Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

Bimabet
Om, lu pake ide apaan sih kok cerita lu bisa buat pembaca emosional gini dari seluruh cerita yang lu buat. Jika cerita-cerita yang lu buat ini dikemas dalam bentuk buku novel, gak kebayang gw bakal selaris apa buku lu nanti, bakalan juga lu kayaknya di undang di podcast nya si botak....

Beneran gw, bakal terkenal lu, viral lu om. Yakin gw....
 
Mohon bersabar Para Suhu,


Hari ini akan kami upload lanjutannya dengan sub judul di Bab XXVII : DON'T EVEN THINK ABOUT THAT

Lalu 3 cerita yang lain berturut turut :

1. Tentang sebuah rasa
2. Kopi Susu
3. Dawai Asmara Sang Penghibur

semua akan diupdate hari ini juga.....

mohon sabar menunggu, dan maafkan Hamba jika telat dalam mengupdate setiap cerita yang ada.....

Index Cerita untuk Endless Love dan Tentang Sebuah Rasa sudah Hamba update juga, dan cerita lain akan disusul untuk diupdate di masing2 awal thread, termasuk Practices Make Perfect dan juga Bara Cinta di Ujung Senja yang sduah TAMAT.

Tidak lupa juga akan Hamba rilis dalam waktu dekat cerita yang sduah disiapkan tapi malah telat tayangnya, Dilema Hati.


Salam Hormat


Elkintong
Sange & Crot
Take your time hu...
Suhu inget para reader setia aja kita udah sangat berterimakasih...jaga kesehatan selalu ya hu...
 
BAB XXVII : Dont even think about



Tok tok tok......

Bunyi suara ketukan di pintu kamar.

“pah....papah....”

Suara Putri memanggil papahnya.

Situasi di kamar jangan ditanya, berantakan, dan posisi tidur Renata sedang telentang dan Eka sedang memeluknya dari samping. Dan keduanya bugil tanpa sehelai benangpun dan terlelap karena bertempur dengan penuh nafsu semalaman hingga subuh.

“papa....”

Suara Putri mengejutkan mereka berdua

“mas....putri ketok pintu...”

Eka terbangun dan panik sesaat. Mereka sama sama masih telanjang membuat dia agak panik. Jam sudah menunjukan hampir jam 7 pagi pun mereka masih terlelap.

Renata segera memakai kaos, celana dalam dan celana kulotnya yang dipakai semalam. Eka kebingungan mencari celananya, sedangkan Putri kembali mengetok dengan lebih keras

“Mas ke kamar mandi deh.....” usul Renata

“oke oke....” Eka segera berlari ke kamar mandi, dan Renata membuka pintu kamar

“lho....kok mama disini?”

Renata salah tingkah mendengar pertanyaan Putri yang kaget lihat mamanya muncul dari kamar papahnya.

“papa kemana? Masih tidur?”

“papa lagi mandi”

“mama tidur disini?” tanya anaknya penuh selidik

“hmmmmm iya tadi malam Papa masuk angin makanya mama temenin dulu....” gelagapan Renata menjawabnya

“yah sudah...papa jadi antar Putri kan?”

“jadi sayang...itu lagi mandi....”

“Putri sarapan dulu.....”

“iya sayang”

“kok Mama ngga pake beha tidurnya?”

Renata kebingungan menjawabnya. Memang dia main pakai baju saja tanpa menggunakan bra, dan putingnya tercetak di balik kaosnya ternyata menjadi perhatian anaknya.

“ayang ngga mandi?” tanya Eka setelah Putri turun kebawah

“mas aja duluan”

“ayo bareng mandinya..”

“ngga ah...ntar kasian Putri nunggunya...” Renata tersenyum. “ mandinya bisa pindah ke kasur lagi nanti”

Eka tertawa tergelak

Eka lalu turun setelah dia sudah selesai bersiap diri.

“sudah sarapannya sayang?” sapa Eka yang sudah rapih dengan setelan kemeja dan celana rapih untuk ke kantor.

“sudah Pah...”

“Yang Ti sudah sarapan?” sapa Eka ke Wulandari

“sudah Mas....”

Renata yang turun tidak lama berselang lalu mempersiapkan nasi dan sarapannya Eka, membuatkannya minuman, lalu meletakannya di samping Eka.

“Yang Ti mau dibuatkan teh juga?”

“sudah Rena.... makasih..” Eyang tersenyum

“Put, tas nya belum diambil lho......”

Renata lalu ikut dengan Putri naik lagi ke kamar untuk mempersiapkan keperluannya di sekolah hari pertama ini. Dia tidak ingin anaknya jadi tidak nyaman di sekolah karena ada perlengkapan sekolahnya yang ketinggalan.

“Mas... kayaknya Papahmu dan Mamamu mau datang” Wulandari berbisik ke Eka

Eka berhenti sejenak makannya.

“tadi minta tolong sopir Eyang ngantar ke Semarang”

Senyum tipis saja muncul di wajah Eka

“lalu planning Mas ama Renata bagaimana?”

Eka masih diam, lalu

“nanti minggu kita mau konseling dulu, lalu daftar untuk pernikahan....” jawab Eka

“mas sudah yakin?”

Eka menatap Eyangnya sambil senyum

“ngga ada wanita lain yang ingin aku nikahi selain Renata, Yang Ti....”

Eyangnya menganggukan kepalanya. Dia memahami akan kerasnya Eka dan cintanya ke Renata, apalagi sekarang mereka memiliki Putri. Tapi feeling dia sebagai orangtua, hampir semua keluarga selain dia dan mungkin Tari saja yang menyetujui ini, yang lain pasti menentang itu. Pertemuan terakhir mereka di Blora sudah jelas terbaca.

Putri lalu turun, dan segera dia menyalami Wulandari dan pamit. Dia juga pamit ke beberapa pembantu yang ada disitu.

Renata ikut mengantar ke depan pintu hingga halaman. Putri mencium tangan mamahnya, lalu Renata juga mencium tangan Eka, dan memeluknya, kemudian mencium Eka.

“mama...jorok belum mandi cium-cium Papah ih....” suara Putri agak kesal lihat Mamanya. Dia memang agak cemburuan kalo papahnya dipeluk orang termasuk mamahnya di depan dia.

Renata dan Eka tertawa, lalu dia segera naik ke mobilnya, Putri duduk disebelah kirinya.

“sayang nanti pulang Pak Tino yang jemput yah....”

“oke Pah”

Mobil mereka tidak lama kemudian masuk ke gerbang utama Sekolah Terpadu Cakrawala Bangsa. Putri mengeluarkan ponselnya, dia sempat memotret pintu gerbang sekolah tersebut, lalu mereka masuk. Eka hanya mengantar hingga pintu ruang tamu sekolah. Direktur Utama Yayasan Cakrawala Bangsa dan semua kepala sekolah dari SD hingga SMA nampak ikut menyambut kedatangan Eka.

Mereka sempat berfoto bersama, sebelum Eka pamit. Tidak ada yang berani bertanya lebih lanjut, namun dari wajah dan penampakan Putri, mereka segera tahu bahwa dia adalah anak kandung Eka, meski mereka tidak tahu kapan Eka menikah.

Putri kembali memeluk Papahnya, sebelum masuk ke kelasnya. Dia dibuat kagum melihat sekolah mewah ini. Pantas Bu Annisah sangat membanggakan sekolah ini, benar-benar mewah dan jauh berbeda dengan SMP Pionir sekolahnya dulu.

Teman-teman barunya pun dengan ramah menyambutnya. Dasarnya Putri meski pendiam, tapi dia dengan mudah menyesuaikan diri dengan teman-temannya yang baru. Dia merasa sangat senang bisa diterima di lingkungan yang baru ini.

******************


“Boss”

Manda menyapanya

“Hai Manda...”

“wuih...pengantin baru nih...”

“ngaco lu...”

“gimana rasanya tuh lama ngga ketemu...’

Eka tertawa sambil menyenggol pundak Manda dengan pundaknya

“masih sama.... peret...”

“anjrit.....” tawa Manda berderai, dia senang melihat senyuman Eka kini semakin berbeda

Intan tiba –tiba mendekati mereka

“Pak....”

“yes...”

“ada Bu Naya, Pak Pandu dan Mbak Jesica mau ketemu.... tapi mereka lagi diruangan Bu Tari...”

Manda kaget dan melirik ke Eka

“kok tumben bapak ibu dan anak datang kesini” kelakar Eka

Manda ikut tersenyum kecut

“kayaknya ada yang mau diomongin....” dia sepertinya bisa menghubungkan kejadian datangnya mereka dengan munculnya Renata dan Putri.

Manda tahu sekali bagaimana perilaku om dan tantenya Eka ini, dia paling sebel sama keluarganya Eka yang ini, dibandingkan yang lain. Dia respeknya ke Pak Aditya yang juga satu gedung dengan mereka tapi di lantai 5. Tapi keluarga Pandu dan Naya ini memang lain. Selain suka mengatur, mereka juga gemar merekomendasikan orang untuk dipekerjakan, dan anaknya Jesica meski jabatannya manager keuangan, tapi kuasanya dia di Hotel Polaris Bandung mengalahkan kuasa GM disana, bahkan sering mengintervensi Director Utama di Group Polaris pusat.

Ibu dan bapaknya? Jangan ditanya gayanya. Padahal uang dan bantuan dari Eka mengalir deras, mulai dari modal usahalah, mau akusisi apalah, sampai mobil bapak anak dan istri juga semua dari kantong Eka ke mereka.

Sama dengan Anindya, tante Eka yang paling bontot. Dosen yang mulutnya manis banget kalau bicara, tapi paling suka mengompori apa saja yang ada di kantor, padahal dia tidak ikut terlibat dalam management, tapi ada saja usul dan campur tangannya baik langsung atau tidak langsung.

“lu kudu tegas ama mereka...” bisik Manda

Eka tersenyum

“biarin aja Intan.... “ Eka berlalu masuk ke ruangannya.

Eka lalu tenggelam dengan pekerjaannya dan benar, tidak lama kemudian mereka berempat datang dan masuk ke ruangannya.

“syallom Mas Eka......kesayangannya Tante...”

Naya masuk dan mencium pipi kiri dan kanan Eka, disusul Jesica juga. Dia lalu menyalami Pandu dan mencium tangannya, sambil mempersilahkan duduk.

“duduk Om, Tante...Jes....”

Mereka duduk di sofa besar di ruangan Eka, ruangan terbesar dari semua ruangan management level di gedung ini. Saling bergurau sedikit mencairkan suasana, sambil Eka meminta Intan untuk menyiapkan minum buat Tante dan Omnya ini, karena sudah datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta.

Setelah cukup basa –basinya, Tante Naya mulai membuka inti percakapan

“gini lho Mas... kami kaget... meski kami senang dan bahagia karena Mas sudah ketemu dengan Putri dan juga Renata...” bukanya dengan halus

“sampe pas lihat foto itu Tante rasanya ingin nangis, karena anak itu mirip banget sama Tari...kayak kakak beradik aja....”

Mereka tertawa berderai. Eka hanya diam menunggu inti dari basa basi ini

“Cuma Tante dan Om, juga Jes menyayangkan kenapa kok kita ngga diberitahu.... kita malah tahunya lewat statusnya Tari....”

Eka kembali hanya tersenyum

“memang saya belum bilang Tan....ke Mama dan Papah juga belum cerita...”

“tapi Yang Ti tahu....sampe malah ke Surabaya juga ikut...” balas Naya

Eka menghembuskan nafas panjangnya

“maksud Tante gini lho.... kita ini khan keluarga besar... masa iya berita bahagia begini kita ngga dikasih tau?”

Eka hanya mematung sejurus kemudian. Dia mengerti pasti akan ada lanjutan lagi arah pembicaraan ini, karena melihat sampai mereka bertiga datang khusus ke Jakarta, berarti ada yang mau dibahas, dan pastinya ini menyangkut Renata dan Putri anaknya.

Pandu lalu meneruskan

“gini Mas, kami bukan mau turut campur urusan Mas pribadi, tapi khan jika menyangkut anak apalagi menyangkut pasangan hidup, akan lebih bijak lagi kalau Mas itu rembug dengan keluarga besar, jadi jangan keputusan diambil sendiri gitu lho Mas....maksud Tante kamu itu gitu Mas....”

Eka masih diam dan tidak berbicara. Pandu lalu meneruskan...

“kami ini khan selalu ada buat Mas... bahkan sejak awal Mas bangun usaha Mas ini, kami keluarga itu semua ikut membantu semampu kami, Tante ama Om sampai doa bahkan bikin tim doa agar usaha Mas ini maju dan Puji Tuhan, maju pesat.... nah justru kami heran kok selama ini kami selalu diajak rembug tapi kali ini ada berita seperti ini kami kok tidak tahu sama sekali...malah tahunya lewat status Mbak Tari....”

Eka rasanya ingin tertawa mendengar omongan Pandu ini. Sejak kapan mereka ikut membangun usahanya? Yang ada setelah tahun kedua usahanya meledak lewat trading batubara dan nikel itulah baru mereka ikut-ikutan, dan bukan bantu mikir bagaimana mengembangkan tapi malah ikut merasakan nikmatnya.

Namun Eka memilih diam dan menghormati apa yang sedang disampaikan oleh mereka berdua.

“saya minta maaf Om, Tante... juga Jes...maaf kalo saya tidak sempat kasih tahu...” ucap Eka

“maksud kami gini lho Mas.... jangan salah tangkap yah...ini murni rasa sayang dan cinta kami sebagai orangtua ke Mas Eka... jangan sampai Mas Eka salah melangkahnya...makanya kami datang mengingatkan....” ujar Naya

“makasih Tante....saya sangat berterima kasih” balas Eka singkat

“tadi malam, tante sudah menelpon Mama, juga Bu Lik Anin, dan sepertinya sih kami semua sepakat bahwa masalah ini emang harus kita sama-sama keluarga rembukin bareng Mas... karena kalau Mas Eka sendiri yang memutuskan, ini takutnya Mas salah melangkahnya, ini masalahnya ada hubungan dengan keluarga lho...jika bisnis, silahkan Mas putuskan sendiri karena memang itu sudah otoritasnya Mas Eka... tapi masalah ini apalagi masalah kelanjutan dan pasangan hidup, saran Tante, dan juga Bu Lik Anin yang psikolog itu, sarannya demikian...” tutur Naya

Eka masih berdiam diri, dia melirik ke Tari yang diam dari tadi.

“maksud Mama ama Papa itu gini Mas...” kali ini Jesica yang berbicara “ Mas ini khan sudah milik semua keluarga, Mas ini centre point kita lah, kebanggaan kita Mas.... Mas itu panutan aku lho.... makanya kita semua, termasuk Tante dan Om yang lain sepakat kita harus jaga Mas Eka agar jangan salah langkah...”

Eka tersenyum kembali

“Ngga lah....aku bisa jaga diri....”

“ngga gitu Mas.... coba Mas pikir sekarang, berapa ribu orang yang tergantung sama Mas, dengan keluarga mereka juga pasti malahan lebih banyak lagi... kita juga ngga mau ini terjadi ada semacam distrust di kalangan klien lho Mas... apalagi kita ini dibidang services dan jasa, nama baik kita dipertaruhkan lho, jangan sampai itu hancur karena Mas salah langkahnya....” tandasnya lagi

Eka agak bingung mendengar penejelasan Jesica

“maksudnya gimana tuh?”

“lho gini lho Mas.... apa jadinya jika cerita ini sampai ke media massa? Apa tulisan mereka nanti? Belum lagi nyampe ke media online? Lalu diklik bait ama mereka? Masuk ke medsos? Apa ngga pengaruh ke nama baik hotel kita?”

Sedikit kaget juga mendengar pemaparan Jesica seperti itu

“ jujur aku ngga mikir sampe disana sih.... tapi makasih saran dan masukan dari kamu, Jes...”

“itulah Mas, kenapa kami kesini... karena kami ingin bentengi Mas lebih awal... jangan sampe nostalgia atau romansa masa lalu Mas justru bikin apa yang Mas Eka bangun selama ini malah mundur kebelakang...”

“ oke makasih sarannya...” ujar Eka pendek

Setelah agak diam sejenak lalu Pandu bertanya

“emang rencana Mas Eka bagaimana? Biar kita keluarga bisa ikut bantu memikirkan solusi yang terbaiknya...?”

Eka tercenung sementara

“ Putri dan Renata itu baru 3 hari ketemu saya setelah hampir 14 tahun terpisah... jadi biarlah kita menikmati kebersamaan ini dulu...baru kita pikirin langkah lebih lanjut...” urai Eka

Pandu menatap Istrinya dan anaknya, lalu memandang ke Tari yang menundukan wajahnya

Jesica lalu buka suara lagi

“ Mas, kita sih ngga keberatan sama keponakan kita, ngga apa-apa, memang dia kan ponakan dan anak Mas Eka juga, dan wajar jika Mas tanggungjawab untuk itu.... tapi jika Mas berpikirnya akan meneruskan hubungan Mas yang dulu itu...saran Jes sebaiknya pikirin kembali...”

Naya lalu menyambung

“ Bu Lik mu Anindya juga menyarankan demikian Mas... dia khan psikolog, dosen, jadi rasanya pendapat dia juga valid lah untuk jadi patokan... kita senang Putri sudah datang dan kumpul dengan Mas Eka.... tapi kan tanggungjawab Mas ke Putri saja... dan ngga harus tinggal sama Mas khan toh?”

Eka masih terdiam

“Mas... Mas Eka itu kelasnya sosialita lho.... sama-sama pemilik perusahaan...minimal artis terkenal, sepadan sama Mas... kalo nikah sama yang sepadan bisnis makin bagus, hubungan juga sehat Mas.... kalau nikah sama yang yah....maaf yah Mas.... mas lebih tau lah.....” tukas Naya lagi

“bukan kita menghina Mas.... tapi maksudnya supaya Mas Eka mikir lagi gitu lho.....” timpal Pandu

Senyuman kini muncul di wajah Eka....

“seperti yang saya bilang tadi, Om...Tan... Jes juga.... biar saya selesaikan ini sendiri yah.... saya makasih atas semua usul dan masukannya.... tapi biar ini saya selesaikan sendiri....”

Mereka saling berpandangan lagi, seperti agak putus asa meyakinkan Eka.

“semua terserah Mas Eka sih... tapi kalo boleh Jes ingatkan...jangan sampe Jes malah jadi buruan wartawan lho.... soalnya banyak yg kenal Jess, artis-artis yang suka sama Mas Eka juga sering tanya Jess, kalo sampe mereka tahu masalah ini khan ribet Mas.... Mas harus pikir yang efeknya akan besar dampak negatifnya.... “ Jesica masih mendebat

Eka tersenyum kembali

“ ini karena kita sayang Mas.... kelasnya Mas itu tinggi.... jangan sampai semua berantakan karena Mas salah langkah.....”

Eka kali ini menjawab lebih tegas....

“Makasih sekali lagi.... ingin lama sebenarnya bicara sama Om, Tante dan juga Jess, tapi saya ada rapat dengan Pak Juniver dan Kevin, jadi nanti kita sambung lagi yah....” ujar Eka, memaksa mengakhiri pertemuan non formal ini lebih awal

“ya sudah kalau begitu..... mohon usul dan saran kami dipertimbangkan Mas...” Kata Naya.

“pasti Tante...”

“kita sayang sama Mas.... makanya kita sengaja datang kesini....” kata Pandu

“saya ngerti sekali Om....” jawab Eka lagi

Dia lalu mencium tangan Tante dan Om nya. Dan mempersilahkan mereka untuk keluar dari ruangannya. Semua mereka bertiga dengan muka masam keluar dari ruangannya Eka, dan lokasi meeting pindah ke depan ruangannya Tari kini.

“kayaknya dia masih keukeuh deh.....” ujar Naya

“iya Mah... ih kayaknya dikasih makan apa yah ama orang itu....”

Tari hanya diam

“kita pulang aja dulu, nanti khan Mas Abi ama Mbak Ningrum datang juga hari ini....” ujar Pandu

“lu juga diam aja sih Tari....” cerocos Jesica

“lah gue harus ngomong apa?”

“yah yakinkan Mas Eka dong.... pilihan dia itu parah....”

Tari hanya bisa menundukan wajahnya bingung

“makin lama dia dirumah nanti makin sulit buat Eka untuk ambil tindakan....dia juga pasti ngga mau pulang... makan enak, tidur enak dan naik turun Alphard.... gimana ngga enak hidupnya...” geram suara Jesica.

Pandu lalu mengajak anak dan istrinya

“ayolah kita.....”

“Tari, lu belum balik?”

“sorean dikit lah...”

“kita ngumpul di Tari aja nanti malam, biar Mbak Ningrum dan Mas Abi ke rumah Tari, nanti Anin juga aku suruh datang, baru kita telp Eka suruh kesana....” usul Naya

“kenapa ngga di rumah Eka aja? Kita punya hak juga kok kesana.....ngapain takut ama tuh orang?” Pandu sedikit ngegas.

“ih... kamu Pah... ada Mamah disana.... dia itu kesayangannya Mama...ngga akan bisa kita bicara nanti disana, pasti disela ama Mama...” potong Naya

“bener Pah....ada Yang Ti....” Jesica masih ingat dia disemprot ama neneknya di rumah Blora.

“ya sudah kalo gitu....malam lah dirumah lu yah... kita mau ke GI dulu, balik baru ke tempat lu...” ujar Jesica ke Tari. Mereka pamitan lalu kemudian berjalan keluar menuju lift, dan diiringi pandangan yang kurang bersahabat dari sebagian karyawan disitu, bahkan sebagian besar karyawan selalu menyebut Jesica itu dengan sebutan frozen, karena sikap angkuhnya dan sok ngebossy nya itu.

Setelah mereka pergi, Manda lalu masuk ke ruangannya Eka.

“sepertinya ada yang penting banget sampai serius sekali pembicaraannya...”

Eka tersenyum....

“they tried to bring over me anyway...” jawab Eka

“and then...”

“lihat aja muka mereka pas keluar ruangan....”

Manda tertawa...

“lu terlalu baik sama keluarga lu sih, Boss.... ampe kolor mereka pun lu beliin....heheheheh, makanya wajar pada ketakutan pas anak lu datang....”

Eka tergelak mendengarnya

“ gue sampe mampus rasanya nyari Renata ama anak gue.... trus mereka mau pisahin lagi? No way....” ujar Eka....

“cool Boss.... harus agak keras untuk hal-hal yang demikian...” ujar Manda lagi memberi semangat ke Bossnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd