Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 39



Gabby sangat tertarik untuk membangun hotel seperti hotelku yang masih dalam tahap pembangunan awal itu. Gabby ingin menanamkan investasinya pada hotelku. Tapi kutolak secara halus, sambil menjelaskan bahwa biaya untuk pembangunan hotel itu sudah tidak kekurangan lagi.

“Lebih baik Gabby membangun hotel lain. Tanahnya sudah ada tinggal membelinya saja. Letaknya cukup strategis, “ kataku.

“Bisa aku melihat tanahnya sekarang ?” tanyanya.

“Bisa. “

“Tapi aku kan warganegara Spanyol. Apakah aku takkan menemui kesulitan kalau membangun hotel di sini ?” tanyanya.

“Gampang itu sih. Nanti pakai nama perusahaanku aja untuk membangun hotel itu. “

Lalu kuantarkan Gabby ke tanah milik Bi Mita yang sudah kukasih DP tapi belum kulunasi.

Kelihatannya Gabby tertarik pada tanah seluas 7,5 hektar yang sudah kukasih DP kepada Bi Mita itu.

“Memang strategis ya letaknya, “ kata Gabby serius. Lalu ia menanyakan harga tanah itu. Kusebutkan harga 4 kali lipat dari harga yang harus kubayar kepada Bi Mita.

Aku menolak cek dari Gabby waktu mau meninggalkan villaku. Tapi kali ini murni bisnis. Maka aku merasa tidak berlebihan kalau menjual tanah itu kepada Gabby dengan harga 4 kali lipat dari harga pembeliannya kepada Bi Mita.

Para broker tanah sering melakukan hal yang serupa denganku. Menjualkan tanah orang dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh pemilik tanah itu. Hanya biasanya para broker itu gagal menjual tanah yang dikuasakan kepada mereka itu. Hanya 1-2 % yang berhasil menjualnya dengan keuntungan berlipat ganda.

Sedangkan aku ? Gabby langsung setuju dengan harga tanah itu. Dan langsung menyerahkan cek dengan nominal 4 kali harga yang diberikan oleh Bi Mita kepadaku.

Setelah menyerahkan cek itu padaku, Gabby berkata, “Sekarang aku harus pulang ke Jakarta dulu. Bisa kan Yosef mengurus semuanya sampai selesai ?”

“Soal tanah gampang. Tapi masalah bangunannya nanti mau bagaimana ?” tanyaku.

“Tiga hari lagi juga aku akan ke sini lagi. Aku sih ingin membangun hotel five star. Karena letak tanahnya juga strategis gitu. Jadi Yosef bisa cari arsiteknya, untuk membuat design hotel itu. Biasanya arsitek juga bisa menghitung rencana anggaran belanjanya kan ?”

“Iya bisa. Terus hotelnya mau berapa lantai ?”

“Setahuku di kota ini tidak boleh membangun hotel yang terlalu tinggi ya. Jadi ... yah ... lima lantai juga gak apa - apa. Yang penting fasilitas setiap kamarnya harus berstandar internasional. “

“Oke, “ sahutku sambil mengangguk.

Setelah Gabby berangkat ke Jakarta, aku mencairkan cek dari Gabby, kemudian mentransfer dana dari cek itu ke rekeningku.

Lalu aku menulis cek dengan nominal tidak sampai 25% dari nominal cek Gabby. Dan cek punyaku itu kuserahkan kepada Bi Mita. Yang membuat Bi Mita girang sekali. Padahal keuntunganku jauh lebih banyak daripada nominal yang Bi Mita terima. Tepatnya, aku mendapatkan keuntungan 3 kali lipat dari dana yang diterima oleh bibiku yang akan menjadi mertuaku itu.

Aku boleh berpesta pora untuk merayakan kemenangan baru ini. Tapi aku tak pernah pesta - pestaan. Cukup dengan memanjatkan syukur kepada Tuhan saja, dengan caraku sendiri. Antara lain dengan menyumbang yayasan yatim piatu dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan.

Tapi profesiku sebagai gigolo tak boleh dilupakan. Karena aku merasa profesiku ini mengasyikkan. Dengan proifesi ini, aku selalu berhadapan dengan perempuan yang siap dientot oleh kontolku. Setelah itu, aku dibekali uang banyak pula. Padahal dikasih memek gratis pun aku mau. Apalagi memek yang mengeluarkan uang. Hahahaaaa ... !





7. Bu Amara



D
ua hari kemudian ...
Ketika aku tiba di sebuah alamat yang sudah diberikan oleh Mamih, ternyata alamat itu hanya gudang besar. Entah barang apa saja yang disimpan di gudang itu. Baru saja aku mau bertanya kepada orang - orang yang sedang bekerja mengangkut karung - karung yang entah isinya apa, tiba - tiba seorang wanita cantik berhijab dan berbaju jubah menghampiriku.

“Kamu Yosef ?”

“Betul, “ sahutku sopan, “Apakah ini Bu Amara ?”

“Iya, “ wanita itu mengangguk, “Aku minta kamu berangkat duluan ke alamat ini. Nanti aku menyusul ... mmm ... setengah jam lagi aku ke sana. Ini kunci rumah dan kunci garasinya. Masukkan mobilmu ke dalam garasi ya. Lalu kalau mobilku sudah tiba, tolong buka garasinya. Oke ?”

“Baik Bu, “ aku mengangguk sambil menerima dua buah kunci dan secarik kertas bertuliskan alamat lengkap yang harus kutuju.

“Harap sabar menunggu di sana ya. “

“Iya Bu. “

Lalu aku kembali ke sedan hitamku. Dengan pandangan tertuju ke sebuah mobil made in England yang harganya lebih mahal daripada mobilku. Mungkin itu mobil Bu Amara.

Dan seperti yang diminta oleh Bu Amara, kujalankan mobilku menuju alamat yang ditulisnya di atas secarik kertas ini.

Ternyata alamat yang kutuju itu sebuah rumah megah, tapi letaknya agak di luar kota, tapi hanya beberapa kilometer dari batas kota. Seperti yang sudah diminta oleh Bu Amara, aku turun dari mobilku yang mesinnya belum kumatikan, untuk membuka kunci garasi. Dan aku terbengong - bengong, karena di dalam garasi yang luas itu banyak mobil mahal, yang lebih mahal dari mobilku semua.

Apakah Bu Amara itu kolektor mobil mewah ? Entahlah. Yang jelas aku buru - buru memasukkan mobilku ke dalam garasi yang luas sekali itu. Lalu aku keluar dari garasi dan menutupkan pintu garasi sekaligus menguncinya. Karena di dalam garasi itu banyak mobil mewah, bukan berisi mobil murahan.

Kemudian aku memasukkan anak kunci pintu depan rumah megah itu ke lubangnya dan memutarnya. Pintu depan itu pun kubuka kemudian aku masuk ke dalamnya.

Hmmm ... kelihatannya segala barang yang ditata di dalam rumah ini barang super mahal semua. Seperti piring emas yang berderet di dinding ruang tengah, mungkin terbuat dari emas murni. Ada pula patung Dewi Venus, kelihatannya terbuat dari emas juga.

Tapi kenapa rumah yang isinya barang - barang berharga ini tidak dijaga atau ditunggu oleh orang ?

Ah, biarlah. Itu bukan urusanku. Mendingan aku iseng - iseng menghubungi ... menghubungi siapa ya ? Tiba - tiba aku teringat Ima. Bagaimana dengan mesin adonan roti dan oven super besarnya sudah dikirimkan ? Lalu bagaimana dengan toko rotinya ? Sudah mulai dibangun ? Mendingan aku memijat nomor hapenya. Biar jelas.

Lalu :

“Hallo Sep. Apa kabar ? “

“Baik - baik aja. Bagaimana barang - barang yang dipesan itu sudah dikirimkan ? Tokonya sudah mulai dibangun ?”

“Sudah. Perabotan untuk memproduksi roti sudah lengkap semua. Toko roti pun sudah mulai dibangun. Karena bangunannya simple, mungkin sebulan lagi juga selesai. “

“Syukurlah kalau begitu. Semoga usahamu lancar ya. “

“Amiiin. Tapi Sep ... “

“Tapi apa ?”

Ima bicaranya jadi pelan, seperti berbisik - bisik. “Maaf ya Sep ... aku hanya ingin tau. Apa Asep sudah melakukan sesuatu bersama Ibu ? Kalau pun pernah, katakan aja. Aku takkan marah kok. Asalkan Asep jangan bilang -- bilang sama Ibu kalau kita pernah begituan.”

“Memangnya kenapa kamu nanya soal itu ?”

“Soalnya Ibu sering nanyain Asep mulu. Sampai bosan aku mendengarnya. Selain daripada itu, aku pernah mendengar Ibu mengigau ... dia memanggil nama Asep ... Aseeeep ... begitu terus. “

“Kenapa bisa begitu ya ?”

“Harusnya aku yang nanya sama Asep, kenapa ibuku bisa begitu ? Maaf Sep, kalau pun sudah terjadi sesuatu di antara Asep dengan Ibu pada waktu aku sedang di Karawang, gak apa - apa Sep. Buatku, itu sesuatu yang normal. Karena Ibu belum tua - tua benar. Mungkin Ibu yang duluan memancing Asep supaya melakukan sesuatu. Karena Ibu tentu masih merindukan sentuhan lelaki. “

“Mmmm ... kamu jangan marah atau pun sedih ya. Memang benar, pada waktu kamu di Karawang, aku kan datang ke rumahmu. Pada saat itulah terjadi sesuatu di antara Ibu denganku. Tapi kamu jangan ngomong sudah tau masalah ini ya Ima. “

“Iya, iya ... kejadian di antara kita berdua pun tolong rahasiakan sama Ibu. “

“Sudah pasti itu sih. “

“Kalau bisa sih, maaf aku bukan nyuruh, cuma minta tolong ... tolong obati ibuku Sep. Maksudku, tolong obati kerinduan Ibu pada Asep. “

“Masa aku harus begituan sama ibumu di depan matamu ?!”

“Kalau Asep datang siang, aku bisa pergi dulu ke mana gitu. Pura - pura ada urusan penting. Biar Asep bisa leluasa mengobati Ibu. Kalau Asep datangnya malam, aku akan mengurung diri di dalam kamarku, takkan berani mengganggumu. Anggap aja aku sudah tidur nyenyak. “

“Terus ... kamu sendiri gak kangen sama aku ?”

“Kangen juga ... sangat kangen malahan. Tapi dahulukan Ibu dulu Sep. Aku kasihan sekali padanya. “

“Ya nantilah kupikirkan dulu. Soalnya sekarang aku sedang sibuk. Tuh teman - temanku sudah pada datang. Kita tutup dulu ya obrolannya. “

Hubungan seluler dengan Ima langsung kututup. Karena sedan made in England berwarna merah dof itu sudah memasuki pekarangan menuju garasi.

Bergegas aku keluar dari rumah megah ini, untuk membukia pintu garasi. Sedan merah dof itu pun memasuki garasi. Lalu Bu Amara menutupkan pintu garasi dan menguncinya kembali.

“Maaf ya harus menunggu agak lama, “ ucapnya sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya. Aku pun mengikutinya. Tadinya aku mau duduk di ruang tamu, tapi Bu Amara melambaikan tangannya dari ruang keluarga, “Di sini aja duduknya, “ ucap wanita berhijab dan berjubah serba hitam itu.

Karena Bu Amara mengenakan baju jubah muslimah dan berhijab, tadinya aku mau duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang diduduki oleh wanita yang kutaksir usianya sekitar 30 tahunan itu. Tapi Bu Amara menepuk - nepuk kulit sofa yang sedang didudukinya. “Di sini duduknya, ” ucapnya.

Aku pun duduk di sebelah kanannya.

Begitu aku duduk, Bu Amara menyambutku dengan melingkarkan lengannya di bibirku. “Emwuaaaaachhhh .... kamu tampan dan imut banget Yos ... gemesin .... “

“Hehehee ... Ibu juga cantik sekali, “ sahutku.

“Berapa tahun sih umurmu ?”

“Hampir sembilanbelas Bu. “

“Wah lagi sedang - sedangnya segerrr usia segitu sih. Tapi aku mau curhat dulu ya. “

“Iya Bu. “

“Suamiku tidak mengetahui rumah dan segala isinya ini, yang kubeli tanpa sepengetahuan dia. “

“Garasi penuh dengan mobil mewah, tapi rumah ini gak ada penghuninya sama sekali. Apakah Ibu tidak kuatir kalau ... “

Belum habis aku berkata, Bu Amara memotong, “Ada yang jaga, empat orang security dan enam orang satpam. Tapi mereka diliburkan semua, karena aku akan mengadakan pertemuan rahasia ini. “

“Owh gitu, “ aku mengangguk - angguk.

“Ini adalah penyelewengan pertama kalinya bagiku. Selama ini aku selalu setia kepada suamiku. Tapi karena hatiku sering disakiti, aku ingin membalasnya. “

“Iya Bu. “

“Suamiku seorang pengusaha sukses dan memiliki beberapa perusahaan. Tapi modal awalnya berasal dari harta warisan dari almarhum ayah dan almarhumah ibuku. Tapi setelah sukses, suamiku lupa diri. Nikah siri di sana - sini. Mungkin dia ingin punya anak, karena sampai saat ini aku belum hamil - hamil juga. Tapi setelah punya beberapa orang simpanan, ternyata wanita- wanita yang hanya dinikah-siri oleh suamiku itu, tak ada seorang pun yang hamil. Aku selalu dilarang memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Karena nanti kemaluanku diocek - ocek oleh dokter, katanya. Tapi beberapa bulan yang lalu, diam - diam aku memeriksakan diri ke dokter kandungan. Ternyata dokter menyatakan bahwa aku ini normal. Ibu bisa hamil, asal sabar aja, katanya. Jadi siapa yang mandul ?”

“Mungkin suami Bu Amara sendiri yang mandul, “ sahutku.

“Nah ... kamu aja bisa menduga begitu. Makanya hatiku sakit ... sakit sekali. Suamiku sudah lupa kacang pada kulitnya. Karena itu aku sedang mengajukan tuntutan cerai ke pengadilan. Menurut pengacaraku, tuntutanku pasti dikabulkan. Karena banyak fakta yang berhasil diungkap oleh pihakku. Sambil menunggu keputusan pengadilan, aku ingin ... ingin sekali hamil. Mumpung usiaku baru duapuluhsembilan. Maunya sih pas umurku tigapuluh, aku sudah melahirkan. “

Aku cuma mengangguk - angguk.

“Jadi, “ lanjutnya, “Yosef tau apa yang harus dilakukan bersamaku ?”

“Ibu ingin kuhamili ?” aku balik bertanya.

“Iya. Yosef gak mandul kan ?”

“Sudah ada dua orang istri konglomerat yang hamil olehku Bu. Tapi aku tak bisa menyebutkan siapa mereka itu. “

“Yayayaaa ... tapi aku pernah dengar dari Mamih tentang isteri konglomerat itu. Mamih pun merahasiakan siapa yang sudah kamu hamili itu. “

“Iya, yang lewat Mamih hanya seorang. Isteri konglomerat yang satunya lagi, bukan lewat Mamih kenalnya. “

“Jadi Yosef siap untuk menghamiliku ?”

“Siap. Tapi harus sabar Bu. Karena terkadang butuh waktu agak lama untuk membuat seorang wanita jadi hamil. Pertemuannya harus selalu di dalam masa subur. “

“Iya. Justru sekarang aku sedang dalam masa subur Yos. “

“Itu bagus Bu. Tapi kalau bulan ini gagal hamil, mungkin pada masa subur di bulan berikutnya harus dicoba lagi. Isteri konglomerat itu pun setelah tiga bulan kugauli terus, barulah bisa hamil.”

“Iya, aku ngerti. Banyak juga pasutri yang sudah bertahun - tahun menikah tak punya anak juga. Akhirnya si istri bisa hamil setelah perkawinannya berusia tujuh tahun. “

“Iya. “

“Pertemuan berikutnya kita laksanakan dari hotel ke hotel aja ya. Jangan di sini terus. “

“Iya Bu. Kalau di sini terus bahaya. Karena Ibu belum resmi bercerai dengan suami Ibu. Bisa - bisa dia membela diri dan mengatakan ada orang ketiga. “

“Iya. Tapi kata pengacaraku, tak lama lagi juga keputusan pengadilan akan keluar. “

“Kalau Ibu sudah resmi jadi janda, gak ada masalah mau ketemuan di mana juga. “

“Mmm ... kamu ada perasaan suka padaku gak ?”

“Suka Bu. Justru aku ini penggemar wanita yang lebih tua dariku. Apalagi wanita secantik Ibu. “

“Terima kasih, “ Bu Amara tersenyum manis. Kelihatan senang mendengar pujianku, “Kalau kamu berhasil menghamiliku, silakan pilih mobil - mobil yang ada di garasi itu. Kamu boleh pilih yang termahal sekali pun, sebagai hadiahnya. “

“Aku gak mikirin soal hadiah. Yang penting Bu Amara bisa hamil. Itu aja dulu, “ sahutku.

Tiba - tiba Bu Amara memasukkan tangan ke balik baju jubah hitamnya, lalu mengeluarkan sesuatu dari balik baju jubahnya. Celana dalam berwarna hitam ... !

Bu Amara memutar - mutar celana dalamnya di depan mataku sambil berkata, “Kalau benda ini sudah kulepaskan, berarti kamu sudah boleh menyerangku. “

Aku tersenyum dan mengambil celana dalam hitam itu dari tangan Bu Amara. Lalu menciumi celana dalam itu. Aku bukan maniak yang suka mencuri celana dalam, lalu dijadikan bahan untuk coli. Aku menciumi celana dalam itu hanya untuk mengecek, apakah celana dalam itu menyiarkan bau memek yang menyengat atau tidak. Ternyata celana dalam itu menyiarkan harum parfum mahal. Berarti memeknya pun harum, mungkin.

Pada saat yag ssama, Bu Amara menyingkapkan jubah hitamnya sampai kelihatan sepasang paha putih mulusnya dan ... memek tembemnya yang bersih dari jembut ... !

“Mau di sini aja Bu ?” tanyaku sambil bangkit dari sofa dan berjongkok di depan memek yang dipamerkan itu.

“Iya, biar mengesankan, “ sahutnya, “Karena baru sekali ini aku akan menyerahkan kehormatanku pada lelaki yang bukan suamiku. Nanti kalau kurang puas, pindah aja ke kamarku. “

Aku pun duduk bersila di depan memek tembem yang bersih plontos dan seolah sedang menantangku itu. Menantang untuk kujilati habis - habisan. Dan itulah yang kulakukan. Mulai menjilati memek tembem yang bersih dan harum ini dengan lahapnya. Tanpa peduli dengan baju jubah hitam Bu Amara yang diturunkan lagi, sehingga menutupi kepala dan punggungku. Dan aku seolah sedang bersembunyi di balik jubah hitam ini.

Aku seperti terkurung di dalam kegelapan. Namun remang - remang aku masih bisa menemukan kelentit Bu Amara yang lalu kugesek- gesek dengan jempol tangan kiriku. Bahkan setelah memek Bu Amara mulaimembasah, jari tangah tangan kananku pun mulai kuselundupkan ke dalam liang memek yang belum pernah melahirkan bayi ini. Tak cukup dengan 1 jari, kutambah 1 jari lagi, yakni jari tengahku. Lalu jari tengah dan telunjukku mulai kumaju mundurkan di dalam liang memek yang sudah basah ini. Jempol kiriku pun semakin gencar menggesek - gesek kelentit wanita 29 tahunan dan berhijab ini.

Sampai akhirnya Bu Amara menyingkapkan kembali jubah hitamnya sambil berkata, “Udah Yos ... masukin aja punyamu sekarang. Gak usah telanjang ya. Begini aja. “

“Iya Bu. Yang penting punyaku bisa main di dalam punya Ibu, “ sahutku sambil memelorotkan celana denim sekaligus dengan celana dalamnya. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng berat ini seolah sedang menunjuk ke arah Bu Amara.

“Waaaw ... kontolmu panjang sekali Yoooosssssss ... “ seru Bu Amara sambil mendekatkan tangannya ke kontolku. Lalu memegangnya dengan tangan gemetaran, “Pantasan kamu selalu berhasil menghamili isteri - isteri para trilyuner. Karena kontolmu memang dahsyat begini. “

Setelah kontolku dilepaskan, aku pun mendekatkan meriam pusakaku ini ke memek Bu Amara yang sudah siap dicoblos. Tapi Bu Amara mengubah posisi duduknya. Bahkan lalu menelentang di atas sofa, dengan jubah hitam yang sudah disingkapkan sampai ke perutnya. Kaki kiri diletakkan di sandaran sofa, sedangkan kaki kanannya terjuntai ke lantai. Posisi ini membuat memek tembem itu ternganga, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu tampak jelas di mataku.

Dengan lututkanan berada di atas sofa dan kaki kiri menginjak karpet lantai, aku pun membenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Amara yang sudah basah dan hangat ini .... bleeesssssskkkk ... amblas sampai menyundul dasar liang memeknya. Tidak bisa masuk semua. Ada sekitar 3 sentimeter pangkal kontolku yang tidak bisa masuk karena mentok didasar liang memek wanita muda berhijab dan berjubah hitam itu.

“Aaaawwhhhhh ... saking panjangnya sampai gak bisa masuk semua ya, “ rengek Bu Amara sambil meringis.

Kaki kiri Bu Amara yang berada di atas sandaran sofa, kuangkat dan kuletakkan di atas bahu kananku. Lalu mulailah aku mengentot liang memek wanita berhijab itu.

Kontolku mulai beraksi seperti pompa manual yang sedang memompa liang memek Bu Amara. Stttt ... blessss ...sttt ... blessss ... sttt ... blessssss ... stttt .... blesssss ... sttt ... blesssss ... stttttttttt .... blesssssssssssss .... sttttttttttttttt .... blesssssssssss .... !

Bu Amara pun spontan “berkicau”.

“Duhhh ... aduhhhh ... aduuuh ... aaaaduuuuuyyyy ... kok dientot sama kamu enak bangeeeet ... duuuuuuudududududuuuuuuhhhhh .... eeeeeeeennaaaaaak Yoooosss ... enak sekaliiii .... aaaaawhhhh ... dududududuuuuuuuuuhhhh ... eee ... naaaaakkkk ... luar biaaaasaaaaaa ... ooooowwwwwwwhhhhh ... enak Yoooosssss ... enaaaaaaak ... sangat ... enak sekaleeeeee .... Yooooooossssss ... iyaaaaaaaa... entot terus sampai dasarnya ... uedaaaaan ... kok ada ya kontol seenak ini ... rasanya sampai berdesir ke ubun - ubun Yoooooosssssssss ... oooooowwwww ... oooooooh .... Yoseeeeef .... entot terus Yosssss ... entooooootttt ... entooooooottttttt .... iyaaaa ... iyaaaaa ... iyaaaa ... “

Rengekan dan rintihan histeris Bu Amara itu membuatku semakin bersemangat, untuk menggedor - gedor dasasr liang memeknya dengan moncong kontolku.

Bu Amara pun menggeliat - geliat sambil meremas - remas jubah hitamnya pada bagian toketnya. Sayang aku belum bisa melihat seperti apa bentuk toketnya.

Namun Bu Amara tidak mampu bertahan lama kuentot di atas sofa mewah ini.

Ketika aku masih asyik mengentotnya, Bu amara berkelojotan sambil mengaduh - aduh lagi, “Aduh Yosef ... aduuuuh Yoseeeefff ... aku ... aku udah ... ma ... mau ... lepas .... hkkkkkkkk ... ”

Suaranya terputus, karena ia harus menahan nafasnya.

Tapi aku tak peduli. Aku malah menggencarkan entotanku. Sampai akhirnya Bu Amara terkulai lemas, dengan mata terpejam. Lalu kelopak matanya terbuka lagi. Menatapku dengan tatapan kosong. Lalu ia menghela napas panjang disusul dengan ucapan, “Lanjutin di kamarku aja yok. “

Aku mengangguk, lalu mencabut kontolku dari liang memek Bu Amara yang sudah becek karena habis orgasme itu. Lalu mengikjuti langkah Bu Amara memasuki kamarnya yang wow ... bed dan lemari - lemarinya barang impor semua. Begitu pula hiasan dindingnya yang gemerlapan di sana - sini, semuanya barang impor.

“Mending berpakaian lengkap gini apa mendingan telanjang ?” tanya Bu Amara setelah berada di dalam kamarnya.

“Heheheee ... mendingan telanjang dong Bu. Biar aku bisa menyaksikan keindahan tubuh Bu Amara, “ sahutku.

“Ogitu ya. Soalnya aku gak pernah telanjang di depan laki - laki yang bukan suamiku sendiri, “ kata Bu Amara sambil melepaskan kancing jubah hitamnya yang terletak di bagian punggungnya, “Tapi kalau ingat kelakuan suamiku yang sangat mnenyakitkan itu, aku mau telanjang juga dah. Demi Yosef si tampan yang imut. Tapi kamu juga harus telanjang Yos. “

“Tentu aja Bu. Kan orang bilang kulit harus bertemu kulit, bulu harus bertemu bulu heheheee ... “

Dan setelah jubah hitam itu ditanggalkan, tampaklah bentuk body Bu Amara yang luar biasa seksinya itu, meski ia masih mengenakan beha dan hijab yang serba hitam.

Dan setelah beha itu dilepaskan, lengkaplah bagiku untuk menilainya sebagai wanita yang asangtat - sangat seksi. Dengan pinggang ramping namun dengan tket yang gede dan bokong yang semok, aduhai .... membuatku seperti tak berkedip menyaksikan salah satu ciptaan Tuhan ini.

Aku gak peduli dengan frambutnya yang masih berhijab. Karena bagiku, rambut wanita bukan sesuatu yang penting. Bukan pula mahkota. Karena bagiku, mahkotanya adalah ... memeknya ... ! Hihihihihihiiiiii .... !

Aku memang gak pernah mendadak ngaceng gara - gara menyaksikan indahnya rambut seorang wanit. Tapi kalau melihat memek, kontolku langsung ngaceng. Bahkan memek pembokat pun mampu mengacengkan kontolku. Karena itu bagiku mahkota perempuan adalah memeknya. Hahahaaaa ... !

Lalu kulepaskan juga celana denim, celana dalam dan baju kausku. Sehingga aku sudah telanjang. Dan lenganku ditarik oleh Bu Amara, naik ke atas bed. Disitulah kami bergumul dengan hangatnya. Terkadang aku di bawah, Bu Amara di atas. Terkadang aku yang di atas dan Bu Amara di bawah. Terkadang Bu Mara menelungkup di atas bed. Aku pun menelungkup di atas punggungnya. Dan pada suatu saat, ketika Bu Amara menelentang sementara aku menelungkup di atasnya, diam - diam kubenamkan batang kontolku ke dalam liang memeknya yang masih basah ini.

Pada saat itulah Bu Amara menarik sepasang bahuku, lalu melingkarkan lengannya di leherku, disusul dengan ciuman lengketnya di bibirku. Yang kusambut dengan lumatan penjuh nafsu. Pada saat yang sama kontolku pun mulai kuayun naik turun dan maju mundur di dalam liang memek beceknya yang sangat kusukai. Ya ... aku suka dengan memek becek setelah orgasme. Karena beceknya itu sebagai pertanda bahwa pasangan seksualku sudah mencapai kepuasannya.

Ketika entotanku sedang gencar - gencarnya, Bu Amara pun mulai menggeol - geolkan pantatnya. Memutar - mutar dan meliuk - liuk. Menukik - nukik dan menghempas - hempas. Sungguh tak kusangka, wanita yang kesehariannya berhijab dan berjubah ini, ternyata sangat trampil menggoyangkan pinggulnya. Sehingga kontolku serasa diombang - ambingkan, laksana kapal layar dihantam badai di tengah samudera. Namun meski kontolku sedang dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek Bu Amara, aku tetap teguh untjuk menggenjot kontolku seperkasa mungkin.

Maka rintihan - rintihan histerisnyapun semakin menjadi - jadi, “Adududuuuuuh ... Yoooossss ... kontolmu memang luar biasa enaknya Yoooossssss .... terasa sekali asam garamnya Yoseeeef ... ooooohhhhh ... Yooooooosssss ... baru sekali ini aku merasakannya .... ooooohhhh ... merasakan diewe yang senikmat ini Yoooossss ... aku yakin kamu bakal bisa menghamiliku. Dan aku akan sangat sayang padamu ... lebih dari sekarang ... ini benar - benar nikmaaaaaaaattttt Yooooooosssss ... ayo entot terus memekku Yoooossss ... entot teruuuussss .... entoooooooooooootttttttttttttt ... !”

Ketika hijabnya terlepas, lehernya terbebas dari belitan kain hitam itu. Sehingga aku bisa menjilati leher jenjangnya yang harum meski sudah berkeringat, disertai dengan gigitan - gigitan kecil.

Terkadang kusedot dan kujilati pentil toket kirinya, sambil meremas - remas toket kanannya. Terkadang juga kujilati telinganya. Dan bahkan ketiaknya pun tak luput dari jilatan dan sedotanku, terkadang ketiaknya pun kugigit - gigit, membuat Bu Amara agak meronta, mungkin karena kegelian.

Hal ini membuat rintihan histerisnya semakin menggila. Seolah raungan harimau betina yang sedang dipacek oleh harimau jantan.

“Yoooossss ... kamu benar - benar cowok yang sangat lengkap ... bukan sekadar tampan, tapi juga mampu membuatku bertekuk lutut di atas ranjang ... entotttt ... entooottt teruuus Yoooossss ... aku udah mau orgasme lagi nih Yooooossss ... atau kalau bisa lepasin bareng - bareng ... biar aku hamil Yooooosssssssss ... “

Mendengar permintaan Bu Amara itu, aku pun menggencarkan entotanku. Makin lama makin cepat, disambut dengan berkelojotannya tubuh wanita yang relatif masih muda itu.

Dan ketika sekujur tubuh Bu Amara mengejang tegang dengan nafas tertahan, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai terasa mendesak dasar liang memek wanita itu.

Lalu sesuatu yaqng teramat indah itu terjadi. Bahwa ketika aku dan Bu Amara saling cengkram dan saling remas, liang memek wamnita itu berkedut - kedut kencang, yang disambut dengan mengejut - ngejutnya kontolku sambil memuntahkan lendir maniku.

Crooooooootttttttt ... crettttttt ... croooooooooooooottttttt ... crooooooooooootttttttttttt ... crettttttttttttttt ... croooooooooooooooooooooooootttttttt .... !

“Ooooh ... indah sekali Yooosss ... “ ucap Bu Amara lirih. Lalu ia mengecup bibirku diikuti dengan ucapan perlahannya, “Terima kasih Yos. Rasanya sakit hatiku mulai terbayarkan dengan sesuatu yang jauh lebih indah. “

Aku masih terkulai lemas dalam pelukan Bu Amara. Dengan tubuh bermandikan keringat. Seperti Bu Amara juga.

Beberapa saat kemudian, Bu Amara bangun dan duduk di dekatku yang masih menelentang lemas. “Sebenarnya aku ingin sekali berlama - lama denganmu. Tapi aku harus pulang ke rumahku. Karena dalam waktu menunggu vonis hakim nanti, aku tak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun. Supaya hakim mengabulkan tuntutanku.

Nanti kalau aku sudah resmi menjadi janda, aku bakal bebas melakukan apa pun. Terutama bebas berkencan denganmu dan menghasilkan anak yang kuinginkan. “

Aku cuma mengangguk - angguk, tidak berani menanggapinya.

“Sekarang kita harus mandi Yos. Kita mandi bareng yuk, “ ajaknya.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Kemudian turun dari bed dan mengikuti langkah Bu Amara menuju kamar mandi yang aduhai mewahnya.

Tapi Bu Amara tidaka mandi di bathtub. Ia memilih mandi di bawah pancaran shower yang berada di atas kepala kami. Lalu kami saling sabun menyabuni. Dan seperti biasa, dalam suasana seperti ini, kontolku ngaceng lagi. Bu Amara tersenyum - senyum setelah memegang kontolku yang ngaceng lagi ini.

Lalu ia bersandafr di dinding kamar mandi yang terbuat dari batu pualam. Dan membiarkanku membenamkan kembali kontolku kedalam liang memeknya.;

Kali ini cukup lama kami melakukannya. Karena bagiku, ini adalah ronde kedjua. Dengan sendirinya durasi entotanku pun lebih lama dari ronde pertama.

Tapi aku bertahan, ingin melanjutkan persetubuhan ini di kamar mandi, sampai ngecrot. Mdeski kedua kakiku sudah terasa pegal berdiri terus sambil mengentot memek Bu Amara yang luar biasa enaknya ini.

Sampai pada suatu saat, ketika Bu Amara mulai memasuki puncak orgasmenya, terdengar ia memekik histeris.

“Yoooooooooooooooooosssssseeeeeeeeeeeeeeeeeeffffffffff ..... !”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd