Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

Byk irisan bawang...jd mewek bacanya...Om @Elkintong memang luar biasa merajut huruf, merangkai kata...seakan saya hadir di sana melihat Eka bermandikan air mata...Sengsara Membawa Nikmat....
 
Kenapa ane jadi kayak emak² yang lagi nonton sinetron yaaa...?
Kalo ketemu pemeran antagonist jadi geram, lihat adegan sedih ikut mewek dan lihat adegan bahagia ikut senang.
Dan lagi bela²in pulang kerumah utk ngikutin episode walaupun lagi ada acara diluar.
Seperti ini kondisi ane baca kisah ini.
Sorry mas bro @Elkintong jadi curhat.
 
BAB XXI : JALAN PANJANG YANG KUTEMPUH UNTUK MENEMUKANMU


“Jeni....” teriak Tari dari ruangannya

“iya Bu...”

“ini biaya charter pesawat pribadi siapa yang order?” tanya dia

“sebentar Bu....”

Tidak lama kemudian....

“intan Bu...”

“intan?? Kok tanpa ada verifikasi kamu dan approval dari saya sudah langsung OK?”

“approval langsung dari Pak Eka....”

Tari kaget, kok bisa charter pesawat tanpa lewat mejanya.

“Bu Manda, Intan kemana? Tadi ditelp ke mejanya ngga masuk katanya?” tanya Tari ke Manda.

“ngga tau Bu, mungkin ada dinas luar...”

“ dinas luar kok manager HRD ngga tau?” cecar Tari lagi

“nanti gue cek dan info lagi” jawab Manda

Tari agak aneh hari ini, soalnya Eka dan Reza tidak masuk, Intan juga tidak masuk, HRD malah tidak tahu, dan ada biaya charter pesawat, meski itu sudah diapprove oleh Eka, tapi rasanya dia sebagai Finance Director wajib tahu. Dia menelpon Reza dan juga Eka, tidak ada jawaban sama sekali dari mereka berdua.

*****************​

Sementara itu di apartmentnya......

Joan sendiri merasa agak masgul hatinya, entah kenapa dia merasa belakangan ini semakin sering rindu dengan suami kontarknya itu. Meski Eka tetap diam dan dingin, tapi perlakuannya ke Joan, jantannya dia diatas tempat tidur, membuat dia sering merindukan Eka.

Sebelum berangkat ke Paris, Eka sempat datang menemui dan bercinta dengannya, namun sekarang sepulang dari Paris dan Malaysia, malah dia tidak muncul ke apartmentnya. Joan benar-benar merindukannya, dia dibuat galau dengan perasaannya, meski dalam kontrak jelas ditulis untuk tidak main hati, tapi bagaimanpun dia hanya wanita biasa yang punya hati, rasanya memang berat, tapi dia tidak bisa membohongi dirinya, dia kini sudah bermain hati dengan suami kontraknya ini.

Dia sendiri membenci rasa yang timbul ini, tapi dia tidak mampu menolak rasa itu, rasa yang timbul, ditambah lagi dengan Mama dan Papanya yang sering bertanya, meminta bahkan agar Eka jika bisa diajak ke Banjarmasin. Dia bingung bagaimana menjelaskan situasi hunungan dan kontrak ini ke mereka, sedangkan dirinya sendiri terperangkap dalam jerat yang harusnya dia hindari.

Dia kesal dengan dirinya sendiri, merindukan orang yang tidak merindukannya.......


*******************​

Mobil Avanza berisi 3 orang melaju di jalan Ikan Tongkol Probolinggo, mereka agak memperlambat jalannya, lalu berhenti sebentar di warung kopi yang ada beberapa orang sedang menikmati kopi dan minum disitu. Mereka memutuskan berhenti sejenak, memesan kopi dan bertanya kepada para tukang ojek disitu.

“Nuwun sewu Mas, numpang nanya, ada yang tahu warung nasi Bu Menik dimana yah?”

“Menik ?? wah ngga tau kita Mas....”

Tukang ojek lain bertanya

“nyari siapa Mas?”

“warung nasi mbak Menik....”

Sepertinya pada tidak tahu dimana warung nasi itu.

Tiba tiba, salah satu tukang ojek berbisik ke temannya

“menik bukannya yang punya warung nasi yang lu taksir?”

“emang Menik itu?”

“iya kali.... coba aja tanyain....”

“ngga ah, lagian ada si Gaban disana, gue mau makan aja sempat ditabok ama dia”

“lah, gaban tukang tagih itu?”

“iye.... dia kan naksir berat ama Menik..”

Mereka melihat tampang 3 orang ini, terlihat rapi dan sepertinya bukan orang sini, badan mereka tegap dan rambutnya pendek rapih.

“Mas siapanya memang yah?”

“kami dari Surabaya, kebetulan ada saudara ibu Menik minta kami mampir disini...” sahut mereka ramah

Dia langsung menghampiri kawannya lagi, dia memberi saran lagi

“kita tunjukin aja, sekalian tunjukin si gaban yang suka malakin ama mungut disana, pasti saudaranya menik ini bukan sembarang, bisa kena tampol si gaban. Sekalian balas dendam lu....”

Kawannya berpikir sebentar, lalu mengiyakan

“benar juga kata sampean...”

Lalu mereka berdua menghampiri lagi 3 orang tersebut

“Mas, kami sepertinya tahu tempatnya, cuma maaf... motor kami bensinnya kosong... “ ujarnya setengah nyengir....

3 orang itu langsung bangkit, salah satunya langsung menbuka tas nya, menyodorkan masing-masing 200 ribu

“buat bensin dan makan siang Mas berdua....”

Dia berdua kaget mendapat rejeki nomplok, sehari palingan dapat 50 ribu hasil ngojek, kini dapat 200 ribu

“ayo Mas...kami antar....”

Motor mereka segera jalan, dari tidak ada bensin tiba – tiba ada bensin siluman sehingga bisa langsung jalan motor dia berdua. Dan mobil itu mengikuti dari belakang, dan tiba di area pasar bagian belakangnya, mereka menujukan tempat warung nasi dimana Menik berjualan.

“Itu Mas, itu mbak yang bantuin dia yang di depan itu” kata mereka menunjuk salah satu warung yang ada yang menunggu disitu.

“makasih Mas”

Mereka bertiga segera bergerak, 2 orang turun ke arah warung, satu lagi standby di dalam mobil.

“selamat pagi, Mbak...” sapa mereka berdua

“Pagi Mas....mau makan?” sapa wanita yang jaga di warung

“eh...kami pesan kopi aja sama kue, makan beratnya nanti...” jawab mereka

“baik mas, kopi hitam yah?”

“betul Mbak....”

Kopi lalu dihidangkan, dan kue diatas piring juga ditaruh untuk mereka berdua

Tiba –tiba muncul satu orang sambil membawa catatan dan berteriak

“menik darling......”

Mendengar panggilan itu, muncul sosok wanita dari dalam, sambil sedikit manyun...
“ apa sih main darling-darling aja, belum ngumpul nih uangnya, nanti sorean yah....” ujar wanita itu.

“oke sayang, Mas Gaban siap menunggu....” ujarnya genit

“aku pesan kopi juga kalau begitu”

Wanita yang satunya lagi menyiapkan kopi dengan wajah agak kesal.

Pria yang disebut Gaban mamandang dua orang yang duduk di meja sebelah dengan pandangan agak curiga, dia menyelidiki dengan ekor matanya, dan itu sebabnya dia memilih untuk tetap duduk disitu, dia kuatir wanita yang ditaksirnya ini ada yang menggodanya.

Salah satu dari dua pria tersebut mengeluarkan ponselnya, dia pura-pura memainkan ponselnya, padahal dia sedang membuka aplikasi kamera, lalu diam-diam dia memotret wanita yang sedang mengaduk tempe dan sayur, dan kemudian dia mengirim foto tersebut via whatsapp



******************​

Rombongan mobil yang dikawal oleh petugas patwal sedang melaju dengan kencang, dan tidak terasa sebentar lagi akan keluar dari pintu toll Tongas, untuk keluar ke kota Probolinggo tujuan mereka. Tiba-tiba Reza menyapa boss nya

“Boss, cek wa lu....” ujarnya dia

Eka terbangun dari lamunannya, segera dia meraih ponselnya, membuka whatsapp dan membuka foto yang dikirim Reza...

Teng ... bagai dihantam palu godam....dadanya bercampur aduk rasanya

“ Yes..... it’s her....my Renata” ujarnya pelan.... kembali sudut matanya berembun

“noted Boss..’

Dia segera mengetik di WAnya lagi

Confirmed, dan amankan. Lalatpun tidak diijinkan menyentuhnya.


*******************​

Setelah menerima whatsapp balasan, dua orang yang duduk di warung itu langsung berdiri menghampiri Gaban.

“itu apa Mas?”

Gaban kaget

“ini setoran buat biaya keamanan”

“setoran apa?”

“buat keamanan...” jawab Gaban agak aneh meilhat mereka berdua

“legal..?? dari pasar atau pemerintah daerah?”

Gaban makin bingung, gelegat dua orang ini membuat dia agak sedikit ngeri

“yah, memang sudah aturannya...”

“aturan dari mana?’

Menik dan Ijah yang melihat mencoba melerai

“itu memang biaya keamanan pasar, mas...” ujar Menik

Melihat Menik keluar untuk menegur mereka, segera dua orang itu menyeuruh agar Menik masuk

“Ibu silahkan duduk didalam Bu.... ini kami akan tangani...”

Menik kaget, tangani apa?

“ kamu pergi sekarang, tidak boleh ada biaya keamanan ngga jelas disini” perintah salah satu orang ke Gaban

“waduh....ini sudah aturan wilayah disini.... sampean berdua jangan coba-coba...” gertak Gaban

“coba-coba apa?” tantang salah satunya

Dia menghampiri Gaban, mengambil buku catatan yang dipegang Gaban

“kamu anak buah Slamet Burik kan?” Gaban kaget mendengarnya

“bilang si Burik, ada saya Edi Gacor disini....” bisiknya di kuping Gaban, sambil menepuk pundak Gaban.

“warung ini milik boss saya, siapapun dilarang masuk, termasuk sampean....” ucapnya pelan, tapi cukup membuat Gaban gemetar. Dia seperti pernah mendengar nama itu, lalu segera mengambil bukunya, dan naik ke motornya, langsung pergi dengan buru-buru.

Menik dan Ijah kaget melihat kejadian itu, mereka tahu persis preman dibawah boss nya Gaban itu sangat terkenal dan menguasai wilayah di kawasan dekat pasar ikan ini, mereka sangat ditakuti, namun melihat Gaban pergi buru-buru, sepertinya orang dua ini bukan orang sembarangan.

Meski agak takut, tapi melihat dua orang itu menyapa dengan senyuman, Menik dan Ijah sedikit lega

“mau makan Mas?” tawar Menik

“nanti aja Bu...”

“kalau mau makan biar saya siapkan....” Menik mengambil piring untuk menyendok nasi

“jangan bu....” cegah salah satu diantara mereka

Menik bingung

“nanti kami ambil sendiri...” makin bingung Menik

“kok??”

“kami borong semua nya Bu...” jawab yang satunya lagi

Menik jadi heran, dia menatap wajah Ijah dengan wajah yang sama – sama bingung

“pokoknya Ibu tenang saja, kami lagi tunggu rombongan kami mau kesini, mau makan disini juga, tapi mohon Ibu santai duduk, dan jangan kemana mana” ujar salah satunya lagi. Menik senang mendengarnya meski bingung.

“mbak Menik, beli nasi....” salah satu ibu datang hendak membeli nasi

“maaf Bu, warung ini sementara tutup....eh bukan tutup, tapi sudah kami booking, jadi tidak boleh ada pembeli lain” cegah salah satunya lagi. Mendegar itu ibu yang hendak belanja, jadi mengurungkan niat, dia lalu menatap Menik, tapi dengan pandangan yang geli dan bingung, lalu berlalu.

Mereka menunduk dengan penuh hormat ke Menik, sambil tersenyum. Menik semakin bingung. Dia lalu melangkah hendak keluar ke warung sebelah, dan tiba-tiba dicegah “ibu tidak boleh keluar dulu dari warung, jika keluar harus kami kawal”

Menik kaget mendengarnya, dikawal? Tidak boleh keluar warung?

“loh, saya Cuma mau kesebelah..”

“maaf Bu, boss saya pesannya begitu, warung ini dibooking dan diborong semua makanannya, dan Ibu harus standby. Jika perlu apa, ibu bilang ke saya dan kawan saya, biar kami yang cari”

Menik ingin tertawa tapi dia bingung, Ijah pun demikian tidak kalah bingung.

“udah biar aja, yang penting makanan kita hari ini ludes” ujarnya ke arah Menik yang masih bingung sembil tertawa kecil


*****************​

Ayang..... tatapan Eka tidak lepas dari layar ponselnya, foto Renata yang diambil diam-diam oleh anakbuahnya, membuat dia kembali meneteskan airmatanya, wajah manis itu tidak banyak berubah, meski terlihat seperti kurang mengurus diri, tapi wajah manis, badannya yang masih langsing seperti dia gadis dulu, tidak berubah

Kangen aku Yang...... teriak hati Eka..... wajah dan sosok yang dirindukannya, wajah yang selalu menghiasi hari-harinya sekian tahun, bahkan hingga mereka terpisah selalu ada kerinduan yang tidak pernah padam kepada ibu dari anaknya ini.

Dia tidak henti mensyukuri jika akhirnya hari ini dia bisa datang menjumpai mereka berdua, setelah sekian tahun dia mencari, kini jarak mereka hanya terpisah beberapa kilometer lagi, dan mungkin dalam 15-20 menit lagi dia bisa menemui Renata.

“Boss, mau gue mintain no telpnya?” tanya Reza

“ngga usah.... gue mo bicara langsung nanti aja....” suara gugup penuh getar dari bibir Eka

Dia menengok Reza, dia tersenyum penuh haru

“thanks Bro.... really apprecaited..”

“gue yang ngga enak, nyarinya terlalu lama....”

Eka menepuk lengan kawannya itu.

“boss, kita mau kemana dulu?

“maksud lu?”

“SMP Pionir 2 km lagi, pasar sekitar 7 km lagi, mau kemana dulu?”

“ke SMP aja dulu....” putus Eka

Reza segera berbicara lewat radio

“tujuan ke SMP Pionir, 1,5 km didepan kita belok kanan, 100 meter disebelah kiri lokasinya, mohon rotator dan sirene jangan dibunyikan diarea sekolah....”

“siap Boss.... dicopy”

1,5 km dari titik tersebut rombongan segera berbelok ke kanan, dan kira-kira 100 meter rombongan berhenti di depan sekolah SMP Pionir. Salah satu petugas sempat turun berbicara dengan petugas keamaan yang menjaga pintu gerbang, lalu pintu gerbang dibuka dan kemudian rombongan bisa masuk ke halaman parkir depan.

Wajah tegang dan gugup terlihat di raut wajah Eka, dia memandang bangunan dua lantai di depannya ini, tidak percaya rasanya dia akan segera bertemu anaknya.

“ada di kelasnya kan?” tanyanya ke Reza

“ada boss” jawabnya

Eka gugup dan gemetar

“ baju gue udah OK khan? Intan gimana gue?” tanya dia agak gugup

“ udah keren Pak” intan mengangkat jempolnya

Kaos casual dengan celana jins, dibalut blazer biru dengan sepatu sneakers membuat tampang Eka memang selalu terlihat segar, meski wajahnya kali ini sangat tegang, dia sempat merapihkan rambutnya, berkaca di cermin di mobilnya sebelum turun.

Kelas VIII B ramai karena Ibu guru matematika mereka Pak Suadi keluar sebentar ke ruang guru. Dan masuknya rombongan mobil ke halaman depan jelas terlihat dari jendela mereka. Rombongan sebanyak itu dan mobil mewah beserta motor pengawalan jelas menarik perhatian buat mereka.

Mereka ramai-ramai mengintip dari jendela, sambil kasak kusuk menebak siapa pejabat yang datang, tidak terkecuali Putri dan Rany, mereka mengintip dari jendela.

“ih, kayak artis korea yah...***nteng banget....putih lagi...” ujar Rany ke Putri

Putri tersenyum melihat sosok ganteng yang baru turun dari Alphard, dan juga ada wanita cantik disebelahnya yang membawa tas. Sosok pria sempat menengok ke arah jendela, sehingga dengan jelas mereka bisa melihat wajah ganteng itu.

“heh.....ngintip aja, sana duduk...” bentak Titi salah satu anak yang memang agak kurang menyukai Putri.

“lagian juga ngga akan nyari kamu kok”

Putri dan Rany memilih menyingkir daripada berurusan dengan anak orang kaya ini. Mereka suduah berkali kali harus menelan pil pahit jika berurusan dengan dia, apalagi jika ayahnya dan ibunya sudah turun tangan belain anaknya.

“kamu sudah beres semuanya?”

“sudah”

“wah, aku lihat no 7 yo, aku belum soalnya” ujar Rany sambil cengengesan ingin menyontek dari kawannya

*******************​

“selamat siang Bapak dan Ibu, maaf dari mana dan ingin bertemu siapa yah? “ tanya salah seorang guru piket di ruang depan tempat tamu diterima

“eh.... kami boleh bertemu dengan Ibu kepala sekolah?” tanya Reza “ atau mungin dengan wakilnya atau guru piketnya?”

“saya sih yang piket, tapi Ibu kepala sekolah kami ada” jawabnya lagi” maaf dari mana dan apa keperluannya?”

Eka bingung jawabnya

“Kami ada urusan masalah keluarga sebenarnya, namun biar ada Ibu Kepala sekolah jika ada, biar kami bicara”

“oh begitu”

“saya Reza, kami dari Jakarta, ini pimpinan saya Pak Eka, dan ini kawan saya Ibu Intan” Reza memperkenalkan diri.

Melihat rombongan itu dan ada pihak kepolisian juga ikut hadir, akhirnya guru piket itu masuk dan memanggil kepala sekolahnya.

“silahkan duduk dulu Bapak dan Ibu” dia mempersilahkan tamunya duduk

Bukan hanya siswa yang heboh, guru-guru yang sedang di ruang guru jadi ikutan heboh dan pada datang ke ruang depan tempat penerimaan tamu, saat mendengar ada tamu ganteng dan cantik katanya mengunjungi sekolah mereka.

“pak Eka yah....” teriak salah satu guru

“oh, iya Bu...” Eka bangkit dari duduknya gara-gara ada yang menyapanya

“ya Allah....senangnya... bapak apa kabar? Ada keperluan apa kesini?” teriak guru itu heboh sendiri. Dia lalu menyalami Eka dan mencium tangannya, Eka dan Reza jadi bingung ini siapa

“saya Anisah Pak, saya ngajar di Cakrawala tahun kemarin di SMPnya”

“oh....apa kabar Bu?”

Eka segera sadar, ternyata guru di sekolahnya dia yang pindah kesini. Belum sempat Eka bertanya lebih lanjut, kepala sekolah sudah datang dan menyapa.

“selamat siang Bapak Ibu... mohon maaf, saya Tuty, kepala sekolah SMP Pionir ini....”

“siang Bu, perkenalkan saya Reza, ini Pak Eka, dan ini Bu Intan...” Reza memperkenalkan mereka bertiga.

“oh iya selamat datang di sekolah kami.....”

Bu Guru yang namanya Anisah nampak berbisik ke Ibu Kepala sekolah

“kita ke ruangan di dalam saja yah...” ajak Kepala sekolah ke mereka bertiga

“Bu Anisah, Ibu Waka Bu Neny, dan Bu Tami yang piket ayo ikut” ajak Bu Tuty ke staff nya untuk ikut menemaninya menemui tamu-tamunya

“ini sekolah swasta yah Bu...”

“benar Pak, punya yayasan...”

“sama kayak Cakrawala Pak....” timpal Anisah

“kok Ibu pindah kesini” tanya Reza

“ikut suami Pak, suami kan PNS disini, jadi saya ikut....” ujarnya lagi “padahal saya sih lebih suka masih nagjar disana”

Semua tersenyum mendengarnya

“silahkan duduk bapak ibu” Ibu kepsek mempersilahkan

Mereka lalu saling berbasa basi sedikit bertanya kondisi sekolah, dan hal-hal ringan lain, termasuk kondisi sekolah di Cakrawala yang jauh lebih mewah dan fasilitasnya jelas jauh diatas sekolah di kabupaten kecil seperti ini.

“jadi gini Bu Kepsek.... kami ini sebenarnya ada perlu sedikit ke sekolah ini...” ujar Reza, sambil melihat wajah tegang Eka yang gugup dan sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu anaknya.

“iya Pak, apa yang bisa kami bantu?”

Dia sejenak, lalu Reza menengok ke arah Eka, Eka hanya menganggukan kepala

“gini Bu, kami mau bertemu dan mau jemput anaknya Pak Eka....” ujar Reza

Kata-kata Reza sekaligus mengagetkan mereka semua, termasuk Anisah, karena dia tahu bahwa Eka masih single dan belum menikah, lalu bilang ada anaknya disini, tentu mengagetkan. Anak milyarder sekolah disini dan mereka tidak tahu.

“anak pak Eka?” Bu Tuty seperti tidak percaya, karena wajahnya Eka yang masih terlihat sangat muda, apa iya anaknya sudah SMP.

Eka nampaknya menyadari ada banyak pertanyaan mereka, dia langsung berusaha mengatasi kegugupannya

“eh gini Bu..... “sedikit terbata dia menjelaskan...” anak saya ini lahir ketika saya baru selesai SMA”

Kata-kata Eka membuat semua mereka tambah kaget disini

“dan ini baru pertama kali kami bertemu, karena saya baru dapat infonya jika dia tinggal di kota ini, dan sekolah disini....”

Semua langsung terhenyak mendengarnya....

“Eka Putri Perdana.... nama anak bapak?” tanya Bu Neny.

“iya iya Bu....” jawab Eka cepat

“Putri? Kelas 8 B?” tanya Ibu kepsek

“iya Bu, mirip banget soalnya mukanya......” ujar Bu Neny.

Eka seketika sesak dadanya, dia seakan tidak sabar untuk bertemu anaknya

“kalau Ibunya?” tanya Bu tuty

“ tadinya kita mau ke pasar dan ke warung tempat ibunya jualan, tapi karena sekolah ini lebih dekat, kita kesini dulu” jawab Reza

“bukan maksudnya apa dengan ibunya......” ucap Bu Tuty

“Ranata Glacia Adistia, nama ibunya..... belum ketemu, karena baru dapat informasi dari kakeknya jika mereka berdua ada disini....” terang Eka cepat, dia bisa membaca arah pertanyaan Ibu Kepsek itu,

Bu Tuti memandang ke arah Bu Neny dan Anisah sejenak

“nama ibunya memang itu, dan kartu keluarganya hanya mereka berdua....” ucap Bu Neny, wakil kepsek yang mengurus bagian data kependidikan, dia sangat hapal dengan sebagian besar muridnya

Mereka kembali bingung, sedangkan Eka semakin tidak sabar...

“jadi Bapak mau bertemu Putri yah..... “

“betul Bu....”

“ini ibunya sudah tahu belum yah.....” bingung jadinya kepsek ini

“nanti kita akan jemput kok Bu... lagian ini ada pengawalan dari bapak-bapak kepolisian, kami juga sudah koordinasi dengan Polres Probolinggo, bahkan dengan bupati juga sudah kami beritahu...” jawab Reza, karena memang dia sudah berkoordinasi dengan semua pihak.

“saya coba diskusi dengan tim saya dulu yah.....” ujar Bu Tuty

Eka agak kesal, tapi dia memilih diam

“wajahnya sangat mirip memang” jawab Neny

“dia pemilik Cakrawala Bu, pemilik jaringan Hotel Polaris juga Bu...” jawab Anisah meyakinkan Ibu Tuty

“oh gitu.....”

Akhirnya

“ Pak Eka, kami panggilkan anak Bapak dulu yah.....” ujar Bu Tuty

“iya Bu...” ucap Eka

Dia benar-benar gugup dan sedikit gemetar

“Tan....gue udah Ok khan?”

“Udah Pak...keren lah pokoknya...” jawab Intan, dia tahu Eka galau dan gugup ingin bertemu anaknya

“hadiahnya dimana?”

“di mobil pak, saya suruh bawa turun yah...”

“Oke...”

“semuanya?”

“iya semuanya...”

Kelas VIII B yang sedang belajar, dikagetkan oleh ketokan di pintu kelas, Ibu Tamy yang piket hari ini menghampiri guru matematika mereka, Bapak Suadi, berbicara sebentar berbisik bisik, lalu menghadap ke arah murid-murid.

“Eka Putri, ikut ibu yuk...”

Putri kaget, dia ingat belum bayar SPP dua bulan, pasti gara-gara ini dia dipanggil

“iya Bu....” sambil berdiri

“ayo, ditunggu Ibu kepela sekolah....”

Makin kaget Putri

“tas kamu bawa sekalian” perintah Bu Tamy.

Putri bingung, Rany juga, teman-teman sekelasnya apalagi. Namun dengan segera Putri memasukan buku-buku ke tasnya yang sudah agak robek dibagian retsluitingnya, lalu dia maju berpamitan dengan Rany, mencium tangan Pak Suadi, dan keluar dibelakang Bu Tamy.

“sini nak...” ujar Bu Tamy sambil merangkul Putri.

Guru itu melihat wajah Putri, dia membayangkan akan kagetnya anak itu jika tahu bapaknya yang akan menjemputnya adalah bukan orang sembarangan. Dia merasa terharu, rasa senang dan ikut bahagia. Dia banyak tahu anak ini memang rajin, jarang bicara dan sering cenderung dibuly, makanya nasibnya berubah dengan sekejappun pasti ada rencana Yang Kuasa dibalik ini.

“putri kenapa pak?” tanya Titi, dia memang murid yang paling berani bertanya

“dijemput keluarga.... ada bapaknya datang...” jawan Suadi dengan cueknya

Semua dikelas langsung kaget mendengarnya. Jadi sosok ganteng tadi itu bapaknya Putri?

Kasak kusuk terdengar

“diam semuanya.......soal no 11-15 segera kerjakan, baru kalian boleh pulang”

*********************​

Putri berjalan ke arah ruangan Ibu kepala sekolah, dan Intan yang sedang mengomandoi untuk emngambil dus yang berisi hadiah, ditambah kedatangan mobil satu lagi yang berisi makanan kotak, melihat sosok berbaju putih biru jalan didampingi gurunya

Astaga, pikirnya, sungguh anak ini mirip sekali Pak Eka, tingginya, putih kulitnya dan wajahnya, tidak jauh dengan wajah Eka dan Tari, benar-benar mirip sekali.

Anisah dan Bu Neny yang melihat Putri masuk, langsung memeluk anak itu, Putri kaget mengapa guru-gurunya pada memeluk dan berubah sekali dengannya hari ini. Apalagi Bu Anisah yag dikenal agak jutek dan suka banggain jaman dia mengajar di Jakarta dulu.

Ibu Kepala sekola lalu menghampirinya, dan tersenyum ke arahnya

“Putri..... papah kamu datang untuk bertemu kamu.....”

Dada Putri berdentam seketika, papahnya?

Sosok yang selama ini dia tanyakan ke Mama....apa yang tadi keluar dari mobil? Itu Papa?

Dada Putri berdetak kencang, kakinya gamang seketika,

Putri melangkah masuk ke ruangan Kepala sekolah, dan benar tepat berdiri di depannya sosok ganteng yang tadi dilihatnya..... sosok itu menatapnya dengan pandangan yang sulit dia nilai.... pandangan penuh rindu....

Eka mendekati anaknya.... air matanya terlihat dimatanya, sosok cantik dan agak kurus, berkulit putih... wajah itu... wajah yang dia rindukan.....

Dia menatap anaknya.....

“anakku Putri.....” getar di bibirnya tidak bisa disembunyikan.... dia mendekati anaknya.... berdiri dengan penuh rindu dan berjuta rasa yang sulit dia ungkapkan, dan tiba – tiba dia lalu memeluk anaknya dengan penuh haru.... dia menangis dengan penuh haru, menangis dengan kencang....

“anakku .....papa mohon maaf sayang.... papa baru bisa menemui putri....” suara tangisan pria itu terdengar lewat isakannya

“papa minta maaf sayang....papa minta maaf.....”

Suara bergetar penuh emosi keluar dari bibir Eka....airmata tidak henti mengalir, dia memeluk anaknya yang dia rindukan, anak yang tidak pernah dia lihat semenjak lahir.....

Putri juga hanya bisa meneteskan airmata, dia bagai tidak percaya yang saat ini dia dalam pelukan ayahnya, sosok yang selama ini hanya ada dalam bayangannya, ada dalam benak dan mimpinya, kini ada didepannya dan memeluknya dengan erat....

“maafin Papa sayang.....” suara parau penuh tangisan itu masih terus meminta maaf ke anaknya....

Semua yang hadir di ruangan itu bercucuran airmata, siang terik di langit sekolah tidak mampu menahan rasa haru mereka yang melihat suasana pertemuan untuk pertama kalinya setealh pencarian sekian tahun

Intan dan Reza juga terharu, Intan apalagi, airmatanya mengalir, sambil mendokumentasikan pertemuan bersejarah itu, dia hanya bisa mengucap syukur dalam hatinya, penantian bossnya Eka untuk bertemu anaknya berakhir sudah.

Eka lalu menatap wajah anaknya....senyumnya terkembang di wajahnya, dia mengusap wajah cantik itu, menghapus airmatanya yang turun dari mata indah itu, sementara dia sendiripun masih terisak penuh haru, bahagia dan campur aduk, melihat penantian panjangnya ini kini ada dalam pelukannya.

Kembali dia memeluk anaknya dengan erat, pecah sudah kerinduannya, dia menenggelamkan wajah anaknya di dadanya, dengan penuh kasih dia mencium rambut dan kepala Putri, airmatanya bercampur dan menetes di rambut anaknya. Dia seakan tidak mampu berkata kata, keharuan dan rasa bahagianya terlalu besar, terlalu indah baginya, anak perempuannya yang dia cari kini sudah dalam dekapannya

“maafin papa sayang....” sambil memegang pipi anaknya

Sambil berderai airmata, anak perempuannya itu menganggukkan kepalanya....

Ibu kepala sekolah yang menyaksikan pertemuan itu, lalu berbisik ke Intan dan Reza, sambil menyeak airmata dengan tisunya

“silahkan pakai dulu ruangan ini, saya dan teman-teman guru ada di ruangan sebelah, jika sudah selesai panggil kami...” jawabnya sambil menyeka airmatanya

“iya Makasih Bu....”

“Ibu Neny mungkin bisa disini dengan Ibu Tamy....” ujar Bu Kepsek.

Mereka saling mengganggukan kepala, sambil memandang pertemuan penuh haru antara anak dan bapaknya, yang semenjak dia lahir, baru kali ini bertemu dalam suasana yang penuh haru dan bercampur kebahagiaan.

“bos... “tegur Reza....” kata Bu Kepsek kita bisa disini sementara”

Eka tersadar seketika, dia lalu memperkenalkan Reza dan Intan ke anaknya

“sayang, ini Om Reza, dan ini Tante Intan, teman Papa....”

Putri menyodorkjan tangannya dan mencium tangan Reza dan Intan....Intan memeluk Putri dengan erat.... “mirip banget ama Papa dan Tante Tari....”

Putri menengok ke ayahnya....

“Tari adik papah, tantenya putri sayang.....” ucap Eka sambil merangkul anaknya

“duduk sayang.....” ujar Eka” sayang sudah makan....”

Putri menggelengkan kepalanya

“intan....” panggil Eka

Intan lalu membawa kotak makanan dan botol minuman aqua, serta tisu dan juga hand sanitizer

“sayang makan yah......”

“ini apa Pah?” tanya Putri....

Mendengar kata-kata itu pertama kali disebut, Eka tidak mampu menahan tangisnya, airmatanya kembali turun di pipinya, dia merangkul anaknya kembali dalam pelukannya. Ini rasanya panggilan sakti itu, ini rasanya menjadi seseorang yang disebut papah.

“makanan jepang, sayang.... papa suapin yah....” ujar Eka lirih

Dia membuka box makanan itu, lalu mengambil sumpit dan sendok, mengaduknya, menyobek saos dan mayones, lalu mulai menyuapi anaknya, sambil menahan air mata haru, momen yang begitu lama dia tunggu, kini terasa sangat indah saat anaknya membuka mulutnya menerima suapan pertama kalinya dari dirinya sebagai papanya.

“enak kan?” tanya Eka

Pandangan Eka turun ke sepatu anaknya, yang sudah agak membuka ujungnya, lalu tasnya yang sudah bolong kecil, sambil menatap wajah anaknya, dia kembali menyuapinya. Putri sepertinya mengerti apa yang jadi perhatian papanya, dia hanya diam menundukan kepalanya.

“papah ngga makan?’ tanya dia lembut.

Hati Eka bagaikan disiram air dingin, rasanya luarbiasa mendengar suara anaknya.

“papa ngga lapar, ketemu anak papa sudah hilang lapar papah.....” Putri tersenyum mendengarnya

Dia sungguh bahagia hari ini, tidak disangka sosok yang begitu dia rindukanm yang selama dia selalu dia tangisi setiap saat dia sedih, saat dia bertanya ke mama, kini dihadirkan di hadapannya, dan seperti yang dibilang Mama, wajah itu memang mirip dengannya. Lihat aja di cermin, itulah wajah papa kamu, selalu itu yang mama bilang.

Begitu makanannya selesai dimakan, Eka bertanya lagi

“mau nambah?”

“ngga pa...” Putri tersenyum

Eka membuka air minum kemasan, lalu memberikannya ke Putri.

“intan, kotak makanan banyak belinya?”

“iya Pak, semobil isinya....”

“bagi ke guru-guru aja kalo gitu....”

“baik pak....”

“Oh iya, ngga apa2 kan kita disini?”

“kata Bu Tuty tadi pakai aja Pak, nanti kalo sudah selesai kita kasih tau mereka...”

“ yang kemarin mana?” tanya dia lagi

“ini Pak.....” tunjuk Intan ke dus besar dan dus kecil di samping meja...

Eka sedih sekali melihat sepatu dan tas anaknya. Tas seorang anak CEO dan Pemilik perusahaan besar, membuat dia sedih dan terpukul sekali, tidak disangka anaknya akan semenderita ini, akan seprihatin ini dalam sekolah dan kesehariannya.

“ sayang kaki ukuran berapa?”

“ 38 Pah....”

Putri kaget melihat dus besar itu dibongkar, isinya semua sepatu.

“ini pak, yang 38, kaka mau warna yang mana?” tanya Intan

Putri memandang ke ayahnya bingung

“sayang suka warna apa?”

Setelah diam, lalu dia menjawab

“yang pink aja....”

Intan lalu menyodorkan sepatu putih yang bermotif pink di garis-garisnya.

“kaos kakinya Ntan...”

Pengawalnya juga ikut sibuk membuka dan membereskan semua tentengan yang ada.

“papa ngga tau nomor kaki putri berapa, warna kesukaannya apa, maka papa beli semua nomor dan warna, biar putri yang milih....”

Putri kaget mendengarnya, semua sepatu itu buat dia? Selama ini dia hanya punya satu sepatu dan itu juga sudah was-was mau bolong....

Eka lalu menundukan badannya didepan Putri, meski Putri agak menolak karena malu, tapi Eka tetap membuka sepatu Putri dan kaos kakinya, lalu memakaikan kaos kaki yang baru, dan sepatu baru ke sepasang kaki anaknya.

Airmatanya kembali menetes, dia ingat impian lamanya, kerinduan untuk memakaikan sepatu untuk putrinya kini terbayar sudah. Dia lalu memegang tangan anaknya, sambil bersimpuh didepan Putri, lirih suara Eka “ ini impian papa dari dulu, bisa memakaikan sepatu ke kaki anak perempuan papa....”

Sambil mencium kedua tangan anaknya, dia lalu berdiri dan mengambil beberapa hadiah buat Putri di dus yang agak kecil

“tasnya mau yang mana, ka?” tanya Intan sambil memperlihatkan ada 4 tas yang dijejerkannya. Putri kembali menunjuk tas bernuansa pink yang jadi warna kesukaannya.

“pasti jaketnya mau yang pink juga?” dia memberi jaket warna senada untuk Putri, agar diganti jaketnya dia yang sudah belel itu

Putri tersenyum dan mengucapkan terima kasih ke Intan.

“sayang ngga ada hape?” tanya Eka saat melihat Putri memindahkan buku dan perlengkapan tulisnya ke tas nya yang baru. Putri menggelengkan kepalanya.

“kalo belajar online?”

“pinjam hape mama...” ujarnya pelan

Dada Eka bagaikan dipukul dengan palu mendengar itu. Dia segera membuka bungkusan ponsel buat anaknya dan juga ipad, lalu menyodorkan ke anaknya. Putri bengong melihat ponsel mewah yang hanya dilihat di sinteron atau di youtube, kini digenggaman tanganya.

“buat Putri?ini kan Iphone 13?” tanyanya dia seolah tidak percaya

“iya sayang.....” senyum getir sang papah melihat kilatan sukacita di mata anaknya

Putri seperti tidak percaya melihat benda itu digenggaman tanganya. Lalu jam tangan, dan terakhir kalung melingkar di lehernya, dia bagaikan tidak yakin dengan semua ini, datang begitu cepat dan begitu drastis baginya

“ mama marah ngga?” tanya Putri agak bengong, karena memang mama suka larang jika dia menerima pemberian orang lain.

Eka memeluk anaknya dengan erat

“Sayang anak Papa, dan ini hadiah dari papa buat putri, ngga mungkin mama marah.....”

Senyuman manis muncul di bibir anaknya, membuat hati bahagia di dada Eka semakin membuncah, dia tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Yang Diatas untuk semua hal indah hari ini, dia akhirnya bisa menebus semua kesalahannya dia selama ini.

“kita pulang yuk... jemput mamah....” kata Eka, disambut oleh anggukan kepala Putri.

“Pah....”

“iya sayang..”

“ini sepatu buat putri semua?”

“iya...”

“Putri boleh minta ngga dua sepatu?”

Eka hran dan sedikit tertawa

“ini semua punya sayang, kenapa harus minta?”

Putri diam sejenak....

“mau putri kasih ke teman Putri, yang sudah baik ama putri selama ini....” ucapnya pelan

Eka terharu mendengarnya....

“boleh sayang, boleh sekali....”

Putri lalu memilih du pasang sepatu, lalu dia keluar sebentar dan menuju ke Ibu Neny yang sedang berdiri di luar

“bu, nitip buat Talia yah.... “

Ibu Neny kaget, dia tahu memang Talia anaknya dekat dengan Putri, tapi medapat hadiah sepatu seperti ini membuat dia kaget

“makasih yah Put.....” setengah tidak percaya dirinya, apalagi melihat banderol harga sebesar 1,899 juta yang belum dicopot, membuat matanya jadi kunang-kunang seketika.

Mereka lalu pamitan ke Ibu kepala sekolah dan guru-guru semua yang ada disitu.

“saya pamit Bu, terimakasih atas semua kebaikan dan perhatian ibu dan bapak semua disini, termasuk sudah mendidik anak saya selama satu setengah tahun ini, terima kasih sekali lagi.....” ucap Eka

“untuk hal-hal lain, silahkan hubungin nanti Bu Intan, kami sebagai bentuk terima kasih, mungkin akan membantu untuk pengadaan fasilitas pendidikan di sekolah sini.....”

“Makasih banyak Bapak...” ucap Bu Tuty penuh haru

Putri lalu berpamitan, dan mencium tangan guru-guurnya yang ada disitu, mereka kaget, terharu dan bahkan tidak menyangka ternyata selama ini masalah dan rahasia yang terpendam sekian lama, akhirnya terjawab juga siapa bapaknya Putri.

“mengenai sekolahnya Putri, saya kan diskusikan dengan mamanya nanti, tapi yang pasti malam ini atau besok pagi akan saya bawa anak saya ke Jakarta, jika diijinkan, kemungkinan Putri akan sekolah di Jakarta...” ujar Eka kembali

“ia Pak, fasilitasnya lebih bagus, lagian bapaknya punya sekolah, masa anaknya sekolah disini” ceplos Bu Anisah dengan cepat.

Putri hanya tertawa dalam hati, ternyata sekolah canggih dan bagus yang suka diceritakan dan disombongkan oleh Bu Anisah saat mengajar di kelas, itu adalah sekolah milik Papanya.

Eka memberi kode ke Intan dan Reza agar jangan lupa memberi sedikit bingkisan buat guru-guru yang ada “ kasih aja lumpsum ke kepsek, ama wakilnya, nanti biar mereka yang bagi” perintah Eka ke Reza dan juga Intan

Putri lalu pamitan ke temannya Rany, dia memeluk Rany dan sambil meneteskan airmatanya. Dia memberi sepasang sepatu, dan juga tas yang baru buat sahabat karibnya itu. “ aku mau ke Jakarta, dijemput papaku...” kata Putri sambil memeluk sahabatnya erat-erat.

“jangan lupain aku yah.....” pesan Rany

Guru guru dan teman-teman Putri kaget meihat Putri yang tadi kini sudah berubah total, semua serba baru, kecuali pakaian seragamnya. Mulai dari sepatunya, tasnya, jam tanagn dan jaketnya, dan tangannya menggenggam iphone terbaru, ponsel mewah yang tidak ada satupun di sekolah ini yang memilikinya.

“pah, sepedaku di belakang” ujar Putri

Seketika itu satpam sekolah langsung bergerak tanpa disuruh, mengambil sepeda Putri, yang selama ini dia pakai untuk berangkat dan pulang sekolah.

“muat dibagasi mobil aja” perintah Reza

“bu, makasih yah...” pamit Eka ke Bu Neny

“iya Pak, makasih juga...Putri memang anak baik...”

Dia lalu melihat ke gerbang, ada Pak Wira yang sedang memarahi satpam karena membiarkan mobil rombongan itu

“pak...” panggil Neny

“oh iya Bu...”

“hmmmm...”

“ada masalah anak saya selama ini?” tanya Eka, setahu dia hanya pembayaran saja yang dia sudah perintahkan Intan agar segera diselesaikan semuanya sekarang

“ngga sih Pak, Cuma dulu ada masalah, saya pun marah sebenarnya.....”

“masalah apa yah Bu...” tanya Eka penasaran

“bapak lihat orang yang di mobil sedan itu?”

Eka melihat ada mobil sedan yang pengemudinya masih mengomel ke satpam

“namanya Pak wira, dia pernah hanya karena anaknya berselisih paham dengan Putri, sampai putri dan mamanya dikata-katain kasar sama dia”

“bilang apa dia...” emosi eka mulai naik

“yah macam-macam, anak kampunganlah, anak haram lah..... tapi bapak jangan bilang saya yng ngomong, bapak tanya aja ke putri nanti....saya sih kesal saja sama dia mentang2 kontraktor orang pemda, sombong sekali”

Eka menatap agak tajam ke arah mobil itu, lalu

“makasih banyak yah Bu, infonya....” Eka lalu berpamitan

Dia lalu menggenggam tangan anakny Putri yang sudah selesai berpamitan dengan teman-temannya, sambil jalan ke arah mobil, dia merangkul pundak anaknya

“Intan, kamu di alphard sama boss, gue di rubicon aja..” ujar Reza

“oke siap Pak....” jawab Intan

Eka lalu bertanya ke anaknya

“sayang, pak wira itu pernah marah ke sayang? “

Putri diam, hanya mengangguk pelan

“ada mama juga dia marah?”

Anggukan lagi dari Putri

“trus Mama?”

“diam aja trus mama nangis....”

Eka benar-benar terbakar emosinya

“intan, bawa Putri ke mobil dulu.....”

“Yuk Ka....” ajak Intan menggandeng putri

Eka lalu melangkah ke arah mobil accord yang terpakir dengan pintu keluar, dia mengetuk kaca jendela mobilnya itu. Para pengawal yang melihat gejala yang agak lain, segera menyusul Eka dari belakang, sedangkan Putri segera naik ke alphard, yang diiringi pandangan dari teman-teman sekolahnya

“wira....” bentak Eka

“iya....” agak kaget melihat wajah yang asing itu di luar pintu mobilnya.

Begitu kacanya turun, tangan tangan Eka langsung masuk dan mencekik lehernya dia

“eh gue kasih tau lu yah..... gue bapaknya Putri....lu berani bilang dia anak haram?”

Wira mencoba mendorong pintu mobilnya, tapi tenaga Eka dengan kuat mendorongnya agar tidak terbuka, tangan kanannya masih mencekiki leher Wira

“lu macam-macam sekali lagu gue bantai lu....”

Pengawalnya segara menarik tangan Eka....

“ mau kita apain Boss...?”

Melihat wajah Eka dan bekas cekikannya membuat Wira ketakutan, dia tidak menyangka akan diserang di sekolah ini oleh orang yang baru dia lihat

“balikin mobil lu bisa gue lakuin sekarang...... belagu amat lu yah....”

Eka kemudian ditarik ke mobil sama pengawalnya, dan beberapa orang guru yang memang tidak menyukai Wira, nampak hanya tersenyum melihat Wira dibentak dan dicekik oleh Eka, akhirnya ada juga lawannya dia sesama orang kaya.

Eka lalu masuk ke mobilnya, dia senyum melihat anaknya yang duduk disampingnya

“kita jemput Mama yuk.....”

“Iya Pah....”

Eka merangkul anaknya lagi, bahagianya hari ini sungguh luarbiasa rasanya, anaknya yang selama ini dia cari dan rindukan, kini sudah ada bersamanya, dan dia tidak akan melepaskan lagi anaknya kali ini. Sambil memandang mata cantik anaknya, dia seketika ingin segera bertemu Renata......
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd