Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

BAB XXII : RENATA GLACIA ADISTIA



Bu Manda, saya dicariin sama Bu Tari yah? WA nya dan di grup dari tadi nanya mulu di wa saya yang satu lagi

Iya, nanya gue mulu, masalah PJ kok bisa bocor sih?

Saya lupa Mbak, soalnya pake PO, harusnya langsung pake account pribadi Bapak

Gimana udah ketemu?

Udah Mbak, gila banget ngga berhenti nangis lihatnya

Picture recieved

Masyaallah Intan, mirip banget yah ama Eka, cantik sekali Putri

Renata gimana?

Ini kita lagi jalan mau jemput

Oke2, keep me update yah....

Siap Bu


********************


“Bapak-bapak ngga mau makan? Ini sudah siang mau sore lho...” tanya Menik ke dua orang itu

“nanti aja Bu...” ujar mereka sambil mengangguk hormat

Menik melihat ke arah Ijah, dia bingung dengan kelakuan dua orang ini. Disuruh makan malah bilang nanti, yang mau pada beli diusir-usirin sama mereka. Belum makan malah mau dibayar semuanya, namun Menik menolak, dia tahu mereka pasti akan bayar, hanya saja dia heran.

Tidak lama datang dua petugas kepolisian, mereka menyalami dua orang itu, lalu mengangguk ke arah Menik. Menik semakin heran melihat ini, namun dia hanya berpandangan saja dengan Ijah, dan meski bingung, mereka memilih diam dan mensyukuri hari ini bakal kecipratan rejeki yang tidak terduga.

“alhamdulillah Menik, rejeki” ujar Ijah

“iya Mbak, aku kasihan lihat Putri, mau benerin sepedanya nanti sore” ucap Menik

Ijah terenyuh mendengarnya, dia sekian tahun bersama ikut jualan dan membantu Menik, dia tahu persis bagaimana perjuangan dia membesarkan Putri, membagi semuanya dengan keluarganya, bahkan dia tidak pernah berpikir untuk dirinya sendiri, hanya untuk untuk anaknya dan keluarganya.

“insyaallah akan ada jalan keluarnya, Putri anak baik, pasti ada jalan buat dia”

“makasih Mbak...” ujar Menik lagi

“pada ngga mau makan, mereka kayaknya bukan orang sini” bisik Ijah

“iya, aneh “ sambil tersenyum

“mereka mau bayar tadi, makan aja belum udah mau bayar semua”

Mereka berdua saling senyum satu sama lain.



****************

Suara sirene motor patwal membuat pengemudi motor dan mobil memberi jalan pada rombongan yang sedang memasuki area pasar ikan Mayangan, mereka yang berada di sepanjang jalan melongok melihat ada 5 iring-iringan mobil yang bergerak masuk ke kawasan tersebut. Melihat parade kecil itu, semua sibuk menebak siapa orang penting yang sedang dikawal itu.

Mendengar suara sirene patwal yang mulai mendekat, dua orang itu segera berdiri ke arah tepian jalan, dan memerintahkan motor-motor yang di sedang berhenti di dekat situ agar jalan maju, karena rombongan akan parkir disitu.

“kayaknya rombongan yang dia bilang itu kali” ujar Ijah, mendengar suara sirene dan klakson patwal mendekat

“masa sih?”

Benar kata Ijah, motor patwal berhenti setelah melewati warung kecilnya, lalu ada beberapa mobil berhenti juga tidak jauh dari depan warungnya, dan betapa kagetnya saat mobil besar mewah berhenti tepat di depan warungnya.

Renata makin terkejut setelah melihat siapa yang turun dari mobil sebelah kiri tepat di depan warungnya

“Putri.....??” dia kaget melihat anaknya turun dari mobil mewah itu, dengan sweater barunya, kok anaknya bisa naik mobil semewah ini dan diantar pakai pasukan pengawalan.

Dan belum hilang kagetnya, dia semakin dibuat kaget lagi saat sosok pria yang keluar dari pintu kanan mobil, memutar dari belakang mobil, membantu Putri turun, dan kemudian mendekati warungnya

Jantung Menik seakan mau berhenti...

Dia seperti tidak percaya dengan apa yang di lihat saat ini...

Suara ramai orang-orang, suara Ijah yang menegurnya, bahkan suara Putri yang memanggilnya tidak dia dengar lagi

Tatapannya melekat di sosok tinggi tegap, berkulit putih, dengan balutan blazer membungkus kaos putihnya, dan kini sosok itu juga menatapnya dengan ribuan pandangan penuh arti, dia segera menyadari siapa pria itu

“mas Eka.......” suara Renata bergetar tanpa sadar

“mas Eka.....” dia seperti tidak percaya dengan pandangannya, sosok yang dirindukannya dan selalu hadir dalam setiap angan dan mimpinya, kini berdiri di depannya, memegang tangan Putri, tangan anak mereka, buah cinta mereka

“Ayang.....” oh rasanya panggilan itu membuat Renata semakin berdentam hatinya, panggilan yang dari dulu selalu diucapkan hanya oleh satu sosok, sosok yang sangat dia cintai, yang begitu dia rindukan

“Mas Eka....” tanpa dia sadari airmatanya mulai turun membasahi matanya, dadanya sesak dengan keharuan. Sosok yang sekian tahun hanya bisa hadir dalam setiap doanya, dalam setiap tarikan nafasnya, kini berdiri dengan senyuman, senyuman penuh hari.

“ayang....”

Eka menghambur ke depan warung, menghampiri kekasihnya, dan memeluknya dengan erat, pelukan yang sangat erat dan penuh rindu yang tidak pernah lekang oleh waktu

“Mas Eka....” bisik Renata di kupingnya dengan suara parau....” ini mas Eka aku khan...???”

“iya Ayang...... “

Pelukan Eka dengan sangat erat memeluk wanita yang dia sangat cintai, derai airmata membasahi bahu dan leher Eka, linangan airmata yang bertahun tahun dia simpan sendiri, kini tumpah ruah di pelukan kekasih hatinya,.

“Mas Eka.....” suara tangis Renata kini terdengar kencang, hati Eka jadi terseyat rasanya. Dia meemluk kekasihnya itu dengan sangat erat.....

“maafin aku Ayang..... maafin aku.....” pintanya dalam tangisnya.

Eka sangat terluka melihat kondisi kekasihnya ini, rasanya sakit dan miris melihat orang yang snagat dia cintai harus berjualan di warung yang sangat sederhana ini, disaat dia sedang berupaya keras mencari mereka berdua

Dia memeluk dan membelai rambut Renata, rasa sesalnya membuat airmatanya kembali turun, dia rasanya tidak mampu bahkan untuk memaafkan dirinya, selama ini dia sangat mencintai bahkan tidak pernah membiarkan Renata harus menderita seperti ini, dan hari ini dia melihat bagaimana sulitnya kehidupan anak dan Renata, itu yang membuat Eka semakin pilu dan sedih hatinya.

Suasana dan orang-orang yang meihat semua ikut terharu, seakan tidak perduli dengan sekelilingnya, Eka tetap memeluk Renata, dengan erat sembari airmatanya berlinangan mengucur, bercampur haru dan bahagia, karena usai sudah pencarian panjangnya.

“maafin aku Yang.....baru bisa datang dan ketemu......maafin aku....”

Renata menangis, dia menatap wajah Eka, wajah yang kini matanya juga penuh embun....

Dia hanya bisa menangis, tanpa suara kini

Eka menatap wajah lelah yang sekian tahun dia cari, wajah yang dia rindukan dalam setiap harinya, dia mencium pipinya, mencium bibirnya dengan lembut, lalu menenggelamkan wajah itu kedalam pelukannya lagi

Putri hanya diam, dia dirangkul oleh Intan, dan juga oleh Mak Ijah yang masih bengong. Dia hampir tidak mempercayai matanya, laki-laki ganteng yang memeluk Menik ternyata papanya Putri, sosok yang hanya dia dengar lewat cerita Menik, cerita yang kadang dia sendiri menyangsikan kebenarnnya. Pantas Menik tidak pernah membuka hati ke siapapun selama ini

“mas jemput Putri tadi....” suara Renata masih bergetar, dia hampir bingung dan tidak percaya dengan matanya, jika sosok yang dirindukan itu di depan matanya sekarang

“iya....” dia mengulurkan tangannya ke arah Putri, dan memeluk anak itu, mereka bertiga tenggelam dalam pelukan bersama, pelukan penuh kerinduan

“aku ngga boleh nangis....aku mau lihat muka Mas Eka sekarang....” suara terbata dan gugup Renata

Mereka kembali tenggelam dalam dekapan penuh kerinduan, momen yang sekian tahun mereka tunggu tanpa tahu kapan dan dimana akan terjadi, bahkan nyaris sudah mau hilang dari harapan untuk bisa terjadi, kini momen itu datang tepat di hari ini, momen yang sangat mengharukan dan membahagiakan.

Ijah dan Intan yang berdiri di dekat mereka ikut menteskan airmata haru, mereka saling tahu dan mengerti masing-masing kondisi orang yang ada didepan mereka, dan melihat adegan penuh tangis dan haru ini, tak pelak membuat mereka juga larut dalam suasana hati ini.

“duduk Mas...” Ijah mempersilahkan Eka untuk duduk di bangku warung tersebut,

Polisi dan petugas pengawal Eka lalu meminta masyarakat yang berkerumun untuk bubar

“bubar-bubar, mohon tidak mengganggu jalan umum yah..... ayo bubar-bubar, bukan tontonan”

Para pemilik warung dan juga warga yang disekitar disitu yang menegnal Renata langsung pada sibuk kasak kusuk

“siapa yah....”

“Kayaknya bapaknya putri....”

“orang kaya yah....mobilnya sampe banyak begitu.....”

Mereka sibuk memandang dari jauh dan ada yang celengak celinguk mencoba melihat ke arah warung yang kini dijaga dari luar oleh pengawal Eka, dan masing-masing sibuk saling bertanya dan memastikan, siapa dan apa yang terjadi.

Sementara Eka yang duduk di bangku panjang dengan kedua kakinya di masing masing sisi bangku, masih dengan erat memeluk Renata dari samping. Dia menumpahkan kerinduannya dengan tidak ingin lepas dari pelukan Renata

Gadis mungilnya yang dulu selalu ada dibelakang boncengannya, selalu jadi tempat curhatnya, mentornya, kakaknya, dan cinta sejatinya, bahkan segala galanya, yang kemudian hilang dari hidupnya membawa semua isi cinta dan hatinya, kini kembali hadir di hadapannya.

Renata yang kapalanya bersandar di bahu Eka, masih terisak isak dalam tangisan penuh haru, tangannya memegang tisu kadang menggunakan telapak tangannya menghapus airmatanya

“mas, kemana aja sih selama ini...... ngga tau kalo aku kangen....??” ujarnya disela tangisnya, wajahnya memandang Eka dengan penuh tangis di matanya.

“aku nyari Yang.... tapi benar-benar buntu, jejak kalian sulit dicari, untung anak buah bisa dapat Mbok lokasinya di Malang....” jelas Eka

“apa iya aku ngga nyari Ayang?”

Balasnya lagi sambil menggenggam tangan Renata yang masih bergetar, getar karena gugup dan rasa kagetnya melihat Eka muncul di hadapannya.

Renata menatap wajah Eka dengan penuh kerinduan

Astaga, wajah ganteng dengan senyum memikat itu masih sama, meski kini lebih gemuk dan berisi, tapi senyumnya dan tatapannya, masih sama dengan tatapan 14 tahun yang lalu, tatapan yang membuat dia selalu tidak mampu melupakannya, yang membuat dia rela menderita sekian tahun, karena dia yakin tatapan itu akan hadir kembali untuknya

Sedangkan Eka tersenyum penuh cinta, namun berbalut kesedihan dan rasa prihatin, melihat kondisi kekasihnya, ibu dari anaknya. Pakaian sederhana yang membalutnya, wajah letih dan lelah itu terlihat di pelupuk matanya dan gambar wajahnya. Meski raut manisnya tetap menghadirkan citra lama yang selalu dia rindukan, senyum manisnya yang selalu buat dia rindu dan jatuh hati.

Eka merasa sangat bersalah, harusnya dari dulu dia mencari mereka dengan lebih keras lagi, dia tidak mampu membayangkan bagaimana kerasnya hidup Renata dan Putri selama ini, tangan Renata yang jauh dari kata lembut dan terawat digenggamnya, pipi yang berurai airmata itu disentuhnya dengan lembut, dia mencium bahu wanita itu, lalu merangkulnya dengan erat.

“maafin aku Ayang.... sudah buat ayang menderita.....” bisiknya penuh kesedihan

“ngga Mas... aku yang salah, sudah buat cita-cita Mas....’

“sudah sayang.....Tuhan punya rencana lain buat kita...” potong Eka

Renata kembali menengok ke arah Eka, senyumannya kini lepas

“sekarang pun jika aku dipanggil Tuhan.....aku sudah lega....sudah lihat muka Mas lagi....” bulir embun di ujung matanya kembali muncul, menetes turun ke pipinya.

Eka merangkul wajah penuh airmata itu, dia memeluk dengan erat, pelukan penuh kerinduan yang rasanya tidak akan bisa terlukiskan dengan jelas, namun punya arti yang tidak bisa diterjemahkan oleh siapapun, selain pemilik hati yang bersyukur akhirnya bisa menemukan wanita yang sekian tahun dicarinya, wanita yang selalu membuat dia berpikir dan percaya, bahwa cintanya selalu tertinggal di sosok itu.

“mau ninggalin aku lagi.....??” tanya Eka sambil tersenyum

Renata hanya menundukkan wajahnya, dibaliknya kebahagiaannya bertemu Eka, melihat kondisi Eka sekarang dia jadi merasa minder sendiri, dia melirik sejenak ke Putri yang dia tahu bahwa semua yangmelekat dibadan Putri pasti pemberian Eka

“bau aku Mas...” elak Renata saat Eka memeluknya dengan erat, sambil mencium rambutnya

Eka tersenyum

“kasur dikamar juga dulu apek kok..... jadi Putri juga...” bisiknya sambil tertawa

Renata mencubit lengan Eka, dia lalu menengok wajah kekasihnya, tangannya membelai wajah ganteng itu, wajah yang nyaris tidak banyak berubah, wajah yang selalu tersenyum melihatnya, yang selalu dia rindukan

“Ma....” tegur Putri

Seketika Renata tersadar, dia lalu menyeka airmatanya dan kemudian tersenyum ke arah Putri

“sudah lihat wajah Papamu?” tanya Renata pelan

Putri menganggukan kepalanya tersenyum

“ dia selalu bertanya wajah papanya, kangennya dia ke Mas.... aku hanya bisa bilang berdoa...” suara Renata agar berat “ dan lihat ke cermin, karena wajah kalian mirip sekali.....”

Eka memeluk Putri yang berdiri di sampingnya, sambil mengusap punggung anaknya

“ini siapa Mas...” Renata tersadar bahwa banyak orang di warungnya. Pertemuannya dengan Eka membuat dia tidak sadar akan keadaan sekitarnya, dia terlalu bahagia dan terlalu terharu, karena doa dan harapannya selama ini akhirnya dijawab Tuhan hari ini.

“Oh.....” Eka juga tersadar seketika

“ Ini Reza, teman ku dan teman di kantor juga, dia yang berjasa besar mencari Ayang”

Reza lalu maju dan bersalaman

“ini Intan”

Intan juga maju dan bersalaman

“Intan, Bu....saya PA nya Pak Eka....” dia memperkenalkan dirinya

“PA?”

Eka tersenyum

“ Personal Assistant, asisten aku, sayang....”

“oh, maaf.....”

Renata agak minder karena dia melihat tampang Intan dan juga Eka yang begitu rapi dan glamour, sedangkan dia hanya menggunakan kaos oblong dengan celana jins yang sering dia pakai setiap hari untuk jualan, mana dia baru dari pasar, baunya pasti tidak nyaman disamping Eka.

Tapi Eka seakan tidak peduli, dia tetap saja merangkul dan memeluk Renata, dia seolah tidak ingin membiarkan Renata menjauh sedikitpun darinya.

“ini Ijah Mas... yang sering bantu aku disini” Renata memperkenalkan Ijah ke Eka

“ijah Mas....” Eka menyambut uluran tangan wanita itu

“ini bapaknya Putri, Mbak Ijah.....” ujar Renata

Ija terpukau melihat Eka

“pantas Menik tidak mau lihat yang lain yah.... bapaknya Putri ganteng banget....” ujar Ijah tanpa sadar, yang disambut gelak tawa diantara mereka....

“mas ngga mau makan?” tanya Renata

“ngga sayang, anak-anak aja yang makan....”

“ngga lapar?”

Eka memeluk Renata lagi

“aku mau makan masakan Ayang..... tapi ngga disini....” ujarnya sambil tersenyum

Renata mengernyitkan keningnya

“Boss.....ngga makan?” tanya

“makanlah kalian...”

“aku siapin yah...” ujar Renata

“Jangan Bu....” cegah mereka “....biar kami saja..”

Renata bingung, akhirnya Ijah yang membantu menyiapkan makanan untuk semua anggota yang hadir disitu, karena mereka tidak membiarkan dirinya melayani mereka.

“masih suka minum teh botol?” tanya Renata sambil membawakan teh botol buat Eka

Eka tersenyum sambil menerima teh botol dari tangan Renata, dia lalu menggenggam tangan Renata, membawanya ke ke dadanya. Dia ingat sambil makan mie ayam atau soto dulu, minumnya pasti selalu pesan teh botol, dan Renata masih mengingat itu.

“keluarga Mas di Jakarta?” tanya Renata lirih....

“ini keluargaku...” senyum Eka menjawab pertanyaan Renata

Renata menatap Eka dengan pandangan yang agak serius

“aku muter-muter cari Ayang dan Putri....kecapean...makanya malas nyariin yang lain....” ucapnya sambil menyeruput teh botolnya.

Renata mengulum senyumannya, matanya berkejap penuh arti

“ayang.... kenapa belum nikah?” tanya Eka sambil menatap wajahnya lurus

“Nunggu pria yang aku mau lamar aku.....ngga datang-datang, makanya ngga nikah2 aku....” jawabnya sambil tersenyum dan menunduk.... Eka tertawa lepas mendengarnya

Setelah mereka selesai makan, Eka yang sedari tadi tidak lepas pelukannya ke Renata, kadang lepas dari Renata, dia memeluk Putri

“ayang.... ayo....” ajak Eka

“kemana?” tanya Renata sedikit bingung

“ikut ke Jakarta!”

Renata kaget, ,mendengar ajakan Eka mengajaknya ke Jakarta seperti mengajaknya ke alun-alun kota...

“aku ama Putri?”

“iya....”

Renata bingung, dia melihat ke arah Putri dan Ijah....

“pergilah...” suruh Ijah sambil senyum

“Ini gimana...”

“ngga usah Ayang pikirin, masalah warung nanti aku suruh staff aku urusin...” ujar Eka

“tapi.....”

“rumah juga sudah diberesein... sudah diberesin masalah kontrakannya Ayang”

Renata kaget mendengarnya

“kalo Ayang mau, rumah itu kita beli sekalian....” ujar Eka lagi

Renata bingung sambil menatap Eka. Dia lalu melirik ke arah Putri

“Putri mau ikut Papa?”

Putri mengangguk cepat

Eka lalu mengambil tangan Renata, dia sedikit banyak mengerti kegundahan Renata

“ayang kenapa? Ngga kangen ama aku? Sampai ragu begitu....” sambil mengusap tangan Renata

“bukan.....aku....”

“ayang ngga usah kuatir, tidak ada yang bisa pisahkan kita lagi sekarang..... dan jika ayang ngga mau ikut, maka aku akan tinggal disini sama Ayang dan Putri....” mata Eka menatap tajam ke mata Renata. Dia mengerti akan kekuatiran Renata, karena memang Renata masih belum tahu kondisi Eka saat ini seperti apa, jadi rasanya gamang dan kuatir wajar baginya, dan Eka ingin menguatkan dia untuk tidak memikirkan hal itu lagi.

Mendapat pandangan Eka seperti itu, membuat Renata rasanya tidak kuat ditatap seperti itu oleh Eka, mata yang begitu dirindukan selama ini.

“aku ambil baju dulu....”

“ngga usah, sudah disiapkan nanti....”

Renata makin kaget mendengarnya

“Putri juga belum.....”

“Ngga usah.... udah gitu aja....nanti disiapin semua.....” kata Eka

Renata makin bingung, namun hatinya benar-benar bahagia, bisa bertemu dengan Eka kembali, dia benar-benar merasakan sukacita yang luarbiasa, doanya akhirnya dijawab oleh Yang Punya Hidup, yang sudah mempertemukan dirinya kembali.

Langsung semua sibuk karena rombongan akan segera bertolak kembali

“ Boss kita ke Surabaya aja yah....” ujar Reza

“oke”

“intan, minta tolong siapin semuanya yah...” ujar Reza

“iya Pak, semua pakaian Mbak Putri sama Bu Renata nanti tim Surabaya akan siapin”

“kita ke hotel kita aja, yang baru yah...”

“oke”

Renata lalu berpamitan dengan semua tetangga warungnya, mereka semua terharu melihat Renata yang mereka tidak sangka selama ini, ternyata Ayahnya Putri bukan orang sembarangan, semua mereka saling memberi selamat dan memeluk Renata

“hati-hati dijalan Mbak Menik....Mbak Putri....”

Renata memeluk Ijah, airmata haru tumpah saat mereka saling berpelukan

“selamat yah Menik....Allah sayang sama kamu...kesabaran kamu juga dibayar hari ini.... Mbak ikut bahagia.... jangan lupa kasih kabar.....” sambil memeluk Renata, yang sudah seperti adiknya sendiri. Dia juga memeluk Putri dengan penuh haru.

“iya Mbak, makasih banyak yah.....titip warung....” Kata Renata sambil memeluk Ijah

“aku dikasih amplop tebel banget sama anak buah suami kamu....” dia setengah berbisik

“yah sudah, pegang aja buat Mbak dan buat isi warung besok...”

Ijah menganggukan kepalanya, dia sedih sekaligus bahagia melihat kebahagiaan Menik dan Putri kini.

Renata agak gamang saat ingin naik mobil Eka, seumur hidupnya belum pernah dia naik mobil semewah ini.

“Putri didalam sayang, Mamah ditengah” ujar Eka

“intan sama Boss lagi yah, lu didepan aja...” komando Reza

Begitu semua siap, mobil dan rombongan lalu bergerak pelan meninggalkan daerah pasar ikan di pantai Mayangan.

Renata tidak habis pikir, dia berangkat hanya dengan baju dibadan, dompet dan ponsel yang dibawa, tanpa ada baju dan bawaan lain, Putri malah masih pakai seragam sekolahnya hanya saja jaketnya sudah berganti dan sepatunya. Dia bagai mimpi, bisa naik mobil mewah seperti ini, meninggalkan kota yang sudah ditinggalinya lebih dari 10 tahun, dan tiba-tiba ada Eka disampinya.

Dia meneteskan airmata haru kembali, dia tidak henti-hentinya mengucap syukur atas apa yang terjadi hari, terlalu indah dan terlalu bahagia buat dirinya, saat yang selama ini hanya ada dalam mimpinya dan angannya, terwujud hari ini.

“itu handphone siapa, Nak?” tanya dia ke Putri yang duduk di baris belakang

“handphone putri dikasih Papa...” jawabnya dia sambil mengecek dan membuka aplikasi di ponselnya

“bagus banget toh, Nduk...”

Putri tersenyum

“harganya 21 juta, Ma... Putri lihat harganya di toko ijo”

Renata terkejut sambil memandang ke Putri dan Eka.....

“mas, belinya kok mahal2...”

“ngga apa2.... “ senyum Eka

Renata dengan malu-malu memandang wajah Eka. Mereka saling berhadapan wajahnya, bertatapan dengan penuh senyum, matanya saling berbinar seakan memberi warna dan sinyal yang hanya mereka yang mengerti, sinyal sebuah cinta selalu ada, meski terpisah waktu dan jarak

“mah.....”

“mamah.....” panggil Putri agak keras karena Mamanya tidak mendengar panggilannya, malah asyik bertatapan mesra dengan Papahnya

“iya sayang.....”

“mama ngapain mandang Papa lama sekali....”

Renata tersenyum malu

“kangen toh Nduk....” tangannya membelai wajah Eka....

“tuh, kamu suka nanya wajah Papahmu... lihat betapa miripnya kalian....” ujarnya lagi.

Eka menengok kebelakang, tangannya membelai rambut anaknya

“Mah, tadi Pak Wira dicekik ama Papa...” celotoh Putri

Renata kaget bukan kepalang

“iya Mas?”

Eka hanya tersenyum kecil

“kok bisa sih?”

“yah bisa aja, dia berani menghina anak sama istriku harus siap terima resiko...”

Renata geleng-geleng kepala

“masih yah kelakuannya.....” sambil mencubit lengan Eka

Putri lalu menceritakan kehebohan di sekolah tadi saat Eka datang, sampai teman-teman dan guru-gurunya pada kaget. Renata tertawa saat Putri cerita bahwa Bu Anisah yang sombong itu ternyata dulu ngajar di sekolah papahnya.

Eka menggenggam tangannya Renata dengan erat, dia mengusap punggung tangan wanita yang begitu dia cintai itu. Tangan yang begitu perkasa dan mampu melewati ribuan hari penuh kesedihan, membuat dia terenyuh dan menahan sesak, karena dia masih menganggap bahwa diirinya juga yang punya andil besar atas sulitnya hidup Renata dan Putri.

“ Mas...”

“ya sayang...”

“Tari, bapak dan ibu,sama Eyang Putri gimana kabarnya?” tanya Renata lirih

Eka menghela nafasnya, sambil mengusap punggung tangan Renata

“Bapak dan Ibu di Blora, sudah pensiun sekarang urus ternak, Ibu juga urus butik sekarang” jawab Eka

“Yang Ti, sekarang urus hotel, ngga urus sih... dia pantau aja, Aayang kalau ingat hotel Dahlia dulu yang tua itu, sudah kita beli dan bangun lagi.... namanya jadi Wulandari Hotel....”

Renata terdiam menundukan kepalanya. Dia ingat sosok bijak yang sangat baik kepada keluarganya itu.

“Tari sekarang di kantor di Jakarta, sama aku... sudah nikah juga....”

Renata masih diam, dia masih suka teringat masa lalu yang sedikit menyerempetnya.

“ayang ngga usah kuatir...” Eka sepertinya membaca kekuatiran Renata “ saat ini tidak ada yang bisa memisahkan kita lagi....”

Eka mencium tangan Renata dengan lembut, hanya anggukan dan airmata yang mengambang di tepian mata dia yang menjadi jawaban buat Eka.

Intan lalu menyela sebentar

“Pak, PJ nya dipindah ke Juanda yah....”

“Oke Intan...”

Lalu...

“Bu Renata, maaf nanya ukuran bra nya....” bisik Intan

Renata menengok sambil mencubit Eka, lalu dia berbisik ke Intan

“ngga bawa baju lho kita berdua...”

“ngga apa2, sampai di Surabaya sudah disiapin, di dry cleaning biar langsung pakai” jawab Eka

Renata tidak mengerti apa yang dimaksud Eka, tapi dia diam saja, dia tahu bahwa Eka pasti akan mengurusnya dan anak mereka.

Dia lalu melirik, kemudian menatap Eka, Eka pun demikian, dia kini memandangi Renata dengan tatapan penuh sayang

“kangen aku Mas.....” bisik Renata

“ sama..... kanget banget ama Ayang....”

Tangan Eka membelai wajah Renata, wajah manis yang senyumannya selalu hadir dalam angan Eka, dan dia tidak bisa menahan dirinya, dia memegang wajah Renata, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Renata dengan lembut....

“Papa ama Mama.....” teriak Putri “ pacarannya jangan didepan Putri dong...”

Eka dan Renata tersadar lalu tertawa lepas

“papamu dulu banyak yang naksir, sampai teman2 mama juga pada naksir....”

“mama juga banyak yang naksir.....”

“iya tapi pada takut dihajar ama papamu....”

Mereka berdua saling nostalgia, tawa mereka lepas saat ingat Eka pernah mukulin Triyono, Parman, dan juga kejadian-kejadin lain.

" Rumah yang lama sudah roboh, jadi ama 2-3 rumah di sekeliling sudah aku beli tanahnya.... " Ujar Eka
" kalo kangen Ayang, aku suka datang kesitu...."

Renata terharu mendengarnya, ternyata untuk mencarinyapun sampai sedemikian pengorbana n Eka, hingga bekas rumah yang dulu mereka tinggali dan tumpangi milik orang itu, dibeli ama Eka hanya supaya kenangan mereka tetap ada dan hidup.

Intan yang mendengar dari kursi depan, hanya bisa tersenyum dalam hatinya dia sepintas memperhatikan, bagaimana Eka begitu mencintai Renata, meski yang naksir dia banyak dan jauh lebih cantik dari Renata secara fisik, namun dia mengagumi kebesaran hati Eka, yang tetap setia dan bahkan berani menjemput Renata dan anaknya. Mungkin anaknya sudah biasa karena punya ikatan darah, tapi menjaga cintanya hingga saat ini untuk tetap menunggu sampai bertemu Renata, rasanya sangat jarang ada pria yang punya hati sebesar itu

Besok di Group Holding Cakrawala atau di kantor jika pada tahu kalau Eka sudah bertemu dan memiliki anak bahkan istri, pasti banyak yang patah hati nih, pikir Intan.....

Sementara mobil mereka kini masuk tol untuk melaju ke arah barat tujuan Surabaya, menuju Polaris Hotel yang baru 2 minggu yang lalu diakusisi secara resmi oleh Polaris Hotel Management.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd