Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Bimabet
Kalo bisa dichapter selanjutnya dijelasin suhu asal usul tacil main sendirian di toliet,biar ga terkesan buru2
 
Part 2: Perkenalan Diri (Jikoshoukai)

Semenjak kejadian di toilet itu, aku jadi sering bertemu dengan Vanka untuk sekedar quickie atau terkadang juga kami bermain di rumahku ataupun di rumahnya jika rumahnya sepi. Dan dari cerita Vanka kenapa dia bisa sange dan masturbasi di toilet pria penyebabnya adalah Gracia. Yap, si teman masa kecilnya.

Ups, sampai lupa. Sudah memasuki cerita kedua tapi aku belum memperkenalkan diri. Namaku Adriansyah. Nama lengkap? Itu sudah nama lengkap. Kependekan? Bodo amat! Yang memberi nama kan orang tua ku, dan juga yang punya nama kan aku. Jadi, gak usah protes! . Biasa dipanggil Adrian tapi ada juga yang memanggil Ian karena kalau dipanggil Adrian kepanjangan katanya. Padahal nama lengkap saja sudah pendek, lah masa nama panggilan kepanjangan katanya. Aneh-aneh aja.
Aku adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Tapi akhir-akhir ini kuliah ku agak tersendat karna aku sibuk dengan hobi ngidol jadinya seperti ini. Hehe, ngeselin ya .

Sebenarnya aku ingin mulai fokus ke kuliah dan meninggalkan hobi ngidol tersebut (pensi istilahnya) dikarenakan sudah terkena amarah ibunda tercinta yang mengetahui aku kurang serius kuliahnya akhir-akhir ini, lalu menyuruhku untuk pindah kuliah. Pindah kemana? Ke kampung halaman menyusul mereka agar aku ada yang mengurus katanya, karena aku tinggal sendirian di Jakarta ini. Ya, orang tuaku ada di kampung halaman mengurus nenek yang mulai sakit-sakitan sejak 1 tahun yang lalu dan karena aku sudah terlanjur kuliah di Jakarta ini dan juga berhubung aku anak tunggal, jadinya tinggal sendirian.
Oh, iya mohon doanya untuk nenekku agar lekas sembuh ya .
Kenapa 2-2nya yang di kampung halaman?
Orang tua aku itu, emm,.. gimana ya ngomongnya. Masih kayak ABG baru pacaran. Gak bisa kalau jauh-jauhan. Yah, gitulah pokoknya.
Udah deh gitu aja dulu.

Tenang saja bunda, anakmu ini pasti lulus tepat waktu kok. Doakan saja.
Lagipula aku juga sudah mulai malas menekuni hobi ku ini.
Alasan kenapa malas? Ditinggal oshi graduate , dua kali lagi . Udah ah, malah curhat.

Sampai mana tadi ?
Oh iya, si Gracia
Kenapa Gracia ?

Jadi gini ceritanya,...


Gracia itu gak sengaja. Katanya(?). Ngirim video porno ke Vanka, dikarenakan Vanka anaknya pengen tahu banget ditonton lah video porno tersebut. Sampai selesai + sampai dia sange. Karena gak ada partner untuk diajak ena2 dia sengaja masuk toilet pria dan masturbasi di sana. Agar supaya ada cowok nekat 'yang beruntung' yang memergokinya dan bisa diajak ena2. Dan cowok itu lah diriku ini. Ha..ha..ha.., tertawa bangga ceritanya.

Pertanyaan kedua silahkan,.. Memang pertanyaan pertama yang mana? Ah, bodo amat lah.
Kenapa Vanka udah gak perawan?
Hmm, pertanyaan bagus. Aku pun juga belum tahu. Sebentar, tanya Vanka dulu.

"Cil, ada pertanyaan tuh!"

"Eh, apa kak?"

"Tuh!" sambil nunjuk layar komputer.

"Oh itu,.. sini kak! Aku bisikin" deketin mulutnya ke telingaku.

"Oh, diperkosa temen sekelas katanya, guys. Hah!! Diperkosa temen sekelas? Temen-temen lo satu kelas merkosa lo gitu?"

"Ish,.. enggak kak, cuma satu orang"

"Oh, kirain. Kapan kejadiannya?" tanyaku antusias.

"Sekitar seminggu sebelum ketemu kakak di toilet, waktu habis perform di mall" jelasnya.

"Wih, gituan di mall?" tanyaku lagi.

"Iya, kak. Di fitting room, kak. Masa ya, kak. 'V' aku di ambil di fitting room" ceritanya.

"V? Apa'an tuh?"

"Perawan! Ihh, sok polos deh"

"Trus lo-nya jadi nagih ya"

"Iya, ups" reflek Vanka menutup mulutnya. "Ihh, kakak! Padahal kan aku mau ngelupain kejadian itu, tapi gara-gara si Gracia pake ngirim video gituan segala kan aku jadi pengen, habisnya ternyata enak" katanya dengan suara pelan diakhir kalimat.

"Nakal ya si Gracia, perlu kakak hukum?" kataku dengan senyum yang kubuat semanis mungkin karna sebernarnya aku memang berniat lain .

"Iihhh, kakak maunya. Emang aku masih kurang, kak?" balas Vanka yang sepertinya mengetahui niatku.

"..."

"Malah diem"

"Enggak, gue lagi mikir, ini cerita mau dibawa kemana arahnya, kok malah gini"

"Terserah, kan kakak yang bikin cerita"

"..."

"Eh iya kak, kakak yakin tadi katanya mau pensi ngidol? Kalo ditinggal oshi graduate kan bisa ganti oshi"

"Ganti siapa?"

"Oshiin aku aja"

"Yee,.. maunya. Tapi ada benernya juga sih, kenapa gak kepikiran ya?"

"Kakak kalo mikirin aku mikirnya jorok sih"

Yah, ketahuan , batinku.



-Bersambung (lagi) (?)-
 
Catatan penulis:

Maaf ya, sebenarnya mau update dari bulan lalu (pas Vanka ulang tahun), tapi ada musibah yang menimpa saya sehingga tidak bisa update. Tapi gapapa lah, awalnya memang saya yang salah.

Gimana?
Kesel kan baca update nya.
Update apa'an coba.
Udah lama-lama nunggu update cuma gitu doang.
Yah.. yang penting update lah.
Gak tau juga, sih itu bisa dibilang update apa bukan. Hehehe.
Maaf, itu juga dikarenakan saya merasa kalau para pembaca harus mengenal lebih dekat tokoh Aku/Adriansyah. Lagipula, kalian sendiri kan yang minta jangan buru-buru .
Untuk update selanjutnya mungkin agak lama (lagi) karena akan ada adegan ena2 nya dan berhubung saya nubie, nulis adegan ena2 jadi agak kurang bagus dan mungkin akan ngulang-ngulang terus. Tergantung mood juga sih.
Jadi, mohon bimbingan para suhu disini dan juga mohon bersabar untuk next update.


Makasih.
• TTD H4N53N
 
Lah, kan waktu itu bilang jangan buru-buru, yaudah saya slow ae ini nulis part 2

Lagipula ada juga yang bilang pengen tau asal usul si thacil main sendirian


Salah saya dimana :Peace:
 
Part 3: Legendaris

"Kakak gak makan?" tanya Vanka sambil mengunyah porsi ke-2 nasi gorengnya.

"Ah, gak usahlah. Liat lo makannya lahap gitu aja gue udah seneng kok" balasku sambil tersenyum.

"Ah, bilang aja kalo uang kakak gak cukup buat bayarnya. Ya, kan" kata Vanka sambil menunjukku menggunakan sendok yang di pegangnya.

Eits, tiba-tiba udah scene makan aja. Awalnya gimana? Ada di bawah sini
.
.
.
.
.
.
.
"Kakak kalo mikirin aku mikirnya jorok sih"

Yah, ketahuan , batinku
"Tapi gue gak pengen ngoshiin lo, gimana dong?" kataku dengan wajah meledek.

Mendengar hal itu Vanka langsung memasang wajah cemberut.

"Yee malah ngambek"

"Biarin" kata Vanka.

"Cil" aku mencoba memanggilnya.

"..."

"Thacil"
"Vanka"
"Thalia"
"Thalia Ivanka Elizabeth"
"Thalia Ivanka Elizabeth Frederick"
"Dede Thacil"

"..."

Vanka masih diam.

"Yuhuu!!"
"Diem mulu, laper ya? Makan yuk" aku berusaha merayunya. Tapi dia masih diam tak mau menanggapiku. "Gue yang traktir deh"

"Yaudah ayuk buruan!" ajak Vanka sambil menarik tanganku.

Apaan, ditraktir makan langsung cepet responnya.
.
.
.
.
.
.
.
Sekitar 1 jam perjalanan kami akhirnya sampai di sebuah cafe di bilangan Jakarta Selatan.

"Kakak mau pesen apa?" tanya Vanka.

"Lah yang laper siapa? Udah lo aja yang pesen, terserah pesen apa aja. Puas-puasin deh makannya" kataku.

"Beneran, kak? Ok deh".

Beruntung aku tidak pesan makan juga.
Dia pesan 3 porsi nasi goreng hanya untuk dirinya sendiri!!
Perut apa karung tuh?
.
.
.
.
.
.
.
"Tapi beneran, kakak gak makan?" tanya Vanka lagi.

"Ngeliat lo makan aja gue udah seneng kok, Cil" kataku sambil tersenyum menatapnya.

"Kok aku jadi curiga ya. Kakak lagi ada maunya ya?" kata Vanka sambil menatapku sinis.

Aku suka saja melihat dia makan banyak, karena tak peduli seberapapun banyaknya dia makan, dia tetap akan mungil. Karna aku yakin semua protein dari makanannya tidak membuat badannya besar, tapi membuat dadanya besar, pikirku sambil melirik dadanya.

"Iihhhh, MESUM!!!" kata Vanka cukup keras hingga membuat para pelanggan dan beberapa pegawai cafe melihat ke arah kami. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menahan tawa melihat aku diteriaki 'mesum' seperti itu.

"Cil, ya gak gitu juga kali. Neriakin orang di tempat umum gini" kataku setelah meminta maaf pada pelanggan yg merasa terganggu.

"Biarin, biar semua orang tau kalo kakak itu mesum" jawabnya sambil memeletkan lidahnya.

"Tapi lo seneng kan dimesumin" kataku pelan sambil nyengir.

"Tapi gak hari ini ya, kak. Libur dulu, aku lagi dapet" balasnya sambil ikutan nyengir.

Seketika cengiran ku hilang begitu mendengarnya.

"Lho, kok gitu. Trus update adegan ena2 nya ini gimana? Gue udah janji lho ada adegan ena2 nya. Udah berapa paragraf lho ini, belum ada adegan ena2 nya" kataku.

"Ya, itu masalah kakak bukan masalah aku" katanya dengan wajah tanpa dosa sambil mulai melahap porsi ke-3 nasi gorengnya.

"Lah lho lah lho kok lah lho kok lho lah kok lah" kataku kebingungan.

"Yaudahlah, cerita yang lain aja lah. Yang udah kejadian aja yang diceritain. Masa setiap mau nulis adegan ena2 harus gituan dulu" balasnya.

"Yang mana dong?" tanyaku.

"Yang di toilet aja"

"Kan udah. Gimana sih"

"Yang di toilet f7 kak"

"Oohhhh. Waahh, Thacil ternyata ya, yang diinget yang-" kataku sedikit menggodanya.

"Ihh, apa'an sih! Emang gara-gara siapa coba" balasnya dengan wajah memerah.

"Tapi buat next update aja lah, capek ngetiknya nih"

"Eh, jangan kak, nanti pada marah lho. Nanti kakak di bully, dibully via onlen" katanya.

"Yang penyanyi dangdut itu?" balasku bercanda.

"Itu Via Vallen. Hahaha, kakak bisa aja. Aduduh perutku". katanya sambil tertawa terbahak sampai perutnya sakit.

Sungguh selera humor yang rendah, batinku.

Tapi aku juga senang karena dengan selera humornya yang rendah, aku jadi mudah membuatnya tertawa.

~~~~~~~

Yup, cukup sekian. (Bukan tulisannya yang sekian). Sekarang kita masuk adegan ena2 Ya gak langsung tiba-tiba ena2 sih.
Udahlah, nikmatin aja. Tinggal baca ini juga kok.

~~~~~~~

Seminggu setelah kejadian di toilet itu, aku kembali mengunjungi fx sudirman. Tidak, aku tidak berniat bertemu Vanka, aku hanya ingin melihat oshi baruku di team K3 (masih calon sih). Eh, kenapa K3? Karena 2 oshi ku sebelumnya ada di team J, jadi ingin cari suasana baru aja. Kenapa bukan team T? Aku tidak mau dituduh pedofil seperti kalian . Hehe, peace.
Meskipun aku belum memutuskan siapa oshi baruku sih. (Tapi tadi Gracia perform nya bagus deh).
Katanya mau pensi? Ya gak sepenuhnya pensi sih, ngurangin aja lah. Jadi, ngidol kalo lagi gak sibuk kuliah aja. Karena hidup tanpa hobi itu gak enak. Kenapa gak cari hobi lain? Lah, gak jalan dong ceritanya .
.
.
.
.
.
.
.
Selesai menonton theater aku bingung mau ngapain karena hari masih sore. Tiba-tiba aku kepikiran Vanka karena selesai show 1 team K3 akan berlanjut ke show 2 team J yang merupakan team yang dihuni Vanka. Yah, meskipun pada awalnya tidak berniat menemui Vanka, akhirnya aku malah ingin menemuinya. Dan, seperti yang dituduhkannya 'kalau memikirkannya, aku akan berfikiran jorok', hehe. Maklumlah namanya juga cowok normal.
Segera lah aku chat dia.

"Cil, lagi dimana? Udah berangkat ke fx" tanyaku didalam chat.

Tak lama berselang terdapat notifikasi balasan darinya. "Ini lagi di lobby, kenapa kak?" isi balasannya darinya.

"Ketemuan dulu yuk, gue lagi pengen nih. Gue tunggu di f7 yah, di toilet cowok".

"Gak janji lho, kak".

"Udah, pokoknya gue tunggu" balasku yang langsung bergegas ke f7
.
.
.
.
.
.
.
Beberapa menit aku menunggu nya di depan toilet cowok hingga akhirnya.

"Kak Ian.. kak Ian..." panggilnya lalu berlari ke arahku.

Sebelumnya aku sudah memeriksa kedalam toilet sudah kupastikan kalau sepi.
Jadi, begitu dia sudah berada di dekatku langsung kutarik tangannya masuk kedalam toilet dan menuju ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam, seketika itu aku langsung mencium dan melumat bibirnya yang imut dan sedikit tebal itu. Warnanya merah di baluti sedikit lip gloss membuat aku semakin bernafsu, terus kucium dan tanganku meremas bokongnya dengan ke dua tanganku.

"Iihhh, kakak. Nanti aja deh ya kak, aku bentar lagi mau GR" katanya berbisik sambil mendorongku.

Tak kujawab dan aku meneruskan rangsangan ku terhadapnya.

"Oouuuuh, kak" hanya itu yg keluar dari mulutnya.

Ku buka kancing kemejanya dan Bra-Nya kusingkap tanpa melepaskannya, lalu dengan penuh nafsu aku meremas kedua payudaranyanya serta ku mainkan lidahku di putingnya yang menantang.

"Oouhh.. Oughh.." desahnya semakin menjadi-jadi.
Nafasnya semakin memburu sambil mengacak-acak rambutku.

Ku suruh dia duduk jongkok dan kubuka celana dan CD-ku namun hanya kuturunkan sebatas paha, dia mengerti apa yang harus dilakukannya. Tanpa babibu, bibirnya mulai menyentuh penisku dan melumatnya.

Woghh.. nikmat sekali.

Sepertinya dia banyak belajar selama ini atau memang sudah bakatnya?

Sesekali lidahnya menjilati ujung batangku hingga ke pangkalnya. Tanganku memegang kepalanya sambil sedikit menjambak rambutnya agar aku bisa menikmati fantasiku.

Gilaa!! Merem melek aku dibuatnya.

Kuangkat badannya untuk berdiri dan menyuruhnya untuk membelakangiku sedikit menungging ke belakang sambil memegang dinding toilet di depannya.
Kuangkat rok pendek nya dan ku turunkan CD-nya yang berwarna putih bercorak pink itu, lalu ku arahkan penisku kearah vaginanya yang sudah cukup basah akibat rangsangan tadi.

BLeesttz..

"Awww.." rintihnya saat penisku memasuki liang senggamanya.

Secara perlahan ku masukan karena masih terasa sempit seperti di pijit-pijit penisku.

"Ooohh! Cil, enak banget.."

Benar-benar terasa sangat sempit jepitan vaginanya.

"Oough.. Aahhhh.." desahannya membuat ku semakin bernafsu.

Untung f7 adalah lantai yang cukup sepi jadi tidak kedengeran kalau dia mendesah.

Kuangkat badannya sambil kuremas kedua bukit kembarnya serta ciuman lembutku di bagian belakang lehernya membuat dia semakin meracau tidak karuan. "Oohhh kak.. aku mauu, Oooooohhhh" desahaan panjang serta nafasnya yang tidak beraturan "OoOuh,.. Oouuh"

Kemudian badannya gemetar hampir jatuh, kutahan badannya agar tidak jatuh dan kurasakan penisku benar-benar di jepit, vaginanya berdenyut-denyut.

Aah, enak sekali pijatan vaginanya.

Sengaja ku diamkan penisku sebentar untuk menikmati sensasinya.

"Kalo emang mau cepet selesai, lo bisa gak bikin gue keluar cepet?" kataku menantangnya.

"Boleh, siapa takut. Aku bakal bikin kakak keluar sampe gak bisa berdiri" balasnya dengan tatapan liar yang menggoda.

Segera kami berganti posisi.
Aku sekarang duduk di kloset dan Vanka bersiap menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Tanpa menunggu lama dia bergoyang dengan liar, sangat liar begitu penisku sudah masuk dalam vaginanya. Aku yang tak mau kalah pun membalas goyangannya dengan menaik turunkan pinggul ku berlawanan arah goyangannya.
Vanka sempat kaget dengan gerakan ku, tapi dia kemudian tersenyum dan menciumku. Ku balas ciumannya sambil kami tetap menaik turunkan pinggul kami.

"Pokoknya Shanju itu top deh"

Tiba-tiba terdengar suara dari luar. Suara laki-laki, tiga? Tidak! Kurasa ada empat orang. Dan dari pembicaraan mereka sepertinya mereka VVOTA garis keras.

"Halah, apa'an! Lo palingan oshiin Shanju cuma buat bacol doang. Gue dong, oshi nya michelle yang unyu-unyu"

"Tukang patil kok di oshiin"

"Lo berdua sama aja, oshi nya gak ada yang bener. Yang satu tante-tante, satunya tukang patil. Kayak gue dong, Thacil gak kayak tante-tante bukan tukang patil"

"Halah, lo juga oshiin Thacil karna nafsu sama toketnya kan"

"Udah, kalian gak usah munafik. Kalian oshiin mereka buat bacol semua kan. Kayak aku dong gak munafik, oshiin Saktia karna apa? Ya karna nafsu"

"Hahaha!"

"Parah lo!"

"Gini, nih kalo otaknya diselangkangan"

"Fli, kok lo diem aja"

Ternyata dugaanku salah, ada lima orang.

Vanka yang mendengarnya langsung terdiam dan terlihat panik dilihat dari raut wajahnya seperti dia sedang memikirkan sesuatu. Ya, mau bagaimana lagi. Salah satu dari orang di luar itu adalah fans-nya.

Tetapi, melihat ekspresinya itu membuatku gemas ingin mengerjainya.

Kembali ku naik turunkan pinggul ku secara perlahan. Vanka langsung melotot ke arah ku saat aku melakukan hal tersebut sedangkan di luar masih ada fans-nya yang bisa saja memergoki kami.

Aku lalu membisikkan sesuatu ke telinga Vanka, "Cil, kalo mereka liat lo kayak gini gimana? Kalo mereka pengen ginian juga sama lo gimana?" bisikku menggodanya.

Kurasakan vagina Vanka berkedut makin lama makin kencang, sepertinya dia terbawa imajinasi oleh kata-kataku.

"Lo, tambah sange ya. Lo bayangin lagi di gangbang ya" bisikku lagi.

"Mmhh.." Vanka hampir mengeluarkan desahannya tapi langsung kubungkam mulutnya dengan menciumnya.

Aku tidak mau kalau sampai mereka benar-benar memergoki kami dan akhirnya Vanka di gangbang oleh mereka.

Ketika suara di luar sudah tak terdengar lagi, aku pun mempercepat gerakanku.
Tak lama kemudian, serasa ada yang membanjur penisku. Tubuh Vanka pun langsung lemas.

"Katanya mau bikin gue keluar sampe gak bisa berdiri" kataku menyindirnya.

Mendengar perkataanku, wajah Vanka langsung memerah.


Kamu cukup, menemani saja
Di sampingku menjadi orang terdekat
Sama seperti, dahulu tanpa berubah~


Tiba-tiba Hp-nya berbunyi menandakan ada panggilan masuk, mungkin dari salah satu member team J yang mencarinya. Beruntung Hp-nya berbunyi saat toilet sudah sepi

"Cukup ya, kak. Aku kayaknya udah dicariin itu.." kata Vanka.

"Kok enak, gue belum keluar. Lo udah keluar dua kali, bentar lagi ya, tanggung!" kataku sambil meremasi payudaranya.

Segera kuposisikan badannya untuk duduk di kloset sambil ku buka lebar-lebar pahanya yang mulus itu.

Sleeep~,Blesssst~
Penisku pun masuk diiringi desahannya, "Aawwh.. kak.."

Walaupun vaginanya basah oleh cairan orgasmenya tadi, tapi tetap saja masih terasa sempit.

Tanpa peringatan, aku langsung menggerakkan penisku dengan kecepatan tinggi.

SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi vagina Vanka beradu dengan lenguhannya yang nafsu naik lagi.

"Tadi aja ngomongnya cukup-cukup. Tapi kalo gue goyang, tetep aja lo suka, kan" ejekku.

"Aahh.. ahh... egghh.. Kak.. jangan kenceng-kenceng... Aku.. aku.. jadi mau keluar lagiiii..." rengek Vanka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Benar saja, tak lama aku merasakan vaginanya semakin menyempit.

"Ahhh.. iya, kak!! Iya,... aku sayang kakak..." lenguhnya saat kembali mencapai orgasmenya.

Aku tetap menggoyang pinggulku agar bisa menyusulnya. Tak lama kemudian, ku rasakan ada sesuatu yang akan meledak dari batang kemaluanku membuatku semakin mempercepat genjotan ku. Saat aku sudah hampir sampai di ujung klimaks, ku tarik Vanka turun dari kloset untuk posisi jongkok. Maksudku ingin memuntahkan cairan sperma ku ke dalam mulutnya akan tetapi,

CroooOttzzz~CrooooOtzz~ Crooootzz..
Spermaku Muncrat sangat banyak di wajah cantiknya.

Ouuhh, nikmat sekali kurasakan saat itu.

"Kakakkkk, apa'an sih muncratin ke muka aku, kan kotor nih" dengan nada sedikit kesal, dia mengambil tisu yang berada di sakunya.

Ketika dia selesai merapikan kembali bajunya, Vanka segera mencuci mukanya di wastafel.

Saat dia keluar toilet aku berteriak kepadanya "Makasih, ya!!!" dia tidak menoleh dan lalu berlari bergegas menuju theater.

Kasian dia pasti telat.., Hufffhttt~ dengan lega aku menarik nafas sambil membayangkan banyaknya cairan spermaku di wajahnya, benar-benar cantik dia kala itu di tambah ekspresi yang lucu..

Pulang ah~~.



-(Lagi-lagi) Bersambung (?)-
 
Terakhir diubah:
Catatan penulis:

Gimana-gimana?
Udah puas update kali ini ada adegan ena2-nya?
Atau masih agak buru-buru juga?
Dan sekedar peringatan saja, update yang seperti update sebelumnya (mungkin) akan ada lagi suatu saat nanti.
Jadi gak usah protes nanti.
Tapi bodo amatlah, cerita ini yang nulis kan saya. Kalian tinggal baca aja kok repot. (Tanda nubie songong . Tapi ya bodo amatlah, kenal juga enggak. Mau baca ya syukur, gak baca ya coba lah dibaca dulu )
Maaf-maaf bercanda doang, jangan bully saya .
Jangan bikin saya kena musibah lagi .
Oke gitu aja.


Makasih.
• TTD H4N53N
 
Part 4: Perintah Kapten

Haaaai, semuaaaa. Karena kak Ian lagi sibuk kuliah, terus aku dianggurin terus, maka ijinkan aku yang bawa cerita ini sesekali.
Hah, kalian nanya aku siapa?
Astaga, kalian baca cerita ini apa gak sih? Ini aku, Thalia kecilnya kalian. Eh, kalian nyebut aku dede bule ya. Eh, aku juga bukan punya kalian sih, tapi punya kak Ian. Hehehe.

"Hey, ngapain ngutak ngatik komputer orang"

"Eh, kak Ian udah pulang? Kok gak ngasih salam? Dosa lho, kak"

"Sendirinya sering buat dosa bareng"

"Ehh, itu lain..."

"Yaudah, sana! Mau nulis cerita nih, udah banyak yang nagih nunggu update tuh"

"Aku aja yang nulis, kak. Mau cerita yang mana sih? Kan seru kalo dari sudut pandang aku"

"Gak usah, ini mau cerita pengalaman ena2 sama member lain"

"Oh. Eehhhh?!! Kakak pernah gituan sama member lain juga?"

"S-sama cewek lain maksudnya, salah denger"

"Oh, jadi aku masih kurang? Sampe-sampe kakak ena2 sama cewek lain"

"Se-sebelum ketemu lo, Cil"

"Owh,.."

"Oh ya, nih ada makanan. Jangan ganggu ya, jangan berisik"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah beberapa minggu berlalu, aku dan Vanka jadi semakin dekat. Bahkan pernah beberapa kali aku menemaninya menemui teman-temannya sesama member JKT. Beberapa dari mereka juga memiliki pasangan. Aku tidak tahu hubungan mereka itu pacaran atau hanya seperti aku dan Vanka. Bodo amat pikirku.

Ya, mereka memang melanggar golden rules tapi setelah dipikir lagi mereka tidak salah. Mereka hanyalah sekumpulan gadis yang sebagian besar adalah remaja. Yang pada umumnya memang mulai tertarik terhadap lawan jenis. Namanya juga sedang memasuki masa pubertas. Normal kan.

Okelah segitu aja basa-basinya, langsung masuk ke cerita.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hoaammm~" aku terbangun di pagi ini sambil merenggangkan otot-otot tubuhku.

Aku kemudian mencari keberadaan Shania. Ya kalian tidak salah baca dan aku juga tidak salah tulis. Memang Shania. S H A N I A.
Semalam aku memang menginap di rumah Shania. Bukan, bukan Shania Gracia, aku sebelumnya memang pernah bilang ingin menghukum Gracia tapi tidak hari ini. Belum. Lagipula tidak diperbolehkan juga oleh Vanka .
Sampai mana tadi?
Shania. Oh iya yang ku maksud adalah Shania Junianantha, kapten all team JKT48. Setelah mengantar dia pulang, kami ena2 semalaman. Dan sekarang aku berada di kamarnya.

Tapi, di mana dia sekarang?

Aku meraih kaos ku yang terlipat rapi bersama celanaku di sebelah tempat tidur.

Pasti Shania yang merapikannya, pikirku

Kemudian aku memakai kaos ku karena takut masuk angin. Celana? Tidak perlu, siapa tau saat aku menemui Shania nanti, dia minta untuk ena2 lagi. Kalau tidak? Ya aku yang minta .

Kudapati Shania tengah menyiapkan sarapan di dapur, istriable banget ya.
Yang aku bingung, kenapa dia masih tidak memakai apa-apa tapi hanya memakai celemek.

Melihat tubuh nya hanya berbalut celemek membuatku ingin membuat dia merintih-rintih dan mendesah lagi seperti semalam.
Yap, semalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini aku sedang menunggu Shania yang tengah memilih-milih pakaian. Yap, dari awal aku memang jalan-jalan dengan Shania. Bukan tidak sengaja bertemu, kami memang janjian. Sebenarnya hal ini tidak ada dalam agenda ku hari ini. Tapi karena aku sudah berbuat salah kepadanya, jadi hari ini aku 'dipaksa' menemaninya jalan-jalan karena dia hari ini libur theater. Kesalahan apa? Ingat di update part 1? Aku sedang menunggu seseorang. Ya, orang itu adalah Shania. Malam itu aku sebenarnya tidak ada niatan menonton theater karena seperti yang aku jelaskan sebelumnya, aku mencari oshi di team K3. Ya, meskipun sampai detik ini aku belum memutuskan siapa oshi baruku.
Kesalahan apa? Kesalahan yang kubuat adalah, aku sudah berjanji akan mengantarnya pulang. Tapi seperti yang kalian tahu, aku malah ena2 dengan Vanka.

"Bagusan yang mana menurut lo?" tanya Shania sambil memegang 2 baju di kedua tangannya.

Tanpa mengatakan apapun, aku menunjuk baju yang dipegang di tangan kirinya.

"Oh, ok. Gue beli yang ini aja" katanya sambil menggoyang-goyangkan baju yang ada di tangan kanannya.

"Ngapain nanya" gumamku pelan.

Seakan mendengar apa yang aku gumamkan, dia menoleh ke arahku sambil memeletkan lidahnya. Seperti meledekku.

Oh, ya. Aku belum menjelaskan kepada kalian kenapa aku bisa kenal dengan Shania, bahkan bisa dibilang akrab. Tidak jangan tubir dulu dengan menuduhku sebagai pacarnya. Dia memang sudah punya pacar, tapi bukan aku. Aku ini jomblo ups ralat, aku ini single.
S I N G L E. Tolong di ingat! Single ya, bukan jomblo.
Aku adalah teman sekelas Shania dulu saat SMP. Terserah kalian mau percaya atau tidak, tapi begitulah kenyataannya.

Kenyataan? Ini kan cerita fiksi. Bodo amat lah.

Selesai membayar baju tadi kami bergegas ke bioskop untuk menonton film yang tayang perdana malam itu.
Padahal kami jalan-jalan dari sore, dan janjian untuk menonton film tersebut. Tapi kami malah ke bioskop pada malam harinya. Ya udahlah ya, Shania yang traktir ini. Ya, Shania memang mentraktirku, itulah alasan aku mau 'dipaksa' menemaninya.

"Kenapa gak dari tadi sih nontonnya? Pake acara muter-muter segala lagi" omelku padanya.

"Udah diem, gak usah cerewet. Kalo nontonnya tadi sore, selesai nonton lo bakal langsung pulang. Gak nemenin gue beli baju, ya kan" katanya sewot.

Yah,.. ketahuan, batinku.

Sesampainya di bioskop, kami langsung menuju loket.

"Mbak, dua tiket! Duduknya terserah, pokoknya di tengah ya!" samber Shania, bahkan sebelum mbak-mbak penjaga loketnya nyapa. "Kalo duduknya dipinggir, lo pasti bakal macem-macemin gue" tambahnya yang meskipun tidak menghadap ke arah ku tapi pasti yang dimaksud adalah aku. Ya iyalah, siapa lagi coba.

"Apa'an. Emang sebelumnya gue pernah macem-macemin lo? Gak kan" kataku membela diri. Meskipun harus ku akui, kalau ada kesempatan (mungkin) aku akan melakukan hal 'macam-macam' terhadapnya.
Ayolah, jangan munafik! Aku yakin diantara kalian pasti pernah berfikir macam-macam tentang Shania. Apalagi aku, orang yang cukup dekat dengannya. Yang melihat langsung 'proses pertumbuhan' dia dari gadis SMP yang lugu nan imut sampai sekarang menjadi seorang gadis dewasa yang... seksi(?). Bahkan dia sampai di sebut 'tante' oleh sebagian besar fans-nya.

Jadi ini alasannya tidak memesan tiketnya secara online? Hanya karena dia ingin mencemarkan nama baik ku di depan mbak-mbak ini?

"Lagian, gue bakal fokus sama filmnya kok" kataku lagi.

"Yah, siapa yang tahu. Buat jaga-jaga aja. Ya kan, mbak" jawabnya yang ditanggapi dengan anggukan oleh mbak-mbak penjaga loketnya.

Yaelah, nih mbak-mbak pake ditanggepi lagi. Lo yang gue macem-macemin baru tahu rasa lo, mbak.. kataku dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
Selesai menonton film aku tidak berhenti membicarakan betapa kerennya film itu, bahkan sampai membuat Shania jengkel. Dan dia tahu bagaimana cara untuk membuat mulutku berhenti ngoceh yaitu dengan membuatnya sibuk dengan hal lain, yaitu makan.
Oh Shania, lo emang temen gue yang paling pengertian.

Sekarang aku sedang makan dengan Shania dan lagi-lagi aku ditraktir olehnya. Mungkin suasana hatinya sedang bagus. Oh, aku baru ingat beberapa hari yang lalu kalau dia masuk dalam senbatsu UZA. Ya, selamat deh untuk prestasinya itu. Tapi aku masih bingung dengan sikap Shania hari ini, dia sedikit lebih manja kepadaku dari biasanya. Meskipun sisi galaknya masih ada sih.

"Eh, habis ini anterin gue pulang ya" celetuknya tiba-tiba saat kami sedang makan.

"Hah?! Apa'an? Katanya lo mau pulang sendiri" balasku.

"Lo gak mau anterin sahabat lo ini? Yang udah traktir lo nonton, traktir lo makan. Oh iya, lo juga gue traktir nonton theater ya kapan hari, dengan janji lo bakal anterin gue pulang. Tapi apa? Lo malah ngilang, ditelfon gak diangkat. Untung ada kak Kinal jadi bisa nebeng" katanya mengomeliku. Tuh kan galaknya keluar lagi.

"Eh, bentar. Sejak kapan ya hubungan diantara kita 'naik' jadi sahabat? Gue kira selama ini kita cuma temen" balasku yang memang hanya mendengarkan kalimat pertama yang dia lontarkan barusan.

"Yaudah, pokoknya sekarang kita sahabatan. Titik" jawabnya.

"..."

"Lagian gue udah gak ada ongkos balik gara-gara nraktir lo" katanya lagi.

Lah, katanya tadi 'titik' kok masih lanjut ngomong, batinku.

"Malah diem lagi. Mau gak? Lagian rumah kita kan searah" tanyanya lagi.

"Iya, searah. Tapi jauhan rumah lo, gue harus puter balik dong nanti. Telfon orang rumah aja lah, suruh jemput" kataku.

Sebenarnya aku mau saja mengantar dia pulang tapi aku masih curiga terhadapnya, terhadap sikapnya hari ini. Apakah Shania merencanakan sesuatu terhadapku? Apakah dia ingin menanyakan hubunganku dengan Vanka? Aku harus jawab apa?

"Gak bisa. Hp gue mati" jawabnya.

"Pake Hp gue" kataku.

"Percuma, di rumah gak ada orang. Lagi ada acara keluarga. Gue gak ikut, besok ada kegiatan" jawabnya lagi. "Lagian segitu gak maunya lo nganterin gue" tambahnya.

"Gue bawa motor, Shan" kataku berharap agar dia mengurungkan niatnya untuk meminta diantar pulang.

"Helm-nya berapa?" tanyanya.

"Gak dijual" jawabku setengah bercanda berharap emosinya mereda setelah tadi mengomeliku.

"Apa'an sih, gak lucu juga" balasnya sewot.

Yah,.. aku baru ingat Shania bukanlah Vanka yang selera humornya rendah.

"D-d-dua sih" kataku. Entah kenapa aku tidak berbohong saja. Aku memang selalu membawa 2 helm, agar jika aku ingin ena2 dengan Vanka tinggal menjemputnya.

"Nah kan, yaudah gak ada masalah" balasnya.

Aku memilih diam saja dan melanjutkan makanku daripada melanjutkan debat dengan Shania. Berat.
.
.
.
.
.
.
.
Selesai makan dan membayarnya, kami langsung menuju parkiran.

"Lo jalan sama gue gini gak takut ketahuan fans lo?" tanyaku saat kami berjalan berdampingan menuju parkiran.

"Gak lah. Ngapain? Mereka gak mungkin ngira lo pacar gue. Secara, lo gak ada macho-machonya, rambut lo acak-acakan kayak gembel, kulit lo putih tapi kesannya kayak pucet, trus badan lo kurus kering kayak orang kurang gizi padahal makan lo banyak. Lo cacingan ya?" katanya menginjak-injak harga diriku.

"Lo pulang jalan kaki, ya" kataku seraya mempercepat langkahku meninggalkannya.

"Eh, bercanda doang" kata Shania sambil menyusulku. "Gue tadi cuma deskripsiin lo waktu SMP dulu. Sekarang lo udah berubah sih, lebih keliatan cowok, lebih keliatan kayak manusia(?), dan lebih ganteng" katanya dengan suara pelan di akhir kalimatnya. Kemudian berlari kecil didepanku.

Kan, ada yang aneh dengan Shania hari ini. Seingatku, baru kali ini dia menyebutku 'ganteng'.
Dan juga,.. aku tidak separah itu saat SMP!!
.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya kami di parkiran, aku mengambil helm dari jok motor ku dan menyerahkannya pada Shania kemudian menyalakan motorku. Begitu melihat aku yang sudah duduk di motor, Shania menyusul ikut duduk di belakangku.

"Ayo. Kok gak langsung jalan?" tanyanya melihatku hanya diam setelah menyalakan motorku.

"Pegangan dong, kalo lo gak pegangan gue gak jalan, nih" kataku menggodanya.

"Nanti kalo gue peluk, lo-nya malah baper?" dia malah balik menggodaku dengan tatapan yang... menggoda(?).

Sebelum terjebak oleh pesona Shania, aku langsung menjalankan motorku.
.
.
.
.
.
.
.
Di perjalanan aku hanya diam saja tanpa mengajaknya bicara, aku takut oleh godaannya. Apalagi 3 hari ini aku belum mendapat jatah dari Vanka karena dia kedatangan tamu bulanan.

"Eh, iya. Lo ada hubungan apa sih sama Thacil?" tanya Shania tiba-tiba.

Mendengar hal itu aku pun kaget dan langsung mengerem mendadak.

"Apa sih!! Pake nyari kesempatan lagi, ngerem-ngerem mendadak!" kata Shania yang kemudian memukul bahuku.

"T-tadi ada kucing lewat, Shan" kataku mencari alasan dan kembali menjalankan motorku.

"Alesan aja. Jawab tadi pertanyaan gue!!" kata Shania.

"Pertanyaan apa?" tanyaku sok polos.

"Lo ama Thacil ada hubungan apa?!!" tanya Shania lagi.

"Yah,... hubungan senior junior aja. Kan dia junior kita waktu SMP dulu" kataku beralasan.

"Berarti bukan pacaran ya?" tanya Shania berusaha memastikan.

"Gak. Gue gak punya pacar" balasku.

"Bagus deh. Eh, tapi waktu SMP kalian kan gak deket, kenapa sekarang tiba-tiba deket?" tanya Shania lagi.

Mendengar hal itu, aku tidak menjawabnya dan malah mempercepat laju motorku agar cepat sampai di rumah Shania. Aku tidak tahu harus jawab apa .

"Adriaaaannn!!" teriak Shania saat aku mempercepat laju motorku.
.
.
.
.
.
.
.
Tak berselang lama kami pun sampai di rumah Shania.

"Makasih yah. Gak mau mampir dulu?" tawar Shania.

Waduh dia nawarin mampir lagi. Bahaya, nih. Apalagi tadi dia bilang rumahnya lagi kosong. Bener-bener bahaya. Bahaya kalau dilewatkan sih, batinku berkata.

"Hey, malah bengong". katanya

"Ah enggak usah deh, Shan. Udah malem gak enak sama tetangga lo nanti" jawabku sedikit jual mahal (Jaga image dong).

"Yaudah, hati-hati di jalan ya". katanya.

"Eh, I-i-iya". jawabku agak kecewa karena dia tidak menawari ku lagi.

Tapi alam semesta ternyata masih berpihak padaku.
Saat akan memutar balikkan sepeda motor, tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Aku sendiri bingung karena seharusnya sekarang sudah mulai memasuki musim panas. Tapi yang namanya cuaca memang susah ditebak sih.
Alhasil aku dan Shania yang belum sempat masuk ke rumahnya basah kuyup.
.
.
.
.
.
.
.
Bikin teh panas dulu deh sambil nunggu Shania, pikirku saat sudah berada di dalam rumah Shania, di dapurnya.
Shania sedang siap-siap mau mandi tadi katanya.

Dalam sekejap akupun lalu membuat segelas teh panas dan segera kupegang gelas itu dengan kedua tanganku agar panasnya berpindah ke tanganku. Kemudian panas yang ada di tanganku kusebarkan ke seluruh tubuhku. Kutepuk-tepukkan tanganku ke leher, dada dan lengan agar membuat suhu tubuhku hangat. Namun karena kaos ku masih basah, dengan cepat aku kembali menggigil kedinginan.

Ya elah, masih kedinginan aja. Masa harus diminum ini teh, bisa kebakar lidah gue,.. batinku.

Sepertinya aku butuh kehangatan lebih, kehangatan dari tubuh Shania (?).
.
.
.
.
.
Tiba-tiba kulihat Shania berjalan ke kamar mandi dekat dapur tanpa memakai apapun. Tunggu, kenapa dia tidak menggunakan kamar mandi di dalam kamarnya? Apakah dia sengaja menggoda ku? Secara terang-terangan begini?

Kulihat kulitnya yang putih mulus ditambah bodinya yang langsing dengan bongkahan pantatnya yang bulat indah langsung membuatku menelan ludah melihatnya. Dia berjalan dengan cueknya seakan lupa kalau ada aku disini. Aku yang masih cowok normal langsung saja terangsang disuguhi pemandangan tak terduga ini apalagi daritadi aku sudah berusaha mati-matian menahan nafsu dari godaannya. Tapi jika dia memang sengaja menggodaku, lain ceritanya.

Seketika darahku langsung mengalir ke bawah mengisi pembuluh darah di penisku hingga menegang. Ya, Sepertinya dia memang sengaja menggodaku. Setelah masuk ke kamar mandi, Shania sedikit menutup pintu untuk menggantungkan handuk dan pandangan matanya bertemu dengan pelototan mataku. Dan dia malah tersenyum menggoda dan sedikit meremas payudaranya sendiri. Kemudian dia menoleh ke belakang dan tersenyum nakal melihat padaku yang daritadi terbengong di dapur.

Dia menggunakan jari telunjuk kanannya untuk mengajakku ke kamar mandi. Langsung saja aku melepas seluruh pakaianku, termasuk CD-ku, sehingga penisku yang sudah bangkit dari tadi langsung seperti terbebas dari sangkarnya. Lalu aku berjalan dengan agak pelan ke kamar mandi itu. Tanpa malu-malu Shania menyambutku dalam keadaan tanpa busana seperti itu.

"Bantu gue, ya. Hibur gue semalam ini aja. Gue lagi ada masalah sama Bobby" kata Shania sambil menyalakan shower yang langsung membasahi tubuh kami.

Belum sempat aku menjawabnya. "Ssstt,.. lo belum pernah mandi bareng cewek kan?"

"Pernah sih sama mantan gue dulu" jawabku sambil mengagumi keindahan tubuhnya yang menggiurkan dalam keadaan basah seperti ini, terutama pinggulnya yang merupakan aset berharga goyangan 'Hey, hey, hey'-nya.

Ia memutar tubuhnya hingga memunggungiku dan diraihnya kedua tanganku dan menuntunnya ke payudaranya yang bulat itu. Aku lalu meremas puting kenyalnya itu sambil sedikit mengusap-usap dengan gerakan melingkar yang lembut. Bibirnya yang indah mengeluarkan desahan yang membuat birahiku semakin membara.

"Aaahh.. eemmhh.. eemmhh.." saat ia sedikit menoleh ke samping, langsung saja kulumat bibirnya itu.

Desahannya sedikit tertahan dan bercampur dengan lenguhanku. Lalu tangan kiriku mulai mencari klitorisnya dan mulai menggesek-gesekkan jariku ke daging sensitif itu dengan lembut. Desahannya yang tertahan oleh mulutku dipantulkan oleh dinding kamar mandi. Aku sudah tak sabar lagi memasukkan penisku ke vaginanya. Maka setelah lima menitan ber-french kiss dan grepe-grepe, aku membalikkan tubuhnya hingga menghadap ke arahku. Tapi ia menolak sambil melepas pagutanku.

Sambil sedikit mendesah ia bilang, "Gini aja, lebih kerasa sodokannya!" seraya menunggingkan pantatnya ke arahku dan menyandarkan lengannya ke tembok.

Oke deh, pikirku sambil mendorong punggungnya supaya ia lebih menunduk. Tangan kananku memegang batang penisku dan mengarahkan ke vaginanya yang telah siap menanti. Setelah menempel pas di bibir vaginanya, langsung saja kutekan batang kemaluanku yang sudah tegang hingga amblas ke dalamnya dengan perlahan. Tidak ada darah, mungkin Bobby, pacarnya yang telah merenggutnya.

"Aaarrgghh..!!" Shania mengerang panjang

"Kenapa Shan? Sakit?" tanyaku sambil meremas payudaranya

"Agak sih....tapi enak... enak banget, terusin.. uuhh.. aargghh.."

Memang batang kemaluanku terjepit cukup ketat di antara dinding vaginanya yang berdenyut-denyut sehingga terasa seperti dipijat. Sekali lagi Shania mengerang lumayan keras saat aku mulai mendorong pinggulku maju mundur. Vaginanya makin becek sehingga penisku semakin enak keluar-masuk liang senggamanya itu. Sensasi yang kuperoleh pun rasanya luar biasa sekali membuatku juga mulai mendesah-desah keenakan. Aku memegangi pantat seksinya dan sesekali menamparnya dengan gemas. Lalu kutempelkan dadaku ke punggungnya dan mulai meremas-remas payudaranya yang menggantung indah. Pasti para VVOTA ingin merasakan apa yang kurasakan saat ini.
Mendoggy kapten JKT48, si pemilik goyangan 'Hey, hey, hey'!
Sungguh gadis satu ini benar-benar menggairahkan.

"Uuuhh.. aahh.." desahku ditimpali pekikan Shania.

Tiba-tiba aku merasa ada yang mengawasi kami, saat kulihat keluar kamar mandi ternyata Skye, anjing milik Shania sedang menyaksikan majikannya disetubuhi dengan gayanya. Gaya anjing.

"Skye, sana" kata Shania mengusir anjingnya.

Tak ku pedulikan anjing Shania. Aku pun melanjutkan goyangan ku pada Shania dan mengangkat satu kakinya seakan memperlihatkan pada anjing itu bagaimana proses keluar masuknya penisku di vagina milik majikannya.

Tiba-tiba, "Aahhhh,...." lenguh Shania saat mendapatkan orgasme pertamanya. Aku merasakan cairan hangat menyiram kepala penisku membuatku ingin cepat mengeluarkan spermaku. Benar saja tak lama berselang, aku merasakan kalau aku akan segera keluar, segera ku lepas kakinya dan keluarkan penisku hingga spermaku bercipratan di punggung dan pantat Shania. Pada semburan berikutnya Shania sempat berputar dengan cepat, berlutut di depanku dan menerima semprotan spermaku di wajah sayunya. Ia membuka mulutnya menerima spermaku yang menyemprot semakin lemah. Setelah itu ia mulai menjilati seluruh cairan putihku di wajahnya dan mengusap-usap pantatnya untuk menyeka spermaku yang ada di punggung dan pantatnya itu, lalu dijilatnya sampai habis. Aku merasa sedikit menyesal telah menyetubuhi Shania, temanku sendiri tapi aku ingin melakukannya lagi, hehehe .

Aku belum puas.
Entah kenapa saat ini aku melihat Shania bukan sebagai temanku lagi tapi aku melihatnya sebagai gadis muda yang harus kupuaskan birahinya. Shania yang sepertinya mengetahui pikiranku berkata,

"Kita lanjutin di kamar aja ya, gue agak gimana gitu dilihatin Skye" ajaknya.

"Bukannya tadi lo malah cepet keluarnya kalo dilihatin gitu?"

"Udah, ayok!!" ajak Shania sambil menarik penisku dan tersenyum nakal.

Aku menghentikan tarikannya dan mengangkat tubuhnya, menggendong dia ke kamarnya. Tubuhnya yang masih sedikit basah dengan air semakin membuatnya tampak menggairahkan karena nampak berkilauan di bawah sinar lampu yang temaram. Sesampainya di kamarnya aku rebahkan dia di ranjangnya dan aku mulai menjilati semua sisa-sisa air yang menempel di tubuhnya. Dia mulai mendesah-desah lagi saat kujilati puting coklatnya yang sudah kembali mengeras. Ia lalu memegang kepalaku dan menekannya sehingga aku terbenam ke payudaranya. Aku yang sudah terangsang berat mulai mengenyot dan mengigiti putingnya dan sambil meremasinya. Desah kenikmatan Shania pun bergema di kamarnya. Setelah merasa puas menyusu di payudaranya, aku mulai mengarahkan batang kemaluanku yang sudah keras lagi ke dalam vaginanya. Dia memekik kaget saat penetrasi dan langsung kugenjot habis-habisan. Jepitan dinding vaginanya benar-benar legit sampai aku mengerang-erang nikmat sekali dan ia sendiri menjerit-jerit keenakan.

Tiba-tiba "Aaahhhhh,.... GILAAA!!!" teriaknya saat kembali mendapatkan orgasmenya. Dia seakan tidak peduli jika suaranya terdengar tetangga sekitar, toh diluar hujan masih sangat deras. Lalu aku melumat bibir tipisnya dan dia juga membalas dengan bergairah. Dada kami bergesekan dan sensasi yang ditimbulkan benar-benar aduhai.

Secara tiba-tiba Shania membalik tubuh kami sehingga kini Shania yang berada diatas, menggoyang penisku.

GILLAAA!! Padahal dia baru saja mendapatkan orgasmenya tapi sekarang dia bergoyang dengan liar seakan ingin mendapatkan orgasmenya lagi dan aku yang kini berada dibawahnya menikmati goyangannya sambil sesekali mendesah.

"Oohhhh,... Shan.. Ahh,... GILAAA!!"

Secara tak sengaja aku melihat ke pintu kamar Shania, terdapat Skye disana. Sepertinya dia mengikuti kami atau tadi dia sedikit terganggu dengan teriakan Shania.
Melihat hal itu muncul ide nakal di otakku.

"Shan, Skye lagi ngeliatin kita, tuh. Dia lagi ngeliatin lo goyang di atas gue. Dia ngeliatin majikannya goyang liar cari kepuasan" godaku pada Shania yang masih bergoyang naik-turun di atasku.

"Kenapa,.. ssh.. tadi,.. ssh.. pintu kamar,... sssh.... gak lo,... sssshhh tutup sih,.." balas Shania yang masih bergoyang diatasku, bahkan sekarang goyangannya semakin cepat.

"Lo tambah sange ya kalo dilihatin gini?" tanyaku dengan suara serak menahan nafsu. "Baru juga dilihatin anjing lo, gimana kalo nanti misalnya dilihatin fans lo, lo-nya keadaan kayak gini?" tanyaku lagi menggodanya. Kurasakan vaginanya makin menyempit saat aku berkata demikian sepertinya dia benar-benar terangsang.

Dia membalas perkataanku dengan memutar-mutar pantatnya seperti mengaduk penisku.

"Nih, gak usah banyak omong, gue kasih goyangan 'hey, hey, hey' nih" kata Shania sambil tersenyum seakan ingin membuatku keluar duluan.

Kubalas perbuatannya dengan bangkit dari tiduran menjadi duduk dan mulai meremas payudaranya serta mencium bibirnya dengan kasar.

"Ehmm,.. ehmm.." desahnya tertahan oleh ciumanku saat dia kembali mendapat orgasmenya.

Kurasakan vaginanya berkedut-kedut hingga membuat ku ingin segera mengeluarkan spermaku.
Kubalikkan posisi kami seperti semula dimana dia yang berada di bawah. Ku genjot kembali tubuh Shania sambil melihat wajahnya yang nampak pasrah. Melihat wajah Shania yang seperti itu membuatku ingin cepat keluar. Shania yang sepertinya tahu apa yang aku pikirkan kemudian menggigit bibir bawahnya menggodaku.

"Lo suka ya, lihat muka gue kayak gini" kata Shania.

"Lebih suka lagi, kalo gini,.." kataku seraya mencabut penisku dan mengarahkannya ke wajahnya.

Spermaku yang sedari tadi kutahan, menyembur keluar menghiasi wajah Shania.

"Lo cantikkan gini,.. hhhh... dihiasi peju,... Apalagi,... kalo peju gue..." kataku dengan nafas ngos-ngosan.

Shania tak menjawab dan tiba-tiba langsung mengulum penisku dengan semangat. Membersihkannya dari cairan vaginanya.

"Shan.. eemmhh.." kata-kataku terputus-putus oleh erangan nikmat.

"Mmmppphhh......" balasnya masih tertahan oleh penisku.

Dia pun melepaskan penisku dari kulumannya setelah benar-benar bersih mengkilap.

Cuupppp....
Shania mencium kepala penisku dengan lembut kemudian berkata,

"Makasih ya" katanya. Entah itu ditujukan padaku atau pada penisku.

Aku pun ambruk di sampingnya untuk istirahat. Shania juga terlihat kelelahan.

"Belum selesai lho, Shan. Malam masih panjang" kataku kemudian.

"EEHHH!!" pekik Shania terkaget.






-Bersambung (lagi & lagi) (?)-
 
Bimabet
Catatan penulis:

Cie, yang pada nungguin Thacil. Ternyata bukan Thacil yang di eksekusi .
Ya, yang lain lah. Masa Thacil terus, nanti bosen.
OK, sekian. Silahkan tinggalkan jejak berupa kritik dan saran ya.


Makasih.
• TTD H4N53N
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd