kamar itu. Takut dibilang kampungan.

Di dalam kamar yang serba mewah ini Tante Sharon melepaskan mantel jubahnya. Lalu menggantungkan mantel panjangnya itu di kapstok.

Dalam keadaan masih ditutupi gaun panjang yang ada belahan di kanan kirinya, sehingga sepasang pahanya terpamerkan ketika ia duduk di atas sofa putih dan mengajakku duduk di sampingnya.

“Kamu pernah jilatin memek ?” tanya Tante Sharon.

“Sering Tante, “ sahutku jujur.

“Dengan saudara sepupumu itu ?”

“Iya Tante. “

“Kenapa tadi di dalam mobil ketika kupamerkan memekku gak langsung dijilatin ?”

“Gak berani Tante. Karena belum ada instruksi dari Tante. “

“Iya, aku mengerti. Tapi mulai saat ini kamu bebas melakukan apa pun padaku. Yang penting jangan menyakiti aja. “

“Iya Tante. “

Tante Sharon mengecup pipiku. Lalu menyingkapkan gaun hitam yang ada belahan di kanan kirinya, sehingga tampak jelas memeknya lagi. Berarti setelah dilepaskan di dalam mobil tadi, celana dalamnya tidak dipakai lagi.

Aku pun langsung berdiri, lalu bersila di antara kedua kaki Tante Sharon yang direnggangkan. Namun aku tidak langsung menerjang memeknya. Kupegang betis kanannya. Lalu kuciumi betis itu sampai ke lipatan lututnya.

“Kulit Tante putih dan mulus begini, “ ucapku sambil beralih memegang betis kirinya. Lalu menciumi betis indah itu dengan nafsu yang mulai membara lagi.

Tak cuma betis. Selanjutnya aku pun mulai menciumi paha Tante Sharon yang licin dan hangat. Bahkan sesekali aku pun mengulurkan lidah untuk menjilatinya.

Entah apa yang dipakai oleh Tante Sharon itu. Yang jelas, baik betis mau pun pahanya harum semua. Sehingga aku ingin tahu apakah memeknya juga harum ?

Dengan sepenuh gairah kuciumi memek Tante Sharon. Memang harum juga. Lalu kungangakan bibir luar memeknya (yang katanya disebut labia mayora), sehingga bagian dalamnya terbuka dan tampak berwarna pink.

Ketika ujung lidahku mulai menyapu - nyapu bagian yang berwarna pink itu pun, tersiar juga harum parfum ke penciumanku. Entah parfum apa yang dipakai oleh Tante Sharon ini. Sudah pasti parfum mahal yang harganya selangit. Tapi keharuman memek Tante Sharon ini membuatku semakin bergairah untuk menjilatinya.

Aku pun mengamati kelentitnya yang nyempil dari selubungnya. Meski sekolahku hanya tamat SMP, tapi aku sudah sering membaca buku - buku pemberian Lilis. Buku - buku tentang pengetahuan sex. Buku - buku itu selalu kubaca dengan serius. Bahkan isinya sudah hafal di luar kepala.

Salah satu petunjuk dari buku itu adalah mengenai kelentit. Bahwa kelentit itu bagian yang paling peka di kemaluan wanita. Karena itu, untuk merangsangnya harus sering disentuh. Terutama pada waktu jilmek begini.

Itulah yang kulakukan selanjutnya. Menjilati kelentit Tante Sharon dengan gencarnya. Sementara jari tengahku mulai kuselinapkan ke dalam celah memeknya yang sudah mulai licin dan hangat. Lalu kugerak - gerakkan seperti gerakan kontol mengentot memek.

Tante Sharon mulai menggeliat - geliat sambil mengusap - usap rambutku. Desahan dan rintihannya pun mulai terdengar.

Tapi pada suatu saat Tante Sharon mendorong kepalaku agar menjauh dari memeknya. “Lanjutin di sana aja Sef, “ ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat tidur mewah bertilamkan kain seprai mengkilap berwarna merah hati itu.

Aku mengangguk. Lalu bangkit berdiri dan mengikuti langkah Tante Sharon.

“Kamu juga harus telanjang Sef, “ ucap Tante Sharon sambil menanggalkan gaunnya di dekat tempat tidurnya.

Lalu ia melepaskan behanya sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuh putih mulusnya. Aku pun sudah melepaskan segala yang melekat di tubuhku, lalu merayap ke arah Tante Sharon yang sudah celentang telanjang di atas bed mewahnya.

“Langsung masukin aja Sef. Udah basah nih, “ ucap Tante Sharon sambil mengusap - usap memeknya, dengan kedua mengangkang.

Aku mengangguk sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng ini. Dan meletakkan moncongnya di mulut memek Tante Sharon yang sudah menganga menggiurkan.

Lalu kudorong kontol ngacengku sekuatnya. Blesssssss .... langsung terbenam seluruhnya, bahkan mentok di dasar liang memek Tante Sharon.

Pada saat itulah Tante Sharon menarik kedua lenganku, sehingga aku terhempas ke atas badan Tante Sharon. Sebelum aku mengayun kontolku, Tante Sharon melingkarkan kedua kakinya di pinggangku, sambil memagut bibirku ke dalam lumatannya.

Kontolku pun mulai maju mundur secara berirama. Dan setiap kali kudorong, moncong kontolku selalu saja mentok di dasar liang memek Tante Sharon. Mungkin hal inilah yang dicarinya selama ini. Mudah - mudahan saja begitu, agar dia menjadi langgananku kelak.

Tante Sharon pun mulai berdesah - desah, “Hhhh .... hhhhhhhhaahhhh .... hhhhhhhhhh .... hhhaaaaaahhhh .... hhhhhhaaaaaaaaahhhhh .... Yoseeeef ... hhhhhhhaaaaaahhhhh ... ini luar biasa enaknya Seeeef .... belum pernah aku disetubuhi yang seenak ini ... karena kontolmu terus - terusan menyundul mulut rahimku ... hhhhhhhh .... Yoseeeeefff .... hhhhaaaaaaahhhhh ... “

“Memek Tante juga luar biasa enaknya ... uuuughhhh ... seperti liang memek yang masih gadis ... “ sahutku terengah.

“Aku memang belum pernah melahirkan Sef ... mudah - mudahan aja kamu bisa menghamiliku yaaa ... “

“Iya Tante ... “ sahutku nyeplos begitu saja. Padahal bingung juga kalau Tante Sharon hamil olehku. Karena aku dan Tante Sharon laksana bumi dengan langit keadaannya.

Tapi aku tak mau memikirkan itu. Aku ingin menikmati lezatnya gesekan kontolku dengan liang memek Tante Sharon yang licin tapi gurih ini.

Aku pun mulai memperhatikan wajah Tante Sharon. Tadinya kusangka Tante Sharon itu jelek. Tapi ternyata manis, terutama kalau sedang tersenyum. Dan yang paling menonjol adalah kulitnya itu, sangat putih dan mulus.

Lalu aku pun mulai mempraktekkan teori yang pernah kubaca dari buku dan nasihat dari Mamih. Bahwa ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot memek Tante Sharon, tanganku mulai beraksi untuk meremas toket yang masih lumayan bagus ini. Sementara mulutku sudah mulai nyungsep di leher wanita itu. Untuk menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

Tampaknya Tante Sharon sangat menikmati aksiku ini. Ia merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu ketika mulutku sedang “bebas”, ia menciumku dengan lahapnya. Terkadang juga tangannya berada di punggungku. sambil memijat - mijat di sana - sini.

Terkadang mulutku nyasar ke ketiaknya yang ternyata harum juga. Lalu dengan lahap kujilati ketiaknya, terkadang menyedotnya sekuat mungkin. Sehingga Tante Sharon tergetar - getar seperti terkena arus listrik.

Matanya pun kadang terpejam, kadang melotot, sambil berdesah dan merintih.

Tapi pada suatu saat ia berkelojotan ... lalu tubuhnya mengejang seperti ayam sekarat. Perutnya pun terangkat, nafasnya tertahan. Dan aku mengerti bahwa itu tanda - tanda perempuan yang akan mencapai orgasme.

Karena itu sengaja kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai terasa mendorong dasar liang memek Tante Sharon. Mulutku digunakan untuk menyedot pentil toket kiri, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya.

Gila ... terasa sekali kedat - kedutnya liang memek Tante Sharon, disusul dengan hembusan nafasnya yang barusan tertahan selama 2-3 detik. “Hhhhhaaaaaahhhh ... ! “

Tante Sharon terpejam sesaat. Lalu kelopak matanya terbuka lagi. Menatapku dengan sorot sayu. Lalu mencium bibirku dengan hangatnya, disusul dengan ucapan lirihnya, “Terimakasih Sef. Jujur ... aku belum pernah merasakan hubungan seks yang senikmat ini, “ ucap Tante Sharon sambil mengusap - usap rambutku, “Tapi kamu belum ngecrot ya ?”

“Belum Tante. “

“Kamu minum obat kuat ?”

“Aku belum pernah minum obat yang begituan. Yang kuminum tiap hari cuma vitamin dan suplemen. Hanya untuk menjaga kesehatan aja. “

“Bagus itu. Selagi muda, jangan minum obat kuat dan sebangsanya. Karena bisa merusak nanti. Sekarang cabut dulu kontolmu Sef. “

Aku manut saja. Kutarik kontolku sampai terlepas dari liang memek Tante Sharon.

Setelah kontolku tercabut, ia mendorong dadaku agar celentang. Aku tetap patuh untuk mengikuti segala keinginan wanita itu. Celentang pasrah dengan kontol masih sangat ngaceng.

Lalu Tante Sharon menduduki selangkanganku, sehingga memeknya menghimpit kontolku. Ia mengusap - usap dada dan perutku sambil berkata, “Kamu sering olahraga ya. “

“Iya Tante, “ sahutku.

“Pantesan badanmu bagus. Perutmu juga sampai sixpack begini, “ ucapnya sambil mengangkat bokongnya dan memegang kontol ngacengku. Lalu ia mencolek - colekkan moncong kontolku ke belahan memeknya yang masih basah, licin dan hangat. Gila, cara wanita itu mencolek - colekkan memeknya ke puncak kontolku, enak sekali rasanya.

Lebih enak lagi ketika ia menurunkan pantatnya, sehingga kontolku melesak masuk ke dalam liang memeknya.

“Ooooohhhhh .... “ rintihku ketika kontolku sudah terbenam seluruhnya.

“Kenapa ?” tanya Tante Sharon.

“Nggak kenapa - kenapa. Cuma terasa enak sekali Tante. “

Tante Sharon tersenyum. “Emangnya memekku masih enak ?”

“Sa ... sangat enak Tante ... “

“Enak mana dengan memek saudara sepupumu ?”

“Jauh enakan punya Tante ... !” sahutku spontan. Padahal seingatku memek Lilis juga tak kalah enak. Apalagi kalau mengingat bahwa pada waktu pertama kalinya merasakan enaknya bersetubuh, ya dengan Lilis itu. Di usia yang masih sangat muda.

Tapi Tante Sharon tampak senang mendengar jawabanku barusan. Ia tersenyum manis sambil berkata, “Kontolmu juga enak sekali Sef. “

Lalu ia mulai menaik turunkan bokongnya, sehingga kontolku pun mulai dibesot - besot oleh liang memeknya. Awalnya ayunan bokong Tante Sharon perlahan - lahan. Makin lama ayunan pantatnya makin mantap. Ketika pantatnya terangkat, kontolku nyaris terlepas dari liang memeknya. Dan ketika pantatnya diturunkan, moncong kontolku benar - benar menabrak dasar liang memeknya. Namun itu yang dikehendakinya. Bahwa moncong kontolku harus selalu mentok di dasar liang memeknya. Belakangan aku pun dikasih tahu bahwa Gspot Tante Sharon berada di sekitar dasar liang memeknya. Sehingga kalau gspot itu tidak tersentuh, ia pun tidak merasakan nikmatnya.

Tante Sharon tampak bersemangat untuk mengayun bokongnya. Sehingga hentakan selangkangannya yang “menampar - nampar” selangkanganku, menimbulkan bunyi plaaaaakhhhh ... plaaaaaakkkkhhh ... plaaaaakhhhh ... plaaaaaakkkkhhhh .... !

Sementara itu kulihat sepasang toket Tante Sharon terombang ambing, seiring dengan gerakan tubuhnya. Sehingga aku pun tak kuasa menahan diri. Maka kupegang sepasang payudara wanita tajir itu. Lalu kuremas - remas dengan lembut.

Tampaknya Tante Sharon menikmati remasanku. Ia lalu menghempaskan dadanya ke atas dadaku. Namun bokongnya tetap berayun - ayun. Tentu memeknya pun tetap aktif membesot - besot kontolku.

Aku tak mau berdiam diri seperti patung. Ketika Tante Sharon memagut bibirku ke dalam lumatannya, aku pun masih bisa menggeser - geserkan kontolku dengan arah berlawanan dengan gerakan memek Tante Sharon. Kalau memeknya ditarik mundur, aku pun menarik kontolku. Kalau memek Tante Sharon maju, aku pun mendorong penisku sampai menyentuh dasar liang memek wanita manis berkulit putih bersih itu.

Namun beberapa menit kemudian, Tante Sharon terkapar di atas perutku. Dia sudah orgasme lagi. Namun hanya beberapa detik ia terkulai lemas dalam pelukanku. Kemudian ia menggulingkan badannya jadi celentang.

“Ayo lanjutin lagi sampai ngecrot ... “ ajak Tante Sharon yang sudah celentang dengan kedua paha direnggangkan.

Aku pun merayap ke atas perut Tante Sharon sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek wanita tajir itu.

Tante Sharon pun memegangi kontolku, sambil mendesakkan moncongnya ke celah memeknya. Maka dengan sekali dorong kontolku langsung amblas ke dalam liang memek Tante Sharon. “Duuuuh ... langsung menggesek g-spotku Sef ... kamu memang cowok yang luar biasa. Ayo entotin lagi sepuasmu, “ ucap Tante Sharon perlahan.

Mendengar instruksi itu aku pun mulai mengayun kontolku. Bermaju mundur di dalam liang memek Tante Sharon yang sudah becek ini.

“Memekku udah becek ya. Mau kucuci dan kukeringkan dulu ?” tanya Tante Sharon.

“Jangan Tante. Aku justru senang sekali memek yang sudah becek begini. Kan beceknya karena Tante sudah orgasme. Berarti Tante sudah puas. Hal itu malah membuat jiwaku nyaman Tante. “

“Ya udah lanjutin aja kalau gitu sih. Aku memang sudah dua kali orgasme, “ kata Tante Sharon sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Sementara aku melanjutkannya, mengentot liang memek Tante Sharon dengan tubuh mulai keringatan. Namun tubuh Tante Sharon pun sudah bersimbah keringat, membuat tubuhnya mengkilap. Dan itu sangat seksi di mataku.

Leher Tante Sharon pun sampai mengkilap oleh basahnya keringat. Namun aku justru semakin bernafsu menjilati leher jenjangnya yang harum mewangi itu. Bahkan ketiaknya yang lebih basah lagi oleh keringat, kujilati dengan lahapnya, disertai dengan sedotan kuat dan gigitan - gigitan kecil.

Sedangkan entotan kontolku sengaja digencarkan. Cepat dan terus - terusan menyundul dasar liang memek Tante Sharon.

Entah berapa lama aku mengentot Tante Sharon dalam posisi biasa lagi ini. Yang jelas keringatku sudah bercucuran. Sebagian berjatuhan di kain seprai, sebagian lagi di tubuh Tante Sharon. Lalu bercampur aduk dengan keringat Tante Sharon sendiri.

Namun pada saat itu aku pun sudah mulai “gawat”. Lendir pejuhku rasanya sudah mendekati “pintu”. Sehingga aku bertanya terengah, “Tante ... aku boleh lepasin di mana ?”

“Di dalam aja. Kamu udah mau ngecrot ?”

“Iya Tante. “

“Tahan sebentar ... sebentar aja ... aku juga udah mau lepas lagi ... biar bisa bareng lepasinnya Sef ...”

Tante Sharon mulai melenggak - lenggok. Sementara entotanku sengaja kupelankan, agar jangan ngecrot dulu.

Beberapa detik kemudian Tante Sharon berseru tertahan, “Ayo ... lepasin Sef ... !”

Spontan kupercepat entotanku, kontolku maju mundur maju mundur maju mundur dengan cepatnya. Sampai akhirnya kutancapkan sedalam mungkin, tanpa menggerakkannya lagi.

Lalu kami seperti sepasang manusia yang sedan kerasukan. Saling cengkram dengan kuatnya, saling remas dengan kuatnya.

Lalu ... mpot ... mpot ... mpot ... liang memek Tante Sharon berkedut - kedut. Pada saat yang sama kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku. Creeet ... crrrraaaat ... creeeet ... croooottttt .... croooooooooottttttttt ... croootttt ... cretttt ... !

Lalu kami terkulai lemas, dalam keadaan berpelukan.

“Terima kasih Sef. Yang barusan luar biasa indahnya, “ ucap Tante Sharon disusul dengan ciumannya yang bertubi - tubi di pipi dan bibirku.

Waktu kucabut kontolku dari dalam memek Tante Sharon, tampak air maniku membludak ke luar.

Tante Sharon pun menyadarinya. “Spermamu banyak bener Sef ... “

“Hehehee ... iya Tante ... “ sahutku sambil bergegas mengambil kertas tissue basah dari atas meja kecil. Tapi ketika kembali menghampiri Tante Sharon, ternyata memek wanita itu sudah bersih.

“Dimasukin lagi ke dalam, “ kata Tante Sharon, “Karena aku ingin hamil. “

Aku cuma terlongong. Tidak berani berkomentar.

Tante Sharon berkata lagi, “Aku yakin kamu bisa menghamiliku Sef. Karena kontolmu panjang sekali dan berhasil menyentuh bagian paling peka di dalam memekku. Sedangkan selama ini aku hanya mendapatkan kontol yang pendek - pendek. “

Aku tak berani menanggapi. Takut salah ucap. Karena aku tahu siapa Tante Sharon dan siapa diriku.

Tapi aku mengikuti langkah Tante Sharon menuju kamar mandi, karena dia mengajakku mandi bareng.

Di kamar mandi, ketika Tante Sharon berendam di bathtub, aku berdiri di bawah pancaran air hangat shower.

“Yosef ... ! Di sini aja mandinya. Bathtubnya kan besar sekali. Bisa muat buat dua atau tiga orang juga, “ seru Tante Sharon.

Dalam keadaan telanjang aku pun menghampiri bathtub yang memang besar sekali itu. Sehingga aku bisa berendam air hangat di samping Tante Sharon.

“Orangtuamu masih lengkap Sef ?” tanya Tante Sharon sambil menyabuni sepasang kakinya.

“Ibu sudah meninggal waktu aku baru berumur lima tahun. Sedangkan Ayah menghilang entah ke mana, “ sahutku.

“Menghilang begitu aja apa kawin lagi ?”

“Aku gak tau Tante. Ditanyain ke teman - temannya juga gak ada yang tau. “

Tante Sharon tidak berkepanjangan menanyakan masalah orang tuaku. Laluy mengalihkan pembicaraan. “Umurmu berapa tahun Sef ?”

“Sebulan yang lalu umurku genap delapanbelas tahun Tante. “

Tiba - tiba Tante Sharon memegang kontolku yang masih lemas, “Delapanbelas tahun tapi sudah bisa memuaskan wanita, ya Sef. “

Aku cuma nyengir. Tanpa menjawab.

Tante Sharon masih memegang kontol lemasku. Tangan kirinya meremas badan kontolku, sementara tangan kanannya mengusap - usap moncongnya.

Tentu saja kontolku ngaceng lagi kalau diperlakukan seperti ini sih ... !
Jadi pengen ketemu sama tante sharon 😍
 
Part 54


Kulepaskan sepatu, kaus kaki, jas, dasi, kemeja, celana panjang dan celana dalamku. Lalu melangkah ke arah bed, di mana Bu Davina sudah melepaskan beha putihnya. Sehingga ia pun sudah telanjang bulat seperti aku.

Bu Davina seolah ingin memamerkan keindahan dan kemulusan tubuhnya. Ketika aku sudah duduk di dekatnya, ia menelungkup sambil menepuk - nepuk pantatnya yang luamayan semok. lalu menelentang sambil memegangi sepasang toketnya yang agak gede dan masih bagus bentuknya. Pada saat itulah kuusap - usap perutnya yang kempis sambil berkata, “Tadinya mau konsen ke bisnis. Tapi ternyata dipertemukan dengan bidadari ... sehingga aku merasa seperti bermimpi ... “

Meski ucapanku bernada gombal, Bu Davina tersenyum manis sambil menarik lenganku, sehingga dadaku terhempas ke atas sepasang toketnya. Sepasang buah dada yang ternyata masih lumayan kencang.

Lalu kami bergumul hangat. Sambil saling remas dan saling pagut. Dengan nafsu menggebu - gebu. Dengan harum parfum yang menambah gairah birahiku.

Sampai pada suatu saat, ketika aku asyik menjilati pusar perutnya, Bu Davina berkata, “Tempiknya jangan dijilatin ya. Soalnya udah basah nih ... “

“Mau langsung dimasukin aja Bu ?” tanyaku

“Iya. Biar bisa menikmati rasa aslinya, “ sahutnya.

Aku memang sering mendapatkan wanita seperti Bu Davina ini. Tidak mau memeknya dijilati, supaya liang memeknya bisa merasakan gesekan kontol lebih dominan. Kalau sudah dijilati, liang memeknya sudah becek, gesekannya takkan terlalu terasa.

Bu Davina seperti yang sudah tak sabar lagi. Seperti ingin segera merasakan gesekan kontolku. Ia menangkap kontolku lalu mencolek - colekkan moncongnya ke mulut memeknya. Lalu ia memberi isyarat agar aku mendorong kontolku yang lehernya masih dipegang oleh wanita cantik itu.

Aku pun mendorong kontolku sekuat tenaga. Dan ... melesak sedikit demi sedikit ke liang memek calon buyerku yang elok rupawan itu.

“Oooooooh ... sudah masuk Dek ... “ Bu Davina merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu ia memagut dan melumat bibirku dengan lahapnya.

Sementara aku mulai mengayun kontolku pelan - pelan dulu. Dan ketika aku mendorong kontolku, memang terasa mentok di dassar liang memek Bu Davina. Sehingga tiap kali moncong kontolku menyundul dasar liang memeknya, Bu Davina melontarkan desahan, “Aaaaaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaahhhhh ..... aaaaaaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh ... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaaahhhhhh ... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaaahhhhh .... “

Untunglah tadi malam aku tidak habis - habisan dengan Tante Lien. Sehingga kini aku bisa memamerkan keperkasaanku. Mengentot liang memek Bu Davina sambil menjiulati leher jenjangnya yang harum. Disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

Aksiku ini ditanggapi dengan geolan - geolan pantat Bu Davina yang aduhai ...

Sungguh gak nyangka wanita trilyuner pun ternyata bisa menggeol - geolkan pantatnya pada waktu kontolku gencar menghajar liang memeknya.

Lalu tangan kiriku meremas toket kanannya, sementara mulutku menjilati ketiak kirinya yang harum deodoran mahal, disertai isapan dan sedotan kuat. Membuat pantat Bu Davina lebih gencar lagi bergeol - geol membentuk angka delapan.

Aku pun semakin gencar mengentotnya. Sehingga desahan nafasnya jadi berbaur dengan rintihan - rintihan histerisnya.

“Hhhhhhhhhuuuuhhhhh ... hhhaaaaaaaaaaahhhhh ... Deeek ... adududuuuuhhhhhhhhh Dek ... kenapa rasanya ML sama Dek Yosef ini luuu ... luar biasa enaknya Deeeek .... Aaaaaaahhhhhhh .... oooooooo .... ooooooh ..... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaahhhh ... ooooooooooooooooohhhhhhh .... enak sekali Deeeek .... genjot terus Deeeek ... jangan brenti - brenti .... entoooooooooot teruuuuuuuuuuuuussssss ... iyaaaaaaaaa ... iyaaaaa .... entoooooottttttt ... entoooooooootttttttt ... oooooohhhhhh Deeeek ... kontol sampeyan iki kok kepenak buanget Deeeeeeeeek ... oooooh... kayaknya aku udah mau lep .... lepaaaaaassssss ... “

Mendengar dia sudah mau “lepas”, aku pun semakin menggencarkan entotanku, sambil melumat bibirnya dengan hangat, sambil meremas toket kanannya dengan penuh nafsu birahi.

Begitu juga ketika Bu Davina sedang menggeliat lalu mengejang di puncak kenikmatannya, aku tetap menggenjot kontolku. Tidak menghentikannya. Sampai akhirnya Bu Davina menekan pantatku, “Stop dulu Dek. Aaaa ... aku udah ngilu nih. Istirahat dulu sebentar aja yaaa ... “

Aku bukan sekadar menghentikan entotanku. Aku bahkan mencabut kontolku dari liang memek Bu Davina sambil berkata, “Mungkin harus ganti posisi, biar fresh lagi. “

Bu Davina tersenyum. Lalu menungging sambil menepuk - nepuk pantatnya yang lumayan semok. “Ayo deh lanjutin dalam posisi asu - asuan ... “

Aku tersenyum mendengar istilah “asu - asuan” itu.

Lalu berlutut di depan pantat semoknya yang sedang ditunggingkan. Kulihat lipatan memeknya lebar sekali. Memanjang ke dekat anusnya. Tapi aku bukan penggemar anal seks (lihat google: “Bahaya Anal Sex”). Aku mau memakai liang yang normal saja.

Dengan mudahnya aku mencobloskan kembali kontolku ke liang tempik Bu Davina.

Bu Davina tetap menungging, sambil memeluk bantal guling.

Sambil berlutut di depan pantat semok yang menungging itu aku pun mulai mengentotnya kembali.

Bu Davina tak cuma pandai menggeolkan pantatnya dalam posisi missionary. Dalam posisi doggy ini pun ia pandai menggeol - geolkan pantat semoknya, sehingga aku seolah dibantu untuk mencapai kenikmatannya. Aku ingin membalasnya dengan mengemplangi pantatnya. Tapi aku ingat bahwa Bu Davina itu punya suami. Kalau kukemplangi pantatnya sampai merah padam, bisa terjadi pertengkaran dengan suaminya nanti. Dan kalau mereka bertengkar, bisa gagal bisnisku dengan Bu Davina nanti.

Karena itu yang dilakukan oleh kedua tanganku adalah mencari kelentit Bu Davina. Setelah kutemukan, kugesek - gesek kelentitnya yang lumayan gede ini (sedikit lebih besar dari biji kacang kedelai).

Aksi senyapku ini membuat Bu Davina merintih - rintih histeris lagi. “Oooooo ... oooohhh ... Dek Yoseeeeffffff ... oooooh ... elusin terus itilku Deeeek .... iyaaaaaaa ... iyaaaaaa ... gak nyangka Dek Yosef sepandai ini .... oooooooohhhhhh .... Deeeeek .... ooooohhhhh ... sampeyan memang luar biasaaaa ... oooooohhhh .... Deeeeek ... oooooo .... oooooh ... Deeeeek .... !”

Bu Davina merintih dan merintih terus, sementara aku semakin gencar mengentotnya, sambil menggesek - gesek kelentitnya.

Namun sayang ... baru belasan menit aku mengentotnya dalam posisi doggy ini, Bu Davina sudah orgasme lagi. Lalu ambruk dan terkapar lemas, sementara kontolku terlepas dari dalam liang memeknya.

Ketika Bu Davina sudah menelentang lagi, aku tak sabaran dan membenamkan lagi kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah becek sekali, sehingga dengan mudahnya kontolku melesak amblas sampai mentok di dasar liang mermek wanita itu.

“Edane rek ... kontol sampeyan sampai nabrak dasar liang tempikku ... oooooh ... “ rintih Bu Davina sambil meringis.

Aku tidak peduli dengan rintihan wanita itu. Karena aku mulai mengentotnya kembali dengan gencar dan lancarnya. Keringatku pun mulai bercucuran, bercampur aduk dengan keringat Bu Davina.

2 - 3 menit kemudian beceknya liang memek Bu Davina sudah berkurang. Sehingga aku semakin bersemangat untuk mengentotnya. Terkadang aku harus mengusap mataku yang perih karena kemasukan keringatku sendiri. Sehingga selanjutnya aku memejamkan mataku sambil “memompa” liang memek Bu Davina.

Leher jenjang Bu Davina pun sudah basah sekali oleh keringat. Tapi aku justru semakin bergairah untuk menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Sudah pasti banyak keringat Bu Davina yang tertelan olehku. Tapi aku tak peduli hal itu, karena jiwaku sedang dikuasai nafsu birahi.

Aku juga tidak peduli ketiak Bu Davina yang sudah basah oleh keringat itu. Aku malah asyik menjilatinya, menggigit - gigitinya dan menyedot - nyedotnya dengan lahap. Tanganku pun tiada hentinyha meremas - remas toket gede wanitya itu. Sehingga Bu Davina meraung - raung lagi dalam persetubuhan yang penuh gairah ini.

“Oooooo ... oooooooohhhh .... Deeeek ... sampeyan memang luar biasa Deeeeeeek ... ooooh ... belum pernah aku merasakan yang seindah dan senikmat ini ... semua yang sampeyan sentuh, membuatku merinding - rinding dalam nikmaaaaat ... oooooooohhhh ... oooooooo .... oooooooohhhhh .... Deeeeeeeek .... oooooohhhhh ... entot terus Deeeek ... entoooooooootttttt teruuuuuusssss .... iyaaaaa ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaa ... pasti aku bakal metu lagi nih Deeeek ... “

Di antara dengus - dengus nafas yang tak beraturan, aku pun menjawab, “Aku juga wis arep metu Bu ... “

Bu Davina semakin gencar menggeolkan bokongnya sambil menyahut terengah, “Ayo barengin Dek ... ben kepenak ... barengin yoooo ... “

Aku berusaha untuk memenuhi keinginan Bu Davina. Karena di dalam bisnis, “buyer is a King”. Karena buyernya perempuan, mungkin istilahnya harus “buyer is a Queen”. Bu Davina harus kuperlakukan sebagai ratuku, jangan dikecewakan seujung jari pun.

Maka ketika ia mulai berkelojotan, aku pun semakin cepat mengentotnya. Sampai pada suatu saat, ketika Bu Davina mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Moncong kontolku sampai terasa mendorong dasar liang memeknya ... !

Pada saat itulah kurasakan indahnya liang memek Bu Davina yang tengah mengedut - ngedut kencang, disambut oleh kontolku yang tengah mengejut - ngejut sambil menembak - nembakkan lendir pejuhku.

Crrrettttt ... crooooooooooooooooottttt ... crooooooooooooooottttt ... creetttttcretttt ... crooooooooooottttttt ... crooooooooooooooootttttttttttt ... !

Lalu aku terkulai dalam pelukan Bu Davina.

Sejenak aku terlena. Bu Davina juga sama.

Sampai pada suatu saat, Bu Davina menatapku sambil berkata, “Terima kasih Dek Yosef ... ini pengalaman yang luar biasa bagiku. Semolga kita tetap bisa berhubungan kelak ya. “

Sebagai jawaban, kukecup bibir Bu Davina dengan segenap kehangatanku. Lalu kucabut kontolku dari liang memek wanita itu.



Beberapa saat kemudian ...

“Sertifikat - sertifikat ini atas nama Rumantini. Siapa dia ? ” tanya Bu Davina.

“Istriku, “ sahutku singkat.

“Tapi di kantor notaris besok, dia harus hadir untuk menandatangani AJB. Gimana ? Bisa ?” tanyanya.

“Bisa, “ aku mengangguk, “ Kalau kupanggil, pasti dia akan datang ke sini. Yang penting kita harus bersikap biasa - biasa saja di depannya nanti. Ibu mengerti masalah ini kan ?”

“Oh, iyalah. Kan aku juga punya suami. Di depan suamiku, kita harus bersikap biasa - biasa juga. Pokoknya kita harus pandai bersandiwara nanti. “

Ketika Bu Davina masuk ke dalam kamar mandi, aku mengirimkan WA kepada Mbak Manti. Isinya : -Sayang, tanah yang di Jatim dan Jateng akan diborong semua. Tapi dirimu harus hadir Beib. Untuk menandatangani AJB-

Lalu datang balasan dari Mbak Manti : -Memangnya sekarang lagi ada di mana ?-

Aku : -Di Surabaya. Bisa kan Ayang terbang ke Surabaya ? Nanti kujemput di bandara-

Mbak Manti : -Iya Cintaku-

Aku : -Pada waktu ditanya siapa ini Rumantini ? Aku menjawabnya “istriku”. Jadi nanti bersikaplah sebagaimana lazimnya seorang istri kepada suaminya-

Mbak Manti : -Aku memang sudah menganggapmu sebagai suamiku. Makanya pada suatu saat mungkin kita harus jadi pasangan yang sah. Sedikitnya nikah siri aja dulu ya-

Aku : -Tapi dari pihakku takkan ada yang hadir, gimana ?-

Mbak Manti : -Gakpapa. Yang penting secara agama kita sudah sah menjadi suami istri. Jadi kalau aku hamil, aku takkan merasa bersalah-

Aku : -Iya Sayang. Jadi gimana ? Besok pagi bisa terbang ke Surabaya ?-

Mbak Manti : -Oke. Jemput di bandara ya -

Aku : -Pasti. I love you Baby-

Mbak Manti : -Love you too-

Tak lama kemudian Bu Davina muncul dari kamar mandi, dengan membelitkan handuk di badannya. Menutupi sepasang toket dan memeknya.

“Besok apakah bisa diselesaikan pada satu notaris saja ?”

“Bisa, “ sahut Bu Davina, “Tapi nanti PPAT-nya dikeluarkan oleh notaris yang punya wilayah. Jadi nanti biarkan notaris di Surabaya ini bekerjasama dengan notaris yang punya wilayah. Memang biaya notarisnya jadi agak mahal. Tapi biarlah masalah itu aku yang menanggungnya. Daripada kita harus mendatangi semua lokasi yang tercantum dalam daftar itu, bakal jatuh lebih mahal biayanya. Capek pula kita harus memutar - mutar di wilayah Jatim dan Jateng. “

“Yang di Jateng juga bisa diselesaikan di Surabaya ini ?”

“Bisa. Kan udah dibilang tadi, PPAT dikeluarkan oleh notaris di wilayahnya masing - masing. Makanya notaris di Surabaya akan menghubungi mereka nanti satu persatu. Hanya saja nanti aku akan membayar sebagian saja dulu. Pelunasannya setelah AJB-nya selesai. “

“Kira - kira kapan selesai AJB-nya ?”

“Besok kita tanyakan pada notarisnya. Menurut perkliraanku sih sebulanan selesainya. “

“Berarti besok istriku harus hadir satu kali itu aja ?”

“Iya. Harusnya sih nanti pada waktu selesai AJBnya, hadir lagi. Tapi mungkin istri sampeyan bisa menandatangani di atas kertas blank aja. Kalimat AJBnya bisa diketik belakangan. “

“Maaf ... Ibu rumahnya di mana ? Maksudku apakah dari luar kota Surabaya atau bukan ?”

“Di Surabaya ada, di kota lain juga ada. Tapi suamiku sih senengnya tinggal di luar kota. Seneng sama udara sejuknya, “ sahut Bu Davina.

Pertanyaanku tadi adalah pertanyaan bodoh. Orang yang tajir melilit tentu saja banyak rumahnya.



Singkatnya, keesokan paginya pesawat yang ditumpangi oleh Mbak Manti mendarat di Bandara Juanda Sidoarjo. Lalu Mbak Manti kubawa ke hotel tempatku menginap di daerah pusat kota Surabaya.

Lalu kubawa Mbak Manti ke kamar di lantai 7 itu. Kamar yang sudah dibereskan oleh karyawan house keeping hotel, sehingga tidak tampak acak - acakan lagi (bekas pergulatanku dengan Bu Davina kemaren). Penyegar ruangan pun sudah kusemprotkan ke dalam kamar ini sebelum aku berangkat ke bandara tadi. Supaya Mbak Manti tidak mencium aroma yang “lain” di dalam kamar ini.

Tapi tidak lama Mbak Manti berada di dalam kamar ini, karena aku menerima call dari Bu Davina yang menyebutkan bahwa ia sudah menunggu di lobby.

Aku dan Mbak Manti pun turun dari lantai 7 menuju lobby dilantai 1. Saat itu Mbak Manti berpakaian casual, mengenakan celana panjang beludru hitam dan blouse putih.

Di dalam lift masih sempat aku berkata kepada Mbak Manti, “Nanti aku akan memanggil Mbak dengan sebutan Mama ya. “

“Iya, “ Mbak Manti mengangguk sambil tersenyum, “dan aku akan memanggilmu Papa, gitu ?”

“Iya, “ sahutku, “Pokoknya kita harus bersikap seperti pasangan suami - istri di depan Bu Davina itu. “

“Buyernya wanita ?” tanya Mbak Manti.

Aku mengangguk dan melangkah ke luar lift yang sudah tiba di lantai 1. Mbak Manti pun melangkah di samping kiriku.

Kulihat Bu Davina sudah berdiri dalam gaun merah maroon-nya. Lalu kukenalkan Mbak Manti kepada Bu Davina. Ketika mereka berjabatan tangan sambil menyebutkan namanya masing - masing, diam - diam aku menilai siapa yang lebih cantik, Secara objektif aku menilai, Mbak Manti lebih cantik daripada Bu Davina.

Kemudian Bu Davina menghubungi drivernya lewat ponselnya.

Sesaat berikutnya, sebuah sedan yang termahal di negaraku sudah menunggu di depan pintu lobby. Aku dan Mbak Manti pun mengikuti langkah Bu Davina menuju sedan berwarna coklat dof itu.

Aku duduk di depan, sementara Mbak Manti duduk berdampingan dengan Bu Davina di belakang.

Lalu sedan termahal ini bergerak menuju kantor notaris.



Begitulah ... meski di kantor notaris lumayan banyak yang harus kami lakukan, namun kesimpulannya ... transaksi berjalan sukses. Bu Davina telah membayar 50% dari nominal yang sudah ditentukan. Semuanya ditransfer ke rekening perusahaan Mbak Manti.

Sisanya yang 50% lagi akan dibayar setelah AJB selesai nanti. Dan atas permintaan Mbak Manti, sisanya yang 50% itu harus ditransfer ke rekening perusahaanku. Supaya tidak banyak pertanyaan dari PPATK, katanya. Aku diam saja, tidak menanggapi hal itu.

Namun dalam penerbangan pulang dari Surabaya ke kotaku, Mbak Manti berkata, “Nanti yang limapuluh persen lagi itu, untukmu semua Honey. “

“Haaa ?! Gak salah nih ? Itu jumlahnya besar sekali Sayang ... ”

“Yang penting, kita harus menikah siri aja dulu. Karena aku ingin punya anak darimu. “

Tentu saja semua itu dibicarakan secara bisik - bisik, karena kami tak mau pembicaraan itu terdengar oleh penumpang pesawat lain.

Akhirnya aku menyetujui permintaan Mbak Manti. Untuk menikah siri dengannya. Waktunya pun ditetapkan, 2 minggu lagi di rumah Mbak Manti yang di kota kecil itu.

Yang membuatku bingung adalah dana pelunasan yang 50% lagi itu, cukup untuk membangun hotel bintang lima yang teramat mewah sekali pun. Tapi Mbak Manti sudah menyerahkan semuanya padaku setelah ada pelunasan kelak.

Mbak Manti demikian baiknya padaku. Tentu saja aku harus membalas segala kebaikannya itu dengan apa pun yang bisa kulakukan. Karena itu aku langsung setuju saja untuk menikah siri dengannya. Yang lain - lainnya, biarlah akan kupikirkan belakangan.



Beberapa hari kemudian ....

Sore itu aku sedang di ruang kerjaku ketika petugas security mengantarkan seorang wanita berperawakan tinggi montok. Aku terkesiap dan spontan berdiri. Karena aku yakin wanita itu Ibu ... ibu kandungku ...!

“Ibu ?! ” seruku.

Wanita cantik berperawakan tinggi besar itu mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya. “Masih ingat kan sama Ibu ?” cetusnya.

Aku menghambur ke dalam pelukan Ibu. Kami saling peluk dengan eratnya. Ibu pun mencium sepasang pipiku berulang - ulang.

“Seingatku Ibu dahulu kurus ... tapi sekarang sudah berubah jadi montok gini, “ ucapku setelah Ibu kupersilakan duduk di sofa ruang tamu owner hotel.

“Mungkin karena tiap hari makan ikan terus Sep, “ sahut Ibu.

Sesaat kemudian seorang petugas security mengantarkan koper punya Ibu ke ruang kerjaku. Lalu ia keluar lagi.

“Jadi ini hotelmu Sep ?” tanya Ibu.

“Iya. Tapi hotel yang jauh lebih besar masih dalam tahap pembangunan. Mungkin tiga atau empat bulan lagi baru selesai. “

“Yang di belakang dan menjulang tinggi itu ? “

“Iya Bu. “

“Tempo hari Imas bilang kalau Asep sudah sukses besar. Sudah punya toko - toko pakaian, punya hotel, punya pabrik garment dan lain - lain. “

Aku tidak menanggapinya.

Ibu berkata lagi, “Maafkan ibu ya Sep. Karena ibu telah meninggalkan kamu dan Imas. Padahal saat itu kamu masih kecil, baru lima tahunan ... tapi ibu sudah tidak tahu lagi harus ke mana saat itu. Karena Ayah menjatuhkan talak tiga dan mengusir ibu. Ayah menuduh ibu selingkuh dengan Martin. Padahal Martin itu bekas teman sekelas ibu waktu masih di SD. Saat itu ibu tidak punya hubungan apa - apa dengannya. Hanya saja Ayah memergoki ibu dengan Martin di rumah. Kebetulan Martin itu duduk berdampingan sama ibu. “

“Tapi selanjutnya Ibu nikah juga dengan lelaki bernama Martin itu kan ?”

“Iya. Karen Martin merasa harus bertanggungjawab dengan nasib ibu. Meski sebenarnya saat itu Martin bukan pacar ibu, apalagi selingkuhan ibu. Dia hanya teman karib ibu Sep. “

“Lalu Ibu dibawa ke kampungnya ?”

“Iya. Kampungnya jauh sekali. Dari Manado harus ke Miangas dulu, lalu menaiki speedboat seharian untuk mencapai pulau kecil itu. Jadi ... maafkan ibu yang telah menelantarkanmu ya Sep. “

“Ibu tidak usah minta maaf padaku. Saat itu Ibu terpojokkan oleh keadaan, “ sahutku, “Dan kalau Ibu masih bersama Ayah saat itu, pasti aku takkan seperti sekarang ini. Penderitaanku di masa kecil justru membawa hikmah tersendiri Bu. Jadi ... takdirku sudah tersurat, bahwa harus begini jalannya. “

“Syukurlah kalau kamu tidak dendam sama ibu, “ kata Ibu sambil membelai rambutku. Membuat mataku berkaca - kaca, dalam perasaan bahagia.

“Biar bagaimana pun yang telah terjadi, Ibu tetap ibuku, yang telah melahirkanku ke dunia, yang telah menyusuiku dan merawatku dengan penuh kasih sayang. “

Kulihat sepasang mata Ibu berkaca - kaca. Lalu ia memelukku dengan eratnya.

Sesaat kemudian Ibu bertanya, “Ibu mau ditempatkan di mana Sep ?”

“Aku sudah menyediakan rumah, khusus untuk Ibu, “ sahutku, “Sekarang mau dilihat rumahnya ?”

“Iya, kepalangan capek, “ sahut Ibu.

“Nanti di sana Ibu bisa istirahat sepuasnya. “

Lalu kujinjing koper pakaian Ibu dan kumasukkan ke dalam bagasi mobilku.

Beberapa saat kemudian aku sudah menjualankan mobilku, menuju perumahan elit yang letaknya di luar kota itu. Di perumahan elit itu aku sudah menempatkan Ira dan Bi Ratna.

Aku memang sudah punya 3 buah rumah di perumahan elit itu. Tapi rumah yang akan kuberikan kepada Ibu, adalah rumah yang jauh lebih besar dan lebih megah daripada rumah yang sudah kuberikan kepada Ira. Perabotannya pun serba mahal dan model - model terbaru. Rumah untuk Ibu itu berbeda cluster dengan rumah Ira. Jadi mereka takkan berjumpa, karena letaknya berjauhan. Lagipula di perumahan elit ini orang -orangnya individualis semua. Dengan tetanggapun tidak saling kenal.

Tentu saja Ibu terkagum - kagum setelah berada di dalam rumah itu. Rumah yang punya kamar tidur 3 di lantai bawah dan 2 di lantai atas.

“Ini rumah besar dan perabotannya mewah sekali Sep. Apakah rumah ini sudah menjadi milikmu ?” tanya Ibu.

“Iya, “ sahutku, “Dan mulai sekarang rumah ini jadi milik Ibu. Sengaja kusediakan rumah yang besar. Supaya kalau Ceu Imas dan suaminya datang, bisa menginap di sini. “

“Asep ... ibu gak nyangka kalau kamu bisa mengangkat derajat ibu, Sedikit pun ibu tidak menduganya. Padahal kamu anak yang diterlantarkan waktu masih kecil, “ kata Ibu dengan air mata bercucuran.

“Sudah jangan ngomong masalah itu lagi Bu. Jalan kehidupanku memang sudah tersurat seperti ini. Kalau aku jadi anak yang dimanjakan waktu kecil, mungkin aku takkan seperti sekarang ini Setiap manusia ada jalan kehidupannya masing - masing. Dan aku diberi jalan prihatin waktu masih kecil sampai remaja. Lalu aku dilimpahi kesenangan setelah dewasa. “

Ibu lalu naik tangga menuju lantai atas. Di situ pun Ibu geleng - geleng kepala sambil berdecak kagum.

“Besok akan ada pembantu untuk meladeni Ibu sehari - hari, “ kataku, “Jadi Ibu tak usah takut, mulai besok ada yang menemani dan melayani Ibu. “

“Syukurlah kalau begitu, “ kata Ibu, “Tadinya ibu takut juga tinggal sendirian di rumah sebesar ini. “

“Soal keamanan jangan takut Bu. Di perumahan ini selalu dijaga dengan ketat. Makanya mobil diparkir di pinggir jalan pun takkan ada yang berani mengganggu. Setiap tamu yang mau berkunjung pun harus melewati pemeriksaan dulu di pos keamanan. “

Ibu mengangguk - angguk dengan sorot ceria.

“Ohya ... beberapa hari lagi aku mau nikah dengan seorang wanita yang luar biasa tajirnya. Tapi pernikahannya cuma nikah siri. Supaya tidak menimbulkan kehebohan, karena usia wanita itu lebih tua dariku. Nanti Ibu harus ikut hadir ya. Ceu Imas juga harus diajak, sebagai tanda keseriusan keluarga kita. “

“Kenapa bukannya nikah resmi saja ? Nikah siri kan merugikan pihak calon istrimu. “

“Dia ingin akad nikahnya dilaksanakan secara diam - diam. Karena dia sudah janda dan lebih tua dariku. “

“Masalah usia dan status jangan dipikirkan. Di zaman sekarang tak aneh lagi nikah dengan yang jauh lebih tua atrau yang jauh lebih muda. Tapi menurut ibu sih jangan nikah siri. Kasian calon istrimu nanti, takkan punya kekuatan hukum. Soal akad nikahnya secara diam - diam, tidak apa. Tapi kalian harus punya buku nikah, Supaya kalian tenang menjalani rumah tangga kelak. “

Aku memang anak yang penurut dan tak mau membantah kepada orang tua. Karena itu aku menjawab nasihat Ibu dengan anggukan kepala. Sambil berkata, “Ya nanti akan dirundingkan dulu dengan calon istriku. Sebelum akad nikah itu Ibu harus beli pakaian yang bagus - bagus. Nanti uangnya akan kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

“Iya Sep. Ibu memang takkan kembali lagi ke kampung almarhum suami ibu. Jadi segala kebutuhan ibu, tolong dipikirkan sama Asep ya. “

“Tenang aja Bu. Besok kalau mau beli pakaian yang bagus - bagus, telepon aja Ceu Imas. Supaya dia bisa mengantarkan ibu ke tempat - tempat yang biasa menjual pakaian bagus. Pakaian mahal maksudku. “

“Iya Sep. “

“Kalau Ibu berpakaian secara layak, siapa tau nanti ada yang naksir sama Ibu. “

“Ah, ibu sih gak mau punya suami lagi. Ibu sudah terbiasa hidup sendiri. Anak juga kan sudah punya dua. Mau apa lagi ?”

“Ibu kan belum tua benar. Cantik pula, Makanya aku takkan merintangi kalau Ibu mau nikah lagi. “

“Gak Sep ah. Sampai kapan pun ibu takkan mau punya suami lagi. “

Supaya Ibu tidak ketakutan ditinggal sendirian, aku sengaja tidur di rumah yang sudah kuberikan kepada Ibu itu. Tapi kamarku berbeda. Aku tidur di kamar depan, Ibu tidur di kamar yang di sampingnya.

Esok paginya pembantu yang sudah dipesan itu datang. Lalu kuajak bicara dulu. Bahwa tugasnya yang terpenting adalah mengikuti segala perintah Ibu. Tentu saja dia harus membereskan dan membersihkan rumah setiap hari. Soal mencuci baju, sudah tersedia sebuah mesin cuci yang bagus. Soal gaji, kujanjikan jumlah yang lebih tinggi daripada gaji pembantu pada umumnya di perumahan elit seperti ini.

Setelah mentransfer dana yang lumayan besar ke nomor rekening tabungan Ibu, aku pun meninggalkan rumah yang sudah kuberikan kepada ibuku itu.

Dalam perjalanan menuju hotelku, tiba - tiba ada call yang ternyata dari Mbak Manti.

Lalu :

“Hallo Mama Sayang ... apa kabar ?”

“Sehat Honey. Ada yang penting sekali nih. Bisa ke rumahku sekarang ?”

“Ada yang penting apa Beib ?”

“Nanti di rumah aja disampaikannya. “

“Ohya, aku sudah bicara dengan ibuku tentang masalah perkawinan kita. Ibu tidak setuju kita nikah siri. Pernikahannya boleh saja secara diam - diam dan hanya mengundang keluarga dekat saja. Tapi kita harus punya buku nikah, katanya. Bagaimana tuh ? Apakah Mama setuju ?”

“Tentu aja setuju. Kalau begitu, ibumu bijaksana sekali. Aku senang mendengar sarannya itu. “

Aku merasa lega juga mendengar ucapan Mbak Manti itu.

Lalu kupacu mobilku secepat mungkin, karena ingin secepatnya tahu masalah penting yang akan disampaikan oleh calon istriku itu apa.



Setibanya di depan rumah Mbak Manti, aku turun dari mobilku dengan penuh semangat. Terlebih setelah melihat Mbak Manti sudah berdiri di ambang pintu, untuk menyambut kedatanganku. Kedatangan calon suaminya ini.

Mbak Manti menyambutku dengan pelukan dan ciuman mesra di ruang tamu. Lalu mengajakku duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

Masalah yang sangat penting itu apa Mam ?” tanyaku yang mulai membiasakan diri memanggil Mbak Manti dengan sebutan Mam.
 
Terakhir diubah:
Part 54


Kulepaskan sepatu, kaus kaki, jas, dasi, kemeja, celana panjang dan celana dalamku. Lalu melangkah ke arah bed, di mana Bu Davina sudah melepaskan beha putihnya. Sehingga ia pun sudah telanjang bulat seperti aku.

Bu Davina seolah ingin memamerkan keindahan dan kemulusan tubuhnya. Ketika aku sudah duduk di dekatnya, ia menelungkup sambil menepuk - nepuk pantatnya yang luamayan semok. lalu menelentang sambil memegangi sepasang toketnya yang agak gede dan masih bagus bentuknya. Pada saat itulah kuusap - usap perutnya yang kempis sambil berkata, “Tadinya mau konsen ke bisnis. Tapi ternyata dipertemukan dengan bidadari ... sehingga aku merasa seperti bermimpi ... “

Meski ucapanku bernada gombal, Bu Davina tersenyum manis sambil menarik lenganku, sehingga dadaku terhempas ke atas sepasang toketnya. Sepasang buah dada yang ternyata masih lumayan kencang.

Lalu kami bergumul hangat. Sambil saling remas dan saling pagut. Dengan nafsu menggebu - gebu. Dengan harum parfum yang menambah gairah birahiku.

Sampai pada suatu saat, ketika aku asyik menjilati pusar perutnya, Bu Davina berkata, “Tempiknya jangan dijilatin ya. Soalnya udah basah nih ... “

“Mau langsung dimasukin aja Bu ?” tanyaku

“Iya. Biar bisa menikmati rasa aslinya, “ sahutnya.

Aku memang sering mendapatkan wanita seperti Bu Davina ini. Tidak mau memeknya dijilati, supaya liang memeknya bisa merasakan gesekan kontol lebih dominan. Kalau sudah dijilati, liang memeknya sudah becek, gesekannya takkan terlalu terasa.

Bu Davina seperti yang sudah tak sabar lagi. Seperti ingin segera merasakan gesekan kontolku. Ia menangkap kontolku lalu mencolek - colekkan moncongnya ke mulut memeknya. Lalu ia memberi isyarat agar aku mendorong kontolku yang lehernya masih dipegang oleh wanita cantik itu.

Aku pun mendorong kontolku sekuat tenaga. Dan ... melesak sedikit demi sedikit ke liang memek calon buyerku yang elok rupawan itu.

“Oooooooh ... sudah masuk Dek ... “ Bu Davina merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu ia memagut dan melumat bibirku dengan lahapnya.

Sementara aku mulai mengayun kontolku pelan - pelan dulu. Dan ketika aku mendorong kontolku, memang terasa mentok di dassar liang memek Bu Davina. Sehingga tiap kali moncong kontolku menyundul dasar liang memeknya, Bu Davina melontarkan desahan, “Aaaaaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaahhhhh ..... aaaaaaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh ... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaaahhhhhh ... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaaahhhhh .... “

Untunglah tadi malam aku tidak habis - habisan dengan Tante Lien. Sehingga kini aku bisa memamerkan keperkasaanku. Mengentot liang memek Bu Davina sambil menjiulati leher jenjangnya yang harum. Disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

Aksiku ini ditanggapi dengan geolan - geolan pantat Bu Davina yang aduhai ...

Sungguh gak nyangka wanita trilyuner pun ternyata bisa menggeol - geolkan pantatnya pada waktu kontolku gencar menghajar liang memeknya.

Lalu tangan kiriku meremas toket kanannya, sementara mulutku menjilati ketiak kirinya yang harum deodoran mahal, disertai isapan dan sedotan kuat. Membuat pantat Bu Davina lebih gencar lagi bergeol - geol membentuk angka delapan.

Aku pun semakin gencar mengentotnya. Sehingga desahan nafasnya jadi berbaur dengan rintihan - rintihan histerisnya.

“Hhhhhhhhhuuuuhhhhh ... hhhaaaaaaaaaaahhhhh ... Deeek ... adududuuuuhhhhhhhhh Dek ... kenapa rasanya ML sama Dek Yosef ini luuu ... luar biasa enaknya Deeeek .... Aaaaaaahhhhhhh .... oooooooo .... ooooooh ..... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaaaahhhh ... ooooooooooooooooohhhhhhh .... enak sekali Deeeek .... genjot terus Deeeek ... jangan brenti - brenti .... entoooooooooot teruuuuuuuuuuuuussssss ... iyaaaaaaaaa ... iyaaaaa .... entoooooottttttt ... entoooooooootttttttt ... oooooohhhhhh Deeeek ... kontol sampeyan iki kok kepenak buanget Deeeeeeeeek ... oooooh... kayaknya aku udah mau lep .... lepaaaaaassssss ... “

Mendengar dia sudah mau “lepas”, aku pun semakin menggencarkan entotanku, sambil melumat bibirnya dengan hangat, sambil meremas toket kanannya dengan penuh nafsu birahi.

Begitu juga ketika Bu Davina sedang menggeliat lalu mengejang di puncak kenikmatannya, aku tetap menggenjot kontolku. Tidak menghentikannya. Sampai akhirnya Bu Davina menekan pantatku, “Stop dulu Dek. Aaaa ... aku udah ngilu nih. Istirahat dulu sebentar aja yaaa ... “

Aku bukan sekadar menghentikan entotanku. Aku bahkan mencabut kontolku dari liang memek Bu Davina sambil berkata, “Mungkin harus ganti posisi, biar fresh lagi. “

Bu Davina tersenyum. Lalu menungging sambil menepuk - nepuk pantatnya yang lumayan semok. “Ayo deh lanjutin dalam posisi asu - asuan ... “

Aku tersenyum mendengar istilah “asu - asuan” itu.

Lalu berlutut di depan pantat semoknya yang sedang ditunggingkan. Kulihat lipatan memeknya lebar sekali. Memanjang ke dekat anusnya. Tapi aku bukan penggemar anal seks (lihat google: “Bahaya Anal Sex”). Aku mau memakai liang yang normal saja.

Dengan mudahnya aku mencobloskan kembali kontolku ke liang tempik Bu Davina.

Bu Davina tetap menungging, sambil memeluk bantal guling.

Sambil berlutut di depan pantat semok yang menungging itu aku pun mulai mengentotnya kembali.

Bu Davina tak cuma pandai menggeolkan pantatnya dalam posisi missionary. Dalam posisi doggy ini pun ia pandai menggeol - geolkan pantat semoknya, sehingga aku seolah dibantu untuk mencapai kenikmatannya. Aku ingin membalasnya dengan mengemplangi pantatnya. Tapi aku ingat bahwa Bu Davina itu punya suami. Kalau kukemplangi pantatnya sampai merah padam, bisa terjadi pertengkaran dengan suaminya nanti. Dan kalau mereka bertengkar, bisa gagal bisnisku dengan Bu Davina nanti.

Karena itu yang dilakukan oleh kedua tanganku adalah mencari kelentit Bu Davina. Setelah kutemukan, kugesek - gesek kelentitnya yang lumayan gede ini (sedikit lebih besar dari biji kacang kedelai).

Aksi senyapku ini membuat Bu Davina merintih - rintih histeris lagi. “Oooooo ... oooohhh ... Dek Yoseeeeffffff ... oooooh ... elusin terus itilku Deeeek .... iyaaaaaaa ... iyaaaaaa ... gak nyangka Dek Yosef sepandai ini .... oooooooohhhhhh .... Deeeeek .... ooooohhhhh ... sampeyan memang luar biasaaaa ... oooooohhhh .... Deeeeek ... oooooo .... oooooh ... Deeeeek .... !”

Bu Davina merintih dan merintih terus, sementara aku semakin gencar mengentotnya, sambil menggesek - gesek kelentitnya.

Namun sayang ... baru belasan menit aku mengentotnya dalam posisi doggy ini, Bu Davina sudah orgasme lagi. Lalu ambruk dan terkapar lemas, sementara kontolku terlepas dari dalam liang memeknya.

Ketika Bu Davina sudah menelentang lagi, aku tak sabaran dan membenamkan lagi kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah becek sekali, sehingga dengan mudahnya kontolku melesak amblas sampai mentok di dasar liang mermek wanita itu.

“Edane rek ... kontol sampeyan sampai nabrak dasar liang tempikku ... oooooh ... “ rintih Bu Davina sambil meringis.

Aku tidak peduli dengan rintihan wanita itu. Karena aku mulai mengentotnya kembali dengan gencar dan lancarnya. Keringatku pun mulai bercucuran, bercampur aduk dengan keringat Bu Davina.

2 - 3 menit kemudian beceknya liang memek Bu Davina sudah berkurang. Sehingga aku semakin bersemangat untuk mengentotnya. Terkadang aku harus mengusap mataku yang perih karena kemasukan keringatku sendiri. Sehingga selanjutnya aku memejamkan mataku sambil “memompa” liang memek Bu Davina.

Leher jenjang Bu Davina pun sudah basah sekali oleh keringat. Tapi aku justru semakin bergairah untuk menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Sudah pasti banyak keringat Bu Davina yang tertelan olehku. Tapi aku tak peduli hal itu, karena jiwaku sedang dikuasai nafsu birahi.

Aku juga tidak peduli ketiak Bu Davina yang sudah basah oleh keringat itu. Aku malah asyik menjilatinya, menggigit - gigitinya dan menyedot - nyedotnya dengan lahap. Tanganku pun tiada hentinyha meremas - remas toket gede wanitya itu. Sehingga Bu Davina meraung - raung lagi dalam persetubuhan yang penuh gairah ini.

“Oooooo ... oooooooohhhh .... Deeeek ... sampeyan memang luar biasa Deeeeeeek ... ooooh ... belum pernah aku merasakan yang seindah dan senikmat ini ... semua yang sampeyan sentuh, membuatku merinding - rinding dalam nikmaaaaat ... oooooooohhhh ... oooooooo .... oooooooohhhhh .... Deeeeeeeek .... oooooohhhhh ... entot terus Deeeek ... entoooooooootttttt teruuuuuusssss .... iyaaaaa ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaa ... pasti aku bakal metu lagi nih Deeeek ... “

Di antara dengus - dengus nafas yang tak beraturan, aku pun menjawab, “Aku juga wis arep metu Bu ... “

Bu Davina semakin gencar menggeolkan bokongnya sambil menyahut terengah, “Ayo barengin Dek ... ben kepenak ... barengin yoooo ... “

Aku berusaha untuk memenuhi keinginan Bu Davina. Karena di dalam bisnis, “buyer is a King”. Karena buyernya perempuan, mungkin istilahnya harus “buyer is a Queen”. Bu Davina harus kuperlakukan sebagai ratuku, jangan dikecewakan seujung jari pun.

Maka ketika ia mulai berkelojotan, aku pun semakin cepat mengentotnya. Sampai pada suatu saat, ketika Bu Davina mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Moncong kontolku sampai terasa mendorong dasar liang memeknya ... !

Pada saat itulah kurasakan indahnya liang memek Bu Davina yang tengah mengedut - ngedut kencang, disambut oleh kontolku yang tengah mengejut - ngejut sambil menembak - nembakkan lendir pejuhku.

Crrrettttt ... crooooooooooooooooottttt ... crooooooooooooooottttt ... creetttttcretttt ... crooooooooooottttttt ... crooooooooooooooootttttttttttt ... !

Lalu aku terkulai dalam pelukan Bu Davina.

Sejenak aku terlena. Bu Davina juga sama.

Sampai pada suatu saat, Bu Davina menatapku sambil berkata, “Terima kasih Dek Yosef ... ini pengalaman yang luar biasa bagiku. Semolga kita tetap bisa berhubungan kelak ya. “

Sebagai jawaban, kukecup bibir Bu Davina dengan segenap kehangatanku. Lalu kucabut kontolku dari liang memek wanita itu.



Beberapa saat kemudian ...

“Sertifikat - sertifikat ini atas nama Rumantini. Siapa dia ? ” tanya Bu Davina.

“Istriku, “ sahutku singkat.

“Tapi di kantor notaris besok, dia harus hadir untuk menandatangani AJB. Gimana ? Bisa ?” tanyanya.

“Bisa, “ aku mengangguk, “ Kalau kupanggil, pasti dia akan datang ke sini. Yang penting kita harus bersikap biasa - biasa saja di depannya nanti. Ibu mengerti masalah ini kan ?”

“Oh, iyalah. Kan aku juga punya suami. Di depan suamiku, kita harus bersikap biasa - biasa juga. Pokoknya kita harus pandai bersandiwara nanti. “

Ketika Bu Davina masuk ke dalam kamar mandi, aku mengirimkan WA kepada Mbak Manti. Isinya : -Sayang, tanah yang di Jatim dan Jateng akan diborong semua. Tapi dirimu harus hadir Beib. Untuk menandatangani AJB-

Lalu datang balasan dari Mbak Manti : -Memangnya sekarang lagi ada di mana ?-

Aku : -Di Surabaya. Bisa kan Ayang terbang ke Surabaya ? Nanti kujemput di bandara-

Mbak Manti : -Iya Cintaku-

Aku : -Pada waktu ditanya siapa ini Rumantini ? Aku menjawabnya “istriku”. Jadi nanti bersikaplah sebagaimana lazimnya seorang istri kepada suaminya-

Mbak Manti : -Aku memang sudah menganggapmu sebagai suamiku. Makanya pada suatu saat mungkin kita harus jadi pasangan yang sah. Sedikitnya nikah siri aja dulu ya-

Aku : -Tapi dari pihakku takkan ada yang hadir, gimana ?-

Mbak Manti : -Gakpapa. Yang penting secara agama kita sudah sah menjadi suami istri. Jadi kalau aku hamil, aku takkan merasa bersalah-

Aku : -Iya Sayang. Jadi gimana ? Besok pagi bisa terbang ke Surabaya ?-

Mbak Manti : -Oke. Jemput di bandara ya -

Aku : -Pasti. I love you Baby-

Mbak Manti : -Love you too-

Tak lama kemudian Bu Davina muncul dari kamar mandi, dengan membelitkan handuk di badannya. Menutupi sepasang toket dan memeknya.

“Besok apakah bisa diselesaikan pada satu notaris saja ?”

“Bisa, “ sahut Bu Davina, “Tapi nanti PPAT-nya dikeluarkan oleh notaris yang punya wilayah. Jadi nanti biarkan notaris di Surabaya ini bekerjasama dengan notaris yang punya wilayah. Memang biaya notarisnya jadi agak mahal. Tapi biarlah masalah itu aku yang menanggungnya. Daripada kita harus mendatangi semua lokasi yang tercantum dalam daftar itu, bakal jatuh lebih mahal biayanya. Capek pula kita harus memutar - mutar di wilayah Jatim dan Jateng. “

“Yang di Jateng juga bisa diselesaikan di Surabaya ini ?”

“Bisa. Kan udah dibilang tadi, PPAT dikeluarkan oleh notaris di wilayahnya masing - masing. Makanya notaris di Surabaya akan menghubungi mereka nanti satu persatu. Hanya saja nanti aku akan membayar sebagian saja dulu. Pelunasannya setelah AJB-nya selesai. “

“Kira - kira kapan selesai AJB-nya ?”

“Besok kita tanyakan pada notarisnya. Menurut perkliraanku sih sebulanan selesainya. “

“Berarti besok istriku harus hadir satu kali itu aja ?”

“Iya. Harusnya sih nanti pada waktu selesai AJBnya, hadir lagi. Tapi mungkin istri sampeyan bisa menandatangani di atas kertas blank aja. Kalimat AJBnya bisa diketik belakangan. “

“Maaf ... Ibu rumahnya di mana ? Maksudku apakah dari luar kota Surabaya atau bukan ?”

“Di Surabaya ada, di kota lain juga ada. Tapi suamiku sih senengnya tinggal di luar kota. Seneng sama udara sejuknya, “ sahut Bu Davina.

Pertanyaanku tadi adalah pertanyaan bodoh. Orang yang tajir melilit tentu saja banyak rumahnya.



Singkatnya, keesokan paginya pesawat yang ditumpangi oleh Mbak Manti mendarat di Bandara Juanda Sidoarjo. Lalu Mbak Manti kubawa ke hotel tempatku menginap di daerah pusat kota Surabaya.

Lalu kubawa Mbak Manti ke kamar di lantai 7 itu. Kamar yang sudah dibereskan oleh karyawan house keeping hotel, sehingga tidak tampak acak - acakan lagi (bekas pergulatanku dengan Bu Davina kemaren). Penyegar ruangan pun sudah kusemprotkan ke dalam kamar ini sebelum aku berangkat ke bandara tadi. Supaya Mbak Manti tidak mencium aroma yang “lain” di dalam kamar ini.

Tapi tidak lama Mbak Manti berada di dalam kamar ini, karena aku menerima call dari Bu Davina yang menyebutkan bahwa ia sudah menunggu di lobby.

Aku dan Mbak Manti pun turun dari lantai 7 menuju lobby dilantai 1. Saat itu Mbak Manti berpakaian casual, mengenakan celana panjang beludru hitam dan blouse putih.

Di dalam lift masih sempat aku berkata kepada Mbak Manti, “Nanti aku akan memanggil Mbak dengan sebutan Mama ya. “

“Iya, “ Mbak Manti mengangguk sambil tersenyum, “dan aku akan memanggilmu Papa, gitu ?”

“Iya, “ sahutku, “Pokoknya kita harus bersikap seperti pasangan suami - istri di depan Bu Davina itu. “

“Buyernya wanita ?” tanya Mbak Manti.

Aku mengangguk dan melangkah ke luar lift yang sudah tiba di lantai 1. Mbak Manti pun melangkah di samping kiriku.

Kulihat Bu Davina sudah berdiri dalam gaun merah maroon-nya. Lalu kukenalkan Mbak Manti kepada Bu Davina. Ketika mereka berjabatan tangan sambil menyebutkan namanya masing - masing, diam - diam aku menilai siapa yang lebih cantik, Secara objektif aku menilai, Mbak Manti lebih cantik daripada Bu Davina.

Kemudian Bu Davina menghubungi drivernya lewat ponselnya.

Sesaat berikutnya, sebuah sedan yang termahal di negaraku sudah menunggu di depan pintu lobby. Aku dan Mbak Manti pun mengikuti langkah Bu Davina menuju sedan berwarna coklat dof itu.

Aku duduk di depan, sementara Mbak Manti duduk berdampingan dengan Bu Davina di belakang.

Lalu sedan termahal ini bergerak menuju kantor notaris.



Begitulah ... meski di kantor notaris lumayan banyak yang harus kami lakukan, namun kesimpulannya ... transaksi berjalan sukses. Bu Davina telah membayar 50% dari nominal yang sudah ditentukan. Semuanya ditransfer ke rekening perusahaan Mbak Manti.

Sisanya yang 50% lagi akan dibayar setelah AJB selesai nanti. Dan atas permintaan Mbak Manti, sisanya yang 50% itu harus ditransfer ke rekening perusahaanku. Supaya tidak banyak pertanyaan dari PPATK, katanya. Aku diam saja, tidak menanggapi hal itu.

Namun dalam penerbangan pulang dari Surabaya ke kotaku, Mbak Manti berkata, “Nanti yang limapuluh persen lagi itu, untukmu semua Honey. “

“Haaa ?! Gak salah nih ? Itu jumlahnya besar sekali Sayang ... ”

“Yang penting, kita harus menikah siri aja dulu. Karena aku ingin punya anak darimu. “

Tentu saja semua itu dibicarakan secara bisik - bisik, karena kami tak mau pembicaraan itu terdengar oleh penumpang pesawat lain.

Akhirnya aku menyetujui permintaan Mbak Manti. Untuk menikah siri dengannya. Waktunya pun ditetapkan, 2 minggu lagi di rumah Mbak Manti yang di kota kecil itu.

Yang membuatku bingung adalah dana pelunasan yang 50% lagi itu, cukup untuk membangun hotel bintang lima yang teramat mewah sekali pun. Tapi Mbak Manti sudah menyerahkan semuanya padaku setelah ada pelunasan kelak.

Mbak Manti demikian baiknya padaku. Tentu saja aku harus membalas segala kebaikannya itu dengan apa pun yang bisa kulakukan. Karena itu aku langsung setuju saja untuk menikah siri dengannya. Yang lain - lainnya, biarlah akan kupikirkan belakangan.



Beberapa hari kemudian ....

Sore itu aku sedang di ruang kerjaku ketika petugas security mengantarkan seorang wanita berperawakan tinggi montok. Aku terkesiap dan spontan berdiri. Karena aku yakin wanita itu Ibu ... ibu kandungku ...!

“Ibu ?! ” seruku.

Wanita cantik berperawakan tinggi besar itu mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya. “Masih ingat kan sama Ibu ?” cetusnya.

Aku menghambur ke dalam pelukan Ibu. Kami saling peluk dengan eratnya. Ibu pun mencium sepasang pipiku berulang - ulang.

“Seingatku Ibu dahulu kurus ... tapi sekarang sudah berubah jadi montok gini, “ ucapku setelah Ibu kupersilakan duduk di sofa ruang tamu owner hotel.

“Mungkin karena tiap hari makan ikan terus Sep, “ sahut Ibu.

Sesaat kemudian seorang petugas security mengantarkan koper punya Ibu ke ruang kerjaku. Lalu ia keluar lagi.

“Jadi ini hotelmu Sep ?” tanya Ibu.

“Iya. Tapi hotel yang jauh lebih besar masih dalam tahap pembangunan. Mungkin tiga atau empat bulan lagi baru selesai. “

“Yang di belakang dan menjulang tinggi itu ? “

“Iya Bu. “

“Tempo hari Imas bilang kalau Asep sudah sukses besar. Sudah punya toko - toko pakaian, punya hotel, punya pabrik garment dan lain - lain. “

Aku tidak menanggapinya.

Ibu berkata lagi, “Maafkan ibu ya Sep. Karena ibu telah meninggalkan kamu dan Imas. Padahal saat itu kamu masih kecil, baru lima tahunan ... tapi ibu sudah tidak tahu lagi harus ke mana saat itu. Karena Ayah menjatuhkan talak tiga dan mengusir ibu. Ayah menuduh ibu selingkuh dengan Martin. Padahal Martin itu bekas teman sekelas ibu waktu masih di SD. Saat itu ibu tidak punya hubungan apa - apa dengannya. Hanya saja Ayah memergoki ibu dengan Martin di rumah. Kebetulan Martin itu duduk berdampingan sama ibu. “

“Tapi selanjutnya Ibu nikah juga dengan lelaki bernama Martin itu kan ?”

“Iya. Karen Martin merasa harus bertanggungjawab dengan nasib ibu. Meski sebenarnya saat itu Martin bukan pacar ibu, apalagi selingkuhan ibu. Dia hanya teman karib ibu Sep. “

“Lalu Ibu dibawa ke kampungnya ?”

“Iya. Kampungnya jauh sekali. Dari Manado harus ke Miangas dulu, lalu menaiki speedboat seharian untuk mencapai pulau kecil itu. Jadi ... maafkan ibu yang telah menelantarkanmu ya Sep. “

“Ibu tidak usah minta maaf padaku. Saat itu Ibu terpojokkan oleh keadaan, “ sahutku, “Dan kalau Ibu masih bersama Ayah saat itu, pasti aku takkan seperti sekarang ini. Penderitaanku di masa kecil justru membawa hikmah tersendiri Bu. Jadi ... takdirku sudah tersurat, bahwa harus begini jalannya. “

“Syukurlah kalau kamu tidak dendam sama ibu, “ kata Ibu sambil membelai rambutku. Membuat mataku berkaca - kaca, dalam perasaan bahagia.

“Biar bagaimana pun yang telah terjadi, Ibu tetap ibuku, yang telah melahirkanku ke dunia, yang telah menyusuiku dan merawatku dengan penuh kasih sayang. “

Kulihat sepasang mata Ibu berkaca - kaca. Lalu ia memelukku dengan eratnya.

Sesaat kemudian Ibu bertanya, “Ibu mau ditempatkan di mana Sep ?”

“Aku sudah menyediakan rumah, khusus untuk Ibu, “ sahutku, “Sekarang mau dilihat rumahnya ?”

“Iya, kepalangan capek, “ sahut Ibu.

“Nanti di sana Ibu bisa istirahat sepuasnya. “

Lalu kujinjing koper pakaian Ibu dan kumasukkan ke dalam bagasi mobilku.

Beberapa saat kemudian aku sudah menjualankan mobilku, menuju perumahan elit yang letaknya di luar kota itu. Di perumahan elit itu aku sudah menempatkan Ira dan Bi Ratna.

Aku memang sudah punya 3 buah rumah di perumahan elit itu. Tapi rumah yang akan kuberikan kepada Ibu, adalah rumah yang jauh lebih besar dan lebih megah daripada rumah yang sudah kuberikan kepada Ira. Perabotannya pun serba mahal dan model - model terbaru. Rumah untuk Ibu itu berbeda cluster dengan rumah Ira. Jadi mereka takkan berjumpa, karena letaknya berjauhan. Lagipula di perumahan elit ini orang -orangnya individualis semua. Dengan tetanggapun tidak saling kenal.

Tentu saja Ibu terkagum - kagum setelah berada di dalam rumah itu. Rumah yang punya kamar tidur 3 di lantai bawah dan 2 di lantai atas.

“Ini rumah besar dan perabotannya mewah sekali Sep. Apakah rumah ini sudah menjadi milikmu ?” tanya Ibu.

“Iya, “ sahutku, “Dan mulai sekarang rumah ini jadi milik Ibu. Sengaja kusediakan rumah yang besar. Supaya kalau Ceu Imas dan suaminya datang, bisa menginap di sini. “

“Asep ... ibu gak nyangka kalau kamu bisa mengangkat derajat ibu, Sedikit pun ibu tidak menduganya. Padahal kamu anak yang diterlantarkan waktu masih kecil, “ kata Ibu dengan air mata bercucuran.

“Sudah jangan ngomong masalah itu lagi Bu. Jalan kehidupanku memang sudah tersurat seperti ini. Kalau aku jadi anak yang dimanjakan waktu kecil, mungkin aku takkan seperti sekarang ini Setiap manusia ada jalan kehidupannya masing - masing. Dan aku diberi jalan prihatin waktu masih kecil sampai remaja. Lalu aku dilimpahi kesenangan setelah dewasa. “

Ibu lalu naik tangga menuju lantai atas. Di situ pun Ibu geleng - geleng kepala sambil berdecak kagum.

“Besok akan ada pembantu untuk meladeni Ibu sehari - hari, “ kataku, “Jadi Ibu tak usah takut, mulai besok ada yang menemani dan melayani Ibu. “

“Syukurlah kalau begitu, “ kata Ibu, “Tadinya ibu takut juga tinggal sendirian di rumah sebesar ini. “

“Soal keamanan jangan takut Bu. Di perumahan ini selalu dijaga dengan ketat. Makanya mobil diparkir di pinggir jalan pun takkan ada yang berani mengganggu. Setiap tamu yang mau berkunjung pun harus melewati pemeriksaan dulu di pos keamanan. “

Ibu mengangguk - angguk dengan sorot ceria.

“Ohya ... beberapa hari lagi aku mau nikah dengan seorang wanita yang luar biasa tajirnya. Tapi pernikahannya cuma nikah siri. Supaya tidak menimbulkan kehebohan, karena usia wanita itu lebih tua dariku. Nanti Ibu harus ikut hadir ya. Ceu Imas juga harus diajak, sebagai tanda keseriusan keluarga kita. “

“Kenapa bukannya nikah resmi saja ? Nikah siri kan merugikan pihak calon istrimu. “

“Dia ingin akad nikahnya dilaksanakan secara diam - diam. Karena dia sudah janda dan lebih tua dariku. “

“Masalah usia dan status jangan dipikirkan. Di zaman sekarang tak aneh lagi nikah dengan yang jauh lebih tua atrau yang jauh lebih muda. Tapi menurut ibu sih jangan nikah siri. Kasian calon istrimu nanti, takkan punya kekuatan hukum. Soal akad nikahnya secara diam - diam, tidak apa. Tapi kalian harus punya buku nikah, Supaya kalian tenang menjalani rumah tangga kelak. “

Aku memang anak yang penurut dan tak mau membantah kepada orang tua. Karena itu aku menjawab nasihat Ibu dengan anggukan kepala. Sambil berkata, “Ya nanti akan dirundingkan dulu dengan calon istriku. Sebelum akad nikah itu Ibu harus beli pakaian yang bagus - bagus. Nanti uangnya akan kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

“Iya Sep. Ibu memang takkan kembali lagi ke kampung almarhum suami ibu. Jadi segala kebutuhan ibu, tolong dipikirkan sama Asep ya. “

“Tenang aja Bu. Besok kalau mau beli pakaian yang bagus - bagus, telepon aja Ceu Imas. Supaya dia bisa mengantarkan ibu ke tempat - tempat yang biasa menjual pakaian bagus. Pakaian mahal maksudku. “

“Iya Sep. “

“Kalau Ibu berpakaian secara layak, siapa tau nanti ada yang naksir sama Ibu. “

“Ah, ibu sih gak mau punya suami lagi. Ibu sudah terbiasa hidup sendiri. Anak juga kan sudah punya dua. Mau apa lagi ?”

“Ibu kan belum tua benar. Cantik pula, Makanya aku takkan merintangi kalau Ibu mau nikah lagi. “

“Gak Sep ah. Sampai kapan pun ibu takkan mau punya suami lagi. “

Supaya Ibu tidak ketakutan ditinggal sendirian, aku sengaja tidur di rumah yang sudah kuberikan kepada Ibu itu. Tapi kamarku berbeda. Aku tidur di kamar depan, Ibu tidur di kamar yang di sampingnya.

Esok paginya pembantu yang sudah dipesan itu datang. Lalu kuajak bicara dulu. Bahwa tugasnya yang terpenting adalah mengikuti segala perintah Ibu. Tentu saja dia harus membereskan dan membersihkan rumah setiap hari. Soal mencuci baju, sudah tersedia sebuah mesin cuci yang bagus. Soal gaji, kujanjikan jumlah yang lebih tinggi daripada gaji pembantu pada umumnya di perumahan elit seperti ini.

Setelah mentransfer dana yang lumayan besar ke nomor rekening tabungan Ibu, aku pun meninggalkan rumah yang sudah kuberikan kepada ibuku itu.

Dalam perjalanan menuju hotelku, tiba - tiba ada call yang ternyata dari Mbak Manti.

Lalu :

“Hallo Mama Sayang ... apa kabar ?”

“Sehat Honey. Ada yang penting sekali nih. Bisa ke rumahku sekarang ?”

“Ada yang penting apa Beib ?”

“Nanti di rumah aja disampaikannya. “

“Ohya, aku sudah bicara dengan ibuku tentang masalah perkawinan kita. Ibu tidak setuju kita nikah siri. Pernikahannya boleh saja secara diam - diam dan hanya mengundang keluarga dekat saja. Tapi kita harus punya buku nikah, katanya. Bagaimana tuh ? Apakah Mama setuju ?”

“Tentu aja setuju. Kalau begitu, ibumu bijaksana sekali. Aku senang mendengar sarannya itu. “

Aku merasa lega juga mendengar ucapan Mbak Manti itu.

Lalu kupacu mobilku secepat mungkin, karena ingin secepatnya tahu masalah penting yang akan disampaikan oleh calon istriku itu apa.



Setibanya di depan rumah Mbak Manti, aku turun dari mobilku dengan penuh semangat. Terlebih setelah melihat Mbak Manti sudah berdiri di ambang pintu, untuk menyambut kedatanganku. Kedatangan calon suaminya ini.

Mbak Manti menyambutku dengan pelukan dan ciuman mesra di ruang tamu. Lalu mengajakku duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

Masalah yang sangat penting itu apa Mam ?” tanyaku yang mulai membiasakan diri memanggil Mbak Manti dengan sebutan Mam.
Wow....makasih apdetnya bro @Otta...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd