Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

Bimabet
BAB XXVI : Something no one else had ever found a way to do



Ayang

Ya Mas

Udah ngantuk?

Belum

Keluar yuk... naik motor cari bubur ayam

Ayo


Whatsapp Eka dan Renata. Bubur ayam adalah menu favorit mereka dulu jika keluar makan malam, menu murah meriah yang terjangkau.

“gini aja?”

Dengan celana kulot santai dan kaos abu-abu dibalut sweater hitam.

“iya, gitu aja..”

“putri udah tidur?”

“iya, kecapean dan lagipula dia kan besok mulai sekolah”

Eka hanya menggunakan kaos dibalik jaket hoodienya, dan celana bermuda cargo selutut, dengan sandal jepit. Mereka turun ke garasi, lalu Eka memanaskan motornya bebeknya, dan kemudian mereka jalan keluar kompleks. Sempat Eka menunjukan rumahnya Tari juga

“dekat sini rumah Tari?”

“iya, di blok B dia....”

Renata memeluk Eka dari belakang. Dia ingat zaman mereka dulu sering motoran berdua, dan semakin ingat masa itu semakin erat pelukan dan sandaran Renata di pungung Eka. Sementara tangan kiri Eka memegang tangan Renata yang memeluk erat pinggangnya.

Mereka tiba di tempat jualan di tenda yang tidak jauh dari perumahan Eka. Duduk di bangku baso, sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka saling bertatapan penuh arti. Ini adalah dating pertama mereka setelah sekian tahun mereka terpisah.

“bisa juga kita kencan...” senyum Eka

Dia seakan tidak ingin jauh dengan Renata, tangannya Renata dipegangnya, dan tatapan penuh cintanya yang selalu dirindukan Renata kini tidak mau lepas dari wajah Renata.

“makan sayang....” Renata mengaduk buburnya, lalu menyerahkan mangkok bubur ke Eka, kemudian dia mengaduk buburnya sendiri.

“Mas minum apa?”

“teh manis aja...”

Renata lalu memesan teh manis hangat ke Mas yang jualan

“saya aqua yang ngga dingin saja, trus satu lagi teh manis hangat, jangan terlalu panas, gulanya sesendok makan yah...”

Eka memandang takjub ke Renata, ternyata Renata masih ingat dengan jelas takaran dan selera teh manis Eka.

“dari masih pitik, mandi hujan telanjang, sampe akhirnya bisa nelanjangin aku..... kurang apa kenalnya aku sama kamu, Mas?” tanya Renata sambil tersenyum. Eka menyandarkan wajahnya ke bahu Renata dengan mesra, dia benar-benar tersentuh.

Mereka seperti jadi seperti anak muda yang sedang kasmaran, makan di pinggiran jalan, tertawa sambil cerita-cerita masa indah mereka saat masih SMA dulu di Blora, sambil sesekali bahas masalah Putri, neneknya di Jember dan juga kakeknya di Malang.

Renata seperti menenmukan lagi semangat hidupnya yang dulu sempat nyaris pudar, dia merasa Eka memang sangat mencintainya, meski sudah berpisah sekian tahun tapi sayangnya Eka ke dia dan Putri malah tambah besar dan selalu diperlihatkan Eka secara gamblang.

Motor lalu membawa mereka kembali pulang. Kebahagiaan yang dirasakan bagaikan hujan sehari menghapus kemarau bertahun tahun. Rasa rindu dan kangennya kini terbayar sudah lewat kebersamaan mereka, dan yang membuat Renata semakin mensyukurinya ialah Eka tidak berubah sedikitpun hatinya, malah semakin dia maerasakan bahwa perhatian Eka justru semakin besar kepadanya, apalagi ke anak mereka.

Lantai 2 yang sepi membuat mereka leluasa berciuman di dekat tangga diatas lantai 2, dan Eka lalu menarik tangan Renata, bukan ke arah kamar Putri yang ditidurinya tadi malam, tapi ke kamar Eka, kamar utama dan juga kamar mereka berdua.

Pinntu dikunci dan langsung Eka melumat bibir Renata dengan lembut, ciuman mereka yang sudah dahaga sekian tahun, ciuman yang dahsyat penuh cinta, membuat aliran darah semakin kencang bergulir, dan lidah Renata kini saling bertukar dengan lidah Eka, ciuman membara dan enggan terlepaskan.

Badan mereka saling berpelukan, bibir saling melumat dengan ganasnya, dan tangan Eka mulai merayap ke dada Renata, dengan lembut dia membelai, lalu meremas dada itu dengan kedua tangannya, sementara mulutnya tetap mengunci bibir Renata dengan ciumannya.

Kepala mereka saling miring dan lidahnya saling berpilin, bibir Eka menyapu dan melumat bibir Renata dengan penuh nafsu, sesuatu yang sekian lama dia rindukan, suasana dan pelukan hangat penuh cinta bersama Renata.

Kerinduan yang begitu lama terkungkung oleh jarak dan waktu, kini mencair sudah, dan rasa kangen panjang itu luluh sudah dengan dekapan mesra, ciuman nafsu dan saling pagut dengan penuh cinta, dan tatapan rindu dan kangen itu terpancar dari mata mereka.

Sweater Renata jatuh di lantai....

Kini kaosnya diangkat keatas oleh Eka, dan Renata mengangkat kedua tangannya untuk memudahkan Eka membuka kaosnya, dan bra hitam dari angel protector itu tersisa didadanya membungkus kedua buah dadanya.

Eka menundukan wajahnya, dia membenamkan wajahnya di sela –sela buah dada Renata, dia menghirup bau badan kekasihnya, bau badan alami yang dia suka cium dulu, bau badan asli wanita yang dia suka hirup dengan penuh cinta.

Bibirnya kini menyapu leher Renata, dan mendapat sentuhan bibir Eka dilehernya, membuat Renata mendesis dan menekan kepala Eka, dia mulai merasakan badannya memanas dan putingnya seperti mengeras, wajahnya mendongak keatas, dan matanya menjadi sayu menahan birahi yang mulai melanda tubuhnya.

Tangan Eka lalu menurunkan celana kulot yang dipakai Renata, dan celana dalam hitam pasangan senada dengan branya kini muncul menyapa Eka. Ciuman Eka kembali mampir di bibir Renata. Wajah manis itu kini dilanda nafsu yang sudah hampir 14 tahun dia tidak rasakan, bahkan nyaris dia lupa bagaimana nikmatnya bercinta

Mereka saling berhadapan berdiri, senyuman Renata sambil mengulum bibirnya terasa menggoda Eka, yang lalu dibantu tangan Renata, dia membuka kaosnya dan kini dia bertelanjang dada memperlihatkan dada bidangnya dan otot tangannya yang seksi. Lalu kembali Eka melumat bibir Renata, bibir mungil yang membuat dia tidak pernah bosan menciuminya.

Sementara bibir mereka bertemu, tangan Eka merayap di punggung Renata, membuat kancing behanya copot, dan kemudian bra hitam itu jatuh ke lantai karpet di kamar mewah itu. Buah dada Renata kini keluar menyapa Eka.

Dengan malu-malu, Renata mendekap kedua buah dadanya, sekian lama tidak berjumpa dengan Eka, membuat dia sedikit tidak percaya diri. Sementara Eka dengan tenang meraih tangan Renata, menurunkannya dan buah dada dengan puting yang lebih besar dan aerola yang lebih lebar dibandingkan dulu, terpampang dihadapannya.

“lebih gede....anakmu nyusunya kuat waktu bayi....” bisik Renata pelan

Eka tersenyum manis, dan tanpa ragu dia langsung melumat buah dadanya Renata dengan ganas, dan ini membuat Renata melenguh dengan suara yang semakin merangsang Eka, dan bibirnya menjepit serta melumat buah dadanya. Pentil yang berwarna kecoklatan itu dilumat dan dijepit sambil lidahnya bermain terjulur menyapu puting yang kini tegang.

Badan dan kulit sawo matang manis Renata terlihat berkilau kena temaran cahaya lampu yang memang minim di kamar ini saat hendak tidur, dan tangnanya meremas pundak Eka, jilatan lidah Eka di ujung buah dadanya membuat dia semakin tenggelam ke dalam lautan birahi.

Badan mungilnya lalu diangkat oleh Eka naik ke pelukannya, sambil bibir mereka bertautan, Eka lalu membawa dia ke tempat tidur. Dan kini Renata terlentang pasrah di atas kasur mewahnya Eka, dia membuka lebar tangannya keatas, pasrah dengan serangan Eka selanjutnya, memperlihatkan ketiaknya yang mulus tanpa bulu.

Eka lalu mencium bagian dalam paha kiri Renata, wanita itu menjerit lirih menahan geli dan nikmat, lidah itu bermain di paha kiri dan kanannya, diselingi oleh ciuman bibirnya, bahkan ciuman Eka hinggap di pangkal pahanya yang masih ditutupi celana dalam hitam.

Tangan Eka menurunkan celana dalam Renata, dan pangkal paha yang berbulu lebat hitam itu muncul, lebatnya bulu vagina Renata, semakin membuat Eka bernafsu, diciuminya vagina itu, sambil membuka lebar-lebar pahanya Renata.

Renata menjerit kembali mendapat serangan itu, bau khas dari bulu lebat vagina Renata, lalu kacangnya yang mengintip dari vaginanya, membuat Eka semakin liar. Lubang yang sangat dia rindukan, membuat bibirnya dan lidahnya lalu turun menyapa, memberi ciuman dan jilatan yang sangat intens membuat Renata menjerit, pantatnya bergoyang tidak tentu arah, dan selain buah dadanya semakin tegang dan kencang, cairan vaginanya yang hanya dipakai untuk pipis selama 14 tahun itu, kini semakin basah dan lembab, banjir karena rangsangan dari Eka yang terus menghujani dengan ciuman, dan juga remasan di buah dadanya.

Mata Renata terpejam, bibirnya secara otomatis mengeluarkan jeritan lirih disela nafsu yang kini membanjiri dan menyelimutinya, dia lupa dengan sekeliling, yang dia ingat hanyalah kenikmatan dan rasa ingin terbang ke puncak, karena buah dadanya diremas dengan penuh kelembutan sedangkan gua lembabnya sedang menikmati jilatan dan ciuman bibir Eka yang bekerja dengan intens, memompa aliran darah kenikmatannya menuju ke puncak.

Tangan Renata meremas kepala Eka. Bibirnya tidak hentinya hentinya mengeluarkan desisan dan jeritan karena nikmatnya lidah itu, lidah yang dia rindukan dan bibir yang dia tunggu selama ini, dan secara bersamaan makin deras dan makin intens, berirama sesuai dengan jilatannya, maka remasannya juga demikian dibuah dadanya.

“Mas.... aku mau nyampe......enak sekali Mas.....” suara Renata keluar tanpa sadar....

Dan kemudian.,....

“Mas.....aku keluar sayang.....arghhhhhhhh ouchhhhhhharggggghhhhh”

Renata menekan kepala Eka dalam dalam, dia menjerit dengan kencangnya, orgasme yang sekian tahun dia tidak rasakan, kini meledak lewat serangan lidah dan bibirnya Eka.

Nafasnya Renata memburu, badannya seketika lunglai dan vaginanya basah

“enak banget Mas.....” ujarnya sambil memeluk Eka dengan eratnya. Ada linangan air mata haru disana......

Eka mencium bibirnya Renata, mereka saling melumat dengan penuh nafsu..

“mas ngga jijik?” bisik Renata

“ngga lah.....”

Renata malu senyumannya

“dulu aja doyan nyungsep disini.....” ujar Eka pelan sambil mengelus vagina Renata

“Mas....geli....” bisik Renata manja

Dia lalu mengelus isi celana Eka...

“bukain Mas....” bisiknya lagi

Eka lalu membuka celananya, sekalian dengan celaan dalamnya, dan batang kemaluan yang tegang itu muncul di depan tatapan Renata. Dia takjub melihat batang yang menjulang itu, batang yang membuat dia ketagihan dulu, yang membuat dia tidak bisa menolak saat Eka datang mengunjunginya, dan masuk menuntaskan dahaganya, batang yang sduah mengambil keperawanannya dan juga yang membuat Putri lahir ke dunia.

Tangan Renata membelai batang itu, dengan lembut dia mencium kepalanya, dan saat dia hendak membuka mulutnya, Eka malah mendorongnya untuk rebahan lagi, lalu membuka pahanya lebar lebar, dan kini Eka merangkat diatasnya.

Pelan dan lembut, batang kemaluan itu mulai masuk ke vaginanya yang masih basah akibat orgasme tadi. Meski agak seret, namun akhirnya masuk semua batang kemaluan tersebut kedalam gua indah milik Renata.

Eka mendiamkan sejenak, lalu kemudian dia memompakan dengan pelan dan berirama, tangannya bertumpu di sisi Renata dengan siku dan lengannya, bibirnya mencium bibir Renata dengan penuh kelembutan.

“sakit sayang?”

“Ngga Mas....agak perih tadi pas masuk....”

“sekarang....”

“ngga....” Renata menggeleng

“enak Mas.....”

Eka mulai menggoyangkan pinggulnya. Kaki Renata melingkari pinggang Eka, tangannya memeluk leher Eka, dan pantatnya bergoyang setiap tusukan batang Eka turun menghujam, disambut oleh putaran pinggul erotis Renata

Persetubuhan yang sangat nikmat dirasakan oleh Eka, bercinta dengan wanita yang dia cintai, wanita yang sangat penting dalam hidupnya, dan wanita yang membuat dia mengenal apa yang namanya cinta, pengorbanan dan juga penantian .

Satu tubuh yang mereka nikmati ini sungguh indah rasanya, mata Eka dengan sayu menatap mata Renata yang memandangnya dengan penuh cinta, lenguhan dari bibir Renata terdengar setiap batangnya masuk dalam dan seperti mentok ke dalam vagina basah itu, yang kini mencengkram batang kemaluannya dengan erat.

Dinding vaginanya kini cair dengan lelehan cairan kenikmatan, merasakan masuknya lagi batang yang sudah lama tidak dia rasakan, membuat Renata seperti dipandu dengan lancarnya menuju ke puncak kenikmatan yang tadi dia sudah capai, namun dengan cara dan spektrum yang berbeda.

Jika tadi lewat lidah dan bibir, kini tusukan batang yang gencar menyerangnya membuat dia kewalahan, ditambah dengan birahinya yang memang minta dituntaskan setelah sekian lama tidak merasakannya, kini birahinya menuntut untuk dilempar kepuncak lagi.

“jangan diserok gitu Mas....” pinta Renata

“diserok gimana....” bisik Eka

“itu..gitu....aoooohhh.....” mulut Renata nyerocos tidak jelas karena batang kemaluan Eka yang masuk dan keluar dengan gerakan seperti menyerok dan itu kena di kelentit Renata, membuat Renata kembali terlecut dan semakin meningkat tuntutan pelepasan birahinya karena sentuhan ke kacangnya yang membuat dia sulit menahan untuk tidak terbang lagi.

Ciuman dan jepitan bibir Eka kini di lehernya, sementara tangan kanannya meremas buah dadanya, dan batang keras itu masih menyodoknya dengan intensnya, dan kini kembali Renata tidak mampu menahan, dia merasa puncaknya untuk kedua kalinya tiba

“Mas.....aku kok ngga kuat lagi sayang....” bisiknya lembut

“keluarin Ayang......” balas Eka sambil tetap menyodokkan batangnya ke vagina basah Renata

Dan akhirnya, sambil meremas pantat Eka, dia menahan pantatnya dan kontolnya agar tetap tertanam, dan dia menggigit pundak Eka, dan kemudian berteriak lirih kembali sambil memejamkan matanya

“keluar lagi ayang......oughnnnn......arrrrgggghh........ouch.....” teriakan yang tidak jelas keluar dari bibirnya Renata seiring dengan orgasmenya dia yang kedua hadir.

Vaginanya benar-benar basah kuyup, dan sedikit ngilu karena batang Eka masih menancap dengan keras di vaginanya.

Eka lalu menggoyang kembali, kini lebih cepat dari yang tadi, dia dengan penuh konsentrasi menghujani vagina Renata dengan hantaman batang saktinya, sementara tangan Renata mengelus kedua buah dada Eka, kadang berpindah menahan pinggulnya Eka, dia merasakan gesekan batang Eka kini benar-benar terasa kencang sekali.

Dan Eka kemudian menyentakkan pinggulnya dengan keras, dia memeluk erat Renata dan pinggulnya ditekan dalam dalam ke vagina Renata.

“ayang....aku keluar.....oh oh oooohhhh......” batangnya mengeluarkan cairan yang banyak dan tumpah di vagina Renata. Sambil memeluk erat leher Renata, dia menyemprotkan cairan yang luber di ladang basah dan penuh cairan itu.

Renata memeluk Eka dengan eratnya, dia mencium bibir pria pujaan hatinya itu, dia merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa mencapai puncak kenikmatan bersama Eka lagi, setelah bertahun tahun dia tidak merasakannya, bahkan nyaris lupa dengan rasa dan nikmatnya seperti apa yang dinamakan orgasme itu.

“enak Mas....?” tanya Renata

“enak banget Yang.....”

Matanya menatap mata Renata. Tangan dan jemari renata membelai wajah Eka, mereka saling bertatapan, Eka lalu mencium bibirnya Renata dengan penuh kelembutan, mereka saling berpelukan dengan eratnya

“aku pikir aku ngga akan merasakan ini lagi Mas....” ujar Renata....

“Mas adalah pria pertama, dan satu2nya .....” ada kilap haru dimata indah itu

Eka menciumnya lagi

“makasih sayang..... I love you always....”

“aku tahu Mas akan datang....makanya aku selalu tunggu...meski ngga tau kapan datangnya....” bisik Renata lagi di kuping Eka.

“ayang...sekarang ayang sudah disini sama Putri.... ngga akan ada lagi yang pisahkan kita....” ujar Eka sambil mengusap airmata haru di pipi Renata.

Renata menjawabnya dengan anggukan pelan.

Eka memeluk kembali Renata, dia menyadari ada rasa sungkan dan juga rasa kurang percaya diri dari Renata semenjak mereka bertemu kembali, dan itu dihindari oleh Eka. Dia ingin Renata percaya dan yakin, bahwa dialah wanita yang diinginkan oleh Eka, tidak akan mungkin terganti oleh wanita lain. Bagi dia Renata adalah Ratu, permaisuri hatinya.

“cuci yuk....” ajak Eka

Renata mengiyakan lalu bangun dari tidurnya.

Eka melangkah sambil menyalahkan lampu, menuju ke kamar mandi yang harus melewati walk in closet yang besar disamping ruang tidurnya.

Renata tiba-tiba matanya nanar melihat punggung Eka. Dia seakan tidak percaya melihatnya, tato dengan tulisan miring Italic dan dengan jelas tertulis namanya di sebelah kanan pundak belakang Eka, membuat dia terharu dan dengan setengah berlari dia memeluk Eka dari belakang, tangisnya kembali turun pelan.

“yang....” Tegur Eka...

“ayok....”

Renata menggelengkan kepalanya, dia tetap memeluk Eka dengan eratnya. Eka bingung jadinya

“ayang kenapa?” dia mencoba membalikan badannya tapi Renata tetap dengan erat memeluknya dari belakang.

“kapan buatnya?” tanya Renata pelan

Eka mengerti seketika

“oh...udah lama....7 tahun lalu ....”

Eka lalu berbalik dan memeluk Renata dengan erat.

“makasih yah Mas..... makasih sayang.... “ dia rebah di dada Eka. Kini dia makin disadarkan bahwa Eka juga berjuang mencarinya, dan bahkan dia juga berupaya keras menebus semua kegagalannya selama ini dengan mencintai dia dan Putri dengan hebatnya.

“bagus ngga....?” tanyanya

“Bagus banget....”

“nanti aku buat lagi dikiri....”

“nama juga?”

“iya....nama Putri...”

Renata tertawa kecil

“dia pasti protes jika tahu ada nama mamanya trus nama dia ngga ada....” ujar Renata.

“anakmu agak pencemburu Mas.... ngga boleh lihat aku meluk Mas...dia langsung ngomel....” bisik Renata lagi

“ngga apa2....dia kangen karena baru kali ini merasakan punya papa...”

Renata menganggukan sepakat dengan apa yang Eka bilang. Mereka lalu masuk ke kamar mandi bersama.

“nanti ditengah pas dibawah leher aku juga buat....” ujar Eka

“nama lagi?”

“iya...”

“nama siapa?”

“anak keduaku....yang barusan kita bikin....” ujar Eka sambil menggelitik pinggang Renata yang sedang mengelap vaginanya yang baru selesai dibilas.

“mas ih....” teriak Renata kegelian. Mereka kembali saling berciuman dengan lembut, sebelum masuk kembali ke ruang tidur.

“mau kemana?” tanya Eka melihat gelagat Renata mau pakai dalamanya

“balik kamar, nanti Putri nyari....”

“ih, biar aja sih anak tidur sendiri...ayang disini aja...”

Renata menatap Eka agak bingung sambil senyum tipis

“nanti juga dia gedor kamar kita kalau dia nyari ayang...”

Eka masuk kedalam selimut

“sini....” dia menepuk kasur disampingnya

Renata hendak mau pakai celananya

“ngapain dipake?” tanya Eka lagi

“kan mau tidur masa telanjang?”

“ada selimut ini....”

Renata menatap Eka dengan pandangan penuh tanya...

“udah masuk sini...”perintah Eka

Dia akhirnya masuk dengan tanpa memakai sehelai benang pun

“Mas geli.....” ciuman Eka dilehernya membuat dia menggelinjang dan merinding, apalagi saat Eka mencium ketiaknya.

“kelakuan ngga berubah....doyan banget cium ketek...” ujar Renata sambil mencubit bibir Eka

“Mas....”

“ya...”

“ini kan dicukur ama mbak-mbak yang kemarin.....”

“oh iya,,,memang ada treatment itu kan mereka....”

“trus....mereka tanya, yang ini mau dicukur juga ngga....” bisik Renata lagi sambil matanya dengan tatapan genit malu-malu menatap Eka

Eka tertawa ngakak....

“mas ih...ditanya juga....” mata Renata agak membesar

“ngga usahlah...biar aja alami begitu....” jawab Eka

“makanya, khan aku nanya Mas dulu...”

“ayang maunya gimana?” tanya Eka balik

“ih...khan Mas yang punya....Mas juga yang lihat dan merasakan...terserah Mas lah...” sambil menyembunyikan wajahnya malu-malu ke dada Eka...

“biar gitu aja....” pelukan Eka tambah erat dibalik selimut

“oke....siap boss....”

Mereka kembali berciuman dengan mesra.

“besok Mas mau antar Putri sekolah?”

“iya....”

“baiklah...”

Tiba-tiba Renata menjerit

“Mas....kenapa itu...?”

“apa?”

“itu kok tegang lagi....???”

Eka tertawa lepas, tanpa menjawab dia lalu melumat bibir Renata lagi, meremas buah dadanya yang terlepas bebas, lalu membuka pahanya kembali dengan lebar. Renata juga akhirnya pasrah, dia melebarkan pahanya dan membiarkan batang tegang itu kembali masuk ke sarangnya yang mulai basah lagi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd