Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

Bimabet
Semoga setelah cerita endless love ini tamat, akan ada cerita endless love season 2
Bahkan season 3
Krn bagus banget ceritanya, memang jago @Elkintong

Karya yg harusnya di buat film layar lebar. Semoga saja
 
dear Para Suhu,


akhirnya kisah cinta Eka Putra Perdana dan Renata Glacia Adistya sudah mendekati titik akhir. lebih dari 150an halaman interaksi dan juga lebih dari 580an suhu yang ikut mengomentari cerita ini.... sungguh pencapaian yang diluar ekspektasi Hamba...

terima kasih atas semua dukungan, kritik, saran dan juga airmata untuk kisah cinta abadi ini..... hamba selalu berdoa agar semua suhu yang membaca cerita ini diberi kesehatan, rejeki dan juga diberkahi selalu......

semoga kisah cinta karya hamba yang baru juga tidak ada halangan untuk segera diluncurkan setamat cerita Endless Love ini....


salam Hormat selalu


Elkintong
 
BAB XXXIX : Sekali Layar Terkembang, pantang surut kebelakang



“mas, telpon dari Kevin....” ujar Renata sambil menyodorkan ponsel Eka yang dititip di tasnya dia. Kebiasaan Eka ialah suka malas membawa tas, nah ketika pakai celana yang kantongnya agak pendek, dia selalu kesulitan menyimpan kembali ponselnya.

Mereka dalam perjalanan ke bandara Semarang untuk menuju ke Jakarta. Om Ony adik Mamanya yang menyetir, didepan papanya Abimanyu, dia dan Renata di kursi tengah, mamanya dan Eyang Putri di kursi belakang, semua bersiap menuju ke Jakarta.

Pernikahan Eka dan Renata akan digelar secara pribadi dan hanya mengundang kenalan terdekat di private vila di kawasan Bogor. Neneknya Renata dan ibunya akan tiba minggu depan dari Malang. Semua rencana kini semakin dimatangkan semua persiapannya.

Eka lalu berbicara panjang lebar di telepon dengan Kevin, dan selesai berbicara, kembali dia menyerahkan ponselnya ke Renata.

“kenapa Mas?”

“ngga apa-apa.... dia masih ngotot ingin jadi minner, akunya masih agak enggan.....”

“kenapa emangnya...”

“enakan trader sih.... ngga ribet urus-urus segala macam..... ngga ribet smaa penduduk lokal.... ijin-ijinlah...”

Renata tersenyum mendengarnya

“kenapa?” tanya Eka melihat Renata tersenyum

“ngga apa-apa...”

“itu senyum...”

“emang ngga boleh senyum....”

Eka tersenyum akhirnya

“menurut Ayang gimana emang?”

Renata diam sejenak, lalu

“beratnya di Mas apa selain yang Mas sebut tadi?”

“hmmmm itu aja sih.... aku lebih cukup puas aja dengan jadi trader....”

“keuntungannya kalo jadi minner?”

“hmmm....yah untungnya lebih besar.... Cuma memang ribet, harus cek tanah kondisinya, IUPnya harus diurus....”

Renata lalu memberi saran

“Mas.... kalau mau maju dan punya suara lebih besar lagi sih saran aku ambil tawaran Kevin.....”

Eka terdiam sejenak

“Mas selama jadi trader akan Cuma dianggap sebagai buyer, bukan pemilik lahan, sehingga kasus seperti kemarin sama pak Juniver masih terjadi khan?”

“memang pasti ribet.... tapi jika ingin besar dan punya suara di pasar, harus punya dasar yang kuat Mas.... yaitu lahan minning....”

Eka membenarkan juga, meski hal ini dia pantang lakukan selama ini.

“dana semua dari Kevin, Mas khan modal nama dan jaringan disini.... kenapa ngga diambil?”

Ken menengok ke belakang ke arah Eyangnya, Wulandari tersenyum dan mengangkat keningnya seperti menyetujui usulan Renata

“Mas kemarin dicut 3 pemilik lahan, apa ngga kelabakan? Untuk ada Haji Basri khan.... sekarang mending langsung masuk... toh pengalaman dan cara kerjanya Mas udah hafal....”

“mas perlu ground yang lebih kuat buat pijakan.... agar ngga gampang digoyang kayak kemarin....” tutup Renata

Eka terdiam sesaat, dia lalu memegang tangan Renata, meremasnya dengan lembut jari-jarinya, menatapnya penuh cinta.

“sini hp aku, Yang...”

Dia lalu menelpon sebuah nomor dari ponselnya.

“Hi Kevin.... oke, we are in....”

Lalu dia menelpon lagi sebuah nomor

“assalamualaikum Pak Haji.... 2 lokasi yang kemarin masih tersedia kan?”

“wa’alaikumsallam Pak Eka.... masih Pak, nunggu Bapak itu....” dengan logat kental bugisnya.

“besok yang punya bisa bertemu dimana? Biar kita bisa segera sign HOA nya...”

“alhamdulillah Pak Eka... saya tanya mereka nanti saya kasih info ke Pak Eka lagi”

Eka lalu menset up semua pesan penting di aplikasi Whatsapp group executive mereka

Guys, please be ready for accusition of Bombana and Konawe Utara Site.

Pesan itu langsung terkirim ke beberapa sosok besar di Cakrawala, dan segera direspon dengan cepat oleh mereka. Berita gembira karena pengembangan ini tentu akan berdampak besar bagi perusahaan. Sulit dan pasti banyak tantangan, tapi ada satu hal yang seperti dibilang Renata ke dirinya, bahwa pondasi yang lebih kokoh akan menjamin kekuatan sebuah rumah, dan meski agak mahal dan sedikit sulit membangun pondasi itu, tapi jika sudah terbangun maka kekuatan mereka pasti lebih sulit digoyang kelak.

************************

PT Cakra Integra Sinergy, itu nama PT baru mereka yang akan melakukan operasi minning kali ini. Pengurusan IUP (Ijin Usaha Pertambangan) kini dikebut agar mereka bisa segera melakukan penambangan dalam waktu dekat di dua lokasi yang sduah merekaq akusisi.

“i want to come on our first shipment, I want to kiss the land we acquired” demikian kata Kevin ke Eka setelah penanda tanganan Head Of Agreement dengan pemilik lahan konsesi tersebut. Dengan demikian maka jalur mulai dari tambang hingga onboard diatas tongkang semua adalah dibawah management Cakrawala.

Pak Haji Basri juga tidak kalah senangnya, selain mendapat keuntungan dari fee penjualan, pengusaha ini tidak akan kesulitan lagi dalam hal pengangkutan muatan dan sewa pelabuhan, karena private port milik Cakrawala bisa langsung mereka gunakan sebagai sebuah previlege sebagai partner dari Cakrawala Grup.

Eka diam-diam memuji kepintaran Renata dalam hal ini. Dengan memanfaatkan celah aturan dimana UU Minerba hanya memperbolehkan saham asing 49%, sehingga saham Kevin hanya diperbolehkan 49% dan Cakrawala Holding sebesar 51%. Kevin tidak keberatan karena meski dia menggelontorkan dana yang sangat besar, break even pointnya sudah dihitung sangat jelas bahwa dalam waktu yang dekat mereka akan segera mencapai itu.

Bagi Eka, dengan modal nama, lokal serta gedung dan koneksi, dia mampu mendapatkan saham sebesar 51% tanpa ada dana besar yang harus dia keluarkan merupakan sesuatu banget bagi dirinya. Dan ini membuat bendera Cakrawala makin berkibar, karena sudah mulai bergeser dari sekedar trader menjadi one stop services minner plus trader juga.

Pundi-pundi kekayaannya pun sepertinya akan segera bertambah, dia merasakan bahwa inilah berkah dari anak dan istrinya. Semua hal indah ini seperti menjadi kado indah bagi pernikahanya yang akan segera digelar dalam waktu dekat ini.

Berita akusisi ini tentu segera beredar dengan kencang, selain terendus oleh media yang suka membahas masalah pertambangan, ini juga sampai di telinga kompetitornya, termasuk kawan baiknya di paguyuban trading dulu yang kini berseberangan dengan mereka, Pak Juniver.



*******************

Eka lalu melakukan rotasi besar-besaran di tubuh Holdingnya. Hendra Rinaldi resmi ditunjuk menjadi President Director di Cakrawala, lalu Manda atau lengkapnya Amanda Prihartanti resmi ditunjuk menjadi Direktur Administrasi, Batari adiknya tetap sebagai Director Keuangan, sedangkan Reza Budiarto ditunjuk sebagai Director Legal.

Selain sebagai legal director di Holding, Reza juga ditunjuk sebagai direktor di PT Cakra Mitra Management yang mengurusi masalah outsourcing tenaga dan pelatihan security. Omnya dia Aditya yang harus menjabat direktur komersial menggantikan Hendra yang naik jadi President direktur, kini ditunjuk untuk jadi direktur di anak perusahaan Cakrawala yang bergerak di bidang logistik dan alat beratnya.

Renata sendiri ditugaskan Eka untuk memimpin Cakrawala Foundation, yayasan miliknya yang mengurus laba bersih dari setiap perusahaan yang dimiliki Eka sebesar 30%. Komitmen Eka untuk Yayasan ini memang sangat besar. Dari 30 persen itu dibagi dengan sangat detail oleh Eka sejak dahulu, 10 % untuk kegiatan rohani, 10 persen untuk subsidi pendidikan, 5 persen untuk kesejahteraan umum, seperti membantu masayrakat umum dan membangun fasilitas umum, sedangkan sisi 5 % lagi dipakai untuk kegiatan olahraga.



*********************

“boss, Pak Juniver minta waktu mau bertemu” ujar Intan

“wow.... asprinya yang menelpon?”

“iya Pak...”

“oke...kasih tau Reza juga...”

“kapan Bapak siapnya?”

“dia maunya kapan?”

“kalo maunya dia sih secepatnya....”

“yah sudah, sore ini jam 4 juga boleh....”

“siap Pak....”

Jam 16.00 di ruangan meeting di lantai VII Cakrawala Tower, Juniver dan beberapa rekan tradernya masuk untuk bertemu dengan Eka yang kali ini didampingi oleh Reza dan juga Manda, sementara Hendra selaku president director yang baru kebetulan sedang tugas luar.

Juniver seperti biasa dengan sportif dia memeluk dan menyalami Eka dan Reza, dan tentu seperti biasa juga Eka dan Reza memeluk sosok yang mereka sangat hormati sebenarnya sebelum Yuni masuk kedalam hidupnya.

“kami sangat senang mendengar akusisi lahan di Bombana dan Konawe, tentu kami akan sangat berharap bisa bekerja sama lagi nanti kedepannya.... dan rasanya semua salah paham kita selama ini kita sudahi, kita fokus dengan pengembangan bisnis kita semua kedepannya”

Eka hanya tersenyum mendengarnya

“nikel saat ini jadi primadona, dan rasanya pembuatan smelter harus kita dorong agar semua regulasi dan aturan yang pemerintah buat akan bersinergi dengan kita....”

Reza lalu menyampaikan ucapan terima kasih atas nama Eka dan Cakrawala

“kami semua berterima kasih atas kedatangan teman-teman semua, kami selalu percaya bahwa kita berada di bawah langit yang sama, sehingga rasanya kami selalu menyebut teman-teman semua ini sahabat dalam bisnis....”

“tentu akusisi dan pembelian lahan ini biasa dalam dunia tambang, karena kita memang ingin maju beberapa langkah dari posisi kita sebagai trader awalnya... tentu kami berharap kita semua bisa bekerja sama dengan lebih baik lagi kedepannya....”

“pak Eka selalu menekankan bahwa tidak ada lawan dalam bisnis, yang ada hanya kompetisi dalam merebut pasar, saling membantu dalam bisnis... karena memang bisnis tidak bisa berdiri sendiri... makanya kita wajib saling topang....’

“dengan resources yang kita punya, tentu Cakrawala siap jika ada prospek bisnis yang bagus.... mari kita jalan bersama, tentu dengan azas integritas dan juga saling terbuka... agar tidak ada salah paham dibelkang hari nanti....”

Juniver sedikit menunduk mendengar ucapan Reza

“ yang pasti kami selalu siap bermitra dengan siapun, sepanjang itu tidak merugikan kami....” tutup Reza

Acara pertemuan singkat itu lalu ditutup dengan saling bersalaman

“congratulation yah Ka.... acara lu hari Sabtu khan?”

“sama-sama Bang....iya hari Sabtu...”

“Oke...gue ama Tante lu akan datang....”

“makasih Bang.....”

“kita lupain lah salah paham kita kemarin....” sambil menepuk pundak Eka

Eka hanya tersenyum

“Bang.... saya tidak perduli dengan masalah pribadi Abang.... abang tahu saya... tapi saat masalah pribadi dibawah ke ranah bisnis.... itu yang saya tidak suka....”

Junever menganggukan kepalanya

“ saya juga minta maaf jika banyak salah tindakan atau salah kata....” ucap Eka

“no problem.... kita lihat ke depan sekarang....”

Eka lalu merangkul Juniver sekali lagi, dan dia lalu ikut mengantar Juniver dan rombongannya menuju lift. Bagi Eka, bisnis itu selalu masalah kepentingan bersama semata, meski ada etika yang harus dia junjung, tapi menyimpan dendam dan amarah sangatlah jauh dari hatinya. Semua tindakan bisnis dia ambil pastinya ada hitungan untung ruginya, dan berdasarkan aturan yang dia sudah gariskan.


*******************

3 hari menjelang hari pernikahan

Semua kesibukan semakin terasa di rumah dan juga didiri kedua calon pengantin. Semua mulai jas, gaun, hingga persiapan bagi keluarga besar juga kini sudah semakin dibuat lebihy rinci dan saksama, sehingga hari H nanti tidak ada yang tertinggal.

Pak Karsono, Mbah Warsini serta Yulinda ibunya Renata, dan Mak Ijah sudah di Jakarta dan dirumah Eka. Abimanyu dan Ningrum juga sudah dirumah Eka. Keluarga yang lain ada yang dirumahnya Tari, ada juga yang di hotel Polaris. Semua siap hadir di acara pernikahan Eka Putra Perdana dengen Renata Glacia Adistya.

Pesta pernikahan ini memang hanya mengundang sedikit hadirin, dan dibuat tertutup, karena Renata dan Eka ingin kesakralan pernikahan mereka terjaga, sesuai impian masa muda mereka bahwa menikah dengan keluarga dekat, namun khidmat dan hingga maut memisahkan.

Keluarga Eka semua hadir dari bapaknya, kecuali Naya dan Pandu serta anaknya Jesica. Sepertinya pemecatan Jesica membuat mereka marah dan tidak terima, meski anehnya laporan dari Bandung menyebutkan bahwa ruko yang disediakan bagi Jesica oleh Eka malah sudah dalam proses pengerjaan untuk dibuatkan salon kecantikan oleh Jesica

Sedangkan Anin dan suaminya dipastikan hadir dan merubah pemikiran mereka untuk memboikot pernikahn Eka. Eyang Wulandari lalu meminta Eka agar tetap legawa dan memandang mereka sebaagi orangtua, apapun itu adanya mereka pandangan mereka terhadap dia dan Renata.

Renata sendiri meneteskan airmatanya saat melihat neneknya, kakeknya dan ibunya akhirnya bisa hadir, dan mengepas pakaian untuk mereka kenakan saat pernikahannya nanti. Dia tidak hentinya mengucap syukur, bagaimana perkara hebat yang Tuhan buat untuk dia, anaknya dan keluarganya. Dan buat dia terutama, siapa yang bisa menyangka bahwa cinta yang dia yakini akan muncul, dan ditertawakan semua orang, akhirnya benar-benar datang menyapa dirinya.

“mas, jaga diri baik-baik, kelak nanti Mas sudah selesai kuliah, aku selalu tunggu Mas…. “ Renata menatap wajah Eka dengan tatapan sendu dan sedih

“aku selalu sayang ama Ayang…..aku janji akan cari Ayang…aku bersumpah…” Jawab Eka

Renata hanya bisa menganggukan kepalanya

“aku sudah berdosa, aku ngga mau lagi nambah dosa dengan membuang anak ini….” Sambil mengusap perutnya. “ dia anak kita, mas…. Aku akan jaga dia selalu…”



Potongan dialog terakhirnya dengan Eka di rumahnya yang reyot dulu selalu dia ingat. Dia ingat sumpah Eka bahwa dia akan mencarinya kelak, dia juga ingat janjinya dia untuk selalu menunggu Eka hingga selesai kuliah, bahkan hingga melewati tenggat itupun dia tetap setia menunggu Eka, seperti yang selalu dia bilang, hanya Eka pria dalam hidupnya, dan dia buktikan itu hingga saat ini.

Melihat kakeknya dengan jas, rambutnya juga sudah dicukur tadi pagi, juga neneknya dengan kebaya modern, rasanya Renata ingin menangis melihatnya. Mamanya yang sakit juga memaksakan datang, hanya ingin melihat Renata di hari bahagianya.

“bersyukur selalu Nak....Mama ngga pernah sangka kalau Mas Eka akan datang cari kamu lagi.... kirain Mama mimpi kita semua... tapi hari ini mimpi Mama akan segera terwujud, melihat kamu menikah.... sayang papamu ngga ada usia melihat kamu hari ini....”

Renata memeluk Yulinda, wanita yang menghabiskan sisa hidupnya dengan menyendiri dan tidak menikah lagi, justru itulah yang menginspirasi Renata untuk tetap setia kepada Eka, dan kesetiaannya dibayar Tuhan dengan apa yang mereka miliki dan gapai hari ini.

Manda yang kebetulan datang ke rumah Eka untuk ikut technical meeting dengan Wedding Organizer, sekalian mengecek semua persiapan detail, sempat berbicara dengan kedua pasangan calon mempelai, dan satu kalimat indah yang dia kutip dan disampaikan dalam penutupan rapat tersebut....

Eka dan Renata ini memang hanya setetes mungkin ditengah luasnya dan dalamnya lautan, tapi bahkan lautan yang paling dalam pun iri akan kedalam dan kekuatan cinta mereka....

Eka menatap Renata dengan tatapan penuh cinta, dan dibalas dengan pelukan erat sang istri .
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd