Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 34



P
ersetubuhan di kamar mandi dengan Bu Rosanna, masih tidak membuatku ngecrot alias ejakulasi. Dalam persetubuhan setengah doggy itu cuma menghasilkan orgasme kedua Bu Rosanna.

“Yosef kok kuat banget sih, “ ucap Bu Rosanna setelah kami membilas tubuh kami dari sisa - sisa sabun yang masih melnempel.

Kemudian kami mengeringkan tubuh kami dengan handuk masing - masing. Tanpa menggunakan handuk hotel.

Setelah keluar dari kamar mandi, masih dalam keadaan sama - sama telanjang, dengan tubuh terasa segar kembali, Bu Rosanna terasa semakin jinak padaku. Bahkan ia pun berkata, “Aku sudah sepenuhnya menjadi milikmu Yos. Bukan hanya tubuhku yang sudah menjadi milikmu, tapi hatiku juga akan menjadi milikmu di seumur hidupku. “

Pernyataan itu terlalu dahsyat bagiku. Dan membuatku bingung. Karena peryataan itu lebih tepat untuk diucapkan kepada calon suami. Sedangkan aku sudah berjanji akan menikahi puterinya. Seandainya Bu Rosanna itu kakak beradik dengan Mamie Dhea, aku masih bisa menikahi mereka. Tapi Bu Rosanna itu mamanya Dhea. Mana mungkin ibu dan anak bisa dinikahi dua - duanya.

Tapi sejauh ini Bu Rosanna belum pernah menyebut kata “suami” atau “istri” dan “perkawinan”. Ia hanya menyebut “milikmu” saja. Jadi masih mungkin Bu Rosanna sudah siap menjadi milikku secara rahasia saja. Tanpa harus disahkan di depan penghulu. Karena dia juga takkan mungkin tega membatalkan rencana perkawinanku dengan puterinya.



Setelah mandi, Bu Rosanna mengajak untuk melanjutkan “pertarungan” yang belum selesai, karena aku belum ejakulasi. Ia pun ingin melanjutkannya dengan posisi semula. Posisi missionary. Karena menurutnya posisi missionary itu paling romantis di antara sekian banyak posisi. Karena posisi missionary itu dengan wajah berhadapan. Aku bisa mencium bibirnya, menjilati leher, puting payudara, telinga dan ketiaknya.

Aku setuju saja. Ketika Bu Rosanna sudah menelentang dengan kedua pahanya dipentang selebar mungkin, aku pun meletakkan moncong kontol ngacengku di ambang mulut memek Bu Rosanna.

Lalu ... setelah kontolku melesak masuk ke dalam liang memek yang sangat sempit untuk ukuran wanita seusia Bu Rosanna, aku disambut dengan ciuman lengket di bibirku, yang lalu jadi saling lumat. Sementara kontolku mulai bermaju mundur di dalam jepitan liang memek wanita setengah baya itu.

Kali ini aku bertekad untuk “menyelesaikan” persetubuhan ini. Berarti, pada waktu Bu Rosanna akan orgasme untuk yang ketiga kalinya, aku harus berejakulasi pada saat itu juga. Karena aku sudah lumayan letih setelah ngentot yang pertama dan kedua di dalam kamar mandi tadi.

Maka aku mulai dengan menggencarkan entotanku, yang disambut dengan goyangan pinggul Bu Rosanna yang begitu erotis. Memutar - mutar dan meliuk - liuk, seperti membentuk angka 8.

“Sambil jambak - jambak rambutku Yos, “ ucap Bu Rosanna tanpa menghentikan geolan pinggulnya yang aduhai.

Aku agak heran mendengar permintaan itu. Tapi aku teringat bahwa ada orang yang senang menjambak - jambak rambutnya sendiri sampai berbunyi klekkk ... klekkk ... klekkk ... ! Katanya sih untuk menghilangkan sakit kepala. Lalu apakah jambakanku akan terasa enak juga buat Bu Rosanna ? Entahlah.

Yang jelas aku yang sedang gencar - gencarnya mengentot liang memek Bu Rosanna, kini jadi sambil menjambak - jambak rambut panjangnya.

Dan ternyata Bu Rosanna semakin kelihatan bernafsu menggoyangkan pantatnya. Goyangan yang membuat liang memeknya membesot - besot dan meremas - remas kontolku.

Namun aku belum terbiasa mengentot sambil menjambak - jambak rambut pasangan seksualku. Maka beberapa saat kemudian aku lebih suka menyumpal mulutnya dengan ciuman dan lumatan hangatku. Kali ini Bu Rosanna terasa lebih menghayati lumatanku, lalu menyambutnya dengan lumatan pula. Bahkan ketika lidahku sengaja kujulurkan, ia langsung menyedot lidahku ke dalam mulutnya. Lalu “mengotak - atik” lidahku dengan lidahnya. Begitu juga ketika ia menjulurkan lidahnya, kusedot lidahnya ke dalam mulutku. Dan kugeluti dengan lidahku.

Kelihatannya ini lebih terhayati olehnya. Sehingga goyangan pinggulnya terhenti beberapa saat, karena terlalu asyik saling sedot bibir begini, sambil memejamkan matanya. Padahal kontolku tetap gencar memompa liang heunceutnya.

Ketika mulutku berpindah saaran untuk menjilati ketiak bersih dan harumnya, bola mata bening Bu Rosanna terbuka lagi. Lalu ia menggeol - geolkan lagi bujurnya. Membuat kontolku dibesot - besot dan dipilin - pilin lagi oleh liang pukinya.

Rintihan - rintihan histeris yang erotis pun berkumandang lagi di kamar hotel five star ini, “Yoooooossss ... aaaaaaw .... aaaaaaaaaaaawhhhhhh ... ooooooo ... oooooooh ... Yoooseeeeef ... ooooo ... oooooh .... cintaaaaaaa ... cintakuuuuu ... kamu sangat ... luar biasa sayangkuuuu .... cintakuuuuu .... oooooo .... ooooohhhhhh ... Yooooseeeeef ... aaaaa ... aaaaaaaaawhhhh .... geli tapi enak sekali Yoooooossss .... aku semakin cinta kamuuuuu .... iyaaaaaaaaaaa .... iiiiiyaaaaaa ... entot terus Yoooossss ... entooooottttttt ... entooooottttt .... ooooo .... oooooohhhh .... fuck me .... fuuuuck meeeee .... yesss .... yesssss ... fuuuuck .... fuck meeee ... iyaaaa ... iyaaaaaaaaaaaaaa ..... !!!”

Namun beberapa saat kemudian, gejala - gejala mau orgasme itu mulai tampak dan terasa olehku. Bu Rosanna mulai klepek - klepek lagi. Pada saat itulah aku semakin menggencarkan entotanku, karena ejakulasiku pun sudah dekat ambang pintu. Sambil mengentot gencar dan keras, sehingga moncong kontolku terus - terusan menabrak dasar liang memeknya, aku pun menyedot badan toketnya sekuat mungkin, sampai meninggalkan bekas merah sebesar coin .... pada saat itu pula sekujur tubuh Bu Rosanna mengejang tegang ... tegang sekali ...perutnya pun sedikit terangkat. Namun ia masih smepat mencengkram kedua pangkal lenganku. Dan meremasnya kuat - kuat.

Nafasnya pun tertahan, namun liang memeknya terasa mengedut - ngedut. Pada saat itulah kubenamkan kontolku sedalam mungkin, sampai mengejut - ngejut sambil memuntahkan lahar kenikmatanku.

Crettttt .... crooooooooooooooottttt ... cretttcrett ... croooooooooooooooootttttttt ... crettttt ... crooooooooooooooooooottttttttt ... !

Aku pun mengelojot, lalu terkulai di dalam pelukan hangat Bu Rosanna.

Beberapa saat kemudian, Bu Rosanna menatapku dengan senyum manis di bibirnya. Lalu berkata lirih, “Terima kasih Cinta. Semakin indah saja rasanya ... terutama karena Yosef melepasnya bareng - bareng tadi. Nikmat sekali .... emwuaaaaaaaahhhh ... “ ucapannya diakhiri dengan ciuman mesra di bibirku.



Jam 10 malam, kami sudah bersih - bersih. Bu Rosanna sudah mengenakan kimono hitamnya yang terbuat dari bahan seperti satin. Aku pun sudah mengenakan baju dan celana piyamaku.

“Kita belum makan malam ya, “ ucap Bu Rosanna pada suatu saat.

“Hihihiii ... iya. Gak kerasa, tau - tau udah jam sepuluh, padahal kita belum makan malam. “

“Kita minta makan dari kitchen hotel aja ya. Biar mereka antarkan makanannya ke sini. “

“Aku baru mau ngomong gitu, soalnya males keluar lagi. “

“Yosef mau makan apa ?”

“Yang simple aja deh. Nasi goreng. “

“Minumannya apa ?”

“Juice lemon panas. “

“Hihihiiii ... seleramu sama denganku, “ ucap Bu Rosanna sambil mengangkat gagang telepon. Lalu menelepon kitchen.

Lalu : “Tolong bikinkan nasi goreng dua, juice lemon dua. Antarkan ke kamar limasatutujuh ya .... iya ... terimakasih. “

Bu Rosanna meletakkan kembali gagang telepon pada tempat semula. Lalu menghampiriku yang masih duduk di sofa.

“Vaginaku masih enak gak ?” tanya Bu Rosanna setelah duduk di sebelah kiriku.

“Kalau aku harus bicara jujur, memek Mama masih lebih enak daripada memek Dhea, “ sahutku.

“Masa sih ?! Mungkin karena Dhea kurang atraktif kali. “

“Gak gitu. Liang vagina Mama lebih sempit daripada liang vagina Dhea. “

“Tapi cintamu pada Dhea jangan sampai luntur Yos. “

“Nggak dong Mama. Cinta itu bukan cuma massalah memek semata. Ada sudut - sudut lain yang membuatku jatuh cinta pada Dhea. “

“Tapi yang nembak duluan Dhea ya. “

“Iya. “

“Aku juga mencintaimu Yos. Tapi aku tak berharap bisa menikah denganmu. Karena tak mungkin ibu dan anak dinikahi dua - duanya. “

“Jadi solusinya gimana ?”

“Dengan Dhea kamu harus nikah secara sah. Tapi denganku ... cinta backstreet aja. “

“Mama masih bisa hamil kan ?”

“Tentu aja bisa. Temanku yang usianya jauh lebih tua dariku, masih bisa hamil. Jadi selama seorang wanita belum menopause, berarti masih mungkin bisa hamil. “

“Terus kalau Mama hamil olehku gimana ?”

“Mmmm ... iya ya. Tadi dilepasin bareng - bareng pula. Itu bisa membuatku hamil Yos. Cuma untungnya, sekarang aku tidak sedang masa subur. “

“Kalau Mama mau minum pil kontrasepsi, aku bawa tuh di koper. “

“Gak usah. Kalau kamu bisa menghamiliku, aku akan tetap menjaga kehamilanku sampai anakmu lahir. Tapi kalau perutku sudah kelihatan buncit, mungkin aku akan menghilang dulu ke tempat rahasia. Kalau anaknya sudah lahir, baru aku akan muncul lagi di depan publik. “

Seorang bellboy mengantarkan makanan dan minuman pesanan kami. Setelah dikasih uang tip dari Bu Rosanna, bellboy itu mengucapkan terima kasih, lalu pergi lagi.

“Harusnya tadi minta nasi gorengnya satu aja. Biar kita bisa makan sepiring berdua, “ kata Bu Rosanna ketika kami mulai menyantap makan malam di depan meja makan kecil.

“Iya ya. Lain kali kita bisa makan sepiring berdua. Kalau sekarang udah telanjur datang pesanannya, “ sahutku sambil melanjutkan santapan malamku.

Namun pada saat aku menyantap nasi goreng ini, aku malah menerawang dan membayangkan seandainya Bu Rosanna dan puterinya hamil dua - duanya. Pasti bakalan membuatku sibuk dan panik. Tapi mungkinkah itu terjadi ?

Mungkin saja. Dan apa pun yang terjadi sebagai akibat dari perbuatanku, harus kupertanggungjawabkan. Karena itu aku harus siap untuk menghadapi kemungkinan apa pun di kemudian hari. Mungkin semua lelaki di dunia ini harus bersikap seperti itu. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Karena itu sebelum berbuat pikirkan dulu kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari.



Setelah menyantap makan malam yang sederhana itu, kami merebahkan diri di atas bed. Lalu ngobrol ngalor ngidul, sampai akhirnya sama - sama tidur nyenyak.

Tapi keesokan paginya, ketika aku masih tertidur nyenyak, aku merasakan sesuatu bergerak - gerak di seputar kontolku. Membuatku kaget, karena kusangka ada ular kecil membelit kontolku.

Ternyata Bu Rosanna sedang menyelomoti kontolku. Karuan saja kontolku langsung ngaceng. Membuat Bu Rosanna ceria. Ketika melihatku sudah buka mata, Bu Rosanna berkata, “Sebelum meeting aku penbgen dibekalin spermamu dulu Cinta. “

AKu cuma tersenyum. Dan pasrah saja ketika dia berjongkok sambil mengarahkan kontol ngacengku ke belahan memeknya. Saat itu Bu Rosanna masih mengenakan kimono hitamnya, tapi ikatan talinya sudah dilepaskan, sehingga bagian depan tubuhnya terbuka lebar. Aku sendiri baru sadar, bahwa celana piyamaku sudah dipelorotkan sampai ke lututku, tentu saja Bu Rosanna yang melakukannya. Sedangkan aku tidak mengenakan celana dalam, sehingga Bu Rosanna bisa menyelomoti kontolku tadi.

Dan kini Bu Rosanna sudah menurunkan bokongnya, sambil memegangi pangkal kontolku. Dan perlahan - lahan tapi pasti, kontolku pun membenam ke dalam liang memeknya.

Lalu mulailah wanita setengah baya itu beraksi. Memeknya naik turun dan naik turun terus secara berirama. Sehingga kontolku mulai dibesot - besot oleh liang memeknya yang masih sempit menjepit itu. Membuatku terpejam - pejam saking nikmatnya.

Bokong Bu Rosanna tak cuma naik turun, tapi juga bergoyang - goyang vseperti gerakan ombak menuju pantai. Hal ini membuat kelentitnya bergesekan terus dengan kontolku. Sementara dasar liang memeknya pun terus - terusan “berjumpa” dengan moncong kontolku.

Biasanya kalau bersetubuh di pagi yang masih gelap ini, durasi ngentotku tak tahan lama. Tapi aku pun yakin, bahwa Bu Rosanna dalam posisi wot begini takkan bertahan lama. Karena “onderdil” kewanitaannya pasti turun, karena itu moncong kontolku akan terus menerus menyundul dasar liang memeknya. Karena itu aku yakin dalam belasan menit juga Bu Rosanna akan mencapai orgasmenya.

Memang benar. Belasan menit kemudian Bu Rosanna sudah klepek - klepek. Lalu mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Dan ... liang memeknya terasa mengedut - ngedut ... lalu terasa liang memeknya jadi melonggar, karena luapan lendir libidonya. Untung 1-2 detik berikutnya aku pun sudah tak kuasa lagi menahan ejakulasiku. Sehingga ketika Bu Rosanna masih terduduk dan masih “menyekap” kontolku, muntahlah lendir pejuhku dari moncong kontolku yang sedang mengejut - ngejut. Cretttt .. croooooottttt ... crettttttt ... crooooooooooooooooottttttttttttt ..... crettttttttttt ... crooooottttttcrooooooooooooooooootttttttt .... !

Bu Rosanna yang sudah duluan orgasme, menyadari bahwa liang memeknya sedang ditembaki oleh peluru lendirku. Lalu ia menghempaskan dadanya ke atas dadaku dan bersikap menahan agar air maniku tidak mengalir ke luar.

“Dibarengin lagi ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Nggak. Aku telat sedetik dua detik. Kan tadi Mama bilang ingin dibekalin sama spermaku. Maka kukabulkan keinginan Mama itu, “ sahutku.

“Iya Sayang. Aku udah siap meski ditakdirkan hamil lagi juga. Yang penting Yosef jangan menyia - nyiakan aku kelak ya. “

“Iya Mama. Aku bukan lelaki kejam kok. “

“Jadi setelah Yosef menikah dengan Dhea, secara formalnya aku ini mertua Yosef. Tapi informalnya ... aku ini istri keduamu. “

“Iya Mama. Aku setuju. “

Bu Rosanna tersenyum manis. Lalu menggulingkan badannya ke sampingku, sehingga kontolku yang sudah lemas ini tercabut dengan sendirinya dari liang memek Bu Rosanna.

Lalu Bu Rosanna turun dari bed dan melangkah ke arah kamar mandi.

Sang Fajar pun mulai menyingsing.

Mentari sudah siap - siap muncul di ufuk timur sana.

Terdengar bunyi air memancar dari shower.

Tampaknya Bu Rosanna sudah siap - siap mau ke meeting room. Kemaren meetingnya baru dimulai menjelang tengah hari. Apakah sekarang berbeda jam meetingnya ? Entahlah.

Setelah muncul dari kamar mandi, Bu Rosana mengenakan celana beludru berwarna ungu tua dan blouse ungu muda.

“Mama udah mau meeting di sepagi ini ?” tanyaku.

“Nggak, “ sahutnya, “aku pengen diajak ke hotelmu. Siapa tau aku bisa berinvestasi di hotelmu. Sambil mengisi waktu luang aja. Meeting sih dimulai jam duabelas siang nanti. “

“Hotelku lumayan jauh dari sini Mam. Nanti aja kalau udah mau pulang, kita mampir dulu di hotelku. Karena hotelku searah dengan jalan menuju villa Dhea. “

“Kalau pabrik garmentmu dekat dari sini ?”

“Nah kalau pabrik garment memang agak dekat dari sini Mam. “

“Ya udah ... bisa kan ngajak aku ke pabrikmu itu ?”

“Boleh. Tapi aku mau mandi dan ganti baju dulu ya Mam, “ sahutku sambil menghampiri Bu Rosanna hanya untuk mengecup pipinya yang masih dingin karena baru habis mandi. Bu Rosanna tersenyum manis. Mungkin senang dengan ciuman mesraku barusan.

Lalu aku mandi sebersih mungkin.

Setelah mandi, kukenakan celana hitamku yang jas setelannya tergantung di dalam mobilku. Begitu juga dasinya.

Setiap mau ke pabrik, aku akan selalu mengenakan pakaian formal. Supaya aku kelihatan berwibawa di depan karyawanku.



Beberapa saat kemudian aku dan Bu Rosanna sudah berada di dalam mobilku. Pakainku pun sudah lengkap, mengenakan jas dan berdasi. Sehingga Bu Rosanna langsung berkomnentar, “Wow ... dalam pakaian resmi gitu, kamu semakin tampan dan berwibawa Yos. “

“Terima kasih Mama, “ sahutku, “Mama juga selalu cantik dan seksi dalam pakaian apa pun. “

“Terima kasih Sayang, “ kata Bu Rosanna sambil mengusap - usap punggung tangan kiriku yang nganggur, karena mobilku bisa matic bisa juga manual, tapi aku lebih suka mengaktifkan maticnya saja biar gak ribet.

“Tapi kita belum sarapan pagi ya, “ kata Bu Rosanna lagi, Mau sarapan pagi di mana ?”

“Kalau sarapan pagi, aku gak bisa makan nasi atau pun makanan berat lainnya. “

“Terus suka sarapan paginya makan apa ?”

“Paling juga bubur ayam atau roti bakar Mam. “

“Iya, iya ... aku baru inget, kemaren juga Dhea ngomongin soal kebiasaanmu itu kan ? Ya udah, kita cari aja tukang bubur ayam atau tukang roti bakar. Setelah sarapan pagi, baru ke pabrikmu. “

“Oke Mam. Gak lama lagi nyampe ke tukang bubur ayam yang paling terkenal di kota ini, “ sahutku.

Sesaat kemudian kuhentikan mobilku di pinggir jalan, di depan deretan mobil lain yang pemiliknya pasti sedang menyantap bubur ayam di langgananku juga.

Warung bubur ayam itu memang lumayan besar, meski bangunannya sederhana tapi konsumennya banyak dari golongan menengah ke atas. Kebanyakan memakai mobil pribadinya. Karena bubur ayam di situ memang lumayan enak.

Pada waktu aku dan Bu Rosanna memasuki warung bubur ayam itu, banyak konsumen yang seang menikmati sarapan pagi yang paling praktis itu. Aku pun minta dua mangkok bubur komplit.

Setelah menyantap bubur ayam yang dilengkapi dengan ati-empela dan telor itu, aku lanjutkan lagi perjalanan menuju garmentku. Yang letaknya di agak luar kota, tapi hanya 1 - 2 kilometer saja dari batas kota.

Sedan hitamku memasuki pintu gerbang pabrik, ketika jam tanganku baru menunjukkan pukul 07.10 pagi. Tentu saja dirut dan manager - manager belum ada yang datang. Biasanya jam 8 pagi mereka baru datang.

Ketika aku bertanya kepada seorang petugas security, jawabannya sesuai dengan dugaanku. Aku hanya minta ruang kerja dirut dibuka, karena aku mau memperlihatkan design bangunan baru yang mungkin besok baru akan dimulai pembangunannya.

Aku mengajak Bu Rosanna keliling pabrik dulu, sekaligus menunjukkan titik - titik yang akan dibangun ruangan - ruangan baru yang luas - luas ukurannya.

Bu Rosanna pun berkomentar, “Pabriknya keren dan besar. Apalagi kalau sudah dibangun yang baru nanti ya. “

Lalu di ruang dirut kuperlihatkan design pembangunan ruangan - ruangan baru yang baru besok akan mulai dibangun.

Setelah kuanggap cukup memuaskan kepenasaranan Bu Rosanna, aku pun mengajaknya meninggalkan pabrikku.

Dan ketika sedan hitamku baru meninggalkan pabrik beberapa meter, Bu Rosanna menyerahkan sesuatu padaku sambil berkata, “Ini investasi dariku. Tapi jangan ngomong - ngomong sama Dhea ya. “

Ternyata yang diserahkannya padaku adalah selembar cek yang nominalnya ... edan ... jauh lebih besar daripada uang dollar yang Mamie Dhea serahkan padaku ... ! Di cek itu pun tercantum tanggal cairnya buat hari ini.

“Mama ... ini apa - apaan ?” tanyaku sambil menghentikan mobilku sebentar.

“Investasi dariku. Tapi gak usah dikembalikan padaku. Artinya aku menghibahkan uang sebanyak itu, untuk membangun pabrikmu seluas mungkin. “

“Tapi Mam ... ini terlalu besar nominalnya untukku ... !”

“Kalau dibandingkan dengan cinta dan sayangku padamu, dana sebesar itu gak ada apa - apanya. Lagian hatiku merasa terpacu, ingin melihatmu sukses besar dalam setiap bisnis yang Yosef jalani. “

Anehnya, aku tidak berniat menolak pemberian yang super besar itu (menurut levelku). Tidak seperti waktu Mamie Dhea menyerahkan dollar dalam jumlah menggeledek itu.

AKu bahkan menciumi tangan Bu Rosanna, menciumi sepasang pipinya pula, lalu berkata, “Mama ... seujung rambut pun aku tak menduga kalau Mama akan menganugerahkan hadiah sedahyat ini. Aku jadi speechless Mama. Aku hanya bisa mengucapkan beribu - ribu ... berjuta - juta terima kasih. Semoga rejeki Mama semakin berlimpah ruah. Jauh lebih banyak daripada yang Mama berikan padaku ini. Sekali lagi terima kasih Mama ... “ “

“Sama - sama. Yang penting bagiku cuma satu, jangan jauhi aku di hari - hari mendatang yaa ... “

“Sudah pasti Mama. Bahkan aku berjanji, sampai Mama tua renta pun aku akan tetap dekat dengan Mama, “ kataku serius, “Tapi kapan Mama menulis cek ini ?”

“Tadi, waktu Yosef bayar di kasir tukang bubur ayam. Kan ngantri tuh orang - orang yang mau bayar. Jadi aku leluasa menulis cek itu. Ohya ... jangan lupa ... jangan ngomong sama Dhea soal cek itu ya. Soalnya aku takut Dhea tersinggung, karena aku sudah mendahului dia, “ kata Bu Rosanna.

“Iya Mama. Akan kurahasiakan, “ sahutku sambil menjalankan lagi mobilku.

Meski hari masih pagi, kujalankan mobilku untuk kembali ke hotel lagi. Karena takut jalanan keburu macet, lalu Bu Rosanna terlambat meeting nanti.

Setibanya di dalam kamar yang terletak di lantai 5 itu, kutanggalkan jas, dasi, sepatu dan kaus kakiku. Lalu merebahkan diri di atas bed sambil berkata, “Aku masih merasa seperti bermimpi Mam. Karena gak pernah menyangka akan mendapatkan anugerah sedemikian besarnya. “

Bu Rosanna tersenyum dan menyahut, “Kebetulan aja bisnisku ada yang meledak. Tapi lain kali kalau masih kekurangan dana, ngomong aja sama aku ya. Pasti aku bantu sebisanya. “

“Jujur Mam, kalau hotel dan pabrik garment, dananya sudah siap. Paling juga kurang sedikit - sedikit. Bagaimana kalau kupakai dana dari Mama ini untuk membuka bisnis baru ?” tanyaku.

“Silakan aja. Yosef tentu tau mana yang terbvaik bagi bisnis Yosef sendiri. “

Aku mau menjawab, tapi tiba - tiba handphone di dalam saku celanaku berdenting. Cepat kukeluarkan hapeku dan kulihat siapa yang memanggilku itu. Ternyata dari Mamie Dhea. Dengan gugup aku berkata kepada Bu Rosanna, “Mam ... ini call dari Dhea ... “

Terburu - buru Bu Rosanna menjawab, “Bilang mama lagi meeting. Suaranya keluarin, supaya aku tau apa aja yang akan dikatakan olehnya. Ingat, jangan ngomong - ngomong soal cek itu ya. “

“Iya, “ sahutku sambil meletakkan telunjuk di depan mulutku, sebagai isyarat agar Bu Rosanna jangan mengeluarkan suara lagi. Lalu :

“Hallo Mam ... “

“Gimana sehat Pap ?”

“Sehat. Mamie juga sehat kan ?”

“Sehat juga. Ada Mama di situ ?”

“Lagi meeting. Seperti biasa aku ditinggal sendirian di kamar. “

“Terus ... gimana sama Mama udah sukses ?”

“Sukses apanya ?”

“Udah ena - ena sama Mama kan ?”

“Udah. Mamie jangan marah ya. “

“Siapa yang marah ? Aku cuma ingin tau perkembangannya. Syukurlah kalau udah ena - ena sama Mama sih. Aku jadi merasa lega. Kesalahan masa laluku sudah ditebus, semoga Mama benar - benar tidak dendam padaku. Eh ... tau nggak ? Ada masalah yang selalu membebani jiwaku selama ini. Makanya aku ingin agar Papie berusaha untuk membahagiakan Mama. Mau tau ceritanya ?”

“Udah tau. Soal almarhum suamimu itu kan ?”

“Oooh ... Mama udah cerita ?”

“Iya. Mama juga bilang, beliau kan udah putus hubungan jauh sebelum Mamie menikah dengan lelaki itu. Jadi Mama malah happy - happy aja Mamie menikah dengan mantan pacarnya. Mama sudah gak punya perasaan apa - apa lagi pada almarhum. “

“Iya, Mama juga sering bilang begitu padaku. Tapi aku tetap tidak percaya. Aku tetap menganggap Mama hanya ingin menyenangkan hatiku aja. Tapi sudahlah, soal itu gak usah dibahas lagi. Syukurlah kalau Papie udah gaulin dia. “

“Tapi ada masalah yang kupikirkan sekarang Mam. Bagaimana kalau Mama jadi mencintaiku nanti ?”

“Terima aja cintanya. Anggap aja Papie punya istri dua. Aku dan Mama. Malah seneng nanti. Sekali - sekali bisa threesome sama Papie dan Mama. “

“Pikirannya jangan ke sana dulu dong Beib. Yang jelas, aku takkan bisa menikahi dua - duanya sekaligus. Hal ini sudah kusampaikan pada Mama. Dan Mama memakluminya. Yang penting aku gak boleh menjauhi beliau terutama setelah kita menikah nanti. “

“Tapi ... apa bener Papie udah ena - ena sama Mama ? Jangan - jangan Papie udah bersekongkol dengan Mama, lalu sama - sama berpura - pura udah ena - ena, padahal sebenarnya belum.”

“Bener Sayang, beneran udah. “

“Coba nanti malam aku mau ke hotel yang Mama booking ah. Ingin menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. “

“Menyaksikan aku sedang ena - ena sama Mama ?”

“Iya. “

“Memangnya Mamie udah siap untuk menyaksikan aku sedang ena - ena sama Mama ?”

“Sangat siap. Soalnya aku sangat menyayangi Mama. Dan aku sangat mencintai Papie. Jadi ... gak ada masalah. Kalau aku terangsang, kan tinggal minta aja sama Papie. “

“Siap lah. Sapa takut ?”

“Tapi sama Mama jangan ngomong dulu ya. Aku ingin ngasih kejutan sama Mama. “

“Iya, “ sahutku sambil melirik ke arah Bu Rosanna yang sedang tersenyum - senyum mendengakan percakapanku dengan puterinya.

Setelah hubungan seluler ditutup, Bu Rosanna memelukku sambil berkata, “Sekarang jelas kan ? Awalnya memang Dhea sendiri yang mengaturku. Tapi setelah dekat denganmu, aku malah jatuh cinta padamu, meski aku sadar bahwa usiaku dua kali usiamu ditambah tiga tahun lagi. “

“Cinta tidak mengenal usia Mam, “ sahutku, “Love is blind. “

“Ya ... Liebe ist blind, “ sahutnya.

“Aku gak bisa bahasa Jerman Mam. “

“Nanti kuajari sedikit - sedikit. “

“Ohya Mama ... pada waktu Mama sedang meeting nanti, aku mau mencairkan cek dari Mama dan memasukkannya ke rekeningku ya. Karena tanggalnya kan untuk hari ini. “

“Oh iya, iya. Tadi aku lupa mau nyuruh cairkan cek itu, karena aku telanjur menulis tanggal hari ini. “

Beberapa saat kemudian Bu Rosanna meeting lagi di meeting room. Aku pun berangkat ke bank yang menerbitkan cek itu, lalu mentransfernya ke nomor rekeningku. Kebetulan bank yang menerbitkan cek itu bank yang dipakai oleh perusahaanku juga.

Aku sudah menjadi nasabah prioritas, sehingga hanya butuh waktu sebentar saja untuk memasukkan dana dari cek Bu Rosanna ke rekeningku.

Lalu aku makan siang di sebuah rumah makan langgananku.

Pada waktu baru turun dari mobil, tiba - tiba terdengar suara cewek menyapaku dari belakang, “Asep ?!”

Aku terkejut dan menoleh ke belakang. “Ima ?!” seruku.

“Iya. Untung kamu masih ingat aku, “ sahutnya sambil menepuk bahuku.

“Kebetulan. Aku makan, jadi kamu bisa menemaniku makan ya. “

“Kalau ditraktir sih mau aja, “ kata Ima, bekas teman sekelasku di SMP dahulu itu.

“Tentu aja dong. Yang ngajak tentu yang nraktir, “ sahutku sambil melangkah masuk ke dalam rumah makan. Ima pun melangkah di samping kiriku.

“Kamu kok jadi keren banget sekarang Sep. Pake mobil mewah pula. Kerja di mana Sep ?” tanya Ima setelah duduk berdampingan di dalam rumah makan langgananku.

“Kerja untuk diriku sendiri aja. Biar gak ada yang berani nyuruh aku, hehehee ... “

“Wiraswasta maksudnya ?”

“Ya kira - kira begitulah. “

“Aku juga setelah tamat SMA usaha kecil - kecilan aja. “

“Usaha apa ?”

“Malu nyebutinnya juga. “

“Usaha sendiri kok malu nyebutinnya. Kalau mencuri, boleh malu. “

“Aku bikin roti. Untuk dimasukin ke warung - warung. “

“Buka pabrik roti nih ceritanya ?”

“Aaah, jangan dibilang pabrik. Oven juga cuma punya satu. Yang kecil pula. Yaah, cuma untuk nyambung hidup aja Sep. “

“Kamu masih tinggal di rumah yang dahulu ?”

“Masih lah. “

“Berarti masih tinggal sama orang tua ya. “

“Iya. Tapi ayahku udah meninggal dua bulan yang lalu. Jadi sekarang tinggal ibuku yang masih ada. “

“Ibumu kerja apa ?”

“Nggak kerja apa - apa. Makanya aku jadi tulang punggungnya. “

“Kembangin dong usahanya. Jangan amatiran. “

“Mengembangkan usaha kan butuh modal Sep. “

“Kamu butuh modal berapa ?”

“Kamu suka minjamkan uang ?”

“Amit - amit. Aku bukan lintah darat Ima. “

“Mmmm ... aku sih gak butuh banyak - banyak. Pakai modal sepuluh juta juga cukup untuk mengembangkan usahaku. “

Kebetulan aku membawa beberapa gepok uang seratus ribuan di tas kecil yang selalu kugendong. Lalu kukeluarkan segepok dan kumasukkan ke dalam amplop dari bank. Dan kuberikan amplop berisi uang itu pada teman seSMPku, sambil berkata, “Nih, kalau uang segitu aja sih kebetulan aku punya. “

“Jadi ... ini ngasih apa minjemin ?”

“Ngasih. Kan kubilang, aku bukan lintah darat. “

“Aduuuuh ... kamu kok baik amat Sep. Terima kasih yaaa. Semoga Tuhan menggantinya dengan rejeki yang berlipat ganda. “

Pelayan datang, mengantarkan makanan pesanan kami. Lalu kami makan sambil ngobrol ke barat ke timur.

Ima memang teman yang baik waktu masih sekelas denganku dahulu. Karena itu aku merasa prihatin juga mendengar pengakuannya tadi.

Selesai makan kami tukaran nomor hape. Lalu kubayar makanan yang sudah kami makan. Dan melangkah ke luar rumah makan.

“Udah dikasih duit, ditraktir makan pula. Sekali lagi terima kasih ya Sep, “ kata Ima yang katanya mau beli terigu sebanyak mungkin untuk bahan roti buatannya.

Aku pun masuk ke dalam mobilku, lalu melambaikan tangan kepada Ima sambil menjalankan mobilku.

Hmmm ... perjumpaan dengan Ima membuatku ingat lagi pada masa sengsaraku dahulu. Karena itu aku langsung merasa iba mendengar curhatan Ima tadi, sekaligus mengingatkanku pada masa laluku. Masa yang penuh dengan kepahitan dan keperihan.
Xixixixi
Istri sering begini ke ane
Kalo mau kerja, minta jatah dl
Onderdil ane harus dibuat muntah
Persis kayak yg dimau Rosanna
Setelah ane pulang kerja dicek lagi onderdil ane
Xixixixi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd